Professional Documents
Culture Documents
2012-1-02-TUFAILA-penginderaan Jauh PDF
2012-1-02-TUFAILA-penginderaan Jauh PDF
2012-1-02-TUFAILA-penginderaan Jauh PDF
ABSTRACT
Research on utilization of remote sensing and geographic information system for
mapping landforms in the watershed (DAS) Moramo . The research was conducted on Moramo
basin, District of Moramo South Konawe . This research was conducted with image processing
techniques on the image of ALOS AVNIR-2 and visual interpretation was based on analytic
approach with the help of Geographic Information Systems for on screen digitizing . The
research result obtained 15 (fifteen ) units of landforms, namely: Alluvial plain (F1), Alluvial
Plain-Koluvial (F1.1), Flood Plain (F7), Alluvial Plain Briny Beach ( M11), Structural
Terdenudasi Eroded hills Strong (D1/4), Structural Terdenudasi Eroded Hills Moderate
(D1/3), Eroded Hills Terdenudasi Structural Lightweight (D1/2) , Eroded Hills Isolated Strong
(D4/4), Barely Plain (peneplain) Eroded Very Lightweight (D5/1), Slope Leg Eroded hills
Structural Terdenudasi Strong (D7/4), Slope Foot hills Eroded Structural Terdenudasi
Medium (D7/3), Slope Foot hills Terdenudasi Eroded Structural Lightweight (D7/2),
Piedmont Eroded Lightweight (D9/2), Piedmont Eroded Very Light (D9/1) and the hills Dome
(Dome) Eroded Strong (S11/4). Based on their genesis, they were grouped into four landforms
: marine origin, the origin of fluvial landforms, landforms denudasional origin, and the origin
of structural landforms. Accuracy of landform interpretation was 89,06 % and processing of
the composite image 341 had an excellent capability to identify the location of landforms in
the study area of watershed Moramo.
Keyword : remote sensing, GIS, watershed, image processing, landform mapping
*)Alamat Korespondensi:
HP: 081342643205;
E-mail: m.tufailahemon@yahoo.co.id
10 TUFAILA ET AL. AGROTEKNOS
Penelitian ini merupakan integrasi antara melalui interpretasi citra ALOS AVNIR-2
penginderaan jauh dan sistem informasi dengan menggunakan beberapa data bantu
geografi, dimana penginderaan jauh berperan seperti peta RBI, peta geologi, kontur digital
sebagai sumber data utama sedangkan sistem RBI, dan data pengamatan lapangan.
informasi geografis berperan dalam
pengolahan dan analisis data. Perolehan data
12 TUFAILA ET AL. AGROTEKNOS
Secara ringkas kegiatan penelitian, alat AVNIR-2 pada daerah penelitian adalah
analisis, sumber data, dan teknik analisis 0,306932.
disajikan sebagaimana pada Tabel 1. Pembuatan Citra Komposit. Pemilihan
komposit citra RGB (341) atau citra warna
HASIL DAN PEMBAHASAN semu, hal ini dikarenakan pada kombinasi
saluran ini dapat menonjolkan vegetasi dengan
Pengolahan Citra
warna hijau, lahan terbuka (kondisi kering)
Koreksi Geometrik. Koreksi geometrik
dari endapan pasir dengan warna pink, tanah
merupakan tahap pra-pengolahan citra yang
lembab berwarna keunguan, dan air berwarna
dilakukan untuk mengembalikan posisi piksel
ungu kebiruan serta pemukiman dengan warna
ke posisi yang sebenarnya baik bentuk dan
pink kecerahan. Komposit RGB (341) juga
posisi di permukaan bumi pada peta dengan
dapat memperlihatkan dengan baik
proyeksi tertentu (Danoedoro, 1992). Koreksi
kenampakan bentuklahan, topografi, serta
dilakukan dengan metode image to map,
litologi di daerah penelitian. Sehingga dengan
dilakukan dengan pembuatan GCP (Grouth
kombinasi saluran tersebut dapat
Control Point). Perubahan posisi piksel pada
memudahkan dalam menginterpretasi
citra terkoreksi dilakukan dengan proses
bentuklahan.
resampling nilai spektral dengan
Pemfilteran Spasial. Pemfilteran dalam
menggunakan algoritma nearest neighbour
pengolahan citra digital sangat bermanfaat
(tetangga terdekat) (Lillesand and Keifer 2006
untuk mendapatkan citra dengan kenampakan
dalam Avtar et al., 2011). Menurut Jensen
yang tajam dan menonjolkan kelompok spasial
(1986), nilai batas maksimal kualitas koreksi
tertentu. Besarnya kemampuan hasil
geometrik adalah 0,5 untuk RMS total. Dari
penajaman berbagai jenis filter disajikan
hasil perhitungan dengan menggunakan
sebagaimana pada Tabel 2.
software ENVI 4.5 nilai RMSerror dari citra ALOS
Tabel 2. Perbandingan kemampuan hasil penajaman dengan filter directional dan undirectional.
No Jenis Filter Analisis Visual
1 Directional Hasil pemfilteran dengan filter directional bersifat memperlihatkan
kenampakan linear pada dua arah yang saling tegak lurus. Hasil
yang diperoleh berupa kenampakan citra yang cukup terang dan di
dominasi oleh garis-garis kecil dengan batas tepi yang tidak dapat
dikenali. Kenampakan ini menyulitkan dari proses identifikasi dan
analisis pola struktur, dan batas litologi serta bentuklahan.
2 Undirectional Hasil pemfilteran dengan filter undirectional (Laplacian) yang
(Laplacian) bersifat menonjolkan kenampakan citra ke segala arah dan mampu
menonjolkan batas tepi yang berbentuk yang cenderung
melengkung yang bukan kelurusan ideal. Hasil pemfilteran ini baik
untuk identifikasi dan analisis struktur geologi, batas litologi yang
tegas, dan kelurusan.
Tabel 2. menunjukan bahwa jenis filter high dalam interpretasi citra secara visual
pass undirectional (Laplacian) memiliki khususnya dalam membedakan batas litologi
kemampuan dalam mengidentifikasi dan dan struktur geologi. Hasil pengolahan citra
menganalisis struktur geologi, batas geologi, disajikan sebagaimana pada Gambar 1.
serta satuan bentuklahan (landform).
Penajaman Kontras. Penajaman yang
digunakan dalam penelitian adalah penajaman
ekualisasi histogram yang secara otomatis
akan mereduksi kontras sangat terang atau
gelap dan tingkat keabuan sedang ke arah
tinggi dan rendah. Berdasarkan hasil
penajaman citra komposit RGB 341 dengan
penajaman ekualisasi histogram memudahkan
Vol. 2 No.1, 2012 Pemanfaatan Penginderaan Jauh 13
Geografi UGM (1985). Berdasarkan hasil dengan rona pink kecerahan dan keunguan dan
interpretasi citra ALOS AVNIR-2 pada tekstur halus serta berasosiasi dengan pola
komposit RGB 341 dan didukung data-data sungai yang menjalin. Rona keunguan yang
sekunder yang ada serta pengecekan lapangan, diinterpretasi bahwa terdapat kandungan air
daerah penelitian secara genesa terdiri atas 4 dangkal. Sedangkan pada rona pink kecerahan
(empat) macam bentuklahan yaitu diinterpretasi merupakan lahan terbuka yang
bentuklahan asal marin, bentuklahan asal dimanfaatkan sebagai lahan tegalan dengan
fluvial, bentuklahan asal struktural, dan tanaman semusim seperti padi dan tanaman
bentuklahan asal denudasional. Berdasarkan sayur-sayuran. Sehingga pada saat perekaman
keseragaman sifat batuan, dan topografi, berwarna cerah dan biasanya berasosiasi
empat macam bentukan asal tersebut di dengan pemukiman. Berdasarkan identifikasi
wilayah penelitian dirinci menjadi 15 satuan dari peta lereng dan kenampakan topografi
bentuklahan. pada citra, bentuklahan dataran aluvial
1). Bentuklahan asal Proses Marin (M) umumnya mempunyai topografi yang datar
Bentuklahan asal marin (M) merupakan dengan kemiringan 0-3% yang berada di
bentuklahan yang terjadi karena aktivitas daerah dengan ketinggian dari 4-17 m dpl.
marin. Bentuklahan asal marin memiliki Material penyusunnya berupa batupasir,
wilayah yang tidak begitu luas dan berada di konglomerat, napal pasiran, serpih, dan
muara sungai atau wilayah estuaria. Luas kalkarenit. Bentuklahan ini banyak
keseluruhan satuan bentuklahan asal marin di dimanfaatkan untuk pemukiman, sawah,
wilayah penelitian, yaitu sekitar 130,94 ha atau tegalan, kebun campuran dan semak belukar
sekitar 1,04% dari total luas wilayah DAS dengan vegetasi seperti padi, kakao, kelapa,
Moramo. Satuan bentuklahan asal proses gamal, dan krinyu serta alang-alang. Dataran
marin meliputi bentuklahan dataran aluvial aluvial menempati areal seluas 1.448,39 ha
pantai payau formasi Aluvium (M11). Dataran atau 11,47% dari luas keseluruhan wilayah
aluvial pantai payau menempati bagian Timur DAS Moramo. Berdasarkan hasil interpretasi
Laut daerah penelitian atau pada bagian muara yang dipadukan dengan peta batas
Sungai Moramo yang merupakan wilayah administrasi, bentuklahan ini hanya terdapat di
estuaria dari DAS moramo. Topografi pada Desa Tambosupa, Amohola, dan Lambuea.
bentuklahan ini datar, tersusun dari bahan Bentuklahan dataran Aluvial-koluvial (F1.1)
lumpur, lempung, pasir, kerikil dan kerakal jika dicermati di lapangan, bentuklahan ini
yang merupakan formasi aluvium. Pada citra merupakan bentuklahan dataran aluvial,
ALOS AVNIR-2 dengan komposit RGB 341, khususnya dataran aluvial-koluvial yang datar
bentuklahan ini mudah diinterpretasi sampai landai dengan kemiringan lereng 0-8%
berdasarkan rona gelap ungu kebiruan yang berada di daerah dengan ketinggian dari
menandakan areal yang selalu tergenang air, 31-37 m dpl sehingga terlihat adanya topografi
tekstur halus sampai sedang, topografi datar, yang sedikit landai. Bentuklahan ini terletak
situs muara sungai dengan penggunaan lahan pada kaki lereng dari bentuklahan struktural
mangrove, dan berdasarkan interpretasi terdenudasi Formasi Boepinang, Eemoiko, dan
secara visual beracuan bahwa pada areal ini Laonti yang berbatuan batupasir,
telah berasosiasi dengan tambak. Berdasarkan konglomerat, napal pasiran dan napal serta
hasil interpretasi dipadukan dengan batas serpih. Pada citra ALOS AVNIR-2 komposit RGB
wilayah administrasi, bahwa bentuklahan M11 341, bentuklahan ini ronanya pink kecerahan
terdapat pada Desa Moramo. dan ungu agak gelap, serta teksturnya halus.
2). Bentuklahan asal proses Fluvial (F) Rona ungu agak gelap yang diinterpretasi
Bentuklahan hasil proses fluvial (F) di daerah adanya kandungan air dangkal atau mungkin
penelitian meliputi dataran alluvial (F1), selalu tergenang yang menunjukkan
dataran aluvial-koluvial (F1.1) dan dataran permeabilitas tanah sangat lambat akibat
banjir (F7). Luas keseluruhan satuan pengaruh endapan material yang ada
bentuklahan asal fluvial di wilayah penelitian, diatasnya. Proses yang terjadi pada unit ini
yaitu sekitar 2.147,18 ha atau sekitar 17% dari ialah proses aluvial dan koluvial. Proses
total luas wilayah DAS Moramo. koluvial terjadi pada bagian-bagian punggung
Bentuklahan dataran aluvial (F1) pada citra dan proses fluvial terjadi pada bagian lembah,
ALOS AVNIR-2 komposit RGB 341 diselingi sehingga tanah yang terbentuk di tempat
Vol. 2 No.1, 2012 Pemanfaatan Penginderaan Jauh 15
tersebut juga berbeda. Pada citra terlihat (peneplain) (D5), lereng kaki perbukitan
bahwa bentuklahan ini dimanfaatkan sebagai struktural (D7), dan Piedmont (D9).
lahan pertanian, semakbelukar, dan hutan. Bentuklahan Perbukitan Struktural
Bentuklahan ini menempati areal seluas Terdenudasi (D1) di daerah penelitian
253,76 ha atau 2,01% dari total luas wilayah merupakan bentuklahan asal struktural yang
DAS dan hanya terdapat pada Desa Amohola telah didominasi oleh proses denudasional
dan Lamokula. yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh proses
Bentuklahan dataran banjir (F7) pada citra denudasional berkembang lebih tinggi
ALOS AVNIR-2 komposit RGB 341 nampak dibanding dengan proses struktural yang
dengan rona ungu agak gelap dan tekstur terjadi. Berdasarkan interpretasi secara visual,
sangat halus serta berasosiasi dengan sungai bentuklahan perbukitan struktural
yang berada di pinggir atau kiri kanan sungai, terdenudasi (D1) dibagi menjadi perbukitan
dan situsnya berada pada cekungan atau struktural terdenudasi terkikis kuat (D1/4),
lembah antar perbukitan terdapat pola sungai perbukitan struktural terdenudasi terkikis
yang menjalin. Rona ungu agak gelap yang sedang (D1/3), dan perbukitan struktural
diinterpretasi bahwa terdapat kandungan air terdenudasi terkikis ringan (D1/2). Material
dangkal atau kelembaban tanah tinggi. penyusunnya adalah batugamping malih,
Berdasarkan identifikasi dari peta lereng dan kalkarenit, batugamping koral, pualam, filit,
kenampakan topografi pada citra, bentuklahan lempung pasiran, batupasir, konglomerat, dan
dataran banjir mempunyai topografi datar napal pasiran. Bentuklahan ini terjadi karena
dengan kemiringan 0-3% yang berada di adanya perbedaan proses pelapukan, erosi,
daerah dengan ketinggian dari 45-73 m dpl. gerak massa batuan serta proses sedimentasi
Material penyusunnya berupa batupasir, yang terjadi. Kenampakan pada citra komposit
konglomerat, dan serpih. Bentuklahan ini RGB 341, bentuklahan ini dicirikan dengan
banyak dimanfaatkan untuk pemukiman, topografi yang berbukit, rona gelap keunguan,
sawah, tegalan, kebun campuran dan semak pola pengaliran serta kerapatan alir yang
belukar dengan vegetasi seperti padi, kakao, sedang sampai tinggi dengan proses erosi yang
kelapa, gamal, dan krinyu serta alang-alang. sedang sampai tinggi sehingga kenampakan
Dataran banjir menempati areal seluas tekstur sedang sampai kasar. Bentuklahan di
445,03 ha atau 3,52% dari luas keseluruhan wilayah ini dimanfaatkan sebagai lahan
wilayah DAS Moramo. Berdasarkan hasil pertanian, kebun campuran, hutan, dan semak
interpretasi yang dipadukan dengan peta batas belukar. Penyebaran bentuklahan ini terdapat
administrasi, bentuklahan ini hanya terdapat di pada Desa Amohola, Lamokula, Margacinta,
Desa Mekar Jaya. dan Mekar Jaya. Bentuklahan ini di wilayah
3). Bentuklahan asal proses Denudasional (D) penelitian menempati areal seluas 5.097,34 ha
Bentuklahan hasil proses denudasional (D) atau 40,06% dari luas wilayah DAS.
di daerah penelitian terkait dengan proses Satuan bentuklahan Perbukitan Terisolasi
degradasi oleh erosi dan mass-wasting Terkikis Kuat (D4/4) merupakan bukit
(pengikisan) serta proses sedimentasi. terisolasi yang terdapat di tengah-tengah suatu
Berdasarkan kenampakan pada citra komposit dataran. Reliefnya berbukit dengan lereng agak
RGB 341 dan dipadukan dengan peta lereng curam sampai curam (30-45%). Unit ini
dan peta geologi DAS Moramo tampak pada terbentuk dari batuan lempung pasiran, napal
bentuklahan ini memiliki tekstur yang sedang pasiran, dan batupasir, termasuk dalam
sampai kasar yang menunjukkan konfigurasi Formasi Boepinang. Bentuklahan ini
permukaan hasil sisa erosi dengan adanya menempati luas 585,56 ha atau 4,64% dari luas
timbulan yang membulat sebagai indikator wilayah DAS. Kenampakan pada citra ALOS
dari perbukitan. Interpretasi visual citra AVNIR-2 Komposit RGB 341 yaitu reliefnya
dibantu dengan peta geologi dan peta lereng berbukit tampak muncul di tengah-tengah
derivasi dari DEM, diperoleh bentuklahan di suatu dataran, lereng curam, tekstur kasar, dan
daerah ini merupakan hasil proses kerapatan alur tinggi sehingga berbeda dengan
denudasional dari bentuklahan struktural, daerah sekitarnya. Oleh sebab itu bentuklahan
diklasifikasikan menjadi 5 (lima) satuan yaitu ini mudah dibedakan. Penggunaan lahan pada
perbukitan struktural terdenudasi (D1), satuan ini masih didominasi oleh hutan.
Perbukitan terisolasi (D4), dataran nyaris
16 TUFAILA ET AL. AGROTEKNOS
Penyebaran bentuklahan ini hanya terdapat Piedmont (D9) merupakan daerah endapan
pada Desa Amohola. yang berasal dari lahan diatasnya yang
Dataran nyaris (peneplain) terkikis sangat tersebar di kaki bukit yang memanjang sungai.
ringan (D5/1) merupakan satuan bentuklahan Berdasarkan hasil interpretasi secara visual
dari proses denudasional yang bekerja pada citra komposit RGB 341, bentuklahan
wilayah perbukitan secara terus menerus piedmont diklasifikasi menjadi piedmont
akibat proses pendataran strata batuan terkikis ringan (D9/2) dan piedmont terkikis
sedimen berlapis oleh kegiatan erosi yang sangat ringan (D9/1). Kenampakan
cukup lama sehingga permukaan lahan bentuklahan ini pada citra ALOS AVNIR-2
cenderung menurun ketinggiannya dengan Komposit RGB 341 adalah tekstur halus, situs
membentuk topografi yang hampir datar. berada di kaki bukit sepanjang sungai,
Kenampakan pada citra dicirikan dengan reliefnya berombak dengan lereng landai
tekstur sedang sampai halus, topografi yang sampai bergelombang (3-15%) dan kerapatan
datar sampai bergelombang dengan alur rendah. Unit ini tersusun atas batuan
kemiringan 3-8% yang berada di daerah konglomerat, batupasir, serpih, dan kalkarenit,
dengan ketinggian dari 43-94 m dpl. Material termasuk dalam Formasi Langkowala.
penyusun dari bentuklahan adalah batuan Bentuklahan ini menempati luas 166,23 ha
batupasir dan napal pasiran dari Formasi atau 1,32% dari luas wilayah DAS. Penggunaan
Boepinang. Penggunaan lahan pada lahan pada satuan ini berupa kebun dan
bentuklahan ini didominasi oleh tegalan dan tegalan. Penyebaran bentuklahan ini hanya
hutan. Bentuklahan ini di wilayah penelitian terdapat pada Desa Mekar Jaya dan Lombuea.
menempati areal seluas 466,70 ha atau 3,70% 4). Bentuklahan asal Struktural (S)
dari luas wilayah DAS. Penyebaran Kenampakan bentuklahan perbukitan dome
bentuklahan ini terdapat pada Desa Amohola (kubah) terkikis kuat (S11/4) pada citra ALOS
dan Margacinta. AVNIR-2 komposit RGB 341 nampak dengan
Bentuklahan Lereng Kaki Perbukitan rona ungu agak gelap dan tekstur sangat kasar,
Struktural Terdenudasi (D7) di wilayah bentuk membulat seperti kubah (dome). Rona
penelitian menempati areal seluas 3.749,85 ha ungu agak gelap yang diinterpretasi akibat
atau 29, 69% dari luas wilayah DAS. material penyusunnya. Berdasarkan
Berdasarkan hasil interpretasi secara visual identifikasi dari peta lereng dan kenampakan
citra komposit RGB 341, bentuklahan lereng topografi pada citra, bentuklahan ini
kaki terdenudasi diklasifikasi menjadi lereng mempunyai topografi berbukit dengan
kaki perbukitan struktural terdenudasi kuat kemiringan 15-30% yang berada di daerah
(D7/4), lereng kaki perbukitan struktural dengan ketinggian dari 37-316 m dpl. Material
terdenudasi sedang (D7/3), dan lereng kaki penyusunnya berupa batugamping malih,
perbukitan struktural terdenudasi ringan pualam, dan filit. Penggunaan lahan dari
(D7/2). Kenampakan bentuklahan ini berada bentuklahan ini berupa hutan. Perbukitan
pada situs lereng-lereng kaki dari perbukitan, dome (kubah) terkikis kuat menempati areal
pola pengaliran serta kerapatan alir yang seluas 322,15 ha atau 2,55% dari luas
rendah sampai sedang dengan proses erosi keseluruhan wilayah DAS Moramo.
yang sedang sampai tinggi sehingga Berdasarkan hasil interpretasi yang dipadukan
kenampakan tekstur sedang sampai halus, dengan peta batas administrasi, bentuklahan
bertopografi landai sampai berbukit dengan ini hanya terdapat di Desa Amohola.
kemiringan lereng berkisar antara 3-15% yang
berada pada ketinggian 61-123 m dpl. Material Uji Ketelitian Interpretasi Bentuklahan
penyusun dari bentuklahan ini adalah Uji ketelitian interpretasi perlu dilakukan,
batupasir, konglomerat, lempung pasiran, mengingat tingkat ketelitian hasil interpretasi
napal pasiran, pualam, dan filit. Bentuklahan di mempengaruhi besarnya kepercayaan yang
wilayah ini dimanfaatkan sebagai kebun diberikan terhadap data yang digunakan. Uji
campuran, hutan, dan semak belukar. ketelitian interpretasi dilakukan dengan cara
Penyebaran bentuklahan ini terdapat pada mencocokkan antara hasil interpretasi citra
Desa Amohola, Lamokula, Margacinta, dan ALOS AVNIR-2 dengan kondisi sebenarnya di
Mekar Jaya. lapangan dengan metode Short (1982) dalam
Ashar (2010).
Vol. 2 No.1, 2012 Pemanfaatan Penginderaan Jauh 17
D1/3 1 5 6 83,33
D1/2 1 2 3 66,67
D4/4 2 2 100,00
D5/1 2 2 100,00
D7/4 3 3 100,00
D7/3 4 4 100,00
D7/2 1 1 9 11 81,82
D9/2 1 1 100,00
D9/1 1 1 100,00
S11/4 2 2 100,00
∑ 12 3 3 4 7 7 3 2 2 3 5 9 1 1 2 64
Keterangan :
F1 = Dataran Aluvial D4/4= Perbukitan Terisolasi Terkikis Kuat
F1.1 = Dataran Aluvial-Koluvial D5/1= Dataran Nyaris (peneplain) Terkikis Sangat Ringan
F7 = Dataran Banjir D7/4= Lereng Kaki Perbukitan Struktural Terdenudasi Terkikis Kuat
D7/3= Lereng Kaki Perbukitan Struktural Terdenudasi Terkikis
M11 = Dataran Aluvial Pantai Payau Sedang
D7/2= Lereng Kaki Perbukitan Struktural Terdenudasi Terkikis
D1/4= Perbukitan Struktural Terdenudasi Terkikis Kuat Ringan
D1/3= Perbukitan Struktural Terdenudasi Terkikis Sedang D9/2= Piedmont Terkikis Ringan
D1/2= Perbukitan Struktural Terdenudasi Terkikis Ringan D9/1= Piedmont Terkikis Sangat Ringan
S11/4= Perbukitan Dome (Kubah) Terkikis Kuat
Ketelitian Interpretasi = ((11+2+3+4+6+5+2+2+2+3+4+9+1+1+2)/64)x 100% = 89,06 %
Vol. 2 No.1, 2012 Pemanfaatan Penginderaan Jauh 19
wildland weed mapping methods. Invasive Plant Martinez-Casasnovas, J.A. 2003. A spatial
Science and Management, 4(4):458-465. information technology approach for the
Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital. Teori mapping and quantification of gully erosion.
dan Aplikasinya dalam Bidang Penginderaan Catena, 50(2-4): 293-308.
Jauh. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta. Nobi, E.P., A. Shivaprasad, R. Karikalan, E.T. Dilipan,
Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Thangaradjou, and K. Sivakumar. 2010.
(RLPS). 2009. Lampiran Peraturan Direktorat Microlevel Mapping of Coastal Geomorphology
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial and Coastal Resources of Rameswara Island,
tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi India: A Remote sensing and GIS Prespective.
Daerah Aliran Sungai. Jakarta. Journal of Coastal Research. 26(3):424-428
Javed. A., M.Y. Khanday and S. Rais. 2011. Watershed Noor, D. 2010. Geomorfologi. Program Studi Teknik
Prioritization Using Morphometric And Land Geologi Fakultas Teknik. Universitas Pakuan.
Use/Land Cover Parameters: A Remote Sensing Edisi Kedua. Bogor.
And GIS Based Approach. Journal Geological Raoofi, M., H. Refahi, N. Jalali dan F. Sarmadian.
Society of India. 78:63-75. 2004. A study of the efficiency of digital
Kienast, F., J. Bolliger, M. Potschin, R.S. de Groot, processing methods of satellite images to map
P.H. Verburg, I. Heller, D. Wascher, R. Haines- and locate soil erosion. Iranian J Agric Sci,
Young. 2009. Assessing Landscape Functions 35(4):797-807.
with Broad-Scale Environmental Data: Insights Short, N. M. 1982. Landsat Tutorial Workbook –
Gained from a Prototype Development for Basics of Satellite Remote Sensing. Washington
Europe. Environmental Management, 44:1099- DC: NASA.
1120. Smith, M.J. and C.F. Pain. 2009. Applications of
Kusumowidagdo, M., T.B. Sanjoto, E. Banowati, D.L. remote sensing in geomorphology. Progress in
Setyowati, dan B. Semedi. 2007. Penginderaan Physical Geography. 33(4):568–582.
Jauh dan Interpretasi Citra. Buku Pengantar Verstappen, H. 1977. The Used of Aerial Photograph
Penginderaan Jauh (bagi kalangan pendidik, in Geomorphological Mapping. Nedherlands:
praktisi dan ilmuwan berbagai kalangan). Pusat Enschende-ITC.
Data Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN) dan Jurusan Geografi
Universitas Negeri Semarang (UNNES). Jakarta.