Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DALAM MELAKUKAN

AKTIVITAS SEHARI-HARI DENGAN TINGKAT KECEMASAN


Aris Dwi Cahyono
Dosen Akper Pamenang Pare – Kediri

Elderly was person who have ages more than 60 years old (WHO). Elderly was continued stage of a life
process that will experienced of all an individual (Azizah,2011). Elderly will experience aging process. Aging
process was tends to potentially decreased the degree of independence of the elderly in performing daily
activities(Maryam, 2008). Decrease in the level of independence in the elderly can lead to anxiety (Herman,
2009). From the results of the survey encountered many elderly who have decreased levels of independence and
anxiety. The purpose of this study was to determine the relationship of the level of independence of the elderly in
performing daily activities with the level of anxiety.
Research design used in this study is the Analytic Cross Sectional. The population in this study were all
elderly in the village of Margomulyo Puncu totaling 123 elderly and in grab samples of 54 respondents.
Research gauges the degree of independence of the elderly using questionnaires according to Katz index,
whereas the level of anxiety using the questionnaire according to Hars. Analysis of the data in this study using
Descriptive Analytics.
The results showed that there is a relationship between the degree of independence of the elderly in
performing daily activities with the level of anxiety in the hamlet village Margomulyo Puncu Puncu Kediri
District in 2013
The existence of a relationship between the degree of independence of the elderly with anxiety level, is
influenced by factors of age and education. More severe in the elderly dependency perform daily activities, the
more severe level of anxiety. So it is advisable for the elderly at the time of independence would decrease the
level of physical training to maintain functional ability and social support to the elderly in order to avoid
anxiety.

Keywords: Elderly, Independence, Anxiety

Latar Belakang individu/kelompok mengalami perasaan gelisah


Menurut World Health Organisation (WHO), (penilaian atau opini) dan aktivasi saraf otonom dalam
Lanjut Usia adalah seseorang yang telah memasuki berespon terhadap ancaman yang tidak jelas,
usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan tahap lanjut nonspesifik (Carpenito,2003). Dari hasil survei di
dari suatu proses kehidupan yang akan di alami oleh masyarakat masih jumpai banyak lansia yang
semua individu (Azizah, 2011). Lansia mengalami mengalami penurunan tingkat kemandirian dan
proses penuaan (Azizah, 2011). Proses penuaan pada mengalami kecemasan.
lansia cenderung berpotensi terhadap penurunan Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS),
tingkat kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas menunjukkan bahwa pada tahum 2010 jumlah lansia
sehari-hari (Maryam, 2008). Tingkat kemandirian di Indonesia 23.992.553 jiwa (9,77%), sedangkan
adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung jumlah lansia di Jawa Timur pada tahun 2.971.004
pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan jiwa (Rhirin, 2011). Menurut WHO-Comunity Study
bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang of the Elderly, Central Java (1990) dalam Boedhi
baik individu maupun kelompok dari berbagai Darmojo (2004), di Indonesia masalah kesehatan
kesehatan atau penyakit (Herman, 2009). Penurunan lansia yang mempengaruhi ADL (Activity Daily
tingkat kemandirian dapat mengakibatkan kecemasan Living) berjumlah 29,3% (Azizah, 2011). Berdasarkan
pada lansia. Kecemasan adalah keadaan ketika survei peneliti di Dusun Margomulyo Desa Puncu

Jurnal AKP 1 Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013


Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri terdapat 123 dan menurunnya keyakinan pada Tuhan karena
lansia, dengan jumlah laki-laki 51 dan perempuan 72. adanya rasa tidak percaya dengan kekuasaan Tuhan
Dengan metode wawancara dari 10 orang lansia di (Azizah, 2011).
dapatkan kategori mandiri 5 orang (50%) dan Dari semua upaya yang telah di lakukan untuk
mengalami kecemasan ringan, 3 orang ketergantungan meningkatkan kesejahteraan lansia, pemerintah belum
sedang (30%) dan cemas sedang, dan 2 orang menemukan solusi untuk meningkatkan tingkat
ketergantungan berat (20%) sehingga mengalami kemandirian dan mengurangi kecemasan lansia
kecemasan berat. sebagai dampak proses penuaan (Depkes RI, 2011).
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti
60 tahun ke atas. Lansia mengalami proses penuaan “Hubungan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam
sehingga dapat mengakibatkan penurunan fungsi Melakukan Aktivitas Sehari-hari Dengan Tingkat
(Azizah, 2011). Permasalahan kesehatan yang muncul Kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu
sebagai akibat dari penurunan fungsi meliputi Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013.”
gangguan pada pendengaran, gangguan pada
penglihatan, gangguan pada persendian dan tulang, Rumusan Masalah
gangguan pada defekasi, dan penurunan tingkat Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat
kemandirian (Azizah, 2011). Kemandirian lansia dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan “Apakah ada hubungan tingkat kemandirian pada
pribadi yang masih aktif (Maryam, 2008). Tingkat lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan
kemandirian pada lansia dapat di lihat dari tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu
kemampuan lansia dalam melakukan aktifitas sehari – Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013?”
hari, seperti mandi, berpakaian rapi, pergi ke toilet,
berpindah tempat, dapat mengontrol BAK, atau BAB, Tujuan Penelitian
serta dapat makan sendiri (Kushariyadi, 2011). 1. Tujuan Umum
Penurunan tingkat kemandirian pada lansia seringkali Mengetahui hubungan tingkat kemandirian pada
menimbulkan kecemasan. Kecemasan adalah keadaan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari
ketika individu/kelompok mengalami perasaan gelisah dengan tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo
(penilaian atau opini) dan aktivasi saraf otonom dalam Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri
berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, Tahun 2013
nonspesifik (Carpenito,2003). Dimana kecemasan 2. Tujuan khusus
lansia akibat penurunan tingkat kemandirian di tandai a. Mengidentifikasi tingkat kemandirian pada
dengan mudah terjatuh, mudah lelah, berat badan lansia di Dusun Margomulyo Desa Puncu
menurun, dan gangguan pada ketajaman penglihatan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun
(Azizah, 2011). Kecemasan dapat di atasi dengan 2013.
menggunakan pendekatan suportif yaitu dengan b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada
memberikan dukungan emosi dari keluarga dan orang lansia di Dusun Margomulyo Desa Puncu
terdekat (Tamher.S, 2009). Apabila kecemasan tidak Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun
teratasi maka bisa berdampak pada fisik gangguan 2013.
pada organ-organ tubuh termasuk imunitasnya, c. Menganalisis hubungan tingkat kemandirian
kemudian pada psikologis akan muncul perasaan pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari-
khawatir yang tidak rasional akan kejadian yang hari dengan tingkat kecemasan di Dusun
terjadi, sulit sepanjang malam, rasa tegang dan rasa Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu
panik terhadap masalah yang ringan (Maryam, 2008). Kabupaten Kediri Tahun 2013.
Pada sosialnya lansia enggan berkomunikasi dengan
orang lain bahkan mengisolasi dirinya karena mereka Desain Penelitian
merasa tidak bebas lagi, serta khawatir karena di Desain penelitian yang akan digunakan dalam
anggap tidak lagi mandiri oleh keluarga dan penelitian ini adalah desain korelasional dengan
lingkungan (Tamher.S, 2009). Dan pada spiritualnya pendekatan Analitik Cross Sectional.
lansia tersebut tidak percaya terhadap dirinya sendiri

Hubungan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam


Melakukan Aktivitas Sehari-Hari Dengan Tingkat
2 Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013
Kecemasan
Variabel penelitian ini adalah tingkat kemandirian Diagram 2 : Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di
Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu
lansia sebagai variabel independen dan variabel Kabupaten Kediri Tahun 2013
dependen adalah tingkat kecemasan. Diagram di atas menunjukkan dari 54 responden
Penelitian diselenggarakan di Dusun Margomulyo didapatkan frekuensi tertinggi dari responden berjenis
Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri, kelamin perempuan yaitu sebanyak 31 responden
adapun waktu penyelesaian penelitian yaitu mulai (57%) dan frekuensi terendah berjenis kelamin laki-
bulan Januari sampai dengan Maret 2013. laki yaitu sebanyak 23 responden (43%).
Populasi penelitian ini adalah lansia yang ada di c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Dusun Margomulyo Desa Puncu yang berjumlah 123
lansia. Dalam penelitian ini sampel yang diambil 7% 4%
adalah sebagian populasi lansia yang ada di Dusun 22%
Margomulyo Desa Puncu, dengan sejumlah 54
responden, berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria 67%
eksklusi. Pada penelitian ini tekhnik sampling yang
digunakan adalah Purposive sampling. Analisis data SD SMP SMA PT
dilakukan melalui tahapan pemeriksaan data (editing), Diagram 3: Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di
proses pemberian identitas data (coding), tabulating Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu
dan scoring. Analisis statistik menggunakan analisis Kabupaten Kediri Tahun 2013
statistik deskriptif. Diagram di atas menunjukkan dari 54 responden
didapatkan frekuensi tertinggi dari responden
berpendidikan SD, yaitu sebanyak 36 responden
Hasil Penelitian (68%), kemudian SMP sebanyak 12 responden (23%),
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia SMA sebanyak 4 responden (7%) dan frekuensi
terendah berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 2
9% 0% responden (2%).
41%
d. Identifikasi Tingkat Kemandirian pada lansia
dalam melakukan Aktivitas Sehari-hari di Dusun
50% Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu
Kabupaten Kediri Tahun 2013
≤70 tahun 70-90 tahun
15%
Diagram 1: Karakteristik responden berdasarkan usia di Dusun 39%
Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten 17%
Kediri Tahun 2013
Diagram di atas menunjukkan dari 54 responden
didapatkan frekuensi tertinggi dari responden berusia 29%
70-90 tahun, yaitu sebanyak 27 responden (50%),
Ketergantungan berat
kemudian usia ≤ 70 tahun sebanyak 22 responden
(41%), dan terendah usia ≥ 90 tahun sebanyak 5 Diagram 4: Karakteristik tingkat kemandirian pada lansia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari di Dusun Margomulyo
responden (9%). Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Tahun 2013
Kelamin Diagram di atas menunjukkan dari 54 responden
didapatkan frekuensi tertinggi responden mengalami
0% 43% 0% ketergantungan berat , yaitu sebanyak 21 responden
57% (39%), kemudian ketergantungan sedang 16
responden (29%), ketergantungan ringan 9 responden
(17%), dan terendah mandiri, yaitu sebanyak 8
responden (15%).
Laki-laki

Jurnal AKP 3 Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013


e. Identifikasi Tingkat Kecemasan pada Lansia di Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan
Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu di peroleh gambaran bahwa Tingkat Kemandirian
Kabupaten Kediri Tahun 2013 pada Lansia dari 54 responden sebagian besar
4%
responden mengalami ketergantungan berat , yaitu
35% sebanyak 21 responden (39%), kemudian
30%
ketergantungan sedang 16 responden (29%),
ketergantungan ringan 9 responden (17 %), dan
31% terendah mandiri, yaitu sebanyak 8 responden (15%).
Cemas berat Cemas sedang Menurut Maryam (2008), kemandirian berarti
tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi
Diagram 5: Karakteristik tingkat kecemasan pada lansia di Dusun
Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten yang masih aktif. Kemandirian pada lansia meliputi
Kediri Tahun 2013 kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-
Diagram di atas menunjukkan dari 54 responden hari seperti mandi, berpakaian rapi, pergi ke toilet,
didapatkan frekuensi tertinggi responden mengalami berpindah tempat, dapat mengontrol BAK atau BAB,
cemas berat 19 responden (35%), kemudian cemas serta dapat makan sendiri (Kushariyadi, 2011).
sedang 17 responden (31%), cemas ringan 16 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
responden (30%), dan terendah tidak cemas 2 kemandirian lansia meliputi usia dan imobolitas
responden (4%) (Maryam, 2008). Sedangkan masalah pada
f. Analisa hubungan tingkat kemandirian lansia kemandirian lansia meliputi mudah terjatuh, mudah
dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan lelah,berat badan menurun, dan gangguan pada
tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa ketajaman penglihatan (Azizah, 2011).
Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian
2013 didapatkan frekuensi tertinggi responden mengalami
Tabel 1. Tabulasi silang hubungan tingkat kemandirian lansia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kecemasan di
ketergantungan berat yaitu 21 responden (39%), hal
Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu
Kabupten Kediri Tahun 2013. faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemandirian
Tingkat Tingkat Kemandirian lansia adalah usia. Dari penelitian di dapatkan usia
No Total
Kecemasan
M KR KS KB yang lebih dominan adalah usia 70-90 tahun, dimana
1 Tidak 2 0 0 0 2 lansia yang telah memasuki usia tersebut lebih
Cemas (3,7%) (0%) (0%) (0%) (3,7%)
2 Cemas 4 4 8 0 16
beresiko tinggi terhadap ketidakmampuan untuk
Ringan (7,4%) (7,4%) (14,8%) (0%) (29,6%) bergerak aktif (imobilisasi) akibat berbagai penyakit
3 Cemas 2 5 7 3 17
Sedang (3,7%) (9,2%) (13%) (5,5%) (31,4%)
atau gangguan pada organ tubuh, sehingga dapat
4 Cemas
Berat
0
(0%)
0
(0%)
1
(2%)
18
(33,3%)
19
(35,3%)
menghalangi penurunan dalam berbagai hal
Total 8 9 16 21 54 termasuk tingkat kemandirian dalam melakukan
(14,8%) (16,6%) (29,8%) (38,8%) (100%)
aktifitas sehari-hari
Diagram di atas menunjukkan dari 54 responden 2. Identifikasi tingkat kecemasan pada lansia di
didapatkan frekuensi tertinggi dari responden Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan
berpendidikan SD, yaitu sebanyak 36 responden Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013
(68%), kemudian SMP sebanyak 12 responden (23%), Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
SMA sebanyak 4 responden (7%) dan frekuensi tingkat kecemasan dari 54 responden didapatkan
terendah berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 2 responden mengalami cemas berat 19 responden
responden (2%). (35%), kemudian cemas sedang 17 responden (31%),
cemas ringan 16 responden (30%), dan terendah tidak
cemas 2 responden (4%).
Pembahasan Menurut Carpenito (2003), kecemasan adalah
1. Identifikasi Tingkat Kemandirian pada lansia keadaan ketika individu atau kelompok mengalami
dalam melakukan Aktivitas Sehari-hari di perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi
Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang
Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013 tidak jelas. Kecemasan merupakan suatu pikiran yang

Hubungan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam


Melakukan Aktivitas Sehari-Hari Dengan Tingkat
4 Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013
Kecemasan
tidak menyenangkan yang di tandai dengan Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri
kekhwatiran, rasa tidak enak dan perasaan yang tidak Tahun 2013
baik yang tidak dapat di hindari oleh seseorang Berdasarkan tabel 4.1 dapat di ketahui bahwa
(Hurlock, 2002). Kecemasan akan direspon secara lansia yang mandiri dan tidak cemas sebanyak 2
spesifik dan berbeda oleh setiap individu. Menurut responden (3,7%), lansia yang mengalami
Stuart and Sundeen (1998) dalam Pamungkas (20011), ketergantungan ringan dan cemas ringan sebanyak 4
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecemasan responden (7,4%), lansia yang mengalami
antara lain faktor predisposisi (teori psikoanalitk, teori ketergantungan sedang dan cemas sedang sebanyak 7
interpersonal, teori perilaku, teori keluarga, dan teori responden (13%), dan lansia yang yang mengalami
biologis) dan pada faktor presipitasi pencetus ketergantungan berat dan cemas berat sebanyak 18
timbulnya kecemasan dapat dikelompokkan menjadi 2 responden (33,3%). Sehingga dapat ketahui bahwa
kategori yaitu faktor eksternal dan faktor internal. semakin berat ketergantungan lansia pada tingkat
Faktor eksternal antara lain ancaman integritas fisik kemandiriannya maka semakin berat tingkat
dan ancaman sistem diri, sedangkan faktor internal kecemasannya. Hal ini berarti menunjukkan adanya
yaitu kemampuan individu dalam merespon terhadap hubungan di antara kedua variabel tersebut. Dengan
penyebab kecemasan di temukan oleh potensi stresor, demikian ada hubungan antara tingkat kemandirian
maturitas, pendidikan, status ekonomi , keadaan fisik, lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan
tipe kepribadian, lingkungan , umur, dan jenis kelamin. tingkat kecemasan di dusun margomulyo kecamatan
Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian puncu kabupaten kediri tahun 2013.
frekuensi tertinggi tingkat kecemasan termasuk Lanjut Usia adalah seseorang yang telah
kategori berat yaitu 19 responden (35%). Hal ini dapat memasuki usia 60 tahun ke atas (WHO). Lansia akan
di sebabkan oleh berbagai faktor pada lansia saat mengalami proses penuaan. Menurut Paris
mereka mengalami kecemasan antara lain faktor usia, Constantinde (1994) dalam Maryam (2008), Menua
jenis kelamin dan pendidikan. Dari faktor usia, lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan –
yang mengalami cemas berat adalah usia 70-90 tahun, lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
dimana pada usia tersebut seseorang cenderung untuk atau mengganti dan mempertahankan struktur dan
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan tidak fungsi normal, ketahanan terhadap injuri termasuk
berfikir tentang hal lain, sehingga setiap adanya infeksi. Proses penuaan tersebut dapat
stimulus/dorongan yang tidak baik akan dipersepsikan mengakibatkan penurunan fungsi atau perubahan
tidak baik pula, kemudian dapat timbul ancaman dalam anatomis, fisiologis dan psikis pada tubuh sehingga
diri seseorang dan timbulah kecemasan. Ditinjau dari dapat menyebabkan penurunan tingkat kemandirian
jenis kelamin dimana sebagian besar responden adalah lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
perempuan, dimana perempuan lebih berorientasi Kemandirian adalah kebebasan untuk bertindak, tidak
perasaan dalam berbagai hal sehingga dalam tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada
penyelesaian masalah akan lebih cenderung orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau
menggunakan koping yang berorientasi pada ego, aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok
sedangkan laki-laki lebih berorientasi pada kenyataan dari berbagai kesehatan atau penyakit (Herman,
sehingga laki-laki dapat menyelesaikan masalah 2009). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
dengan cara yang tepat. Kemudian dari faktor tingkat kemandirian adalah usia dan imobilitas.
pendidikan lansia yang sebagian besar adalah Apabila lansia mengalami penurunan tingkat
berpendidikan SD, diketahui apabila pendidikan kemandirian lansia dapat mengakibatkan kecemasan.
seseorang rendah, pengetahuan terhadap sesuatupun Kecemasan adalah keadaan ketika individu/kelompok
juga kurang, sehingga dalam mempersepsikan sesuatu mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan
akan berbeda, sehingga timbulah perasaan gelisah, aktivasi saraf otonom dalam berespon terhadap
kekhawatiran, ketakutan,dan perasaan negatif lainnya ancaman yang tidak jelas, nonspesifik
yang dapat memicu timbulnya kecemasan. (Carpenito,2003). Kecemasan dipengaruhi oleh
3. Analisa Hubungan tingkat kemandirian lansia beberapa faktor yaitu faktor intenal yang terdiri dari
dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, motivasi,
tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa

Jurnal AKP 5 Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013


kondisi fisik dan faktor eksternal yang terdiri dari 3. Ada hubungan antara tingkat kemandirian lansia
dukungan sosial, dukungan keluarga. dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan
Menurut peneliti, terjadinya hubungan antara tingkat kecemasan di Dusun Margomulyo Desa
tingkat kemandirian pada lansia dengan tingkat Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013.
kecemasan di Dusun Margomulyo Desa Puncu
Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013, Saran
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain fakor usia 1. Bagi Responden
dan pendidikan. Dari faktor usia, lansia yang mandiri Gunakan bunga rosela untuk terapi pengobatan
dan tidak cemas mayoritas adalah usia ≤70 tahun, hipertensi dan anjurkan juga keluarga, teman atau
sedangkan lansia yang mengalami ketergantungan orang terdekat lainnya yang menderita hipertensi
berat dan cemas berat mayoritas adalah usia 70- untuk memanfaatkan bunga rosela sebagai penurun
90tahun, dimana pada usia tersebut lansia lebih tekanan darah.
beresiko terhadap ketidakmampuan untuk melakukan 2. Bagi Masyarakat
aktivitasnya akibat berbagai penyakit atau gangguan Jangan salah dalam memilih obat herbal untuk
pada organ tubuh dan lebih cenderung memusatkan terapi pada penyakit yang diderita. Pastikan obat
pada satu hal sehingga timbul ancaman dalam diri yang dipilih benar-benar aman dan sudah terbukti
seseorang dan timbulah kecemasan . Dari faktor khasiatnya, salah satunya alternatif adalah teh
pendidikan, lansia yang mandiri dan tidak cemas bunga rosela yang memang sudah terbukti dapat
mayoritas adalah berpendidikan SMP dan SMA, menurunkan tekanan darah. Budidayakan bunga
sedangkan lansia yang mengalami ketergantungan rosela karena selain mudah juga banyak
berat dan cemas berat mayoritas adalah berpendidikan manfaatnya dan untuk bisnis juga menjajikan.
SD, di ketahui apabila pendidikan rendah, pengetahuan 3. Bagi Institusi Kesehatan
terhadap sesutatu juga kurang, sehingga apabila lansia Adakan penyuluhan tentang pengobatan herbal
mengalami penurunan pada tingkat kemandirian maka agar masyarakat lebih mengenalnya dan dapat mau
lansia tersebut akan lebih beresiko mengalami mencobanya. Kalau memungkinkan di setiap
kecemasan karena lansia tersebut tidak mengetahui sarana kesehatan ada seorang ahli pengobatan
bahwa penurunan pada tingkat kemandirian akan di herbal, sehingga masyarakat ada alternatif lain
alami oleh setiap individu yang telah memasuki usia dalam memilih pengobatan yang akan dijalani.
lanjut. Sehingga disarankan untuk para lansia yang 4. Bagi Institusi Pendidikan
mengalami penurunan tingakat kemandirian adalah Pengobatan herbal dapat dimasukkan ke dalam
dengan melakukan pelatihan secara fisik untuk kurikulum akademik agar mahasiswa bisa lebih
mempertahankan kemampuan fungsional dan berkembang. Laboratorium lebih dilengkapi lagi,
mekanisme dukungan sosial agar tidak terjadi khususnya dengan alat-alat yang mendukung untuk
kecemasan mengadakan riset yang mengarah pada eksperimen
pengobatan herbal.
Kesimpulan
1. Identifikasi tingkat kemandirian pada lansia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari di Dusun
DAFTAR PUSTAKA
Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu
Kabupaten Kediri Tahun 2013 didapatkan dari 54
responden frekuensi tertinggi responden Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta:
mengalami ketergantungan berat , yaitu sebanyak Rineka Medika.
21 responden (39%). Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut
2. Identifikasi tingkat kecemasan pada lansia di Usia, Ed.1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Bandiyah, Siti. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan
Kabupaten Kediri Tahun 2013, didapatkan dari 54 Gerontik. Yogyakarta : Muha Medika.
responden frekuensi tertinggi responden Carpenito, Linda Jual. (2006). Buku Saku Diagnosis
mengalami cemas berat 19 responden (35%). Keperawatan, Ed.10. Jakarta : EGC.

Hubungan Tingkat Kemandirian Lansia Dalam


Melakukan Aktivitas Sehari-Hari Dengan Tingkat
6 Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013
Kecemasan
Herman. (2009). Kemandirian pada Lansia. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi
http://hermanadi.wordpress.com. (download Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
pada 14 September 2012) Pamungkas. (2011). Konsep Kecemasan.
Hurlock, Elisabeth. (2002). Psikologi http://pamungkasgunawan.wordpress.com.
Perkembangan,Ed.5. Jakarta : Erlangga. (download pada 14 September 2012).
Kushariyadi. (2011). Asuhan Keperawatan Gerontik. Rhirin. (2011). Kebijakan dan Program Kesehatan
Yogyakarta : Salemba Medika. Pada Lansia di Indonesia.
Maryam,R.Siti. dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut http://rhirin.wordpress.com. (download pada
dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika. 14 September 2012).
Muhammad, Najamuddin. (2010). Tanya Jawab Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian
Kesehatan Harian Untuk Lansia. Yogyakarta : Keperawatan. Yogyakarta : Muha Medika.
Tunas Publishing. Tamher.S. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan
Mustikasari. (2006).Mekanisme Koping. Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta :
http://mustikanurse.blogspot.com/2006/html. Salemba Medika.
(download pada 3 Juni 2013) Tamsuri, Anas. (2008). Riset Keperawatan. Kediri :
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Pamenang Press
Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.

Jurnal AKP 7 Vol. 4 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2013

You might also like