Intervensi Penyelenggaraan Pemilukada: Regulasi, Sumberdaya Dan Eksekusi

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Sri Nuryanti, Intervensi Penyelenggaraan Pemilukada:

JurnalRegulasi, Sumberdaya
Ilmu Sosial dan Eksekusi
dan Ilmu Politik
Volume 19, Nomor 2, November 2015 (125-140)
ISSN 1410-4946

Intervensi Penyelenggaraan Pemilukada:


Regulasi, Sumberdaya dan Eksekusi

Sri Nuryanti•

Abstract
The decision to have concurrent local election to be held on the 9th December 2015 was part of a greater
discourse to renew the electoral system so that it suit Indonesia best and able to address many issues
especially dealing with efficiency in term of financing the local election and effectiveness in conducting local
election. The discourse on local election on the late 2014 is important in order to see how the discourse is
being thoroughly discussed especially based on the fact that there were many evidences of the so called low
quality of local leader resulted from direct local election. This study will address the direct local election with
giving emphasize on the ability of local human resources, local financial support and the implementation of
local election. This article shows the need of regulative as well as technical interventions so that the local
elections in those various condition will resulted at the good quality of local leaders.

Keywords:
local election; regulation; human resources.

Abstrak
Keputusan untuk menyelenggarakan pilkada serentak yang diadakan pada tanggal 9 Desember
2015 merupakan bagian dari diskursus besar untuk memperbaharui sistem pemilu sehingga sistem
itu paling sesuai dengan Indonesia dan khususnya mampu menjawab berbagai isu khususnya
terkait dengan efisiensi dari segi pembiayaan pilkada dan efektifitas penyelenggaraan pilkada.
Diskursus pilkada yang muncul di akhir 2014 penting untuk melihat bagaimana diskursus itu telah
didiskusikan menyeluruh khususnya berdasarkan fakta bahwa ada banyak pemimpin lokal yang
mempunyai kualitas rendah yang dihasilkan oleh pilkada yang diselenggarakan secara langsung.
Kajian ini akan mengupas intervensi penyelenggaraan pilkada langsung, dengan memperhatikan
kemampuan sumberdaya daerah, kemampuan keuangan dan pelaksanaan pilkada di lapangan.
Tulisan ini mengisyaratkan perlunya intervensi baik regulatif maupun teknis agar pilkada yang
diselenggarakan di daerah dengan beragam kondisi tersebut dapat menghasilkan kepala daerah
dan wakil kepala daerah yang lebih berkualitas.

Kata kunci:
pemilukada; regulasi; sumberdaya.


Peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Email: yanti8270@gmail.com

125
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 2, November 2015

Pendahuluan penyelenggaraan pemilukada. Pada tahun 2015,


Pe n y e l e n g g a r a a n p e m i l u k e p a l a istilah pemilukada berubah menjadi Pemilihan
daerah dari tahun ke tahun masih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
memunculkan persoalan. Baik persoalan Wakil Bupati dan Walikota dan Wakil Walikota
yang berkaitan dengan kesiapan daerah dalam dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 8
menyelenggarakan pemilu kepala daerah, Tahun 2015. Nomenklatur ini secara esensial
persoalan pelaksanaan jadwal, tahapan dan tidak mengubah tatacara pemilihan yaitu
program pemilu kepala daerah, pemenuhan dilaksanakan secara langsung, meskipun
persyaratan calon kepala daerah maupun pernah ada wacana untuk mengembalikan
wakil kepala daerah dan persoalan lain yang metode pemilihan kepala daerah ke tangan
berkaitan dengan eksekusi di lapangan. DPRD.
Terkait dengan hal ini, Puslit Politik LIPI telah Diskursus mengenai adanya keinginan
melakukan penelitian mengenai Evaluasi untuk mengembalikan metode pemilihan
Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah di kepala daerah dari pemungutan suara langsung
tingkat Kabupaten/Kota (tahun 2012), Evaluasi menjadi dipilih oleh DPRD telah muncul di
Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah Sidang Paripurna DPR RI tanggal 24 September
Asimetris di tingkat Provinsi (tahun 2013) 2014. Hal itu konon didasari alasan biaya
dan Desain Pemilu Kepala Daerah Asimetris mahal, potensi konflik yang konon diakibatkan
Menuju Tatakelola Pemerintahan Daerah yang karena pemilukada dan pemilukada langsung
Demokratis, Akuntabel dan Berkelanjutan yang dianggap tidak menjamin munculnya
(tahun 2014). Tulisan ini merupakan analisis kepala daerah yang baik. Menurut data
atas permasalahan penyelenggaraan pemilu Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam
kepala daerah dengan mempertimbangkan Negeri Republik Indonesia, sampai dengan
aspek kesiapan daerah, aspek pengelolaan tahun 2013, terdapat 954 pasangan kepala
sumber daya dalam penyelenggaraan pemilu daerah baik di provinsi maupun kabupaten/
kepala daerah, aspek pemenuhan persyaratan kota yang terpilih, namun kemudian terjerat
kepala daerah dan wakil kepala daerah yang permasalahan hukum.1 Ini kemungkinan yang
secara khusus dilihat dari ketentuan undang- memperkuat alasan waktu itu, dimana ada
undang mengenai persyaratan calon kepala keinginan untuk mengembalikan pemilihan
daerah dan wakil kepala daerah. kepala daerah ke tangan DPRD. Disahkannya
Dilihat dari dinamika penyelenggaraan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menuai
pemilu kepala daerah yang diselenggarakan pro kontra yang tajam. Sebagian mengatakan
sejak tahun 2005 menarik untuk diamati. bahwa pemilukada melalui DPRD adalah
Semenjak 2005 sampai 2014 penyelenggaraan untuk menghindari money politics yang begitu
pemilu kepala daerah berdasar pada Undang- marak terjadi. Sebagian besar menentang,
Undang Nomor 32 Tahun 2004. Sesuai dengan bahwa pemilihan kepala daerah oleh DPRD
ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun pun tidak mustahil sarat dengan politik uang.
2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala Menyikapi soal ini, sudah setidaknya tiga tahun
daerah dipilih secara langsung, sehingga terakhir, Puslit Politik LIPI telah melakukan
sering disebut dengan pilkada langsung. penelitian tentang menata ulang pemilukada
Namun dengan keluarnya Undang-Undang untuk menuju tatakelola pemerintahan yang
Nomor 22 Tahun 2007, pilkada langsung ini
1
menjadi bagian dari rezim pemilu, maka Prof. Dr. H. Djohermansyah Djohan, M.A., Dirjen
Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Republik
istilah yang dipakai menjadi pemilukada. Indonesia, “Dinamika Dan Ekses Pilkada Langsung,”
Dinamika pemilukada silih berganti mewarnai tanpa halaman.

126
Sri Nuryanti, Intervensi Penyelenggaraan Pemilukada: Regulasi, Sumberdaya dan Eksekusi

demokratis, akuntabel dan efektif. Sehubungan bersamaan dengan pemilu anggota DPR, DPD
dengan hal itu, makalah ini akan menyoroti dan DPRD 2014.
perkembangan permasalahan pemilukada Dalam perkembangannya, pemilukada
yang diambilkan dari hasil penelitian tim menjadi polemik yang mengerucut pada pro dan
Pemilukada P2P LIPI2 khususnya mengenai kontra. Para akademisi4 dan pemerhati politik
evaluasi penyelenggaraan pemilukada di seperti Perludem,5 mendukung pemilukada
tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi, terkait karena pemilihan kepala daerah secara
kesiapan wilayah untuk menyelenggarakan langsung di provinsi maupun kabupaten/kota
pemilukada dan penambahan analisis tentang selaras dengan sistem presidensiil. Sementara
prospek pemilukada ke depan khususnya untuk itu, pemerintah memiliki pendapat berbeda
membangun pemerintahan yang demokratis, bahwa pemilihan kepala daerah secara
stabil dan efektif. langsung tidak bisa disebut sebagai satu-
Sebagaimana bunyi pada Pasal 56 UU satunya format pemilihan yang “demokratis”.
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Karena jika kata “demokratis” dalam
Daerah, untuk memilih kepala daerah di tingkat Perubahan II Undang-Undang Dasar Negara
provinsi maupun kabupaten kota dilakukan Republik Indonesia 1945 pasal 18 ayat (4) hanya
melalui pemungutan suara secara langsung dimaknai sebagai pemilihan secara langsung
oleh masyarakat yang mempunyai hak pilih di semata, bertentangan dengan konstitusi karena
wilayah yang menyelenggarakan pemilukada. pasal 18B ayat 1 UUD 1945 menghormati
Pemilihan kepala daerah secara langsung ini, keragaman, kekhususan, dan keistimewaan
apabila dilihat dari teori, maka pemilukada daerah-daerah di Indonesia dalam bingkai
langsung ini mempunyai legitimasi yang sangat Negara kesatuan, yang melahirkan desain
kuat karena kepala daerah terpilih, dipilih pemilihan kepala daerah sebagai pilkada
langsung oleh konstituennya. Konstituen “asimetris” karena kekhususannya.6 Pengertian
dalam hal ini diberi kesempatan untuk turut “asimetris” karena kekhususannya atau karena
serta menentukan pemerintahan daerahnya. adanya Undang-Undang yang berlaku khusus
Dengan demikian, kepala daerah terpilih selain mengatur penyelenggaraan pemilukada di
memiliki legitimasi yang kuat, juga diharapkan wilayah itu. Hal ini merujuk pada adanya
memunculkan kepala daerah yang mempunyai
4
orientasi untuk meningkatkan kesejahteraan Sebagai contoh Hasyim Asy’ari, “Mempertahankan
Pilkada Langsung,“ Makalah disampaikan pada Focus
rakyatnya. Group Discussion (FGD), “Evaluasi Format Pilkada”,
Perlu disampaikan bahwa sejak 1 Juni diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Politik (P2P),
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta,
2005 hingga 6 Agustus 2013, telah berlangsung Kamis, 4 April 2013; Reza Syawawi dan Khoirunnisa
954 pemilukada di tingkat provinsi maupun Nur Agustyati, “Membunuh Demokrasi Lokal:
kabupaten/kota.3 Ditambah dengan pemilukada Mengembalikan Pemilihan Gubernur Kepada DPRD
Provinsi,” halaman 16.
Gubernur Lampung yang penyelenggaraannya 5
Titi Anggraini dkk, Menata Kembali Pengaturan
Pemilukada (Jakarta: Perludem, 2011), halaman 24.
Posisi Perludem didasarkan argumen Jimly Asshiddiqie
2
Tim Penelitian Pemilukada Puslit Politik LIPI tahun bahwa ketentuan pasal dalam konstitusi harus
2014 terdiri dari Dr. Kurniawati Hastuti Dewi (Koord), dimaknai sejalan dan tidak boleh bertentangan, maka
Prof. Dr. Indria Samego, Drs. Afadlal, MA, Sri Nuryanti, kata “demokratis” dalam pasal 18 ayat (4), harus sejalan
SIP,MA, Pandu Yuhsina Adaba, SIP, dan Nyimas Latifah dengan amandemen III UUD 1945 pasal 6A ayat (1)
Letty Aziz, SE, MSc. yang berbunyi “Presiden dan Wakil Presiden dipilih
3
Prof. Dr. H. Djohermansyah Djohan, MA, Dirjen dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat”.
6
Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Republik Pendapat Prof. Dr. H. Djohermansyah Djohan, M.A.,
Indonesia, “Dinamika Dan Ekses Pilkada Langsung,” Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri
paper disampaikan dalam FGD tim Pemilukada, 26 Republik Indonesia, “Dinamika Dan Ekses Pilkada
Agustus 2013 di LIPI Jakarta, tanpa halaman Langsung,” tanpa halaman.

127
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 2, November 2015

penyelenggaraan pemilukada di wilayah Aceh berbagai masalah.8 Salah satu hasil kajian tahun
yang menggunakan ketentuan Qonun dimana kedua (2013) adalah memetakan kesiapan
setiap calon kepala daerah harus mengikuti tes provinsi dalam melaksanakan pemilukada
baca Al Qur’an, atau menggunakan formula berdasarkan kemampuan sumber daya manusia
lima puluh persen plus satu untuk penentuan (Indeks Pembangunan Manusia) dan kemampuan
pemenang pemilukada DKI, penggunaan keuangan daerah dari LEVEL I sampai dengan
persetujuan Majelis Rakyat Papua khususnya LEVEL VI,9 kemudian merekomendasikan model
mengenai syarat ”asli Papua” bagi calon kepala pemilukada asimetris di tingkat provinsi. Adapun
daerah dan wakil kepala daerah Papua, dan pengertian mengenai kemampuan sumber daya
DIY yang tidak dipilih tetapi menggunakan daerah dan kemampuan keuangan daerah
“penetapan” yaitu Sri Sultan Hamengku dapat dikategorisasikan bahwa daerah dengan
Buwono sebagai Gubernur dan Pakualam kategori LEVEL I (IPM TINGGI Kemampuan
sebagai Wakil Gubernur. Keuangan KUAT) dapat melakukan pemilukada,
Di antara pro-dan kontra mengenai Daerah dengan kategori LEVEL II (IPM TINGGI
emilukada di provinsi maupun kabupaten/ Kemampuan Keuangan LEMAH) dapat
kota, tim kajian pemilukada Pusat Penelitian melakukan pemilukada, Sementara itu, daerah
Politik LIPI memposisikan untuk mendukung dengan kategori LEVEL III (IPM SEDANG
pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara Kemampuan Keuangan KUAT) dapat melakukan
langsung (pemilukada) baik di provinsi maupun pemilukada, Pada daerah dengan kategori LEVEL
kabupaten/kota. Posisi ini didasari oleh hasil IV (IPM SEDANG Kemampuan Keuangan
kajian empiris selama tiga tahun berturut-turut. LEMAH) dapat melakukan pemilukada
Kajian tahun pertama (2012) fokus pada evaluasi tetapi kemungkinan banyak masalah muncul,
format pemilukada di tingkat kabupaten/kota, Sementara itu, daerah dengan kategori LEVEL V
yang menghasilkan indikasi perlunya pemilukada (IPM RENDAH Kemampuan Keuangan KUAT)
asimetris di tingkat kabupaten/kota dengan tidak perlu langsung mengikuti pemilukada, di
memperhatikan asek sosial budaya masyarakat dahului dengan tahap transisi, dan daerah pada
setempat.7 Kajian tahun kedua (2013) fokus pada kategori LEVEL VI (IPM RENDAH Kemampuan
evaluasi format pemilukada di tingkat provinsi, Keuangan LEMAH) tidak perlu langsung
yang salah satunya menemukan permasalahan mengikuti pemilukada, didahului dengan tahap
mendasar mengenai desain institusional transisi.10
pemilukada di dalam Undang-Undang Nomor
8
32 Tahun 2004 yang menggunakan model simetris Tim Penelitian Pemilukada Pusat Penelitian Politik LIPI
(Dr. Kurniawati Hastuti Dewi, Prof. Dr. Indria Samego,
yaitu menyeragamkan kebijakan pemilukada Dra. Sri Nuryanti, MA., Drs. Afadlal, MA., Pandu
untuk semua provinsi dan kabupaten/kota di Yusina Adaba S.Ip., Dini Suryani, S.Ip), Evaluasi Format
Indonesia. Padahal kondisi setiap daerah dari segi Pemilukada Menuju Pemerintahan Daerah yang Baik dan
Efektif di tingkat Provinsi, Policy Paper, Pusat Penelitian
kemampuan sumber daya manusia dan keuangan Politik LIPI, Jakarta, 2013, belum diterbitkan.
daerah tidak merata, sehingga mengakibatkan 9
Lihat Kurniawati Hastuti Dewi, “Pemilihan Kepala
pelaksanaan dan hasil pemilukada diliputi Daerah Provinsi: Perubahan, Kesinambungan dan
Pemetaan Kesiapan Daerah,” dalam Kurniawahi
Hastuti Dewi (ed.), Evaluasi Format Pemilukada Menuju
Pemerintahan Daerah yang Baik dan Efektif di tingkat
7
Tim Penelitian Pemilukada Pusat Penelitian Politik LIPI Provinsi, Laporan penelitian tim Pemilukada, Pusat
(Prof. Dr. Indria Samego, Dra. Sri Nuryanti, MA., Penelitian Politik LIPI, Jakarta, 2013, tanpa halaman
Dr. Tri Ratnawati, Drs. Afadlal, MA, Pandu Yusina (belum diterbitkan).
10
Adaba S.Ip., Dini Suryani S.Ip), “Evaluasi Praktik Kurniawati Hastuti Dewi, dkk, “Kesimpulan dan
Pemilukada Langsung di Kabupaten/Kota dan Rekomendasi,” dalam Kurniawati Hastuti Dewi
Beberapa Usulan Penyempurnaan ke Depan,” Executive (ed.), Evaluasi Format Pemilukada Menuju Pemerintahan
Summary, Jakarta, 2012. Daerah yang Baik dan Efektif di tingkat Provinsi, Laporan

128
Sri Nuryanti, Intervensi Penyelenggaraan Pemilukada: Regulasi, Sumberdaya dan Eksekusi

Melalui kajian berturut-turut ini, tim pemerintah daerah yang aspiratif dan memiliki
berpendapat bahwa menelaah pemilukada komitmen kuat meningkatkan kesejahteraan
tidak cukup menggunakan pendekatan masyarakat. Ada harapan akan adanya timbal
politik semata, tetapi perlu pendekatan balik positif antara peningkatan partisipasi
menyeluruh mempertimbangkan aspek sosial, politik masyarakat melalui pemilukada dengan
ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. perubahan kinerja pemerintah daerah yang
Persoalannya adalah, dalam Undang-Undang lebih baik.11 Jadi, secara ideal pemilukada dilihat
Nomor 32 Tahun 2004, aspek sosial, ekonomi, sebagai mekanisme yang memungkinkan
budaya sebagai fakta keragaman daerah ini tercapainya kesejahteraan masyarakat secara
tidak dipertimbangkan di dalam menyusun efektif dan cepat.
desain pemilukada. Hal inilah yang menjadi Sebagaimana diketahui bahwa urusan
fokus kajian tahun ketiga (2014), di mana tim pemerintahan daerah adalah berasal dari
berusaha menata dan merekomendasikan kekuasaan pemerintahan yang berada di
model pemilukada di kabupaten/kota tangan presiden. Apabila dilihat dari bunyi
dan provinsi yang tepat untuk Indonesia. Amandemen III UUD 1945 khususnya Pasal
Rekomendasi atas studi tentang pemilukada 6 Ayat (1) UUD 1945 menyatakan “Presiden
di Puslit Politik LIPI tentunya sejalan dengan dan wakil presiden dipilih dalam satu
upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang pasangan secara langsung oleh rakyat”,
demokratis, stabil dan efektif. telah menggantikan UUD 1945 sebelum
amandemen yang memberikan kewenangan
Telaah Filosofis Pemilukada Langsung pada MPR untuk memilih presiden dan wakil
Suatu negara disebut demokratis antara presiden. Dari sini, nampak jelas adanya
lain mensyaratkan adanya perlindungan konsistensi tiap pasal dalam UUD 1945 hasil
konstitusional terhadap hak-hak warga amandemen III, untuk memperkuat sistem
negara, adanya pemilu yang bebas, kebebasan pemerintahan presidensiil. Dalam kerangka
berserikat, berkumpul, menyatakan pendapat. itulah, upaya penataan pemilukada berpijak
Sejalan dengan hal ini, apabila dilihat dari pada memperkuat sistim pemerintahan
prinsip tatakelola pemerintahan yang baik, presidensiil. Oleh karena pemilihan presiden
maka diperlukan partisipasi aktif warga telah diserahkan langsung kepada rakyat
masyarakat dalam pemerintahan, adanya sebagai pemilik kedaulatan tertinggi, maka
penegakan hukum, pengaplikasian prinsip- jabatan-jabatan dibawahnya termasuk kepala
prinsip transparansi, responsif terhadap daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagai
kebutuhan masyarakat, menerapkan keadilan kepala daerah otonom, yang memperoleh
dan perlakuan yang sama untuk semua orang, kewenengan oleh konstitusi, sebaiknya dipilih
pengelolaan kekuasaan yang efektif dan langsung oleh rakyat.
dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab Dengan demikian filosofi pemilihan
itu, terkait pemilihan kepala daerah langsung kepala daerah secara langsung di kabupaten/
diharapkan akan meningkatkan partisipasi dan kota dan provinsi adalah untuk mendudukkan
keterlibatan masyarakat dalam proses politik satuan pemerintah daerah pada posisi yang
di daerah yang demokratis dalam menentukan kuat sebagai salah satu bagian struktur
kepala daerahnya supaya menghasilkan ketatanegaraan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang memperoleh

11
penelitian tim Penelitian Pemilukada, Pusat Penelitian Vedi R. Hadiz, Localising Power in Post-Authoritarian
Politik LIPI, Jakarta, 2013, tanpa halaman (belum Indonesia: A Southeast Asia Perspective (Stanford California:
diterbitkan). Stanford University Press, 2010), halaman121.

129
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 2, November 2015

legitimasi dari konstitusi (bukan pemberian tim peneliti Pusat Penelitian Politik LIPI mengenai
dari pemerintah pusat), supaya dapat evaluasi format pemilukada di kabupaten/kota
menghasilkan gubernur, bupati dan walikota dan provinsi selama dua tahun berturut-turut
yang bekerja sepenuhnya bagi kesejahteraan tersebut memiliki benang merah yang sama yaitu:
rakyat. Selain menjaga dan memperkuat sistem bahwa setiap daerah memiliki kekhasan baik
pemerintahan presidensial. Bagian berikutnya dari segi sosial budaya, sumber daya manusia,
akan memaparkan dan menegaskan konsep maupun kemampuan keuangan daerah yang
mengenai pemilihan kepala daerah secara harus dipertimbangkan masak-masak dalam
langsung dengan model ‘asimetris’ yang membuat desain pemilukada yang paling tepat
digagas oleh tim peneliti pemilukada LIPI dengan keragaman kondisi Indonesia.
yang mempertimbangkan aspek asimetris dari Asimetri ideal menurut Tarlton (1965: 869)
sisi kemampuan sumberdaya masyarakat dan dalam sistem federal merupakan kondisi unit
kemampuan keuangan daerah sebagaimana politik yang memiliki perbedaan perhatian,
yang sudah disinggung di atas. Asimetrisme karakter, yang eksis dan meliputi komunitas
yang diusulkan tim peneliti pemilukada LIPI secara keseluruhan. 13 Pengertian tentang
adalah menyangkut desain pemilihan kepala desentralisasi asimetris lainnya dikemukakan
daerah secara langsung. Asimetris yang oleh Jennie Litvack, Junaid Ahmad, Richard
dimaksud di sini bukan atas dasar konstitusi Bird (1998: 23) dari the World Bank yang
(de jure) seperti pasal 18B Ayat 1 UUD 1945 mengatakan bahwa perbedaan ekonomi,
yang menghormati keragaman, kekhususan, demografi, dan kondisi sosial dalam daerah-
dan keistimewaan daerah-daerah di Indonesia daerah tertentu mengakibatkan kebijakan
dalam bingkai Negara kesatuan, sehingga politik atau desentralisasi yang “satu
memberikan keistimewaan dalam mekanisme ukuran untuk semua” (one size fits all) tidak
pemilukada langsung di Daerah Istimewa mungkin diterapkan. Oleh karena itu untuk
Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi mengakomodasi kebutuhan yang berbeda-beda
Papua Barat dan DKI Jakarta. Pemilihan itu diperlukan kebijakan, khususnya dalam hal
kepala daerah secara langsung dengan model desentralisasi dengan prinsip desentralisasi
asimetris, usulan tim peneliti pemilukada LIPI, asimetris yaitu yang memperlakukan unit
didasarkan pada fakta kondisi daerah (de facto) yang berbeda (kondisinya) secara berbeda pula
yang dapat dilihat dari aspek sosial berupa untuk mencapai tujuan yang sama.14
kemampuan sumber daya manusia daerah K a j i a n d a r i J u r u s a n Po l i t i k d a n
yang tecermin dari Indeks Pembangunan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM)
Manusia (angka harapan hidup, angka melek menyebutkan setidaknya lima model yang
huruf, pendikan), ekonomi yang tecermin
dari kemampuan keuangan daerah, dan
Rekomendasi,” dalam Kurniawati Hastuti Dewi
memperhatikan aspek budaya. (ed.), Evaluasi Format Pemilukada Menuju Pemerintahan
Hasil kajian tahun 2013 yang fokus pada Daerah yang Baik dan Efektif di tingkat Provinsi, Laporan
penelitian tim Penelitian Pemilukada, Pusat Penelitian
pemilukada provinsi diantaranya adalah (i)
Politik LIPI, Jakarta, 2013, tanpa halaman
keberhasilan memetakan kesiapan provinsi dalam 13
Charles D. Tarlton, “Symmetry and Assymetry as
melaksanakan pemilukada atas dasar keragaman Element of Federalism: A Theoretical Speculation”, the
daerah khususnya kemampuan sumber daya Journal of Politics, Vol. 27 (1965): 869.
14
Jennie Litvack, Junaid Ahmad, Richard Bird, “Rethinking
manusia, dan (ii) merekomendasikan model
Decentralization in Developing Countries”, The
pemilukada asimetris di tingkat provinsi.12 Kajian World Bank Sector Studies Series, September 1998,
http://internationalbudget.org/wp-content/uploads/
Rethinking-Decentralization-in-Developing-Countries.
12
Kurniawati Hastuti Dewi, dkk, “Kesimpulan dan pdf (diakses 10 April 2014), halaman 23.

130
Sri Nuryanti, Intervensi Penyelenggaraan Pemilukada: Regulasi, Sumberdaya dan Eksekusi

menjadi basis asimetrisme yang dipraktikkan (tahun 2013) menunjukkan bahwa baik di
di Indonesia. Pertama, model asimetrisme yang Kabupaten/Kota maupun Provinsi mempunyai
didasarkan pada kekhasan daerah karena kemampuan sumberdaya manusia dan
faktor politik terkait sejarah konflik yang kemampuan keuangan yang beragam. Kondisi
panjang misalnya di Aceh dan Papua. Kedua, inilah yang melatar belakangi pemikiran perlunya
model asimetrisme yang didasarkan pada mengklasifikasikan daerah-daerah yang siap
kekhasan daerah berbasis sosio-kultural seperti menyelenggarakan pemilukada dan daerah-
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketiga, model daerah yang memerlukan pendampingan dalam
asimetrisme yang didasarkan kekhasan daerah penyelenggaraan pemilukada. Selanjutnya
berbasis geografis-strategis misalnya di daerah membahas kualitas demokrasi (2004) O’ Donnel
perbatasan seperti di Kalimantan Barat, Papua, menegaskan pandangannya, bahwa salah satu
Kepulauan Riau. Keempat, model asimetrisme komponen penting bahkan sangat dasar dari
yang didasarkan pada kekhasan daerah demokrasi, yang selama ini kerap diabaikan
berbasis potensi dan pertumbuhan ekonomi orang adalah, manusia dalam hal ini warga
seperti di Papua, Aceh, Kalimantan Barat, Negara sebagai agen (agency); dimana O’Donnel
Batam, Jakarta. Kelima, model asimetrisme percaya ada hubungan erat antara demokrasi,
berbasis tingkat akselerasi pembangunan dan pembangunan manusia (Human Development),
kapasita governability seperti di Papua.15 dan hak asasi manusia (Human Rights).17
Pemilihan kepala daerah secara langsung O’Donnel menegaskan bahwa dalam
dengan model asimetris, usulan tim peneliti sebuah sistim demokrasi, penguasa harus
pemilukada LIPI, didasarkan pada fakta dapat memenuhi tiga macam akuntabilitas.
kondisi daerah (de facto) yang dapat dilihat dari Pertama, akuntabilitas keterpilihan vertikal
aspek sosial berupa kemampuan sumber daya (“vertical electoral accountability”) dihasilkan dari
manusia daerah yang tecermin dari Indeks pemilihan umum yang jujur dan institusional
Pembangunan Manusia (angka harapan hidup, dimana warga negara dapat berpindah partai
angka melek huruf, pendikan), ekonomi yang politik dan memilih pejabat pemerintah.
tecermin dari kemampuan keuangan daerah, Kedua, akuntabilitas masyarakat (“societal
dan memperhatikan aspek budaya. Mutu accountability”) dimana warga negara atau
demokrasi, salah satunya demokrasi langsung kelompok warga negara dapat menempuh jalur
seperti halnya pemilihan kepala daerah, tidak hukum untuk mendesak negara agar mampu
saja ditentukan oleh kualitas politik (“quality of mencegah, mengatasi dan menghukum
politics”) tetapi juga oleh kualitas masyarakat pejabat publik yang melanggar hukum.
(“quality of society”) sebagaimana ditegaskan Ketiga, akuntabilitas horizontal (“horizontal
oleh David F.J. Campbell.16 accountability”) dimana terdapat lembaga
Kajian tim peneliti Pusat Penelitian Politik negara yang memiliki kewenangan mencegah,
LIPI mengenai evaluasi format pemilukada mengatasi, dan menindak pejabat atau lembaga
di kabupaten/kota (tahun 2012) dan provinsi negara yang melanggar hukum.18 Menurut

15 17
Tim Peneliti Jurusan Politik dan Pemerintahan Guillermo O’Donnell, “Human Development, Human
UGM, Laporan Akhir Desentralisasi Asimetris Yang Rights, and Democracy,” dalam Guillermo O’Donnell,
Menyejahterakan: Aceh dan Papua (Yogyakarta: Jurusan Jorge Vargas Cullell, Osvaldo M. Iazzetta (eds.), The
Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada, Quality of Democracy Theory and Applications, (USA:
2012), halaman 9-10. University of Notre Dame Press, 2004), halaman 9-10.
16 18
David F.J. Campbell, 29 September 2008, halaman 35, Guillermo A. O’Donnell, “Why the Rule of Law,” Journal
http://www.democracyranking.org/downloads/basic_ of Democracy, Vol. 15, No. 4 (Oktober 2004), halaman
concept_democracy_ranking_2008_A4.pdf (diakses 37, http://muse.jhu.edu/journals/jod/summary/
11 october 2013). v015/15.4odonnell.html ( diakses 14 Oktober 2013)

131
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 2, November 2015

O’Donnel, jika akuntabilitas keterpilihan Menata Sistem Pemilukada


vertikal mutlak ada dalam sebuah sistim Sebagaimana diketahui bahwa
demokrasi, maka akuntabilitas masyarakat penyelenggaraan pemilukada selama ini, masih
dan akuntabilitas horizontal sangat beragam ada permasalahan terkait dengan berbagai hal baik
kondisi dan kefektifitasannya, misalnya dari batasan-batasan ketentuan perundangan,
satu masyarakat bisa saja tidak memiliki aspek penyelenggara, penyelenggaraan dan
karakter yang kritis dibarengi dengan kondisi peran serta pemangku kepentingan lain.
kelembagaan negara yang lemah, sehingga Untuk itu diperlukan intervensi yang sifatnya
dapat dikategorikan sebagai demokrasi dengan regulatif dan sifatnya teknis. Intervensi regulatif
mutu rendah (“low-quality democracy”).19 diperlukan untuk memberikan masukan dan
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan atau perubahan atas klausul di dalam UU
kualitas kehidupan berdemokrasi, diperlukan dan/atau pengaturan lainnya agar proses
penataan proses politiknya dengan melakukan penyelenggaraan pemilukada langsung dapat
intervensi-intervensi yang diharapkan dapat terselenggara dengan demokratis, dan hasil
memunculkan hasil yang bagus dan mendukung pemilukadanya mendukung pemerintahan yang
pemerintahan yang stabil dan efektif. stabil dan efektif

Tabel 1.
Intervensi Regulatif123
No Tahapan Permasalahan Solusi
1 Pra Tahapan: Kadang terjadi politisasi krn KPU tidak dibebani keharusan untuk
Masa Akhir tergantung dengan DPRD20 m e n u n g g u t e r l a k s a n a n ya s i d a n g
Jabatan Kepala paripurna DPRD21
Daerah
2 Pembuatan Bermasalah apabila tidak ada Pemutakhiran terus menerus dan
Daftar kerjasama dan sinkronisasi penyandingan data dari sumber lain.
Pemilih pada data dari berbagai sumber.
Pemilukada Susah mendapatkan data yang
mutakhir, komprehensif dan
akurat.22
3 Tahap Dukungan ganda, status Ketentuan Undang-Undang tentang partai
Pencalonan: legal formal partai politik, politik yang boleh mencalonkan adalah
Pemenuhan konflik kepemimpinan pada partai politik yang mempunyai kedudukan
syarat partai politik atau pemenuhan hukum yang sah dari Kemenkumham
pencalonan dukungan perseorangan

19
Ibid.
20
Di beberapa penyelenggaraan pemilu kepala daerah seperti di Kabupaten Mesuji, Kota Pekanbaru, Provinsi Lampung,
telah terjadi politisisasi dalam hal penentuan tahapan, program dan jadwal penyelenggaraan pemilukada di daerah
tersebut. Lihat Evaluasi Penyelenggaraan Pemilukada Tingkat Kabupaten/Kota, Laporan Penelitian P2P LIPI,
2012
21
Dalam kasus yang menimpa Kabupaten Mesuji pada penyelenggaraan pemilukada tahun 2011 misalnya, KPU
Kabupaten Mesuji dianggap bersalah oleh DPRD Mesuji karena penentuan Jadwal, Tahapan, Program Penyelenggaraan
Pemilu Kepala Ddaerah tidak menunggu sampai Sidang Paripurna dilaksanakan oleh DPRD Mesuji.
22
Mengenai hal ini, dapat diambil contoh penyelenggaraan pemilukada Kabupaten Mesuji dimana terdapat Wilayah
Register 45 yaitu sebuah wilayah perkebunan yang dulu dikelola oleh PT. Inhutani, namun pada saat sekarang
menjadi lahan yang banyak dihuni oleh penduduk pendatang dengan status kependudukan tidak jelas, khususnya
di Moro-Moro dan sekitarnya. Lihat Lihat Evaluasi Penyelenggaraan Pemilukada Tingkat Kabupaten/Kota, Laporan
Penelitian P2P LIPI, 2012, ibid

132
Sri Nuryanti, Intervensi Penyelenggaraan Pemilukada: Regulasi, Sumberdaya dan Eksekusi

4 Tahap Pemenuhan syarat pendidikan Ketentuan pendidikan menjadi minimal


Pencalonan: minimal setingkat sekolah setingkat sarjana dan mempunyai
Pemenuhan lanjutan tingkat atas atau ketrampilan dibidang tatakelola atau
Syarat Calon sederajat; soal ketentuan tidak managemen yang dibuktikan dengan
pernah dijatuhi pidana dengan sertifikat atau keterangan lain. Calon
ancaman pidana minimal yang sedang berperkara hukum, tidak
lima tahun; terkait verifikasi diperbolehkan mencalon menyampaikan
a t a s p e r s ya r a t a n b a h wa naskah akademis dan naskah usulan
calon mengenal daerahnya program RPJMD. Pelaporan kekayaan,
dan dikenal masyarakat; dilampiri dengan ditandatanganinya pakta
terkait penyerahan daftar integritas dan pernyataan siap diaudit
kekayaan pribadi dan bersedia apabila diperlukan untuk pengawasan
diumumkan; dengan posisi penggunaan anggaran negara. Adanya
incumbent.23 mekanisme untuk tidak dimanfaatkannya
birokrasi dan fasilitas negara untuk
keperluan itu.
5 Kampanye Penggunaan fasilitas negara Penegasan mengenai mekanisme yang
dan pengerahan birokrasi24 tidak memberi peluang penggunaan
fasilitasi daerah/negara oleh incumbent
yang mengatur tentang batas frekuensi
maksimal yaitu sekali saja.
6 Pemungutan M e n j a j a g i k e m u n g k i n a n Ketentuan UU ttg penggunaan TI dengan
dan digunakannya e voting dan dilakukan studi terlebih dahulu
Penghitungan atau e counting technology
Suara
7 Penyelesaian Jalur sengketa tidak satu Ketentuan final dan mengikat pada
sengketa pintu putusan MK, keputusan lembaga
pemilukada hukum lain, tidak berpengaruh terhadap
keputusan MK
45
Sumber: Diolah dari berbagai sumber termasuk dari hasil penelitian LIPI tahun 2012 tentang evaluasi
penyelenggaraan pemilukada di tingkat Kabupaten/Kota dan hasil penelitian LIPI tahun 2013
tentang Evaluasi Penyelenggaraan pemilukada Tingkat Provinsi

Tabel 1 berisi intervensi regulatif yang Sedangkan intervensi teknis


merupakan pemetaan permasalahan dari merupakan dokumen penunjang dan teknis
berbagai sumber data termasuk di dalamnya penyelenggaraan yang akan menghasilkan
adalah hasil penelitian LIPI tahun 2012 tentang Kepala Daerah yang tidak tersangkut masalah
penyelenggaraan pemilu kepala daerah di hukum, mempunyai kapabilitas untuk menjadi
tingkat kabupaten/kota dan hasil penelitian pemimpin daerah dan mempunyai integritas
LIPI tahun 2013 tentang penyelenggaraan yang tinggi. Hal ini diperlukan apalagi dengan
pemilu kepala daerah di tingkat provinsi . mengingat bahwa sebagai kepala daerah,

23
Dari penyelenggaraan pemilukada di Kabupaten Lembata (NTT) menyangkut politisasi posisi incumbent, sementara
pemilukada di Kabupaten Mesuji (Lampung) terkaita dengan tidak adanya ketentuan mengenai calon kepala daerah
atau wakil kepala daerah yang bermasalah hukum, sehingga Kepala Daerah Terpilih harus dilantik di penjara. Lihat
Lihat Evaluasi Penyelenggaraan Pemilukada Tingkat Kabupaten/Kota, Laporan Penelitian P2P LIPI, 2012, ibid.
24
Dari penyelenggaraan pemilukada tingkat Provinsi di Bengkulu tahun 2010 misalnya ditengarai bahwa telah terjadi
penggunaan fasilitas negara yang ditandai dengan terjadinya korupsi dana APBD yang dilakukan oleh Gubernur
terpilih sehingga Gubernur Terpilih (Agusrin Najamudin) harus dipenjara. Lihat Evaluasi Penyelenggaraan
Pemilukada Tingkat Provinsi, P2P LIPI, tahun 2013

133
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 2, November 2015

performanya akan diukur dengan berbagai D a l a m p r o s e s p o l i t i k k h u s u s n ya


evaluasi seperti adanya Evaluasi Kinerja menjelang penyelenggaraan pemilukada,
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah banyak calon kepala daerah berkampanye
(EKPPD), Evaluasi Kemampuan Otonomi dengan memanfaatkan tokoh kharismatik.
Daerah (EKPOD), dan Evaluasi Daerah Otonom Partai pendukungnya biasanya akan berusaha
Baru (EDOB).20 membangkitkan semangat massa untuk
memenangkan calon, sambil melakukan
Proses Pemilukada konsolidasi organisasi. Dalam kaitan
Secara teoritik, pemilukada merupakan membujuk pemilih, kampanye menyediakan
kompetisi politik di tengah masyarakat. panggung perdebatan para calon mengenai
Persaingan partai atau gabungan partai isu pemerintahan daerah. Massa mungkin
memperebutkan posisi kepala daerah tentu menilai penampilan dan kecerdasan calon.
harus mencerminkan interaksi kelompok sosial. Pendukung bersorak kalau calonnya dapat
Politik kepartaian tentu dengan sendirinya memainkan strategi menjatuhkan lawan
mencerminkan perbedaan orientasi basis debat. Secara umum perdebatan calon masih
sosial pendukung. Sesuai prinsip keterwakilan dipandang sebagai sebuah pertandingan,
masyarakat di dalam organisasinya, kelompok bukan penajaman perbedaan program. Calon
sosial jelas harus mendukung politik kepartaian kepala daerah tampak mengalami kesulitan
tertentu. Hubungan partai dan basis sosial tidak menegakkan keadilan dalam penyelenggaraan
harus permanen. Sebagai suatu pengelompokan kampanye. Pembatasan banyak dilanggar
warganegara, partai mewakili perilaku politik karena kuatnya pengaruh politik uang. Oleh
masyarakat. Di satu pihak, partai memiliki karena itu banyak sekali dikenal peristilahan
identitas organisasional yang mewakili cita- yang menyangkut praktek money politics
cita dan aspirasi masyarakat. Di pihak lain, ini seperti misalnya serangan fajar, NPWP
masyarakat memiliki identifikasi kuat dengan (nomor piro wani piro), bitingan/perseorangan,
organisasinya. Hubungan timbal balik yang ombyokan/grup, dan lain-lain.
cenderung bersifat saling memperkuat ini Oleh karena penggunaan uang itu,
terjadi ketika partai mulai berhasil melakukan tidak dapat diketahui secara pasti apakah
institusionalisasi organisasi di masyarakat. pemilukada yang melibatkan masyarakat dalam
Tetapi, pemilukada telah menampilkan pemilihan kepala daerah secara langsung telah
politik kepartaian menurut versinya sendiri. membangun kesadaran tentang penggunaan
Partai belum berhasil menggerakkan “auto hak pilih secara rasional. Hal ini karena pemilih
activiteit, rakyat menentukan nasibnya sering masih dipengaruhi oleh pertimbangan
sendiri, memperbaiki nasibnya sendiri.” 21 lain seperti kedekatan personal, kekerabatan,
Kesadaran masyarakat tentang pembentukan kesamaan etnis ataupun sentimen-sentimen
pemerintahan daerah dan pengawasannya lain. Hal inilah yang kemudian ditengarai
perlu diperkuat. Partai berjalan sendiri dan sebagai salah satu yang menyebabkan friksi di
masyarakat masih menenggangnya. Hal ini masyarakat meningkat, dan pada titik tertentu
yang perlu dibenahi. menyebabkan konflik. 22

20
EKPPD, EKPOD, EDOB ini sesuai dengan ketentuan
pada Pasal 2 PP Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 22
Kalangan politisi yang menolak pemilukada dan
21
Terminologi berasal dari Mohammad Hatta, dan menggantikannya dengan pemilihan kepala daerah
penggunaannya dikaitkan dengan pertumbuhan oleh DPRD menganggap ancaman kekerasan sosial
institusi politik lokal otonom. dan politik masih manifest.

134
Sri Nuryanti, Intervensi Penyelenggaraan Pemilukada: Regulasi, Sumberdaya dan Eksekusi

Tabel 2.
Kelebihan dan Kekurangan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah:
Aspek Demokrasi, Akuntabilitas dan Berkelanjutan
Aspek Kelebihan Kekurangan Saran
Demokrasi Masyarakat memiliki Proses pemilihanAdanya koreksi dari
ruang demokrasi yang memakan biaya tidak
masyarakat terhadap
luas untuk memilih sedikit sehinggabirokrasi pemerintah
kepala daerahnya dikhawatirkan kepala
terutama yang terkait
sehingga kepala daerah daerah terpilih akan
dengan penggunaan
terpilih memiliki menyalahgunakan anggaran (APBD),
legitimasi yang kuat kewenangan anggaran
melalui kemudahan
dan bertanggung (APBD) untuk menutupi
dalam mengakses
jawab penuh kepada ongkos politik yang
dokumen-dokumen
masyarakat. sudah dikeluarkan
publik, transparansi
mekanisme yeng
selama masa kampanye.
responsif terhadap
kebutuhan masyarakat
Akuntabilitas Kepala daerah terpilih Kualitas pelayanan Perlunya kontrol
memiliki akuntabilitas publik, kesehatan, atau pengawasan
dalam pelayanan publik, pendidikan dan publik yang ketat dari
kesehatan, pendidikan perekonomian masyarakat, LSM, media
dan perekonomian. berkurang bila kepala dan DPRD baik melalui
daerah terpilih akses keterbukaan
cenderung memenuhi informasi publik
target-target politik maupun melalui laporan
tertentu dan melakukan pertanggungjawaban
korupsi melalui APBD. kepala daerah.
Berkelanjutan Kepala daerah terpilih Apabila kepala daerah Perlu perbaikan
memberikan ruang bagi tidak mempunyai program kepala daerah
aspirasi dan partisipasi program yang yang disesuaikan
masyarakat untuk turut progresif dari program dengan RPJMD, RPJPD
serta dalam program sebelumnya, bisa yang bersifat progresif
pembangunan dan terjadi kemandegan dan terukur.
melakukan inovasi baru pembangunan..
untuk kesejahteraan
masyarakat
Sumber: diolah dari berbagai sumber

Hasil Pemilukada: Kelebihan dan suara, pemanfaatan struktur birokrasi, dan


Kekurangan Pemilukada masih kuatnya politik identitas masih terjadi.
Meskipun sudah hampir sepuluh tahun Akibatnya, berdampak pada terpilihnya
berjalan, pemilukada yang diharapkan sebagai pemimpin yang kapabilitasnya dipertanyakan,
perwujudan demokrasi dirasakan masih sangat menurunnya kualitas pelayanan publik dan
perlu pembenahan. Sistem rekrutmen di penurunan kualitas tata kelola pemerintahan
dalam partai politik yang kurang transparan daerah.
dan kadang tidak demokratis, terjadi di masa Berdasarkan pada laporan tim
pencalonan kepala daerah. Praktek money pemilukada tahun 2012 dan 2013, kepala
politic, black campaign, penggelembungan daerah terpilih (gubernur, bupati/walikota)

135
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 2, November 2015

hasil pemilukada belumlah tentu menunjukkan pemilukada diharapkan mampu menciptakan


kinerja yang baik dan akuntabel. Hal ini pemerintahan yang akuntabel.
dikarenakan banyaknya kasus-kasus korupsi Berikut ini kelebihan dan kekurangan
yang terjadi yang melibatkan para eksekutif hasil pemilukada ditinjau dari aspek
dan legislatif sehingga mereka terjebak di demokrasi, akuntabilitas, dan berkelanjutan
dalamnya. Sementara masyarakat memiliki yang merupakan hasil pemetaan penulis:
harapan terhadap kepala daerah terpilih
melalui pemilukada sebagai perwujudan Model Pemilukada Kabupaten/Kota
demokrasi untuk menghasilkan pemimpin Beberapa poin kesimpulan pada penelitian
yang berkualitas. tahun 2013 yang dilakukan oleh tim LIPI
Masih banyak wilayah-wilayah yang memperlihatkan bahwa: Pemilih yang rasional dan
dianggap belum melaksanakan kebebasan otonom di Indonesia dalam konteks pemilukada masih
demokrasi dalam bidang pemerintahan dan sangat sedikit, Hal ini karena kondisi sosial-ekonomi
birokrasi. Hal ini terjadi dikarenakan masih (yang tecermin dari IPM), kelembagaan daerah yang
belum adanya tranparansi pemerintah terhadap tecermin dalam kemampuan keuangan daerah dan,
dokumen-dokumen publik menyangkut APBD mempertimbangkan kondisi sosial-budaya masyarakat
dan perda. Meskipun pemerintah daerah yang beragam mengakibatkan derajat dan wujud
memiliki website resmi, namun masyarakat partisipasi politik masyarakat dalam pemilukada
masih kesulitan untuk mengakses data/ provinsi yang bervariasi.23 Selanjutnya, masih dari
informasi publik yang dibutuhkan meskipun hasil penelitian tim sebelumnya (2012-2013),
fitur yang ditampilkan tersedia. Selain terdapat kesimpulan bahwa pemilukada harus tetap
persoalan keterbukaan informasi publik, dilanjutkan dengan beberapa catatan perbaikan.
lemahnya pengawasan publik dan partisipasi D a r i d u a k e s i m p u l a n a wa l ya n g
masyarakat terjadi karena peran DPRD yang mempertimbangkan kemampuan sumber daya
dirasakan masih sangat kurang. Contohnya manusia dan kemampuan keuangan (LEVEL I
masih kurangnya kualitas public hearing dan sampai LEVEL VI) kita dapat melihat ada dua
pengaduan masyarakat di DPRD. tawaran yang bisa diajukan. Pertama ada daerah-
Partisipasi masyarakat di birokrasi daerah yang tetap melaksanakan pemilukada
pemerintahan juga masih rendah sehubungan langsung seperti saat ini, tentunya dengan catatan-
dengan pelayanan dasar di bidang pendidikan, catatan perbaikan, kedua, ada daerah-daerah yang
kesehatan, dan ekonomi. Hal ini terjadi untuk sementara perlu pendampingan khusus
dikarenakan kurangnya inisiatif birokrasi dalam melaksanakan pemilukada langsung
dalam membentuk forum reguler antara karena peringkat IPM, kondisi sosiokultural dan
pemerintah dengan masyarakat. kemampuan kelembagaanya belum mencukupi
Perlu dipahami bahwa kinerja untuk itu. Bagi daerah-daerah yang mendapat
pemerintahan daerah yang buruk terjadi pendampingan khusus, periode ini dipandang
tidak hanya bergantung pada kondisi sosial sebagai masa transisi menuju pemilukada
geografis suatu daerah tetapi juga ditentukan langsung dengan harapan bahwa selama masa
oleh kemampuan pemimpinnya. Pemimpin transisi tersebut terjadi kenaikan IPM dan
(kepala daerah) terpilih diharapkan mampu kemampuan keuangan daerah.
untuk melakukan inovasi-inovasi dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada 23
Pada Tahun 2013 Tim P2P LIPI (Kurniawati Hastuti Dewi
(sumber daya alam, sumber daya manusia, dkk) Mengadakan penelitian mengenai pemilukada
dan kemampuan fiskal daerah). Dengan di tingkat Provinsi dengan judul: “Evaluasi Format
Pemilukada Menuju Pemerintahan Daerah Yang Baik dan
demikian kepala daerah terpilih sebagai hasil Efektif Di Tingkat Provinsi”, masih dalam proses cetak.

136
Sri Nuryanti, Intervensi Penyelenggaraan Pemilukada: Regulasi, Sumberdaya dan Eksekusi

Tabel 3.
Usulan Perbaikan Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah
Masalah awal Fakta Objektif Analisis Saran
Ketidaknetralan Seleksi sudah melalui Di beberapa daerah terjadi Penegakan
penyelenggara serangkaian proses ketidakberesan dalam hukum yang lebih
pemilukada (KPU seleksi yang ketat dan proses seleksi dan uji tegas
Kabupaten-Kota) uji kelayakan meliputi kelayakan.
aspek administratif, test
tertulis, tes psikologi,
tes kesehatan, tes
wawancara.

Terjadinya politik Sudah ada regulasi Penegakan hukum Calon kepala


uang dan instumen yang pada pelaku politik daerah diaudit
melarang dilakukannya uang kurang maksimal, kekayaannya oleh
politik uang mekanisme pengawasan PPATK dan KPK.
secara operasional kurang
maksimal. Kewenangan
Panwas hanya sebatas
menerima laporan.
Partai politik Tidak ada jaminan Partai kurang mempunyai Partai harus
menarik uang “sewa kader asli juga tidak pendekatan ideologis didorong
perahu” ditarik “uang sewa dalam memilih kandidat. mengumumkan
perahu” oleh partai calon kepala
pengusungnya. daerah yang akan
diusung sejak dua
tahun sebelum
didaftarkan.
Terjadinya Sudah ada berbagai Proses penegakan Perlu penguatan
politik dinasti regulasi yang mengatur hukumnya yang terlalu aparat penegak
yang melakukan sanksi terhadap lemah jika berhadapan hukum
penyalahgunaan penyalahgunaan dengan penguasa. (Kepolisian,
kekuasaan. kekuasaan. Kejaksaan,
Pengadilan, KPK)
Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Pada tahun 2012, tim menelaah beberapa logistik, penetapan dan pelantikan calon
aspek dalam pemilukada yang menjadi sumber terpilih, serta penyelesaian sengketa.
permasalahan. Pertama, tim menyoroti segi Adapun usulan perbaikan terkait dengan
aturan pemilukada yang mencakup beberapa masalah yang didapati secara empiris dan
faktor yaitu: syarat pencalonan, syarat calon, dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai.
dan dukungan anggaran. Kedua, tim menyoroti Apabila dinarasikan dapat dilihat pada Tabel 3.
masalah penyelenggara dimana hal itu terkait Berangkat dari pemaparan analisis
erat dengan faktor independensi penyelenggara. sebelumnya kita dapat menyusun model
Ketiga tim menyoroti penyelenggaraan yang perbaikan pelaksanaan pemilukada
mencakup masalah ketidaknetralan birokrasi, sebelumnya. Model ini dirancang dengan
penyusunan daftar pemilih tetap, pencalonan, membagi periodesasi dari masing-masing
kampanye, pemungutan suara, distribusi proses tahapan.

137
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 2, November 2015

Tabel 4.
Model Perbaikan Penyelenggaraan Pemilukada
Aspek Saran Tujuan
Rekrutmen panitia • Pansel harus dipilih dari orang-orang • Terciptanya panitia
seleksi (pansel) yang benar-benar berintegritas. seleksi penyelenggara
penyelenggara • Pemilihan pansel sedapat mungkin Pemilukada yang netral
melibatkan unsur-unsur masyarakat dan berintegritas
secara representatif.
Rekrutmen • Perlunya dipilih orang-orang yang • Terciptanya
penyelenggara mempunyai integritas, pemahaman dan Penyelenggara
kemampuan teknis yang baik. Pemilukada yang netral
dan berintegritas
Pendaftaran dan • Verifikasi fisik dokumen syarat • Calon-calon yang
verifikasi calon administratif harus diperketat dan bersaing dalam
adanya transparansi dokumen syarat pemilukada merupakan
administratif calon calon-calon kepala
daerah yang baik.
Kampanye • Transparansi sumbangan: penyumbang • Tidak terjadi politik
dan besaran sumbangan harus uang.
dilaporkan.
• Pembatasan biaya kampanye dalam
konteks besaran sumbangan maksimal
dari tiap penyumbang.
Pemungutan Suara • Untuk daerah-daerah rawan intimidasi, • Proses Pemungutan
manipulasi dan politik uang, perlu suara berjalan lancara
ditambah jumlah Panwas. dan aman
Penghitungan suara • Form C1 sebagai basis penghitungan • Tidak ada manipulasi
awal di masing-masing TPS diupload di dalam proses
website resmi KPU. penghitungan suara.

Model Pemilukada Provinsi baik bersifat regulatif maupun teknis.25 Terkait


Berangkat dari pertimbangan pemikiran penataan pemilukada serentak ini, Perludem
sebagaimana diuraikan sebelumnya, penelitian telah melakukan kajian dengan melakukan
tahun 2014 ini mengajukan dua skenario penggabungan jadwal pemilukada provinsi dan
pemilukada gubernur sebagai berikut: kabupaten kota dengan mempertimbangkan
penyelenggaraan pemilu daerah tahun 2021.
1. Skenario Optimis Untuk itu, tujuh pemilukada gubernur di tahun
Apabila semua unsur yang diperlukan 2015 dan dua ratus pemilukada kabupaten
untuk melaksanakan pemilukada secara kota diusulkan untuk diundurkan pada bulan
langsung sudah tersedia pemilukada langsung Juni 2016.26
gubernur secara serentak bersamaan dengan
penyelenggaraan pemilukada bupati walikota, 25
Salah satu kajian tim Electoral Research Institute adalah
serta pemilu legislatif dan pemilu presiden.24 mengenai Naskah Akademik Pemilu Serentak yang
Untuk skenario optimis ini, perlu penyesuaian akan disampaikan pada awal bulan Februari 2015.
26
Lihat Didik Supriyanto, Khoirunnisa Agustyati, August
Mellaz dalam Menata Ulang Jadwal Pilkada Menuju
24
Sesuai dengan Putusan MK untuk penyelenggaraan Pemilu Nasional dan Pemilu Daerah, PERLUDEM, 2013,
pemilu serentak akan dimulai tahun 2019 hal.130

138
Sri Nuryanti, Intervensi Penyelenggaraan Pemilukada: Regulasi, Sumberdaya dan Eksekusi

2. Skenario Realistis ranking_2008_A4.pdf (diakses 11 Oktober


Skenario realistis dilakukan untuk 2013).
mengantisipasi berbagai kemungkinan Didik Supriyanto, Khoirunnisa Agustyati,
yang menghambat pelaksanaan pemilukada August Mellaz dalam Menata Ulang Jadwal
gubernur. Misalnya, kesiapan pemerintah Pilkada Menuju Pemilu Nasional dan Pemilu
pusat dan daerah, pembentukan aturan Daerah, PERLUDEM, 2013, hal.130
pelaksanaan, kesiapan masing-masing Guillermo A. O’Donnell, “Why the Rule of Law,”
parpol dan calon kepala daerah yang hendak Journal of Democracy, Vol. 15, No. 4 (Oktober
diusung, serta proses dan penentuan hasil 2004), halaman 37, http://muse.jhu.edu/
pemilukada. Menyadari karena beragamnya journals/jod/summary/v015/15.4odonnell.
kondisi daerah dan masyarakatnya, bukan html (diakses 14 Oktober 2013)
mustahil bila kesiapan yang dimaksud tidak Guillermo O’Donnell, “Human Development,
dapat diwujudkan oleh semua daerah. Untuk Human Rights, and Democracy,” dalam
itu, langkah yang mesti dilakukan adalah Guillermo O’Donnell, Jorge Vargas Cullell,
menyelenggarakan pemilukada gubernur Osvaldo M. Iazzetta (eds.), The Quality of
secara asimetris. Penyelenggaraan model ini, Democracy Theory and Applications, (USA:
akan sangat memperhitungkan kondisi sosial- University of Notre Dame Press, 2004),
ekonomi, sosial-budaya dan sosial politik dari halaman 9-10.
masyarakat di daerah bersangkutan. Hasyim Asy’ari, “Mempertahankan Pilkada
Langsung,“ Makalah disampaikan pada
Kesimpulan Focus Group Discussion (FGD), “Evaluasi
Dengan memperhatikan keberagaman Format Pilkada”, diselenggarakan oleh
kondisi daerah yang mempertimbangkan Pusat Penelitian Politik (P2P), Lembaga
kemampuan sumberdaya dan kemampuan Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta,
keuangan (LEVEL I sampai dengan LEVEL Kamis, 4 April 2013.
VI) sebagaimana tersebut di atas, tim LIPI Jennie Litvack, Junaid Ahmad, Richard
mengusulkan untuk mempertimbangkan Bird, “Rethinking Decentralization in
kondisi daerah yang asimetris itu dalam Developing Countries”, The World Bank
penyelenggaraan pemilukada. Permasalahan Sector Studies Series, September 1998,
penyelenggaraan pemilukada memerlukan http://internationalbudget.org/wp-content/
intervensi regulatif dan teknis agar pemilukada uploads/Rethinking-Decentralization-in-
berproses secara demokratis, penyelenggaraan Developing-Countries.pdf (diakses 10 April
yang akuntabel, efektif, efisien dalam 2014), halaman 23.
pembiayaan dan mampu menghasilkan kepala Kurniawati Hastuti Dewi, “Pemilihan
daerah dan wakil kepala daerah yang lebih Kepala Daerah Provinsi: Perubahan,
berkualitas. Kesinambungan dan Pemetaan Kesiapan
Daerah,” dalam Kurniawati Hastuti Dewi
Daftar Pustaka (ed.), Evaluasi Format Pemilukada Menuju
Pemerintahan Daerah yang Baik dan Efektif
Charles D. Tarlton, “Symmetry and Assymetry
di tingkat Provinsi, Laporan penelitian
as Element of Federalism: A Theoretical
tim Pemilukada, Pusat Penelitian Politik
Speculation”, the Journal of Politics, Vol. 27
LIPI, Jakarta, 2013, tanpa halaman (belum
(1965): 869.
diterbitkan).
David F.J. Campbell, 29 September 2008,
Kurniawati Hastuti Dewi, dkk, “Kesimpulan
halaman 35. http://www.democracyranking.
dan Rekomendasi,” dalam Kurniawati
org/downloads/basic_concept_democracy_

139
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 19, Nomor 2, November 2015

Hastuti Dewi (ed.), Evaluasi Format Adaba S.Ip., Dini Suryani, S.Ip), Evaluasi
Pemilukada Menuju Pemerintahan Daerah yang Format Pemilukada Menuju Pemerintahan
Baik dan Efektif di tingkat Provinsi, Laporan Daerah yang Baik dan Efektif di tingkat Provinsi,
penelitian tim Penelitian Pemilukada, Pusat Policy Paper, Pusat Penelitian Politik LIPI,
Penelitian Politik LIPI, Jakarta, 2013, tanpa Jakarta, 2013, belum diterbitkan.
halaman Tim Penelitian Pemilukada Pusat Penelitian
PP Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Politik LIPI (Prof. Dr. Indria Samego, Dra.
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Sri Nuryanti, MA, Dr. Tri Ratnawati, Drs.
Daerah Pasal 2 Afadlal, MA, Pandu Yusina Adaba S.Ip.,
Prof. Dr. H. Djohermansyah Djohan, MA., Dini Suryani S.Ip), “Evaluasi Praktik
Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Pemilukada Langsung di Kabupaten/Kota
Negeri Republik Indonesia, “Dinamika Dan dan Beberapa Usulan Penyempurnaan ke
Ekses Pilkada Langsung,” tanpa halaman Depan,” Executive Summary, Jakarta, 2012.
R e z a S ya wa w i d a n K h o i r u n n i s a N u r Tim Penelitian Pemilukada Puslit Politik LIPI
Agustyati, “Membunuh Demokrasi Lokal: tahun 2014 terdiri dari Dr. Kurniawati
Mengembalikan Pemilihan Gubernur Hastuti Dewi (Koord), Prof. Dr. Indria
Kepada DPRD Provinsi,” halaman 16. Samego, Drs. Afadlal, MA, Sri Nuryanti,
Tim Peneliti Jurusan Politik dan Pemerintahan SIP,MA, Pandu Yuhsina Adaba, SIP, dan
UGM, Laporan Akhir Desentralisasi Nyimas Latifah Letty Aziz, SE, MSc
Asimetris Yang Menyejahterakan: Aceh dan Titi Anggraini dkk, Menata Kembali Pengaturan
Papua (Yogyakarta: Jurusan Politik dan Pemilukada ( Jakarta: Perludem, 2011),
Pemerintahan Universitas Gadjah Mada, halaman 24.
2012), halaman 9-10. Vedi R. Hadiz, Localising Power in Post-
Tim Penelitian Pemilukada Pusat Penelitian Authoritarian Indonesia: A Southeast Asia
Politik LIPI (Dr. Kurniawati Hastuti Dewi, Perspective (Stanford California: Stanford
Prof. Dr. Indria Samego, Dra. Sri Nuryanti, University Press, 2010), halaman121.
MA., Drs. Afadlal, MA., Pandu Yusina

140

You might also like