Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA DENGAN

PERILAKU LANSIA DALAM PEMENUHAN PERSONAL HYGIENE


DI PANTI WREDA DARMA BAKTI PAJANG SURAKARTA

Silis Erdhayanti*
Kartinah**

Abstract
Efforts to improve social welfare of elderly are directed to elderly can remain empowered.
Efforts include maintenance of cleanliness personal hygiene hair, eyes, ears, teeth, mouth,
skin, nails, and cleanliness in dress. To be able to perform personal hygiene in the elderly
requires a good knowledge can be applied to personal hygiene as possible. Results of
preliminary studies from interviews of six elderly, 4 elderly said she did not clean her mouth,
they felt that their teeth are uncompleted, so they no need to clean. The objective was aim
correlation knowledge level of elderly with behavior elderly of personal hygiene in nursing
home Darma Bakti Pajang of Surakarta. This study was a descriptive correlative, with
crossectional approach. Taking sample was using proportionate random sampling technique
and got 46 elderly. data obtained from questionnaires knowledge, while personal hygiene
with checklist. Data analysis was using Spearman rank correlation test. The results showed
5 respondents (10.9%) with high knowledge, 16 respondents with a 934.8%) with the
knowledge of being, and 25 respondents (54.3%) with low knowledge. personal hygiene
showed 10 respondents (21.7 %) with good personal hygiene, 15 respondents (32.6%) fair,
and 21 respondents (45.7%) poor. The results of hypothesis testing with Rank Spearman test
shows r = 0.360 with p = 0.014, so the conclusion there is correlation knowledge level of
elderly with behavior elderly of personal Hygiene in nursing home Darma Bakti Pajang of
Surakarta.
Key word : Knowledge, Elderly, Personal Hygiene
___________________________________________________________________
*Silis Erdhayanti
Mahasiswa Fakultas ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
**Kartinah
Dosen Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
___________________________________________________________________
diderita adalah penyakit reumatik, hipertensi,
PENDAHULUAN penyakit jantung, penyakit paru, diabetes
Penuaan merupakan proses fisiologis mellitus, jatuh, paralisis, TBC paru, patah
dalam kehidupan, dengan gambaran sebagai tulang dan kanker (Budi Darmono, 1999).
kondisi yang mengalami penurunan daya Upaya pemeliharaan kebersihan diri
tahan dan fungsi tubuh sehingga beresiko mencakup tentang kebersihan rambut, mata,
terserang penyakit dan infeksi. Secara telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta
individu, pengaruh proses menua dapat kebersihan dalam berpakaian. Upaya
menimbulkan berbagai masalah baik secara pemeliharaan kebersihan diri ini, pengetahuan
fisik-biologik, mental maupun sosial seseorang akan pentingnya kebersihan diri
ekonomis. Penyakit atau keluhan yang umum tersebut sangat diperlukan. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat

Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia… (Silis Erdhayanti dan Kartinah) 44


penting dalam membentuk tindakan seseorang penelitian dan pembahasan.
(Notoatmodjo, 2005).
Hasil wawancara dari 6 lansia itu
sendiri, 4 di antaranya mengatakan tidak Hasil Penelitian
membersihkan bagian mulut, mereka merasa Jenis kelamin
giginya sudah tidak lengkap, tidak perlu untuk Jenis kelamin responden ditampilkan
membersihkan bagian mulut, dan mengatakan dalam tabel 1.
belum tahu membersihkan mulut dengan tidak Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
adanya gigi. Selain itu terlihat kuku yang Jenis Kelamin
panjang dan kotor, mereka tidak Jenis kelamin n (%)
menghiraukan dan tidak tahu akan pentingnya Laki-laki 22 47,8
kebersihan bagian kuku, yang mana banyak Perempuan 24 52,2
menyimpan sumber penyakit kalau kuku yang Jumlah 46 100
panjang dan kotor itu.
Terlihat juga rambut yang acak- Tabel 1 menunjukkan jumlah responden
acakan lengket dan kotor, mereka pun juga perempuan dengan responden laki-laki hampir
tidak tahu akan pentingnya kebersihan bagian sebanding meskipun responden perempuan
rambut, yang mana bisa menambah lebih banyak. Banyak responden perempuan
penampilan seseorang menjadi lebih indah di tempat penelitian menyatakan tidak punya
untuk dipandang. Tujuan penelitian ini adalah keluarga, baik karena tidak menikah, suami
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan sudah meninggal dan tidak memiliki anak.
lansia dengan perilaku lansia dalam Menurut informasi dari petugas panti bahwa
pemenuhan personal hygiene di panti Wreda sebagian dari lansia penghuni Panti adalah
Drama Bakti Pajang Surakarta. para tunawisma.
Data BPS 2009 mengenai jumlah
METODE PENELITIAN penduduk lansia di indonesia menunjukkan
Penelitian ini merupakan penelitian jumlah lansia laki-laki sebanyak 9.290.782
deskriptif korelasi dengan pendekatan jiwa dan lansia perempuan sebanyak
crossectional yang bertujuan untuk 11.256.759 jiwa. Data tersebut menunjukkan
menghubungkan pengetahuan dengan perilaku bahwa jumlah lansia di Panti Wredha Darma
lansia dalam pemenuhan personal hygiene. Bakti Pajang Surakarta searah dengan sejalan
Populasi dalam penelitian ini adalah dengan jumlah penduduk lansia di Indonesia.
lansia yang menghuni di panti Wreda Darma Wahyuni (2003) menyatakan bahwa
Bakti Pajang Surakarta sebanyak 85 lansia. lansia laki-laki cenderung dalam status kawin
pengambilan sampel menggunakan teknik sampai mereka sangat tua dan meninggal.
probability sampling dengan menggunakan Lansia laki-laki cenderung untuk
metode proportionate random sampling dan mendapatkan bantuan/perawatan dari istri
diperoleh 46 lansia. mereka, sedangkan lansia perempuan
Analisis data dalam penelitian ini akan seringkali tidak mendapatkan ini karena
menggunakan rumus Rank Spearman untuk kematian suami. Namun pada umumnya
mengetahui hubungan antar variabel dimana lansia perempuan yang ditinggalkan suami,
jenis variabel yang dikorelasikan adalah hidup bersama dengan anaknya terutama anak
ordinal dan ordinal. perempuan, sehingga masih mendapatkan
perawatan yang cukup baik. Oleh sebab itu
HASIL PENELITIAN DAN dengan adanya perawatan yang lebih baik,
PEMBAHASAN maka harapan hidup lansia perempuan lebih
Bab ini peneliti membahas hasil panjang dari pada lansia laki-laki.
penelitian setelah melakukan penelitian di
Panti Wredha Darma Bakti Pajang Surakarta Umur
pada bulan Oktober 2011. Berikut hasil Umur lansia diperoleh setelah peneliti

Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia… (Silis Erdhayanti dan Kartinah) 45


menanyakan usia responden, dan Tingkat pendidikan
dikonfirmasikan kepada petugas panti. Umur Distribusi responden berdasarkan
lansia kemudian dibagi menjadi 2 kategori tingkat pendidikan ditampilkan pada tabel
menurut WHO (2001) yaitu usia 59-74 tahun berikut.
masuk kategori elderly, dan di atas 74 tahun Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan
masuk kategori old. Hasil pengujian umur tingkat pendidikan
responden ditampilkan dalam tabel 2 Pendidikan Jumlah (%)
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Tidak sekolah 13 28.3
Kategori Umur SD 29 63.0
Jenis kelamin n (%) SMA 4 8.7
Elderly (60-74tahun) 24 52,2 Total 46 100.0
Old (di atas 74 tahun) 22 47,8
Tabel 3 terlihat menunjukkan banyak
Jumlah 46 100
responden yang berpendidikan SD yaitu
63%. Banyaknya responden yang
Tabel 2 menunjukkan bahwa lansia
berpendidikan sekolah dasar adalah
yang masuk kategori elderly lebih banyak.
kemampuan responden yang pada saat usia
Hal ini dipengaruhi kemampuan dan
sekolah hanya mampu menyelasaikan sekolah
kesanggupan lansia menjadi responden
dasar. Rendahnya tingkat pendidikan tentunya
penelitian. Lansia yang sudah berusia diatas
berkaitan dengan kondisi pendidikan
75 tahun dari hasil penelitian lebih banyak
masyarakat di masa lansia sekolah. Usia
mengalami kemunduran kesehatan fisik
responden pada saat ini adalah di atas 60
seperti kesulitan dalam melakukan aktivitas
tahun dapat diartikan bahwa usia sekolah
personal hygiene seperti mandi pada sore hari
responden sekitar tahun 1940-1950-an. Pada
yang jarang dilakukan.
masa tersebut negara Indonesia sedang berada
Kuntjoro (2002) yang menyatakan
pada masa sulit yang tidak lama dari masa
bahwa proses menua (aging process) adalah
penjajahan, sehingga kondisi masyarakat
proses alami yang disertai adanya penurunan
khususnya segi ekonomi masih kekurangan.
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang
Hal tersebut menyebabkan kemampuan
saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu
masyarakat untuk menyekolahkan anaknya
cenderung berpotensi menimbulkan masalah
rendah. kemampuan negara untuk
kesehatan secara umum seperti kurangnya
memberikan fasilitas pendidikan relatif rendah
kemampuan responden dalam melakukan
sehingga kesempatan warga negara untuk
personal hygiene.
mengenyam pendidikan juga rendah.
Hartono (2001) menyatakan bahwa
Pendidikan sekolah dasar yang
menjadi tua adalah titik balik didalam
dimasukkan dalam pendidikan dasar
kehidupan manusia, yang ada hubungan
menjadikan pengetahuan responden masih
dengan berlalunya waktu dan akhirnya akan
kurang termasuk dalam pengetahuan tentang
menuju pada kematian. Sebenarnya proses
perilaku hidup bersih dan perilaku personal
kemunduran itu terjadi tidak pada satu alat
hygiene. Salah satu faktor yang
saja tetapi terjadi pada seluruh tubuh. Makin
mempengaruhi pengetahuan terhadap
panjang umur kehidupan seseorang berarti
kesehatan adalah tingkat pendidikan (Parera
makin lama dia meninggal, maka semua
2004). Pengetahuan dapat berpengaruh
bagian tubuh akan mengalami kemunduran,
terhadap sikap dan perilaku seseorang dalam
kekuatan berkurang, daya tahan berkurang,
masalah kesehatan (Notoatmodjo 2003).
sehingga lansia lebih besar kemungkinan
Analisis Univariat
jatuh sakit.
a. Pengetahuan
Data pengetahuan diperoleh setelah
responden mengisi kuesioner pengetahuan.
Nilai jawaban responden kemudian
dikategorikan sesuai dengan definisi

Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia… (Silis Erdhayanti dan Kartinah) 46


operasional, yaitu pengetahuan tinggi apabila b. Personal hygiene
responden memiliki nilai 11-13, pengetahuan Hasil penelitian mengenai perilaku
sedang dengan nilai 8-10 dan pengetahuan lansia dalam pemenuhan personal hygiene
kurang apabila responden memiliki 0-7. Hasil diperoleh setelah peneliti melakukan
penelitian mengenai pengetahuan responden observasi terhadap responden. Penilaian
tentang memelihara kebersihan diri kemudian dikategorikan sesuai dengan
ditampilkan pada tabel 4. definisi operasional, yaitu personal hygiene
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan baik apabila responden memiliki nilai 8-10,
tingkat pengetahuan personal hygiene sedang memiliki nilai 6-7
Pendidikan n (%) dan personal hygiene kurang dengan nilai 0-5.
Tinggi 5 10,9 Distribusi responden berdasarkan pemenuhan
Sedang 16 34,8 personal hygiene ditampilkan pada tabel 5.
Rendah 25 54,3
Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan
Total 46 100,0
pemenuhan personal hygiene
personal hygiene n (%)
Tabel 4 menunjukkan bahwa
pengetahuan responden banyak yang masih Baik 10 21,7
rendah. Menurut peneliti, lebih dari 50% Cukup 15 32,6
pengetahuan lanjut usia tentang kebersihan Kurang 21 45,7
diri kurang disebabkan karena tingkat Total 46 100,0
pendidikan yang masih rendah yaitu
mayoritas lulus SD. Hal ini dibuktikan dalam Tabel 5 menunjukkan bahwa personal
hasil data statistik yang menunjukkan bahwa hygiene responden terbanyak masuk dalam
pendidikan responden yaitu 29 responden kategori kurang, sebanyak 21 responden
(63%) memiliki pendidikan lulus SD yaitu (45,7%). Pada tabel 8 tersebut
masih merupakan pendidikan yang sangat menggambarkan bahwa lebih dari 50%
rendah. jumlah sampel penelitian, personal hygiene
Tingkat pengetahuan responden pada yang kurang dipengaruhi oleh pengetahuan
kategori kurang dipengaruhi oleh hal yang rendah sehingga akan mempengaruhi
diantaranya adalah tingkat pendidikan perilaku responden dalam memelihara
responden, dan kemampuan daya ingat personal hygiene. Pengetahuan yang kurang
responden dalam menjawab kuesioner yang disebabkan karena pendidikan yang diterima
diajukan. Pendidikan adalah upaya untuk responden yang masih rendah. Pendidikan
memberikan pengetahuan sehingga terjadi yang rendah menjadikan responden kurang
perubahan perilaku positif yang meningkat. mengerti akan arti pentingnya masalah
Orang yang memiliki pendidikan yang baik kesehatan. Hal ini dibuktikan dalam hasil data
memiliki kemampuan untuk menyerap dan statistik yang menunjukkan bahwa
memahami pengetahuan yang diterimanya, pengetahuan responden yaitu 25 responden
sehingga semakin baik pendidikan seseorang, (54,3%) memiliki pengetahuan yang kurang
maka semakin mudah ia untuk menyerap dan yang mengakibatkan pemenuhan personal
memahami pengetahuan yang ia terima. hygiene kurang.
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap Pemenuhan yang kurang pada
pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan responden lansia banyak dijumpai pada waktu
responden, diharapkan wawasan yang observasi di sore hari. Responden banyak
dimilikinya akan semakin luas sehingga yang dalam satu hari hanya mandi satu kali.
pengetahuanpun juga akan meningkat, Pada sore hari, responden hanya melakukan
sebaliknya rendahnya pendidikan responden, cuci muka, tanpa menggunakan sabun
akan mempersempit wawasan sehingga akan pembersih. Aktivitas yang terbatas dalam
menurunkan pengetahuan (Notoatmojo 2003) personal hyginie menjadikan responden
. rentan terkena berbagai penyakit seperti

Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia… (Silis Erdhayanti dan Kartinah) 47


gatal-gatal. Tindakan responden masih jauh hygiene dengan kurang.
dari tujuan personel hyginie. Wartonah, Hasil uji hipotesis dengan Rank
(2006) menyatakan bahwa tujuan dari Spearman menunjukkan nilai rho sebesar
perawatan personal hygiene adalah untuk 0,360 dengan p = 0,014. Nilai p= 0,014
meningkatkan derajat kesehatan, memelihara (p<0,05) menjadikan keputusan yang diambil
kebersihan diri seseorang, memperbaiki adalah Ho ditolak. Ho ditolak memiliki arti
personal hygiene yang kurang, mencegah ada hubungan tingkat pengetahuan lansia
penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dengan perilaku lansia dalam pemenuhan
seseorang, serta menciptakan keindahan. personal hygiene di panti Wreda Darma Bakti
Analisis Bivariate Pajang Surakarta. Arah hubungan antara
Pengujian hipotesis mengenai hubungan pengetahuan lansia dengan perilaku lansia
tingkat pengetahuan lansia dengan perilaku dalam pemenuhan personal hygiene adalah
lansia dalam pemenuhan personal hygiene di positif yang bermakna bahwa semakin tinggi
Panti Wreda Darma Bakti Pajang Surakarta pengetahuan semakin baik pemenuhan
menggunakan alat statistik uji Rank personal hygiene lansia.
Spearman. Nilai koefisien r = 0,360 apabila
dimasukkan dalam tingkat hubungan korelasi
Tabel 6. Tabulasi silang antara tingkat yang mengacu dari Sugiyono (2003) termasuk
pengetahuan lansia dengan perilaku lansia dalam kategori rendah. Kategori rendah ini
dalam pemenuhan personal hygiene di Panti dapat diterjemahkan bahwa pemenuhan
Wreda Darma Bakti Pajang Surakarta personal hygiene pada lansia tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan saja.
pemenuhan personal Faktor lain yang dapat mempengaruhi
hygiene pemenuhan personal hygiene seperti
Baik Cukup Kurang Jumlah gambaran tubuh, variabel budaya, status sosial
Penge ekonomi, keinginan pribadi, kondisi fisik
tahuan n % n % N % N %
tidak ikut diteliti.
Tinggi 3 6,5 2 4,3 0 0 5 10,9 Hasil penelitian yang menyimpulkan
Sedang 0 0 9 19,6 7 15,2 16 34,8 adanya hubungan antara pengetahuan lansia
Rendah 7 15,2 4 8,7 14 30,4 25 54,3 dengan perilaku lansia dalam pemenuhan
personal hygiene dapat diartikan mutlak
Jumlah 1021,715 32,6 21 45,7 46 100
dibutuhkan tingkat pengetahuan yang tinggi
*= 0,360; p= 0,014 agar lansia dalam berperilaku dalamt
*uji Rank Spearman menerapkan personal hygiene dapat dilakukan
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 5 secara baik dan benar.
responden yang memiliki pengetahuan tinggi, Pengetahuan yang rendah pada lansia
terdapat 3 responden (6,54%) yang telah salah satunya disebabkan oleh adanya
melakukan pemenuhan personal hygiene pendidikan yang masih rendah. Rendahnya
dengan baik, sementara 2 responden pendidikan ini menjadikan pengetahuan yang
melakukan pemenuhan personal hygiene kurang sehingga lansia kurang mengerti
dengan kategori cukup. Terdapat 9 responden dalam perilaku pemenuhan personal hygine
dengan pengetahuan sedang, namun secara baik dan benar.
pemenuhan personal hygiene dilakukan Pendidikan merupakan hal yang sangat
dengan cukup, 7 responden melakukan penting dalam mempengaruhi pikiran
pemenuhan personal hygiene kategori kurang. seseorang. Seorang yang berpendidikan ketika
Sebanyak 7 responden dengan pengetahuan menemui suatu masalah akan berusaha
rendah, namun pemenuhan personal hygiene difikirkan sebaik mungkin dalam
baik, 4 responden melakukan pemenuhan menyelesaikan masalah tersebut. Orang yang
personal hygiene dengan kategori cukup, dan berpendidikan cenderung akan mampu
14 responden dengan pemenuhan personal berfikir tenang terhadap suatu masalah.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia… (Silis Erdhayanti dan Kartinah) 48


Melalui proses pendidikan yang melibatkan Berdasarkan hasil penilaian pengetahuan, nilai
serangkaian aktivitas, maka seorang individu responden yang bersangkutan adalah 9 yang
akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, masuk kategori baik, namun dalam
keahlian dan wawasan yang lebih tingg (Fuad pelaksanaan responden tidak sepenuhnya
2003). dapat menjalankan pemenuhan personal
Hasil penelitian bahwa responden hygiene.
mayoritas responden hanya berhasil Terdapat 7 responden dengan
menyelesaikan pendidikan lulus SD, dengan pengetahuan yang rendah, namun dalam
demikian pendidikan yang masih rendah ini pemenuhan personal hygiene sudah baik.
berpengaruh pada tingkat pengetahuan Ketujuh responden ini melakukan personal
responden dalam hal memelihara kebersihan hygiene dengan baik adalah kebiasaan yang
diri secara baik dan benar yang dibuktikan sudah tertanam sejak lama sebelum responden
mayoritas pengetahuan responden masih masuk ke panti. Meskipun responden hanya
kurang. pendidikan SD, dimana responden masih
Meskipun terdapat responden dengan kesulitan untuk mengeja membaca, dan
pengetahuan yang tinggi, namun dalam mendapat nilai pertanyaan yang kurang,
perilaku personal hygiene ada yang masuk namun dalam hal tindakan personal hygiene
kategori cukup. Hal ini dapat terjadi karena sudah baik.
kondisi fisik lansia yang menurun, Hasil observasi diperoleh data bahwa
menjadikan responden tidak semua kegiatan responden yang melakukan mandi setiap hari,
dalam personal hygiene dilakukan. Sebagai dengan kondisi badan yang terlihat bersih.
contoh, lansia mengetahui manfaat dari mandi Kondisi yang mencerminkan bahwa ketujuh
yang dilakukan sehari dua kali, namun karena responden melakukan personal hygiene
kondisi fisik yang mulai menurun menjadikan dengan baik adalah cara berpakaian yang rapi,
lansia tidak melakukan mandi sebanyak dua rambut disisir dengan rapi, kuku tangan yang
kali. Lansia dalam mandi pagi harus menuju sempat peneliti perhatikan adalah tidak kotor
ke kamar mandi yang berada di panti dengan dan sudah dipotong.
jarak sekitar 15 meter, sementara untuk Penelitian Kolompoy (2004) yang
menuju ke kamar mandi responden sedikit berjudul perilaku sehat usia lanjut di panti
mengalami kesulitan berjalan. Oleh karena itu Wredha Senja Cerah, Kota Manado
meskipun responden dari segi pengetahuan menunjukkan bahwa potensi psikososial
tinggi namun pelaksanaan personal hygine dengan perilaku hidup sehat terdapat
cukup menjadikan tingkat hubungan adalah hubungan. Semakin baik potensi psikososial
rendah. lansia menjadikan perilaku hidup sehat
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa semakin baik.
terdapat 2 responden yang berpengetahuan Kehidupan lansia yang sudah banyak
tinggi namun dalam pemenuhan personal mendapatkan permasalahan baik masalah
hygiene masuk kategori cukup. Kemampuan keterbatasan gerak fisik dapat mempengaruhi
fisik responden yang tidak menjalankan tindakan lansia dalam melakukan pemenuhan
beberapa item yang diobservasi. Contoh personal hygiene. Menurut Tarwoto &
pemenuhan personal hygiene yang tidak Wartonah (2006) salah faktor yang
dilakukan adalah pada hari Senin responden mempengaruhi personal hygiene pada lansia
mandi pagi sekitar pukul 09.40 WIB. adalah kondisi fisik (Physical Condotion).
Responden mandi dengan keramas, namun 2 Kondisi fisik individu yang mengalami
hari berikutnya responden ternyata mandi penyakit tertentu atau kecacatan akan
namun tidak keramas. Alasan yang mengalami kesulitan dalam melakuakan
dikemukakan responden adalah, bahwa praktek kebersihan diri. Bahkan kadang
rambut yang sudah banyak berkurang dan memerlukan bantuan orang lain untuk
kepala tidak terasa gatal menjadikan melaksanakan perawatan kebersihan diri.
responden tidak melakukan keramas. Berkaitan dengan pendapat Tartowo dan

Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia… (Silis Erdhayanti dan Kartinah) 49


Wartonah (2006) tersebut, responden
penelitian mendapat informasi bahwa
responden terkadang menyatakan sering
merasa pusing. Kondisi ini mempengaruhi
dalam pemenuhan personal hygiene secara
keseluruhan.

Simpulan
1. Mayoritas tingkat pengetahuan lanjut usia
terhadap pemenuhan personal hygiene
dalam kategori rendah di Panti Wreda
Darma Bakti Pajang Surakarta
2. Mayoritas pemenuhan personal hygiene
pada lanjut usia dalam kategori kurang di
Panti Wreda Darma Bakti Pajang
Surakarta
3. Ada hubungan hubungan tingkat
pengetahuan lansia dengan perilaku lansia
dalam pemenuhan personal hygiene di
Panti Wreda Darma Bakti Pajang
Surakarta.

Saran
1. Dinas Sosial
Diharapkan pemerintah daerah
dapat mengagendakan bantuan fisik di
panti Wredha sehingga para penghuni
lebih dapat melakukan personal hygiene
yang lebih baik.
2. Petugas Panti
Diharapkan petugas dapat lebih berperan
aktif dalam memberikan penerangan
kepada penghuni panti mengenai
pentingnya personal hygiene yang
diharapkan para lansia tetap menjaga
kesehatannya.
3. Lansia
Diharapkan lansia untuk mau berperilaku
dalam menjaga kesehatan, termasuk
perperilaku dalam personal hygiene seperti
menggosok gigi secara teratur, berpakaian
yang bersih dan rapi.
4. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti lain dapat
mengembangkan hasil dari penelitian ini
sehingga dapat lebih menggambarkan
kondisi atau keadaan lansia dalam
memelihara kebersihan diri secara lebih
lengkap dan variatif.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia… (Silis Erdhayanti dan Kartinah) 50


DAFTAR PUSTAKA

Budi Darmojo. 1999. Beberapa Aspek Gerontologi dan Pengantar Geriatri : Buku Ajar Geriatri.
Jakarta : FKUI.

Budioro B, 2002. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat.

Kolompoy , J, A. 2004) perilaku sehat usia lanjut di panti Wredha Senja Cerah, Kota Manado, Jurnal
Kesehatan. ISSN : 1693-1033. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.

Kuntjoro, Z. 2002. Dukungan Sosial Pada Lansia. http://www.e-psikologi.co.id

Menkokesra, 2006. Lansia Masa Kini dan Mendatang, available From ://www.Menkokesra.go.id.

Notoatmodjo, S. 2003. Promosi Kesehatan dan dan Teori-Teori Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho, N. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta, : EGC.

Parera, G. 2004. Sehat Suatu Pilihan Bebas. Diakses dari: http// www.indomedia.com

Wahyuni. 2003. Kajian terhadap Kesejahteraan Penduduk Lanjut Usia di Pedesaan. Laporan Riset
Unggulan Terpadu VIII Bidang Dinamika Sosial. Ekonomi. dan Budaya. IPB. Bogor.

Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Edisi ketiga. Jakarta:
Salemba Medika.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia… (Silis Erdhayanti dan Kartinah) 51

You might also like