Mencegah Erosi Dan Patogen Tular Tanah Dengan Teknik Konservasi Untuk Meningkatkan Produktivitas Tembakau Temanggung

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 13

1

Pengelolaan Kualitas Lingkungan


MENCEGAH EROSI DAN PATOGEN TULAR
TANAH DENGAN TEKNIK KONSERVASI UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TEMBAKAU
TEMANGGUNG

Dosen Pembimbing

Nopi Stiyati P, S.Si, MT.

Oleh

Qanita Ulfa

H1E108048

DEPARTEMAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULAS TEKNIK

PROGRAM S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

BANJARBARU

2010
2

ABSTRACT

Tobacco plants is a major commodity in the farming in Temanggung District. This


commodity revenue contributed 80% of the total income of farmers. Because of
the specific nature (aromatic) Temanggung tobacco is required by almost all
manufacturers of clove cigarettes, so the price is relatively expensive compared to
most other types of tobacco. Problems faced in the development of tobacco
farming in Temanggung is increasingly widespread land degradation due to
erosion. This condition has caused damage to land and soil accumulation
contagious pathogens (lincat disease), such as Ralstonia solanacearum and
Meloidogyne spp., Which has resulted in the death of the tobacco crop is high,
and reduce tobacco production and quality .. This condition has caused damage
to land and soil accumulation contagious pathogens such as Rasltonia
solanacearum and Meloidogyne spp., Which has resulted in the death of tobacco
crop is high, and lower production and quality of tobacco. During the last 10
years, the tobacco planting area Temanggung decreased to 50%, from
approximately 20,284 ha in 1996 to 9326 ha in 2006. The purpose of this study
was to determine the effect of land application of conservation techniques are
combined with disease control lincat to erosion, nutrient content of eroded soil,
soil physical properties, the pathogen population, the percentage of dead plants,
and the results of tobacco. Minimal land preparation and planting of cover crops
is one effort to reduce erosion. Cover crops in addition to functioning as a drag
erosion, can also be a source of organic matter and nutrients, especially if the
plants used are from the legume (Leguminosae). Processing at least reduce the
risk of soil nutrient loss and damage to plant, maintain store the power capacity
of water and maintain soil organic matter.
Key words:Tobacco Plants, conservation techniques, erosion, lincat disease

ABSTRAK

Tanaman tembakau merupakan komoditas utama dalam usahatani di


Kabupaten Temanggung. Komoditas ini menyumbang pendapatan sebesar 80%
dari total pendapatan petani. Oleh karena sifatnya yang spesifik (aromatis) maka
tembakau temanggung dibutuhkan oleh hampir semua pabrik rokok kretek,
sehingga harganya relatif paling mahal dibanding tembakau jenis lainnya.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usahatani tembakau di
Temanggung adalah semakin meluasnya degradasi lahan akibat erosi. Kondisi ini
telah menyebabkan kerusakan lahan dan akumulasi patogen tular tanah (penyakit
lincat), seperti Ralstonia solanacearum dan Meloidogyne spp., yang telah
mengakibatkan kematian pertanaman tembakau cukup tinggi, serta menurunkan
produksi dan mutu tembakau. Selama 10 tahun terakhir, luas lahan pertanaman
tembakau Temanggung menurun sampai 50%, dari sekitar 20.284 ha pada tahun
1996 menjadi 9.326 ha pada tahun 2006. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh penerapan teknik konservasi lahan yang dikombinasikan
3

dengan pengendalian penyakit lincat terhadap erosi, kadar unsur hara tanah
tererosi, sifat fisik tanah, populasi patogen, persentase kematian tanaman, serta
hasil tembakau. Pengolahan tanah minimal dan penanaman tanaman penutup
merupakan salah satu usaha mengurangi erosi. Tanaman penutup selain
berfungsi sebagai penahan erosi, juga bisa sebagai sumber bahan organik dan
hara, terutama jika yang digunakan adalah tanaman dari kelompok kacang-
kacangan (Leguminosae). Pengolahan tanah minimal mengurangi resiko
kehilangan hara dan kerusakan tanaman, mempertahankan kapasitas daya
simpan air dan mempertahankan bahan organik tanah.
Kata kunci: Tanaman tembakau, teknik konservasi, erosi, penyakit lincat

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman tembakau merupakan suatu komoditi yang besar peranannya


bagi perekonomian negara, sebagai penghasil atau sumber devisa. Dari industri
rokok, tembakau mampu memasukkan cukai sekitar satu triliun rupiah setiap
tahunnya. Angka ini merupakan jumlah penerimaan terbesar dari semua cukai
yang dipetik pemerintah. Nilai ini belum termasuk pajak dan devisa ekspor yang
terus membengkak. Dengan demikian secara keseluruhan tembakau mampu
mengeruk perolehan yang lebih besar dibandingkan dengan komoditas
perkebunan lainnya.
Tembakau di Indonesia ada beberapa jenis, masing-masing mempunyai
kekhasan dan tentu saja sasaran pasarannya pun berbeda-beda. Ada yang
dipasarkan ke luar negeri dan ada juga yang ditujukan untuk memenuhi
permintaan pasar domestik, permintaan terbesar datang dari pabrik-pabrik rokok.
Produksi tembakau dunia juga cenderung menurun, karena menurunnya produksi
dari Negara-negara produsen utama, namun konsumsi tembakau dunia relatif
stabil, akibatnya stok tembakau dunia mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
perubahan-perubahan iklim yang terjadi yang mengganggu pertumbuhan,
produksi serta kualitas tembakau.
Secara historis komoditi tembakau sudah memperoleh perhatian yang
besar sebagai komoditi komersial (high value commodity) sejak pemerintah
Hindia Belanda. Kebijakan penanaman tembakau tersebut terus dilanjutkan oleh
pemerintah Indonesia melaui perusahaan negara perkebunan (PNP). Dalam
perkembangannya tanaman tembakau diusahakan secara cukup meluas oleh petani
rakyat baik di Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur) dan di Luar Jawa (Sumatera Utara
dan Sulawesi Selatan).
Tembakau Temanggung menyumbang 70 – 80% terhadap total pendapatan
petani, karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan atau mempertahankan hasil
dan atau mutu akan besar pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan petani
(BALITTAS, 1984). Tembakau Temanggung merupakan bahan baku penting
untuk rokok kretek, karena berperan sebagai sumber pemberi rasa dan aroma yang
khas.
4

Kendala utama pada budidaya tembakau Temanggung adalah kemunduran


daya dukung lahan karena erosi dan meningkatnya intensitas beberapa serangan
penyakit yang disebabkan oleh nematoda Meloidogyne spp., bakteri Ralstonia
solanacearum, dan cendawan Phytophthora nicotianae. Lahan yang demikian ini
lazim disebut “lahan lincat”.

Batasan Masalah

Untuk mempermudah dalam memahami isi makalah ini, maka penulis


mambatasi permasalahan yang dibahas di dalam makalah ini. Batasan masalah
tersebut antara lain:
1. Membahas mengenai erosi dan penyakit lincat.
2. Membahas studi kasus mengenai teknik konservasi untuk memperbaiki
kualitas tanah agar kuantitas produksi tembakau Temanggung meningkat.

Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:


1. Mengetahui lebih jauh mengenai tanah sehat dan penyakit tular tanah.
2. Mengetahui beberapa teknik konservasi yang diterapkan pada lahan tembakau
Temanggung.
3. Mengetahui berapa besar penurunan erosi dan berapa besar aplikasi
pengendalian lincat dengan teknik konservasi, sehingga didapatkan persentase
berkuranganya kematian tembakau.

Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode yang berupa media online


yang membantu penulis menyelesaikan isi dari makalah ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Tanah

Tanah merupakan benda alam yang bersifat dinamis, sumber kehidupan


dan merupakan fungsi vital dari ekosistem darat yang menggambarkan
keseimbangan yang unik antara faktor fisik, kimia dan biologi. Komponen utama
tanah terdiri dari mineral anorganik, pasir, lumpur, tanah liat, bahan-bahan
organik hasil dekomposisi dari biota tanah, dan mikroorganisme seperti cacing
5

tanah, serangga, bakteri, fungi, alga, nematoda dan sebagainya (Abawi &
Widmer, 2000).

Berbagai praktek-praktek budidaya pertanian yang salah telah dilakukan


seperti waktu tanam yang tidak tepat, pemilihan tanaman yang salah, aplikasi
bahan kimia seperti fungisida, insektisida, nematisida, pupuk pada konsentrasi
yang sangat tinggi, pengolahan lahan yang terlalu dalam dan sebagainya
menyebabkan terjadinya kerusakan yang luar biasa terhadap pertumbuhan
tanaman dan keseimbangan mikroba tanah yang pada akhirnya menimbulkan
kerugian ekonomi.

Berbagai alternatif praktek budidaya pertanian seperti rotasi tanaman,


penggunaan tanaman penutup tanah, solarisasi, penambahan bahan organik dan
sebagainya dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman. Pengaruh dari
setiap tindakan tersebut terhadap patogen tanah perlu diperhatikan agar dapat
menentukan sistem pengelolaan tanah dan tanaman yang akan digunakan serta
pengaruhnya terhadap populasi patogen tanah dan kerusakan akar.

Tanah sehat dalam aspek biologi, kimia dan fisika, dipegaruhi oleh
beberapa aspek tanah dan pengelolaan tanaman. Sulit untuk memisahkann antara
satu dengan yang lainnya karena antara satu aspek dengan aspek lainnya saling
mempengaruhi. Menurut Magdoff (2001), tanah sehat adalah tanah yang dapat
mendukung tanaman untuk tumbuh dengan baik di bawah kondisi tekanan yang
sangat rendah. Di bawah ini diberikan beberapa karakteristik dari tanah sehat
menurut Magdoff (2001), yaitu :

1. Nutrisi untuk pertumbuhan tanaman cukup tersedia.


2. Tanah tidak terlalu padat dan memiliki keremahan yang cukup baik, sehingga
akar dapat berkembang dengan baik.
3. Mempunyai drainase yang baik. Dengan drainase yang baik kandungan
Oksigen di akar cukup baik sehingga akar dapat berkembang dengan baik.
4. Populasi organisme parasit di dalam tanah rendah. Produksi tanaman dapat
meningkat bila tanaman tidak diganggu oleh serangan parasit seperti
bakkteri, fungi dan nematoda.
5. Populasi organisme yang menguntungkan tinggi.
6. Gangguan tumbuhan pengganggu (gulma) rendah. Gulma dapat menjadi
kompetitor bagi tanaman dalam hal nutrisi, air dan cahaya.
7. Tidak ada pengaruh pestisida atau bahan-bahan kimia. Pengaruh bahan-
bahan kimia dapat terjadi secara alami, seperti kelebihan Alumunium pada
tanah-tanah asam. Bisa juga karena aktivitas manusia seperti aplikasi
pestisida pada konsentrasi yang tinggi.
8. Cepat pulih kembali setelah mengalami kerusakan.

Menurut Magdoff & Van Es (2000) dalam Magdoff (2001), ada beberapa
strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki tanah agar menjadi sehat,
yaitu:
1. Penambahan bahan organik, dapat dilakukan dengan pemberian tanaman
penutup tanah atau pemberian kotoran hewan dan sisa-sisa tanaman.
6

Penambahan bahan organik juga dapat dilakukan dengan pemberian


beberapa jenis bahan organik, karena setiap bahan organik memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
2. Melindungi permukaan tanah dengan tanaman penutup tanah. Tanaman
penutup tanah dapat melindungi tanah dari kelembaban dan temperatur yang
ekstrim serta meningkatkan ketersedian air tanah, sehingga memberi cukup
air untuk tanaman dan sekaligus mengurangi aliran permukaan dan erosi.
3. Mengurangi pengolahan lahan yang intensif.
4. Melakukan rotasi tanaman.
5. Menggunakan tindakan lain untuk mengurangi erosi. Misal : strip cropping.
6. Menggunakan teknik pengelolaan tanah yang baik untuk mensuplai nutrisi
tanpa menyebabkan polusi tanah.

Beberapa usaha pengelolaan tanah sehat yang dapat dilakukan, yaitu :


a. Penambahan Bahan Organik / Kompos
Akibat dari penggunaan pestisida kimia yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan, maka alternatif metode pengendalian hama
dan penyakit yang ramah lingkungan dilakukan akhir-akhir ini. Salah satunya
dengan penambahan bahan organik / kompos. Pemberian kompos organik dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, meningkatkan porositas tanah,
menurunkan bulk density dan menetralkan kemasaman (pH) tanah.
Bahan organik dapat bercampur dengan tanah karena adanya aktivitas
berbagai mikroorganisme tanah seperti bakteri, fungi dan cacing tanah. Peruraian
bahan organik di dalam tanah menghasilkan senyawa-senyawa di dalam tanah
yang bersifat racun bagi nematoda parasit tumbuhan. Terutama tanaman yang
terurai mengeluarkan asam asetat, asam propianat dan asam butirat, asam-asam
tersebut akan bertahan selama beberapa minggu di dalam tanah dalam konsentrasi
yang cukup tinggi untuk menghambat nematoda parasit tumbuhan tetapi tidak
meracuni nematoda yang hidup bebas.
b. Tanaman Penutup Tanah

Pemberian tanaman penutup tanah dapat mengurangi erosi, memperbaiki


sifat fisik tanah dan mengurangi penyakit tanaman (Creamer et al., 1997). Selain
itu tanaman penutup tanah juga dapat meningkatkan bahan organik tanah,
meningkatkan aktifitas mikroba dan menekan penyakit tanaman (Viaena &
Abawi, 1998). Menurut Magdoff (2001), tanaman penutup tanah juga
mempunyai beberapa kegunaan lain, yaitu :

1. Mengurangi aliran permukaan dan erosi


2. Meningkatkan jumlah Nitrogen tersedia bagi tanaman
3. Mengurangi pencucian nitrat pada air tanah
4. Meningkatkan jumlah spora cendawan mikoriza arbuskula (VAM)
5. Memberikan habitat yang sesuai bagi serangga berguna.

c. Rotasi Tanaman
7

Produksi tanaman secara umum meningkat dengan rotasi tanaman dari


pada secara monokultur. Rotasi dapat meningkatkan produksi melalui perbaikan
nutrisi dan struktur tanah, mengurangi patogen, terutama yang menginfeksi batang
dan akar tanaman. Johnson et al. (1999), dalam penelitiannya diperoleh produksi
kacang buncis meningkat bila ditanam secara rotasi dibandingkan dengan
penanaman secara terus menerus secara monokultur dan berkorelasi dengan
tertekannya penyakit dan nematoda parasit tumbuhan.
Fortnum et al. (2001) melaporkan, tanaman tembakau yang dirotasi
dengan kapas, sorgum, jagung dan rye-fallow sebelum tembakau ditanam
menghasilkan produksi tembakau lebih tinggi dari pada tanaman tembakau yang
ditanaman secara terus menerus pada plot yang berisi M. arenaria, M. javanica
dan M. incognita. Selanjutnya dijelaskan jumlah massa telur dan indeks puru akar
pada tanaman tomat yang ditumbuhkan di tanah bekas jagung, sorgum, kapas dan
rye-fallow lebih sedikit dibandingkan jumlah massa telur dan indeks puru akar
dari tanah yang ditanami tembakau secara terus menerus. Populasi Meloidogyne
spp. (J2) lebih rendah pada tanah yang ditanami sorgum daripada tanah yang
ditanami kapas, jagung dan rye-follow.
d. Solarisasi Tanah

Solarisasi tanah adalah suatu metode pasteurisasi yang efektif untuk


menekan banyak spesies nematoda. Tetapi metode ini efektif bila cukup cahaya
matahari pada musim panas. Tanah diberi plastik transparan selama 6-8 minggu.
Panas matahari akan diperangkap oleh plastik, sehingga menaikkan temperatur
tanah (Dufour et al. 1998 : Agrios, 1997).

Peningkatan temperatur tanah menghasilkan penurunan populasi gulma


dan patogen tumbuhan termasuk fungi, bakteri dan nematoda. Secara tidak
langsung patogen-patogen ini menjadi inaktif karena panas, patogen tular tanah
juga menjadi lemah dan sensitif terhadap fumigasi tanah, organisme yang lain
atau perubahan atmosfir di dalam tanah karena perubahan temperatur tanah.

Tembakau Temanggung

Di Kabupaten Temanggung, tanaman tembakau banyak ditanam dilereng


Gunung Sumbing , Gunung Sindoro, Gunung Perahu yang merupakan lahan
tegalan , sedang lainnya ditanam di areal persawahan.Dalam setiap tahunnya
tembakau rajangan dapat diproduksi mancapai puluhan ribu ton dan mampu
menyedot ratusan ribu tenaga kerja. Dari produksi tembakau rajangan ini telah
memberikan penghasilan bagi sebagian besar masyarakat Temanggung. Tembakau
Temanggung memang mempunyai kadar nikotin yang tinggi (membuat rasa rokok
menjadi mantap) dibandingkan Tembakau di daerah lainnya di Indonesia.
Tembakau Temanggung merupakan tembakau terbaik di Indonesia karena
itu banyak Pabrik Rokok yang membuat gudang-gudang tembakau di
Temanggung antara lain PT.Jarum, PT.Gudang Garam, PT.Bentoel. Kata ahli
8

pembuat rokok bahwa sebatang rokok tanpa kandungan tembakau Temanggung di


dalamnya tidak akan menjadi rokok yang mantap. Itu terbukti dulu para tengkulak
membeli tembakau dari daerah yang jauh seperti Bojonegoro Jawa Timur dan di
bawa ke Temanggung dan dimasak (campur) seperti Tembakau Temanggung dan
di jual dengan harga yang lebih mahal. Tetapi sekarang tembakau luar
Temanggung dilarang masuk karena merugikan petani Temanggung dan
menghancurkan Harga Pasar Tembakau.
Jenis tembakau Temanggung dikenal luas sebagai pemberi rasa dan aroma
khas pada rokok kretek. Tembakau ini juga secara ekonomis sebagai penyumbang
terbesar (70%-80%) penghasilan petani. Persoalan utama budidaya tembakau ini
adalah menurunnya daya dukung lahan karena erosi dan intensitas serangan
patogen. Penyakit utama yang sering dijumpai adalah nematoda Meloidogyn spp,
bakteri Ralstonia solanacearum, dan jamur Phytophthora nicotianae. Akibatnya
produksi yang dicapai petani rata-rata hanya 0,441 ton/ha.
Tembakau Temanggung terdiri dari 2 macam varietas unggulan yaitu
Sindoro 1 dan Kemloko 1, yang tentunya kuantitas produksinya juga lebih unggul
dari tembakau lokal. Tembakau rajangan Temanggung merupakan tembakau
rakyat yang mempunyai ciri khusus, baik dilihat dari aroma, warna maupun
pegangannya . Karena tembakau rajangan Temanggung mempunyai ciri-ciri
khusus, maka oleh pabrik rokok kretek disebut tembakau lauk yang tidak bias
diproduksi di daerah–daerah lain . Mutu tembakau rajangan sangat dipengaruhi
oleh jenis tanah, iklim jenis tembakau dan cara pengolahannya.

Pengelolaan Patogen Tular Tanah dengan Teknik Konservasi

Teknologi konservasi dan pengendalian patogen tular tanah atau yang


sering disebut penyakit lincat pada lahan-lahan tembakau temanggung dengan
kemiringan 15-50%, bertekstur tanah lempung, lempung berdebu dan lempung
berpasir. Lahan-lahan tersebut berlokasi di daerah dengan iklim B, curah hujan
2.200-3.100 mm/tahun, dengan distribusi jumlah bulan basah 8-9 bulan dan
jumlah bulan kering 2-3 bulan.
Semua sistem pertanian sangat bergantung pada pelayanan ekosistem,
misalnya kesuburan tanah, penyerbukan, pengaturan populasi hama, filtrasi air,
dan pengendalian erosi. Penciptaan kondisi lahan pertanian yang berkelanjutan
hanya mungkin terjadi jika proses-proses penting dalam ekosistem dapat terjaga.
Teknologi hasil temuan manusia mungkin dapat menggantikan fungsi dari
pelayanan ekosistem, akan tetapi seringkali teknologi tersebuttidak murah dan
kurang kuat dan sehat di lahan pertanian dibandingkan jika memanfaatkan sistem
alami yang telah ada di lahan tersebut. Misalnya, stabilitas tanah dan air bersih
yang cukup untuk peternakan dan irigasi akan lebih murah dan efektif didapatkan
dengan menjaga kelestarian hutan yang ada di sekitarnya, dibandingkan dengan
menerapkan teknologi irigasi dengan menggunakan alat-alat mesin (Bruijnzeel,
2004). Oleh karena itu penciptaan teknologi yang berdasarkan pada kekayaan
9

alam yang ada dapat menjamin pelayanan ekosistem tetap terjaga. Salah satu
teknologi yang perlu dikembangkan adalah teknologi ramah lingkungan.
Teknik konservasi lahan untuk mengendalikan erosi dan penyakit lincat
dikembangkan pada lahan tembakau temanggung yang ditanam pada lahan
dengan kemiringan 15-50%. Permasalahan utama pada budi daya tembakau
temanggung adalah degradasi lahan dan erosi, serta serangan penyakit lincat yang
disebabkan oleh kompleks patogen (terdiri atas nematoda puru akar Meloidogyne
spp., jamur Phytophthora nicotianae, dan bakteri Ralstonia solanacearum,)
(Djajadi et al., 2004). Komponen teknologi konservasi lahan yang dikembangkan
terdiri atas:
1. Penanaman rumput Setaria pada bibir teras/tampingan atau guludan.
2. Penanaman Flemingia pada bidang vertical tampingan teras.
3. Pembuatan rorak.
4. Penggunaan varietas tahan penyakit layu (Kemloko 2).
5. Aplikasi mikrobia antagonis Aspergillus fumigates dan Bacillus sp.
6. Pengolahan tanah minimal.
Saat ini sedang dilakukan penelitian penggunaan biofumigan dan
penggunaan bahan organik untuk pengendalian penyakit layu yang disebabkan
oleh bakteri. Biofumigan dapat diperoleh dari metabolit sekunder tanaman, di
antaranya adalah glukosinolat (GSL) yang diproduksi oleh tanaman-tanaman dari
famili Brassicaceae (Kirkegaard dan Matthiessen,2004). Melalui enzim hidrolisis
selama proses pelapukan, GSL ditransformasi, di antaranya menjadi
isothiocyanate (ITC), yang merupakan senyawa toksik dan dapat digunakan
sebagai biofumigan (Matthiessen dan Shackle Shackleton, 2005). Aplikasi
biofumigasi adalah dengan menambahkan sisa-sisa tanaman Brassicaceae pada
permukaan tanah sebagai mulsa, dan ketika terjadi proses hidrolisis dihasilkan
ITC yang dapat membunuh patogen tular tanah. Penambahan bahan organik telah
diketahui dapat memperbaiki aerasi dan struktur tanah, daya pegang air tanah,
ketersediaan hara, dan ekologi mikroba tanah (Davey, 1996). Bahan-bahan
organik dapat digunakan untuk menekan perkembangan patogen tular tanah.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Glapansari, Kecamatan Parakan,


Kabupaten Temanggung. Pelaksanaan penelitian dimulai pada tahun 2000, yaitu
berupa pengaturan tanaman konservasi dan penempatan bak-bak penampung
erosi. Pada tahun 2002, pertumbuhan tanaman konservasi sudah rapat dan kuat,
sehingga pengamatan parameter difokuskan pada musim tanam tahun 2002.
Penelitian dilaksanakan di lahan “lincat” (lahan dengan akumulasi bakteri
penyebab penyakit lincat) yang mempunyai kemiringan 43%. Untuk mengetahui
pengaruh perlakukan teknologi konservasi lahan dan pengendalian penyakit
“lincat”, maka pengujian dilakukan pada lahan seluas 0,5 ha. Perlakuan yang diuji
adalah teknologi konservasi lahan yang meliputi penanaman rumput setaria pada
bibir saluran pemotong lahan dan tanaman flemingia pada bidang vertikal saluran
pemotong, serta pembuatan rorak di dasar saluran pemotong lahan, serta
pengolahan anah minimal (Gambar 1). Perlakuan tersebut dikombinasikan dengan
teknologi pengendalian penyakit “lincat”, yaitu penanaman galur tahan (BC3),
10

pemberian mikrobia antagonis A. fumigatus, penyemprotan dan pemberian


pestisida kimiawi. Penanaman rumput setaria dan flemingia dilakukan pada tahun
2000. Aplikasi mikrobia antagonis dilakukan pada bibit tanaman tembakau
sebelum tanam, yaitu dengan cara merendam bibit tembakau berumur 45 hari
selama 10 menit pada larutan air yang telah dicampur dengan mikrobia antagonis.
Pengolahan tanah pada lahan dengan perlakuan teknik konservasi dilakukan
secara minimal, yaitu dengan cara membuat lubang tanam pada guludan yang
sudah ada. Perlakuan tersebut dibandingkan dengan teknologi petani, yaitu tanpa
penanaman rumput setaria dan tanaman flemingia pada saluran pemotong lahan,
serta pengolahan tanah intensif. Pengolahan tanah intensif yang dilakukan petani
adalah dengan cara membongkar guludan yang sudah ada disertai dengan
pencangkulan tanah sedalam 30 cm kemudian tanah dibalik serta dibuat guludan-
guludan baru. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok yang
diulang 6 kali. Pada setiap petak perlakuan yang berukuran 22 m x 4 m. Untuk
mengamati tanah yang tererosi, pada masing-masing petak perlakuan dipasang
sebanyak dua bak penampung erosi, yaitu di ujung tengah bagian bawah petak
percobaan. Jarak antar plot adalah 1 m dan setiap sisi plot dipasang seng penahan
setinggi 50 cm untuk meminimalkan pengaruh air limpasan antar plot perlakuan.
Pengamatan dilakukan terhadap erosi, kadar unsure hara tererosi (sampel tanah
tererosi dikumpulkan selama kejadian hujan, Tabel 1), sifat fisik tanah (sampel
tanah dikumpulkan pada musim kering untuk menentukan berat isi, porositas,
hantaran hidrolik jenuh, kadar air, dan kekerasan tanah), populasi patogen
(sebelum tanam tembakau), hasil tanaman tembakau, serta jumlah tanaman
tembakau yang mati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan erosi selama 12 bulan kejadian hujan diketahui


bahwa erosi yang terjadi pada lahan dengan penerapan teknik konservasi lebih
kecil daripada erosi pada lahan tanpa dikonservasi (kontrol). Besarnya erosi pada
lahan yang dikonservasi tercatat sebesar 16,67 ton/ha/th, sedangkan pada lahan
kontrol sebesar 30,22 ton/ha/th, sehingga terjadi penekanan erosi sebesar 44,84%.
Teknik konservasi lahan yang diterapkan pada lahan tembakau
temanggung dapat menekan erosi sebesar 44,84%. Penekanan erosi tersebut
dimungkinkan karena terjadinya penurunan kecepatan aliran permukaan dan
penyerapan tanah yang tererosi oleh rumput setaria dan tanaman flemingia, serta
adanya rorak yang dapat menyerap tanah yang tererosi. Hasil penelitian yang lain
yang menggunakan barisan rumput sebagai tanaman penahan dapat mengurangi
erosi sebesar 80% pada lahan dengan kemiringan sekitar 5%.
Selain itu pencangkulan minimal yang dilakukan pada lahan dengan teknik
konservasi juga menyebabkan tanah tidak mudah tererosi. Pada lahan tembakau di
Tennessee dengan kemiringan 9% yang diolah secara minimal dapat menurunkan
erosi sebesar 92% dan kehilangan N sebesar 83% (YODER et al., 2005).
Sedangkan pencangkulan dalam pada lahan kontrol terutama yang dilakukan pada
saat musim hujan masih berlangsung akan memudahkan tanah untuk ererosi. Hal
ini disebabkan adanya kerusakan agregat tanah akibat pencangkulan, sehingga
agregat lebih rentan dan mudah tererosi (CHAN et al., 2001).
11

Dari hasil pengamatan sifat fisik tanah yang dilakukan pada sampel tanah
yang diambil setelah tanaman tembakau dipanen menunjukkan bahwa sifat-sifat
fisik tanah pada lahan dengan teknik konservasi lahan relatif lebih baik daripada
sifat-sifat fisik tanah pada lahan control. Hal ini ditunjukkan dengan nilai bobot isi
tanah yang lebih rendah pada lahan dengan teknik konservasi (0,91 g/cm3)
daripada nilai pada lahan kontrol (0,88 g/cm3), porositas yang lebih banyak,
hantaran hidrolik jenuh yang lebih tinggi, kadar air aktual yang lebih tersedia, dan
kekerasan tanah yang lebih rendah.
Akibat lanjut daripada penurunan bahan organik tanah adalah menurunnya
sifat-sifat fisik tanah, seperti halnya yang terilihat pada Tabel 3. Bobot isi tanah
pada kontrol (0,91 g/cm3) lebih tinggi dibanding pada lahan dengan penerapan
teknik konservasi tanah (0,88 g/cm3). Ini dapat terjadi karena pengolahan tanah
yang lebih intensif pada kontrol mengakibatkan agregat tanah terurai menjadi
partikel-partikel tanah. Sebagai akibatnya, agregat-agregat tanah tersebut menjadi
lebih mudah terdispersi oleh pengaruh pukulan air hujan. Stabilitas agregat
menjadi lebih lemah terutama bila kandungan bahan organik tanah rendah. Oleh
karena itu, tanah menjadi lebih mudah menjadi padat apabila hujan menimpa pada
permukaan tanah secara intensif.
Rendahnya kekerasan tanah pada perlakuan konservasi memberikan
pengaruh yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman. Kekerasan tanah yang
rendah umumnya memiliki kaitan dengan rendahnya bobot isi tanah dan lebih
tingginya kadar air tanah, selain juga faktor-faktor yang kaitan dengan sifat fisik
tanah lain seperti tekstur dan konsistensi tanah. Akan tetapi, keadaan yang terjadi
pada penelitian ini diperkirakan sebagai akibat mekanisme yang berkaitan dengan
bobot isi dan kadar air tanah. Hasil tersebut di atas memperlihatkan bahwa
perlakuan konservasi tanah yang diberikan memiliki pengaruh yang positif
terhadap pertumbuhan tanaman terutama melalui perbaikan aerasi dan penurunan
kepadatan tanah. Pengaruh positif dalam upaya penekanan penyakit lincat
terutama melalui perbaikan drainase dan aerasi tanah yang lebih baik.
Hasil pengamatan terhadap populasi patogen penyebab penyakit lincat
(Pseudomonas solanacearum, Meloidogyne spp., Bacillus cereus, Aspergillus
fumigatus) yang dilakukan sebelum penanaman tembakau, disajikan pada Gambar
3. Perkembangan populasi patogen lincat (terutama populasi Psudomonas
solanacearum dan Meloidogyne spp.) pada lahan kontrol ternyata lebih tinggi
daripada populasi pada lahan dengan teknik konservasi yang diberi mikrobia
antagonis.
Persentase kematian tanaman tembakau galur tahan yang ditanam pada
lahan kontrol (tanpa pemberian mikrobia antagonis) ternyata lebih tinggi daripada
kematian tembakau yang ditanam pada lahan dengan teknik konservasi yang
dikombinasikan pemberian mikrobia antagonis (Gambar 4). Pengendalian
penyakit lincat dengan aplikasi mikrobia antagonis dan penanaman galur tahan
dapat mengurangi kematian tanaman sebesar 46,68%.
Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa populasi patogen lincat pada lahan
kontrol ternyata lebih tinggi daripada populasi pada lahan tembakau dengan
teknik konservasi yang dikombinasikan dengan pemberian mikrobia
antagonis.Hal ini berarti bahwa pemberian mikrobia antagonis dapat menekan
perkembangan patogen lincat. Oleh karena itu persentase kematian tanaman pada
lahan dengan teknik konservasi juga relatif lebih rendah daripada lahan control.
12

Akibatnya adalah tanaman tembakau yang dapat dipanen juga semakin banyak,
dan hasil daun basah dan rajangan keringnya juga lebih tinggi.

KESIMPULAN

Tanah sehat dalam aspek biologi, kimia dan fisika, dipegaruhi oleh
beberapa aspek tanah dan pengelolaan tanaman. Sulit untuk memisahkann antara
satu dengan yang lainnya karena antara satu aspek dengan aspek lainnya saling
mempengaruhi. Menurut Magdoff (2001), tanah sehat adalah tanah yang dapat
mendukung tanaman untuk tumbuh dengan baik di bawah kondisi tekanan yang
sangat rendah.
Beberapa usaha pengelolaan tanah sehat yang dapat dilakukan, yaitu:
penambahan bahan organik / kompos, tanaman penutup tanah, rotasi tanaman,
serta solarisasi tanah.
Penerapan teknik konservasi pada lahan tembakau Temanggung ternyat
dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, serta menekan besarnya erosi sebesar
44,84%. Hasil tebakau yang ditanam pada lahan dengan teknik konservasi dan
aplikasi pengendalian penyakit lincat 42% lebih tinggi dibanding hasil tembakau
yang ditanam pada lahan kontrol, sehingga mengurangi persentase kematian
tanaman tembakau sebesar 46,68%.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1.2008.Pengelolaan Tanah Yang Tepat


http://www.mahasiswa.com/new/index
Diakases tanggal 12 Maret 2010

Djajadi,dkk.2008.Teknik Konservasi untuk Menekan Erosi dan Penyakit Lincat


pada Lahan Tembakau Temanggung
http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/images/jurnal/teknikkonservasi.pdf
Diakses tanggal 24 Maret 2010

Djokosantoso.2007.Cerita Tembakau Temanggung


http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/
13

Diakases tanggal 12 Maret 2010

Lisnawita.2003.Pengaruh Pengelolaan Tanah Sehat Terhadap Nematoda Parasit


Tumbuhan
http://library.usu.ac.id/download/fp/hpt-lisnawita2.pdf
Diakses tanggal 24 Maret 2010

Titiek Yulianti.2008.Pengelolaan Patogen Tular Tanah untuk Mengembalikan


Kejayaan Tembakau Temanggung di Kabupaten Temanggung
http://erlanardianarismansyah.wordpress.com
Diakses tanggal 12 Maret 2010

You might also like