Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

PROSES PENGERINGAN DALAM PEMBUATAN HAY


RUMPUT SIGNAL (Brachiaria decumbens)
(Drying Processes in Haymaking of Signalgrass (Brachiaria decumbens))
MANSYUR, TIDI DHALIKA, U. HIDAYAT TANUWIRIA dan HARUN DJUNED

Fakultas Peternakan Univeritas Padjadjaran

ABSTRACT

The objective of this research was to investigate the effect of drying in haymaking processes on physical
characteristics and nutritive value of signalgrass in rainy season. The treatments given were divided into four
kinds of drying processes, i.e.: haymaking using oven drying in a drying cabinet at 38°C for 3 days (P1);
haymaking by sun curing of forage above “terpal sheet”, and was taken away from field at night and rainy
time (P2); haymaking by sun drying of forage on concrete, and was left on the field during process for seven
days (P3), haymaking by sun curing of forage on grasses, and was left on the field during proceed for seven
days (P4). Each treatment was replicated three times. Variables observed were physical characteristic (color
and fungi) and nutritive values (contents of water, crude protein, and neutral detergent fiber) of signalgrass
hay. The research result showed that drying processes significantly effected physic characteristics and
nutritive values of signalgrass hay. Haymaking using oven drying cabinet and sun curing on “terpal” that
taken away from the field every night and rainy time gave the best physical characteristics and nutritive
values of signalgrass hay. Sun curing on terpal that taken away from the field every night and rainy time was
possible to be applied by farmers.
Key Words: Haymaking, Drying Process, Signalgrass

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh berbagai macam proses pengeringan pembuatan
hay terhadap karakteristik fisik dan kualitas nutrisi rumput signal pada musim penghujan. Perlakuan yang
diberikan terdiri atas empat macam perlakuan, yaitu Pembuatan hay dengan menggunakan lemari pengering
yang mempunyai suhu 38°C selama 3 hari (P1); Pembuatan hay dengan cara dijemur dengan menggunakan
alas terpal yang diangkat ketika hujan dan malam (P2); Pembuatan hay dengan cara dijemur dengan
menggunakan alas jemur lantai berbeton, dan dibiarkan di lapangan sepanjang proses selama tujuh hari (P3);
Pembuatan hay dengan cara dijemur diatas hamparan rumput signal, dan dibiarkan di lapangan sepanjang
proses selama tujuh hari (P4). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Peubah yang diamati meliputi
karakteristik fisik (warna dan kejadian jamur), dan kandungan bahan makanan (kandungan air, kandungan
protein kasar, dan kandungan NDF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengeringan hay sangat
berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan kualitas nutrisi dari hay rumput signal. Proses pengeringan
dengan menggunakan oven drying cabinet dan sistem angkat-jemur memberikan hay dengan sifat fisik dan
kualitas yang lebih baik. Sistem angkat-jemur memungkinkan untuk diterapkan pada masyarakat.
Kata Kunci: Pembuatan Hay, Proses Pengeringan, Rumput Signal

PENDAHULUAN memenuhi kebutuhan ternak. Oleh karena itu,


perlu dilakukan tindakan konservasi hijauan.
Permasalahan klasik dalam pengembangan Salah satu metode dalam konservasi hijauan
ternak ruminansia di Indonesia adalah tidak adalah pembuatan hay. Tujuan utama dalam
terjaminnya ketersediaan hijauan sepanjang konservasi hijauan adalah untuk memelihara
tahun secara kualitas maupun kuantitas. Pada atau mempertahankan kualitas dan kuantitas
saat musim hijauan tersedia dengan melimpah, hijauan dengan meminimalkan kehilangan
dan sebaliknya pada saat musim kemarau pada saat pemanenan dan penyimpanan (ROTZ
sangat sulit menyediakan hijauan untuk dan MUCK, 1994), dan tujuan dalam pembuatan

714
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

hay adalah untuk mengurangi tingkat Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
kandungan air dari hijauan hingga pada suatu mengetahui bagaimana pengaruh berbagai
level dimana menghambat aksi dari enzim- macam proses pengeringan dalam pembuatan
enzim baik yang dihasilkan oleh tanaman hay terhadap karakteristik fisik dan kualitas
maupun mikrobial (MC DONALD et al., 2002). nutrisi rumput signal pada saat musim
Untuk menghasilkan hay dengan kualitas yang penghujan.
tinggi minimal harus mempertemukan dua
kondisi: hijauan yang dipanen dengan kualitas
yang bagus dan pengeringan hijauan dengan MATERI DAN METODE
meminimalkan kehilangan nutrisi (SULLIVAN,
1973). Rumput signal yang digunakan berasal dari
Pembuatan hay secara khusus untuk rumput yang ditanam dibawah naungan
kondisi Indonesia belum dijadikan sebagai perkebunan pisang. Lokasi kebun tempat
upaya dalam mengkonservasi hijauan makanan pengambilan sampel terdapat di Dusun Legor
ternak, karena pada saat hijauan melimpah Desa Cijeruk Kecamatan Pamulihan Kabupaten
terjadi pada saat musim hujan, dan sinar Sumedang. Lokasi penelitian berada pada
matahari untuk mengeringkan hijauan kadang ketinggian tempat 800 meter diatas permukaan
kala tidak cukup. Hujan kadang kala menjadi laut, dan mempunyai curah hujan tahun rata-
faktor yang mempengaruhi dapat menurunkan rata sebanyak 2400 mm, dengan bulan basah
kualitas dan kuantitas hay. Penurunan tersebut (curah hujan diatas 100 mm) selama 10 bulan
disebabkan karena meningkat dan makin (September – Juni), bulan kering antara Juli
lamanya tanaman melakukan respirasi yang dan Agustus. Rumput dipotong pada umur 40
mengurangi kandungan karbohidrat terlarut hari.
dan energi yang dipunyai oleh hijauan, Waktu pembuatan hay dilakukan pada bulan
pencucian karbohidrat, protein, dan beberapa 13 – 19 Maret tahun 2007 selama satu minggu.
mineral, banyaknya bagaian yang tercecer, Tempat penelitian dilakukan di Fakultas
aktivtitas mikroba yang metabolisme Peternakan Universitas Padjadjaran. Keadaan
karbohidrat terlarut, dan kadang kala dapat cuaca harian dari tempat penelitian dapat
menghasilkan mikotoksin (RANKIN dan dilihat pada Tabel 1. Bulan Maret 2007 ini
UNDERSANDER, 2000). Kehilangan dan termasuk ke dalam bulan basah, karena curah
kerusakannya dapat meningkat dengan hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm.
meningkatnya intensitas curah hujan Rumput setelah dipanen dari kebun
(SCARBROUGH et al., 2005). selanjutnya dipersiapkan untuk dibuat hay
Rumput signal merupakan rumput yang sesuai dengan perlakuan. Untuk mengetahui
mempunyai potensi produksi yang relatif kandungan air, protein kasar, dan kandungan
tinggi, sering digunakan sebagai sumber NDF terlebih dahulu diambil sampel. Adapun
hijauan baik untuk penggembalaan permanen perlakuan yang diberikan sebagai berikut:
maupun sistem potong angkut, dapat Pembuatan hay dengan menggunakan lemari
digunakan untuk pencegah erosi, dan relatif pengering yang mempunyai suhu 38°C selama
tahan naungan sehingga dapat dijadikan 3 hari (P1); Pembuatan hay dengan cara
tanaman penutup tanah pada perkebunan dijemur dengan menggunakan alas terpal yang
(MANNATJE dan JONES, 1992). Pada naungan diangkat ketika hujan dan malam (P2);
perkebunan pisang dapat tumbuh dengan baik Pembuatan hay dengan cara dijemur dengan
dan tahan kekeringan yang panjang menggunakan alas jemur lantai berbeton, dan
(MANSYUR dan DHALIKA, 2005; MANSYUR, dibiarkan di lapangan sepanjang proses selama
et al., 2006a). Bila ditanam di bawah naungan tujuh hari (P3); Pembuatan hay dengan cara
kebun pisang dengan pemeliharaan yang baik, dijemur diatas hamparan rumput signal, dan
Rumput ini dapat dipanen dengan interval dibiarkan di lapangan sepanjang proses selama
pemotongan antara 30 – 40 hari (MANSYUR et tujuh hari (P4). Setiap perlakuan diulang
al., 2006b). Karakteristik botani yang lain, sebanyak tiga kali. Peubah yang diamati
rumput ini mempunyai batang yang tidak meliputi karakteristik fisik (warna dan kejadian
terlalu besar dan pipih sehingga apabila jamur), dan kandungan bahan makanan
dikeringkan dapat lebih cepat. (kandungan air, kandungan protein kasar, dan

715
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

kandungan NDF). Kandungan bahan kering, pada proses pembuatan hay. Selain itu,
dan protein kasar dianalisis dengan perubahan warna dapat disebabkan oleh terlalu
menggunakan metode AOAC (2000), tersinari secara langsung oleh cahaya matahari,
sedangkan kandungan NDF dianalisis dengan apalagi pada proses pembuatan hay dengan
menggunakan metode Van Soest (GOERING menggunakan alas beton, dimana temperatur
dan VAN SOEST, 1970). Data karakteristik fisik permukaan akan menampung panas yang lebih
dibahas secara deskriftif, sedangkan data tinggi, sehingga terjadi pemanasan yang
kandungan bahan makanan dianalisis varian, berlebihan dan akan menyebabkan terjadinya
dan untuk membandingkan rataan diantara perubahan warna menjadi coklat atau
perlakuan dilakukan uji jarak berganda Duncan kecoklatan. MORAN (1996) menyatakan
(STEEL dan TORRIE, 1980). radiasi cahaya matahari yang langsung ke
permukaan dengan temperatur yang melebihi
65°C dapat menyebabkan terjadinya proses
HASIL DAN PEMBAHASAN
pemasakan kering olah radiasi cahaya
matahari, selanjutnya menyebabkan terjadinya
Karakteristik fisik
perubahan warna pada hijauan.
Hasil penelitian mengenai sifat fisik hay Tabel 2. Karakteristik fisik hay rumput signal pada
yang dihasilkan dari berbagai macam proses berbagai macam proses pengeringan
pengeringan dapat dilihat pada Tabel 1.
Karakterisik fisik yang baik terlihat dihasilkan Perlakuan Warna Keadaan Jamur
oleh proses pengeringan dengan menggunakan P1 Hijau segar Tidak
lemari pengering (P1) dan penjemuran dengan
P2 Hijau segar Tidak
sistem angkat pada saat malam dan hujan (P2).
Warna segar hijau menandakan tidak P3 Coklat busuk Banyak jamur
terjadi terlalu banyak perubahan dalam kualitas P4 Menguning Berjamur sedikit
hijauan. Ketika hijauan yang dibuat hay masih
berwarna hijau dapat mengindikasikan bahwa Kejadian tumbuhnya jamur pada hay
hijauan tersebut mempunyai kandungan nampak terlihat pada hay yang dibiarkan
prekursor vitamin A yang lebih besar, berada di lapang selama pembuatan. Hal ini
sedangkan warna yang gelap dan kekuning- disebabkan karena adanya air dan oksigen yang
kuningan menunjukkan terjadinya bleaching cukup untuk mendukung pertumbuhan dari
dan pencucian kandungan nutrisi oleh air hujan jamur. Air ini dapat berasal dari air hujan yang
yang terjadi setelah proses pemanenan jatuh maupun berasal dari air embun. Hijauan
(RUSSEL dan JOHNSON, 2000), dan sampai yang telah kering terkena oleh air akan basah

Tabel 1. Data cuaca harian selama pembuatan hay rumput signal

Tanggal Suhu Titik embun Kelembaban Curah Net radiasi Lama


relatif hujan penyinaran
°C °C % mm W/m2 jam
13 Maret 22,07 19,69 87,47 9 388,17 4
14 Maret 22,17 20,16 89,38 43,2 392,74 3
15 Maret 21,76 20,47 93,30 7,4 363,39 4,7
16 Maret 21,53 20,39 93,59 9,2 441,12 3,9
17 Maret 20,97 19,75 93,43 32,8 304,17 5,4
18 Maret 21,74 18,81 84,84 1,8 381,92 2,2
19 Maret 21,42 19,43 90,13 38,6 439,43 3,3

Sumber: Statsiun Klimatologi, LAPAN, Haur Gombong Pamulihan (2007)

716
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

lagi, dan kelembaban hijauan tersebut baik apabila mempunyai kandunga air antara
mendukung tumbuhnya jamur. Menurut 15 – 18%, dan hay yang mempunyai
MOSER (1980) jamur akan ada pada setiap kandungan air lebih dari 22% apabila disimpan
hijauan bila hijauan tersebut mempunyai akan terjadi pembakaran yang spontan
kelembaban yang cukup. Selanjutnya MORAN (spontanous combustion) (PORTER, 2007).
(1996) menyatakan bahwa hay tumbuh jamur
akan menimbulkan panas yang menimbulkan Tabel 3. Kandungan air hay rumput signal pada
reaksi coklat (browning reaction) yang sangat berbagai macam proses pengeringan
parah. Makanya dapat diamati bahwa hay yang
Perlakuan Kandungan air
tumbuh jamur akan berwarna lebih coklat.
Pada hay yang tumbuh jamur dan mengalami gram per kilogram
reaksi coklat akan menyebabkan terjadinya P1 124,7 c
perombakan protein, dan gula-gula yang P2 161,9 c
mudah larut, sehingga pada akhirnya akan
menurunkan kecernaan dari hay yang P3 376,7 b
dihasilkan. P4 573,3 a
Ditinjau dari karakteristik fisik yang
Huruf yang berbeda kearah kolom menunjukkan
diamati, nampak hay yang dihasilkan dengan perbedaan yang nyata (P < 0,05)
menggunakan perlakuan P4 merupakan hay
yang paling jelek, dimana mempunyai jamur
Kandungan air yang tinggi pada perlakuan
yang sangat banyak, berwarna coklat, dan P3 dan P4 menunjukkan hay dengan kualitas
mengalami kebusukan. Proses busuknya hay yang tidak begitu baik, sebagai akibat dari
yang dijemur disebabkan oleh tidak meresapnya
penambahan air hujan dan embun. Hay yang
air hujan maupun embun ke dalam tanah, mempunyai kandungan air lebih dari 30% akan
karena tertahan tembokan beton, sehingga air lebih mudah terjadi proses pencoklatan baik
hujan tertahan di rumput yang dijemur. Pada
secara enzimatis maupun nonenzimatis (VAN
bahan yang mempunyai kelembaban yang SOEST, 1965; RANKIN dan UNDERSANDER,
tinggi proses tumbuhnya jamur dapat terjadi 2000). Pembuatan hay yang di udara terbuka,
dengan mudah. NASH (1985) menyatakan
setiap hujan turun akan tertimpa air hujan dan
sangat sulit untuk menghindari tumbuhnya mengalami basah kembali dan meningkatkan
jamur pada pembuatan hay yang dibiarkan di kembali kandungan air pada hijauan tersebut.
udara terbuka tanpa ditambah dengan
Kandungan air yang tinggi akan akan
fungisida, karena jamur akan mudah tumbuh. memperpanjang aktivitas dari enzim-enzim
Jamur-jamur tersebut selain merusak atau
hidrolisis dan respirasi baik yang dihasilkan
merombak susunan kimia zar makanan, juga
oleh tanaman maupun mikroorganisme, dan
dapat menghasilkan racun yang berbahaya bagi akan yang dapat menyebabkan penurunan
ternak maupun bagi petani.
kualitas hay yang dihasilkan. Selain itu,
peningkatan kadar air akibat tertimpa air hujan
Kandungan air dapat menyebabkan perubahan karakteristik
fisik dengan hadirnya jamur dan perubahan
Kandungan air pada hay yang dihasilkan warna, juga dapat menyebabkan terjadinya
dari berbagai proses pengeringan rumput kehilangan bahan kering. Menurut
Signal dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis SCARBROUGH et al. (2005) menyatakan
ragam menunjukkan bahwa terdapat pengaruh bahwa kehilangan bahan kering akan
yang nyata dari proses pengeringan terhadap meningkat secara liner dengan meningkatnya
kandungan protein kasar dari hay yang curah hujan.
dihasilkan. Ditinjau dari kandungan air yang
dipunyai oleh masing-masing perlakuan dapat Kandungan protein kasar
dinyatakan bahwa perlakuan P1 dan perlakuan
P2 memenuhi standar sebagai hay yang baik, Kandungan protein kasar dari berbagai
karena mempunyai kandungan air yang lebih
proses pengeringan pada pembuatan hay
kecil dari 22%. Hay dapat disimpan dengan rumput Signal dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil

717
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat akan mempunyai kandungan protein yang
pengaruh yang nyata dari proses pengeringan tinggi dibandingkan dengan yang lebih lama.
terhadap kandungan protein kasar dari hay Menurut EVANS (2007) kandungan hay terkena
yang dihasilkan. Kandungan protein kasar oleh hujan akan mempunyai kandungan protein
tertinggi diperlihatkan oleh perlakuan yang kasar yang lebih rendah dibandingkan dengan
menggunakan proses pengeringan dengan yang tidak kena air hujan, dan pemanasan yang
menggunakan lemari pengering, tetapi diperlukan akan lebih banyak karena terlebih
walaupun begitu hasilnya hanya berbeda dahulu untuk mengevaporasikan air hujan dan
dengan perlakuan proses pengeringan dengan lembun, sehingga kecepatan pengeringan
menjemur di hamparan rumput, dan dengan menjadi lebih lama.
perlakuan yang lain tidak berbeda nyata. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang dikemukan
SULLIVAN (1973) dan MOSER (1980) bahwa Kandungan neutral detergent fiber
proses pengeringan dengan menggunakan
temperatur normal harian tidak banyak Kandungan NDF dari berbagai proses
menyebabkan terjadinya penurunan kandungan pengeringan pada pembuatan hay rumput
nitrogen dibandingkan dengan kehilangan Signal dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil analisis
karbodirat. Mengenai kehilangan karbohidrat ragam menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
akan lebih banyak dibahas di bagian yang nyata dari proses pengeringan terhadap
kandungan neutral detergent fiber (NDF). kandungan NDF dari hay yang dihasilkan.

Tabel 5. Kandungan Neutral detergent fiber (NDF)


Tabel 4. Kandungan protein kasar hay rumput
signal pada berbagai macam proses hay rumput signal pada berbagai macam
pengeringan proses pengeringan

Perlakuan Kandungan protein kasar Perlakuan Kandungan NDF


gram per kilogram
gram per kilogram
P1 607,8c
P1 114,4a
P2 641,8b
P2 106,1ab
P3 100,8ab P3 569,1d

P4 95,5b P4 713,4a

Huruf yang berbeda kearah kolom menunjukkan


Huruf yang berbeda kearah kolom menunjukkan
perbedaan yang nyata (P < 0,05) perbedaan yang nyata (P < 0,05)

Hal yang menarik terlihat bahwa terjadi Kandungan zat makanan pada hijauan yang
penurunan kandungan protein kasar. Adanya dibuat dengan hay akan mengalami penurunan,
penambahan air pada perlakuan P3 dan P4 kecuali komponen dinding sel tanaman
yang berupa air embun dan air hujan dapat (SULLIVAN, 1973; MOSER, 1980; MORAN,
menyebabkan terjadinya penurunan kandungan 1996; SCARBROUGH et al., 2005; ENOH et al,
protein kasar tersebut. Hal ini berhubungan 2005; CALABRO et al., 2006). Kandungan
dengan kecepatan pengeringan yang membuat NDF menggambarkan kandungan dinding sel.
sel tanaman menjadi pada lethal, karena Peningkatan kandungan NDF ini karena
walaupun tanaman tersebut telah dipanen terjadinya perombakan karbohidrat-
bukan berarti berhenti proses respirasinya. karbohidarat yang dapat terlarut pada saat
Proses itu akan terus berlangsung sampai tidak respirasi jaringan sel tanaman. Respirasi tidak
tercukupnya kelembaban dalam sel. Hay yang otomatis berhenti ketika tanaman dipanen,
terkena tambahan air akan terus terjadi proses respirasi akan terus berjalan sampai kadar air
enzimatisnya, protein merupakan salah satu zat tertentu dalam jaringan sel tanaman, dimana
makanan yang akan terkena prosesenzimatis enzim hidrolisis tidak dapat aktif lagi.
tersebut, sehingga menyebabkan kandungan Kehilangan karbohidrat terlarut lewat respirasi
proteinnya menurun. Hal ini didukung MOSER dapat terjadi apabila jaringan sel tanaman yang
(1980) proses pengeringan yang lebih cepat mempunyai kandungan air lebih dari 30%.

718
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

Selain lewat respirasi, peningkatan 2. Proses pengeringan dengan menggunakan


kandungan NDF dapat disebabkan oleh oven drying cabinet dan sistem angkat-
pencucian zat makanan yang sangat mudah jemur memberikan hay dengan sifat fisik
terlarut. Pencucian adalah perpindahan atau dan kualitas yang lebih baik.
keluarnya zat makanan yang sangat mudah 3. Sistem angkat-jemur memungkinkan untuk
terlarut dari sel hijauan. Pencucian ini diterapkan pada masyarakat.
berlangsung ketika terjadinya hujan. Zat-zat
tersebut meliputi karbohidrat mudah tersedia,
DAFTAR PUSTAKA
nitrogen terlarut, mineral, dan lipid, dimana
zat-zat tersebut mempunyai kecernaan yang AOAC. 2000. Official Methods of Analysis. 15th Ed.
tinggi (RANKIN dan UNDERSANDER, 2000). Association of Official Analytical Chemists,
Zat makanan yang tersisa hanya komponen Arlington, VA, USA.
serat, sehingga akan meningkatkan kandungan
NDF. Hujan dapat menyebabkan terjadinya CALABRO, S., F. CARONE, M.I. CUTRIGNELLI, S.
D’URSO, G. PICCOLO, R. TUDISCO, G.
peningkatan kandungan NDF pada proses
ANGELINO and F. INFASCELLI. 2006. The effect
pembuatan hay (SMITH dan BROWN, 1994, of haymaking on the neutral detergent soluble
SCARBROUGH et al., 2005). Hal ini dapat fraction of two intercropped forages cut at
terlihat pada perlakuan P4 mempunyai different growth stages. Ital. J. Anim. Sci. 5:
kandungan NDF yang paling tinggi, pada 327 – 339.
perlakuan ini kehilangan bagian-bagian yang
EVAN, J.K. 2007. Effect of weather on hay
mudah terlarut disebabkan oleh proses respirasi production. Depatemen Agronomy, University
dan pencucian oleh air hujan. of Kentucky. http://www.ca.uky.edu/agc/pubs/
Walaupun terkena hujan secara langsung, agr/agr45/agr45.htm. (30 April 2007).
perlakuan P3 mempunyai kandungan NDF
ENOH, M.B, C KIJORA, K.J. PETERS, V.N. TANYA, D.
yang paling rendah. Seperti telah dijelaskan
FONKEM and J. MBANYA. 2005. Investigation
pada pembahasan karakteristik fisik, hal ini on change of forage quality at harvesting,
disebabkan oleh proses pembusukan akibat during hay making and storage of hay
aktivitas jamur yang berkembang biak karena harvested at different growth stages in the
tingginya kandungan air pada hijauan tersebut. Adamawa plateau of Cameroon. Livestock
Rendahnya kandungan NDF belum tentu dapat Research for Rural Development. 17(5).
dipakai sebagai tolak ukur untuk menentukan GOERING, H.K. and P.J. VAN SOEST. 1970. Forage
kualitas hay yang baik. Kualitas hay yang baik fibre analyses (apparatus, reagents, procedures
yang mempunyai karakterisik fisik dan zat and some applications). Agriculture Handbook
makanan yang tidak jauh berbeda dengan N. 379, U.S. Government Printing Office,
hijauan segar. Washington, DC, USA.
LAPAN. 2007. Data Klimatologis Daerah Pamulihan.
UCAPAN TERIMAKASIH Statsiun Klimatologi, LAPAN, Haur Gombong
Pamulihan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada MANSYUR dan TIDI DHALIKA. 2005. Analisis vegetasi
rekan-rekan peneliti yang tergabung dalam hijauan kebun pisang. J. Ilmu Ternak. 5(2): 22
kajian “Intergrasi Ternak Domba – Perkebunan – 27.
Pisang” di Lembaga Studi Peternakan Indonesia MANSYUR, NYIMAS P. INDRANI, I. SUSILAWATI dan
atas segala bantuan dan kerjasamanya pada TIDI DHALIKA. 2006a. Pertumbuhan dan
kegiatan ini. Data ini merupakan data kelompok produktivitas tanaman pakan di bawah
peneliti hijauan dan nutrisi ternak ruminan naungan perkebunan pisang. Pros. Lokakarya
dalam serangkaian kajian tersebut di atas. Teknologi dan Inovasi Sapi Perah. Balitnak.
Ciawi, Bogor. November 2006.
MANSYUR, TIDI DHALIKA dan A.R. TARMIDI. 2006.
KESIMPULAN
Produktivitas Rumput Bede (Brachiaria
Decumbens) Dibawah Naungan Perkebunan
1. Proses pengeringan hay sangat berpengaruh Pisang, J. Imu-Ilmu Peternakan. November
terhadap karakteristik fisik dan kualitas 2006.
nutrisi dari hay rumput signal.

719
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

MCDONALD, P., R.A. EDWARDS, J.F.D. GREENHALGH RUSSEL, M.A. and K.D. JOHNSON. 2000. Selecting
and C.A. MORGAN. 2002. Animal Nutrition. quality hay for horses. Purdue Forage
6th Ed. Prentice Hall. Horlow. Information. Purdue University. 12 pp.
MOSER, L.E. 1980. Quality of forage as affected by SCARBROUGH, D.A., W.K. COBLENTZ, J.B.
postharvest, storage, and processing. In: Crop HUMPHRY, K.P. COFFEY, T.C. DANIEL, T.J.
Quality, Storage, and Utilization. HOVELAND, SAUER, J.A. JENNINGS, J.E. TURNER and D.W.
C.S. (editor). American Society of Agronomy, KELLOGG. 2005. Evaluation of dry matter loss,
and Crop Science Society of American, nutritive value, and in situ dry matter
Madison, Wisconsin. disappearance for wilting orchardgrass and
bermudagrass forages damaged by simulated
MORAN, J. 1996. Forage Conservation: Making rainfall. Agron. J. 97: 604 – 614.
Quality Silage and Hay in Australia.
AGMEDIA. East Melbourne, Victoria. SMITH, D.M. and D.M. BROWN. 1994. Rainfall-
induced leaching and leaf losses from drying
NASH, M.J. 1985. Crop Conservation and Storage in alfalfa forage. Agron. J. 86: 503 – 510.
Cool Temperate Climate. 2nd Edition.
Pergamon Press. Oxford. STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1980. Principles and
Procedures of Statistics. 2nd Ed. McGraw-Hill,
PORTER, J.C. 2007. Haymaking. Cooperative New York, NY.
Extention. University of New Hamspire.
www.ceinfo.unh.edu. (30 April 2007). SULLIVAN, J.T. 1973. Drying and storing herbage as
hay. In: Chemistry and Biochemistry of
RANKIN, M. and D. UNDERSANDER. 2000. Rain Herbage. Volume 3. BUTLER, G.W. and R.W.
damage to forage during hay and silage BAILEY (Eds.). Academic Press. New York and
making. Focus on Forage. 2(4) Januari 2000. London.
http://www.uwex.edu/ces/crops/uwforage/Rai
n_Damage.htm. VAN SOEST, P.J. 1965. Use of detergent in analysis
of fibrous feed. III. Study of affects of heating
ROTZ, C.A. and R.E. MUCK. 1994 Forage quality, and drying on yield of fiber and lignin in
evaluation and utilisation In: Forage quality. forages. J. Assoc. off. Agric. Chem. 48: 785 –
Evaluation and Utilization. FAHEY JR, C (Ed.). 790.
University of Nebraska, Lincoln, USA.
pp. 828 – 868.

DISKUSI

Pertanyaan:
1. Bagaimana mengetahui suhu lemari pengering?
2. Apa bisa diterapkan di peternakan?

Jawaban:
1. Suhu terpal 30°C bisa membuat hay pada musim hujan dengan lemari pengering.
2. Belum bisa diterapkan di peternak, masih dikaji.

720

You might also like