ID Analisis Penetapan Kriteria Kawasan Hutan

You might also like

Download as rtf, pdf, or txt
Download as rtf, pdf, or txt
You are on page 1of 14

Analisis Penetapan … Zulkarnain

ANALISIS PENETAPAN KRITERIA KAWASAN HUTAN


1
Zulkarnain
1
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Indonesia.
Email : zulnn@yahoo.com

ABSTRACT
The purpose of this analysis is to determine ( 1 ) What are the criteria based on the forest slope , soil
type and rainfall can be used as a basis for determining the hedging function , functional conservation
and production functions , and ( 2 ) the criteria to meet the balance of forest ecosystems in the created
in the layout plan of the province.
The research was conducted for 4 ( four ) months from December 2012 to April 2013 , at the Faculty
of Agriculture University GIS Laboratory Mulawarman , and several government agencies East
Kalimantan Province .
Data collection is done by : ( 1 ) data collection library , ( 2 ) data collection of government policy ,
and ( 3 ) observation satellite map.
This research used descriptive analysis method by comparing the criteria with the forest setting policy
rules of the forest ecosystem and forest conditions in the field that have a negative impact on the
environment . Data from the analysis of Landsat satellite imagery from the comparator would be a real
forest conditions , and generally explore the benefits and functions of the forest as is .
The results showed that : ( 1 ) setting the criteria forest slope , soil type , and rainfall can not be made
the basis of the criteria in determining the area of protected forests , forest conservation and forest
production , and ( 2 ) the main criteria that can be used the setting is the availability of forest trees
count as forming community forest.

Keywords: Forest Area Criteria

PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi di setiap provinsi di Indonesia
Indonesia saat ini sangat bergantung didasarkan pada kesepakatan antar
pada sumberdaya alam yang dimiliki, instansi terkait dan antar pemerintah
dari tahun ke tahun sumberdaya alam pusat dan pemerintah daerah yang
ini semakin berkurang dan bahkan menyangkut kawasan hutan dan non
eksploitasinya tidak dapat hutan yang dikenal dengan Tata Guna
dikendalikan dengan baik. Sejak Hutan Kesepakatan. Kebijakan Tata
tahun 1970an ekonomi Indonesia Guna Hutan Kesepakatan (TGHK)
bergantung pada sumberdaya hutan, diawali dengan terbitnya Surat
hingga saat ini hutan sudah semakin Keputusan Menteri Pertanian Nomor
terdegradasi. Pembukaan hutan bukan 680/Kpts/Um/8/81 tentang Pedoman
lagi untuk diambil hasil hutannya Penatagunaan Hutan Kesepatan
tetapi untuk mengambil sumberdaya (TGHK).
yang berada di bawah hutan Tata cara penetapan TGHK ini
(pertambangan) tanpa mampu secara operasional diatur dengan
mengembalikan kawasan hutan terbitnya Surat Keputusan Menteri
sebagaimana mestinya. Pertanian tentang Kriteria dan Tata
Penataan kawasan hutan di Cara Penetapan Fungsi Hutan yaitu :
Indonesia berdasarkan pada kebijakan (1) SK Mentan Nomor
yang ditetapkan oleh pemerintah 837/Kpts/Um/11/80 Tentang Kriteria
dalam hal ini adalah Kementrian dan Tata Cara Penetapan Hutan
Kehutanan. Penetapan kawasan hutan Lindung; (2) SK Mentan Nomor
683/Kpts/Um/8/81 Tentang Kriteria
1
dan Tata Cara Penmetapan Hutan pembangunan lainnya. Peningkatan
Produksi; dan (3) SK Presiden RI kebutuhan lahan memiliki konsekuensi
Nomor 32 tahun 1990 tentang pada perubahan penataan ruang yang
Pengelolaan Kawasan Lindung efektif dan efisien, namun demikian
Menurut UU Nomor 41 tahun kawasan-kawasan hutan yang sudah
1999 tentang Kehutanan pasal 6 (2) tidak memiliki fungsi tidak dapat
bahwa pemerintah menetapkan hutan dilakukan perubahan sebagaimana
berdasarkan fungsi pokok yaitu fungsi mestinya, di lain pihak pemerintah
konservasi, fungsi lindung, dan fungsi tidak mampu mempertahankan
produksi. Namun demikian hingga kawasan hutan sesuai dengan
saat ini penetapan kriteria kawasan fungsinya.
hutan masih didasarkan pada SK Oleh karena itu diperlukan
Mentan Nomor 837/Kpts/Um/11/80 penyesuaian kriteria-kriteria terhadap
dan SK Mentan Nomor ekosistem hutan untuk menetapkan
683/Kpts/Um/8/81 dengan kawasan hutan berdasarkan fungsi dan
menggunakan faktor penentu dampak terhadap kawasan di luar
kelerengan, jenis tanah, dan curah hutan untuk menjamin keberlanjutan
hujan. pembangunan dengan memperhatikan
Peningkatan kebutuhan lahan ekosistem wilayah.
bagi kepentingan sektor ekonomi Kekeliruan dalam menetapkan
lainnya seperti pertanian, perumahan, kriteria kawasan hutan yang tidak
infrastruktur, dan lain-lain yang sesuai dengan ekosistem hutan
memerlukan lahan-lahan baru, mengakibatkan pada
tentunya akan menggunakan kawasan- ketidakharmonisan sistem
kawasan hutan yang sudah tidak keseimbangan wilayah, sebagai contoh
memiliki fungsi sebagaimana hutan bahwa kawasan hutan produksi masih
yang ditetapkan melalui UU Nomor 41 tetap sebagai hutan produksi namun
tahun 1999 tentang Kehutanan sudah tidak mampu untuk berproduksi,
maupun hutan sebagai ekosistem dan hutan lindung oleh karena
hutan. kerusakan struktur hutannya tidak lagi
Walaupun penetapan kawasan dapat berfungsi lindung.
hutan sebagaimana ditetapkan dalam Pokok permasalahannya adalah
UU Nomor 41 tahun 1999 tentang ketika dilakukan penataan kawasan
Kehutanan berdasarkan fungsi namun dalam suatu wilayah dimana hutan-
demikian pemerintah menetapkan hutan yang sudah tidak memiliki
kawasan hutan berdasarkan kriteria fungsi sebagaimana yang ditetapkan
kelerengan, jenis tanah, dan curah pemerintah tidak dapat dirubah oleh
hujan yang tidak dapat karena kriteria kawasan yang
menggambarkan fungsi hutan. dibangun tidak sesuai dengan
Kawasan hutan adalah ekosistem hutan. Dengan demikian
merupakan bagian dari penataan maka masalah kriteria kawasan hutan
wilayah yang diwujudkan dalam yang dapat dirumuskan adalah sebagai
RTRW. Di dalam penataan ruang berikut : (1) apakah kriteria kawasan
diperlukan keseimbangan antara hutan yang ditetapkan berdasarkan
mempertahankan kawasan hutan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
sebagai kawasan lindung dengan 837/Kpts/Um/11/80 Tentang Kriteria
penggunaan lahan bagi berbagai dan Tata Cara Penetapan Hutan
kepentingan sektor-sektor Lindung dan Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 683/Kpts/Um/8/81 dengan penetapan dan kriteria serta
Tentang Kriteria dan Tata Cara fungsi kawasan hutan.
Penetapan Hutan Produksi dengan 3. Pengamatan peta satelit
menggunakan faktor penentu Pengamatan peta satelit digunakan
kelerengan, jenis tanah, dan curah adalah peta “landsat’ tahun 2009
hujan memiliki hubungan dengan yang memberikan informasi
sistem produksi dan sistem lindung; tentang kondisi kawasan hutan,
dan (2) Bagaimana penetapan kawasan serta deliniasi kawasan hutan yang
hutan yang didasarkan pada fungsi ditetapkan di dalam Rencana Tata
hutan yang ditetapkan oleh pemerintah Ruang Wilayah Provinsi dan atau
ditinjau dari ekosistem hutan. Wilayah Kabupaten/Kota.
Adapun tujuan dari analisis ini
adalah untuk mengetahui (1) Apakah C. Analisis Data
kriteria kawasan hutan berdasarkan Penelitian ini menggunakan
kelerengan, jenis tanah dan curah metode analisis deskriptif dengan
hujan dapat dijadikan dasar untuk membandingkan antara kriteria
menentukan fungsi lindung, fungsi penetapan kawasan hutan yang
konservasi dan fungsi produksi; dan ditetapkan oleh pemerintah melalui
(2) kriteria kawasan hutan yang dapat SK Mentan Nomor
memenuhi keseimbangan ekosistem 837/Kpts/Um/11/80 tentang Kriteria
dalam kawasan yang diwujudkan dan Tata Cara Penetapan Hutan
dalam rencana tata ruang wilayah. Lindung; (2) SK Mentan Nomor
683/Kpts/Um/8/81 Tentang Kriteria
METODE PENELITIAN dan Tata Cara Penmetapan Hutan
Produksi dengan dasar-dasar kaidah
A. Waktu dan Tempat ekosistem hutan, serta kondisi hutan di
Penelitian ini dilakukan selama lapangan yang memiliki dampak
4 (empat) bulan sejak Desember 2012 negatif terhadap lingkungan.
sampai dengan April 2013, bertempat Parameter kriteria kawasan yang
di Laboratorium GIS Fakultas ditetapkan oleh pemerintah
Pertanian Universitas Mulawarman, berdasarkan SK Mentan 837 akan
dan beberapa instansi pemerintah dibandingkan dengan parameter yang
Provinsi Kalimantan Timur. berdasarkan definisi hutan dan
ekosistem hutan, sehingga akan
B. Pengumpulan Data mndapatkan kesesuaian parameter
Pengumpulan data dilakukan yang menjadi kriteria kawasan hutan
dengan : yang dapat dimanfaatkan sehingga
1. Pengumpulan data pustaka hutan memiliki fungsi sebagaimana
Pengumpulan data pustaka adalah kaidah-kaidah ekosistem hutan dan
melakukan kajian terhadap bahan- manfaat hutan.
bahan tentang pendapat atau teori Data hasil analisis satelit dari
tentang hutan, ekosistem hutan, dan citra landsat akan menjadi bahan
komponen-komponen hutan; pembanding kondisi hutan sebenarnya,
2. Pengumpulan data kebijakan dan meninjau secara umum manfaat
pemerintah dan fungsi hutan sebagaimana adanya.
Data kebijakan pemerintah yang
dimaksud adalah ketetapan-
ketetapan pemerintah yang terkait
HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Hutan Lindung dan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor
A. Kebijakan Penetapan Kawasan 683/Kpts/Um/8/81 Tentang Kriteria
Hutan dan Tata Cara Penetapan Hutan
Hutan menurut UU nomor 41 Produksi dengan menggunakan faktor
tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 1 penentu kelerengan, jenis tanah, dan
(2) bahwa hutan adalah suatu kesatuan curah hujan.
ekosistem berupa hamparan lahan Data di atas menunjukkan
berisi sumberdaya alam hayati yang bahwa ketidaksesuaian antara UU
didominasi pepohonan dalam nomor 41 tahun 1999 tentang
persekutuan alam lingkungannya, Kehutanan dengan kriteria yang
yang satu dengan yang lainnya tidak dibangun untuk menetapkan kawasan
dapat dipisahkan. Pada ayat (7) hutan berdasarkan SK Mentan Nomor
disebutkan bahwa hutan produksi 837/Kpts/Um/11/80 dan SK Mengtan
adalah kawasan hutan yang Nomor 683/Kpts/Um/8/81 tentang
mempunyai fungsi pokok Kriteria dan Tata Cara Penetapan
memproduksi hasil hutan. Selanjutnya Hutan Produksi dengan menggunakan
pada ayat (8) disebutkan bahwa hutan faktor penentu kelerengan, jenis tanah,
lindung adalah kawasan hutan yang dan curah hujan.
mempunyai fungsi pokok sebagai Faktor kelerengan, jenis tanah,
perlindungan sistem penyangga dan curah hujan tidak dapat dijadikan
kehidupan untuk mengatur tata air, sebagai indikator fungsi hutan yaitu
mencegah banjir, mengendalikan fungsi konservasi, fungsi lindung, dan
erosi, mencegah intrusi air laut, dan fungsi produksi. Menurut
memelihara air tanah. Adapun yang Soerianegara (1976) Hutan adalah
dimaksud hasil hutan pada ayat (13) masyarakat tumbuhan yang dikuasai
adalah benda-benda hayati, non hayati oleh pohon-pohon dan mempunyai
dan turunannya, serta jasa yang keadaan lingkungan yang berbeda
berasal dari hutan. dengan keadaan lingkungan di luar
Selanjutnya pada pasal 6 ayat hutan. Menurut Loekito Darjadi
(1) menyebutkan bahwa Hutan (1980) Hutan adalah suatu kelompok
mempunya 3 (tiga) fungsi yaitu : (1) pohon-pohon yang cukup luas dan
fungsi konservasi; (2) fungsi lindung; rapat sehingga dapat menciptakan
dan (3) fungsi produksi, pada ayat (2) iklim mikro sendiri. Menurut Odum
pemerintah menetapkan hutan (1971) Hutan adalah kesatuan biologis
sebagaimana dimaksud pada pasal 6 (biocoenosis) terdiri atas flora dan
ayat (1) berdasarkan fungsi pokok fauna yang terdapat baik di atas
yaitu : (1) hutan konservasi, (2) hutan maupun di bawah tanah. Menurut
lindung, (3) dan hutan produksi. Pada Spurr dan Barnes (1980) hutan adalah
ayat 7 disebutkan bahwa hutan satu kesatuan biologi yang didominir
konservasi terdiri atas : (1) kawasan oleh pohon-pohon atau tanaman
hutan suaka alam; (2) kawasan hutan berkayu. Dengan demikian maka
pelestarian alam, dan (3) hutan buru. indikator utama hutan adalah adanya
Hasil pengamatan menunjukkan pohon-pohon yang berpengaruh
bahwa Pemerintah menetapkan terhadap kondisi kawasan hutan,
kawasan hutan berdasarkan pada SK apabila kawasan sudah tidak memiliki
Mentan Nomor 837/Kpts/Um/11/80 pohon-pohon maka kondisi iklim dan
Tentang Kriteria dan Tata Cara kondisi tanah akan mengalami
perubahan, demikian pula kondisi pemerintah yang dituangkan di dalam
mahluk hidup yang ada di atasnya. peraturan perundang-undangan
Parameter yang menjadi tentang penetapan kriteria kawasan
kriteria dalam SK Mentan Nomor dengan dasar-dasar teori ekosistem
837/Kpts/Um/11/80 dan SK Mentan hutan.
Nomor 683/Kpts/Um/8/81 tidak Menurut Indriyanto (2006)
memiliki dasar yang kuat sebagaimana bahwa formasi ekosistem hutan
yang diamanatkan di dalam Undang- merupakan tipe atau bentuk susunan
undang nomor 41 tahun 1999 tentang ekosistem hutan yang terjadi akibat
Kehutanan maupun berdasarkan pengaruh faktor lingkungan yang
kaidah hutan menurut ekosistem dominan terhadap pembentukan dan
hutan. perkembangan komunitas dalam
Perhitungan dan kriteria ekosistem hutan.
penetapan kawasan hutan berdasarkan Formasi hutan yang berpengaruh
keputusan Menteri Pertanian nomor terhadap pembentukan dan komunitas
837 dan 683 selama ini digunakan dalam ekosistem hutan memiliki nilai-
dalam semua perhitungan penetapan nilai yang dapat menggambarkan
kawasan hutan, termasuk di dalam fungsi dari hutan dalam suatu
penyusunan rencana kehutanan seperti kawasan, sehingga dapat memberikan
Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun gambaran kriteria hutan sesuai dengan
200 tentang Perencanaan Kehutanan fungsi dan tujuan hutan. Kawasan
pada pasal 24 yang memuat tentang hutan ditumbuhi oleh lebatnya pohon
kriteria kawasan hutan yaitu dan tumbuhan. Menurut Haeruman
menggunakan skor sebagaimana yang (1980) bahwa pada hutan alam tropis
ditetapkan di dalam keputusan menteri primer mempunyai jumlah spesies
pertanian nomor 837 dan 683. tumbuhan yang banyak seperti hutan
Peraturan Pemerintah ini juga belum di Kalimantan memiliki lebih dari
menunjukan penjabaran dari Undang- 40.000 spesies, dan diantaranya
undang nomor 41 tahun 1999 tentang terdapat 4000 spesies yang masuk ke
Kehutanan. Sehingga apa dalam golongan pepohonan besar dan
perencanaan yang dilakukan tidak penting.
sesuai dengan kaidah-kaidah Hasil pengamatan pada
ekosistem dan fungsi hutan. penetapan kawasan hutan oleh
Parameter pohon dan kerapatan pemerintah ditetapkan melalui surat
pohon sebagai pembentuk hutan yang Keputusan Menteri Pertanian Nomor
memberikan manfaat sehingga hutan 837/Kpts/Um/11/80 Tentang Kriteria
dapat berfungsi sebagai kawasan yang dan Tata Cara Penetapan Hutan
mampu memberikan perlindungan dan Lindung dan Surat Keputusan Menteri
memberikan manfaat sosial dan Pertanian Nomor 683/Kpts/Um/8/81
ekonomi dimana pohon-pohon adalah Tentang Kriteria dan Tata Cara
sebagai sumber kehudupan tidak Penetapan Hutan Produksi dan Hutan
masuk di dalam analisis penetapan Lindung, serta Hutan Konservasi
kawasan menggunakan parameter kelerengan,
jenis tanah, dan curah hujan yang
B. Perbandingan Kriteria Kawasan menjadi kriteria dalam perhitungan,
Pengamatan kriteria penetapan dengan cara perhitungan sebagai
kawasan hutan dilakukan berikut.
perbandingan antara kebijakan
a. Faktor Kelerengan - Kawasan hutan pada ketinggian ≥
Kelas Kelerengan Keterangan 2000 mdpl
Lereng (%) - Kawasan hutan yang mempunyai
1 0–8 Datar tanah peka erosi dengan lereng ≥
2 8 – 15 Landai 15 %
3 15 – 25 Agak Curam
- Kawasan hutan yang merupakan
4 25 – 45 Curam
daerah resapan air
5 45 atau lebih Sangat Curam
- Kawasan hutan yang merupakan
daerah perlindungan pantai
b. Faktor Jenis Tanah
Kelas Jenis Tanah Keterangan UU nomor 41 tahun 1999
Tanah tentang Kehutanan pasal 1 (2) bahwa
1 Aluvial, Tanah Glei, Tidak Peka
Planosol, Hidromorf Hutan adalah suatu kesatuan
Kelabu, Literit Air ekosistem berupa hamparan lahan
Tanah
2 Latosol (Oxisol) Agak Peka berisi sumberdaya alam hayati yang
3 Brown Forest Soil Kurang Peka didominasi pepohonan dalam
(Inceptisol), Non
Calcic Brown persekutuan alam lingkungannya,
(inceptisol), yang satu dengan yang lainnya tidak
Mediteran (Alfisol)
4 Andosol (Andisol), Peka
dapat dipisahkan. Oleh karena itu
Laterit (Oxisol), parameter komunitas pohon dalam
Grumosol (Molisol),
Podsol (Spodosol),
suatu kawasan harus masuk di dalam
Podsolik (Ultisol) kriteria penetapan kawasan hutan,
5 Regosol, Litosol, Sangat Peka
Organosol, Renzina
karena pohon-pohon adalah
merupakan pembentuk utama dari
c. Intensitas Curah Hujan hutan.
Kelas Intensitas Keterangan Parameter jenis tanah yang
Intensitas Hujan ditetapkan di dalam kriteria adalah
Hujan (mm/hari
hujan)
merupakan jenis tanah pada tingkat
1 s/d 13,6 Sangat Rendah ordo, jenis tanah pada tingkat ordo ini
2 13,6 – 20,7 Rendah hanya menggambarkan proses
3 20,7 – 27,7 Sedang pembentukan tanah, ordo tanah
4 27,7 – 34,8 Tinggi
5 Lebih dari 34,8 Sangat Tinggi
dibedakan berdasarkan ada tidaknya
horison penciri serta jenis (sifat) dari
Cara perhitungan skor adalah = (20 x horison penciri, belum memberikan
kelas lereng) + (15 x kelas tanah) + sifat-sifat tanah secara rinci.
(10 x kelas Intensitas Hujan) Parameter intensitas curah hujan
Kriteria : adalah merupakan indikasi banyaknya
jumlah air yang turun ke bumi, jumlah
a) Hutan Lindung memiliki
air yang jatuh ke bumi ini dapat
skor lebih dari 175
memberikan manfaat bagi kehidupan
b) Hutan Produksi Terbatas skor 125
dan juga dapat berakibat pada bencana
– 174
bagi kehidupan. Jatuhnya hujan
c) Hutan Produksi Biasa skor kurang
memiliki energi kinetik (Sitanala
dari 125
Arsyad, 2010) sehingga yang mampu
d) Kriteria tambahan untuk hutan
menghancurkan patikel tanah, selain
lindung adalah
itu pula kekuatan hujan didukung oleh
- Kawasan hutan yang memiliki
adanya angin yang mampu
lereng lapangan ≥ 40 %
memperbesar kecepatan dan energi d. Kriteria sempadan sungai adalah
hujan 100 meter kiri kanan sungai besar
Oleh karena itu maka dan 50 meter kiri kanan sungai
parameter lereng, jenis tanah, dan kecil.
curah hujan adalah merupakan e. Kriteria kawasan waduk atau
parameter yang sangat lemah dalam danau adalah 50 – 100 meter dari
menentukan kawasan hutan. titik pasang ke arah darat.
f. Kawasan sekitar mata air adalah
C. Kriteria Penetapan Kawasan dengan jari-jari sekurang-
1. Kriteria penetapan kawasan kurangnya 200 meter di sekitar
hutan lindung mata air.
Batasan hutan lindung menurut Penetapan skor > 175 bagi
UU nomor 41 tahun 1999 tentang hutan lindung dalam SK Mentan serta
Kehutanan pasal 1 ayat (8) bahwa Kepres nomor 32 tahun 1990 tentang
hutan lindung adalah kawasan hutan Pengelolaan Kawasan Lindung di atas
yang mempunyai fungsi pokok tidak memiliki makna terhadap
sebagai perlindungan sistem kawasan hutan sebagai kawasan
penyangga kehidupan untuk mengatur lindung dan tidak dilandasi oleh
tata air, mencegah banjir, kaidah ekosistem hutan dan ketentuan
mengendalikan erosi, mencegah yang ditetapkan dalam UU nomor 41
intrusi air laut, dan memelihara tahun 1999 tentang Kehutanan.
kesuburan tanah. Selanjutnya penambahan
Berdasarkan Kepres Nomor 32 parameter ketinggian tempat,
tahun 1990 tentang Pengelolaan kelerengan, kepekaan erosi, kawasan
Kawasan Lindung pada pasal 8 bahwa yang merupakan daerah resapan air,
kriteri kawasan lindung adalah daerah perlindungan masih bukan
kawasan hutan dengan faktor-faktor pilihan yang tepat. Oleh karena
lereng lapangan, jenis tanah, curah prinsip-prinsip perlindungan adalah
hujan yang melebihi nilai skor 175 dan pada keberadaan komunitas
atau kawasan hutan yang mempunyai pepohonan yang melindungi. Letak
lereng lapangan 40% atau lebih, dan dan atau posisi kawasan hutan di
atau kawasan hutan yang mempunyai dalam suatu wilayah aliran sungai
ketinggian di atas permukaan laut adalah merupakan faktor penting
2.1 meter atau lebih. Selanjutnya dalam penempatan hutan lindung.
disebutkan kriteria-kriteria : Kawasan lindung adalah merupakan
a. Kawasan bergambut dengan kawasan yang mampu sebagai
ketebalan ≥ 3 meter yang terdapat kawasan yang dapat melindungi bagi
di bagian hulu sungai sub sistem kehidupan lainnya di dalam
b. Kawasan resapan air adalah curah ekosistem hutan seperti air, tanah,
hujan tinggi dengan struktur tanah flora, fauna, plasma nuftah, dan
mudah meresapkan air, bentuk komunitas hutan lainnya.
geomorfologi yang mampu Mengamati pasal 1 ayat (8) di
meresapkan air hujan secara dalam UU nomor 41 tahun 1999
besar-besaran. tentang Kehutanan maka titik tolak
c. Kriteria sempadan pantai adalah yang menentukan dalam perlindungan
daratan sepanjang pantai dengan kawasan hutan adalah ditentukan oleh
jarak 100 meter dari titik pasang komunitas jenis dan ukuran pohon.
tertinggi ke arah darat. Jenis dan ukuran pohon sangat
menentukan dalam kemampuan mendorong proses kehidupan
mengendalikan curah hujan yang tumbuhan lain yang memerlukan
sampai ke bumi yaitu pohon memiliki persyaratan iklim mikro tertentu
kemampuan untuk menahan (intersepi) sehingga hutan menjadi gudang
dan atau menyimpan air, serta plasma nuftah (sumber genetik),
memecah energi curah hujan sehingga mengendalikan kehidupan mikro
tidak berakibat pada pemecahan biologi, serta dengan adanya
partikel tanah. Kemampuan pohon komunitas pepohonan memiliki
dalam menyimpan air adalah potensi sebagai sumber inspirasi ilmu
merupakan tempat bagi stabilitas pengetahuan dan objek wisata.
keseimbangan air di wilayah aliran Jenis-jenis pohon sebagai
sungai, karena apabila air tidak kawasan hutan lindung adalah jenis-
ditahan di pepohonan maka hujan jenis yang memerlukan kondisi
yang turun tidak akan langsung lingkungan tumbuh (temperatur,
mengalir ke sungai yang dapat kelembapan, intensitas cahaya
mengakibatkan erosi dan banjir. matahari, kesuburan tanah), tertentu
Keberadaan komunitas pohon sehingga dapat tumbuh dan
juga akan menghasilkan bahan organik berkembang dengan baik, serta pohon-
dari proses dekomposisi daun-daun pohon dalam masa pertumbuhannya
yang telah mengalami masa “senesen”, memerlukan waktu yang sangat lama
sehingga membentuk lantai bahan yaitu lebih dari 25 tahun untuk
organik di dalam hutan yang memiliki mencapai ukuran strata hutan yang
kemampuan dalam perlindungan dipersyaratkan, serta jenis-jenis yang
tanah, menahan dan atau mampu mampu sebagai pelindung bagi
menyimpan air. Keberadaan kehidupan lainnya dan mampu
komunitas hutan juga menjadi habitat mengendalikan sistem hidrologi.
bagi kehidupan binatang, membangun Letak dan atau posisi kawasan
sistem iklim mikro sehingga dapat hutan di dalam suatu aliran sungai
mendukung terjadinya keseimbangan sebagai hutan lindung sangat
iklim makro, mengendalikan sistem menentukan, oleh karena apabila di
udara terutama pengendalian O2 dan daerah hulu sungai tidak terdapat
CO2, komunitas pohon juga dapat hutan maka di daerah hilir akan
membentuk tumbuhan-tumbuhan yang menerima banjir kiriman, oleh karena
dapat dimanfaatkan sebagai sumber hujan yang turun tidak memiliki
pangan dan energi. penahan dan atau tidak di intersep oleh
Menurut Arief (2001) bahwa pohon. Di dalam Undang-undang
dengan adanya komunitas pepohonan nomor 41 tahun 1999 tentang
akan terjadi proses alam yang saling Kehutanan pasal 18 ayat (1) adalah
berhubungan yaitu proses siklus Pemerintah menetapkan dan
hidrologi dan pengawetan tanah dalam mempertahankan kecukupan kawasan
arti bahwa terjadi pengendalian aliran luas kawasan hutan dan penutupan
siklus air yang seimbang sehingga hutan untuk setiap daerah aliran
dapat mempertahankan keberadaan air sungai, dan atau pulau guna
di sungai dan mata air, mengendalikan optimalisasi manfaat lingkungan,
terjadinya erosi. Selanjutnya adalah manfaat sosial, dan manfaat ekonomi
terjadinya proses pembentukan humus masyarakat setempat, selanjutnya pada
yang mampu mempertahankan dan ayat (2) ditetapkan luas kawasan hutan
meningkatkan kesuburan tanah; yang dimaksud pada ayat (1) adalah
seluas 30% dari luas daerah aliran 2. Kriteria penetapan kawasan
sungai dan atau pulau dengan sebaran hutan konservasi
yang proporsional. Luas 30 % UU nomor 41 tahun 1999
dengan sebaran proposional tidak tentang Kehutanan menetapkan bahwa
memiliki dasar yang kuat karena hutan konservasi terdiri atas : (1)
tersebar di dalam suatu wilayah aliran kawasan hutan suaka alam; (2)
sungai, hal ini bisa saja terjadi luas kawasan hutan pelestarian alam; (3)
30% berada di wilayah hilir dan bukan taman buru. Selanjutnya Pemerintah
berada di wilayah hulu, padahal yang mendefinisikan hutan konservasi,
harus mendapatkan porsi kawasan hutan suaka alam, hutan pelestarian,
yang luas adalah di wilayah hulu, dan hutan buru didasarkan pada UU
untuk menjaga terjadinya besarnya air nomor 41 tahun 1999 tentang
limpasan dari hulu ke hilir. Kehutanan pasal 1 ayat (9) bahwa
Parameter komunitaspohon hutan konservasi adalah kawasan
adalah merupakan faktor pelindung dengan ciri khas tertentu, yang
dan pengendali terhadap kondisi mempunyai fungsi pengawertan
lereng agar tidak terjadi erosi, keanekaragaman tumbuhan dan satwa
pengendali curah hujan agar tidak serta ekosistemnya. Pada ayat (10)
mengakibatkan kerusakan bagi tanah disebutkan bahwa kawasan hutan
dan pohon mampumengendalikan suaka alam adalah hutan dengan ciri
energi hujan dan mampu sebagai khas tertentu, yang mempunyai fungsi
tempat penyimpanan air yang mampu pokok sebagai kawasan pengawetan
mendukung keberadaan air pada mata- keanekaragaman tumbuhan dan satwa
mata air dan sungai, serta komunitas serta ekosistemnya, yang juga
pohon mampu menciptakan kehidupan berfungsi sebagai wilayah sistem
komponen hayati dan non hayati, penyangga kehidupan. Pada ayat (11)
sehingga pohon adalah parameter kawasan hutan pelestarian alam adalah
utama dalam menetukan kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
lindung bukan faktor yang dilindungi mempunyai fungsi pokok
dan yang dikendalikan yang menjadi perlindungan sistem penyangga
parameter penentuan kawasan lindung. kehidupan, pengawetan
Perhitungan jumlah dan jenis keanekaragaman jenis tumbuhan dan
pepohonan merupakan faktor utama satwa, serta pemanfaatan secara lestari
dalam menentukan kawasan hutan sumberdaya alam hayati dan
lindung karena memiliki kemampuan ekosistemnya. Pada ayat (12) Taman
dalam menahan dan menyimpan air buru adalah kawasan hutan yang
hujan, mampu menciptakan iklim ditetapkan sebagai tempat wisata
mikro yang diinginkan oleh kehidupan berburu.
tumbuhan tertentu dan makhluk hidup Selanjutnya berdasarkan
lainnya, serta mampu mengendalikan Kepres nomor 32 tahun 1990 tentang
dan membentuk iklim makro. Pengelolaan Kawasan Lindung pasal
Selanjutnya adalah penempatan hutan 22 bahwa Kawasan suaka alam terdiri
lindung di wilayah hulu sungai baik di atas cagar alam, suaka margasatwa,
dalam wilayah aliran sungai maupun hutan wisata, daerah perlindungan
di sub wilayah aliran sungai adalah plasma nutfah dan daerah pengungsian
merupakan hal yang mutlak harus satwa. Selanjutnya pada pasal 23
dilakukan. diatur kriteria-kriteria sebagai berikut :
(1) Kriteria cagar alam adalah :
a) Kawasan yang ditunjuk d) Mempunyai luas yang cukup dan
mempunyai keanekaragaman jenis lapangannya tidak
tumbuhan dan satwa dan tipe membahayakan
ekosistemnya; (4)Kriteria daerah perlindungan plasma
b) Mewakili formasi biota tertentu nutfah adalah
dan atau unit-unit penyusunan; a) Areal yang ditunjuk memiliki
c) Mempunyai kondisi alam, baik jenis plasma nutfah tertentu yang
biota maupun fisiknya yang masih belum terdapat di kawasan
asli dan atau belum diganggu konservasi yang telah ditetapkan;
manusia b) Merupakan tempat pemindahan
d) Mempunya luas dan bentuk satwa yang merupakan tempat
tertentu agar menunjang kehidupan baru bagi satwa
pengelolaan yang efektif dengan tertentu;
daerah penyangga yang cukup c) Mempunyai luas yang cukup dan
luas lapangannya tidak
e) Mempunyai ciri khas dan dapat membahayakan.
merupakan satu-satunya contoh di (5)Kriteria daerah pengungsian satwa
suatu daerah serta keberadaannya adalah
memerlukan upaya konservasi. a) Areal yang ditunjuk merupakan
(2) Kriteria suaka margasatwa wilayah kehidupan satwa yang
a) Kawasan yang ditunjuk sejak semula mnghuni areal
merupakan tempat hidup dan tersebut;
perkembangbiakan dari suatu b) Mempunyai luas tertentu yang
jenis satwa yang perlu dilakukan memunhkinkan berlangsungnya
upaya konservasinya proses hidup dan kehidupan serta
b) Memiliki keanekaragaman dan berkembangbiaknya satwa
populasi satwa yang tinggi tersebut.
c) Merupakan tempat dan kehidupan Pada tahun 2011 baru
bagi jenis satwa migran tertentu dilakukan penyempurnaan terhadap
d) Mempunyai luas yang cukup kriteria kawasan suaka alam dan
sebagai habitat jenis satwa yang kawasan pelestarian alam dengan
bersangkutan. diterbitkannya Peraturan Pemerintah
(3) Kriteria hutan wisata nomor 28 tahun 2011 tentang
a) Kawasan yang ditunjuk Pengelolaan Kawasan Suaka Alam
memiliki keadaan yang menarik dan Kawasan Pelestarian Alam yaitu :
dan indah baik secara alamiah Kriteria suatu wilayah dapat
maupun buatan manusia; ditunjuk dan ditetapkan sebagai
b) Memenuhi kebutuhan manusia kawasan cagar alam meliputi :
akan rekreasi dan olah raga serta (1) Memiliki keanekaragaman jenis
terletak dekat pusat-pusat tumbuhan dan atau satwa liar
pemukiman penduduk yang tergabung dalam suatu tipe
c) Mengandung satwa buru yang ekosistem.
dapat dikembangbiakan (2) Mempunyai kondisi alam, bbaik
sehingga memungkinkan untuk tumbuhan dan atau satwa
perburuan secara teratur dengan liar yang secara fisik masih asli
mengutamakan segi rekreasi, dan belum terganggu.
olah raga dan kelestarian satwa; (3) Terdapat omunitas tumbuhan dan
atau satwa beserta ekosistemnya
yang langka dan atau (1) Memiliki keindahan alam dan
keberadaannya terancam punah; atau gejala alam;
(4) Memiliki formasi biota tertentu (2) Mempunyai luas wilayah yang
dan atau unit-unit penyusunnya; memungkinkan untuk
(5) Mempunyai luas yang cukup dan pengembangan koleksi tumbuhan
bentuk tertentu yang dapat dan atau satwa; dan
menunjang pengelolaan secara (3) Merupakan wilayah dengan ciri
efektif dan menjamin khas baik asli maupun buatan,
keberlangsungan proses ekologis pada wilayah yang ekosistemnya
secara alami; dan atau masih utuh ataupun wilayah yang
(6) Mempunyai ciri khas potensi dan ekosistemnya sudah berubah.
dapat merupakan contoh Penyempurnaan kriteria
ekosistem yang keberadaannya kawasan konservasi melalui terbitnya
memerlukan konservasi Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun
Kriteria suatu wilayah dapat 2011 tentang Pengelolaan Kawasan
ditunjuk dan ditetapkan sebagai Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
kawasan suaka margasatwa meliputi : Alam tidak banyak berbeda dengan
(1) Merupakan tempat hidup dan Keputusan Presiden nomor 32 tahun
berkembang biak satu atau 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
beberapa jenis satwa langka dan Lindung. Kriteria ekologi hutan yang
atau hampir punah; memasukan komponen pohon atau
(2) Memiliki keanekaragaman dan komunitas pohon dalam luasan
populasi satwa yang tinggi; tertentu tidak terukur secara jelas,
(3) Merupakan tempat dan kehidupan kriteria-kriteria yang dibangun bersifat
bagi jenis satwa migrasi tertentu; kualitatif dan subjektif.
(4) Mempunyai luas yang cukup Kawasan-kawasam lindung
sebagai habitat jenis satwa. maupun kawasan konservasi yang saat
Kriteria suatu kawasan dapat ini telah berubah ekosistem hutannya
ditunjuk dan ditetapkan sebagai yang tidak lagi didominasi oleh
kawasan taman nasional meliputi : pepohonan masih tetap ditetapkan
(1) Memiliki sumberdaya alam hayati sebagai kawasan lindung dan kawasan
dan ekosistem yang khas dan unik konservasi.
yang masih utuh dan alami serta Kriteria-kriteria yang
gejala alam yang unik; ditetapkan berdasarkan Peraturan
(2) Memiliki satu atau beberapa Pemerintah nomor 28 tahun 2011
ekosistem yang masih utuh tentang Pengelolaan Kawasan Suaka
(3) Mempunyai luas yang cukup Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
untuk menjamin kelangsungan dan berdasarkan Keputusan Presiden
proses ekologis secara alami; nomor 32 tahun 1990 tentang
(4) Merupakan wilayah yang dapat Pengelolaan Kawasan Lindung sama
dibagi ke dalam zona inti, zona sekali tidak memasukan komponen
pemanfaatan, zona rimba, dan kelerengan, jenis tanah, dan curah
atau zona lainnya sesuai hujan sebagi parameter penentu.
keperluan.
Kriteria suatu wilayah dapat 3. Kriteria penetapan kawasan
ditunjuk dan ditetapkan sebagai hutan produksi
kawasan hutan raya meliputi : Pemerintah menetapkan dan
mempertahankan kecukupan luas
hutan kawasan hutan dan penutupan
240
hutan untuk setiap daerah aliran (faktor produksi Labor/Tenaga Kerja),
sungai, dan atau pulau guna B (faktor bahan baku), lahan (faktor
optimalisasi lingkungan, manfaat produksi lahan), Xi (faktor produksi
sosial, dan manfaat ekonomi (input) lainnya.
masyarakat setempat (UU nomor 41 Mengacu pada penetapan
tahun 1999 tentang Kehutanan). kawasan hutan produksi berdasarkan
Dengan demikian maka kawasan SKMentann Nomor
hutan memiliki fungsi produksi yang 683/Kpts/Um/8/81 dengan parameter
secara ekonomi mampu memberikan kelas lereng, jenis tanah, dan curah
kesejahteraan masyarakat dengan hujan, sama sekali tidak memiliki
luasan yang cukup dan mampu hubungan dengan dasar-dasar fungsi
memberikan hasil produksi secara produksi yang ditetapkan di dalam UU
berkelanjutan. nomor 41 tahun 1999 tentang
Pada ayat (7) UU nomor 41 Kehutanan dan Teori produksi.
tahun 1999 tentang Kehutanan Titik tolak penetapan kriteria
disebutkan bahwa hutan produksi hutan produksi adalah pada
adalah kawasan hutan yang keberadaan bahan baku yang mampu
mempunyai fungsi pokok disediakan di dalam kawasan hutan
memproduksi hasil hutan Adapun baik bahan baku untuk produksi kayu
yang dimaksud hasil hutan pada ayat maupun produksi bukan kayu. Bahan
(13) adalah benda-benda hayati, non baku produksi kayu menurut Arifin
hayati dan turunannya, serta jasa yang Arief (2001) adalah meliputi hasil
berasal dari hutan. Pada pasal 28 kayu sebagai bahn baku industri kayu
disebutkan bahwa pemanfaatan hutan perkakas, kertas (pulp). Hasil
produksi dapat berupa pemanfaatan produksi hutan yang dihasilkan
kawasan, pemanfaatan jasa meliputi kayu bulat yang ditebang
lingkungan, pemanfaatan hasil hutan sebagai bahan baku produksi kayu
kayu dan bukan kayu, serta olahan (kayu gergajian, kayu lapis,
pemungutan hasil hutan kayu dan wood working, block board, veneer,
bukan kayu. dll), dan hasil hutan bukan kayu
Berdasarkan ketetapan seperti rotan, sagu, sutra, terpentin,
pemerintah yang didasarkan pada minyak kayu putih, damar, sarang
Undang-undang tentang hutan burung, madu, dan lain-lain
produksi dan produksi hutan adalah (www.kppbumn.depkeu.go .id).
produksi kayu dan bukan kayu serta Dasar-dasar kriteria yang
jasa lingkungan, namun demikian seharusnya menjadi parameter untuk
didalam penetapan kriteria kawasan menentukan hutan produksi adalah
hutan parameter kemampuan produksi memperhitungkan kemampuan
hutan (kayu dan bukan kayu) tidak kawasan hutan dalam menghasilkan
termasuk di dalam parameter kayu dan bukan kayu secara ekonomi
penetapan kawasan. dapat memberikan keuntungan dan
Menurut Dedi NS. Setiono secara ekologi tetap mempertahan
(2011) bahwa secara umum fungsi kondisi hutan lestari yaitu tidak
produksi neo-klasik sering dinyatakan berdampak pada perubahan ekosistem
dalam persamaan Cobb-Douglas Y = yang mengakibatkan perubahan
f(A,K,L,B,Lahan,Xi,..) dimana Y keseimbangan sistem hidrologi yang
(output), A (Faktor teknologi), K berakibat pada banjir dan kekeringan,
(faktor produksi Kapital/modal), L erosi tanah, dan mengganggu habitat
kehidupan binatang dan biota lainnya Program reboisasi tidak
di hutan. dilakukan oleh pemegang ijin usaha
Kriteria produksi hasil hutan pemanfaatan hasil hutan kayu alam
bukan kayu adalah merupakan hal (IUPHH-KA) oleh karena para
yang sangat penting yaitu degan pemegang ijin telah membayar dana
memasukkan parameter kemampuan reboisasi, padahal menurut UU nomor
produksi hasil hutan bukan kayu yang 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
dipengaruhi oleh adanya komunitas pasal 48 ayat (3) bahwa pemegang izin
pohon-pohon besar dan atau usaha pemanfaatan hutan serta pihak-
keberadaan pohon-pohon besar yang pihak yang menerima wewenang
merupakan lingkungan hidup bagi pengelolaan hutan diwajibkan
hasil hutan bukan kayu seperti rotan, melindungi hutan dalam areal
damar, madu, kina, kayu putih dan kerjanya.
lain-lain. Akibat dari perubahan tersebut
D. Kondisi Kawasan Hutan adalah daerah pemukiman dan areal-
Eksploitasi sumberdaya hutan areal pertanian di sepanjang Sungai
sebagai sumberdaya alam yang Mahakam selalu terjadi banjir, dan
mampu mendukung perekonomian apabila terjadi kemarau selama lebih
negara dan ekonomimasyarakat dari 3 (tiga) bulan maka terjadi intrusi
mengakibatkan terjadinya perubahan air laut ke sungai Mahakam.
ekosistem hutan besar-besaran tanpa Eksploitasi hutan kayu alam
diimbangi dengan pengelolaan saat ini telah mengalami penurunan
sumberdaya hutan yang berkelanjutan. yang cukup besar yaitu terhitung sejak
Kondisi kawasan hutan dapat tahun 1998 sampai dengan 2011
dilihat melalui pengamatan peta seperti yang disajikan pada Tabel 1
"landsat", dalam hal ini dilakukan berikut.
terhadap kondisi kawasan hutan di Tabel 1. Luas Tebangan dan Produksi
Kalimantan Timur melalui analisis Hasil Hutan Kayu Alam di Kaltim
peta "landsat" tahun 2009. Hasil No Tahun Luas Produksi (m3)
analisis menunjukkan bahwa kawasan Tebangan (ha)
1 1998 36.673,00 5.494.161,40
hutan yang telah berubah menjadi 2 1999 247.730,00 5.533.678,70
belukar dan lahan terbuka seluas 6,8 3 2000 62.735,80 4.707.447,40
juta ha, dengan rincian luas Kawasan 4 2001 591.312,40 4.509.928,90
Budidaya Kehutanan (KBK) 5 2002 91.094,38 2.601.805,85
6 2003 93.921,38 1.162.777,54
9.761.198,00 dan luas Kawasan 7 2004 72.490,21 2.677.179,68
Lindung (HL) sebesar 4.604.985,00 8 2005 72.490,21 2.677.179,68
ha, adapun kerusakan hutan di hutan 9 2006 73.942,23 2.774.939,26
lindung sebesar 1.050.306,51 ha dan 10 2007 83.499,76 1.984.648,84
11 2008 81.175,83 1.780.776,34
kerusakan hutan di Kawasan Budidaya 12 2009 79.202,94 1.700.985,58
Kehutanan adalah sebesar 13 2010 64.683,38 673.032,72
5.820.138,82 14 2011 77.182,14 821.873,86
Sumber : Kalimantan Timur Dalam Angka (1998 - 2011)
Program reboisasi yang
dilakukan pemerintah sejak tahun Penurunan produksi hutan
1998 sampai dengan 2010 hanya kayu alam juga berdampak pada
seluas 975.453,94 ha termasuk HTI penurunan hasil hutan bukan kayu
yang dikategorikan sebagai program yang ekosistemnya bergantung pada
reboisasi seluas 91.545,74 ha. kawasan hutan alam yang dieksploitasi

242
oleh pemegang izin usaha pengelolaan 2. Menyempurnakan kriteria
hasi hutan kayu alam (IUPHHKA). kawassan hutan sebagaimana yang
Pada saat ini produksi damar di diamanatkan di dalam UU nomor
Kalimantan Timur sudah tidak terlihat 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
lagi, produksi madu alam sudah 3. Menyempurnakan penetapan
semakin langka, produksi rotan sudah kriteria kawasan konservasi yang
tidak lagi banyak diusahakan tertuang di dalam Peraturan
masyarakat. Pemerintah nomor 28 tahun 2011
Usaha pemerintah daerah tentang Pengelolaan Kawasan
untuk melakukan penataan kembali Suaka Alam dan Kawasan
hutan dalam kaitannya dengan Pelestarian Alam,
penataan ruang daerah terhambat
dengan kriteria yang dibangun oleh DAFTAR PUSTAKA
pemerintah pusat melalui keputusan- [1] Arief Arifin. 2001. Hutan dan
keputusan Menteri dan Peraturan- Kehutanan. Kanisius,
peraturan Pemerintah yang Yogyakarta.
menetapkan kawasan hutan [2] Badan Perencanaan Pembangunan
berdasarkan kriteria kelerengan, jenis Daerah Provinsi Kalimantan Timur.
tanah dan curah hujan. Kalimantan Timur Dalam Angka
1998-2012. Samarinda
KESIMPULAN DAN SARAN
[3] Daryadi Loekito. 1980. Sendi-sendi
A. Kesimpulan Silvikultur. BPLPP Departemen
Hasil pengamatan dan kajian Pertanian, Jakarta.
terhadap kebijakan pemerintah tentang [4] Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan.
penetapan kriteria kawasan hutan Bumi Aksara, Jakarta.
dapat disimpulkan : [5] Soerianegara, I. 1976. Ekologi Hutan
1. Penetapan kawasan hutan dengan Indonesia. Fakultas Kehutanan IPB,
kriteria lereng, jenis tanah, dan Bogor
curah hujan tidak dapat dijadikan [6] Spurr, H.S and B.P. Barners. 1980.
dasar sebagai kriteria dalam Forest Ecology. John Willey & Sons
menetapkan kawasan hutan Inc. New York
lindung, kawasan hutan konservasi [7] www.kppbumn.depkeu.go.id. di
unduh pada 15 Maret 2013
dan kawasan hutan produksi.
[8] Undang undang nomor 41 tahun
2. Kriteria utama yang dapat
1999 tentang Kehutanan
dipergunakan dalam menetapkan [9] Peraturan Pemerintah nomor 28
kawasan hutan adalah adanya tahun 2011 tentang Pengelolaan
perhitungan komunitas pepohonan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
sebagai pembentuk hutan. Pelestarian Alam
[10] Keputusan Presiden nomor 32
B. Saran
tahun 1990 tentang Pengelolaan
Untuk dapat memenuhi kriteria Kawasan Lindung
kawasan hutan agar keberadaan hutan [11] Keputusan Menteri Pertanian
dapat tetap merupakan kawasan Nomor 837/Kpts/Um/11/80 Tentang
dengan ekosistem hutan yang mampu Kriteria dan Tata Cara Penetapan
mendukung semua kehidupan Hutan Lindung
disarankan : [12] Surat Keputusan Menteri Pertanian
1. Mencabut SK Mentan Nomor Nomor 683/Kpts/Um/8/81 Tentang
837/Kpts/Um/11/80 Kriteria dan Tata Cara Penetapan
Hutan Produksi

You might also like