Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal InFestasi

Vol. 8 No.2 Desember 2012


Hal. 157 - 170

PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM DIMENSI


RADICAL HUMANIST DAN RADICAL STRUCTURALIST:
MENENGOK (PULA) PERAN AKUNTAN(SI) FORENSIK

Achdiar Redy Setiawan


Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang Po. Box. 02 Kamal, Bangkalan-Madura
Email: achdiar_redy17@yahoo.com

ABSTRACT

As a nation state, Indonesia faces great challenges to deal with corruption.


While all nation members discussing about how to combat corruption, it ends
up in discourse and rhetoric words. Corruption is still a huge problem that has
not been solved yet until now. We have to go far away to find out the root of
this terrible problem. Then, optimistic view need to be put in mind that
Indonesia would be corruption free in the future. In line with those positive
thinking spirit, this paper try to build strategy to minimize corruption
phenomenon. I, borrow the Burrel Morgan paradigm, suggest two kinds of
strategies: consciousness (radical humanist) and structural changes (radical
structuralist). Furthermore, the role of forensic accounting to contribute in
combating corruption is also elaborated here. Hopefully, it could give a basic
action plan to all stakeholders to work together toward “Indonesia: clean
without corruption.

Keywords: Corruption, Strategy to Combat, Radical Humanist, Radical


Structuralist, Forensic Accounting

PENDAHULUAN membudaya”. Adalah benar. bahwa


perbuatan “korupsi” di Indonesia telah
Meyakini adagium Lord Acton di
menjadi budaya, sebuah kelaziman
atas, kekuasaan (power) yang dimiliki
peradaban. Bangsa Indonesia yang
oleh seseorang ataupun pihak tertentu
katanya adalah bangsa yang memiliki
memang cenderung untuk
budaya luhur "adiluhung, berdimensi
disalahgunakan. Level, cakupan dan
etis dan berketuhanan, seharusnya
besaran kekuasaan yang dimiliki
tertampar dengan pernyataan founding
membawa kemungkinan derivasi dan
father ini. Korupsi adalah perbuatan
ragam penyalahgunaan. Apalagi jika
menyalahi garis kebenaran yang
kekuasaan itu mendapatkan
diperintahkan Tuhan serta melanggar
pengawasan dan kontrol yang tidak
asas umum kemanusiaan dan keadilan.
memadai, maka lanjut Lord Acton,
Dengan demikian, klaim tentang
penyalahgunaan itu pasti terjadi.
kepemilikan budaya adiluhung tadi
Penyalahgunaan ini salah satu bentuk
seharusnya gugur, jika korupsi telah
paling mengerikannya adalah “korupsi”.
membudaya dalam perikehidupan
Lebih mengerikan lagi jika tengara
bangsa Indonesia.
Bung Hatta bahwa “Korupsi di
Membincang persoalan korupsi di
Indonesia sudah pada tahap
Indonesia memang seakan tidak ada
157
158

Setiawan Jurnal InFestasi Vol.8 No.2 2012


habisnya. Korupsi telah menjadi momok Tindak Pidana Korupsi adalah beberapa
yang menghantui perjalanan bangsa aturan yang digagas sebagai aturan
besar ini hingga memasuki usia main pemberantasan korupsi ini.
kemerdekaannya yang telah melebihi Dengan pertimbangan bahwa sampai
setengah abad. Pengalaman masa lalu akhir tahun 2002 pemberantasan
tentang betapa menakutkannya efek tindak pidana korupsi belum dapat
dari perbuatan korupsi ini seakan tidak dilaksanakan secara optimal dan
menjadi pelajaran berharga. Indonesia lembaga pemerintah yang menangani
masih menempati posisi deretan perkara tindak pidana korupsi belum
puncak negara terkorup di dunia berfungsi secara efektif dan efisien,
beberapa tahun terakhir. maka Undang-Undang Nomor 30 Tahun
Hampir tidak ada peningkatan 2002 yang menjadi dasar pembentukan
berarti dalam usaha pemberantasan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
korupsi memasuki lebih dari satu Korupsi yang disingkat Komisi
dekade orde reformasi. Runtuhnya orde Pemberantasan Korupsi (KPK).
baru 1998, salah satunya diakibatkan Di tengah melemahnya kinerja
tuntutan masyarakat terhadap tengara aparat penegak hukum, kelahiran dan
korupsi. kolusi dan nepotisme (KKN) kehadiran lembaga ad hoc bernama
rezim Presiden Soeharto. Ironinya, apa KPK ini sebenarnya menumbuhkan
yang dulunya menjadi sumber hujatan harapan yang membuncah dalam
(baca: korupsi) sampai sekarang belum perang melawan korupsi ini. Semacam
ditemukan cara efektif pemerangannya. oase penyegar diantara pengapnya
Bahkan, berbagai kasus yang mencuat persoalan korupsi yang kronis ini.
ke permukaan, modus, jenis dan Berbagai aksi nyata KPK jilid I (2004-
besaran korupsi di Indonesia semakin 2008) dan II (2008-2011), dalam
mengerikan dari sisi kualitas dan penindakan tindak pidana korupsi
kuantitas. Kesemuanya ini menyisakan harus diakui memberi secercah
pertanyaan besar kepada seluruh anak ekspektasi pada publik. Berapa banyak
bangsa, apa akar persoalan masalah ini pejabat, legislator dan pihak-pihak lain
sebenarnya? yang bermain-main dengan
Mengingat dan belajar dari penyalahgunaan kekuasaan negara
kejatuhan rezim orde baru, berbagai (bahkan penegak hukum di ranah
perangkat aturan main dalam yudikatif) berbondong-bondong
memerangi korupsi di Indonesia merasakan pengapnya bui.
sebenarnya telah dibuat. Ketetapan Namun, berita di media massa dan
MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang laporan penggiat anti korupsi
Penyelenggara Negara yang Bersih dan menyebutkan bahwa tindak korupsi
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan yang sampai detik ini terungkap oleh
Nepotisme menjadi landasan awal yang aparatur hukum sebenarnya hanyalah
menandai perang ini. Penyelenggara fenomena gunung es. Praktik-praktik
Negara sebagai pihak yang diberikan korupsi yang eksis namun belum (atau
amanah kekuasaan diminta untuk tidak dapat) terungkap senyatanya jauh
menampilkan sosoknya yang bersih dan lebih banyak dan lebih mengerikan,
jujur. baik secara kualitas maupun
Sebagai tindak lanjut dari TAP MPR kuantitasnya. Modus operandi tindak
RI No. XI/MPR/1998 ini, maka telah koruptif hari ini mengarah pada
diundangkan pula beberapa peraturan kecenderungan praktik korupsi yang
perundang-undangan turunan sebagai kolektif, terstruktur dan sistemik
landasan hukum untuk melakukan (Waluyo, 2003; Sulistoni, 2003).
pencegahan dan penindakan tindak Desentralisasi kekuasaan (otonomi
pidana korupsi. UU Nomor 28 Tahun daerah) ditengarai menghasilkan modus
1999 tentang Penyelenggara Negara penyelewengan yang terdesentralisasi
yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, kepada daerah. Wujudnya adalah
Korupsi, dan Nepotisme dan UU No. 20 kolaborasi pihak eksekutif, legislatif
tahun 2001 tentang Pemberantasan (terkadang didukung oleh aparat
159

Setiawan Jurnal InFestasi Vol.8 No.2 2012


yudikatif pula) beserta seluruh kroninya "Itu artinya ada upaya masif di
yang memiliki kewenangan kekuasaan kalangan swasta untuk
di daerahnya (Kabupaten/Kota dan menggerogoti anggaran daerah
Provinsi). Persoalan penyalahgunaan melalui kegiatan pengadaan,"
keuangan daerah ini menjadi semacam katanya.
rantai setan yang menggejala begitu Selama Januari-Juli 2010, potensi
marak di era reformasi ini. Pihak-pihak kerugian negara akibat korupsi
yang memiliki kuasa dan kewenangan sektor keuangan daerah mencapai
terkait keuangan daerah menggunakan Rp 596,232 miliar (38 kasus).
berbagai metode untuk memperkaya "Semester 11-2010, trennya
diri dan kelompoknya. Keuangan meningkat", katanya. Agus
negara yang seharusnya dipergunakan mengatakan, ICW baru
untuk sebesar-besarnya kemakmuran merampungkan kajian di sembilan
rakyat, ternyata banyak ditemukan dari 33 provinsi dan menemukan
dipakai untuk kepentingan pribadinya. tidak kurang dari 90 kasus korupsi
Inilah yang kemudian diistilahkan baru selama Juli-Desember 2010.
lahirnya “raja-raja kecil” di daerah. Sembilan daerah yang selesai dikaji
Bacalah berita Harian Pelita adalah Papua, Gorontalo, Maluku,
tanggal 25 Januari 2011 ini: Sumatera Utara, Sulawesi Utara,
Tren korupsi yang terus meningkat Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
di daerah dan banyaknya kepala Riau, dan Kepulauan Riau. "Masih
daerah di Indonesia yang tersangkut ada 24 provinsi yang belum
perkara korupsi menunjukkan dimasukkan, tetapi sudah
bahwa upaya pemberantasan menunjukkan adanya kenaikan
korupsi belum dirasakan di daerah. jumlah kasus korupsi yang
Keuangan daerah merupakan sektor signifikan dibandingkan tahun-
yang paling rawan dikorupsi dengan tahun sebelumnya," katanya.
APBD sebagai obyek korupsi. Menurut Agus, penindakan yang
Demikian diungkapkan Koordinator dilakukan KPK dengan menangkap
Divisi Investigasi Indonesia kepala daerah yang disangka
Corruption Watch (ICW) Agus korupsi seperti tidak memberikan
Sunaryanto di Jakarta, Minggu efek jera. "Upaya pemberantasan
(23/1/2011). Seperti diberitakan, korupsi belum menyentuh ke
hampir semua provinsi di negeri ini daerah. Pemerintah gagal
tersandera korupsi karena ada saja membangun sistem keuangan
kepala daerah yang saat ini daerah yang baik," katanya.
berstatus tersangka atau terdakwa. Mengingat luasnya geografis Negara
Berdasarkan catatan Kompas, Kesatuan Republik Indonesia dengan
hanya lima dari 33 provinsi di ribuan pulau yang tersebar dari Sabang
Indonesia yang hingga Minggu tidak hingga Merauke, memang bukan
ada kepala daerahnya yang terjerat persoalan mudah mengatasi persoalan
perkara hukum. Hampir setiap korupsi yang kompleks ini. Untuk
pekan, seorang kepala daerah itulah perlu dicarikan solusi yang tepat
ditetapkan sebagai tersangka dan komprehensif. Dengan demikian,
(Kompas, 18/1/2011). yang perlu dilakukan adalah penataan
Agus memaparkan, berdasarkan postur dan sistem penyelenggaraan
kajian ICW, selain keterlibatan kekuasaan negara dan daerah inilah
pejabat lokal dalam kasus korupsi yang perlu terus dipikirkan. Tulisan ini
di daerah, didapati pula mencoba memberikan sedikit pemikiran
peningkatan keterlibatan aktor dari tentang langkah yang dapat ditempuh,
sektor swasta, khususnya dengan khususnya dalam berurusan dengan
latar belakang jabatan penyakit bangsa yang bernama
komisaris/direktur perusahaan “korupsi”.
swasta. Aktor dari swasta umumnya
terkait pengadaan barang dan jasa.
160

Setiawan Jurnal InFestasi Vol.8 No.2 2012


LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN pribadi, partai politik, golongan dan
lain-lainnya, diluar tujuan penggunaan
Mengenal Korupsi dan dana tersebut. Pada intinya, lanjut
Perkembangannya Piliang, korupsi terhubung dengan
Terma korupsi yang menjadi fokus penyalahgunaan kekuasaan yang
tulisan ini adalah korupsi yang berada melekat pada jabatan.
dalam wilayah atau area sektor publik Dalam sejarah perjalanan negara
(baca: pemerintahan). Hal ini bangsa bernama Indonesia, Piliang
dikarenakan korupsi di pemerintahan (2003: 7-19), tiba pada konklusi bahwa
melibatkan pengelolaan keuangan bangsa Indonesia telah diperkenalkan
negara/daerah yang melibatkan dan bersentuhan dengan korupsi sudah
seluruh bangsa. Penerimaan sejak lama, jauh sebelum merdeka.
negara/daerah yang diperoleh dari Dalam lintasan sejarah, Piliang (2003:
pajak dan retribusi dari warga negara, 7), mencatat bahwa sejarah panjang
sesuai amanat UUD 1945, seharusnya korupsi Indonesia telah berakar dan
ditujukan untuk sebesar-besar dimulai pada jaman kerajaan. Raja
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. adalah penguasa tunggal, bahkan
Korupsi adalah pembiasan dan dianggap sebagai titisan Dewa atau
penyalahgunaan wewenang oleh pihak- Tuhan. Semua yang dimiliki rakyat,
pihak yang diberi amanah rakyat untuk dalam konsepsi kerajaan, juga adalah
tujuan bukan kepentingan rakyat. milik Raja. Ini akan melahirkan apa
Menurut Undang-Undang No 31 yang disebut absolute power yang
Tahun 1999 tentang Pemberantasan corrupt absolutely dalam adagium Lord
Tindak Pidana Korupsi, Bab II, Pasal 2, Acton.
Ayat 1 disebutkan bahwa perbuatan Lahirnya VOC untuk mengeruk
korup diartikan sebagai tindakan kekayaan alam Indonesia sekitar tahun
melawan hukum dengan memperkaya 1602, dicatat oleh Piliang (2003: 9),
diri sendiri atau orang lain atau sebagai guru pertama korupsi bagi
korporasi yang dapat merugikan bangsa. VOC adalah perusahaan
keuangan negara atau perekonomian multinasional yang menguasai
negara”. Pada pasal 3 menyebutkan perekonomian nusantara pada jaman
bahwa perbuatan “korup” dilakukan itu. Kebangkrutan dan kejatuhan VOC
oleh setiap orang yang dengan tujuan lebih banyak disebabkan oleh korupsi
menguntungkan diri sendiri atau orang yang dilakukan oleh para pejabatnya.
lain atau korporasi, menyalahgunakan Nah, kaki tangan para pejabat VOC ini
wewenang, kesempatan atau sarana tentu saja banyak diantaranya adalah
yang ada padanya karena jabatan dan kaum pribumi Indonesia. Transfer of
kedudukan yang dapat merugikan knowledge tentang korupsi terjadilah.
negara atau perekonomian negara. Kejatuhan VOC lalu digantikan
Berdasarkan kedua pasal tersebut, pemerintah kolonial Hindia-Belanda
perbuatan ‘korup’ adalah perbuatan yang watak korupnya juga tak jauh
yang dilakukan dengan memanfaatkan berbeda. Kedatangan penjajah Jepang
jabatan/ kedudukan/kekuasaan untuk menggantikan Belanda sebagai penjajah
tujuan memperkaya diri sendiri atau juga serupa wataknya. Tak ayal, saat
orang lain atau korporasi yang dapat fase kemerdekaan di bawah Presiden
merugikan negara dan pereknomian Soekarno (orde lama), kasus-kasus
negara. Perbuatan ‘Korup’, tegasnya, korupsi mulai mencuat dalam praktik
adalah tindakan yang melanggar bernegara, sehingga masyarakat
hukum. Indonesia semakin familiar dengan
Secara spesifik, Piliang (2003: 5), kasus korupsi di era orde baru dibawah
mendefinisikan korupsi secara realistik kepemimpinan Soeharto. Begitu
adalah penggunaan dan Anggaran kronisnya persoalan korupsi ini hingga
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kemarahan masyarakat (dengan
dan/atau Anggaran Pendapatan dan dipelopori mahasiswa) memuncak dan
Belanja Daerah (APBD) untuk tujuan
161

Setiawan Jurnal InFestasi Vol.8 No.2 2012


menumbangkan rezim 32 tahun dari 500 Miliar uang negara yang dapat
Presiden Soeharto. diselamatkan dari penegakan hukum
Saat ini, persoalan korupsi masih ini. Berdasarkan jenis tindak pidana
menjadi tema sentral perbincangan. korupsinya, penyuapan menduduki
Korupsi adalah extraordinary crime yang urutan pertama dari total kasus yang
perlu terus-menerus diperangi, ditangani KPK. Diikuti oleh tindak
khususnya ketika menyangkut pidana korupsi terkait pengadaan
keuangan Negara. Secara global, barang dan jasa, kemudian
seluruh dunia juga menempatkan penyalahgunaan anggaran baik di pusat
agenda fighting against corruption maupun daerah.
sebagai agenda utama. Lembaga Data Laporan Tahunan KPK
Transparency International setiap tahun memberi gambaran permukaan tentang
merilis indeks korupsi seluruh negara eksistensi persoalan pengelolaan
yang disurvei untuk menunjukkan keuangan negara. Kenapa gambaran
kondisi existing korupsi di seluruh permukaan? Sebab sebagaimana
dunia. Association of Certified Fraud diamanatkan oleh Undang-Undang,
Examiner (ACFE) yang berpusat di AS KPK hanya menangani kasus dugaan
menganalisis data fraud secara global korupsi dengan nilai diatas 1 miliar
dan berkala dua tahunan sejak 1996. rupiah. Penegakan hukum oleh
Laporan ACFE ini diberi judul Report to kepolisian dan kejaksanaan (nilai di
The Nation. Khusus persoalan fraud di bawah 1 miliar rupiah) di berbagai
dalam sektor keuangan Negara, Report negara, sebagaimana banyak
to The Nation (2010), menunjukkan ditemukan dalam berita berbagai media
potensi fraud dalam organisasi sektor massa, menunjukkan gejala semakin
publik secara global yang masih tinggi. meluasnya praktik penyalahgunaan
Ada 176 kasus fraud kakap pengelolaan keuangan publik ini.
berdasarkan data yang dihimpun oleh Penyalahgunaan keuangan negara
fraud examiner seluruh dunia yang ini menjadi semacam rantai setan yang
menimpa organisasi government and menggejala begitu marak di era
public administration (sebagai victim reformasi ini. Otonomi daerah ternyata
organization). Ini menempati posisi menghasilkan modus penyelewengan
tertinggi ketiga jika dibandingkan per yang juga terdesentralisasi. Bahkan,
sektor organisasi. Posisi kasus tertinggi sebagaimana ditengarai Waluyo (2003),
ada di industri jasa perbankan/ Sulitoni (2003) dan Piliang (2005),
keuangan (298 kasus) dan reformasi yang dicirikan dengan era
manufacturing (193 kasus). keterbukaan, transparansi dan
Menyoroti kasus Indonesia, harus demokratisasi telah melahirkan bentuk,
diakui bahwa memasuki orde reformasi, modus dan ragam korupsi baru.
persoalan korupsi belum juga dapat Terlebih lagi, penyebaran korupsi
terselesaikan. Laporan Tahunan Komisi secara massif, terstruktur dan sistemis
Pemberantasan Korupsi (KPK), sebuah yang merata di seluruh daerah di
lembaga negara ad hoc yang diberi penjuru Nusantara. Pihak-pihak yang
kewenangan oleh Undang Undang No. memiliki kuasa dan kewenangan terkait
30 tahun 2002 untuk memberantas keuangan daerah menggunakan
korupsi juga menampilan fakta yang berbagai metode untuk memperkaya
serupa. Berdasar data selamatahun diri dan kelompoknya. Keuangan
2010 misalnya, KPK melakukan daerah yang seharusnya dipergunakan
penyelidikan terhadap 54 kasus untuk sebesar-besar kemakmuran
korupsi. Pada tahap penyidikan, KPK rakyat, ternyata banyak ditemukan
telah menggarap 62 perkara. Perkara dipakai untuk kepentingan pribadinya.
yang tiba hingga fase penuntutan Untuk itulah penting dicarikan jalan
sebanyak 55 perkara dan 38 keluarnya guna mengatasi belitan
diantaranya telah mendapatkan penyakit kronis ini, baik dalam jangka
putusan pengadilan yang telah pendek, menengah maupun panjang.
berkekuatan hukum tetap. Ada lebih
162

Setiawan Jurnal InFestasi Vol.8 No.2 2012


Strategi Pemberantasan Korupsi kepastian hukum, keterbukaan,
(Existing) akuntabilitas, kepentingan umum dan
Berkaca pada sejarah panjang proporsionalitas (Laporan Tahunan
pergumulan bangsa Indonesia dengan 2010). Keseluruhan tindakan ini
tindakan korupsi, harus diakui, diarahkan pada dua area besar agenda:
pencarian solusi komprehensif pencegahan dan penindakan korupsi.
pemberantasan korupsi bukanlah Terkait dengan langkah dan upaya
pekerjaan ringan. Akar persoalan perlu pencegahan tindak pidana korupsi, KPK
ditelusuri secara mendalam hingga telah melakukan serangkaian aktivitas
dapat dirumuskan sebuah postur yang beragam, baik dilakukan sendiri
strategi pemberantasan yang efektif. maupun mengajak kerjasama unsur
Segala aspek harus diperhatikan hingga masyarakat yang lain. Program
pembahasannya dapat tuntas dari hulu pendidikan dan sosialisasi antikorupsi
ke hilir. merupakan program utamanya. Dalam
Mengingat besarnya ekses yang upaya peningkatan efisiensi dan
dihasilkan oleh tindak pidana korupsi, efektivitas serta mencegah terjadinya
Indonesia sebenarnya telah berada di korupsi di lembaga negara dan
jalur yang tepat dalam gerakan pemerintahan, KPK diberi amanat oleh
melawan korupsi. Korupsi ditempatkan undang-undang juga telah
sebagai kejahatan luar biasa melaksanakan tugas monitoring.
(extraordinary crime) yang tindakan Bentuknya adalah pengkajian terhadap
perlawanannya harus pula luar biasa. sistem pengelolaan administrasi di
Lahirnya Undang-Undang No 31 Tahun semua lembaga negara dan pemerintah.
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pelibatan keseluruhan masyarakat juga
Pidana Korupsi dan Undang-Undang tampak menonjol dilakukan KPK untuk
No 30 Tahun 2002 tentang Komisi bersama-sama bergerak. Media massa,
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi LSM, lembaga negara lain menjadi satu
adalah bukti nyata keseriusan itu. Hal khafilah dengan KPK sebagai motornya.
ini berangkat dari kesadaran bahwa Dalam menjalankan tugas
persoalan korupsi adalah duri yang penyelidikan, penyidikan, dan
harus dibabat habis dalam proses penuntutan sebagai rangkaian tindak
pembangunan nasional. Korupsi penindakan, KPK juga telah banyak
menjadikan pembangunan nasional mengungkap kasus-kasus besar
terhambat. Adanya korupsi menjadikan korupsi. Berbagai cara dan metode
uang negara yang seharusnya dilakukan KPK guna mengungkap
dipergunakan untuk sebesar-besar kasus kejahatan kerah putih ini.
kemakmuran rakyat masuk ke kantong- Mengingat pelakunya adalah orang-
kantong pribadi dan kelompok orang cerdas dengan pola yang cerdas
penyelenggara negara yang tidak pula, KPK mengimbanginya dengan
amanah. metode tak biasa pula. Sebagaimana
Pembentukan KPK berdasar UU No. kewenangan yang dimilikinya berdasar
30 tahun 2002 hingga awal tahun 2012, undang-undang, cara-cara seperti
telah memasuki episode kepemimpinan penyamaran (undercover), penyadapan
ketiga. Strategi pemberantasan korupsi saluran komunikasi, penggunaan
KPK setiap tahunnya (sebagaimana teknologi informasi.
dilansir dalam Laporan Tahunan KPK) Melihat Laporan Tahunan KPK
pada dasarnya telah sangat baik. 2010, paling tidak, terdapat tiga hal
Keseluruhan program kerja yang yang coba dioptimalkan dan mendapat
dijalankan mendasarkan diri pada perhatian khusus KPK dalam
kondisi existing modus operandi penanganan kasus, yaitu pelacakan
koperasi yang kian variatif. aset, pemanfaatan dan pengembangan
Secara umum, KPK memerangi teknologi forensik, dan pengupayaan
korupsi kelas kakap (nilai kerugian yurisprudensi. Dalam hal pelacakan
negara di atas 1 Miliar rupiah) aset, KPK menempatkannya sebagai
berdasarkan lima asas utama: aspek penting karena ini berdampak
163

Setiawan Jurnal InFestasi Vol.8 No.2 2012


terhadap pengembalian (atau Dalam rangka menggagas
penyelamatan) uang negara dari tangan (penajaman) strategi pemberantasan ini,
pelaku korupsi. Asset tracing ini juga dengan meminjam penjelasan tentang
melibatkan kerjasama dengan negara paradigma ilmu sosial yang digagas oleh
lain apabila ditemukan indikasi pelaku Burrell Morgan (1979). Burrell dan
melarikan hasil korupsinya ke berbagai Morgan (1979: 17), menguraikan
negara. Metode yang tidak kalah adanya dua dimensi asumsi tentang
pentingnya adalah penggunaan IT nature of society untuk
Forensic. File-file yang terdapat pada mengembangkan ilmu sosial. Dua
komputer dan jaringan komunikasi dimensi itu adalah Sosiologi Regulasi-
yang terkait dengan kasus korupsi Sosiologi Perubahan Radikal serta
dapat terlacak. Ini sangat membantu Subjektif-Objektif. Regulation lebih
dalam rangkaian pengungkapan kasus. menekankan pada kebutuhan
Terakhir adalah tentang yurisprudensi. keteraturan pada permasalahan
KPK berusaha untuk mendapatkan manusia, untuk memahami mengapa
rujukan putusan pengadilan yang dapat masyarakat perlu di-maintain sebagai
dijadikan dalil untuk perkara korupsi satu entitas. Radical change fokus
yang sejenis. kepada eksplanasi perubahan radikal,
menunjukkan emansipasi manusia atas
struktur yang mengungkungnya,
Menggagas (Penajaman) Strategi
concern pada penciptaan alternatif
Pemberantasan Korupsi
daripada penerimaan status quo.
Keseluruhan agenda dalam Dari dua dimensi tersebut, Burrell
pemberantasan korupsi di Indonesia Morgan (1979: 21-22), kemudian
telah on the right track. Namun menawarkan adanya empat paradigma
mengingat semakin massifnya pola dan ilmu sosial, yaitu: 1) Paradigma
bentuk modus korupsi (terutama Fungsionalis atau yang lebih dikenal
menyebar pula di daerah-daerah), maka dengan Paradigma Positivistik, 2)
berbagai penajaman metode dan Paradigma Interpretif, 3) Paradigma
strategi pemberantasan tetap perlu Radikal Humanis, dan 4) Paradigma
dipikirkan. Apa yang telah berjalan baik Radikal Strukturalis. Bentuk
perlu terus dilakukan, sedangkan apa penempatan klasifikasinya dapat dilihat
yang masih kurang diperbaiki. dalam gambar berikut:

Gambar 1
Paradigma Sosiologi menurut Burrell & Morgan (1979)

Artikel ini mencoba menggunakan Humanist dan Radical Structuralist.


dua paradigma yang berada di dua Keduanya dikategorikan sebagai
kuadran yang berada pada posisi atas paradigma kritis. Paradigma kritis,
dari gambar diatas, yaitu Radical menawarkan pendekatan yang bersifat
164

Setiawan Jurnal InFestasi Vol.8 No.2 2012


holistik, serta menghindari cara berpikir pencegahan sebagai tindakan yang
deterministik dan reduksionistik. paling utama (lihat misalnya Albrecht
Paradigma kritis selalu melihat realitas 2009, Singleton dan Singleton, 2010).
sosial dalam perspektif kesejarahan, Pencegahan (prevention) adalah the
memakai baik pendekatan objektif most effective way to to reduce losses
maupun subjektif dalam memandang from fraud (Albrecht, 2010: 25).
perubahan sosial. Perubahan sosial Singleton dan Singleton (2010:131),
inilah yang perlu didorong dalam juga menekankan pentingnya aspek
rangka pemberantasan korupsi. pencegahan. Jargon dalam bidang
Radical Humanism memandang kesehatan: “mencegah lebih baik
perubahan melalui consciousness/ daripada mengobati” berlaku pula
kesadaran. Perubahan ini menyentuh dalam hal pemberantasan korupsi.
lapisan kognitif dan afektif manusia Pencegahan sejak dini akan mengurangi
melalui perubahan radikal. Kata kunci ekses kerugian yang lebih besar.
paradigma ini adalah consciousness dan Lebih lanjut Albrecht (2010: 26),
radical change. mengatakan bahwa effective fraud
“Radical humanist …. Seek to reveal prevention terdiri dua aktivitas
society for what it is, to unmask its fundamental: (1) membuat dan me-
essence and mode of operation and maintain sebuah budaya kejujuran dan
to lay the foundations for human beretika tinggi, (2) melakukan penilaian
emancipation through deep seated risiko fraud dan membangun respon
social change”- Burrell and Morgan konkrit untuk mengurangi (mitigasi)
(1979:284) risiko serta menghilangkan kesempatan
Radical Structuralism melihat (opportunities) terjadinya fraud.
bahwa perubahan dapat dilakukan Penekanan aspek kejujaran
melalui structure atau sistem menunjukan bahwa pada dasarnya
(Mulawarman, 2010). Radical penyadaran akan pentingnya kejujuran
Structuralism berdasar kritik Marx dan dalam jangka panjang akan berimbas
Engels dari German Idealism dalam besar dalam menekan seseorang
bukunya German ideology (1846) yang melakukan korupsi. Ditambah lagi jika
berfokus pada political economy dari kesempatan melakukannya ditutup
kapitalisme, menggantikan konsep sedemikian rupa.
consciousness, alienation dan critique Korupsi adalah persoalan moral
menjadi structures, contradiction dan etika. Dewasa ini permasalahan moral
crisis (Mulawarman, 2010). menjadi topik bahasan utama hampir di
Dengan dua paradigma kritis semua kalangan dan di berbagai forum.
diatas, beberapa langkah dan strategi Permasalahan ini sesungguhnya
dapat digagas. Satu sisi di level muncul karena adanya kekhawatiran
kesadaran, biasanya dalam rerangka terjadinya demoralisasi bangsa akibat
long term. Sedangkan sisi lainnya, roda globalisasi yang disadari atau
usaha perubahan dalam mengeliminasi tidak akan menggerus budaya dan jiwa
korupsi yang diusahakan melalui ketimuran khususnya bagi generasi
struktur, melalui sistem. penerus bangsa. Korupsi diyakini telah
mengerosi sendi-sendi kehidupan
bangsa.
Radical Humanist
Banyak pakar, filsuf dan orang-
Dalam pendekatan radical orang bijak menunjuk bahwa
humanist, korupsi dilawan melalui permasalahan moral merupakan hal
usaha penyadaran yang memakan utama yang harus dibangun terlebih
waktu yang relatif panjang. Proses dahulu untuk membendung
penyadaran adalah pekerjaan berat dan menurunnya peradapan masyarakat.
lama. Jika mengaca pada konsepsi Salah satu kewajiban utama bagi para
program KPK, ini bergerak pada aspek orang tua dan pendidik adalah
pencegahan. Banyak literatur tentang melestarikan, mengajarkan dan
fraud dan korupsi meletakkan menumbuhkembangkan nilai-nilai
165

Setiawan Jurnal InFestasi Vol.8 No.2 2012


moral kepada anak-anak penerus standar baik dan buruk yang sifatnya
bangsa. Karakter yang berkualitas perlu universal untuk menanamkan nilai-
dibentuk dan dibina sejak usia dini. nilai yang dituangkan ke dalam
Kegagalan penanaman karakter sejak kurikulum dan kegiatan sekolah.
usia dini akan membentuk pribadi yang Pendidikan karakter pada dasarnya
bermasalah. Ada pepatah Thomas masuk ke dalam area perwujudan
Lickona “walaupun jumlah anak-anak manusia holistik yaitu manusia yang
25% dari total jumlah penduduk, tetapi berkembang secara menyeluruh baik
menentukan 100% masa depan” aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas,
(Megawangi, 2007: 1). spiritual dan intelektual/kognitif.
Aspek pendidikan, hemat saya, Internalisasi nilai tentang efek
memiliki peran penting dan substansial negatif dan kebusukan korupsi perlu
dalam peletakan dasar kesadaran ini. ditanamkan sejak dini. Ini adalah
Sistem pengajaran tradisional yang satu proses character building yang perlu
arah dan hanya menomorsatukan dilakukan dalam jangka waktu panjang.
aspek intelektual saja tanpa Pendidikan penanaman karakter
menyertakan aspek moralitas terbukti kejujuran, kasih sayang dan nilai-nilai
gagal menghasilkan generasi yang utuh kebaikan lainnya sejak dini akan
(whole person). Kegagalan ini karena tertanam hingga dewasa. Saat
terabaikannya konsep karakteristik berhadapan dengan lingkungan yang
manusia secara holistik yang terdiri tidak baik, kemampuan filterisasi akan
dari aspek fisik, emosi, sosial, termanifestasi secara otomatis.
kreativitas, spriritual dan intelektual/ Adagium “dapat karena biasa” berlaku
kognitif (Megawangi et.al, 2008: 21). dalam hal ini.
Perubahan dalam level kesadaran Penanaman karakter yang baik ini
memakan waktu yang tidak sebentar. diharapkan berlangsung terus menerus
Ini bergerak dalam dimensi ruang dan secara sistematis dalam lembaga
waktu yang panjang (long term effort). pendidikan. Setelah diinisiasi di tingkat
Untuk itulah konsepsi pendidikan pada pendidikan anak sedini mungkin,
usia dini menjadi krusial. KPK telah pendidikan tingkat lanjutan dan
melakukan ikhtiar dengan melakukan pendidikan tinggi, awareness dan
kerjasama dengan berbagai lembaga alertness anti korupsi perlu terus
pendidikan (mulai SD, SLTP, SLTA dan digalakkan. Pendidikan anti korupsi
Perguruan Tinggi) untuk sosialisasi perlu masuk dalam satuan pelajaran
pendidikan anti korupsi (Laporan tersendiri dan/atau menyusupkan
Tahunan KPK 2010). Namun, bentuk nilainya di setiap kesempatan yang
pendidikan anti korupsi ini tidak boleh berkaitan dalam materi pelajaran yang
berhenti hanya sampai pada sosialisasi ada. Pendidikan informal dan non-
dalam bentuk seminar dan formal di luar lembaga formal juga perlu
penandatanganan MOU kerjasama. diajak untuk sosialisasi penyadaran.
Lembaga pendidikan (formal maupun Pada level perguruan tinggi, salah
informal) perlu memasukkan anti satu ikhtiar lain dalam penanaman
korupsi ini dalam institusionalisasi kesadaran akan bahaya fraud (beserta
pendidikan dan pengajaran yang korupsi di dalamnya) adalah inisiasi
berkelanjutan. mata kuliah Akuntansi Forensik
Apa yang maksud pendidikan sebagai mata kuliah wajib, sebut saja di
karakter. Menurut Megawangi (2007: Universitas Trunojoyo Madura dan
93), pendidikan karakter merupakan Universitas Brawijaya. Di kedua
usaha untuk mendidik anak-anak agar kampus ini bahkan sudah dibuka
dapat mengambil keputusan dengan Magister Akuntansi dengan minat
bijak, mempraktikkan nilai-nilai moral Akuntansi Forensik. Mata kuliah ini
dan memberikan konstribusi positif memiliki posisi strategis. Irianto (2011),
kepada lingkungannya. Pendidikan menuliskan tujuan mata kuliah ini
karakter merupakan metode pendidikan adalah untuk mendorong tumbuhnya
moral yang secara eksplisit memakai kesadaran akan bahaya fraud dan atau
166

Setiawan Jurnal InFestasi Vol.8 No.2 2012


korupsi dalam arti luas serta memberi Mengapa Al-Qur’an sangat rinci
kesempatan untuk memiliki membahas konsep keuangan negara?
kemampuan dalam pencegahan, Mas’udi (2001: 221), berargumentasi
pendeteksian, dan investigasi atas bahwa sejatinya persoalan paling
beragam bentuk kecurangan (fraud). primer dan sensitif dari seluruh
Dalam penjelasan lebih lanjutnya dalam persoalan bernegara adalah “soal uang”.
perbincangan di kelas, penanaman Karenanya, kualitas dan legitimasi
kesadaran dalam sisi pencegahan pemerintah pada dasarnya sangat
(preventif) menjadi concern utama ditentukan oleh dua hal. Pertama,
substansi pengajarannya. Menanamkan sejauh mana pemerintah mampu
kesadaran kepada peserta didik bahwa menekan seminimal mungkin praktik
fraud adalah penyakit sosial yang harus penyalahgunaan keuangan negara.
dijauhi, khususnya di para akuntan. Kedua, sejauhmana pemerintah dapat
Internalisasi karakter dalam mempertanggungjawabkan uang
pembelajaran formal di lingkup institusi negara.
pendidikan yang baik ini akan semakin Korupsi merupakan salah satu
menguat pula jika ditambahkan dengan bentuk praktik penyalahgunaan
penanaman nilai agama. Ini bukanlah keuangan negara. Setelah mengkaji
ranah pendidikan formal semata. ushul fiqh secara seksama, Chatib
Keluarga menjadi pilar penting proses (2003: 259), bahkan dengan terang
internalisasi ini. Setiap diri dalam benderang berani mengatakan bahwa,
lingkungan keluarga harus saling jika ditinjau dari perspektif ajaran
mengingatkan tentang moralitas agama Islam, korupsi itu: (1) perbuatan/
yang dengan tegas menolak tindakan melanggar hukum syariat dan
karakteristik negatif yang melekat pada berbahaya bagi kehidupan masyarakat
tindakan fraud (Dardiri, 2005; Khirzin dan bangsa, (2) hukumnya haram,
2005a dan 2005b). Agama sebagai nilai pelakunya berdosa, (3) koruptor harus
(value) intrinsik yang dilekatkan sebagai dihukum sesuai dengan ketentuan
keyakinan menjadi alat yang efektif syariat Islam, dapat dengan
dicangkokkan, juga sejak dini usia. menganalogikan dengan hukum dan
Konsep teologi (anti) korupsi hukuman pencuri, sehingga korupsi
diinisiasikan dalam rangka memberi tidak akan terulang atau terjadi lagi.
kesadaran spiritualitas yang dapat Kerasnya Islam dalam melawan
menjadi pencegah seseorang korupsi. dan memerangi korupsi ini dapat
Dalam konteks agama Islam, dipahami mengingat betapa luasnya
persoalan korupsi menjadi perhatian dampak destruktif sebagai efek korupsi
utama ketika berbicara tentang tentang ini. Amrulloh (2003: 295) lebih keras
negara. Bahkan Mas’udi (2003), mengomentari hukuman bagi pelaku
mencatat bahwa hal ikhwal konsep tindakan korupsi ini. Selain sanksi
pengelolaan keuangan negara hukum agama secara syariat yang lebih
diterangkan secara eksplisit dan detail keras daripada hukum formal Indonesia
dalam Al-Qur’an. Sedangkan urusan (Chatib, 2003), menambahkan perlunya
kenegaraan yang lain, seperti sumber sanksi tambahan berupa sanksi sosial
kedaulatan, bentuk pemerintahan, dan moral. Sanksi moral dapat meniru
pembagian kekuasaan sama sekali Rasulullah ketika tidak mau menyolati
tidak disinggung dalam Al-Qur’an dan mayit yang melakukan al-ghulul
Sunnah. Hal ini memberi pertanda (dipersamakan dengan koruptor dalam
bahwa Islam sangat concern terhadap tafsir Chatib, 2003). Adapun sanksi
pengelolaan keuangan negara, mulai sosial dapat berupa pengucilan dari
dari mana dihimpun, untuk apa pergaulan masyarakat. Kedua sanksi ini
didistribusikan (tasharruf), serta juga dapat diterapkan pada pelaku yang
bagaimana posisi dan kewenangan secara legal formal tidak dapat
pemerintah dan rakyat dalam dibuktikan bersalah karena sulitnya
pengelolaan. pembuktian.
167

Setiawan Jurnal InFestasi Vol.8 No.2 2012


Lebih lanjut Hilmy (2005: 102) Albrecht (2009), menarik dicermati.
menambahkan, selain teologi (anti) Pelaku fraud ternyata sangat berbeda
korupsi, penerjemahan doktrin-doktrin dengan narapidana yang lain. Biasanya,
ikutan lain dari perspektif agama tak pelaku fraud adalah ia adalah memiliki
kalah pentingnya dikedepankan. pendidikan yang lebih baik, lebih
Contoh yang paling sederhana tentang religius, tidak memiliki catatan kriminal
doktrin perang suci. Doktrin perang sebelumnya, tidak minum-minuman
suci, atau jihad, dapat berperan sebagai keras dan menggunakan obat-obatan
watch dog yang siap menjaga terlarang. Ia juga terlihat memiliki
keberlangsungan teologi (anti) korupsi. kesehatan psikologis yang lebih baik,
Koruptor adalah the real terrorist yang penuh dengan optimisme dan self
harus diperangi. Upaya bergandengan esteem, motivasi tinggi, berangkat dari
organisasi masyarakat keagamaan, NU keluarga harmonis. Selain itu,
dan Muhammadiyah, dengan kebanyakan ia juga memiliki karakter
mendeklarasikan jihad perang melawan yang baik (kindness), pengendalian diri
korupsi pada bula Oktober 2003 adalah yang baik, hubungan sosial yang
ikhtiar baik yang perlu dikawal hangat dan empatik.
pelaksanaannya. Jika ditelaah lebih jauh, terdapat
Dengan demikian, ketika tiga elemen kunci bagaimana
penyadaran ini juga diarahkan ke menjelaskan motivasi terjadinya fraud
wilayah keyakinan (baca: agama), ini pada organisasi: (1) adanya tekanan
dapat sangat efektif seharusnya. (perceived pressure), (2) adanya
Walaupun jika berbicara sosiologi kesempatan (perceived opportunity), dan
agama di Indonesia dapat jadi sangat (3) Cara untuk merasionalkan bahwa
berbeda antara keyakinan yang dianut fraud dapat diterima (rationalization).
dengan perilaku senyatanya di Ketiga elemen ini membentuk apa yang
kehidupan sehari-hari. Betapa banyak kita sebut sebagai fraud triangle (lihat
bukti bahwa kesalehan individual Albrecht, 2009 dan Singleton dan
seseorang tidak menetes dan berimbas Singleton, 2010).
pada kesalehan sosialnya. Agama hanya Berdasarkan pemahaman tentang
ada di masjid, gereja, pura, wihara dan kemungkinan terjadinya tindakan
seterusnya. Ketika masuk ke ruangan penyalahgunaan ini, maka ada dua
kerja, kantor, agama ditinggalkan. langkah penting yang perlu disiapkan
Namun, jika masuk ke wilayah secara serius. Pertama, penyiapan
kesejatian hati nurani, perilaku perangkat infrastruktur hukum (legal
seseorang yang masih memiliki formal) yang memadai dan mampu
keimanan Ketuhanan pada saat menjerat segala modus praktik korupsi.
tertentu akan tiba pada kesadaran Kedua, setelah perangkat hukum ada,
teologi (anti) korupsi ini. Itu akan penegakan hukum tanpa pandang bulu
terjadi karena sesungguhnya hati adalah jawaban untuk memberi efek
nurani, sebagai refleksi kebaikan, tidak jera bagi pelaku dan calon pelaku.
sekalipun memberi tempat Secara infrastruktur hukum,
permakluman bagi korupsi. sebagaimana telah disitir di atas,
bangsa dan negara Indonesia telah
Radical Structuralist memiliki kesadaran akan bahaya
korupsi ini. Ketetapan MPR RI No.
Pendekatan kedua, radical
XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara
structuralist, mengubah dan
Negara yang Bersih dan Bebas dari
memberantas korupsi melalui
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, UU
pembangunan sistem. Ini berangkat
Nomor 28 Tahun 1999 tentang
dari asumsi bahwa semua orang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan
memiliki peluang untuk melakukan
Bebas dari Kolusi, Korupsi, dan
korupsi, atau secara lebih luas, fraud.
Nepotisme dan UU No. 20 tahun 2001
Sebuah studi tentang karakteristik
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
pelaku fraud sebagaimana diacu oleh
Korupsi adalah deretan produk hukum
168

Setiawan Jurnal InFestasi Vol.8 No.2 2012


yang telah ditetaskan. Belum lagi UU kalau mau lebih ekstri, Indonesia dapat
tentang pencucian uang, UU Keuangan meniru China yang berani memutus
Negara dan lainnya. hukuman mati bagi koruptor. Jadi, kata
Lahirnya Undang-Undang Nomor kuncinya adalah keras dan tidak
30 Tahun 2002 yang menjadi dasar pandang bulu dalam menjatuhkan
pembentukan Komisi Pemberantasan hukuman pidanan korupsi.
Tindak Pidana Korupsi yang disingkat Media massa juga dapat berperan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). lebih signifikan dalam hal ini untuk
Korupsi disadari semua pihak sebagai memberikan pressure maksimal bagi
extraordinary crime. Karenanya, di saat pelaku. Ini juga sebagai bentuk sanksi
kinerja aparatur hukum (kepolisian, sosial. Artinya, para pelaku korupsi
kejaksanaan) cenderung kurang bergigi, akan berpikir seribu kali untuk
embrio KPK sebagai lembaga ad hoc ini melakukan tindakan serupa di
memberi angin segar untuk fokus kemudian hari.
mengejar para koruptor yang
merugikan negara dan bangsa. Di mana Peran Akuntan(si) Forensik?
Walaupun dalam faktanya, Bidang ilmu akuntansi turut
kehadiran dan aksi KPK belum dapat menyumbang dalam gagasan
memberi efek jera bagi pelaku (dan pemberantasan korupsi. Hal ini tidak
calon pelaku), minimal ada perhatian terlepas dari dari fakta bahwa fraud dan
khusus dari pemangku kepentingan segala bentuk turunannya (termasuk
terhadap bahayanya korupsi ini. Pameo korupsi) secara langsung ataupun tidak
bahwa “lebih pintar malingnya daripada langsung melibatkan akuntansi. Salah
aparatnya” dapat jadi benar adanya. satu bidang keilmuan akuntansi yang
Namun jika political will KPK ini dapat kemudian secara khusus related to
ditingkatkan, didukung oleh fraud or corruption adalah akuntansi
pemerintah dan legislatif, serta Hakim (dan/atau audit) forensik.
yang berani tegas menghukum koruptor Akuntansi (dan/atau audit)
seberat-beratnya, maka pemberantasan forensik mencakup serangkaian
korupsi masih dapat diharapkan aktivitas komprehensif terkait dengan
menemukan titik terang. investigasi fraud (Singleton dan
Terkait efek jera, pengalaman Singleton, 2010:12). Penggunaan dan
pemberian hukuman bagi tersangka bidang kelimuan akuntansi forensik
kasus korupsi dirasakan memang untuk tujuan investigasi fraud ini erat
belum dapat meninggalkan psikologi kaitannya dengan penggunaan
traumatis dan mengerikan bagi pelaku keilmuan dasar akuntansi (pelaporan
maupun calon pelaku. Efek jera ini dan laporan keuangan) yang kemudian
dapat diupayakan melalui pemberian diikuti dengan teknik investigasi
hukuman maksimal, pengembalian lainnya yang lazim digunakan dalam
keuangan negara, wacana pemiskinan ranah hukum. Laporan keuangan dapat
koruptor hingga labelisasi “penjahat menjadi dasar atau awalan
berat” atau “teroris”. Pemberian pengungkapan kasus berbau fraud.
hukuman maksimal, tegas Nitibaskara Report To The Nation (RTTN) tiga
(2005), selain memberi shock therapy edisi terakhir (2006, 2008 dan 2010)
untuk efek jera, juga sebagai usaha yang dilansir ACFE menyebutkan
memutus rantai korupsi yang sudah bahwa profesi akuntan sangatlah besar
mengakar dengan pemenjaraan pelaku terlibat dalam mendeteksi terjadinya
dalam waktu relatif lama. Hal ini fraud. Tiga pihak yang terdapat unsur
didasarkan fakta, lanjut Nitibaskara profesi akuntan di dalamnya adalah
(2005), bahwa korupsi ini bukanlah internal auditor, internal controller dan
penyimpangan perilaku (deviant external auditor. Berdasarkan survei
behaviour), tetapi tindakan yang ACFE secara global, tiga pihak tersebut
direncanakan oleh pelanggar hukum secara kolektif menjadi penyumbang
yang memiliki status terhormat (the terbesar pendeteksian kasus fraud di
honorable status of offenders). Bahkan dalam sebuah organisasi.
169

Setiawan Jurnal InFestasi Vol.8 No.2 2012


Agka Statistik RTTN menunjukkan korupsi di negeri ini. Sungguh banyak
bahwa mayoritas fraud yang terdeteksi dan luas efek destruktif yang
ditemukan oleh internal auditor per diakibatkan tindakan penyalahgunaan
tahun 2006 dan 2008 masing-masing wewenang penyelenggaran negara.
sebesar 20,2% dan 19,4. Internal Namun kita harus tetap optimis selama
controller mampu mendeteksi fraud lilin masih dapat menerangi, kegelapan
19,2% dan 23,3%, sementara external peradaban ini dapat menemukan titik
audit 12% dan 9,1% (RTTN tahun 2006 terangnya.
dan 2008). Jika ditotal, profesi akuntan Gagasan pemberantasan korupsi
berperan lebih dari 50% dalam dalam pemikiran ini berada dalam dua
pendeteksian kasus fraud. Dengan kiblat besar. Pertama, radical humanist,
pengelompokan yang agak berbeda, yaitu menggugah perubahan lewat
RTTN tahun 2010 diketahui, peranan kesadaran. Strategi ini merupakan
profesi akuntan juga tidak menyusut. upaya pencegahan. Biasanya jangka
Total persentase pendeteksian fraud waktunya relatif lama (long term).
oleh auditor internal, auditor eksternal, Tujuannya menanamkan kesadaran
rekonsiliasi akun, management review bahwa korupsi itu adalah perbuatan
dan pengujian dokumen berada di jahat, melanggar perintah Tuhan serta
kisaran 50% lebih. Sisanya terdeteksi kemanusiaan secara umum. Pada saat
polisi dan laporan pihak ketiga lainnya. kesadaran ini telah menyeruak,
Secara umum, akuntansi (dan diharpkan dapat mencegah seseorang
audit) memang tidak ditujukan untuk melakukan tindak korupsi.
mendeteksi fraud. Namun, ada pola Usaha kedua, radical structuralist,
yang sama dalam pelaksanaan audit lebih mengarah kepada perubahan
yang tujuan pelaksanaannya kemudian melalui sistem yang terstruktur. Ini
in line dengan tujuan pendeteksian lebih dekat pada aspek penindakan,
fraud (Pearson dan Singleton, 2008). penegakan hukum dan aturan terkait
Penilaian siginificant material korupsi dengan tegas, keras dan tidak
misstatement dalam audit misalnya, pandang bulu menjadi kata kuncinya.
rohnya sama dengan bagaimana Seluruh masyarakat harus mengawal
mendeteksi fraud melalui laporan supremasi hukum untuk memberantas
keuangan dengan scope dan kedalaman korupsi hingga ke akar-akarnya. Dalam
yang lebih pada audit forensik. rerangka sistemik ini, peranan
Modus operandi korupsi yang lebih akuntansi forensik juga menempati
beragam dapat dapat terbantu dengan peranan yang signifikan dalam strategi
pengembangan akuntansi forensik, pemberantasan korupsi. Implementasi
lebih-lebih di era teknologi informasi ini gagasan ini perlu dicamkan bersama-
(Pearson dan Singleton, 2008). sama guna menuju Indonesia bersih
Syaratnya, penguasaan ilmu akuntansi tanpa korupsi.
(dan audit) ditambahi bekal penguasaan
teknologi informasi serta teknik
investigatif lainnya yang lazim di ranah DAFTAR PUSTAKA
hukum. Terakhir, aspek kesadaran
bersama para akuntan untuk Albrecht et.al. 2009. Fraud Examination,
menempatkan korupsi sebagai musuh Third Edition, South Western, a part
bersama adalah hal penting lain yang of Chengange Learning, USA
tidak dapat dilupakan. Association of Certified Fraud Examiner
(2006, 2008, 2010), Report to The
SIMPULAN Nation on Occupational Fraud and
Abuse: 2010 Global Fraud Study.
Persoalan korupsi harus diakui USA
masih membelit perjalanan bangsa
Burrell, G. and G. Morgan. 1979.
berpenduduk 230 juta jiwa ini. Media
Sociological Paradigms and
massa hampir setiap hari rajin
Organisational Analysis: Elements
mengangkat berita tentang carut marut
170

Setiawan Jurnal InFestasi Vol.8 No.2 2012


of the Sociology of Corporate Life, Pendidikan Karakter. Indonesia
reprinted by Arena, Ashgate Heritage Foundation.
Publishing Limited, England.
Mulawarman, AD. 2010. Integrasi
Chatib, M. 2003. Korupsi dalam Paradigma Akuntansi: Refleksi atas
Perspektif Islam, dalam buku Fiqh Pendekatan Sosiologi dalam Ilmu
Korupsi: Amanah vs Kekuasaan. Akuntansi, Jurnal Akuntansi
Editor: E. Kaffah dan M.A. Multiparadigma, Vol.1, No.1 April,
Amrulloh). Somasi NTB. Mataram hal.155-171, Jurusan Akuntansi
FE UnivERSITS Brawijaya. Malang.
Dardiri, T.M. 2005. Budaya Korupsi
merupakan Perilaku Syirik. Dalam Nitibaskara, TB RR. 2003. Reformasi
buku Menuju Masyarakat Perlakuan Bagi Koruptor, dalam
Antikorupsi: Serial Khutbah Jumat. buku Jihad Melawan Korupsi.
Departemen Komunikasi dan Editor: HCB. Dharwawan dan ABL
Informatika. Jakarta. de Rosari. Penerbit Buku Kompas.
Jakarta
Hilmy, M. 2005. Panggilan Jihad
Melawan Korupsi. dalam buku Pearson, T.A and T.W. Singleton. 2008.
Jihad Melawan Korupsi. Editor: Fraud and Forensic Accounting in
HCB.Dharwawan dan ABL de the Digital Environment, Issues In
Rosari. Penerbit Buku Kompas, Accounting Education Vol.23 No.4
Jakarta. Nov 2008.
Irianto, G. 2011. Akuntansi Forensik Piliang, I. J. 2003. Empat Abad Korupsi
dan Fraud Examination. Silabus Politik: Dari Altar Sejarah Sampai
Mata Kuliah. Program Pascasarjana Arah Pemberantasan, dalam buku
Magister Akuntansi Universitas Fiqh Korupsi: Amanah vs
Brawijaya Kekuasaan. Editor: E. Kaffah dan
M.A. Amrulloh. Somasi NTB.
Khirzin, M. 2005a. Qana’ah dan dan
Mataram.
Perilaku Antikorupsi; dalam buku
Menuju Masyarakat Antikorupsi: Piliang, I. J. 2005. Korupsi dan
Serial Khutbah Jumat. Departemen Demokrasi: Dalam buku Jihad
Komunikasi dan Informatika. Melawan Korupsi (Editor:
Jakarta. HCB.Dharwawan dan ABL de
Rosari), Penerbit Buku Kompas,
Khirzin, M. 2005b. Zuhud dan
Jakarta.
pengekangan Diri dari Nafsu
Korupsi; dalam buku Menuju Singleton, T. and A. Singleton. 2010.
Masyarakat Antikorupsi: Serial Fraud Auditing and Forensic
Khutbah Jumat. Departemen Accounting, Joh Wiley & Sons, USA
Komunikasi dan Informatika.
Sulitoni, G. 2003. Politik Anggaran
Jakarta.
Pemerintah Daerah, dalam buku
Mas’udi, M.F. 2003. Syariat Islam Fiqh Korupsi: Amanah vs
tentang Status Uang Negara, dalam Kekuasaan. Editor: E. Kaffah dan
buku Fiqh Korupsi: Amanah vs M.A. Amrulloh. Somasi NTB,
Kekuasaan, (editor: E. Kaffah dan Mataram.
M.A. Amrulloh), Somasi NTB,
Tim Penyusun Laporan Tahunan KPK.
Mataram.
2010. Laporan Tahunan 2010,
Megawangi, R. 2007. Solusi Yang Tepat Komisi Pemberantasan Korupsi,
Untuk Membangun Bangsa: Desember 2010, Jakarta
Pendidikan Karakter. Indonesia
Waluyo, S. 2003. Fenomena Korupsi di
Heritage Foundation.
Sektor Kebijakan dan Pelayanan
Megawangi, R, Mellly Latifah dan Publik, dalam buku Fiqh Korupsi:
Wahyu Farrah Dina. 2008. Amanah vs Kekuasaan. Editor: E.

You might also like