Professional Documents
Culture Documents
Profil TCC Buli Rsud DR Soetomo Surabaya 2008-2012
Profil TCC Buli Rsud DR Soetomo Surabaya 2008-2012
Oleh :
M. Asro Abdih Y.
Pembimbing :
Dr. dr. Wahjoe Djatisoesanto, Sp.U
Prof. DR. dr. Sunaryo Hardjowijoto, Sp.B., Sp.U (K)
18
PROFILE OF BLADDER UROTHELIAL CELL CANCER
IN SOETOMO GENERAL HOSPITAL SURABAYA 2008-2012
M. Asro Abdih Y, Wahjoe Djatisoesanto, Sunaryo Hardjowijoto
Abstract
Objectives. To describe the characteristic of bladder transitional cell cancer that
has been managed in Urology Departement Soetomo General Hospital Surabaya.
Methods. We retrospectively reviewed the medical records of the patients with
bladder urothelial transitional cell cancer who admitted in our Department
between January 2008 and December 2012. We collected data regarding
demographic characteristics, clinical presentation and staging when diagnosed,
grading and staging based on pathological examinations results, and also the
management of the cancer.
Results. During 5 years between January 2008 until December 2012, a total of
126 cases of bladder transitional cell cancer has been managed in our
Departement. They consisted of 102 men and 24 women with men and women
ratio was 4,2 : 1. All men patients were heavy cigarette smoker (more than 2
packs per day). The mean age for the disease was 57,8 years with peak of incident
was found in 50-59 years old age. Gross, painless and intermittent hematuria was
the most common of clinical presentation (112 patients, 88 %). The clinical
staging of the patients when diagnosed was 7 patients (5,6 %) in T1 as a non-
muscle invasive bladder transitional cell cancer. The muscle-invasive bladder
transitional cell cancer were found in 94,4 %; consisted of T2 in 37 patients (29,4
%), T3 in 35 patients (27,7 %), and T4 in 43 patients (34,1 %). The pathological
grading as an high-grade were 74 patients (59 %). All of the patients had been
underwent TURBT for diagnosis and staging, followed by definitive treatment.
The definitive treatment consisted of TURBT and chemotherapy bladder
instillation in 8 patients (6,4 %), radical cystectomy in 13 patients (10,3 %),
EBRT in 5 patients (4 %), systemic chemotherapy with MVAC regimens in 24
patients (19 %), EBRT and chemotherapy with MVAC regimens in 3 patients (2,3
%). There are 73 patients (58 %) who just underwent TURBT alone as an
palliative treatment.
Conclusion. Based on this study, we can conclude that the characteristics and
managements of bladder cancer in Urology Departement Soetomo General
Hospital Surabaya were variable, some characteristic were the same and others
were different from journals, literatures, or referal center in the world. They were
many modifications based on some reasons and real condition at the hospital. The
incident in men was four-fold then women with all men were cigarette smokers.
The most frequent in management was TURBT and chemotherapy with MVAC
regimens.
19
BAB I
PENDAHULUAN
adalah 10,1 sementara pada wanita insidennya adalah 2,51. Berdasarkan data
Globocan 2008, angka kejadian CaB di Indonesia pada pria dan wanita per
Risiko CaB meningkat dua kali lipat bagi yang memiliki saudara
penderita CaB. Faktor risiko CaB berupa merokok, paparan karsinogen, faktor
nutrisi, polusi lingkungan, status sosial ekonomi, ras, gender; dan kondisi medis
risiko utama terjadinya CaB. Insiden CaB empat kali lebih rendah pada wanita,
metastase (TNM)5. Untuk kepentingan terapi, CaB dapat pula dibedakan sebagai
(poorly differentiated)6.
Gejala klasik CaB adalah hematuria yang bersifat gross, painless (tidak
nyeri), dan intermitten (hilang timbul). Trias hematuria tersebut dijumpai pada 80
20
% penderita CaB7. Sekitar 10 % keluhan penderita disebabkan oleh proses
urine sangat bervariasi berkisar 28-100 %, cukup sensitif untuk tumor yang high-
grade dan Carsinoma in situ (CIS) dan seringkali memberikan hasil negatif pada
tumor yang low-grade7,10,11,12. Bladder Tumor Antigen (BTA) stat, Nuclear Matrix
CaB yang telah dikaji dan diteliti10. Sensitivitas dan spesifisitas kelima marker
untuk CaB tersebut masih terlalu rendah bila dibandingkan dengan sistoskopi
standard untuk menegakkan diagnosis CaB, CIS dan tumor kandung kemih
lainnya6,8,9,13.
juga kondisi individual pasien (fit atau unfit)6. Untuk NMIBC, TURBT diikuti
terapi adjuvant memberikan survival rate yang baik dan local recurrent yang
21
rendah untuk organ-confined MIBC ataupun nonorgan-confined dengan node
jangka panjang dan angka progresi yang rendah, toksisitas lebih rendah pada
terutama untuk pasien usia tua dan berisiko tinggi (unfit) akan terjadinya
1.2 Tujuan
Fungsional) Urologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya
selama periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. Profil tersebut
digambarkan dalam variabel jumlah penderita, usia, jenis kelamin, rasio pria
dibandingkan wanita, faktor risiko merokok dan tidak merokok; aspek diagnosis
meliputi keluhan utama, pemeriksaan sitologi urine dan tumor marker, clinical
22
1.3 Manfaat
dibandingkan wanita, faktor risiko merokok dan tidak merokok; aspek diagnosis
meliputi keluhan utama, pemeriksaan sitologi urine dan tumor marker, clinical
staging, grading tumor dan patologinya; serta aspek terapi. Hasil penelitian ini
berbagai aspek tersebut dengan cakupan yang lebih luas dan terperinci.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Insiden
dengan rata-rata insiden 10,1 per 1000.000 penduduk sementara pada wanita
rata insiden 2,5. Insiden tersebut sangat bervariasi di berbagai belahan dunia,
Afrika. Variasi insiden tersebut terjadi salah satunya karena pencatatan dan
negara tersebut1.
Kelompok usia terbanyak ada dalam rentang 60-69 tahun, dengan 96 % (48
24
pasien) gambaran patologi dari keseluruhan kasus tersebut adalah karsinoma
sel-sel transisional21.
bersifat bawaan dan faktor paparan dari luar (karsinogen). Setiap faktor risiko
perbedaan insiden CaB pada pria dan wanita yang sama-sama terpapar
a. Kerentanan genetik
Risiko terkena CaB dua kali lebih besar bagi mereka yang memiliki
saudara penderita CaB. Faktor genetik yang diturunkan adalah varian gen
terjadinya CaB pada mereka yang juga terpapar faktor risiko lain misalnya
pemakaian rokok.
25
b. Merokok
Merokok adalah faktor risiko utama terjadinya CaB dan pada lebih dari
c. Pekerjaan
Faktor risiko kuat lain terjadinya CaB setelah paparan terhadap rokok
d. Faktor diet
yang kontroversial sebagai salah satu faktor risiko terjadinya CaB. Masukan
cairan dan kebiasaan atau pola makan telah lama dievaluasi dan dihubungkan
dengan CaB. Makin banyak jumlah air yang dikonsumsi tubuh, makin
26
menurunkan risiko sel-sel urotelial saluran urine terpapar bahan karsinogenik
akibat efek dilusi dan peningkatan frekuensi miksi. Hasilnya risiko CaB
meningkatkan risiko CaB. Air yang mengandung arsen, zat klorin serta
meningkatkan risiko CaB pada mereka yang meminumnya meskipun hal ini
diet lain yang menurunkan risiko CaB adalah konsumsi lemak golongan α-
e. Polusi lingkungan
Pencemaran air minum oleh arsen telah dikenal sebagai salah satu faktor
risiko CaB. Mortalitas penderita CaB yang terpapar dengan arsen pada air
mortalitasnya justru lebih tinggi dibandingkan pria. Belum ada teori yang
secara seragam bisa menjelaskan fenomena ini. Lebih rendahnya insiden CaB
pada wanita bisa jadi karena faktor risiko merokok yang lebih sedikit serta
27
paparan terhadap karsinogen di tempat pekerjaan yang juga lebih berkurang
kesehatan yang tidak sama antara pria dan wanita, tertundanya diagnosis dan
berkulit putih. Terkait angka survival, ras berkulit hitam dan status sosial
dan presentasi klinis pada stadium yang telah lanjut saat awal diagnosis.
terkena CaB melalui proses hubungan langsung atau akibat sampingan dari
lain yang dimiliki dengan kejadian CaB adalah retensi urine kronik dan
Afrika Utara sebagai karsinogen utama terjadinya CaB tipe skuamosa yang
28
Adapun akibat dari terapi penyakit lain tampak pada meningkatnya
insiden CaB pada mereka yang menjalani radioterapi eksternal untuk kanker
prostate. Juga dalam jangka lama terdapat peningkatan insiden CaB pada
(UICC) edisi tahun 2009 yang memakai tumor, node (kelenjar getah bening),
dan metastase sebagai parameter, CaB dapat digolongkan seperti dalam Tabel
15 :
29
N-Regional Lymph Node
NX Regional lymph nodes cannot be assessed
N0 No regional lymph node metastasis
Metastasis in a single lymph node in the true pelvis (hypogastric,
N1
obturator, external iliac, or presacral)
Metastasis in multiple lymph nodes in the true pelvis (hypogastric,
N2
obturator, external iliac, or presacral)
N3 Metastasis in a common iliac lymph node(s)
M-Distant Metastasis
M0 No distant metastasis
M1 Distant metastasis
stadium tumor (T), grading untuk node (N), dan metastasenya (M)6.
berikut6.
30
Atypia of unknown significance
Urothelial dysplasia
Urothelial CIS
Papillary lesion Urothelial papilloma (completely benign lesion)
Papillary urothelial neoplasm of low malignant potential
(PUNLMP)
Low-grade papillary urothelial carcinoma
High-grade papillary urothelial carcinoma
2.4 Diagnosis
Keluhan klasik yang dijumpai pada penderita CaB adalah hematuria yang
bersifat gross (nyata), painless (tidak nyeri), dan intermitten (hilang timbul).
bagian atas jarang dijumpai pada tahap awal dan merupakan tanda bahwa
b. Pielografi intravena
pada sistem pelviokalises, ureter, dan kandung kemih pada tumor yang
31
bersifat eksofitik. IVP sebagai prosedur standar dan rutin untuk deteksi CaB
urine bagian atas yang dijumpai pada IVP berkisar 1,7 % dan angka tersebut
meningkat jadi 7,5 % bila tumor pada kandung kemiih ada di trigonum6,7.
c. Ultrasonografi
saluran kencing terutama karena USG tidak memakai bahan kontras. USG
saluran urine bagian atas, USG dapat membantu dalam deteksi adanya
d. Sitologi urine
Sitologi urine adalah pemeriksaan terhadap spesimen sel-sel epitel dan sel
tumor yang high-grade dan CIS. Sitologi urine seringkali memberikan hasil
negatif terutama pada tumor yang low-grade. Hasil yang positif memberi
32
kaliks, ureter, kandung kemih, dan uretra proksimal. Sebaliknya hasil yang
e. Tumor marker
tumor yang mungkin secara spesifik dihasilkan oleh sel-sel urotelial. Marker
tumor tersebut ada yang bersifat larut urine, adapula yang berbasis sel. BTA
analysis merupakan beberapa marker tumor untuk CaB yang telah dikaji dan
diteliti. Sensitivitas dan spesifisitas kelima marker untuk CaB tersebut masih
f. Sistoskopi
tumor (papiler, solid, atau lesi flat), serta deskripsi kelainan mukosa kandung
33
2.5 Terapi
atas dasar kondisi individual pasien (fit atau unfit)6. Untuk NMIBC, reseksi
radikal dengan atau tanpa terapi adjuvant memberikan survival rate yang baik
dengan angka rekurensi lokal yang rendah untuk MIBC yang organ-confined
angka progresi yang sama-sama baik, dengan toksisitas yang lebih rendah
pada MIBC, terutama untuk pasien usia tua dan berisiko tinggi (unfit) akan
signifikan20.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.3 Sampel
karsinoma transisional kandung kemih (CaB) pada periode Januari 2008 sampai
35
Variabel yang dikumpulkan adalah aspek demografi meliputi jumlah
penderita, usia, jenis kelamin, rasio pria dibandingkan wanita, faktor risiko
pemeriksaan sitologi urine dan tumor marker, clinical staging, grading tumor dan
patologinya; serta aspek terapi. Terhadap data yang sudah terkumpul, dilakukan
analisis secara seksama untuk mengetahui beberapa hal seperti berapa jumlah
keseluruhan penderita CaB, bagaimana rasio antara penderita pria dan wanita,
berapa usia rata-rata penderita dan berapa usia terbanyak, berapa persentase
perokok berat (lebih dari 2 pak per hari), bagaimana keluhan penderita saat datang
Semua variabel atau data yang didapat ditampilkan dan dianalisis secara
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Selama periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 terdapat 126
pasien penderita CaB. Pria berjumlah 102 pasien (80,9 %) sementara wanita 24
pasien (19,1 %). Rasio penderita pria dan wanita adalah 4,2 : 1. Usia rata-rata
penderita CaB adalah 57,8 tahun. Adapun usia terbanyak ada dalam rentang 50-59
tahun. Seluruh penderita pria memiliki riwayat merokok, sedangkan seluruh
penderita wanita tidak merokok. Jika dibandingkan dengan seluruh pasien CaB,
riwayat merokok terdapat pada 80,2 % kasus.
Keluhan utama terbanyak penderita CaB adalah gross, painless,
intermitten hematuria yaitu 112 orang (88,9 %), retensi urine atau keluhan lainnya
12 orang (9,5 %), dan disuria kronik 2 orang (1,6 %). Sitologi urine dikerjakan
pada 102 penderita (81 %), dengan hasil 78 pasien (76,5 %) negatif, 14 pasien
(13,7 %) menunjukkan gambaran sel atipik, dan 10 pasien (9,8 %) terdapat sel
ganas dalam urinenya. Sementara pemeriksaan tumor marker hanya dikerjakan
pada 2 pasien (1,5 %).
37
Penderita CaB yang datang berobat terdiagnosis sudah dalam stadium
yang lanjut yaitu 115 orang di atas T2 (91,3 %). Rinciannya adalah T2 pada 37
pasien (30,3 %), T3 pada 35 pasien (28,7 %), dan T4 pada 43 pasien (35,3 %).
Sementara yang terdiagnosis pada stadium awal (T1) dan digolongkan sebagai
NMIBC ada 7 pasien (5,7 %). Yang tidak tercatat dalam rekam medis mengenai
stadium tumornya sejumlah 4 pasien (3,6 % dari seluruh sampel).
38
Tabel 4.5. Invasi otot
Invasi otot Jumlah Persen
Ya 108 93,9
Tidak 7 6,1
Total 115 100
Tidak diketahui 11 8,7
39
Tabel 4.7. Profil penderita CaB di Departemen/SMF Urologi RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Januari 2008-Desember 2012.
40
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang didapat, rasio pria untuk terkena CaB dibandingkan
dengan wanita adalah 4,2 : 1. Angka ini tidak jauh berbeda dengan Ploeg dan kawan-
kawan yang menyebutkan bahwa risiko pria untuk terkena CaB adalah 1 di antara 25,
sedangkan untuk wanita 1 di antara 80, yang berarti rasio pria dibanding wanita untuk
terkena CaB adalah 3,2 : 11. Di Eropa dilaporkan bahwa insiden CaB adalah 27 per
100.000 penduduk pria, sementara untuk wanita adalah 6 per 100.000 penduduk. Secara
umum, di seluruh dunia insiden CaB pada pria adalah 9 per 100.000 penduduk dan pada
wanita 2 per 100.0000 penduduk, yang berarti rasio pria dan wanita adalah 4,5 : 16.
Merokok adalah faktor risiko utama dan berhubungan kuat dengan CaB.
Bardasarkan hasil yang didapat, seluruh pria penderita CaB adalah perokok berat (lebih
dari 2 pak/hari) sedangkan pada penderita wanita tidak ada yang memiliki riwayat
merokok. Dibandingkan dengan seluruh penderita CaB, riwayat merokok ada pada 81 %
kasus. Burger dan kawan-kawan menyebutkan bahwa risiko terkena CaB bagi pria
perokok adalah 50 %–60 % dan bagi wanita perokok adalah 20 %—30 %3. Dibadingkan
dengan yang tidak merokok, risiko mereka yang pernah merokok (former smoker) dan
perokok aktif (current smoker) untuk terkena CaB adalah 2,22 dan 4,06 kali lebih besar3.
Adapun seluruh wanita menderita CaB padahal tidak merokok yang didapat pada
penelitian ini mungkin disebabkan ada faktor risiko lain yang lebih dominan (misalnya
genetik) atau paparan asap rokok (passive smoker) yang didapat para wanita tersebut.
Gross, painless, dan intermitten hematuria menjadi keluhan utama yang paling
banyak ditemui pada penderita CaB (88,9 %), disusul oleh retensi urine dan disuria
kronik (9,5 %, dan 1,6 %). Siroky dan kawan-kawan menyebutkan bahwa gejala klasik
41
CaB berupa gross, painless, dan intermitten hematuria ada pada 80 % penderita CaB7.
Sekitar 10 % keluhan disebabkan oleh proses metastase. Disuria dan keluhan iritatif
Pemeriksaan sitologi urine dikerjakan pada 102 penderita (81 %), sisanya (19 %)
tidak terdokumentasi dalam rekam medis. Pemeriksaan marker tumor tidak menjadi
protokol rutin yang dikerjakan di Departemen Urologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Adanya hasil pemeriksaan tumor marker NPM22 pada 2 pasien (1,5 %) disebabkan
penderita tersebut menjadi sampel dalam penelitian lain tentang nilai diagnostik tumor
Penderita CaB yang datang terdiagnosis sudah dalam stadium yang lanjut yaitu
115 orang di atas T2 (94,3 %). Rinciannya adalah T2 pada 37 pasien (30,3 %), T3 pada
35 pasien (28,7 %), dan T4 pada 43 pasien (35,3 %). Sementara yang terdiagnosis pada
stadium awal (T1) dan digolongkan sebagai NMIBC ada 7 pasien (5,7 %). Terdapat 4
pasien (3,2 %) yang tidak tercatat stadium tumornya dalam rekam medis. Hasil tersebut
sejalan dengan grading hasil pemeriksaan histopatologi dan keterangan invasi ke otot
sediaan tumor yang didapat dari prosedur TURBT yang menunjukkan 74 pasien
grade, 14 %), dan 25 pasien berdiferensiasi baik (low-grade, 21,7 %). Terdapat 11 pasien
(8,7 % dari total sampel) yang hasil histopatologi tumornya tidak tercatat dalam rekam
medis. Dilihat dari invasi ke otot, 108 pasien (93,9 %) menunjukkan gambaran patologi
yang telah menembus otot sedangkan 7 pasien belum menembus otot (6,1 %). Sebelas
pasien (8,7 % dari total sampel) data invasi ototnya tidak tercatat dalam rekam medis.
Data mengenai stadium klinik dan grading histopatologi penderita CaB tersebut
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan literatur. Burger, Babjuk, Stenzl dan kawan-
kawan menyebutkan bahwa sekitar 75 % kasus CaB yang baru terdiagnosis dalam
42
stadium yang non-invasive meskipun dengan angka rekurensi dan progresi yang tinggi
pascaterapi lokal, sisanya 25 % adalah kasus CaB baru yang terdiagnosis dalam stadium
terhadap kesehatan, akses terhadap pelayanan kesehatan yang lebih baik, tingkat deteksi
yang lebih dini di negara-negara Eropa dan Amerika dibandingkan dengan negara-negara
Surabaya untuk penderita yang secara klinis didiagnosis CaB. Terapi definitif yang
diberikan terdiri atas TURBT diikuti instilasi sitostatika intravesika, sistektomi radikal,
RSUD Dr. Soetomo Surabaya memakai sitostatika Epirubicin. Hal ini disebabkan oleh
alasan administratif, sitostatika yang masuk dalam formularium dan ditanggung oleh
Sistektomi radikal dikerjakan pada 13 pasien (10,3 %), yang berarti dalam setiap
prosedur sistektomi dengan diversi urine Bricker’s procedure dan neobladder dengan
ileal pouch. Radioterapi dikerjakan pada 5 pasien (4 %), kombinasi radioterapi dan
kemoterapi MVAC pada 3 pasien (2,4 %). Radioterapi sebagai terapi definitif untuk
penderita CaB locally advanced (T3 dan T4) yang unfit atau menolak tindakan sistektomi
43
memicu antrian yang mencapai 6 bulan di Instalasi Radioterapi RSUD Dr. Soetomo
yang dipakai adalah regimen klasik MVAC. Berdasarkan literature dan pedoman
dalam regimen kemoterapi CaB karena keunggulan rendahnya toksisitasnya belum dapat
diaplikasikan pada penderita CaB yang dirawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Alasannya adalah biaya yang tinggi pada regimen gemcitabine/cisplatin dan tidak
di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Sementara itu, terdapat 74 pasien (58,7 %) yang hanya
menjalani prosedur TURBT. Penolakan tindakan lebih lanjut dari penderita, loss of
control, meninggal, tidak tercatat dalam rekam medis merupakan beberapa alasan yang
dapat dikemukakan terhadap data penderita yang hanya menjalani TURBT tanpa
44
BAB VI
KESIMPULAN
Soetomo Surabaya sebagian besar sudah berada pada stadium yang lanjut, hanya
menjalani TURBT, serta menolak tindakan definitif lainnya. Diperlukan pekerja sosial
untuk melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap penderita CaB tersebut supaya
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Ploeg M, Aben KKH, Kiemeney LA. The present and future burden of urinary
bladder cancer in the world. World J Urol 2009, 27 : 289—93.
2. Yulizar DR, Hardjowijoto S, Djatisoesanto W, Soemarno T, Sudiana K, Jatim
WP. Perbedaan ekspresi cyclooxigenase-2 (COX-2) antara low grade dan high
grade karsinoma transisional papilar buli-buli. JURI 2007, 14 : 24—8.
3. Burger M, et al. Epidemiology and risk factors of urothelial bladder cancer. Eur
Urol 2013, 63 : 234—41.
4. Freedman ND, Silverman DT, Hollenbeck AR, Schatzkin A, Abnet CC.
Association between smoking and risk of bladder cancer among men and
women. JAMA 2011, 306 (7) : 737—45.
5. Sobin LH, Gospodariwicz M, Wittekind (eds). TNM classification of malignant
tumors, UICC Internatonal Against Cancer, 7th edition. Iowa : Wiley-Blackwell,
2009; 7 : 263.
6. Babjuk M, Burger M, Zigeuner R, et al. Guideline on non-muscle invasive
bladder cancer (TaT1 and CIs). In : European Association of Urology Guidelines,
2013 edition.
7. Siroky MB, Oates RD, Babayan RK. Neoplasm of the genitourinary tract. In :
Handbook of Urology, 3rd edition. New York : Lippincott Williams & Wilkins,
2004; 3 : 258—69.
8. Clark PE, Agarwal N, et al. National Comprehensive Cancer Network Clinical
Practices Guidelines Oncology, Bladder cancer, version 1. 2014.
http://www.nccn.org/professionals/physician_gls/pdf/bladder.pdf
9. Hall MC, Chang SS, et al. Bladder cancer, Guidelines for the management of
nonmuscle invasive bladder cancer : (Stage Ta, T1, Tis) : 2007 updates.
https://www.auanet.org/common/pdf/education/clinical-guidance/Bladder-
Cancer.pdf
10. Vrooman OPJ, Witjes JA. Urinary markers in bladder cancer. Eur Urol 2008, 53 :
909—16.
11. Tetu B. Diagnosis of urothelial carcinoma from urine. Modern Pathology 2009,
22 : 53—4.
12. Rhijn van BWG, Poel van der HG, Kwast van der TH. Cytology and urinary
markers for the diagnosis of bladder cancer. Eur Urol 2009, 8 : 536—41.
13. Belmunt J, et al. Bladder cancer : ESMO clinical practices guidelines for
diagnosis, treatment, and follow-up. Ann of Oncol 2011, 22 (6) : 45—9.
14. Yafi FA, Kassouf W. Radical cystectomy is the treatment of choice for invasive
bladder cancer. Canadian Urol Association J 2009, 3 (5) : 409—12.
15. Stein JP, et al. Radical cystectomy in the treatment of invasive bladder cancer :
long-term results in 1,054 patients. J of Clin Oncol 2001, 19 (3) : 666—75.
16. Stenzl A, et al. Treatment of muscle-invasive and metastatic bladder cancer :
update of the EAU guidelines. Eur Urol 2011, 59 : 1009—18.
17. Boccardo F, Palmen L. Adjuvant chemotherapy of bladder cancer. Ann of Oncol
2006, 17 (5) : 129—32.
18. Roberts JT, et al. Long-term survival results of randomized trial comparing
gemcitabine/cisplatin and methotrexate/vinblastine/doxorubicin/cisplatin in
patients with locally advanced and metastatic bladder cancer. Ann of Oncol 2006,
17 (5) : 118—22.
46
19. Costantini C, Millard F. Update on chemotherapy in the treatment of urothelial
carcinoma. The Scientific World J 2011, 11 : 1981—94.
20. James ND, et al. Radiotherapy with or without chemotherapy in muscle-invasive
bladder cancer. N Engl J Med 2012, 366 (16) : 1477—88.
47