Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 105

HUBUNGAN PENGETAHUAN, DUKUNGAN SUAMI DAN BUDAYA

DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT PADA


PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
ABELI KECAMATAN ABELI
KOTA KENDARI TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana


Kesehatan Masyarakat

Oleh :

HASMIATIN
F1D311072

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
HALAMAN
PENGAJUAN

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGET AHUAN, DUKUNGAN SUAMI DAN


BUDAY A DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI
IMPLANT PADA PASANGAN USIA SUBUR DI WILA YAH KERJA
PUSKESMAS ABELl KECAMAT AN ABELl
KOTA KENDARI TAHUN 2016

Disusun dan diajukan Oleh :

HASMIATIN
FID311072

Telah disetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. YusufSabilu. M.Si


NIP. 19680924 199303 1 003

engetahui;
~A-~~~~ Kesehatan Masyarakat

11
HALAMANPENGESAHA
N

SKRIPSI
HUBUNGANPENGETAHUAN,DUKUNGANSUAMIDANBU
DAYA
DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI
IMPLANT
PADA PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS ABELl KOTA KENDARI
TAHUN 2016

Disusun dan Diajukan

Oleh : HASMIATIN
FID311
072

Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Skripsi Pada


Tanggal29 Juli
2016 dan Dinyatakan Telah Memenuhi
Syarat.

Susunan Tim Penguji


:

Dr. ¥us f Sabilu.


M.Si
NIP. 196809241993031003

Penguji
II,

Putu Eka Meiyana E.. S.KM


.•M.PH NIP.

Kendari, 02 Agustus
2016
Mengetahui
,
Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Universitas Halu
Oleo

Dr. Yus Sabilu


••M.Si
NIP. 19680924199303 1
003

ii
i
SURA T PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Dengan senantiasa mengharap Rahmat dan Rido Tuhan Yang Maha Esa,

saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hasmiatin

Stambuk : FID3 11 072

Peminatan : Promosi Kesehatan

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bila

dikemudian hari temyata ditemukan skripsi ini plagiat dan bukan hasil karya saya,

maka skripsi ini akan dibatalkan

Kendari,
KATA
PENGANTAR

Alhamdulilah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

yang telah memberikan hidayah-Nya, lirnpahan rezeki, kesehatan dan

kesempatan sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan skripsi

ini sebagai salah satu syarat penyelesaian studi pada Jurusan Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

Skripsi ini berjudul "Hubungan Pengetahuan, Dukungan Suami dan

Budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi implant pada pasangan usia

subur di wilayah kerja puskesrnas abeli kacarnatan abeli kota kendari tahun

2016," yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

Penulis menyadari sepenubnya dalam penyusunan proposal hingga

penyelesaian skripsi ini, tentunya banyak hambatan dan tantangan yang

penulis dapatkan, namun atas bantuan dan bimbingan serta motivasi yang

tiada henti- hentinya disertai harapan yang optimis dan kuat sehingga dapat

mengatasi semua itu.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya, penghargaan dan penghormatan yang setinggi-tingginya Bapak Drs.

La Dupai, M.Kes selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Yusuf Sabilu, M.Kes

selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan

kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.


Ucapan terimah kasih yang tak terhingga, cinta, kasih dan sayang

yang terdalam dari lubuk hati kepada kedua orangtuaku, Ayahanda Aim Harnsi.

dan Ibunda

v
Mihi yang dengan ikhlas dan tanpa rasa lelah merawat dan membesarkan penulis

hingga sekarang, yang seialu memberikan restu, dukungan moril dan spiritual serta

harapan, cinta dan kasih sayangnya yang tak terhingga yang dapat memberikan

ketenangan hati dan kesabaran kepada penulis yang tak akan mungkin tergantikan

oleh penulis, dan yang selalu memenjatkan doa kepada sang pencipta agar perjalan .

studi putra-putrinya berjalan dengan lancar dan sukses.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ketiga saudaraku

terkasih, kakandah Hasmudin, Hasrudin. dan Hasdin yang dengan penuh keikhlasan

selalu memberikan doa, dorongan, semangat motivasi, dan senyum ceria kepada

penulis.

Ucapan terima kasih yang tak terhinnga pula penulis tujukan kepada pihak-

pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan kepada

penulis, terutama kepada:

I. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Uneversitas halu Oleo Kendari.

3. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari.

4. Kepada Badan Riset Penelitian dan pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

5. Segenap Dosen Pengajar lingkup Fakultas Kesehatan Masyarakat yang dengan

sepenuh hati memberikan banyak pengetahuan dalam dan di luar proses

perkuliahan. Terirna kasih atas curahan ilmunya yang sangat berguna.

vi
6. Staf dalam lingkup Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu
Oleo.

Terima kasih telah membantu peneliti selama pengurusan administrasi.

7. Bapak Farit Rezal, S.KM,.M.Kes, Arum Dian Pratiwi, S.KM,.M.Sc dan

Putu Eka Meiyana,S.KM,.M.PH selaku penguji yang telah

memberikan banyak pengetahuan, saran, serta motivasi kepada penulis.

8. Puskesmas Abeli Kota Kendari, beserta seluruh staf yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di wilayah Kota Kendari.

9. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa,


semangat dan

motivasi.

10. Khususnya Suami terkasih Ardiman Saputra. yang membuat saya

menjadi lebih dewasa, yang menemani saya disaat sedih maupun senang,

memberikan dorongan serta motivasi Terimakasih atas nasehat dan

kepeduliannya selama ini.

11. Sahabat terbaikku Fatmarani Mansyur, S.KM .,yang sering memberikan

dorongan Terima kasih atas nasehat, saran, motivasi, dorongan, canda, tawa,

suka dan duka. You're the best my friends.

12. Ternan-ternan kampus Fakultas kesehatan Masyarakat: Apriyanti Kamari,

S.KM Desi Dwi Anggarwati, S.KM, Fatmarani Mansyur, S.K.M., Wismawati,

S.KM. Nursaban, S.KM, Risky Purnama Sari, S.KM, Imang Triana Dewi,

S.KM, Andi Harnita, S.KM, Maya Nita, S.KM, Ramadan, S.KM,

Alwi, S.KM, Aguslan, S.KM,. dan yang tak bisa dituliskan namanya

satu persatu. Makasih sudah mendorong saya dan memberikan saya

dukungan selama ini.


vii
13. Teman-ternan Promkes 2011: Damiati Kadir, Wirahma Yulfa, Herlan,
Miswanto.

Terima kasih atas motivasi dan bantuannya selama ini. Kalian luar biasa.

Dan juga kepada siapapun yang telah memberikan doa, motivasi

dan dorongan serta bantuan, hanya Allah yang Maha Melihat dan Maha

Mengetahuai. Insya Allah akan dibalas dengan sebaik-baiknya balasan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempumaan

karena kesempumaan yang hakiki hanyalah milik Allah Subhanahu Wa

Ta'ala Sernata. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Bangsa, Negara dan Agama.

Aamin Yaa Rabbal Aalamin.

Kendari, Juli, 2016

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN vi

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 4
E. Ruang Lingkup 5
F. Organisasi/sistematika 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Umum tentang keluarga berencana 6
B. Tinjauan tentang metode kontrasepsi 8
C. Tinjauan tentang alat kontrasepsi Implant 14
D. Tinjauan tentang pengetahuan 20
E. Tinjauan tentang Dukungan suami 21
F. Tinjauan tentang Budaya 24
G. Tinjauan tentang hasil penelitian sebelumnya 25
H. Kerangka Teori 26
I. Kerangka Konsep 27
J. Hipotesis 27
BAB III METODE PENELITIAN 29
A. Jenis dan Desain penelitian 29
B. Tempat dan waktu penelitian 29
C. Populasi dan Sampel Penelitian 29
D. Variabel Penelitian 31
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 32
F. Cara Pengumpulan Data 34
G. Pengolahan Analisis dan Penyajian Data 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa

pengguna alat kontrasepsi implant di seluruh dunia masih di bawah alat

kontrasepsi suntik, pil, kondom, dan IUD (Intra Iurine Device), terutama di

negara-negara berkembang. Persentase penggunaan alat kontrasepsi suntik

yaitu 35,3%, pil 30,5%, IUD 15,2%, sedangkan implant dibawah 10% yaitu

7,3% dan alat kontrasepsi lainnya sebesar 11,7% (WHO Dalam Nestari,

2014).

Berdasarka n target Millenium Development Goals (MDGs) yang

telah disepakati tahun 2015, Indonesia diharapkan mampu menurunkan angka

kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi

menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Dilihat dari pencapaian keberhasilan

penurunan angka kematian ibu dan bayi, indikator keberhasilan pembangunan

kesehatan di Indonesia diharapkan dapat dicapai jika persentase akseptor

metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dapat meningkat (MDG’s Dalam

BKKBN, 2013).

Berdasarkan studi yang dimuat dalam jurnal The Lancet, peningkatan

terbesar dalam penggunaan kontrasepsi modern yaitu sebanyak lebih dari 15 persen

antara tahun 1990 dan 2011 berada di kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, serta

Afrika Utara dan Afrika Selatan. Namun, di Afrika Tengah dan Barat, penggunaan

kontrasepsi oleh wanita yang sudah menikah tetap rendah (Sakinah, 2012).

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), (2014)

1
2

mengajukan bahwa jumlah peserta KB (Keluarga Berencana) aktif sampai bulan

Januari 2014 menurut tempat pelayanan, yaitu pelayanan di Pemerintah sebanyak

18.957.650 peserta dan pelayanan di Swasta seban yak 14.881.089 peserta.

Informasi mengenai jumlah perseta KB aktif menurut metode kontrasepsi yang

digunakan, yaitu 3.922.409 peserta IUD, 1.207.597 peserta MOW, 241.968 peserta

MOP, 3.307.997 peserta implant, 1. 046.579 peserta kondom, 15.891.480 peserta

suntik, dan 8.220.709 peserta pil (BKKBN, 2014).

Data dari BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tahun

2010 jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 290.980 (72%) akseptor

KB dari 404.076 Pasangan Usia Subur (PUS) kemudian mengalami

penurunan pada tahun 2011 dengan jumlah akseptor KB 272.464 (68%) dari

jumlah PUS 403.097, meningkat pada tahun 2012 dengan jumlah akseptor

yang menggunakkan 319.665 (75%) dengan jumlah PUS 424.442 (BKKBN

Prov. Sultra, 2012).

Dari data yang diperoleh dari Pusat Kesehatan Masyarakat Abeli

terdapat penurunan pengguna alat kontrasepsi pada tahun 2014 sebanyak

1440 PUS dan pada tahun 2015 sebanyak 1425 PUS. Pada data tersebut di

peroleh bahwa pada alat kontrasepsi tertentu mengalami kenaikan seperti

penggunaan IUD pada tahun 2014 sebanyak 2 (0,13%) PUS tahun 2015

menjadi 11 (0,77%) PUS, penggunaan pil yang pada tahun 2014 sebanyak

634 (44,02%) dan pada tahun 2015 menjadi 711 (49,89%) PUS, sedangkan

pengguna kontrasepsi jenis lain seperti suntik, implant dan kondom

mengalami penurunan pada tahun 2014 pengguna suntik sebanyak 714


3

(49,58%) menurun pada tahun berikutnya sebanyak 637 (44,70%) dan alat

kontrasepsi implant sebanyak 85(5,96%) PUS pada tahun 2014 menurun

menjadi 20 (13,88%) PUS dan pengguna kondom sebanyak 5 (0,34%) PUS

pada tahun 2014 menjadi 2 (0,13%) PUS (Profil Puskesmas Abeli, 2015).

Berdasarkan wawancara dengan 5 wanita usia subur di wilayah kerja

Puskesmas Abeli yang diperoleh ternyata terdapat beberapa faktor yang

berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant setiap tahun maka dari

itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan pengetahuan, dukungan

suami dan budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi implant pada PUS di

Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini yaitu faktor apakah yang berhubungan

dengan pemilihan penggunaan alat kontrasepsi Pasangan Usia Subur di Kecamatan

Abeli Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

pengetahuan, dukungan suami, dan budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi

Implant Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kecamatan Abeli

Kota Kendari Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


4

a. Untuk mengetahui apakah pengetahuan berhubungan dengan penggunaan

alat kontrasepsi Implant Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli

Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2016

b. Untuk mengetahui apakah dukungan suami berhubungan dengan penggunaan

alat kontrasepsi Implant Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli

Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2016

c. Untuk mengetahui apakah budaya berhubungan dengan penggunaan alat

kontrasepsi Implant Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli

Kecamatan Abeli Kota Kendari Tahun 2016

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau sebagai bahan

kajian pustaka bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. Selain itu, hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya BKKBN agar

senantiasa meningkatkan pelayanan KB di Kota Kendari khusunya dan Sulawesi

Tenggara pada umumnya.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu pengalaman berharga bagi peneliti

sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat serta menambah wawasan

pengetahuan.
5

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi lokasinya hanya pada peserta KB yang tinggal di

Kecamatan Abeli. Penelitian ini dibatasi lingkupnya pada faktor tingkat dukungan

suami,jumlah anak, budaya dan umur yang mempengaruhi PUS dalam pemilihan

penggunaan alat kontrasepsi. Penelitian ini dibatasi pada peliputan subjek penelitian

yaitu hanya pada Pasangan Usia Subur (PUS).

F. Organisasi/ Sistematika

Proposal penelitian ini berjudul hubungan pengetahuan, dukungan suami,

dan budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant Pasangan Usia Subur di

Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016 yang dibimbing oleh

Pembimbing I, bapak Drs. La Dupai M.Kes. dan Pembimbing II bapak Dr. Yusuf

Sabilu, M.Si, Tim Penguji I, Tim Penguji II, dan Tim Penguji III.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Keluarga Berencana

Definisi Keluarga Berencana menurut World Health Organization (WHO)

adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur

interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan

umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2003).

Keluarga Berencana menurut Undang-undang U No. 10 Tahun 1992 adalah

upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia

perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Arum & Sujiyatni, 2009).

Program Keluarga Berencana, adalah suatu program yang dimaksudkan untuk

membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka;

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan

beresiko tinggi, kesakitan dan kematian; membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau,

diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan; meningkatkan

mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan pelayanann;

meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan

meningkatkan pemberian ASI (Air Susu Ibu) untuk menjarangkan kehamilan (BKKBN,

2008).

1. Tujuan Program KB

Secara umum tujuan lima tahun ke depan yang ingin dicapai adalah membangun

kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional

6
7

yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas

2010 dapat tercapai (Arum & Sujiyatni, 2009). Sedangkan tujuan program KB secara

filosofis menurut Handayani (2010), adalah:

a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang

bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian

pertumbuhan penduduk Indonesia.

b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan

meningkatkan kesejahteraan keluarga.

1. Sasaran Program KB

Sasaran program KB dibagi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak

langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah

Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran

dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak

langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat

kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka

mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010).

B. Tinjauan Tentang Metode Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah atau melawan,

sedangkan “Konsepsi” adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dan sel

sperma yang menyebabkan kehamilan. Jadi alat kontrasepsi adalah segala macam alat

yang digunakan oleh satu pihak atau kedua pihak untuk menghindari atau mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum) yang

sudah matang. Manfaat alat kontrasepsi yaitu mencegah terjadinya kematian ,dan
8

mengurangi angka kesakitan ibu dan anak, mengatur kelahiran anak sesuai yang

diinginkan dan menghindari terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (Depkes RI,

2005).

Akseptor keluarga berencana yaitu pasangan usia subur yeng menjadi peserta

atau anggota dalam program keluarga berencana dengan menggunakan salah satu

metode atau alat kontrasepsi yang bertujuan untuk menghindari terjadinya kehamilan

resiko tinggi dan mengurangi angka kematian dan kesakitan (Djufri, 2008 dalam

Suriani, 2009).

1. Tujuan Pemakaian Kontrasepsi

Tujuan pemakaian kontrasepsi adalah:

a. Menunda kehamilan

Kelompok kontrasepsi yang rasional adalah kontrasepsi sementara jangka pendek

yaitu kondom, pil, suntik.

b. Mengatur jarak kehamilan Jenis kelompoknya adalah kelompok sementara jangka

panjang yaitu : suntik, implant,spiral.

c. Mengakhiri kesuburan Jenis kontrasepsinya adalah kontrasepsi mantap yaitu

tubektomi (wanita) dan vasektomi (pria).

2. Syarat Metode Kontrasepsi

Secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah: aman, berdaya guna, dapat

diterima, terjangkau harganya dan bila metode dihentikan penggunaannya maka segera

kembali kesuburannya kecuali kontrasepsi mantap.

3. Jenis-jenis kontrasepsi
9

Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain aman, dapat

diandalkan, sederhana (sebisa mungkin tidak perlu dikerjakan oleh dokter), murah,

dapat diterima oleh orang banyak, dan dapat dipakai dalam jangka panjang. Sampai

saat ini belum ada metode atau alat kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal.

Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia antara lain:

a. Metode Sederhana

1. Tanpa alat yaitu : pantang berkala, metode kalender, metode suhu badan basal,

metode lender serviks, metode simpo-termal dan coitur interruptus.

2. Dengan alat

a. Mekanis (barrier)

Kondom pria

Barier intra vaginal antara lain : diafragma, kap serviks, spons, dan kondom wanita.

b. Kimiawi

Spermisid antara lain : vaginal cresm, vaginal foam, vaginal jelly,

vaginal suppositoria, vaginal tablet, dan vaginal solubel film.

3. Metode modern

a. Kontrasepsi hormonal yaitu: pil KB, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), IUD

(Intra Uterine Devices), suntik KB, dan susuk KB.

b. Kontrasepsi mantap yaitu Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita

(MOW).

Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :

a. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini

adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.


10

b. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam

kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang

termasuk dalam MKJP.

Berikut pembahasan singkat mengenai jenis-jenis kontrasepsi tersebut.

1. Kondom pria

Kondom adalah selubung tipis dari karet, vinil, atau produk alamiah dapat

berwarna maupun tidak berwarna, biasanya ditambahkan spermisida untuk

perlindungan tambahan, serta digunakan untuk menutupi penis sesaat sebelum

berhubungan. Mekanisme kerja kondom adalah dengan cara menghalangi masuknya

spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita. Efektivitas kondom sendiri

tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 3-4 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama.

2. Pil KB

Pil KB biasanya megandung Estrogen dan Progesteron. Cara kerja pil KB

adalah dengan cara menggantikan produksi normal Estrogen dan Progesteron dan

menekan hormon yang dihasilkan ovarium dan releasing factor yang dihasilkan otak

sehingga ovulasi dapat dicegah. Efektivitas metode ini secara teoritis mencapai 99%

atau 0,1 – 5 kehamilan per 100 wanita pada pemakaian di tahun pertama bila digunakan

dengan tepat. Tetap dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi

yaitu mencapai 0,7 - 7%.

3. Kontrasepsi suntik

Kontrasepsi suntik yang biasa tersedia adalah Depo-provera yang hanya

mengandung Progestin dan diberikan tiap 3 bulan. Cara kerja kontrasepsi suntik yaitu

dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks, dan menghambat


11

perkembangan siklis endometrium. Efektivitas dari kontrasepsi suntik sangat tinggi

mencapai 0,3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan. Angka

kegagalan metode ini <1 kehamilan per 100 wanita per tahun.

d. Susuk / implant

kontrasepsi susuk yang sering digunakan adalah Norplant, Susuk adalah

kontrasepsi sub dermal yang mengandung Levonorgestrel (LNG) sebagai bahan

aktifnya. Mekanisme kerja Norplant yang pasti belum dapat dipastikan tetapi mungkin

sama seperti metode lain yang hanya mengandung Progestin. Norplant memiliki efek

mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks, dan menghambat perkembangan siklis

endometrium. Efektivitas Norplant sangat tinggi mencapai 0,05–1 kehamilan per 100

wanita dalam tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan Norplant <1 kehamilan per

100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan ini lebih

rendah bila dibandingkan dengan metode barier, pil KB, dan IUD.

e. IUD (Intra Uterine Devices)

IUD atau AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim) adalah kontrasepsi yang

terbuat dari plastik halus berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam

rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau paramedis lain yang terlatih.

Mekanisme kerja AKDR belum diketahui tetapi kemungkinan AKDR menyebabkan

perubahan-perubahan seperti munculnya sel-sel radang yang menghancurkan blastokis

atau spermatozoa, meningkatkan produksi prostaglandin sehingga implantasi

terhambat, serta bertambah cepatnya pergerakan ovum di tuba falopii. Efektivitas IUD

mencapai 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaannya.

Angka kegagalan IUD 1–3 kehamilan per 100 wanita per tahun.
12

f. Diafragma/Cap

Diafragma terbuat dari karet yang berbentuk mangkok, dipakai untuk menutup

serviks, gunanya untuk mencegah masuknya mani kedalam serviks. Sebaiknya dipakai

dengan mengoleskan cream atau jelli pada permukaannya. Cap bentuknya seperti

diafragma hanya besarnya harus disesuaikan dengan besar mulut rahim, yang

ditentukan dengan pemeriksaan oleh bidan atau dokter.

g. Cream, Jelli dan Tablet atau Cairan Berbusa

Cream, jelli dan tablet atau cairan berbusa yang disebut juga spemicide, adalah

suatu bahan kimia yang menghentikan gerak atau merupakan spermatozoa didalam

vagina sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Cream, jelli dan tablet atau cairan

berbusa ini harus ditempatkan didalam vagina setinggi mungkin dekat serviks.

h. Metode Operatif Pria (MOP)

MOP merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor yang aman,

sederhana, dam sangat efektif, memakan waktu operasi relatif singkat dan tidak

memerlukan anestesi umum. MOP dilakukan dengan cara memotong vas deferens

sehingga sperma tidak dapat mencapai air mani dan air mani yang dikeluarkan tidak

mengandung sperma. Efektivitas sangat tinggi mencapai 0,1 – 0,15 kehamilan per 100

wanita selama tahun pertama pemakaian. Angka kegagalan <1 kehamilan per 100

wanita.

i. Metode Operatif Wanita (MOW)

MOW adalah tindakan operasi minor untuk mengikat atau memotong kedua

tuba falopii sehingga ovum dari ovarium tidak akan mencapai uterus dan tidak akan

bertemu dengan spermatozoa. Efektivitas MOW sekitar 0,5 kehamilan per 100 wanita
13

selama tahun pertama pemakaian, sedikit lebih rendah dibandingkan MOP. Indonesia

alat kontrasepsi yang digunakan adalah spiral, implant, suntik, pil, tubektomi,

sedangkan yang biasa digunakan oleh para pria adalah kondom dan vasektomi.

C. Tinjauan Tentang Alat Kontrasepsi Implant

1. Definisi Kontrasepsi Implant

Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi bawah kulit. Implant adalah suatu

alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic

silicon polidymetri silicon dan disusukan dibawah kulit. Jumlah kapsul yang

disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak 2 kapsul masing masing kapsul panjangnya

44 mm masing masing batang diisi dengan 70mg levonorgetrel, dilepaskan kedalam

darah secara difusi melalui dinding kapsul levonorgetrel adalah suatu progestin yang

dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi (Prawirohardjo, 2009

Dalam Suryani, 2009).

Implant adalah metode kontrasepsi yang hanya mengandung progestin dengan

masa kerja panjang, dosis rendah, reversible untuk wanita (leon , 2005 Dalam Baldika,

2012).

2. Ciri-ciri Kontrasepsi Implant

Adapun ciri-ciri kontrasepsi implant adalah sebagai berikut:

1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon

2. Nyaman

3. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi

4. Pemasangan dan segera kembali setelah implant dicabut.


14

5. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan

amenorea.

6. Aman dipakai pada masa laktasi.

3. Jenis-jenis Implant

a. Norplant

Terdiri dari 6 batang silastis lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan

diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

b. Implanon dan Sinoplant

Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2

mm, yang di isi dengan 68 mg 3- keto- desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

c. Jadena dan Indoplant

Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levonogestrel dan lama kerja 3

tahun.

4. Efektivitas

Implant merupakan kontrasepsi yang paling tinggi daya guna nya dan sangat

efektif. Kegagalan adalah kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan (sarwono

2002 dalam Hikbar, 2009).

5. Mekanisme Kerja

a. Lendir servik menjadi kental

b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi

c. Mengurangi transportasi sperma

d. Menekan ovulasi
15

6. Waktu mulai menggunakan Implant

1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan metode

kontraseptif tambahan.

2. Insertif dapat dilakukan setiap saat, asal tidak kehamilan. Bila diinsersi setelah hari

ke-7 siklus haid, akseptor jangan melakukan hubungan seksual atau menggunakan

kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

3. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat

dilakukan setiap saat, bila menyusui penuh, akseptor tidak perlu memakai metode

kontraspsi lain.

4. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah menjadi haid kembali, insersi dapat

dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau

menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

5. Bila akseptor menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan

implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja akseptor tersebut menyakini

tidak hamil, untuk akseptor yang menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.

6. Bila kontrasepi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implant dapat diberikan

pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut, tidak diperlukan metode kontrasepsi

lain.

7. Bila kontrasepi sebelumnya adalah kontrsepsi non-hormonal (kecuali AKDR) dan

akseptor ingin menggatinya dengan implant, insersi implant dapat dilakukan setiap

saat, asal saja diyakini akseptor tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datang

hamil berikutnya. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan akseptor ingin

menggantinya dengan implant, implant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7
16

dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan

metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja dan AKDR segera dicabut.

8. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan (Saifudin, 2006) .

7. Kelebihan dan Kekurangan Kontrasepsi Implant

a. Kelebihan Implant

1. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)

2. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah dilepas

3. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

4. Bebas dari pengaruh estrogen

5. Tidak mengganggu hubungan seks

6. Tidak menggaggu ASI

7. Hanya perlu pemeriksa ke tenaga kesehatan jika ada keluhan

8. Dapat dilepas sesuai kebutuhan.

b. Kekurangan Implant

1. Menimbulkan gangguan menstruasi yaitu tidak dapat menstruasi dan terjadi

perdarahan yang tidak teratur

2. Akan timbul perasaan mual.

3. Bisa terjadi peningkatan atau penurunan berat badan.

4. Bisa menimbulkan sakit kepala.

5. Perubahan perasaan atau kegelisahan.

6. Membutuhkan tindak pembedahan kecil untuk insersi dan pencabutan.


17

7. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk

Aiquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS).

8. Akseptor tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya kontrasepsi ini sesuai

dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.

9. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkolosis (rifampisin) atau

obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat).

10. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per

tahun).

9. Yang Boleh Menggunakan Kontrasepsi Implant dan yang Tidak boleh

Menggunakan Kontrasepsi Implant

a. Yang Boleh Menggunakan Kontrasepsi Implant

1. Usia reproduksi

2. Telah memilki anak ataupun belum

3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki

pencegahan kehamilan jangka panjang.

4. Pasca persalinan dan tidak menyusui

5. Riwayat kehamilan ektopik

6. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah atau anemia

bulan sabit (sickle cell).

7. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.

8. Sering lupa menggunakkan Pil

b. Yang tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Implant

1. Hamil atau diduga hamil


18

2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

3. Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara

4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

5. Miom uterus dan kanker payudara

6. Gangguan toleransi glukosa.

9. Pemasangan Kontrasepsi Implant

Pemasangan Implant biasanya dilakukan di bagian atas (bawah kulit) pada

lengan kiri wanita (lengan kanan bagian yang kidal), agar tidak menggangu kegiatan.

Implant dapat dipasang pada waktu menstruasi atau setelah melahirkan oleh dokter atau

bidan yang terlatih. Sebelum pemasangan dilakukan pemeriksaan kesehatan terlebih

dahulu dan juga disuntik untuk mencegah rasa sakit. Luka bekas pemasangan harus

dijaga agar tetap bersih, kering dan tidak boleh terkena air selama 5 hari. Pemeriksaan

ulang dilakukan oleh dokter seminggu setelah pemasangan. Setelah itu setahun sekali

selama pemakaian dan setelah 5 tahun implant (Sarwono, 2002).

D. Tinjauan tentang Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia,yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2005).

Tingkat Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat menurut Notoatmodjo, 2005 yaitu:


19

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Sehingga dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, tentang objek yang

dipelajarinya.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu stuktur organisasi tersebut

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesa menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

E. Tinjauan tentang Dukungan Suami

Perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan seksualitasnya tidak dapat

dikesampingkan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan kontrasepsi.


20

Dinamika seksual dan kekuasaan antara pria dan wanita dapat pula menyebabkan

penggunaan kontrasepsi terasa canggung bagi wanita. Konflik timbul kapan

berhubungan seksual, siapa yang harus mengambil keputusan mengenai penggunaan

kontrasespsi, metode yang digunakan, berapa jumlah anak dan kapan mempunyai anak

(Roesli, 2008).

Pendapat suami mengenai keluarga berencana cukup kuat pengaruhnya untuk

menetukan penggunaan metode keluarga oleh isteri. Pada penelitian di lima kota di

Indonesia, persetujuan suami merupakan faktor yang paling penting dalam menetukan

apakah isteri akan mengunakan kontrasepsi atau tidak karena suami dipandang sebagai

pelindung, pencari nafkah rumah tangga, dan pembuat keputusan (Roesli, 2008).

Diharapkan suami memahami hal ini, suami dapat berpikir untuk melindungi

isterinya dengan mengizinkan isterinya ber-KB atau suami sendiri ikut ber-KB, sebab

dengan menjadi akseptor KB dapat menjarangkan kehamilan dan mengatur jumlah

anak dalam keluarga, sehingga suami mampu memenuhi kebutuhan keluarga baik

spiritual, sandang pangan, maupun kesehatan (Praja, 2005).

Dukungan suami dan istri dalam pengambilan keputusan dalam keluarga

khususnya dalam bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi sangat

dibutuhkan. Para suami diharapkan dapat berpikir logis untuk melindungi istrinya

dengan mengizinkan istrinya ber-KB dengan memilih salah satu alat kontrasepsi yang

sesuai dengan kondisinya atau dirinya sendiri ikut serta dalam ber-KB (Roesli, 2008).

Keterlibatan seorang suami dalam hal reprosuksi khususnya dalam

pengambilan keputusan dan pemilihan alat kontrasepsi sangat diperlukan. Seringkali

tidak adanya keterlibatan suami mengakibatkan kurangnya informasi yang dimiliki


21

seorang suami mengenai kesehatan reproduksi terutama alat kontrasepsi. Dalam sebuah

penelitian, ditemukan suami-suami yang melarang pemakaian IUD sebagai alat

kontrasepsi pilihan istri beranggapan yakin bahwa IUD atau spiral mengurangi

kenikmatan hubungan seksual (Wibowo, 2004).

Berdasarkan hal tersebut, maka akan sangat berbahaya jika suami dan pria

pada umumnya kurang menyadari betul hak dan kewajibannya dalam kesehatan

reproduksi. Akibanya, suami kadang merasa tak nyaman untuk mengungkapkan

kecemasan mereka seputar kemungkinan komplikasi, transportasi ke rumah sakit atau

biaya rumah sakit. Bahkan sebagian besar suami tidak percaya bahwa rasa sakit dan

gejala lain yang dialami istri selama masa kehamilan seharusnya mendapat perhatian

serius. Sungguh memprihatinkan memang bila terdapat keadaan dimana selama ini,

penderitaan istri dalam kehamilan dan melahirkan dianggap sebagai suatu yang wajar

oleh suami, bahkan oleh istri sendiri. Akibatnya, tidak pernah ada pembicaraan serius

tentang keluhan-keluhan yang dialami, yang berkibat pada terlambatnya pertolongan

yang datang (Wibowo, 2004).

Undang-undang No 10 Tahun 1992 mensyaratkan tentang kesesuaian suami

isteri dalam pengaturan kelahiran dan cara yang dipakai, dengan proses komunikasi

yang baik tentunya. Meski demikian, banyak pasangan yang melewatkan hal itu.

Berdasarkan data kesehatan yang ditulis Irwanto dan teman-teman (1997), dari 667 istri

2,4 % diantaranya memilih kontrasepsi mana yang akan dipakai, sedangkan suami

hanya menyetujui atas keputusannya. Hal yang sama terjadi pada 47 % para isteri di

Provinsi Lampung (Roesli, 2008).


22

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1992, keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami, istri dan

anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Dengan demikian, keluarga

dengan sendirinya menjadi tanggung jawab suami dengan istri sebagai pendampingnya.

Untuk itulah dalam penerimaan ber-KB pun haruslah merupakan kesepakatan bersama

antar suami dan istri, dalam hal ini suami seharusnya tahu akan keikutsertaan istrinya

sebagai peserta KB bahkan aktif mendorongnya dan memberi dukungan (Roesli, 2008).

F. Tinjauan tentang Budaya

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddhayah yang merupakan

bentuk jamak dari kata buddhi atau akal. Jadi, budaya diartikan sebagai hal-hal yan

bersangkutan dengan akal manusia. Kebudayaan merupakan hal yang kompleks yang

mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,

kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan olehh manusia sebagai anggota

masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola

perilaku yang normaif, artinya mencakup segala cara-cara atau pola berfikir, merasakan

dan bertindak (Soekanto, 2002).

Masyarakat Indonesia dewasa ini umumnya telah menerima gagasan KB

meskipun dalam kenyataan ada sebagian yang belum dapat menerimanya, tapi karena

keinginan menyatu atau rasa solidaritas, akhinya mereka terpaksa berusaha menerima

atau tetap belum menerima namun tidak memperhatikan sikap tersebut pada anggota

masyarakat lain. Faktor lingkungan lain tidak kalah penting adalah kepercayaan

masyarakat terhadap pemerintah, bahwa pemerintah adalah tokoh-tokoh masyarakat

akan berusaha membawa masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik. Keterlibatan
23

tokoh masarakat akan semakin meningkat keikutsertaan akseptor dalam gerakan KB

(Erfand, 2008).

Faktor sosial budaya yang berhubungan dengan alat kontrasepsi IUD antara lain

yaitu belum biasanya masyarakat setempat dalam penggunaan kontrasepsi IUD,

pandangan bahwa IUD dapat mempengauhi kenyamanan dalam hubungan seksual,

pandangan dari agama-agama tertentu melarang atau mengharamkan penggunaan IUD.

Faktor tradisi, adanya tradisi hanya anak laki-laki yang dapat melanjutkan keturunan

sehingga perempuan hamil beberapa kali dan jumlah anaknya melebihi anjuran

program. Masyarakat percaya bahwa roh leluhur hanya bisa renkarnasi pada anak laki-

laki, sehingga perempuan berusaha hamil mempunyai anak laki-laki (Erfand, 2008).

G. Tinjauan Tentang Hasil Penelitian Sebelumnya


Tabel 1. Tinjauan Tentang Hasil Penelitian Selanjutnya
No Peneliti, Tahun dan Judul Hasil Penelitian

1. Diah, 2006. Faktor-faktor yang Dari penelitian tersebut didapatkan


mempengaruhi minat ibu hasil bahwa tingkat pendidikan
terhadap pemakaian dikategorikan rendah yaitu tingkat
kontrasepsi Implant di desa SMP (37,04%), tingkat pengetahuan
Bangunrejo Kecamatan baik (87,67%), tingkat pendapatan
Gunung Sugil Kabupaten dikategorikan rendah (54,32%) dan
Lampung Tengah Tahun 2006 sikap responden menolak terhadap
pemakaian kontrasepsi Implant
sebanyak 65,43% . dari hasil diatas
dapat disimpulkan bahwa faktor
ekonomi dan pendidikan menjadi
faktor dominan pemicu sikap
responden untuk tidak menerima
atau menolak terhadap pemakaian
kontrasepsi Implant.
2. Sri Mulyati, 2009. Hubungan Hasil dari penelitian ini adalah
Karakteristik akseptor keluarga faktor yang paling berhubungan
berencana dengan pemilihan yang paling signifikan dengan
alat kontrasepsi implant di poli pemilihan alat konrasepsi implant
kebidanan runah sakit umum adalah dukungan suami dengan p
kabupaten konawe tahun 2009. (0,022)
24

3 Laksmi Indra, 2009. Faktor- Penelitian ini diuji menggunakan


faktor yang mempengaruhi analisa Chi-square dan uji Fisher
pemilihan alat kontrasepsi kemudian dilanjutkan dengan uji
Implant pada keluarga miskin Binary Logistic dan didapatkan hasil
di kota semarang tahun 2009. bahwa dukungan suami dan
keikutsertaan dalam jamkesmas
memiliki hubungan yang bermakna
dengan pemilihan kontrasepsi
Implant yang digunakan oleh
keluarga miskin. Setelah dilakukan
uji binary logistic didapatkan bahwa
dukungan suami lebih besar
pengaruhnya dibandingkan dengan
keikutsertaan dalam jamkesmas. Hal
ini dibuktikan dengan (p = 0,022)
untuk keikutsertaan dalam
jamkesmas dan (p = 0,032) untuk
dukungan suami.
25

H. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


Faktor Pasangan
1. Umur
2. Gaya Hidup
3. Frekuensi senggama
4. Budaya
5. Jumlah anak
6. Pengalaman dengan metode
kontrasepsi yang lalu
7. Dukungan pasangan
8. Tingkat kesejahteraan
keluarga dan Jamkesmas
9. Tingkat Pendidikan dan
Pengetahuan
10. Ekonomi/pendapatan
Pemilihan jenis
11. Agama
Kontrasepsi

1. PIL
Faktor Kesehatan 2. Suntik
1. Status Kesehatan 3. Implant
2. Riwayat haid 4. Kondom
3. Riwayat keluarga 5. IUD
4. Pemeriksaan fisik 6. MOP
5. Pemeriksaan panggul 7. MOW
8. lainnya

Faktor Metode Kontrasepsi

1. Efektifitas
2. Efek samping
3. Biaya

Gambar 1. Kerangka Teori (Laksmi Indra, 2009).


26

I. Kerangka Konsep

Dari kerangka teori diatas diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi

penggunaan kontrasepsi. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil variabel

pengetahuan, dukungan suami dan budaya. Variabel tersebut disajikan dalam kerangka

konsep sebagai berikut:

Pengetahuan

Dukungan suami

Budaya
Penggunaan alat
Kontrasepsi
Umur implant
Jumlah anak

Pendidikan

Ekonomi/pendapatan

Keterangan = Variabel bebas :

Variabel terikat :

Variabel tidak diteliti :

Gambar 2. Kerangka Konsep

J. Hipotesis

1. Pengetahuan

H₀ : ρ = 0 = Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi

implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016.


27

H₁ : ρ 0 = ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan kontrasepsi implant

di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016

2. Dukungan Suami

H₀ : ρ = 0 = Tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan

kontrasepsi implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016.

H₁ : ρ 0 = ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan kontrasepsi

implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016.

3. Budaya

H₀ : ρ = 0 = Tidak ada hubungan antara budaya dengan penggunaan kontrasepsi

implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016.

H₁ : ρ 0 = ada hubungan antara budaya dengan penggunaan kontrasepsi implant di

Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016.


III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross

sectional study yang merupakan rancangan penelitian yang pengukuran atau

pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat dan bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas (pengetahuan, dukungan suami dan

budaya) dengan variabel terikat (penggunaan kontrasepsi implant) melalui

pendekatan Point Time, artinya antara variabel bebas dengan variabel terikat di

lihat sekaligus pada saat yang sama (Notoatmodjo, 2010).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Abeli.

2. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei, Juni, Juli tahun 2016.

C. Populasi Penelitian Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PUS yang menggunakkan

kontrasepsi Wilayah Kerja Puskesmas Abeli mulai dari bulan Oktober –

Desember pada tahun 2015 yakni sebanyak 401 PUS.

2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan menggunakan rumus sebagai

berikut : (Sugiyanto, 2009 dalam Armadani, 2013)

n=

Keterangan :

n : Besar sampel

28
29

N : Besar populasi

Z (1- )/2 2: Nilai normal baku yang sebenarnya tergantung

tingkat kepercayaan (1,96)

P : Proporsi kejadian (0,1%)

d : Besar penyimpangan (0,05)

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka jumlah sampel (n) dalam

penelitian ini adalah :

n=

n = 102,832

n = 103 (dibulatkan)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, maka

diperoleh total sampel sebesar 103 responden. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan yaitu proportional random sampling yaitu tekhnik pengambilan sampel

pengambilan proporsi untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan

subjek dari setiap strata atau wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dalam

masing-masing wilayah. Dalam penelitian ini sampel dibagi menjadi :


30

Tabel 1. Teknik penarikan sampel responden di Wilayah Kerja


Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016
Rumus Penarikan
No. Kelurahan Jumlah Sampel
sampel
1.
Puday 12 responden
2.
Lapulu 18 responden
3.
Abeli 12 responden
4.
Benuanirae 13 responden
5.
Tobimeita 14 responden
6.
Anggolomelai 14 responden
7.
Poasia 11 responden
8.
Talia 9 responden
Total n : 401 103 responden
D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent variable) yaitu pengetahuan, dukungan suami,

dan budaya

2. Variabel terikat (Dependent variable) yaitu penggunaan alat kontrasepsi

implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pemilihan Alat Kontrasepsi

Pemilihan alat kontrasepsi adalah faktor-faktor penentu dalam pemilihan

dan pengambilan keputusan pasangan usia subur (PUS) khususnya ibu dalam

pemilihan penggunaan alat kontrasepsi.

Kriteria Objektif

a.Menggunakan : Jika responden menggunakan alat kontrasepsi implant

b.Tidak Menggunakan: Jika responden tidak menggunakan alat kontrasepsi implant


31

2. Pengetahuan

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah pengetahuan yang dimiliki oleh

responden yang berhubungan dengan KB yaitu responden mengetahui manfaat

KB, jenis alat kontrasepsi, efek samping alat kontrasepsi yang berakibat pada

responden, memahami tentang gangguan alat kontrasepsi yang effektif dan yang

tidak efektiif. Pengukuran pengetahuan berdasarkan skala Guttman untuk

pertanyaan positif dengan jawaban “benar” diberi skor 1 dan untuk jawaban

“salah” diberi skor 0. Untuk pertanyaan negatif pemberian skor dibalik dengan

jawaban “benar” diberi skor 0 dan untuk jawaban “salah” diberi skor 1 (Riduwan,

2008). Dengan penilaian :

Skor tertinggi = jumlah pertanyaan kali bobot tertinggi

= 10 x 1 = 10 (100%)

Skor terendah = jumlah pertanyaan kali bobot terendah

= 10 x 0 = 0 (0%)

Skor antara = skor tertinggi – skor terendah

= 100 % - 0%

= 100 %

Kriteria objektif sebanyak 2 kategori : cukup dan kurang

Interval =

= = 50%

Kriteria Objektif

a. Cukup : bila hasil jawaban responden memperoleh skor ≥ 50% dari total
32

skor maksimal.

b. Kurang : bila hasil jawaban responden memperoleh skor < 50 % dari total

skor maksimal

3. Dukungan Suami

Dukungan suami adalah partisipasi suami dalam penggunaan kontrasepsi yang

digunakan.

Krtiteria penilaian berdasarkan pada skala Guttman dilakukan dengan

memberikan nilai 1 pada jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban yang

salah atau tidak diisi (Azwar, 2010).

Dengan penilaian :

Skor tertinggi = jumlah pertanyaan kali bobot tertinggi

= 10 x 1 = 10 (100%)

Skor terendah = jumlah pertanyaan kali bobot terendah

= 10 x 0 = 0 (0%)

Skor antara = skor tertinggi – skor terendah

= 100 % - 0%

= 100 %

Kriteria objektif sebanyak 2 kategori : mendukung dan tidak mendukung

Interval =

= = 50%

Kriteria Objektif :
33

a. tidak mendukung jika responden menjawab ˂ 50% dari total skor semua

pertanyaan

b. mendukung jika responden menjawab ≥50% dari total skor semua pertanyaan

4. Budaya

Budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebiasaan yang ada di

sekitar masyarakat yang dapat mendukung dalam membuat keputusan untuk

memilih alat kontrasespi seperti kegiatan sosial dan keagamaan, sehingga

masyarakat sadar akan pentingnya ikut dalam program KB dimana ber-KB bukan

karena ajakan melainkan karena kesadaran dan keyakinan sendiri.

Jawaban tertinggi berbobot 1 dan terendah 0

Skor tertinggi = jumlah pertanyaan kali bobot tertinggi

= 10 x 1 = 10 (100%)

Skor terendah = jumlah pertanyaan kali bobot terendah

= 10 x 0 = 0 (0%)

Skor antara = skor tertinggi – skor terendah

= 100 % - 0%

= 100 %

Kriteria objektif sebanyak 2 kategori : mendukung dan tidak mendukung

Interval =

= = 50%
34

Kriteria penilaian terhadap budaya didasarkan atas skala Guttman. Jumlah

pertanyaan keseluruhan sebanyak 10 (sepuluh) nomor, Jika menjawab “Ya” diberi

nilai 1 dan jika menjawab “Tidak” diberi nilai 0.

Kriteria objektif:

Mendukung : Apabila jawaban responden benar > 50% dari nilai skor

jawaban.

Tidak mendukung : Apabila jawaban responden benar ≤ 50% dari nilai skor

jawaban

F. Cara Pengumpulan Data

1. Data primer

Penggumpulan data primer akan diperoleh melalui pengisian kuesioner

kepada responden.

2. Data sekunder

Prosedur pengumpulan data sekunder yaitu dengan melihat data pada

instansi terkait sesuai kebutuhan peneliti, seperti data peserta KB dan data PUS

(pasangan usia subur) yang bersumber dari BKKBN Kota Kendari, Badan

Keluarga Berencana Kecamatan Abeli.

G. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data akan dilakukan secara elektronika yaitu dengan komputer.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat
35

Merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dalam hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase

dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002). Analisis univariat dilakukan untuk

mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi faktor pengetahuan, dukungan

suami, dan budaya, serta penggunaan alat kontrasepsi implant. Hasil analisis

univariat akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat yaitu menganalisis hubungan faktor pengetahuan, dukungan

suami, budaya, dengan penggunaan alat kontrasepsi implant. Dilakukan analisa

data dengan menggunakan uji statistik non parametik dengan program

komputerisasi tekhnik analisis chi-square menggunakan komputer dengan tabel

kontingensi 2x2, pada tingkat kepercayaan 90% (α=0,1).

Dasar pengambilan keputusan penelitian hipotesis (Budiarto, 2002):

1) H0 diterima jika χ2hitung ≤ χ2tabel atau ρ value ≥


(α) = 0,1.
2) H1 diterima jika χ2hitung > χ2tab atau ρ val < (α) = 0,1.
el ue

Jika H0 ditolak kemudian dilanjutkan uji keeratan hubungan dengan

menggunakan koefisien phi (µ). Rumus:

Besarnya nilai phi (µ) berada diantara 0 sampai dengan 1 dengan ketentuan:

0,76 - 1,00 : hubungan sangat kuat

0,51 - 0,75 : hubungan kuat

0,26 - 0,50 : hubungan sedang


36

0,01 - 0,25 : hubungan lemah (Arikunto, 2002).

3. Penyajian Data

Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi dan

presentase yang disertai dengan penjelasan-penjelasan tabel.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Abeli merupakan salah satu dari 15 Puskesmas yang ada

di Kota Kendari, yang terletak di Kelurahan Abeli Kecamatan Abeli . Jarak

dari Kantor Walikota ± 73,13 km2. Puskesmas Abeli terletak di Kelurahan

Abeli Kecamatan Abeli yang tediri atas 8 (delapan) kelurahan, dengan

batasnya adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan Teluk Kendari

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Konda

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Moramo

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Matabubu Kecamatan Poasia

Keadaan alam di wilayah kerja Puskesmas Abeli terdiri dari dataran

(53%), pegunungan/bukit (47%). Iklim di wilayah kerja Puskesmas Abeli

adalah iklim tropis dengan musim hujan umumnya bulan Desember - Mei dan

musim kemarau terjadi bulan Juni - November. Suhu udara rata-rata berkisar

antara 27 ºC - 37 ºC.

2. Keadaan Demografis

Berdasarkan hasil pendataan terakhir, jumlah penduduk di wilayah

kerja Puskesmas Abeli adalah 16032 jiwa yang tersebar dalam 8 (delapan)

wilayah kelurahan.

37
38

Adapun untuk lebih jelasnya distribusi penduduk perkelurahan,

disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli


Tahun 2014
No. Nama Kelurahan Jumlah Penduduk( Jiwa )
1. Puday 1681
2. Lapulu 4019
3. Abeli 1775
4. Benuanirae 1639
5. Tobimeita 2052
6. Anggalomelai 1635
7. Poasia 1579
8. Talia 1552
Total 16032
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Abeli 2014

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar berada di

Kelurahan Lapulu sebanyak 4019 jiwa dan jumlah penduduk yang terkecil

berada di Kelurahan Talia sebanyak 1552 jiwa dengan total jumlah penduduk

pada 8 kelurahan adalah 16032 jiwa.

3. Sosial Ekonomi dan Budaya

Distribusi penduduk menurut pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas

Abeli tahun 2014, disajikan dalam tabel 2.


39

Tabel 2. Distribusi pekerjaan Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas


Abeli Tahun 2014
NO Pekerjaan Persentase
1. PNS/ABRI 17,2
2. Petani 5,7
3. Nelayan 19,2
4. Pertukangan 7,4
5. Swasta 41,7
6. Tidak Bekerja 8,8
Total 100
Sumber : Profil Puskesmas Abeli Tahun 2014

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan penduduk di

wilayah kerja Puskesmas Abeli berprofesi di bidang swasta yaitu sebesar

41,7%, sedangkan pekerjaan penduduk yang paling sedikit yaitu sebagai petani

sebesar 5,7%.

Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Abeli pada terdiri dari

berbagai macam suku. Mayoritas adalah suku Tolaki, Bugis, Muna dan,

selebihnya adalah Buton, Jawa, dan Makassar. Sebagian besar memeluk

agama Islam. Agama lain yang dianut adalah Kristen, Katolik, Hindu dan

Budha.

4. Tenaga Kesehatan

Dalam menjalankan fungsinya sebagai Pusat Kesehatan Masyarakat,

Puskesmas Abeli memiliki beberapa staf sebagai pelaksana tugasnya yang

masing-masing bekerja sesuai di bidangnya. Jenis ketenagaan yang bertugas

di Puskesmas Abeli sampai tahun 2014, disajikan dalam tabel 3.


40

Tabel 3. Jenis Ketenagaan di Puskesmas Abeli Tahun 2014


No Jenis Ketenagaan Jumlah (Orang)
1. Dokter Umum 2
2. Dokter Gigi 1
3. S1 Keperawatan 4
4. S1 Kesmas 8
5. Bidan D3 16
6. Bidan D1 3
7. Perawat D3 15
8. Sanitasi AKL 3
9. Perawat SPK 7
10. Perawat Gigi 3
11. Tenaga Gizi (AMG) 4
12. Tenaga Gizi (SPAG) 1
13. SMU 3
Total 70
Sumber : Profil Puskesmas Abeli Tahun 2014

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di

Puskesmas Abeli sampai tahun 2014 sebanyak 70 orang, jumlah ini meningkat

dibandingkan dengan tahun 2013 sebanyak 66 orang.

5. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Abeli cukup memadai, hal

ini ditandai dengan adanya 1 unit Puskesmas induk yaitu Puskesmas Abeli,

dan terdapat 17 Posyandu yang tersebar di seluruh kelurahan Abeli termasuk

dalam kategori Posyandu Purnama dan Posyandu Mandiri. Setiap Posyandu

dibina oleh satu orang petugas dari Puskesmas dan diwajibkan hadir setiap

ada Posyandu di kelurahan binaannya.


41

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota

Kendari dilaksanakan pada bulan Juni dengan jumlah sampel sebanyak 103

responden. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka disajikan

hasil penelitian sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Umur adalah lama waktu hidup, yang dihitung berdasarkan ulang

tahun terakhir. Umur merupakan ciri dari kedewasaan fisik dan

kematangan kepribadian yang erat hubunganya dengan pengambilan

keputusan (Mubarak, 2010).

Distribusi responden menurut kelompok umur dalam penelitian ini

disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Wilayah


Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2015
No Kelompok Umur Jumlah (n) Persentase (%)
(Tahun)
1 15-20 9 1,7
2 21-25 24 23,3
3 26-30 32 31,1
4 31-35 22 21,4
5 >35 16 15,5
Total 103 100
Sumber : Data Primer Tahun 2016

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 103 responden sebagian besar

berada di kelompok umur 26-30 tahun yaitu sebanyak 32 responden


42

(31,1%), sedangkan yang terendah berada pada kelompok umur 20-24

tahun yaitu sebanyak 9 responden (8,7%).

b. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap

dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang dimaksud yaitu

pendidikan terakhir yang diraih oleh responden (Mubarak, 2010).

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan responden

dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di


Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016

No Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase


(%)
1 Perguruan tinggi 9 8,7
2 Diploma 17 16,5
3 SMA 24 23,3
4 SMP SD 21 20,4
5 Tidak bersekolah 21 20,4
6 11 10,7
Total 103 100
Sumber : Data Primer Primer Tahun 2016

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 103 responden sebagian besar

menamatkan pendidikan sampai SMA yaitu sebanyak 24 responden

(23,3%), sedangkan tingkat pendidikan yang terendah adalah perguruan

tinggi sebanyak 9 responden (8,7%).

c. Alamat Responden

Distribusi responden Menurut Alamat responden dapat dilihat pada

tabel 6.
43

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Alamat di Wilayah Kerja


Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016
No. Alamat Jumlah (n) Persentase (%)
1. Puday 12 11,7
2. Lapulu Abeli 18 17,5
3. Benuanirae 12 11,7
4. Tobimeita 13 12,6
5. Anggalomelai 14 13,6
6. Poasia 14 13,6
7. Talia 11 10,7
8 9 8,7
Total 103 100
Sumber: Data Primer Tahun
2016

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 103 responden, sebagian besar

responden beralamat di kelurahan Lapulu yaitu berjumlah 18 orang (17,5%),

dan sebagian kecil responden beralamat di kelurahan Talia yaitu berjumlah

9 orang (8,7%).

2. Analisis Univariat

a. Penggunaan kontrasepsi Implant

Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung

levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri

silicon dan disusukan dibawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan

dibawah kulit adalah sebanyak 2 kapsul masing masing kapsul panjangnya

44 mm masing masing batang diisi dengan 70mg levonorgetrel, dilepaskan

kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul levonorgetrel adalah

suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil

kombinasi (Prawirohardjo, 2009 Dalam Suryani, 2009).


44

Distribusi responden berdasarkan penggunaan alat kontrasepsi Implant

dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Responden berdasarkan Penggunaan Alat


kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli
Kota Kendari Tahun 2016.
No Penggunaan Implant Jumlah (n) Persentase (%)
1. Menggunakan 14 13,6
2. Tidak menggunakan 89 86,4
Total 103 100
Sumber: Data Primer Tahun 2016

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 103 responden, hanya sebagian

kecil responden responden menggunakan alat kontrasepsi Implant yaitu

berjumlah 14 orang (13,6%), dan sebagian besar responden yang

menggunakan alat kontrasepsi selain Implant yaitu berjumlah 89 orang

(86,4%).

b. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang terjadi

melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan mampu

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya perlilaku seseorang

(Notoatmodjo, 2010).

Distribusi responden berdasarkan penggunaan alat kontrasepsi Implant

dapat dilihat pada tabel 8.


45

Tabel 8. Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan tentang


kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli
Kota Kendari Tahun 2016.
No Penggunaan Implant Jumlah (n) Persentase (%)
1. Kurang 81 78,6
2. Cukup 22 21,4
Total 103 100
Sumber: Data Primer Tahun 2016

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 103 responden, hanya sebagian

kecil responden responden yang memiliki pengetahuan cukup yaitu

berjumlah 22 orang (21,4%), dan sisanya memiliki pengetahuan kurang

yaitu berjumlah 81 orang (78,6%).

c. Dukungan Suami

Dukungan merupakan informasi dari orang lain bahwa ia dicintai

dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian

dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan dapat juga

diartikan sebagai informasi verbal dan non verbal, saran dan bantuan yang

nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang – orang yang akrab

dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran

dalam hal – hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan

berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Akhmadi, 2009 dalam

Suryani, 2011).
46

Tabel 9. Distribusi Responden berdasarkan Dukungan Suami di


Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016.
No Dukungan Suami Jumlah (n) Persentase (%)
1. Mendukung 41 39,8
2. Tidak mendukung 62 60,2
Total 103 100
Sumber: Data Primer Tahun 2016

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 103 responden, hanya sebagian

responden responden yang memiliki dukungan oleh suaminya yaitu

berjumlah 41 orang (39,8%), dan sisanya tidak memiliki dukungan suami

yaitu berjumlah 62 orang (60,2%).

d. Budaya

Budaya adalah kebiasaan yang ada di sekitar masyarakat yang dapat

mendukung dalam membuat keputusan untuk memilih alat kontrasespi

seperti kegiatan sosial dan keagamaan, sehingga masyarakat sadar akan

pentingnya ikut dalam program KB dimana ber-KB bukan karena ajakan

melainkan karena kesadaran dan keyakinan sendiri (Muharni, 2015).

Tabel 10. Distribusi Responden berdasarkan Budaya di Wilayah


Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016.
No Budaya Jumlah (n) Persentase (%)
1. Mendukung 51 49,5
2. Tidak mendukung 52 50,5
Total 103 100
Sumber: Data Primer Tahun 2016

Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 103 responden, hanya sebagian

responden responden yang memiliki dukungan budaya terhadap alat

kontrasepsi yaitu berjumlah 52 orang (50,5%), dan sisanya tidak memiliki

dukungan yaitu berjumlah 51 orang (49,5%).


47

3. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi


Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016

Hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi

Implant di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari, dapat dilihat

pada tabel 11:

Tabel 11. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi


Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari
Tahun 2016.
Pemilihan
Kontrasepsi
Jumlah
No Pengetahuan Non X2hi ρValu RØ
Implant e
Implant t
n % n % n %
1 Kurang 77 95,1 4 4,9 81 100
2 Cukup 12 54,5 10 45,5 22 100 3,357 0,000 0,485
Total 89 86,4 14 13,6 103 100
Sumber: Data Primer Tahun 2016

Berdasarkan tabel 11, melalui persentase baris, dapat diketahui

bahwa dari 81 responden (100%) yang memiliki pengetahuan kurang,

terdapat lebih banyak responden yang memilih menggunakan kontrasepsi

Non Implant dengan jumlah 77 responden (95,1%) daripada responden

yang menggunakan Implant dengan jumlah 4 responden (4,9%). Dari 22

responden (100%) yang memiliki pengetahuan cukup, terdapat lebih

banyak responden yang memilih menggunakan kontrasepsi Non-Implant


48

dengan jumlah 12 responden (54,5%) daripada responden yang

menggunakan alat kontrasepsi Implant dengan jumlah 10 responden

(13,6%).

Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil X2hitung


=

20,855 dan ρValue = 0,000. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk =

1, maka diperoleh X2tabel = 3,841. Oleh karena X2hitung lebih besar

dari pada X2tabel dan ρValue < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada

hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi

Implant di Wilayah

Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016 dengan kekuatan

hubungan 0,485 yang berarti terdapat hubungan yang sedang.

b. Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi


Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016

Hubungan Dukungan Suami dengan penggunaan alat kontrasepsi

Implant di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari, dapat dilihat

pada tabel 12:


49

Tabel 12. Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Alat


Kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota
Kendari Tahun 2016.
Pemilihan
Kontrasepsi
Dukungan Jumlah
No Non X2hit ρValu RØ
Suami Implant e
Implant
n % n % n %
1 Tidak
58 93,5 4 6,5 46 100
Mendukung
5,321 0,016 0,256
2 Mendukung 31 75,6 10 24,4 57 100
Total 89 86,4 14 13,6 103 100
Sumber: Data Primer Tahun 2016

Berdasarkan tabel 12, melalui persentase baris, dapat diketahui

bahwa dari 46 responden (100%) yang tidak memiliki dukungan suami,

terdapat lebih banyak responden yang memilih menggunakan kontrasepsi

Non Implant dengan jumlah 58 responden (93,5%) daripada responden

yang menggunakan Implant dengan jumlah 4 responden (6,5%). Dari 57

responden (100%) yang memiliki dukungan suami, terdapat lebih banyak

responden yang memilih menggunakan kontrasepsi Non-Implant dengan

jumlah 31 responden (75,6%) daripada responden yang menggunakan alat

kontrasepsi Implant dengan jumlah 10 responden (24,4%).

Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil X2hitung


=

5,321 dan ρValue = 0,012. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1, maka

diperoleh X2tabel = 3,841. Oleh karena X2hitung lebih besar dari pada
X2tabel
50

dan ρValue < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada hubungan antara

Dukungan Suami dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant di Wilayah

Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016 dengan kekuatan

hubungan lemah.

c. Hubungan Budaya dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di


Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016

Hubungan Budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant di

wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari, dapat dilihat pada tabel 13:

Tabel 13. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi


Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari
Tahun 2016.
Pemilihan
Kontrasepsi
Jumlah
No Budaya Non X2hit ρValu RØ
Implant e
Implant
n % n % n %
1 Tidak
49 96,1 2 3,9 51 100
Mendukung
6,496 0,008 0,279
2 Mendukung 40 76,9 12 23,1 52 100
Total 89 86,4 14 13,6 103 100
Sumber: Data Primer Tahun 2016

Berdasarkan tabel 13, melalui persentase baris, dapat diketahui

bahwa dari 51 responden (100%) yang tidak memiliki dukungan budaya,

terdapat lebih banyak responden yang memilih menggunakan kontrasepsi

Non Implant dengan jumlah 49 responden (96,1%) daripada responden

yang menggunakan Implant dengan jumlah 2 responden (3,9%). Dari 52


51

responden (100%) yang memiliki dukungan budaya terdapat lebih banyak

responden yang memilih menggunakan kontrasepsi Non-Implant dengan

jumlah 40 responden (76,9%) daripada responden yang menggunakan alat

kontrasepsi Implant dengan jumlah 12 responden (23,1%).

Berdasarkan analisis Chi-Square (X2), diperoleh hasil X2hitung


=

6,496 dan ρValue = 0,045. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1,

maka diperoleh X2tabel = 3,841. Oleh karena X2hitung lebih besar dari

pada X2tabel dan ρValue < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada hubungan

antara Budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant di Wilayah

Kerja Puskesmas

Abeli Kota Kendari Tahun 2016 dengan kekuatan hubungan sedang.

C. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Kontrasepsi Implant

Pengetahuan didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kenyataan,

kebenaran, prinsip dan keindahan terhadap suatu objek. Pengetahuan

merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan diingat.

Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal

maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton

televisi dan dari pengalaman hidup lainnya (Aprillia, 2009).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi Implant di

Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang di lakukan oleh Fitri (2005) yang menyatakan bahwa
52

ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemilihan kontrsepsi

Implant dengan ρ Value = 0,009 < 0,05 yang berarti semakin baik

pengetahuan ibu maka semakin baik pula tindakan ibu dalam memilih

jenis kontrasepsi yang akan digunakan.

Hasil penelitian diperoleh sebagian responden yang memiliki

pengetahuan kurang memilih kontrasepsi Implant, hal ini disebabkan karena

responden atau pengguna Implant tersebut mau menggunakan Implant karena

melihat pengalaman keluarga terdekat dan teman sekitarnya, adanya dukungan

dari sang suami, karena sering lupa konsumsi pil, sering lupa jadwal suntik dan

merasa lebih nyaman menggunakan Implant di bandingkan alat kontrasepsi

lainnya.

Pengetahuan mengenai kontrasepsi di peroleh ibu di Kecamatan Abeli

melalui penyuluhan oleh petugas UPT PLKB yang dilakukan setiap

bulan.Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai Kecamatan yang

bertanggung jawab terkait penyuluhan tentang kontrasepsi dalam hal ini UPT

PLKB bahwa pengetahuan mengenai kontrasepsi yang diperoleh ibu di

Kecamatan Abeli berasal dari UPT PLKB yang selalu memberikan informasi

kepada masyarakat khusunya ibu-ibu yang berada di Kecamatan Abeli. Namun

dalam penyuluhan hanya sedikit ibu-ibu yang berpatisipasi untuk mengikuti

penyuluhan tersebut sehingga sedikit ibu-ibu yang mengetahui kelebihan dan

kekurangan dari kontrasepsi itu sendiri.


53

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo

(2007) yang menyatakan bahwa paparan informasi (media massa) dapat

mempengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang. Informasi yang diperoleh

baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh

jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan.

Tingkat pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi penerimaan

program KB di masyarakat. Studi yang dilakukan oleh Anne R Pebley dan

James W Breckett (1999) menemukan bahwa ”Sekali wanita mengetahui

tempat pelayanan kontrasepsi, perbedaan jarak dan waktu bukanlah hal yang

penting dalam menggunakan kontrasepsi, dan mempunyai hubungan yang

signifikan anatara pengetahuan tentang tempat pelayanan dan metode

kontrasepsi yang digunakan. Wanita yang mengetahui tempat pelayanan

kontrasepsi lebih sedikit menggunakan metode kontrasepsi tradisional.”

Pengetahuan yang benar tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis

kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB.

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal misalnya

melalui sekolah, selain itu pengetahuan juga dapat didapat dari pengalaman.

Pengetahuan juga sangat erat kaitannya dengan pendidikan, diharapkan dengan

adanya seseorang yang berpendidikan tinggi, maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya (Ahmadi, 1995).


54

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu

(Notoatmodjo, 2007).

2. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Kontrasepsi Implant

Dukungan merupakan informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan

diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari

jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan dapat juga diartikan

sebagai informasi verbal dan non verbal, saran dan bantuan yang nyata atau

tingkah laku yang diberikan oleh orang – orang yang akrab dengan subjek di

dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dalam hal – hal yang

dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku

penerimanya (Akhmadi, 2009 dalam Suryani, 2011).

Hasil penelitian diperoleh bahwa teradapat hubungan yang bermakna

antara dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi Implant di Wilayah

Kerja Puskesmas Abeli Tahun 2016. Penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyati tentang Hubungan Karakteristik

akseptor keluarga berencana dengan pemilihan alat kontrasepsi implant di poli

kebidanan runah sakit umum kabupaten konawe tahun 2009. Dimana hasil

penelitiannya menyatakan bahwa faktor yang paling berhubungan dan yang


55

paling signifikan dengan pemilihan alat konrasepsi implant adalah dukungan

suami dengan p (0,022).

Hal ini memberikan gambaran bahwa pemilihan alat kontrasepsi

sangat memerlukan dukungan dari suami di mana dukungan tersebut yang

paling dibutuhkan oleh ibu untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat.

Pada responden yang suaminya mendukung tetapi tidak menggunakan

alat kontrasepsi Implant yang berjumlah 31 responden (75,6%), dapat

disebabkan karena responden belum mempunyai pengetahuan yang cukup

terhadap penggunaan alat kontrasepsi Implant sehingga responden masih

merasa takut. Selain itu, beberapa responden juga mengatakan faktor biaya

pemasangan yang relatif lebih mahal dari kontrasepsi jenis lainnya

menyebabkan mereka memilih menggunakan kontrasepsi jenis lain seperti pil,

suntik dan lain-lain, serta responden takut merasa kurang nyaman dalam

melakukan kegiatan sehari-hari.

Suami (ayah) memiliki peran yang sangat besar dalam pemilihan alat

kontrasepsi oleh seorang istri. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk

mengantar isteri konsultasi ke bidan, mengingatkan dalam menggunakan

kontrasepsi dan mendampingi sang isteri saat pemasangan kontrasepsi.

Keterlibatan seorang suami dalam hal reprosuksi khususnya dalam

pengambilan keputusan dan pemilihan alat kontrasepsi sangat diperlukan.

Seringkali tidak adanya keterlibatan suami mengakibatkan kurangnya


56

informasi yang dimiliki seorang suami mengenai kesehatan reproduksi

terutama alat kontrasepsi (Wibowo, 2004).

Sementara itu, berdasarkan jawaban dari responden yang suaminya

mendukung dalam ber-KB, suami mereka selalu ikut serta dalam memberikan

saran tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan. Selain itu, suami mereka

juga yang mengantar mereka ke tempat pelayanan alat kontrasepsi serta ikut

turut dalam mengikuti konseling pemilihan alat kontrasepsi. Sedangkan bagi

responden yang suaminya tidak mendukung dalam ber-KB dapat disebabkan

oleh masih kurangnya pemahaman suami mereka tentang manfaat KB itu

sendiri baik bagi diri sendiri maupun bagi keluarganya, serta adanya anggapan

suami bahwa KB itu adalah urusan wanita. Oleh karena itu, pengetahuan

suami tentang KB juga sangat penting termasuk dengan penggunaan KB

Implant.

Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Indra (2009) tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi jenis kontrasepsi yang digunakan pada keluarga

miskin dengan total sampel sebanyak 72 orang. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tedapat hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan dengan

jenis pemilihan kontrasepsi yang digunakan (p value 0,032 < α 0,05).

Faktor pengetahuan suami sebagai pasangan dari peserta KB juga

berkontribusi cukup besar sebagai pendukung sekaligus penganjur istri dalam

menjatuhkan pilihan kontrasepsi. Suami yang memiliki pengetahuan cukup

tentang Implant akan cenderung menganjurkan dan mengijinkan istrinya


57

menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang tersebut. Berdasarkan jawaban

yang diberikan oleh responden, sesungguhnya suami mereka memberi

dukungan dan ijin jika istri memiliki keinginan memakai Implant. Akan tetapi

hal tersebut tidaklah cukup untuk membuat responden memilih Implant

sebagai pilihan, karena suami mereka selalu menyerahkan semua keputusan

kepada istri, yang diakuinya sebagai pihak yang menjalani kontrasepsi.

Sebagaimana diungkapkan dalam teori Lawrence Green, faktor dukungan

suami dapat dikatakan sebagai salah satu faktor anteseden atau pemungkin,

yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Perpaduan antara

pengetahuan dan dukungan suami dengan kemauan yang kuat dari istri dalam

menetapkan pilihan pada alat kontrasepsi non hormonal yang terbukti efektif

tersebut membuahkan keputusan yang bulat bagi kedua pasangan dalam

memilih menggunakan kontrasepsi tersebut (Imbarwati, 2009).

3. Hubungan Budaya dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal.

Sedangkan budaya merupakan perkembangan majemuk dari budidaya yang

berarti daya dari budi sehingga dibedakan antara budaya yang berarti daya

dari budi berupa cipta, karsa, dan rasa dan kebudayaan yang berarti hasil dari

cipta, karsa dan rasa. Kebudayaan atau peradaban mengandung pengertian


58

yang luas meliputi pemahaman, perasaan suatu bangsa yang kompleks

meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat

(kebiasaan) dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat

(Rush, 2001).

Budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebiasaan yang ada

di sekitar masyarakat yang dapat mendukung dalam membuat keputusan

untuk memilih alat kontrasespi seperti kegiatan sosial dan keagamaan,

sehingga masyarakat sadar akan pentingnya ikut dalam program KB dimana

ber-KB bukan karena ajakan melainkan karena kesadaran dan keyakinan

sendiri.

Kebudayaan merupakan hal yang kompleks yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan

serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan olehh manusia sebagai anggota

masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-

pola perilaku yang normatif, artinya mencakup segala cara-cara atau pola

berfikir, merasakan dan bertindak (Soekanto, 2002).

Pada responden yang budayanya mendukung tetapi tidak

menggunakan alat kontrasepsi Implant yang berjumlah 40 responden (76,9%),

dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain karena pengetahuan

responden tentang penggunaan kontrasepsi Implant masih sangat kurang

seperti lama pemakaiannya, bentuknya, mekanisme kerjanya, tempat

pelayanannya, yang berhak memasang, saat atau waktu yang tepat untuk
59

memasang, waktu pencabutannya maupun kelemahan serta kelebihannnya.

Dengan pengetahuan yang cukup tentang kontrasepsi Implant maka

diharapkan semakin banyak yang memilih kontrasepsi Implant. Pengetahuan

cukup yang dimiliki merupakan dasar untuk melakukan suatu tindakan dalam

memilih alat kontrasepsi apa yang akan digunakan. Berdasarkan hasil

wawancara dengan responden, faktor lain yang menyebabkan responden tidak

menggunakan Implant walupun budayanya mendukung adalah adanya rasa

takut responden baik dalam proses pemasangannya, takut pakai Implant

karena setelah pasang akan keluar bercak-bercak darah, khawatir karena

Implant dapat keluar sendiri jika beraktivitas, takut pakai Implant karena saat

haid darah yang keluar lebih lama dan lebih banyak, serta biaya

pemasangannya yang relatif mahal (Imbarwati, 2009).

Sementara itu, berdasarkan jawaban responden yang memilih

menggunakan Implant mengatakan bahwa alasan mereka menggunakan IUD

adalah karena dari sisi budaya masyarakat menilainya secara positif, yang

berarti adanya dukungan penuh dari pihak-pihak terkait serta tidak adanya

suatu larangan apapun terhadap pemakaian Implant yang disertai sebagian

besar responden yang berpersepsi baik akan peran tokoh masyarakat, kader

dan petugas kesehatan pada upaya penggunaan Implant.

Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak

hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan

lebih diinginkan. Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan


60

dalam setiap masyarakat, oleh para anggotanya dikembangkan sejumlah pola-

pola budaya yang ideal dan pola-pola ini cenderung diperkuat dengan adanya

pembatasan-pembatasan kebudayaan. Pola-pola kebudayaan yang ideal itu

memuat hal-hal yang oleh sebagian besar dari masyarakat tersebut diakui

sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam keadaan-keadaan tertentu.

Pola-pola inilah yang sering disebut dengan norma-norma. Walaupun kita

semua tahu bahwa tidak semua orang dalam kebudayaannya selalu berbuat

seperti apa yang telah mereka patokan bersama sebagai hal yang ideal

tersebut. Sebab bila para warga masyarakat selalu mematuhi dan mengikuti

norma-norma yang ada pada masyarakatnya maka tidak akan ada apa yang

disebut dengan pembatasan-pembatasan kebudayaan (Siregar, 2010).

Sebagian dari pola-pola yang ideal tersebut dalam kenyataannya

berbeda dengan perilaku sebenarnya karena pola-pola tersebut telah

dikesampingkan oleh cara-cara yang dibiasakan oleh masyarakat. Pada

umumnya kebudayaan itu dikatakan bersifat adaptif, karena kebudayaan

melengkapi manusia dengan cara-cara penyesuaian diri pada kebutuhan-

kebutuhan fisiologis dari badan mereka, dan penyesuaian pada lingkungan

yang bersifat fisik-geografis maupun pada lingkungan sosialnya (Siregar,

2010).
61
V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi

Implant di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016.

2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi

Implant di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016.

3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi

Implant di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016.

B. Saran

1. Bagi BKKBN dan Dinas Kesehatan sebaiknya selalu mensosialisasikan

tentang alat kontrasepsi dan kelebihan serta kekurangan alat kontrasepsi

sehingga masyarakat dapat dengan mudah memilih alat kontrasepsi yang

sesuai dengan keinginan yang diharapkan.

2. Bagi masyarakat atau peserta KB agar selalu meningkatkan pengetahuan

tentang kontrasepsi Implant sehingga sadar akan penggunaan kontrasepsi

Implant dan memahami tentang fungsi, manfaat serta efektivitas

kontrasepsi Implant sehingga peserta KB/masyarakat semakin mengenal

dan pemakaian kontrasepsi Implant semakin bertambah.

3. Bagi peneliti berikutnya agar dapat melakukan studi mengenai faktor-

faktor lain yang berhubungan dengan rendahnya pemilihan kontrasepsi

Implant.

61
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.

Arum, D.N.S.,& Sujiyatni. (2009). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Jogjakarta:


Mitra Cendikia
Azwar, 2010. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta

BKKBN. 2008. Program KB di Indonesia.

.2012. Laporan Hasil Pembinaan Pus dan Jumlah Peserta KB Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2012 . Kendari

.2013. Evaluasi pelaksanaan program kependudukan dan KB tahun 2013.


Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

.2014. Laporan Hasil Pengendalian Lapangan Desember 2014. Jakarta :


Direktorat Pelaporan dan Statistik.

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Cetakan ke 5. Jakarta : Kencana

Diah, 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Ibu terhadap Pemakaian


Kontrasepsi Implant Di Desa Gunung Sugil Kabupaten Lampung Tengah Tahun
2006. Lampung. Available from : (http://www.Kompas.com) (Accessed 17 April ,
2013).

Depkes RI, 2005. Pedoman Penanggulangan Efek Samping Atau Komplikasi Kontrasepsi.
Jakarta : YBPSP

Erfand. 2008. Permasalahan Dalam Keluarga Berencana. Buku Saku KB Arista :


Surabaya

Hartanto, (2003). KB dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan


Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka
Rihama
Hikbar, 2009. Hubungan Pengetahuan, Pendidikan dan Dukungan Suami Dengan
Pemanfaatan Konseling Keluarga Berencana Pada Akseptor Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2009. Skripsi Program Studi Kesehatan
Masyarakat FMIPA. Universitas Haluoleo. Kendari
Indra, Laksmi., 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi
Yang Digunakan Pada Keluarga Miskin Tahun 2009. Karya Tulis Ilmiah Fakultas
Kedokteran. Semarang : Universitas Diponegoro.

Notoatmodjo, 2005. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Yogyakarta:


Andi Offset.

.2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Cetakan kedua. Jakarta:


Rineka Cipta.

Roesli, 2008, Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : Pustaka Bunda.


Saifuddin AB. 2006. Buku Acuan Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina
Pustaka
Sakinah, 2012. Gambaran Penggunaan Kontrasepsi Implant Pada Pasangan Usia Subur
(PUS) Di Puskesmas Perawatan Lakessi Kota Prepare Tahun 2012. Parepare.
Diakses 19 September 2015

Sarwono, 2002. Kontrasepsi Hormonal. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta

Soekanto, S. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali: Jakarta

Suriani, 2009. Determinan Pemilihan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sampara Kabupaten KOnawe Tahun 2009.
Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat FMIPA. Kendari : Universitas
Haluoleo.
Suryani, dkk., 2011, Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Kontrasepsi di BPS
Kota Semarang, Jurnal Vol. 1 No. 1/Januari 2011 Akbid Abdi Husa, Semarang,
(http://jurnal.abdihusada.com/index.php/jdk/article/view/3/3), diakses 20 Mei 2016.

Sri, Mulyati. 2009. Hubungan Karakteristik Akseptor KB dengan Pemilihan Alat


Kontrasepsi Implan di Poli Kebidanan RSU Kabupaten Konawe. Kendari.

Wibowo. 2004. Peran Suami Dalam Ber-KB. Bandung: Pustaka Harapan


Lampiran 1. Informed Consent

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

NAMA :

UMUR :

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi
menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Haluoleo yang bernama Hasmiatin (F1D311072)
dengan judul “ Hubungan Pengetahuan, Dukungan suami dan Budaya dengan penggunaan
kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Tahun 2016”.

Saya menjadi responden tanpa paksaan dari pihak manapun karena saya mengetahui
bahwa keikutsertaan dan keterangan yang akan saya berikan sangat besar manfaatnya bagi
kelanjutan penelitian peneliti.

Demikian surat persetujuan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kendari, 2016

Responden

(…………………………………)
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, DUKUNGAN SUAMI DAN BUDAYA DENGAN


PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLANT PADA PASANGAN USIA SUBUR DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS ABELI TAHUN 2016

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. No Responden :

2. Nama :

3. Umur :

4. Alamat :

5. Agama : Islam Kristen Hindu Budha

6. Pendidikan Terakhir : SD SMP SMA

Perguruan Tinggi Lain-lain………….

7. Pekerjaan : PNS Wiraswasta Tidak Bekerja

8. Pemilihan alat Kontrasepsi :

Alat Kontrasepsi apa yang ibu gunakan:

a. Implant

b. Lainnya ……………………..(tulis jenis Kontrasepsinya)

sudah berapa kali ibu menggunakan kontrasepsi

a. pertama kali………………..(tulis lama pemakaiannya)

b. pengguna aktif…………….(tulis lama pemakaiannya)

B. PENGETAHUAN AKSEPTOR TENTANG KB

Berilah tanda silang pada jawaban yang dianggap paling benar

1. Keluarga Berencana (KB) adalah usaha untuk mengatur jumlah kelahiran anak.
a. Benar

b. Salah

2. Alat kontrasepsi Implant adalah alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya

kehamilan yang bersifat jangka pendek.

a. Benar

b. Salah

3. Untuk menghindari terjadinya kehamilan dapat dicegah dengan menggunakan metode

kontrasepsi.

a. Benar

b. Salah

4. Waktu menggunakan alat kontrasepsi (Implant) dapat dilakukan kapan saja walaupun

dalam keadaan hamil.

a. Benar

b. Salah

5. Waktu yang paling aman untuk menggunakan alat kontrasepsi (Implant) adalah pada

usia produktif dan telah memiliki anak.

a. Benar

b. Salah

6. Pengguna kontrasepsi (Implant) dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsinya

sesuai dengan keinginan.

a. Benar

b. Salah
7. Ibu yang hamil atau dicurigai hamil sebaiknya tidak menggunakan alat kontrasepsi

karena dapat menyebabkan keguguran, pendarahan, dan resiko terjadinya cacat pada

janin.

a. Benar

b. Salah

8. Yang boleh menggunakan kontrasepsi (Implant) adalah ibu yang sedang menyusui.

a. Benar

b. Salah

9. Alat kontrasepsi Implant merupakan alat kontrasepsi jangka panjang dengan jangka

waktu 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun.

a. Benar

b. Salah

10. Alat kontrasepsi Implant di pasang didalam rahim.

a. Benar

b. Salah

C. DUKUNGAN SUAMI

1. Apakah suami Ibu setuju dengan alat kontrasepsi yang Ibu gunakan?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah suami Ibu mendukung sepenuhnya dalam penggunaan alat kontrasepsi saat ini?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah sebelum menggunakan alat kontrasepsi (KB) suami Ibu mengetahui tentang
rencana Ibu untuk menunda kehamilan?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah suami Ibu memberikan saran tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah suami Ibu mengantar ke tempat pelayanan alat kontrasepsi (KB) saat menentukan
alat kontrasepsi yang tepat untuk digunakan?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah suami Ibu turut mengikuti konseling pemilihan alat kontrasepsi?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah suami Ibu ikut serta dalam menentukan alat kontrasepsi yang Ibu gunakan?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah selama menggunakan alat kontrasepsi (KB) jenis tertentu suami Ibu pernah
mengeluh tentang adanya gangguan dalam melakukan hubungan seksual?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah selama menggunakan alat kontrasepsi (KB) jenis tertentu, suami Ibu pernah
menyarankan untuk berhenti menggunakannya?
a. Ya b. Tidak
10. Apakah setelah berhenti menggunakan salah satu jenis alat kontrasepsi (KB) tersebut
suami Ibu pernah menyarankan untuk hamil lagi?
a. Ya b. Tidak

D. Budaya

1. Apakah keluarga di sekitar lingkungan Ibu ada yang menggunakan kontrasepsi?


a. Ya b. Tidak
2. Apakah menurut pandangan Ibu bahwa dapat mempengaruhi kenyamanan dalam
hubungan seksual?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah budaya banyak anak banyak rezeki mempengaruhi Ibu untuk tidak menggunakan
alat kontrasepsi?
a. Ya b. Tidak
Alasan:...................................................................................................................................
...............................................................................................

4. Apakah dengan menggunakan kontrasepsi tidak melanggar adat istiadat atau kebiasaan di
lingkungan Ibu?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah jika Ibu menggunakan alat kontrasepsi, didalam pergaulan sehari-hari tidak
merasa diasingkan oleh keluarga atau tetangga?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah Ibu selama menggunakan kontrasepsi ada larangan atau pantangan yang tidak
dibolehkan?
a. Ya b. Tidak
Jika Ya, sebutkan ...........................................................................................

7. Apakah jika Ibu selama menggunakan dibolehkan untuk menghadiri upacara adat
misalnya perkawinan keluarga, adat permainan dan lain-lain?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah dalam budaya suku ibu menganjurkan untuk memiliki sedikit anak?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah dengan menggunakan KB khususnya tidak dilarang oleh tokoh adat di
lingkungan Ibu?
a. Ya b. Tidak
10. Pernyataan tentang alat harus diambil (dicabut) pada seseorang harus meninggal dunia,
karena dianggap sebagai benda asing. Apakah Ibu setuju dengan pernyataan tersebut?
a. Ya b. Tidak
E. Alasan:........................................................................................................................................

................................................................................
MASTER
TABEL HUBUNGAN PENGETAHUAN, DUKUNGAN SUAMI
DAN BUDAYA DENGAN PENGGUNAAN ALAT
KONTRASEPSI IMPLANT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ABELI KOTA
KENDARI

No Inisial Umu Alamat Pendidikan Implant Pengetahua Dukungan Budaya


1 DA r 26 Puday SM Tidak n kurang Suami
tidak tidak
2 OK 23 Abeli SMA menggunakan
menggunakan cukup mendukung
mendukung mendukung
mendukung
3 KI 27 Lapulu A
Perguruan Tidak cukup tidak tidak
4 SK 21 Tobimeita TinggiSM menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
mendukung
5 LM 37 Puday P
Perguruan menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
6 IH 32 benuanirae Tinggi
Perguruan menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
7 PS 23 benuanirae Tinggi
Diploma menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak tidak
8 DF 18 Lapulu SD menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
9 GH 34 Tobimeita SM menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
10 JN 24 Puday P
Perguruan menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
11 NM 45 poasia TinggiSM menggunakan
Tidak kurang mendukung
mendukung mendukung
tidak
12 JK 28 Abeli P
Diploma menggunakan
Tidak cukup mendukung mendukung
tidak
13 YH 36 Tobimeita SM menggunakan
menggunakan cukup mendukung mendukung
mendukung
14 GF 23 poasia SMP Tidak kurang tidak tidak
15 BN 24 Lapulu P
Diploma menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
mendukung
16 BM 26 Tobimeita Tidak menggunakan
Tidak cukup mendukung
tidak mendukung
17 MJ 37 Puday bersekolah
SD menggunakan
Tidak cukup mendukung
tidak tidak
18 NSK 21 Abeli SM menggunakan
Tidak cukup mendukung
mendukung mendukung
mendukung
19 GB 27 Puday SMP menggunakan
Tidak cukup mendukung mendukung
20 SA 32 benuanirae P
Diploma menggunakan
Tidak kurang mendukung tidak
21 KM 28 Lapulu SM menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
tidak
22 DC 21 Abeli A
Diploma menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
mendukung
23 SA 24 Lapulu Diploma menggunakan
Tidak kurang mendukung tidak
24 CV 23 Puday SM menggunakan
menggunakan kurang mendukung mendukung
mendukung
25 SD 32 Tobimeita SMA menggunakan kurang mendukung mendukung
26 AS 28 Anggalomel P
Diploma Tidak kurang tidak mendukung
ai menggunakan mendukung
27 CD 28 Abeli SD Tidak kurang tidak tidak
28 VD 31 Tobimeita SM menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
29 SA 29 Abeli SMA menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
30 GF 30 Anggalomel SMP menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
31 SF 22 aiTobimeita SMA menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
mendukung
32 FGF 21 Abeli P
SD menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak tidak
33 HJ 27 Anggalomel SM menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
34 DI 40 aiBenuanirae SMP menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
35 BN 31 Puday SMA menggunakan
Tidak cukup mendukung
tidak mendukung
tidak
36 VF 39 Benuanirae Tidak P menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
37 SS 41 Anggalomel bersekolah
Diploma menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
38 FG 24 aibenuanirae SD menggunakan
menggunakan cukup mendukung
mendukung mendukung
mendukung
39 AD 27 Abeli Diploma Tidak cukup tidak tidak
40 FD 23 Anggalomel Perguruan menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
mendukung
41 VF 34 ai Puday TinggiSD menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak tidak
42 BG 21 Benuanirae SM menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
43 EFD 32 Poasia P
SD menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
44 PT 32 Puday Perguruan menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
45 RF 24 Tali TinggiSM menggunakan
menggunakan cukup mendukung
mendukung mendukung
mendukung
46 GB 28 a
Benuanirae A
Perguruan Tidak kurang tidak tidak
47 EFR 24 Tali Tinggi
Perguruan menggunakan
menggunakan cukup mendukung
tidak mendukung
mendukung
48 RW 32 a
Poasia TinggiSM Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
49 BD 32 Lapulu A
SD menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak tidak
50 SFD 28 Lapulu SM menggunakan
Tidak kurang mendukung
mendukung mendukung
mendukung
51 DG 28 Tali A
Diploma menggunakan
Tidak kurang mendukung tidak
52 EG 33 a
Puday SD menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
mendukung
53 EE 19 Poasia SM menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
54 OL 40 Benuanirae SMA menggunakan
Tidak kurang tidak mendukung
55 KL 27 Benuanirae SMA menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak tidak
56 XC 18 Lapulu SMP menggunakan
menggunakan cukup mendukung
tidak mendukung
tidak
57 SD 32 poasia A
SD Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
menggunakan mendukung mendukung
58 GB 38 Lapulu Tidak Tidak cukup mendukung mendukung
59 YTH 27 Anggalomel bersekolah
SM menggunakan
menggunakan cukup mendukung mendukung
60 JKI 19 ai Puday A
SM Tidak kurang tidak tidak
61 TYH 19 Tali P
SD menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
mendukung
62 RGF 24 a
Lapulu Diploma menggunakan
Tidak kurang mendukung
mendukung mendukung
63 VBH 24 Anggalomel SM menggunakan
menggunakan cukup tidak mendukung
64 HFF 28 ai Puday A
Diploma Tidak kurang mendukung
mendukung mendukung
65 DE 32 Tali SM menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
66 BH 37 a
Anggalomel Tidak A menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
67 UK 32 ai
Anggalomel bersekolah
SD menggunakan
menggunakan cukup mendukung mendukung
68 OP 27 ai Tali SM Tidak kurang mendukung mendukung
69 FS 28 a
poasia A
SM menggunakan
Tidak kurang mendukung tidak
70 GH 34 Abeli A
SD menggunakan
Tidak kurang tidak mendukung
mendukung
71 HJ 26 Poasia Tidak menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
72 GF 18 Tobimeita bersekolah
Tidak menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak tidak
73 FS 24 poasia bersekolah
Diploma menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
74 GH 34 Tobimeita Tidak menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
75 LK 29 Tali bersekolah
SD menggunakan
Tidak kurang mendukung
mendukung mendukung
tidak
76 FDD 32 a
Lapulu Tidak menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
tidak
77 FH 28 Tali bersekolah
SM menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
mendukung
78 SW 24 a
Tobimeita P
SM menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
79 QS 26 Tali A
SM menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
80 XD 32 a
Abeli Tidak P menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
81 FB 22 Lapulu bersekolah
SD menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
82 HG 26 Anggalomel SM menggunakan
Tidak kurang mendukung tidak
83 RT 31 ai Lapulu A
SD menggunakan
Tidak kurang tidak mendukung
mendukung
84 FD 40 Tobimeita Diploma menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak tidak
85 SZ 28 Anggalomel SD menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
86 NM 28 aiTobimeita SM menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
87 LO 30 poasia P
Diploma menggunakan
menggunakan cukup mendukung
tidak mendukung
tidak
88 SF 34 Abeli SD Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
tidak
menggunakan mendukung mendukung
89 GBN 21 Anggalomel SM Tidak kurang tidak mendukung
90 HY 17 ai Lapulu A
SM menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak tidak
91 DF 38 Lapulu P
Diploma menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
mendukung
92 RE 40 Anggalomel SD menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak tidak
93 PO 27 aiTobimeita Tidak menggunakan
Tidak cukup mendukung
mendukung mendukung
tidak
94 LI 24 Lapulu bersekolah
SM menggunakan
Tidak kurang tidak mendukung
mendukung
95 MK 17 benuanirae A
SM menggunakan
Tidak kurang mendukung
mendukung mendukung
96 XV 34 Lapulu SDP menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
97 BG 32 Tali SM menggunakan
Tidak cukup mendukung mendukung
98 VF 32 a
benuanirae A
Diploma menggunakan
Tidak kurang mendukung mendukung
99 SA 24 Lapulu Tidak menggunakan
menggunakan kurang mendukung mendukung
100 CD 41 Anggalomel bersekolah
SM Tidak kurang mendukung mendukung
101 SW 38 aibenuanirae P
Perguruan menggunakan
Tidak kurang tidak tidak
102 RU 32 Lapulu TinggiSD menggunakan
Tidak kurang mendukung
tidak mendukung
mendukung
103 TY 36 Abeli SM menggunakan
menggunakan cukup mendukung
mendukung mendukung
A
Frequency Table

umur responden
Cumulati
Frequency Percent Valid ve
Percent Percen 8.7
Valid 15-20 9 8.7 8.7
t
21-25 24 23. 23.3 32.0
3
32 31. 31.1 63.1
26-30
1
22 21. 21.4 84.5
31-35 4
16 15. 15.5 100.0
>35 5
103 100. 100.0
Total 0
alamat
responden
Cumulati
Frequency Percent Valid ve
Percent Percen 11.7
Valid Puday 12 11. 11.7
7 t
18 17. 17.5 29.1
Lapul
5
12 11. 11.7 40.8
u 7
13 12. 12.6 53.4
6
Abeli 14 13. 13.6 67.0
6
14 13. 13.6 80.6
Benuanirae
6
11 10. 10.7 91.3
Tobimeita 7
9 8.7 8.7 100.0
Anggalome 103 100. 100.0
0
lai Poasia
agama responden
Tali
a Cumulati
Tota Frequency Percent Valid ve
l Percent Percen 82.5
Valid 85 82. 82.5
5 t
9 8.7 8.7 91.3
islam
5 4.9 4.9 96.1
kriste
2 1.9 1.9 98.1
n 2 1.9 1.9 100.0
103 100. 100.0
hindu
0
budh
pendidikan
terakhir
Cumulati
Frequency Percent Valid ve
Percent Percen 8.7
Valid Perguruan 9 8.7 8.7
t
17 16. 16.5 25.2
tinggi
5
24 23. 23.3 48.5
diploma 3
21 20. 20.4 68.9
4
SM 21 20. 20.4 89.3
4
11 10. 10.7 100.0
A
7
103 100. 100.0
SM pekerjaan 0
responden
P Cumulati
Frequency Percent Valid ve
SD
Percent Percen 7.8
Valid PNS 8 7.8 7.8
Tidak t
7 6.8 6.8 14.6
berskolah
buruh
4 3.9 3.9 18.4
Tot
nelayan
al 5 4.9 4.9 23.3
petani 12 11. 11.7 35.0
7
67 65. 65.0 100.0
wiraswas
0
103 100. 100.0
ta IRT 0

Tota
l pemilihan alat
kontrasepsi

Cumulati
Frequency Percent Valid ve
Percent Percen 86.4
Valid tidak 89 86. 86.4
4 t
14 13. 13.6 100.0
menggunakan
6
103 100. 100.0
menggunakan 0

Total
total pengetahuan
Cumulati
Frequenc Percent Valid ve
y Percent Percen78.6
Valid 81 78. 78.6
6 t
22 21. 21.4 100.0
kuran
4
103 100. 100.
g 0 0

cuku
Chi-Square
Tests
p
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Total Value df (2- (2- (1-
24.182 sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1 .000
a
Continuity Correctionb 20.85 1 .000
Likelihood Ratio 519.70 1 .000
Fisher's Exact Test 3 .000 .000
Linear-by-Linear 23.94 1 .000
Association 7 103
N of Valid Casesb
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.99.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx.
Sig.
Nominal by Phi .48 .000
Nominal 5
Cramer's V .48 .000
N of Valid Cases 5
103

total dukungan suami

Cumulati
Frequenc Percent Valid ve
y Percent Percen90.3
Valid tidak 93 90. 90.3
3 t
10 9.7 9.7 100.0
mendukung
103 100. 100.
mendukung 0 0

Total
total budaya
Cumulati
Frequenc Percent Valid ve
y Percent Percen41.7
Valid tidak 43 41. 41.7
7 t
60 58. 58.3 100.0
mendukung
3
103 100. 100.
mendukung 0 0

Total total dukungan suami


Cumulati
Frequenc Percent Valid ve
y Percent Percen61.2
Valid tidak 63 61. 61.2
2 t
40 38. 38.8 100.0
mendukung
8
103 100. 100.
mendukung 0 0

Total
total dukungan suami * pemilihan alat kontrasepsi Crosstabulation

pemilihan alat
kontrasepsi
tidak
menggunak menggunaka Total
an
total tidak mendukung Count 59 n 4 63
dukungan % within total
93.7 6.3% 100.0
suami dukungan suami % %
mendukung Count 30 10 40
% within total
75.0 25.0 100.0
dukungan suami % % %
Total Count 89 14 103
% within total
86.4 13.6 100.0
dukungan suami % % %
Chi-Square
Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2- (2- (1-
7.246 sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1 .007
a
Continuity Correctionb 5.74 1 .017
Likelihood Ratio 57.10 1 .008
Fisher's Exact Test 1 .015 .009
Linear-by-Linear 7.17 1 .007
Association 6103
N of Valid Casesb
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.44.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx.
Sig.
Nominal by Phi .20 .036
Nominal 7
Cramer's V .20 .036
N of Valid Cases 7
103

total
budaya
Cumulati
Frequenc Percent Valid ve
y Percent Percen60.2
Valid tidak 62 60. 60.2
2 t
41 39. 39.8 100.0
mendukung
8
103 100. 100.
mendukung 0 0

Total
total budaya * pemilihan alat kontrasepsi Crosstabulation

pemilihan alat
kontrasepsi
tidak
menggunak menggunaka Total
an
total budaya tidak mendukung Count 58 n 4 62

% within total 93.5 6.5% 100.0


budaya % %
mendukung Count 31 10 41

% within total 75.6 24.4 100.0


budayaCount % 89 % 14 % 103
Total
% within total 86.4 13.6 100.0
budaya % % %
Chi-Square
Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2- (2- (1-
6.762 sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1 .009
a
Continuity Correctionb 5.32 1 .021
Likelihood Ratio 16.66 1 .010
Fisher's Exact Test 6 .016 .011
Linear-by-Linear 6.69 1 .010
Association 6103
N of Valid Casesb
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.57.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx.
Sig.
Nominal by Phi .25 .009
Nominal 6
Cramer's V .25 .009
N of Valid Cases 6
103
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

DOKUMENTASI

Gambar 1. Puskesmas Abeli Kota


Kendari

Gambar 2. Pengisian Kuisener bersama responden


Gambar 3. Pengisian Kuisener bersama Responden

Gambar 4. Pengisian Kuisener bersama Responden


Gambar 5. Mengikuti Posyandu Puskesmas
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKA..~TINGG}

c
UNIVERSITAS HALU OLEO
··
· FAKUL TAS KESEHAT AN MASYARAKA T
.··· J1. H.E.A. Mokodompit Kendari 93232,
.
Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu
[-Mail: fkesrnas unhalu@\"ahoo.com, Laman: www.uho.ac.id

Nomor : SS"'r 1UN29.l5ILLl2016 Kendari, 16 Februari 2016


Lampiran
Perihal : Permohonan Izin Pengambilan Data Sekunder

Kepada
Ytb. Kepala Puskesmas Abell
Di -
Kendari

Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian Tugas Akhir (Skripsi) Mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, maka dalam hal ini karni mohon kesediaan
Bapak/lbu untuk memberikan izin Pengambilan Data Sekunder di Puskesmas Abeli Mengenai "Data
Pengguna KB Aktif Tabun 2013 s.d. 2016" kepada Mahasiswa/i kami yang bemama:
Nama : Hasmiatin
NIM : FID3110n
Jurusan : Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Promosi Kesehatan
Demikian surat permohonan izin ini, atas perhatian dan perkenaannya diucapkan terima kasih.

Sabilu, M.Si
0924 199303 1 003

Tembusan Yth. :
Rektor UHO (sebagai laporan)

.
'-...-. - ---- ."::::.-. . .._-_-
....~_.....
J..~.£!...~'W;
~±d..
Universitas Halu Oleo Bersih, l ndah. Sejuk, Arnall
.Iuiur, Adil. Corona Rovona, Adanrif, Disintin, Kreatif, Inovatif, Toleran, Amanah
n,,,.' ,-----
PEMERIN'fAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA
_;_;,..,.--
-, BADAN PENELITIAN DAN PENGEfv'l[;ANGAN
Kompleks Bumi Praja Anduonohu Telp. (0401) 3136256 Kendari 93232
~~ _l"'W'T'IW z=-rm=?ZDF1R? mr
.?tt5=n m~
~ Kendari, 6 Juni 2016

Kepada
Nemer : Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kota
070/1986/Balitbang/2016 Kendari di -
Lampiran KENDARI
Perihal Izin Penelitian

Berdasarkan Surat Dekan FKM UHO Kendari Nomor:


1392iUN29.15/PPi2016
tanggal 3 Juni 2016 perihai tersebut di atas, Mahasiswa di ba'_N~t~ni :
N~mCl HA§NlIATIN
No. Stambuk F1D311072
~lrld~~11 S1 Kesmas
Pekerjaan Mahasiswa
Lokasi Penelitian Wilayah Kerja Puskesmas Abeli Kec. Abef Kola
Kendari

Bermaksud untuk melakukan Penelitian/Pengambilan Data di


Daerah/Kantor
Saudara dalam ranQka penyusunan Skripsi, denqan
judul :

IIHUBUNGAN PENGETAHUAN, DUKUNGAN SUAMI DAN BUDAYA DENG.4N


PENGGUNAAN ALA T KONTRASEPSI IMPLANT PADA PASANGAN U~';;A
SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ABEll KECAMATAN ABeLl «ot»
KENDARI TAHUN 2016"

Yang akan dilaksanakan dari tanggal : 6 Juni 2016 sampai


selesai
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, pada prinsipnya kami rnenyetujui
kegiatan dimaksud dengan ketentuan :
1. Senantiasa menjaga keamanan dan ketertiban serta mentaati perundang
..undangan yang berlaku.
2. TiqC3km~n.gClqC3kCk~lngiClt~nl.~il1y~ng p~rt~nt~n.g~nq~n.g~n. rencana ~.~mL!I<:!.
3. Dalam setiap kegiatan dilapangan agar pihak Peneliti senantiasa koordinasi
dengan
pemerintah setempat.
4. VV~ji~ lTl~nghQrm.~~iAg~~I§~i~g~Yt~l1g Q~rl~kY gi
g?~r~h~~t~rnpat.
5. Menyerahkan 1 (satu) examplar copy hasil penelitian kepada Gubernur
Sultra Cq.
Kepala Badan Penelitlan dan Pengembangan Provinsi Sulawesi T enggara.
9·. $IH~.~i~il1?k~11gi~~~l}~1<~1Tl~?g1~i.11~IiI1Y?~~I<t~ig1?1k
~~rl';l.I<Y';l.pdt?il?~~rIlY~~?
pemegang surat izin ini tidak mentaati ketentuan terse but di atas.
Demikian Surat Izin Penelitian diberikan untuk digunakan
sebaqairnana mestinya.
Tembusan:
1. Gubernur Sulawesi Tenggara (sebagai laporan) di Kendari;
2. Walikota Kendari di Kendari;
3_ n··.:. F HHO- Ke .~ Ke~a:'iti: -
I 4. Kepala Badar. Kesbang Kota Kenda -i di Kendari;

DINAS KESEHATAN KOTA KENDARI
PUSKESMAS KECAMA TAN ABELl
JL Sewangi No. 02 Telp (0401) 3008612 Kendari

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN


Nomor : 184 I Pusk I VI I 2016

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Mineewarti, SKM

NIP : 19741220 1996032001

Pangkatl Gol : Penata, Go]. IlIIe

Jabatan : Kepala Tata Usaha

Dengan ini menerangkan bahwa

Nama :

Hasmiatin Nim

FID3110n Program Studi/Jurusan

Sl Kesmas

Telah melakukan penelitian di Puskesmas Perawatan Abeli dari Tanggal 6 Juni sId 6
Juli 2016 dengan Judul : "Hubungan Pengetahuan,Dukungan Suami Dan Budaya Dengan
Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Pada Pasangan Usia Subur Di Wilayah Kerja
Puskesmas Abeli Kota Kendari Tahun 2016"

Demikian surat keterangan ini kami buat untuk di gunakan sebagaimana mestinya.

You might also like