Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Motivasi Melakukan Vaksinasi HPV Di Man 1 Jombang

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP MOTIVASI

MELAKUKAN VAKSINASI HPV DI MAN 1 JOMBANG

Mukhoirotin1), Dian Tri Wulandari Effendi2)


1)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Unipdu Jombang
Email: mukhoirotinkhoir@yahoo.co.id
2)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Unipdu Jombang
Email: prophetmohammad_setthrie@ymail.com

Abstract
HPV vaccine is an early preventive measure to prevent cervical cancer in adolescents. But in
its implementation it faces barriers from the cost of vaccine, acceptance, lack of awareness
and knowledge. The purpose of this study was to determine the effect of health education on
motivation to HPV vaccination in MAN 1 Jombang. This research uses experimental quasy
design with pretest posttest control group design. The population of this study were 244
respondents. Sampling using random sampling technique was 30 respondents (15 treatment
groups and 15 control groups) that fulfilled inclusion and exclusion criteria. Treatment
groups were given health education and leaflets, control groups were given leaflets. The
instruments used to measure motivation using questionnaires. Data were analyzed using
Wilcoxon and Mann Whitney test with significance level . The results showed that
there was an effect of health education on the motivation of HPV vaccination with p-value
0,004 (p<α), there was significant difference in treatment group and control group after
health education with p-value 0,030 (p<α). Health education with leaflets is more effective
to increase students' motivation to HPV vaccination compared with leaflets only.

Keywards : Cervical Cancer, Motivation, Health Education, HPV Vaccine

Abstrak
Vaksin HPV merupakan cara pencegahan awal untuk mencegah kanker servik pada remaja.
Namun dalam implementasinya menghadapi banyak halangan, dari biaya vaksin,
penerimaan, kurangnya kesadaran dan pengetahuan. Tujuan dari penelitian ini untuk
menentukan efek dari pendidikan kesehatan dalam motivasinya terhadap vaksinasi HPV di
MAN 1 Jombang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy dengan desain
pengelompokan grup pre test dan post test. Populasi dari penelitian ini ada 244 responden.
Sampling menggunakan teknik random sampling 30 responden (15 kelompok perawatan dan
15 kelompok kontrol) yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kelompok perawatan
diberikan pendidikan kesehatan dan leaflet, kontrol grup diberikan leaflet. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur motivasi menggunakan kuisioner. Data dianalisa menggunakan
Wilcoxon dan Mann Whitney test dengan level . Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada efek pendidikan kesehatan terhadap motivasi vaksinasi HPV dengan p-value
0,004 (p<α), ada perbedaan yang signifikan antara grup perawatan dan grup kontrol setelah
pendidikan kesehatan dengan p-value 0,030 (p<α). Kesimpulan: pendidikan kesehatan
dengan leaflet lebih efektif untuk meningkatkan motivasi siswa terhadap vaksinasi HPV
dibandingkan dengan leaflet saja.

Kata kunci: Kanker Servik, Motivasi, Pendidikan Kesehatan, Vaksin HPV

1. PENDAHULUAN (HumanPapilloma Virus) (Samadi, 2011).


Kanker serviks adalah kanker yang Kanker serviks ini juga berkembang secara
berasal dan tumbuh pada serviks atau mulut bertahap (fase), pada fase pra kanker jika
rahim, khususnya berasal dari epitel atau ditemukan dan diobati dengan baik dapat
lapisan luar permukaan serviks dan 99,7% sembuh 100%. Ada metode deteksi dini
disebabkan oleh virus HVP yang cukup efektif untuk menemukan

14
penyakit pada fase pra kanker yaitu dengan persepsi terhadap motivasi untuk
melakukan pap smear, IVA Test (Inspeksi melakukan vaksinasi HPV kanker serviks
Visual dengan Asam Asetat), dan (Ida Ayu, 2014). Berdasarkan studi
kolposkopi. Perkembangan terbaru yang pendahuluan tentang motivasi melakukan
cukup penting, yaitu tersedianya vaksin vaksinasi HPV yang dilakukan di MAN 1
untuk mencegah virus HPV yang berarti Jombang pada tanggal 22 Desember 2015,
juga mencegah seorang perempuan untuk dari 25 responden didapatkan hasil
terkena kanker serviks. Adanya sebanyak 100% (25 responden) belum
pengembangan vaksin virus paham tentang vaksin HPV dan100% (25
HPVdiharapkan perkembangan kanker ini responden) belum melakukan vaksinasi
dapat dikendalikan, terutama di negara HPV. Sedangkan untukdata pencegahan
yang masih sulit melaksanakan program kanker serviks 80% (20 responden) belum
scrining (Samadi, 2011). mengetahui pencegahan kanker serviks
Prevalensi kejadian kanker serviks sehingga responden tidak ada kemauan dan
diseluruh dunia adalah sekitar 528.000 motivasi untuk melakukan pencegahan
kasus baru kanker serviks pada tahun 2012 kanker serviks.
dengan 266.000 kematian penyebab kanker Pengetahuan merupakan salah satu
serviks di seluruh dunia. Di Indonesia faktor yang mempengaruhi motivasi.
kanker serviks merupakan kanker dengan Pengetahuan yang dimiliki akan
revalensi tertinggi yaitu sekitar 0,8‰ atau membentuk suatu keyakinan atau
sekitar 98.692 penderita kanker serviks di memotivasi seseorang untuk melakukan
Indonesia (Kemenkes RI, 2015) dan hampir tindakan tertentu salah satunya pencegahan
70%-nya ditemukan dalam kondisi stadium kanker serviks dengan melakukan vaksinasi
lanjut. Oleh karena itu, tidak mengejutkan HPV. Berdasarkan hasil penelitian yang
jika jumlah kasus baru kanker serviks dilakukan Adelia (2014) menunjukan
mencapai 40-45 jiwa/hari dan jumlah responden yang tidak melakukan vaksinasi
kematian yang disebabkan kanker serviks HPV sebanyak 48% beralasan karena tidak
mencapai 20-25 jiwa/hari (Aminati, mengetahui dan belum pernah mendapatkan
2013).Kematian akibat kanker payudara informasi mengenai vaksinasi HPV.
dan kanker serviks di dunia pada tahun Sedangkan mereka yang sudah melakukan
2010sebanyak 247.000 kasus dan pada vaksinasi HPV sudah mendapatkan
tahun 2011 sebanyak 273.500 kasus (WHO, informasi baik dari keluarga, teman,tenaga
2013). kesehatan, maupun media. Hal ini
HPV adalah faktor penyebab sekitar menguatkan alasan bahwa pengetahuan
99% kanker serviks di seluruh dunia (Kwan merupakan salah satu faktor penting dalam
et al., 2009). Untuk mencegah kematian mengambil tindakan untuk melakukan
akibat kanker serviks setiap tahunnya, vaksinasi HPV. Upaya yang dapat
program vaksinasi HPV untuk remaja putri dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
telah disetujui sejak tahun 2006 (Wals et siswi adalah dengan memberikan
al., 2008).Tetapi pada implementasinya pendidikan kesehatan. Pendidikan
mengalami hambatan dari biaya vaksin, kesehatan merupakan serangkaian upaya
penerimaan dan kurangnya kesadaran yang ditujukan untuk mempengaruhi orang
(Agosti et al., 2007). Keberhasilan program lain, mulai dari individu, kelompok,
vaksinasi HPV akan dibutuhkan kesadaran keluarga dan masyarakat agar terlaksananya
tentang penyakit terkait HPV dan manfaat perilaku hidup sehat (Setiawati &
vaksinasi untuk remaja (Kollar et al., Dermawan, 2008). Media dalam pendidikan
2008).Hasil penelitian yang dilakukan oleh kesehatan yang biasa digunakan adalah
Marlow et al. (2007), menunjukkan bahwa leaflet.
remaja memiliki tingkat pengetahuan yang Berdasarkan fenomena di atas, maka
tinggi tentang HPV dan kanker serviks peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
maka penerimaan mereka terhadap vaksin mengenai “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
juga tinggi.Selain itu juga terdapat terhadap Motivasi Melakukan Vaksinasi
hubungan positif antara pengetahuan dan HPV di MAN 1 Jombang”.

15
pembelajaran dengan menekankan pada
pembicaraan dua arah yang ditujukan untuk
2. KAJIAN LITERATUR DAN memecahkan masalah dalam bentuk
PENGEMBANGAN HIPOTESIS pernyataan ataupun dalam bentuk
pertanyaan (Setiawati & Dermawan, 2008).
Pendidikan Kesehatan Media yang digunakan sebagai media
Pendidikan kesehatan dalam arti penyampaian informasi dalam penelitian ini
pendidikan. secara umum adalah segala adalah leaflet. Leaflet adalah selebaran
upaya yang direncanakan untuk yang dilipat, berisi keterangan singkat
mempengaruhi orang lain, baik individu, tetapi lengkap serta mengutamakan gambar
kelompok, atau masyarakat, sehingga yang menggunakan persepsi indera
mereka melakukan apa yang diharapkan penglihatan dan menyalurkan pesan lewat
oleh pelaku pendidikan atau promosi simbol-simbol visual. Media leaflet
kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsur- merupkan alat komunikasi yang mudah
unsur input (sasaran dan pendidik dari diingat dan mudah dimengerti oleh
pendidikan), proses (upaya yang masyarakat. Komponen media leaflet terdiri
direncanakan untuk mempengaruhi orang dari judul, teks/materi, foto, ilustrasi. Media
lain) dan output (melakukan apa yang leaflet dapat digunakan sebagai promosi,
diharapkan). Hasil yang diharapkan dari pengumuman atau sebagai alat komunikasi
suatu promosi atau pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2001 cit Gayatri, 2009).
adalah perilaku kesehatan, atau perilaku Keuntungan dan keunggulan leaflet
untuk memelihara dan meningkatkan dijelaskan oleh Ewles dan Simnett (1994),
kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari disitasi oleh Gayatri (2009) yang
promosi kesehatan (Notoadmojo, 2012). menyatakan bahwa leafet dapat digunakan
Ada beberapa metode yang untuk belajar sendiri, dapat dilihat isinya
digunakan dalam pendidikan kesehatan pada saat santai, seperti informasinya dapat
diantaranya adalah: 1) Metode pendidikan dibagi dengan keluarga dan teman, dapat
individual yang biasa digunakan adalah memberikan informasi detail statistik.
bimbingan dan penyuluhan, konsultasi Menurut Sayoga (2004), disitasi oleh
pribadi serta wawancara; 2) Metode Gayatri (2009) yang menyatakan bahwa
pendidikan kelompok dapat dibagi dalam leaflet dapat disimpan untuk dibaca ulang,
kategori kelompok kecil yang isinya dapt terperinci, desain cetak dan
beranggotakan kurang dari lima belas ilustrasinya dapat dibuat semenarik
orang. Pada kelompok kecil metode mungkin, mengatasi keterbatasan ruang dan
pendidikan yang dapat digunakan diskusi waktu, visual lebih dapat mencapai sasaran.
kelompok, curah pendapat, bola salju, buzz
group, permainan peran, simulasi dan Kanker Serviks
demonstrasi. Pada kelompok besar dapat Kanker serviks uteri merupakan
digunakan metode pendidikan seperti kanker yang terjadi padaserviks uteri atau
ceramah, seminar, simposium, forum panel; leher rahim, suatu daerah pada organ
Metode pendidikan massa, metode yang reproduksiwanitayang merupakan pintu
digunakan dalam pendidikan massa adalah masuk ke arah rahim, letaknya antara
ceramah umum, pidato, simulasi, artikel di rahim(uterus) dan liang senggama atau
majalah, film cerita dan papan reklame vagina. (Fitriani, 2013). Kanker serviks
(Notoatmodjo, 2007). Metode yang merupakan tumor ganas primer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari metaplasia epitel di daerah
ceramah, dan diskusi. Ceramah digunakan skuamokolumner junction yaitu
untuk menyampaikan ide, gagasan, daerahpengalihan mukosa vagina dan
informasi baru terhadap sasaran yang mukosa kanalis servikalis. Hingga saat ini
diinginkan. Ceramah mengandalkan kanker serviks penyebab kematian
penuturan dari pengajar/ pembicara dan terbanyak akibat penyakit kanker di Negara
tidak banyak berharap respon dari para berkembang. Sesungguhnua penyakit ini
pesertanya. Diskusi adalah metode dapat dicegah bila program skrining sitologi

16
dan pelayanan kesehatan di perbaiki empat kali pada wanita yang positif HPV
(Bujawati, 2012). (Moreno et al., 2002cit. Syahrial Umri,
Penyebab utama kanker serviks uteri 2014); 6) Merokok. Zat karsinogen dalam
adalah infeksi menetap atau kronik dari satu tembakau seperti kotinin dan nikotin
atau lebih Human Papilloma Virus (HPV) kemungkinan dapat mengerahkan efek
tipe high-risk atau onkogenik. Tipe yang mitogenik dengan mengaktifkan karsinogen
paling sering adalah tipe 16 dan 18, yang nitrosamin menyebaban kerusakan DNA
ditemukan 70% dari semua kanker serviks dan juga merusak pertahan kekebalan lokal
yang dilaporkan. Type onkogenik lainnya di ephitel serviks (Kjellberg et al.,2000 cit.
(seperti tipe 31, 33, 45 dan 58) lebih jarang Syahrial Umri, 2014); 7) Nutrisi, defisiensi
ditemukan (WHO, 2006). Faktor risiko asam folat, vitamin C, Vitamin E, beta
terjadinya kanker serviks diantaranya karotin/retinol berhubungan dengan
adalah: 1) Jumlah pasangan seks, memiliki peningkatan risiko kanker leher rahim
pasangan seksual lebih dari satu orang (Rasjidi, 2009). Asupan gizi pada makanan
merupakan salah atu faktor risiko untuk yang kaya vitamin A, khusunya yang
terjadinya kanker serviks (International mengandung retinol tinggi dapat
Collaboration of Epidemiological Studies of mengurangi risiko kanker serviks in-situ
Cervical cancer, 2006); 2) Usia pertama dan pada level tertinggi bisa menghalang
melakukan hubungan seks. Risiko tinggi progres dari serangan kanker (Shanon et al.,
terjadinya kanker serviks pada kalangan 2002cit. Syahrial Umri, 2014). Vitamin C
wanita yang menikah usia muda dan E (alpha-tokoperol) menjadi efek
(International Agency for Research on pelindung terhadap risiko perkembangan
Cancer, 2005). Beberapa penelitian CIN (Ho et al., 1998 cit Syahrial Umri,
menunjukkan bahwa usia pertama kali 2014); 8) Infeksi Clamydia Trachomatis,
melakukan hubungan seks erat kaitannya meningkatkan risiko kanker serviks invasif
dengan kejadian kanker serviks dan sel skuamosa dengan meningkatkan
kemungkinan semakin muda usia seorang kerentanan penjamu terhadap HPV ataupun
wanita melakukan hubungan seks semakin efeknya. Peradangan akibat infeksi kronis
besar risikonya untuk terkena kanker Clamydia Trachomatisdapat meningkatkan
serviks (Louie et al., 2009, Zarchi et al., produksi dari “reactive oxigen species”
2010 Singh and Badaya, 2012). Pada masa yang dapat menyebabkan kerusakan DNA
remaja, leher rahim belum matang sehingga dan meningkatkan risiko HPV terhadap
lebih rentan terhadap infeksi persisten HPV karsinogenesis (Castle et al., 2001 cit.
yang menyebabkan risiko untuk Syahrial Umri, 2014); 9) Penderita dalam
berkembangnya sel-sel kanker lebih besar keadaan supresi sistem imun seperti pada
(Kjaer et al., 1998 cit. Louie et al., 2009); pasien transplantasi ginjal dan infeksi HIV
3) Paritas, berhubungan dengan kejadian juga meningkatkan angka kejadian kanker
kanker serviks, beberapa hipotesis telah serviks prainvasif dan invasif(Pradipta &
diusulkn untuk menjelaskan risiko yang Sungkar, 2007); 10) Sosial ekonomi.
terkait dengan multiparitas termasuk Wanita dengan sosial ekonomi rendah
pengaruh hormonal selama kehamilan, memiliki faktor risiko 5 kali lebih besar
adanya perubahan nutrisi, mekanisme daripada wanita dengan sosial ekonomi
imunologi yang dipicu selama kehamilan tinggi. Faktor sosial ekonomi erat kaitannya
atau trauma pada leher rahim sewaktu dengan gizi, imunitas, dan kebersihan
proses persalinan (Ylitalo et al., 2008); 4) perseorangan (Rasjidi, 2009).
Usia pertama melahirkan, berhubungan erat Gejala kanker serviks diantaranya: 1)
dengan kejadian kanker serviks. Wanita Keputihan, awalnya keluar cairanmucus
yang melahirkan usia 15-19 tahun 2 kali yang encer, keputihan seperti kerm tidak
lebih berisiko untuk terkena kanker serviks gatal. Kemudian menjadimerah muda lalu
(Green et al.,2003cit. Syahrial Umri, 2014); kecoklatan seperti air kotoran dan sangat
5) Kontrasepsi oral. Penggunaan jangka berbau bahkansampai dapat tercium oleh
panjang kontrasepsi oral menjadi faktor seisi rumah penderita, bau ini timbul
risiko terjadinya kanker serviks hingga Karenaadanya jaringan nekrosis; 2)

17
Perdarahan pervaginam, terjadi akibat sedangkan motivasi ekstrinsik dipengaruhi
terbukanya pembuluh darah di sertai oleh faktor dorongan keluarga, lingkungan
dengan pengeluaran secret berbau busuk. dan media. Secara umum tujuan motivasi
Bila perdarahan berlanjut lama dan semakin adalah untuk menggerakkan seseorang agar
sering akan menyebabkan penderita timbul keinginan dan kemauan untuk
menjadi anemis dan dapat terjadi syok, melakukan sesuatu sehingga dapat
biasanya di jumpai pada penderita kanker memperoleh hasil dan mencapai tujuan
serviks uteri stadium lanjut; 3) Perdarahan (Taufik 2007).
kontak (setelah senggama), terjadi akibat Menurut Notoatmodjo (2007),
trauma pada permukaan serviks uteri yang motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu:
telah mengalami lesi; 4) Nyeri 1)Mendorong manusia untuk berbuat; 2)
(Wiknjosastro,2009); 5) Pada stadium Menentukan arah perbuatan; dan 3)
lanjut, badan menjadi kurus kering karena Menyeleksiperbuatan. Ada beberapa faktor
kurang gizi, edem akaki, timbul iritasi yang mempengaruhi motivasi diantaranya:
kandung kencing dan poros usus besar 1) Pengetahuan. Sebagian besar
bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel pengetahuan seseorang diperoleh melalui
vesiko vaginal atau rekto vaginal, atau indera pendengaran (telinga) dan indera
timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh. penglihatan (mata). Dimulai dengan adanya
(Bujawati, 2012). kesadaran dalam arti mengetahui terlebih
Pencegahan kanker leher rahim dapat dahulu terhadap stimulus, selanjutnya
dilakukan dengan 3 tahap diantaranya merasa tertarik terhadap stimulus atau objek
adalah: 1) Pencegahan primer, merupakan tersebut kemudian menimbang–nimbang
pencegahan terhadap penyebab penyakit. terhadap baik dan buruknya stimulus
Dapat dilakukan dengan menghindari tersebut bagi dirinya dan akan mulai
berbagai faktor risiko serta dengan mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
pemberian vaksin pencegah infeksi dan apa yang dikehendaki oleh stimulus yang
penyakit terkait HPV. Vaksin HPV terbukti pada akhirnya subjek telah berperilaku baru
efektif dalam mencegah infeksi HPV tipe sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
16 dan 18; 2) Pencegahan sekunder, adalah sikapnya terhadap stimulus; 2) Pendidikan.
penemuan dini, diagnosis dini dan terapi Pendidikan dapat mempengaruhi
dini terhadap kanker leher rahim. seseorangtermasuk juga perilaku seseorang
Pencegahan sekunder termasuk skrining akan pola hidupterutama dalam memotivasi
dan deteksi dini, seperti pap smear, untuk sikap berperanserta dalam
kolposkopi, pap net, dan inspeksi visual pembangunan pada umumnya makintinggi
dengan asam asetat (IVA); 3) Pencegahan pendidikan seseorang makin
tersier, berupaya meningkatkan angka mudahmenerima informasi. Pendidikan
kesembuhan, survival rate,dan kualitas dapat mempengaruhi seseorang termasuk
hidup dalam terapi kanker. Perhatian terapi juga perilaku seseorang akan pilihan hidup
ditujukan pada penatalaksanaan nyeri, terutama motivasi. Makin tinggi tingkat
paliasi, dan rehabilitasi (Rasjidi, 2009). pendidikan seseorang makinmudah
menerima informasi sehingga makin
Motivasi layakpula pengetahuan yang dimiliki; 3)
Menurut Weiner (1990) yang dikutip Pekerjaan (Notoatmojo, 2007), lingkungan,
Eliott et al. (2000) motivasi didefinisikan media, kematangan usia, heriditas, phisik
sebagai kondisi internal yang dan mental, sosial budaya dan fasilitas
membangkitkan kita untuk bertindak, (Taufik, 2007).
mendorong kita mencapai tujuan tertentu,
dan membuat kita tetap tertarik dalam Vaksinasi HPV
kegiatan tertentu (Nursalam dan Efendi, Vaksin HPV mempunyai efikasi
2010). Terdapat dua jenis motivasi, yaitu 96%-100% untuk mencegah kankerserviks
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. tipe 16 atau 18. Vaksin HPV telah disahkan
Motivasi intrinsik dipengaruhi oleh faktor oleh Food and Drug Administration (FDA)
kebutuhan (need), harapan dan minat, dan advisory Committee on Immunization

18
Practices(ACIP). Terdapat 2 jenis vaksin melakukan vaksiasi HPV, bersedia menjadi
HPV yaitu vaksin bivalen (tipe 16 dan 18) responden. Sedangkan kriteria eksklusi
dan vaksin quadrivalen (tipe 6, 11, 16, 18). dalam penelitian ini adalah siswi yang tidak
Rekomendasi satgas imunisasi IDIAI: 1) masuk sekolah dan siswi yang sakit.
Imunisasi vaksin HPV di peruntukan pada Kelompok perlakuan diberikan pendidikan
anak perempuan sejak umur kesehatan dan leaflet, kelompok kontrol
>10 tahun; 2) Dosis 0,5 mL diberikan diberikan leaflet. Instrumen yang digunakan
secara intramuscular pada daerah deltoid; 3) untuk mengukur motivasi menggunakan
Jadwal: kuesioner. Data ditabulasi dengan
Vaksin HPV bivalen, jadwal 0,1,6 bulan menggunakan distribusi frekuensi dan
dan vaksin HPV kuadrivalen, jadwal 0,2,6 dianalisis menggunakan ujiWilcoxon dan
bulan (Ranuh, 2008). Setelah pemberian Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan
vaksin, dilakukan evaluasi pada tempat . Definisi Operasinal dalam
vaksinasi dan efek sistemik yang penelitian ini adalah:
ditimbulkan (Rasjidi, 2009). Efek samping a. Variabel Independent
lokal dari vaksinasi HPV adalah nyeri, Pendidikan kesehatan adalah Suatu
reaksi kemerahan, dan bengkak pada kegiatan atau suatu tindakan yang
tempat suntikan. Efek samping sistemik dilakukan dengan memberikan informasi
dari vaksinasi HPV adalah demam, nyeri kepada siswa kelas XI MAN 1 Jombang
kepala, dan mual (Rusmil, 2008). tentang vaksinasi HPV dan kanker serviks.
b. Variabel Dependent
Hipotesis Penelitian Motivasi adalah kondisi internal dan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah eksternal yang membangkitkan remaja
ada pengaruh pendidikan kesehatan untuk bertindak dan mendorong remaja
terhadap motivasi melakukan vaksinasi untuk melakukan vaksinasi HPV. Kuesioner
HPV di MAN 1 Jombang. untuk mengukur motivasi disusun oleh
peneliti berdasarkan pendapat dari beberapa
3. METODE PENELITIAN ahli dan sudah dilakukan uji validitas dan
Desain penelitian dalam penelitian ini reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas
adalah Quasy Experiment dengan dilakukan pada 10 responden yang
pendekatan pretest and posttest with mempunyai karakteristik yang sama dengan
control group design. Populasi dalam responden penelitian. Hasil uji validitas dan
penelitian ini adalah semua siswa MAN 1 reliabilitas didapatkan bahwa semua item
Jombang sebanyak 244 responden. Jumlah pertanyaan dari 15 item pertanyaan adalah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 valid dengan rentang nilai koefisien relasi
responden (kelompok perlakuan n = 15, (r) dari 0,645 sampai 0,896 dan reliabel
kelompok kontrol n = 15), yang memenuhi dengan nilai Alpha Cronbach 0,944. Skor
kriteria inklusi dan eksklusi dengan motivasi diantaranya adalah: 1) Skor 1,
menggunakan tehnik Simple Random motivasi kurang nilai <56; 2) Skor 2,
Sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian motivasi cukup nilai 56-75; 3) Skor 3,
ini adalah siswi kelas XI di MAN 1 motivasi baik nilai 76-100.
Jombang, siswi yang belum pernah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL PENELITIAN
a. Karakteristik Responden
Tabel 1.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Variabel Perlakuan Kontrol
N % N %
1. Umur
a. 16 th 10 67 13 87
b. 17 th 5 33 2 13

19
2. Sumber Informasi
a. Teman/Saudara/Orang tua/Guru 5 33 9 60
b. Koran/Majalah/Media Cetak 7 47 4 26
c. Radio/TV/Media Elektronik 0 0 1 7
d. Lain-lain 0 0 1 7
e. Belum pernah mendapatkan informasi 3 20 0 0
Sumber: Data Primer, 2016
Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa kelompok perlakuan hampir separuhnya
pada kelompok perlakuan sebagian besar responden mendapat informasi dari
responden berumur 16 tahun sebanyak 10 koran/majalah/media cetak sebanyak 7
(67%) responden, sedangkan pada (47%) responden, sedangkan pada
kelompok kontrol sebagian besar berumur kelompok kontrol sebagian sebesar
16 tahun sebanyak 13 (87%). Karakteristik mendapatkan sumber informasi dari
berdasarkan sumber informasi mengenai teman/saudara/orangtua/guru sebanyak 9
kanker serviks dan vaksin HPV pada (60%) responden.

b. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Motivasi melakukan Vaksinasi HPV


Tabel 1.2 Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Motivasi melakukan Vaksinasi HPV
di MAN 1 Jombang, Mei 2016
No Motivasi Perlakuan Kontrol
. Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
F % F % F % F %
1. Baik 7 47 14 93 9 60 10 67
2. Cukup 8 53 1 7 6 40 5 23
3. Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0
Uji Wilcoxon P = 0,004 P = 0,106
Uji Mann Whitney 0,030
Sumber: Data Primer, 2016
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa melakukan vaksinasi HPV. Sedangkan
sebelum diberikan pendidikan pada kelompok kontrol hasil uji
kesehatan motivasi responden Wilcoxon didapatkan p-value 0,106
melakukan vaksinasi HPV pada (p>α). Hal ini menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan sebagian besar tidak terdapat pengaruh yang signifikan
adalah cukup sebanyak 8 (53%) pemberian leaflet terhadap motivasi
responden. Sedangkan pada kelompok melakukan vaksinasi HPV. Pada uji
kontrol sebagian besar motivasi Mann-Whitney diperoleh p-value 0,030,
responden melakukan vaksinasi HPV hal ini menunjukkan bahwa ada
adalah baik sebanyak 9 (60%) perbedaan yang signifikan pada
responden. Setelah diberikan kelompok perlakuan dan kelompok
pendidikan kesehatan motivasi kontrol sesudah diberikan pendidikan
responden melakukan vaksinasi HPV kesehatan.
pada kelompok perlakuan hampir
seluruhnya adalah baik sebanyak 14 PEMBAHASAN
(93%) respondendan pada kelompok Hasil penelitian menunjukkan
kontrol motivasi responden melakukan bahwa sebelum diberikan pendidikan
vaksinasi HPV sebagian besar adalah kesehatan motivasi responden melakukan
baik sebanyak 10 (67%) responden. vaksinasi HPV pada kelompok perlakuan
Hasil uji Wilcoxon pada sebagian besar adalah cukup sebanyak 8
kelompok perlakuan didapatkan p-value (53%) responden. Sedangkan pada
0,004 (p<α).Hal ini menunjukkan kelompok kontrol sebagian besar motivasi
bahwa ada pengaruh signifikan responden melakukan vaksinasi HPV
pendidikan kesehatan terhadap motivasi adalah baik sebanyak 9 (60%) responden.

20
Motivasi dapat diartikan sebagai Hasil penelitian menunjukkan
dorongan internal dan eksternal dalam diri setelah diberikan pendidikan kesehatan
seseorang yang diindikasikan dengan motivasi responden melakukan vaksinasi
adanya hasrat dan minat untuk melakukan HPV pada kelompok perlakuan hampir
kegiatan, dorongan dan kebutuhan untuk seluruhnya adalah baik dan pada kelompok
melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita, kontrol sebagian besar adalah baik. Hasil
penghargaan dan penghormatan atas diri, uji Wilcoxon pada kelompok perlakuan
lingkungan yang baik, kegiatan yang didapatkan p-value 0,004 (p<α). Hal ini
menarik (Uno, 2007). Ada beberapa faktor menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang mempengaruhi motivasi diantaranya: signifikan pendidikan kesehatan terhadap
Pengetahuan, Pendidikan, Pekerjaan motivasi melakukan vaksinasi HPV.
(Notoatmojo, 2007), lingkungan, media, Sedangkan pada kelompok kontrol hasil uji
kematangan usia, heriditas, phisik dan Wilcoxon didapatkan p-value 0,106 (p>α).
mental, sosial budaya dan fasilitas (Taufik, Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
2007). pengaruh yang signifikan pemberian leaflet
Pada kelompok perlakuan sebelum terhadap motivasi melakukan vaksinasi
diberikan pendidikan kesehatan HPV.
menunjukkan bahwa motivasi melakukan Pendidikan kesehatan merupakan
vaksinasi HPV sebagian besar adalah serangkaian upaya yang ditujukan untuk
cukup, hal ini terjadi karena responden mempengaruhi orang lain, mulai dari
mendapatkan informasi vaksinasi HPV individu, kelompok, keluarga dan
sebagian besar diperoleh dari koran, masyarakat agar terlaksananya perilaku
majalah atau media cetak sebanyak 7 hidup sehat (Setiawati & Dermawan,
(47%) responden dan sebanyak 3 (20%) 2008). Sedangkan menurut Nyswander
responden belum pernah mendapatkan (1974), pendidikan kesehatan adalah suatu
informasi tentang kanker servik. Pada proses perubahan pada diri manusia yang
kelompok kontrol sebelum diberikan ada hubungannya dengan tercapainya
pendidikan kesehatan motivasi melakukan tujuan kesehatan perorangan dan
vaksinasi HPV sebagian besar adalah baik, masyarakat (Machfoedz et al., 2005).
hal ini terjadi karena sebagain besar Setelah mendapatkan pendidikan
responden mendapatkan informasi lebih kesehatan tentang Kanker serviks dan
lengkap tentang kanker servik dari guru. vaksinasi HPV, siswi menyatakan
Informasi yang didapatkan dapat pengetahuan dan pemahaman tentang
meningkatkan pengetahuan responden, kanker serviks dan vaksinasi HPV
sehingga responden merasa tertarik meningkat. Pengetahuan tentang kanker
terhadap stimulus dalam hal ini serviks dan vaksinasi HPV akan membuat
memotivasi responden untuk melakukan siswi sadar akan pentingnya upaya
vaksinasi HPV. Hasil penelitian ini sesuai pencegahan kanker serviks sehingga siswi
dangan pendapat Notoatmodjo (2007) termotivasi untuk melakukan vaksinasi.
yang menyatakan bahwa dengan adanya Hasil penelitian ini sesuai dengan
kesadaran dalam arti mengetahui terlebih penelitian sebelumnya yang menunjukkan
dahulu terhadap stimulus, selanjutnya bahwa setelah pendidikan kesehatan rata-
merasa tertarik terhadap stimulus atau rata skor pengetahuan meningkat secara
objek tersebut kemudian menimbang– signifikan (65%) daripada sebelum
nimbang terhadap baik dan buruknya pendidikan kesehatan (Mary & D'Sa,
stimulus tersebut bagi dirinya dan akan 2014) dan terdapat hubungan positif antara
mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai pengetahuan dan persepsi terhadap
dengan apa yang dikehendaki oleh motivasi untuk melakukan vaksinasi HPV
stimulus yang pada akhirnya subjek telah kanker serviks (Ida Ayu, 2014).
berperilaku baru sesuai dengan Hasil uji Mann-Whitney diperoleh p-
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya value 0,030, hal ini menunjukkan bahwa
terhadap stimulus. ada perbedaan yang signifikan pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

21
sesudah diberikan pendidikan kesehatan. dengan pendapat Subargus (2011), yang
Adanya perbedaan pada kelompok menyatakan tidak ada satupun metode
perlakuan dan kelompok kontrol pendidikan yang digunakan secara sendiri-
dikarenakan pada kelompok perlakuan sendiri, yang dapat diharapkan untuk
diberikan pendidikan kesehatan dan leaflet, memberikan akibat yang mantap bagi
sedangkan pada kelompok kontrol hanya perubahan pengertian, sikap dan tingkah
diberikan leaflet saja. laku, apabila tidak disokong oleh metode
Pendidikan kesehatan yang yang lain dengan perkataan lain kombinasi
diberikan pada kelompok perlakuan beberapa metode pendidikan biasanya
diberikan dengan menggunakan metode lebih baik daripada menggunakan satu
ceramah dan diskusi. Metode merupakan metode pendidikan saja.
faktor penentu tercapainya tujuan
pendidikan kesehatan. Metode yang tepat 5. SIMPULAN DAN SARAN
dan kemasan yeng menarik dalam Hasil penelitian menunjukkan: 1)
penyampaian pesan sangat mempengaruhi Ada pengaruh pendidikan kesehatan
tingkat keberhasilan makna dari pesan terhadap motivasi melakukan vaksinasi
yang disampaikan (Mulyana, 2005). HPV; 2) Pendidikan kesehatan dengan
Ceramah digunakan untuk menyampaikan leaflet lebih efektif untuk meningkatkan
ide, gagasan, informasi baru terhadap motivasi siswi melakukan vaksinasi HPV
sasaran yang diinginkan. Ceramah dibandingkan dengan pendidikan saja.
mengandalkan penuturan dari pengajar/ Dengan demikian penulis menyarankan
pembicara dan tidak banyak berharap pihak sekolah hendaknya bekerjasama
respon dari para pesertanya. Diskusi adalah dengan tenaga kesehatan untuk
metode pembelajaran dengan menekankan memberikan pendidikan kesehatan tentang
pada pembicaraan dua arah yang ditujukan kanker serviks dan vaksinasi HPV dengan
untuk memecahkan masalah dalam bentuk media leafletsehingga lebih efektif dalam
pernyataan ataupun dalam bentuk meningkatkan pengetahuan dan
pertanyaan (Setiawati & Dermawan, memotivasi siswi melakukan vaksinasi
2008). Setelah memberikan materi dengan HPV.
ceramah, peneliti memberikan kesempatan
pada siswi untuk menanyakan hal-hal yang 6. KEPUSTAKAAN
kurang jelas dan peneliti memberikan
pertanyaan secara lisan tentang materi
Aminati, Dini. (2013). Cara Bijak
yang diberikan.
Menghadapi dan Mencegah Kanker
Penggunaan metode ceramah dan
Leher Rahim (Serviks). Yogyakarta:
diskusi membuat responden dalam hal ini
Brilliant Books.
siswi akan lebih mudah mengerti dan
memahami informasi yang diberikan Adelia S. dan Syahrul, F. (2014). Faktor
sehingga pengetahuan siswi tentang kanker yang Berhubunggan dengan
serviks dan vaksinasi HPV meningkat dan Tindakan Vaksinasi HPV pada
termotivasi untuk melakukan vaksinasi Wanita Usia Dewasa. Jurnal
HPV. Pada kelompok kontrol yang hanya Berkala Epidemiologi. Vol. 2, No.
diberikan leaflet, terjadi peningkatan 3:321-330.
motivasi hanya pada 1 reponden. Hal ini Agosti JM, Goldie SJ. (2007). Introducing
terjadi karena leaflet yang diberikan tidak HPV Vaccine in Developing
dibaca dan informasi yang diberikan pada Countries Key Challenges and
leaflet terbatas sehingga responden tidak issues. N Engl J Med.356:1908–10.
bisa bertanya bila informasi yang diberikan
pada leaflet tidak bisa dimengerti dan Bujawati, E.(2012). Penyakit Tidak
dipahami oleh responden. Hasil penelitian Menular (Faktor Resiko
ini menunjukkan bahwa keberhasilan DanPencegahannya). Makassar:
pendidikan kesehatan juga dipengaruhi Alauddin University Press.
metode yang digunakan, hal ini sesuai

22
Fitriani, R. 2013. Onkologi Sistem Gynecol. 20:479–83.
Reproduksi Manusia. Makassar:
Kwan TT, Chan KK, Yip AM, et al.
AlauddinUniversity Press.
(2009). Acceptability of Human
Gayatri Dj. Soga. (2009). Metode Papillomavirus Vaccination among
Penyuluhan Kelompok Kecil Chinese Women: Concerns and
dengan Media Leaflet terhadap Implications. BJOG. 116(4):501–
Pengetahuan Sikap dan Perilaku 10
Masyarakat dalam Upaya
Louie, K.S., De Sanjose, S., Diaz., M.,
Pencegahan Demam Berdarah
Castellsague, X., Herrero, R.,
Dengue Kabupaten Bone Bolango
Meijer, C., Shah, K., Franceschi,
Provinsi Gorontalo. Tesis.
S., Munoz, N., & Bosch, F.X.
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
(2009). Early Age at FirstSexual
Universita Gadjah Mada.
Intercouse and early Pregnancy are
Ida Ayu, S.P.S. (2014). Hubungan Risk Factor for Cervical Cancer in
Pengetahuan dan Persepsi Developing Countries. British
Motivasi untuk Melakukan Journal of Cancer. 100:1191-1197.
Vaksinasi Kanker Serviks pada
Marlow LA, Waller J, Wardle J. (2007).
Siswi SMA Program Vaksinasi dan
Public Awareness that HPV is a
Non Program Vaksinasi HPV
Risk Factor for Cervical Cancer.
Kanker Serviks di Kabupaten
Br J Cancer. 97(5):691–4.
Bandung. Skripsi. Solo: Fakultas
Kedokteran Universitas Surakarta. Mary B, D'Sa JL. (2014). Evaluation of an
Educational Program on
International Agency for Research on
CervicalCancer for Rural Women
Cancer. (2005). IARC Hanbooks of
in Mangalore, Southern India. Asia
Cancer Prevention. Lyon France:
Pac JCancer Prev. 15: 6603-8.
IARC Press.
Mulyana. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu
International Collaboration of
Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Epidemiological Studies of
Rosdakarya.
Cervical cancer. (2006).
Comparison of Risk Factor for Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu Kesehatan
Invasive Squamous Cell Masyarakat: Ilmu dan Seni.
Carcinoma and Adenocarcinoma Jakarta: Rineka Cipta.
of the Cervix: Collaborative Notoatmojo, S. (2012). Pendidikan dan
Reanalysis of Individual Data on Perilaku Kesehatan. Jakarta:
8,097 Women with Squamous Cell Rineka Cipta.
Carcinoma and 1,374 Women with
Adenocarcinoma from 12 Nursalam.&Effendi, F. (2010). Pendidikan
Epidemiological Studies. Int. J. dalam Keperawatan. Jakarta:
Cancer. 120. Salemba Medika.
Kemenkes RI. (2015). Info DATIN Pusat Pradipta, B. & Sungkar, S., 2007.
Data dan Informasi Kementerian Penggunaan Vaksin Human
Kesehatan RI: Stop Papilloma Virus dalam Pencegahan
Kanker.http://www.depkes.go.id/re Kanker Serviks. Majalah
sources/download/pusdatin/infodat Kedokteran Indonesia, 57 (11):
in/infodatin-kanker.pdf .Diakses 391-396
Tanggal 10 Oktober2015. Rasjidi, I. (2009). Deteksi Dini &
Kollar LM, Kahn JA. (2008). Education Pencegahan Kanker pada Wanita.
about Human Papillomavirus and Jakarta:Sagung Seto.
Human Papillomavirus Vaccines in Rusmil, K. (2008). Imunisasi di Indonesia
Adolescents. Curr Opin Obstet

23
edisi 3. Jakarta : Badan Penerbit essential Practice. Geneva: WHO
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Press.
Samadi, Heru Priyanto. 2011. Yes, I Know WHO. (2013). Bulletinof The World Health
Everything about Kanker Serviks. Organization 2012; 90:478-478A.
Solo:Solo Metagraf.
Ylitalo, N., Stuver, S. Dan Adami, H.
Setiawati, S. & Darmawan, A.C. 2008. (2008). Cervical Cancer. In:
Proses Pembelajaran dalam Adami, H., Hunter, D. &
Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Trichopoulos, D. (eds.) Cancer
Trans Info Media. Epidemiologi. New York: Oxford
University Press.
Syahrial Umri. (2014). Hubungan Usia
Pertama Kali Melakukan Zarchi, M.K., Akhavan, A., Gholami, H.,
Hubungan Seks dengan Kejadian Dehghani, A., Naghashi, M. &
Kanker Serviks di Rumah Sakit Mohseni, F. (2010). Evaluation of
Pusat Haji Adam Malik Medan. Cervical Cancer Risk Factor in
Tesis. Yogyakarta: Fakultas Womwn Referred to Yazd-Iran
Kedokteran Universita Gadjah Hospital from 2002 to 2009. Asian
Mada. Pacific J Cancer. 11:537-538.
Setiawati, S. & Darmawan, A.C. 2008.
Proses Pembelajaran dalam
pendidikan Kesehatan. Jakarta:
Trans Info Media.
Singh, S. & Badaya, S. (2012). An
Epidemiological Study of Various
Risk Factorr for Carcinoa Cervix: A
Study from a Tertiary Care Hospital
in Gwalior, India. Webmed Central.
1-13.
Subargus, A. 2011. Promosi Kesehatan
Melalui Pendidikan Kesehatan
Masyarakat.Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Taufik, M. 2007. Prinsip-Prinsip Promosi
Kesehatan dalam
BidangKeperawatan. Jakarta:
Infomedika.
Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi dan
Pengukurnnya Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Walsh CD, Gera A, Shah M, et al. (2008).
Public Knowledge and Attitudesto
Wards Human Papilloma Virus
(HPV) Vaccination. BMC
PublicHealth. 8:368.
Wiknjosastro, H. (2009). Ilmu
KandunganJakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
WHO. (2006). Comprehensive Cervical
Cancer Control: a Guide to

24

You might also like