Tek 1

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

1

FISHING TECHNOLOGY STUDIES AT OCTOPUS BUBU NAGALAWAN


SEI SERDANG DISTRICT PERBAUNGAN BEDAGAI NORTH
SUMATRA PROVINCE

Hendri Safari 1), Pareng Rengi, S.Pi, M.Si 2), Ir. Arthur Brown, M.Si 2)
1)
Student Utilization of Water Resources, Faculty of Fisheries and Marine
Science, University of Riau, Pekanbaru, 28 293
2)
Utilization of Water Resources Lecturer, Faculty of Fisheries and Marine
Science, University of Riau, Pekanbaru, 28 293

ABSTRACT

The research was conducted in December 2012 that took place in the
village of Sei Serdang Nagalawan Perbaungan Bedagai District, North Sumatra.
The purpose of this study was to determine the factors associated with capture
technology environmental friendliness on octopus trap gear and feasibility of
octopus traps. In conducting this study used a survey method is to perform direct
observations in the field and doing interviews and discussions with fishermen trap
octopus. From the observation in accordance with the FAO (1995) indicates that
the octopus trap fishing gear can classified into a very friendly environment. Gear
octopus trap gear is gear using conch shells to catch octopus. The results of the
feasibility analysis calculations on octopus trap fishing gear and benefits
appropriate to proceed with a B / C> 1 that is equal to 1.8, the FRR (Financial
Rate of Return) is 1.4%. and PPC (Payback Period of Capital) is 7 months.

Keywords: Octopus Bubu, Technology, Feasibility, Sei Nagalawan


teknis,maupun ekonomi. Aspek
PENDAHULUAN biologi terkait dengan sumberdaya
Perikanan merupakan salah ikan termasuk factor lingkungan.
satu kegiatan manusia untuk Aspek teknis menyangkut peralatan
memanfaatkan sumberdaya hayati dan terknologi untuk memanfaatan
perairan bagi kepentingan hidupnya, sumberdaya ikan berupa alat
baik berupa sumber hayati hewan tangkap, armada penangkapan, alat
maupun tumbuh-tumbuhan dimana pendekteksi dan sarana penagkapan
usaha perikanan mencangkup lain sedangkan aspek ekonomis
penangkapan organisme di perairan menyangkut modal yang dikeluarkan
umum dan perairan laut serta dalam upaya pengembangan
budidaya yang merupakan usaha perikanan tersebut (Kurniawati,
turun temurun sejak berabad-abad 2005).
yang lalu tanpa banyak mengalami Bubu termasuk kedalam
perubahan teknologi. kelompok perangkap, perangkap
Agar pemanfaatan adalah salah satu alat tangkap
sumberdaya ikan dengan alat tangkap bersifat statis, umumnya berbentuk
memperoleh hasil yang kurungan berupa jebakan dimana
optimum,maka perlu diperhatikan ikan mudah masuk tanpa paksaan
beberapa aspek seperti aspek biologi, dan sulit untuk keluar atau lolos
2

karena dihalangi berbagai cara. Perumusan Masalah


Keefektifan perangkap tergantung Bubu gurita adalah jenis alat
dari pola migrasi ikan dan tingkah tangkap yang dioperasikan di dasar
laku renang ikan. salah satu alat perairan yang bersifat pasif oleh
tangkap yang tergolong perangkap nelayan untuk menangkap gurita di
adalah bubu. Sistem penangkapan perairan Selat Malaka. Alat ini
dengan alat tangkap bubu adalah popular dikalangan masyarakat
mempermudah ikan masuk tetapi nelayan tradisional di Desa Sei
mempersulit keluar atau lolos Nagalawan kemudian gurita yang
(Baskoro, 2006). tertangkap oleh alat tangkap bubu
Berdasarkan data statistik gurita umumnya dalam keadaan
Indonesia tahun 1995. Produksi segar. Namun demikian belum
perikanan laut Indonesia adalah adanya informasi yang spesifik
sebesar 3.8 juta ton dan sebanyak 3 mengenai teknologi penangkpan
% adalah moluska. Jenis moluska bubu gurita sehingga perlu juga
yang menjadi penangkapan ini untuk diketahui apakah alat tangkap
adalah antara lain dari kelas bubu gurita ini ramah lingkungan
Cephalopoda, yaitu Cumi-cumi kemudian layak untuk digunakan
(Sguids), Sotong (Cuttlefishes), dan sehingga memberikan keuntungan
Gurita (Octopuses). Jenis-jenis ekonomis pada nelayan.
Cephalopoda ini merupakan hewan
yang bertubuh lunak hampir seluruh Tujuan dan Manfaat
bagian tubuhnya dapat dimakan. Tujuan dilakukan penelitian
Sumberdaya perikanan Moluska ini: Untuk mengetahui faktor-faktor
hampir tersebar seluruh perairan teknologi penangkapan yang
Indonesia dengan jenis berkaitan dengan keramahan
beranekaragam sesuai karakteristik lingkungan pada alat tangkap bubu
perairan (Djamali, at. al. 1998). gurita dan untuk Mengetahui
Alat tangkap bubu gurita kelayakan alat tangkap bubu gurita.
merupakan alat tangkap yang Hasil Penelitian ini diharapkan dapat
berbentuk garis lurus yang memberikan manfaat berupa: Bahan
dilengkapi dengan pelampung, tali masukan bagi pihak Pemerintah
pelampung, pemberat, tali utama, setempat dan Dinas Perikanan Dan
tiang bendera, dan cangkang keong . Kelautan Serdang Bedagai sehingga
Pengoperasian alat tangkap bubu kedepannya dapat meminimalisir
gurita yang dilakukan oleh nelayan dampak negatif yang mungkin terjadi
di Desa Sei Nagalawan selama ini pada perikanan bubu gurita dan
belum ada informasi mengenai bahan informasi kepada nelayan di
aktifikatas penangkapannya Desa Sei Nagalawan tentang alat
berdasarkan atas kebiasaan hidup tangkap bubu gurita untuk
gurita yang menjadi target pengembangan usaha dan gambaran
penangkapan. Oleh sebab itu, perlu bagi pembaca untuk menambah
diketahui juga bagaimana kondisi wawasan, pedoman untuk melakukan
parameter perairan secara fisika dan penelitian berikutnya.
kimia pada perairan Sei Nagalawan.
dan alat tangkap bubu gurita yang
ramah lingkungan.
3

METODE PENELITIAN kuisioner pada nelayan bubu gurita.


Penelitian ini dilaksanakan Data yang dikumpulkan meliputi
pada bulan Desember 2012 yang Aspek Teknologi penangkapan yaitu
bertempat di Desa Sei Nagalawan Jumlah nelayan di Desa Sei
Kecamatan Perbaungan Kabupaten Nagalawan, Jumlah armada
Serdang Bedagai Provinsi Sumatera penangkapan bubu gurita, Unit alat
Utara. (Lampiran 1). Adapun bahan tangkap bubu gurita, Metode
dan alat yang digunakan dalam penangkapan, Instrumentasi
penelitian ini adalah Unit alat penangkapan.
tangkap bubu gurita dan kuisioner,
Stop watch dan botol kosong, Analisis Data
Refraktometer, Termometer, Analisis Kontruksi Secara
Kamera, Sechi disck Tali yang di Deskriptif
beri pemberat Alat-alat tulis, Jangka Analisis data secara
Sorong, Meteran gulung. Dalam deskriptif dilakukan langsung
melakukan penelitian ini digunakan dilapangan dengan mengamati
metode survei yaitu dengan langsung alat tangkap bubu gurita
melakukan pengamatan langsung yang menjadi obyek penelitian.
dilapangan serta melakukan Analisis Tingkat Keramahan
wawancara dan diskusi dengan Lingkungan Teknologi
nelayan bubu gurita sedangkan Penangkapan bubu gurita
kuisioner digunakan sebagai alat Analisis data teknologi yang
pengumpulan data yang pokok ramah lingkungan dilakukan dengan
mengenai usaha penangkapan bubu Berdasarkan ketentuan FAO tersebut
gurita. maka dilakukan analisis mengenai 9
Jenis dan Sumber Data kriteria:
terbagi atas 2 yaitu Data Primer 1. Alat tangkap harus memiliki
diperoleh langsung melalui selektivitas yang tinggi
pengamatan dan wawancara 2. Alat tangkap tidak merusak
langsung dengan nelayan dengan habitat dan tempat berkembang
menggunakan tabel kuisioner yang biak ikan
telah disiapkan. Data tersebut 3. Tidak membahayakan nelayan
meliputi data mengenai karakteristik 4. Menghasilkan ikan yang
responden, alat tangkap bubu gurita, bermutu baik
jumlah hasil tangkapan, ukuran 5. Produksi tidak membahayakan
armada penangkapan dan data kesehatan konsumen
rentabilitas usaha sedangkan 6. Hasil tangkapan yang terbuang
Data sekunder dikumpulkan dari minimum
kantor Desa atau instansi yang 7. Alat tangkap harus memberikan
terkait diantaranya data mengenai dampak minimum terhadap
letak geografis dan data demografi, biodiversity
sosial, ekonomi nelayan, dan data 8. Tidak menangkap jenis ikan
pendukung lainnya. yang dilindungi undang-undang
Untuk melihat seberapa atau terancam punah
besar kelayakan usaha penangkapan 9. Dapat diterima secara sosial
tersebut bisa mendapatkan Cara pembobotan dari 4 sub
keuntungan maka dilakukan kriteria adalah dengan membuat
wawancara langsung dan pengisian sekor nilai seperti berikut:
4

Hasil
Skor 1 untuk sub kriteria D Keadaan umum daerah penelitian
Skor 2 untuk sub kriteria C Desa Sei Nagalawan
Skor 3 untuk sub kriteria B Kecamatan Perbangungan Kabupaten
Skor 4 untuk sub kriteria A Serdang Berdagai Provinsi
Di sini nilai maksimalnya Sumatera Utara terletak pada posisi
adalah 36 poin, sedangkan kategori geografis 03033’40”LU -
alat tangkap ramah lingkungan akan 03 35’53”LU dan 9905’30’’BT -
0

di bagi menjadi 4 kategori dengan 99 02’42’’BT, dengan luas wilayah


rentang nilai sebagai berikut : 558 Ha. dan mempunyai bata-batas
1–9 = sangat tidak ramah sebagai berikut : Sebelah Utara
lingkungan berbatasan dengan Selat Malaka,
10 -18 = tidak ramah lingkungan Sebelah Selatan berbatasan dengan
19 – 27= ramah lingkungan Lubuk Bayas, Sebelah Barat
28 – 36 = sangat ramah lingkungan berbatasan dengan Desa Naga Kisar,
dan Sebelah Timur berbatasan
Analisis Kelayakan Usaha dengan Desa Pematang Pasir (Kantor
Benefit Cost of Ratio Camat Serdang Bedagai, 2008).’ Di
BCR = GI / TC Desa Sei Nagalawan dengan Ibu kota
GI = Gros Income (pendapatan Kecamatan menempuh jarak ada ± 9
kotor) km sedangkan dengan Ibu Kota
TC = Total Cost (biaya total) Kabupaten ± 19 km.
Apabila benefit cost of ratio
lebih besar dari 1 maka usaha dapat
dilajutkan atau usaha tersebut Penamaan Alat Tangkap Bubu
menguntungkan. Gurita
Financial Rate of Return Alat tangkap bubu gurita ini
FRR = NI / I X 100% pertama sekali dibuat oleh Pak Saini
NI = Net Income (pendapatan sekitar 7 tahun yang lalu tepatnya
bersih) pada tahun 2005. Pada awalnya alat
I = Investasi tangkap bub gurita disebut rawai
Dimana pendapatan bersih sotong kereta pada saat itu alat
(Net Income) yaitu selisih antara tangkap ini menggunakan kaleng
pendapatan kotor (hasil penjualan) susu yang disusun berjejer seperti
dengan biaya total yang dikeluarkan. kereta api dengan tujuan menangkap
NI = GI – TC gurita sebagai umpan menangkap
NI = Net Income (pendapatan ikan pari, ikan duri, dan ikan
bersih) sembilang kemudian alat tangkap ini
GI = Gross Income (pendapatan berganti nama menjadi rawai keong
kotor) setelah kaleng susu yang digunakan
TC = Total Cost (biaya total) diganti dengan cangkang keong laut
Payback Period of Capital yang sudah kosong karena kaleng
PPC = I / NI X 1 tahun susu yang digunakan tidak efisien
PPC = Payback Period of Capital hanya bertahan 2 bulan. Setelah
I = Investasi beberapa tahun kemudian cangkang
NI = Net Income (pendapatan keong laut ini sudah sulit didapat
bersih) oleh nelayan di Desa Sei nagalawan
di laut dan Pak Saini membeli
5

cangkang keong pada toke cm diikat pada tiang yang terbuat


pengumpul cangkang keong dengan dari bambu yang berjumlah 2 buah
harga Rp. 3000/ keong. Gurita panjangnya sekitar 7 meter pada
tertarik masuk kedalam cangkang tiap-tiap tiang bambu diberikan 2
keong dikarenakan cangkang keong buah pelampung dan bendera
tersebut dianggap gurita rumah sedangkan pemberat terbuat dari
untuk persembunyian/berlindung batu koral beratnya ± 5 kg dan Tali
menghindari dari musuh. pelampung yang digunakan terbuat
dari Polyethylene (PE) menggunakan
Alat Tangkap Bubu Gurita pintalan kiri (Z) memiliki panjang 5
Bubu gurita adalah alat m. Tali pemberat pada alat tangkap
tangkap yang berbentuk garis lurus bubu gurita langsung menyatu pada
yang dilengkapi dengan pelampung tiang pelampung. Tali utama (Main
(Float) , tali pelampung (Float line) , line) yang digunakan alat tangkap
pemberat (Sinker), tali utama (Main bubu gurita terbuat dari Polyethylene
line) , tiang bendera, dan cangkang (PE) menggunakan pintalan kiri (Z),
keong. Alat tangkap rawai gurita memiliki panjang 910 m dengan
dapat di lihat pada (Gambar 1). diameter 3 mm.
Alat tangkap bubu gurita tidak
menggunakan mata pancing tetapi
menggunakan cangkang keong laut
memiliki dua jenis yaitu keong
pepaya (Nilo aethiopicus) dan keong
punangan (Volutacorona nobilis)
yang sudah kosong. Jarak antara
pemberat dan cangkang keong
pertama sekitar 15 meter kemudian
jarak antara cangkang keong satu ke
cangkang keong berikutnya 3 meter
Gambar 1: Alat tangkap Bubu gurita dan jumlah cangkang keong yang
Pelampung pada alat tangkap digunakan 300 cangkang keong tiap
gurita terbuat Polyvynil chloridae satu unit alat tangkap.
(PVC) berjumlah 4 buah dengan
panjang 35 cm dengan diameter 10
Tabel 1. Spesifikasi alat tangkap rawai gurita:
Komponen Bubu
No Gurita Panjang (m) Diameter (mm) Pintalan Bahan Jumlah
1 Tiang bendera 7 - - Bambu 2
2 Pelampung 0.35 100 - PVC 4
3 Tali pelampung 5 2 Z PE 2
4 Tali utama 910 3 Z PE 1
5 Pemberat - - - Batu Coral 2
6 Cangkang Keong 80-100 0.12-0.15 - Coral 300
Sumber : Data Primer (2012)
6

Armada yang digunakan Daerah penangkapan bubu


nelayan dalam mengoperasikan gurita biasanya dioperasikan pada
rawai gurita mempunyai kontruksi dasar perairan yang berpasir dan
sederhana yang terbuat dari kayu berlumpur atau keduanya, berarus
ukuran armada penangkapan adalah kecil dengan kedalaman 5-40 m.
panjang 4 meter, lebar 1 meter dan Daerah yang sering menggunakan
tinggi perahu 80 cm dengan kekuatan alat tangkap ini yaitu Kendari,
mesin 5 Hp, jenis mesin Honda dan Sumatra bagian selatan dan Jawa
bahan bakar bensin menggunakan 2 bagian utara dan selatan
buah dayung. Perbekalan yang (Martasuganda S, 2003).
dibawa oleh nelayan untuk melaut Daerah penangkapan alat
yaitu air tawar, rokok, dan makanan tangkap bubu gurita diperairan Selat
untuk menjaga mutu hasil tangkapan Malaka berjarak 1-4 mil dari pantai,
nelayan tidak menggunakan es. waktu tempuh menuju lokasi
Waktu proses penangkapan alat penangkapan bubu gurita selama ± 1
tangkap rawai gurita melibatkan 1 jam. Kedalaman perairan
orang nelayan. Jenis armada pengoperasian alat tangkap 4-5
penangkapan yang digunakan meter pada saat pasang tinggi 2-15
nelayan Desa Sei Nagalawan dapat meter dengan kondisi dasar perairan
dilihat pada (Gambar 2). yang berkarang dan berpasir. Daerah
penangkapan mempunyai tingkat
kecerahan 65-70 cm dan kecepatan
arus berkisar antara 20-21 cm/det.
Daerah penangkapan bubu gurita
dapat dilihat pada (Gambar 3).

Gambar 3 : Daerah penangkapan


bubu gurita

Alat tangkap bubu gurita


terdiri dari beberapa tali-temali
yang saling terhubung sebagai
Gambar 2: Perahu dan Mesin tempat mengikatkan cangkang keong
yang digunakan Nelayan di Desa Sei yang dioperasikan di dasar perairan
Nagalawan searah dengan arus. Dalam
pengoperasian alat tangkap bubu
gurita diperlukan 1 orang nelayan
untuk mengoperasikannya 3-4 kali
7

setting dalam satu kali operasi. Samudera sebagai habitat utama.


Waktu pengoperasian alat tangkap Gurita terdiri dari 289 spesies yang
bubu gurita berdasarkan pada musim mencakup sepertiga dari total spesies
gurita yaitu waktu pasang mati atau kelas Cephalopoda. Gurita dalam
bulan Oktober - April dan bulan Mei bahasa Inggris disebut Octopus
- Juni dimulai dari pukul 05.30 pagi (Yunani: κτάπους, delapan kaki)
– 2.00 siang. pada saat itu pasang yang sering hanya mengacu pada
tidak terlalu tinggi, perairan tenang hewan dari genus Octopus. Gurita
serta tidak keruh dan mempermudah yang tertangkap pada alat tangkap
pada waktu setting maupun hauling. bubu gurita mempunyai ukuran
panjang tubuh berkisar antara 19 - 65
cm dan beratnya berkisar antara 50-
Hasil Tangkapan 300 gram. gurita diukur dari ujung
Pada pengoperasian alat lengan yang terpanjang sampai
tangkap bubu gurita yang menjadi bagian ujung belakang (Posterior)
target utama penangkapan adalah dari tubuh.
gurita (Octopus cyanea). Hasil Bagian tubuh gurita dapat
tangkapan gurita yang diperoleh dibagi menjadi lima bagian yaitu
mencapai 3-15 kg yang dijual badan, mata, selaput renang, kantong
kepada kelompok nelayan dalam penghisap dan lengan. Bentuk tubuh
bentuk segar dengan harga Rp. dari gurita agak bulat atau bulat
14.000/kg. Hasil tangkapan nelayan pendek, tidak mempunyai sirip, pada
dapat dilihat pada (gambar 4). tubuh bulat terdapat tonjolan-
tonjolan seperti Kutil. Dapat dilihat
pada (gambar 5).

Gambar 4 : Hasil tangkapan Gambar 5 : Gurita ( Octopus cyanea)


alat tangkap bubu gurita
Pemasaran Hasil Tangkapan
Rantai pemasaran ikan yang
Morfologi Gurita (Octopus cyanea). terdapat di Desa Sei Nagalawan
Gurita adalah hewan secara ringkas ditampilkan pada
Moluska dari kelas Cephalopoda (Gambar 6).
(kaki hewan terletak di kepala), ordo
Octopoda dengan terumbu karang di
8

pedagang pengecer selanjutnya


Nelayan/Produksi kekonsumen dan ada juga kelompok
nelayan menjual langsung
kekonsumen apabila konsumen
Kelompok Nelayan datang ketempat kelompok nelayan
untuk membeli ikan atau pun gurita.
Dapat dilihat pada (gambar 7).
Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer

Pembeli/Konsumen

Gambar 6. Skema Rantai Pemasaran


Hasil Tangkapan di
Desa Sei Nagalawan

Dari skema rantai pemasaran


pada gambar 9 dapat dilihat bahwa
Gambar 7 : Tempat menjual hasil
sistem Pemasaran gurita dalam tangkapan
bentuk segar. Gurita langsung dijual
kekelompok nelayan kemudian
Kepada pedagang pengumpul dan

Pengamatan Alat Tangkap Ramah Lingkungan


Tabel 2. Hasil pengamatan alat tangkap ramah lingkungan.
No Kriteria alat tangkap ramah lingkungan menurut 1 2 3 4
FAO (1995)
1. Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi. V
2. Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, V
tempat tinggal dan berkembang biak ikan dan
organisme lainnya.
3. Tidak membahayakan nelayan (penangkap gurita). V
4. Menghasilkan gurita yang bermutu baik. V
5. Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen. V
6. Hasil tangkapan yang terbuang minimum. V
7. Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak V
minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati
(biodiversity).

8. Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau V


terancam punah.
9. Diterima secara sosial. V
Total 29
9

Dari hasil pembobotan ditetapkan oleh FAO (1995) maka


penilaian oleh peneliti pada tabel 15 alat tangkap bubu gurita memenuhi
diatas didapat jumlah poin sebesar 9 kriteria alat tangkap yang
29. Dari perhitungan yang dilakukan berwawasan lingkungan dengan
tentang teknologi penangkapan kategori sangat ramah lingkungan.
ramah lingkungan yang telah

Rentabilitas Usaha
Table 3. Biaya Investasi Usaha Alat Tangkap bubu gurita.
No Biaya Investasi Harga (Rp)
1. Pembelian perahu Rp. 2.500.000
Alat tangkap bubu gurita Rp. 1.500.000
Mesin (5 Hp) Rp. 1.200.000
Total Investasi Rp. 5.200.000
Sumber : Data Primer, (2012)

Tabel 4. Rincian Biaya Penyusutan


No Biaya Tetap/penyusutan Nilai (Rp) Masa Biaya/Tahun
Ekonomis
1 Alat tangkap bubu gurita Rp. 1.500.000 5 Tahun Rp. 300.000
2 Perahu Rp. 2.500.000 5 Tahun Rp. 500.000
3 Mesin Rp. 1.200.000 5 Tahun Rp. 240.000
Biaya penyusutan Rp. 1.040.000
Sumber : Data Primer, (2012)

Tabel 5. Rincian Biaya Tetap


No Biaya Tetap /perawatan Perbaikan Biaya/Tahun
1 Perahu Perbaikan perahu (2 1.500.000
x setahun)
2 Alat tangkap Perbaikan tiang 300.000
bendera, tali, dll
3 Mesin Service mesin 1.800.000
berkala Rp. 200.000
/bulan
Biaya perawatan 3.600.000
Biaya tetap (biaya penyusutan + biaya perawatan) 4.640.000
Sumber : Data Primer, (2012)

Table 6. Biaya TidakTetap


No BiayaTidakTetap/operasional Kebutuhan /trip Satuan Harga biaya/ tahun
1 Bahan bakar bensin 2 ltr x 108 trip Rp. 5.000/ltr Rp. 1.080.000
2 Pelumas (oli) 2 ltr/bulan Rp. 30.000/ltr Rp. 540.000
3 Beli Bambu 1 batang/bulan Rp. 5.000 Rp. 45.000
4 Konsumsi 25.000/hari - Rp. 2.700.000
Total biaya tidak tetap Rp. 4.365.000
Sumber : Data Primer, (2012)
10

Maka Total Biaya adalah hasil wawancara dengan pemilik


sebagai berikut : usaha terdapat 3 musim penangkapan
TC = FC + VC yakni musim puncak gurita, musim
= Rp. 4.640.000 + sedang dan paceklik. Pada bulan
Rp. 4.365.000 Oktober - April merupakan musim
= Rp. puncak gurita dimana hasil
9.005.000/tahun tangkapan meningkat bisa mencapai
Maka didapat total biaya ( TC 15 kg/trip dengan harga satu
) yang di keluarkan dalam satu tahun kilogramnya Rp.14.000, pada bulan
adalah Rp. 9.005.000/tahun. Mei-Juni musim sedang hasil
tangkapan mencapai 10 kg/trip
Pendapatan Kotor ( Gross Income) dengan harga satu kilogramnya Rp
Setiap nelayan bubu gurita 14.000/kg sedangkan pada bulan Juli
mempunyai 2 unit alat tangkap yang - September paceklik dimana nelayan
berbeda yaitu jaring (Gill net) dan tidak melakukan penangkapan gurita
bubu gurita dimana setiap alat karena pasang tinggi.
tangkap tersebut dioperasikan setiap
bulan berdasarkan musim pada target
yang akan ditangkap. Berdasarkan

Tabel 7. Penerimaan hasil tangkapan usaha alat tangkap bubu gurita


penangkapan dalam 1 tahun.
Musim Jumlah Hasil Harga
No Penangkapan Bulan Tangkapan (Kg) (Kg) Jumlah (Rp)
1 Puncak Gurita Oktober 125 Kg Rp. 14.000 Rp. 1.750.000
November 137 Kg Rp. 14.000 Rp. 1.191.800
Desember 116 Kg Rp. 14.000 Rp. 1.624.000
Januari 152 Kg Rp. 14.000 Rp. 2.128.000
Februari 173 Kg Rp. 14.000 Rp. 2.422.000
Maret 167 Kg Rp. 14.000 Rp. 2.338.000
April 158 Kg Rp. 14.000 Rp. 2.212.000
Jumlah Pendapatan Musim Puncak = 1.028 Kg Rp. 14.392.000

2 Sedang Mei 86 Kg Rp. 14.000 Rp. 1.204.000


Juni 57 Kg Rp. 14.000 Rp. 798.000
Jumlah Pendapatan Musim Sedang = 143 Kg Rp. 2.002.000

3 Paceklik Juli - - -
Agustus - - -
September - - -
Jumlah Pendapatan Musim Paceklik -
Jumlah Total Pendapatan Rp. 16.394.000
Sumber data : Hasil wawancara dengan pemilik usaha (Data Primer 2012)
11

Pendapatan Bersih (Net income) Penamaan bubu gurita


NI = GI – TC dirasakan lebih tepat karena alat
= Rp 16.394.000 – Rp. tangkap ini menggunakan cangkang
9.005.000 keong sebagai perangkap untuk
= Rp. 7.389.000 /tahun menangkap gurita hal ini sesuai
Analisis Finansial dengan pendapat Martasuganda (
a. Benefit cost of ratio (BCR) 2003), Bubu gurita adalah alat
BCR= GI / TC tangkap yang khusus digunakan
= Rp. 16.394.000/ Rp. untuk menangkap gurita. Biasanya
9.005.000 bubu gurita ini dibuat dari bahan
= 1.8 bekas yang dapat dimanfaatkan
b. Finensial Rate of Return (FRR) kembali seperti ban bekas, memiliki
FRR = NI / I x 100% bentuk menyerupai pot dan
= Rp. 7.389.000 / Rp. ditempatkan pada dasar perairan.
5.200.000 x 100% Bubu gurita ini termasuk klasifikasi
= 1.4 % alat tangkap perangkap. Sadhori
c. Payback Period of Cafital (PPC) (1985), menambahkan bahwa
Payback Period of penamaan alat tangkap bisa
Capital (PPC) merupakan berdasarkan letak pemasangannya di
perbandingan antara investasi yang perairan atau berdasarkan jenis-jenis
ditanamkan dengan pendapatan ikan yang banyak tertangkap.
bersih (net income) yang diterima. Kegiatan penangkapan menggunakan
Tujuan PPC yaitu untuk mengetahui suatu alat tangkap sangat berkaitan
jangka waktu yang diperlukan untuk dengan hal-hal yang berhubungan
pengembalian modal. dengan sifat ikan yang menjadi
PPC = I / NI tujuan penangkapan. Pemilihan dan
= Rp. 5.200.000/Rp. 7.389.000 penggunaan alat tangkap harus sesuai
= 7 Bulan dengan jenis ikan dan kondisi ikan,
kondisi perairan dimana alat tangkap
Pembahasan digunakan dan musim atau waktu
Metode Penangkapan dan penggunaan alat tangkap (Kanagawa
Penamaan Alat Tangkap International Fisheries Training
Alat tangkap bubu gurita Center, 1978).
terdiri dari beberapa cangkang keong
yang dirangkai menjadi satu yang Aspek Teknologi Ramah
mengunakan tali utama (Main line) Lingkungan
untuk menarik perhatian gurita Alat tangkap bubu gurita ini
bersembunyi/berlindung didalam tergolong pada alat tangkap yang
cangkang keong. Gurita dan kerabat- pasif hanya menunggu target masuk
kerabatnya merupakan hewan yang kedalam cangkang keong dan tidak
sangat berhati-hati dalam beradaptasi menyebabkan kerusakan pada
terhadap iklim suatu lingkungan lingkungan perairan. Di tinjau dari 9
baru. Hewan ini menyukai tempat kriteria yang telah ditetapkan oleh
yang remang, sangat sensitif, FAO (1995). Kemudian peneliti
pemalu, penakut, dan mudah memilih kriteria dari 9 kriteria yang
mengalami stres, sehingga terdiri dari beberapa sub kriteria
memerlukan tempat bersembunyi yang sesuai dengan keadaan alat
(Haywood and Wells, 1989). tangkap bubu gurita diantaranya :
12

Kriteria Pertama, alat tangkap cukup dekat tidak membutuhkan


bubu gurita menangkap satu spesies waktu yang lama.
saja dengan ukuran yang kurang Kriteria kelima, Produk
lebih sama. Pada saat melakukan tidak akan membahayakan
penangkapan alat tangkap bubu konsumen apabila dikonsumsi oleh
gurita mempunyai target masyarakat setempat karena daerah
penangkapan yaitu gurita dengan pengoperasian bubu gurita ini di
ukuran yang hampir sama karena perairan Selat Malaka sekitar 1-4
alat tangkap ini sudah dirancang oleh mill dari pinggir pantai dan pada
nelayan di Desa Sei Nagalawan saat tertangkap gurita tersebut
untuk menangkap gurita selain dari langsung dijual dalam bentuk segar
gurita seperti hewan lain tidak akan dan tidak diolah menggunakan
tertangkap oleh alat tangkap rawai bahan pengawet yang biasa
gurita. digunakan oleh nelayan penangkap
Kriteria kedua, menyebabkan ikan.
kerusakan habitat pada wilayah Kriteria keenam, pada saat
sempit karena pada saat pengoperasian alat tangkap bubu
pengoperasian alat tangkap bubu gurita hasil tangkapan sampingan
gurita setiap nelayan menggunakan tidak ada karena alat tangkap ini
300 cangkang keong yang akan terdiri dari beberapa tali temali dan
dioperasikan di dasar perairan hal ini menggunakan cangkang keong
akan menyebabkan kerusakan habitat sebagai perangkap untuk
organisme yang hidup didasar menangkap gurita tidak seperti alat
perairan tetapi tidak berdampak pada tangkap yang menggunakan jaring
habitat organisme wilayah yang luas. kemudian alat tangkap bubu gurita
Kriteria ketiga, Alat tangkap sudah dimodifikasi untuk
bubu gurita tidak membahayakan menangkap gurita.
bagi nelayan di Desa Sei Nagalwan Kriteria ketujuh, Alat
karena pada waktu pengoperaian tangkap bubu gurita dioperasikan di
alat tangkap bubu gurita tidak dasar perairan hal ini bisa
menggunakan benda yang bisa menyebabkan kematian beberapa
membuat nelayan terluka baik pada organisme yang hidup dan
waktu setting maupun hauling mengganggu keberlangsungan
karena alat tangkap ini bahannya hidup organisme tersebut kemudian
terbuat dari beberapa tali-temali dan pada saat hauling tali yang
cangkang keong tidak seperti alat menghubungkan pada cangkang
tangkap rawai secara umumnya. keong sedikit digoyang-goyang dan
Kriteria keempat, cangkang keong lain ikut bergerak
Penanganan hasil tangkapan pada menyebabkan gesekan pada dasar
alat tangkap bubu gurita tidak perairan.
menggunakan es/garam apabila Kriteria kedelapan, alat
gurita sudah tetangkap kemudian tangkap bubu gurita sudah
dikeluarkan dari cangkang keong dimodifikasi untuk menangkap
dimasukan kedalam tong/ember gurita jadi spesies lain seperti
yang sudah disediakan oleh nelayan hewan-hewan lain yang dilindungi
diisi dengan air laut dan jarak dari tidak akan tertangkap pada alat
tempat daerah penangkapan dengan tangkap bubu gurita yang
tempat menjual hasil tangkapan dioperasikan oleh nelayan setempat
13

kemudian pada saat ini keong yang dihasilkan oleh investasi kekayaan
digunakan sudah mati tetapi total. Agar investasi tersebut dapat
beberapa tahun kedepan ada ke dipertanggung jawabkan maka laba
kewatiran bahwa apabila alat yang diperoleh harus lebih tinggi dari
tangkap bubu gurita ini sudah suku bunga yang harus dibayar atau
berkembang dan banyak digunakan diperhitungkan. (Nuraini dan Hidayat
oleh nelayan maka keong yang , dalam Puti Muliana 2011).
masih hidup akan diekspolatasi Sukirno (2006), pendapatan
oleh nelayan untuk dijadikan alat adalah jumlah penghasilan yang
tangkap hal ini akan menyebabkan diterima oleh penduduk atas prestasi
beberapa spesies keong akan punah. kerjanya selama satu periode
Kriteria kesembilan, alat tangkap tertentu, baik harian, mingguan,
bubu gurita memenuhi 4 butir dari bulanan, ataupun tahunan. Kelayakan
semua persyaratan: usaha perikanan bubu gurita di Desa
1. Biaya investasinya murah Sei Nagalawan diukur dari beberapa
2. Menguntungkan secara ekonomis indikator yaitu: Benefit Cost of Ratio
3. Tidak bertentangan dengan budaya (BCR), Financial Rate of Return
adat (FRR), dan Payback Period of
4. Tidak bertentangan dengan Cafital (PPC). Dari hasil perhitungan
peraturan yang ada (PERDA dan yang telah dilakukan bahwa usaha
aturan adat) berarti dari 4 butir penangkapan bubu gurita yang
diatas bahwa alat tangkap bubu terdapat di Desa Sei Nagalwan layak
gurita memenuhi semua syarat untuk dilanjutkan ini terlihat dari
karena sampai saat ini alat tangkap nilai B/C > 1. Alat tangkap bubu
bubu gurita masih dioperasikan gurita yang digunakan di Desa Sei
oleh nelayan setempat pada saat Nagalawan bukan alat tangkap utama
musim gurita. melainkan alat tangkap sampingan
setelah alat tangkap Gill net secara
Rentabilitas Usaha ekonomi alat tangkap bubu gurita
Soekartawi (2002), memberikan keuntungan bagi
pendapatan nelayan adalah selisih nelayan jika dilihat dilapangan dan
antara penerimaan dan semua biaya pendapatan yang diperoleh nelayan
(total cost). Penerimaan nelayan setiap harinya hanya memenuhi
perkalian antara produksi yang kebutuhan sehari-hari akan tetapi
diperoleh dengan harga jual. Biaya karena usaha penangkapan bubu
nelayan biasanya diklasifikasikan gurita ini tidak membutuhkan biaya
menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed yang terlalu besar untuk
cost) dan biaya tidak tetap (variable menjalankannya sebesar Rp.
cost). Biaya tetap (fixed cost) adalah 5.200.000. Biaya produksi selama 1
biaya yang relatif tetap jumlahnya tahun untuk biaya tetap dan biaya
dan terus dikeluarkan walaupun tidak tetap sebesar Rp.
produksi yang diperoleh banyak atau 9.005.000/tahun Sedangkan
sedikit. biaya tidak tetap (variable pendapatan kotor yang diperoleh
cost) adalah biaya yang besar selama 1 tahun Rp 16.394.000/tahun
kecilnya dipengaruhi oleh produksi dan pendapatan bersih Rp
yang diperoleh. 7.389.000/tahun.
Rentabilitas menunjukkan
besarnya bunga yang dapat KESIMPULAN DAN SARAN
14

KESIMPULAN kelayakan usaha perikanan bubu


Alat tangkap bubu gurita gurita di Desa Sei Nagalawan :
terdiri dari beberapa komponen 1. Benefit Cost Ratio (BCR)
yaitu pelampung, (Float), tali didapatkan sebesar 1.8 berarti
pelampung (Float Line), tiang B/C > 1, maka usaha ini layak
bendera, utama (Main line), untuk dilanjutkan.
pemberat (Sinker) dan cangkang 2. Financial Rate of Return (FRR) di
keong. Alat tangkap bubu gurita peroleh dari perhitungan sebesar
dioperasikan menggunakan umpan 1.4 %, maka sebaiknya usaha
terbuat dari cangkang keong tempat tersebut diinvestasikan ke bank.
persembunyian gurita sehingga 3. Payback Period of Capital
gurita tertangkap. Armada yang (PPC)yang didapatkan sebesar
digunakan nelayan di Desa Sei 0.7 berarti nelayan membutuhkan
Nagalawan yaitu perahu mesin dan waktu sekitar 7 bulan untuk
dayung. Pengoperasian alat tangkap mengembalikan modal
bubu gurita diperairan Selat Malaka investasinya.
dengan dasar perairan berpasir dan
berkarang berjarak 1-4 mil dari SARAN
pantai dari pukul 05.30 pagi – 2.00 Untuk mendukung teknologi
siang. Musim gurita dari Bulan penangkapan bubu gurita yang
Oktober-April (musim puncak ramah lingkungan dan
gurita), Bulan Mei-Juni (musim keberlanjutan maka perlu dilakukan
sedang) dan Bulan Juli-September beberapa upaya sebagai berikut:
(musim Paceklik) pada waktu Perlu adanya dilakukan penelitian
Setting biasanya 3-4 kali dalam lanjutan tentang alat tangkap bubu
satu trip membutuhkan waktu gurita mengingat rawai gurita masih
sekitar 15-20 menit sedangkan tergolong alat tangkap baru, Perlu
hauling membutuhkan waktu sekitar adanya alternatif pengganti cangkang
2-3 jam. Hasil tangkapan gurita yang keong yang efektif dan efisien karena
diperoleh mencapai 15 kg pada waktu yang dibutuhkan untuk
musim puncak gurita sedangkan mengumpulkan cangkang keong
pada musim sedang mencapai 10 kg cukup lama untuk membuat suatu
gurita tersebut dijual kepada alat tangkap, berdasarkan
kelompok nelayan dalam bentuk perhitungan kelayakan usaha,
segar. Dari hasil pembobotan nelayan mempunyai kesempatan atau
penilaian oleh peneliti pada (Tabel 2) peluang untuk mengembangkan
berjumlah 30 poin maka alat usaha yang lebih besar. Maka
tangkap bubu gurita memenuhi 9 diharapkan kepada pemerintah
kriteria FAO (1995) yang setempat lebih memperhatikan lagi
berwawasan lingkungan dengan keadaan nelayan bubu gurita supaya
kategori sangat ramah lingkungan. usaha penangkapan bubu gurita tetap
Usaha penangkapan rawai gurita berlanjut.
berdasarkan perhitungan dari
kelayakan usahanya tidak dapat UCAPAN TERIMAKASIH
memberikan keuntungan yang besar Penulis mengucapkan terima kasih
kepada nelayan untuk memenuhi kepada Pareng Rengi, S.Pi, M.Si dan
kebutuhan hidup nelayan sehari-hari. Ir. Arthur Brown, M.Si selaku
Berikut ini hasil perhitungan pembimbing yang telah memberikan
15

saran dalam menyelesaikan


penelitian ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Irwan Syahril dan Bang
Sofyan yang telah membantu peneliti
selama berada di lokasi peneliti serta
semua pihak yang sudah banyak
membantu dalam pembuatan jurnal
ini. Semoga bisa bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perikanan dan Kelautan
Serdang Bedagai. 2008. 28 hal
FAO. 1995. Code of Conduct for
Responsible Fisheries. FAO
Fisheries Department. 24p. (online)
(http://fao/fisheries/code. diakses
januari 2012. Jam 10.34 Wib).
Nuraini, I dan Hidayat, H. dalam Puti
Muliana. 2001. Manajemen Usaha
Tani. Penerbit Universitas Terbuka.
Jakarta.
Sadhori, N. 1985. Teknik
Penangkapan Ikan. Bandung:
Penerbit Angkasa. Anggota IKAPI.
182 hal.
_________. 1984. Bahan Alat
Penangkapan Ikan. Penerbit
Yasaguna Jakarta. 80 hal.
_________. 1985. http://makaira-
indica.blogspot.com/2011/11/iii-
perawai-dan-tuna-longline.html
diakses 29 Maret 2013. Jam 16,24
Soeseno, S, 1977. Teknologi
Penangkapan Ikan dan Pengolahan
Ikan. Yayasan Kanisius. Jakarta. 190
hal.
Von Brandt A. 1984. Fishing
Catching Methods of The World.
Farnham-Surrey-
England FAO Fishing News
Books, Ltd.

You might also like