Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual.

Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai

petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila

keputusan yang diambil dalam meghadapi konflik tersebut tidak tepat,

mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus

menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai

masalah kesehatan fisik dan prikososial. Sifat dan perilaku berisiko pada

remaja tersebut memerlukan ketersediaan pelayanan kesehatan peduli

remaja yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja (Kementerian

Kesehatan RI, 2015).

Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19

tahun, menurut Permenkes RI No 25 Tahun 2014 remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut BKKBN rentang usia remaja

adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun

di Indonesia menurut sensus penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar

18% dari jumlah penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Masalah kesehatan usia remaja merupakan salah satu masalah penting

dalam siklus kehidupan. Perilaku hidup sehat sejak usia dini merupakan

upaya yang cukup penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang
produktif dan berkualitas. Beberapa perilaku berisiko pada usia remaja

diantaranya adalah kebiasaan merokok, gizi tidak seimbang, kurang aktivitas

fisik, hygiene dan sanitasi individu, depresi/stress, napza dan minuman

beralkohol (Balitbangkes Kemenkes RI, 2015).

Perhatian terhadap kesehatan reproduksi remaja pada beberapa

dekade belakangan ini sangat berkaitan dengan perubahan sosial-demografi

yang sangat berpengaruh terhadap remaja di negara-negara berkembang.

Selain meningkatnya jumlah penduduk usia remaja (10-24 tahun), studi

menunjukkan bahwa remaja pada masa kini mempunyai mobilitas yang lebih

tinggi, sekolah lebih lama, lebih cepat mendapat menstruasi, menikah dalam

usia lebih tua, dan cenderung melakukan aktivitas seksual sebelum

menikah. Perubahan-perubahan penting ini, bersamaan dengan urbanisasi

dan kemajuan teknologi informasi secara global telah menjadikan remaja

semakin terpapar terhadap risiko yang terkait dengan kesehatan reproduksi

(Situmorang, 2013).

Program kesehatan reproduksi remaja diintegrasikan dalam program

kesehatan remaja di Indonesia, sejak tahun 2003. Kementerian Kesehatan

telah mengembangkan model pelayanan kesehatan yang disebut dengan

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Ciri khas pelayanan

kesehatan peduli remaja adalah pelayanan konseling dan peningkatan

kemampuan remaja dalam menerapkan Pendidikan dan Keterampilan Hidup

Sehat (PKHS) (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Akan tetapi, program ini

belum menjangkau seluruh sekolah sehingga tingkat pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi masih belum memadai.


PKPR dapat terlaksana dengan optimal bila membentuk jejaring dan

integrasi dengan lintas program, lintas sektor, organisasi swasta, dan LSM

terkait kesehatan remaja. Pelayanan Kesehatan Remaja (PKPR) dapat

dilaksanakan dalam gedung fasilitas kesehatan dan diluar gedung fasilitas

kesehatan. PKPR dapat dilaksanakan di Puskesmas, Rumah Sakit, sekolah,

karang taruna, gereja atau tempat-tempat lain dimana remaja berkumpul.

Mengingat Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan dasar yang

dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat termasuk remaja dan

tersediannya tenaga kesehatan, maka PKPR sangat potensial untuk

dilaksanakan di Puskesmas. PKPR sangat erat terkait dengan Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS) yang juga dibina oleh Puskesmas setempat.

Hingga akhir tahun 2014, cakupan kabupaten/kota yang mampu

melaksanakan PKPR mencapai 31%, namun masih di bawah target 90%.

Pada akhir tahun 2019 ditargetkan 45% puskesmas di Indonesia telah

menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja (Kementerian Kesehatan RI,

2015).

Data Dinas Kesehatan Kota Bandung menunjukkan bahwa masalah

kesehatan tertinggi remaja kota Bandung adalah rokok (63%), diikuti oleh

masalah gizi/anemia (26%), alkohol (6%), gangguan belajar (3%), masalah

tumbuh kembang (1%), dan Kekurangan Energi kronis (KEK) (1%). Data dari

PKPR menunjukkan bahwa NAPZA (34,65%) menempati peringkat tertinggi

masalah kesehatan remaja, diikuti oleh gangguan gizi (13,27%), gangguan

belajar (1,45%), dan masalah tumbuh kembang (0,24%) (Masunah, 2011).

Puskesmas Balaikota Bandung merupakan unit pelayanan kesehatan

masyarakat yang dapat mendukung program pemerintah daerah dalam


menangani masalah kesehatan pada remaja sesuai kapasitas daerahnya.

Salah satu program kerja yang berhubungan dengan kesehatan remaja yaitu

pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR). Dalam pelaksanaan PKPR di

Puskesmas, remaja diberikan pelayanan khusus melalui perlakuan khusus

yang disesuaikan dengan keinginan, selera dan kebutuhan remaja. Secara

khusus, tujuan dari program PKPR adalah meningkatkan penyediaan

pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas, meningkatkan pemanfaatan

Puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan

masalah kesehatan dan meningkatkan keterlibatan remaja dalam

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengulas lebih

dalam mengenai program PKPR dalam laporan praktek kerja masyarakat

yang berjudul “Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

(PKPR) di Wilayah Kerja Puskesmas Balaikota Bandung Tahun 2017”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan

Peduli Remaja (PKPR) di Wilayah Kerja Puskesmas Balaikota Bandung

Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR) di Wilayah Kerja Puskesmas Balaikota Bandung Tahun

2017.
b. Mengetahui masalah-masalah yang ada dalam pelaksanaan Program

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Wilayah Kerja

Puskesmas Balaikota Bandung Tahun 2017.

c. Mampu menetapkan prioritas masalah dalam pelaksanaan Program

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Wilayah Kerja

Puskesmas Balaikota Bandung Tahun 2017.

d. Mampu mengidentifikasi penyebab masalah dalam pelaksanaan

Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Wilayah Kerja

Puskesmas Balaikota Bandung Tahun 2017.

e. Mampu memberikan alternatif/pemecahan masalah dalam pelaksanaan

Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Wilayah Kerja

Puskesmas Balaikota Bandung Tahun 2017.

C. Manfaat

1. Bagi Puskesmas Balaikota Bandung

a. Dapat menjadi bahan pertimbangan dan perencanaan serta evaluasi

program dalam upaya peningkatan kesehatan remaja di wilayah kerja

Puskesmas Balaikota Bandung.

b. Menciptakan kerjasama khususnya dalam mendapatkan informasi

perkembangan bidang kesehatan antara Puskesmas Balaikota

Bandung dengan Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani.

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

a. Sebagai sarana pengembangan keilmuan kesehatan masyarakat dan

pemantapan keilmuan dengan mempraktekan pada dunia kerja

sebenarnya.
b. Sebagai sarana untuk membina kerja sama dengan institusi lain

dibidang kesehatan masyarakat.

3. Bagi Mahasiswa

a. Dapat mengenal secara dekat dan nyata karakteristik dan kondisi

lingkungan kerja.

b. Dapat menerapkan keilmuan Kesehatan Masyarakat yang diperoleh

dibangku kuliah dalam praktek dunia kerja yang sebenarnya.

D. Ruang Lingkup

Kegiatan Praktek Kesehatan Masyarakat (PKM) dilaksanakan di

wilayah kerja Puskesmas Balaikota Bandung yang dilaksanakan selama 20

hari kerja, mulai tanggal 22 Januari - 22 Februari 2018. Pelaksanaan PKM

sesuai rutinitas hari kerja yang berlaku di wilayah Puskesmas Balaikota

Bandung yaitu 6 hari kerja setiap minggunya selama 7 jam pehari.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Pengertian puskesmas berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan nomor 75 tahun 2014 adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat

dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

kerjanya (Depkes RI, 2014).

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan

kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di

wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan

sehat. Selain itu, puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya

Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana

pendidikan tenaga kesehatan (Depkes RI, 2014).

2. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat, prinsip

penyelenggaraan puskesmas meliputi:


a. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk

berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko

kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

b. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat

diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah

kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi,

agama, budaya dan kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna, dan

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan

memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan

kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak

buruk bagi lingkungan.


f. Keterpaduan dan kesinambungan.

Puskesmas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan penye-

lenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta

melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen

Puskesmas.

3. Fungsi Puskesmas

Ada tiga fungsi pokok puskesmas yaitu :

a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat diwilayah

kerjanya.

b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam

rangka meningkatkan pengetahuan untuk hidup sehat.

c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara :

1) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk

melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya

sendiri.

2) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana

menggali dan menggunakan sumber daya yang efektif dan

efisien.

3) Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan

rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat


dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan

ketergantungan.

4) Memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat.

5) Bekerja sama dengan sektor sektor yang bersangkutan dalam

melaksanakan program puskesmas (Depkes RI, 2007).

4. Kegiatan Pokok Puskesmas

Kegiatan-kegiatan pokok puskesmas yang diselenggarakan

oleh puskesmas sejak berdirinya semakin berkembang mulai dari 7

usaha pokok kesehatan, 12 usaha pokok kesehatan, 13 usaha pokok

kesehatan dan sekarang meningkat menjadi 20 usaha pokok

kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan

kemampuan yang ada dari tiap-tiap puskesmas baik dari segi

tenaga, fasilitas dan biaya atau anggaran yang tersedia.

Berdasarkan buku pedoman kerja puskesmas yang terbaru ada

20 pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas, itupun

sangat tergantung kepada faktor tenaga, sarana dan prasarana serta

biaya yang tersedia berikut kemampuan managemen dari tiap-tiap

puskesmas. Dua puluh kegiatan pokok puskesmas tersebut adalah :

a. Upaya kesehatan ibu dan anak

b. Upaya keluarga berencana

c. Upaya peningkatan gizi

d. Upaya kesehatan lingkungan

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular


f. Upaya penyuluhan kesehatan

g. Upaya kesehatan sekolah

h. Upaya kesehatan olah raga

i. Upaya perawatan kesehatan masyarakat

j. Upaya kesehatan kerja

k. Upaya kesehatan gigi dan mulut

l. Upaya kesehatan jiwa

m. Upaya kesehatan mata

n. Upaya laboratorium sederhana

o. Upaya pecatatan dan pelaporan

p. Upaya kesehatan usia lanjut

q. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

r. Upaya kesehatan remaja

s. Dana sehat

Pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas diarahkan kepada

keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Dengan perkataan lain

kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan

pembangunan kesehatan masyarakat desa.

5. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh

Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas adalah

pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan :

a. Kuratif (Pengobatan)

b. Preventif (Pencegahan)
c. Promotif (Peningkatan kesehatan)

d. Rehabilitatif (Pemulihan kesehatan)

Yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis

kelamin golongan umur.

B. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

1. Pengertian dan Dasar Hukum

2. Kriteria Puskesmas mampu tatalaksana PKPR

3. Ruang Lingkup Pelayanan PKPR

4. Pelaksanaan Pelayanan PKPR

5. Jenis-Jenis Pelayanan PKPR

6. Standar Nasional PKPR

7. Manajemen PKPR di Kabupaten/Kota

8. Manfaat PKPR

9. Sasaran dan Jenis Kegiatan PKPR

10. Strategi Keberhasilan PKPR

C. REMAJA

1. Pengertian Remaja

Remaja merupakan periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak

dengan masa dewasa dengan batasan usia 10 sampai 19 tahun (BKKBN,

2011). Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan

manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,

perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Lingkungan sosial

masyarakat dan budaya menilai masa remaja pada umumnya dimulai


pada usia 10-13 tahun dan akan berakhir pada usia 18-22 tahun

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Gunarsa dalam Pertiwi (2016) dalam proses penyesuaian

diri menuju kedewasa an masa remaja memiliki 3 tahap perkembangan,

yaitu :

a. Remaja awal (early adolescent)

Mulai terjadi pada rentang usia 10-12 tahun. Seorang remaja pada

tahap ini akan merasa heran karena mengalami perubahan jasmani

yang sangat pesat terjadi pada tubuhnya serta adanya dorongan-

dorongan yang menyertai perubahan tersebut. Mulai merasa tertarik

pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang

berlebihan ditambah kurangnya kendali terhadap ego akan

menyebabkan para remaja awal sulit dipahami.

b. Remaja pertengahan (middle adolescent)

Terjadi pada rentang usia 13-15 tahun, pada tahap ini remaja

sangat membutuhkan kawan dan pengakuan dari lingkungan

sosialnya. Ada kecendurungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri dan

senang bergabung dengan teman yang menyukai hal yang sama

dengan dirinya. Pada masa ini remaja mulai berusaha menemukan jati

dirinya.

c. Remaja akhir (late adolescent)

Terjadi pada rentang usia 16-19 tahun, pada tahap ini adalah masa

konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian

lima hal yaitu minat yang makin mantap terhadap fungsi intelektual,

egonya mencari kesempatan untuk bergabung dengan orang yang


memiliki pengalaman baru, terbentuk identitas diri yang sudah tetap,

egosentris diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri

sendiri dengan orang lain dan menumbuhkan pembatas yang

memisahkan pribadinya dan masyarakat umum.

2. Perubahan-Perubahan pada Remaja

a. Perkembangan fisik

Pertumbuhan fisik yang pesat pada masa remaja termasuk di

dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi sehingga tercapai

kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan

fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada masa pertumbuhan

tersebut ditandai dengan munculnya diantaranya (Widyasuti dalam

Pertiwi, 2016) :

1) Tanda-tanda seks primer

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa

pubertas. Tanda kematangan organ reproduksi pada wanita

ditandai dengan menstruasi (menarche). Menarche ini adalah

menstruasi pertama permulaan dari rangkaian pengeluaran darah,

lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus yang akan terjadi

secara berkala sampai masa menopause.

2) Tanda-tanda seks sekunder

Tanda –tanda seks sekunder pada wanita antara lain :

a) Rambut kemaluan pada wanita mulai tumbuh. Tumbuhnya

rambut kemaluan terjadi setelah pinggul dan payudara mulai

berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah tampak


setelah menstruasi. Semua rambut kecuali pada wajah mula-

mula tumbuh lurus dan terang kemudian akan menjadi lebih

kasar, lebih gelap dan agak keriting.

b) Pinggul mulai berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai

akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di

bawah kulit.

c) Payudara. Seiring membesarnya pinggul, maka payudara juga

membesar dan puting susu mulai menonjol.

d) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan

kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan

baunya menjadi lebih tajam.

e) Suara berubah menjadi berat pada laki-laki, dan merdu pada wanita.

You might also like