Professional Documents
Culture Documents
Analysis of Road Pavement PDF
Analysis of Road Pavement PDF
ABSTRACT
This article target is analyze the level of surface texture of road pavement that measured
by means of Mini Texture Meter and compare the surface texture and surface performance
among asphalt concrete, concrete block and HRS. Result of analysis indicate that the deepness
of texture, that mean start from low (fine) to high (coarse) successively is the Sardjito Street
(0,40 mm), the Kaliurang Street (0,45 mm), the Yacaranda Street (0,86 mm), the Teknika
Selatan – Kesehatan Street (1,15 mm). Clearly, that asphalt concrete (Bina Marga: LASTON)
own the deepness of texture lowered, followed by the HRS and highest is concrete block.
Kaliurang Streets with the IRI value = 0,44 mm/m, PSI value = 4,72, RCI value = 9,819
indicate that the streets still own the very flatten and regular surface condition and also very
good service function. This matter is equal to condition in Sardjito Street. Teknika Selatan-
Kesehatan Streets that using type of concrete block, with the IRI value = 1,14 mm/m, PSI value
= 4,31, RCI value = 9,429 indicate that the streets still own the very flatten and regular surface
condition and also very good service function. Yacaranda Streets with the IRI value = 0,86
mm/m, PSI value = 4,15, and RCI value = 9,593 indicate that the streets still own the very
flatten and regular surface condition and also very good service function.
Key words: surface texture, mini texture meter, asphalt concrete, concrete block, hot rolled
sheets, international roughness index (IRI), present serviceability index (PSI), and road
condition index (RCI).
PENDAHULUAN
Penyebab kerusakan jalan antara lain beban lalulintas berulang yang berlebihan
(overloaded), panas/suhu udara, air dan hujan, serta mutu awal produk jalan yang jelek. Oleh
sebab itu disamping direncanakan secara tepat jalan harus dipelihara dengan baik agar dapat
melayani pertumbuhan lalulintas selama umur rencana. Pemeliharaan jalan rutin maupun
berkala perlu dilakukan untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan jalan bagi pengguna
dan menjaga daya tahan/keawetan sampai umur rencana. Dengan pemeliharaan yang baik
permukaan yang aus dapat kembali rata dan memiliki kekasaran baik. Kekasaran permukaan
(surface textures) berpengaruh pada tahanan gesek (skid resistance) permukaan jalan. Jenis lapis
permukaan yang umum digunakan dalam pemeliharaan jalan antara lain : burtu, burda, latasir,
buras, latasbum, lataston (hot rolled sheet, HRS).
Survei kondisi perkerasan perlu dilakukan secara periodik baik struktural maupun non-
struktural untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan yang ada. Pemeriksaan non-struktural
(fungsional) antara lain bertujuan untuk memeriksa kerataan (roughness), kekasaran (texture),
1
Suwardo, ST., MT., Dosen Program Diploma Teknik Sipil FT UGM
1
dan kekesatan (skid resistance). Pengukuran sifat kekasaran (tekstur) lapis permukaan jalan
akan bermanfaat di dalam usaha rehabilitasi dan pemeliharaan jalan. Tujuan utama penulisan ini
adalah : (1) membahas pengukuran dan analisis tingkat kekasaran permukaan perkerasan dengan
alat Mini Texture Meter, (2) menganalisis dan membandingkan kekasaran tiga jenis struktur
perkerasan jalan (beton aspal, concrete block dan HRS).
1 Kasar Tajam
2 Kasar Licin
3 Halus Tajam
4 Halus Licin
Sumber : TRRL Report No.SR.340, tahun 1977
Tekstur makro kasar diperoleh dari perencanaan campuran beraspal dengan proporsi
agregat kasar lebih banyak. Tekstur makro lebih dominan dalam mempertahankan kekesatan
2
permukaan perkerasan pada saat kecepatan kendaraan meningkat. Penelitian yang dilakukan
TRRL (1977) menunjukkan bahwa tekstur makro permukaan mempengaruhi kekesatan pada
perubahan kecepatan antara 50 km/jam - 130 km/jam (Tabel 2). Turunnya kedalaman tekstur
dan kekesatan diidentifikasi karena naiknya aspal akibat pemadatan berulang kendaraan,
sedangkan naiknya kedalaman tekstur dan kekesatan disebabkan oleh adanya pelepasan butir-
butir kecil aspal dan batu akibat oksidasi dan penetrasi air (PUSLITBANG JALAN, 1997).
Tabel 2. Pengaruh Tekstur Makro Permukaan terhadap Penurunan Kekesatan
Kedalaman Tekstur (mm) Penurunan kekesatan dengan perubahan
kecepatan dari 50 km/jam - 130 km/jam
Perkerasan Perkerasan
(%)
Lentur Kaku
2,0 0,8 0
1,5 0,7 10
1,0 0,5 20
0,5 0,4 30
Sumber : TRRL Report No. SR.340, tahun 1977
Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku (Rigid Pavement) merupakan perkerasan yang menggunakan bahan dari
beton semen, misalnya slab beton biasa/ tak bertulang, beton bertulang, paving block, dan
sebagainya. Paving block telah lama berkembang di Eropa pada pertengahan abad ke-19. Di
Inggris paving block digunakan untuk perkerasan jalan di pertokoan, perkantoran dan tempat-
tempat komersial lainnya. Paving block juga berkembang pesat di Amerika untuk jalan menuju
rumah-rumah penduduk. Di Indonesia Paving block dikenal dengan nama konblok (concrete
block). Keuntungan paving block untuk perkerasan adalah kuat, pengerjaannya mudah serta
dapat dibongkar kembali bila ingin diperbaiki. Bentuk dan ukuran paving block bermacam-
macam, sehingga pemasangannya dapat disesuaikan kebutuhan. Bentuk persegi empat banyak
digunakan karena mudah membentuk permukaan jalan yang rata. Dalam pemasangan
diusahakan melintang arah jalan agar air hujan di atas paving block dapat dialirkan langsung ke
drainasi jalan. Spasi antar block diisi dengan pasir agar menyerap air serta menahan gerak
paving block arah horisontal akibat pengereman/pembelokan kendaraan.
4
Tabel 3. Indeks Permukaan (IP)
Indeks Permukaan (IP) Fungsi pelayanan
4–5 Sangat baik
3–4 Baik
2–3 Cukup
1–2 Kurang
0–1 Sangat kurang
Sumber : Silvia Sukirman (1992)
5
ANALISIS STATISTIK
Data pengukuran diolah secara statistik untuk mendapatkan nilai rata-rata, range dan
deviasi standar. Dari Sudjana (1992) diperoleh pengertian parameter statistik sebagai berikut :
a. Rata-rata (Mean, Χ ); Sejumlah n data kuantitatif dapat dinyatakan dengan variabel X1, X2,
X3, X4, …, Xn. Simbol rata-rata untuk sampel adalah Χ (baca : eks garis). Rumus :
n
X + X 2 + ... + X n ∑X
i =1
1
∑X
X= 1 X= X=
i
atau atau
n n n
b. Rentang data (Range, R); rumusnya yaitu : R = nilai maksimum –nilai minimum.
c. Simpangan Baku (Standard Deviation, S); Jika terdapat sampel berukuran n dengan data X1,
X2, X3, X4, …, Xn dan rata-rata X , maka dapat dihitung besarnya variansi S2 dengan rumus
∑ (X )
2
−X
=
2 i
: S . Simpangan baku S adalah harga akar positif dari variansi. Rumusnya
n −1
( X)
− ∑
2
∑ (X ) ∑X
2 2
−X
i
adalah : S=
i
atau S= i n
n −1 n −1
PELAKSANAAN PENELITIAN
Alat Mini Texture Meter (MTM)
Unit Mini Tekstur Meter (MTM) berbentuk kereta dorong beroda dua yang di dalamnya
terdapat komponen perangkat elektronik berskala milimeter dengan ketelitian 0,01, alat optik
(lensa), baterai, printer, pengontrol mesin (Lihat Gambar 3). MTM digunakan untuk mengukur
kedalaman tekstur (kekasaran) berbagai jenis permukaan. Unit MTM dilengkapi dengan laser
transduser yang dikembangkan oleh Transport Research Laboratory (TRL), Crowthorne,
Inggris. MTM telah diproduksi dan dikembangkan oleh perusahaan WDM Limited berdasarkan
rancangan asli dan penelitian TRL. MTM dioperasikan dengan cara didorong secara manual
untuk menentukan tekstur permukaan jalan. MTM memilki ketelitian pembacaan sebesar 0,01
mm pada setiap jarak 20 mm. Keuntungan memakai MTM adalah hasilnya lebih mewakili,
biaya murah, operasinya cepat, dan mudah dipindah-pindahkan.
Tempat penyimpanan (storage) pada bagian atas kereta dapat diisi dengan pita printer
cadangan, tempat roll kertas printer dan penutup tahan air untuk melindungi printer. MTM
mempunyai jangkauan operasi perpindahan dengan resolusi hasil tekstur permukaan 0,01 mm.
Hasil pengukuran yang dicetak printer memberikan nilai rata-rata setiap 10 meter dan
6
rangkuman pada akhir 50 meter. Nilai-nilai itu dinamakan kedalaman tekstur (mm) yang diukur
dengan sensor (Sensor Measured Texture Depth, SMTD) untuk permukaan tertentu.
Alat pendukung kerja alat Mini Texture Meter mencakup antara lain, baterai 12 Volt dan
sekering 1,5A, laser transduser, proyektor lensa, photo sensitif, lensa penerima gambar, dan alat
kalibrasi kedalaman tekstur. Cara pelaksanaan unit Mini Texture Meter adalah :
a. baterai dicek dan distrum, hidupkan transduser laser, cek program 1 atau program 2,
b. kalibrasi pencatatan transduser laser menggunakan papan kedalaman tekstur yang ada,
c. hasil kalibrasi kedalaman tekstur dicatat masuk keprogram 2 (disesuaikan dengan tipe
lapis permukaan jalan yang akan diukur, dalam hal ini dipilih AC),
d. sesudah dikalibrasi, siapkan alat untuk pelaksanaan pengukuran kadalaman tekstur,
e. alat unit Mini Texture Meter ditempatkan di lapangan dilokasi yang akan diukur, sesudah
siap switch di hidup kan dan dipilih program 2 sampai keluar hasil kalibrasi sebelumnya
tentang kedalaman tekstur dan jarak,
f. lakukan pengukuran kedalaman tekstur dengan kecepatan 3 sampai 6 km/jam, sesudah
jarak pegukuran 10 meter panjang.
7
0+000) sampai sisi Barat Jembatan Sardjito (STA 0+500). Tipikal penampang melintang jalan
pada keempat lokasi penelitian juga ditampilkan pada Lampiran 2.
2
2
SMTD (MM) Sisi Timur
1 1
0+200
0+400
0+600
0+800
1+000
1+200
0+000
0+200
0+400
0+600
0+800
1+000
1+200
2 2
SMTD (MM) Sisi Timur
Kedalam Tekstur (SMTD, mm)
1 1
0.5 0.5
0 0
0+000
0+200
0+400
0+600
0+800
0+1000
0+1200
0+000
0+200
0+400
0+600
0+800
0+1000
0+1200
8
2
1.00
1
0.50
0.5
0.00
Kal-S-T
Tek-S-T
Yac-S-T
Sar-S-T
Kal-S-B
Tek-S-B
Yac-S-B
Sar-S-B
Kal-average
Tek-average
Yac-average
Sar-average
0
0+000
0+200
0+400
0+600
0+800
1+000
1+200
Stasioning Lokasi
9
Teknika Selatan yang menggunakan lapis perkerasan jenis concrete block, nilai IRI = 1,14
mm/m, PSI = 4,31, RCI = 9,429 menunjukkan bahwa ruas jalan itu masih memiliki kondisi
permukaan sangat rata dan teratur serta fungsi pelayanan sangat baik. Ruas Jalan Yacaranda
dengan nilai IRI = 0,86 mm/m, PSI = 4,15, dan RCI = 9,593 menunjukkan bahwa ruas jalan itu
masih memiliki kondisi permukaan sangat rata dan teratur serta fungsi pelayanan sangat baik.
Lihat hal tersebut secara rinci pada Gambar 10 s.d. 12 di bawah.
1,50
IRI 5 PSI
14
IRI (m m /m )
1,00 1, 4
PSI (=IP)
44 86
0, 0, 3
4,72
0,50
4,31
2
43
0,
4,73
1
4,15
0,00
0
Gambar 10. Nilai IRI di Empat Lokasi Gambar 11. Nilai Estimasi PSI terhadap IRI
10 RCI
8
6
9,819
RCI
9,429
4
9,593
9,821
2
0
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain :
1. Kedalaman tekstur rata-rata mulai dari yang rendah (halus) ke tinggi (kasar) berturut-turut
adalah Jalan Sardjito (0,40 mm), Jalan Kaliurang (0,45 mm), Jalan Yacaranda (0,86 mm),
Jalan Teknika Selatan – Kesehatan (1,15 mm). Jelas bahwa perkerasan beton aspal (laston)
memiliki kedalaman tekstur terrendah, diikuti HRS dan tertinggi adalah concrete block.
Jalan Sardjito saat pengukuran dilakukan belum selang lama dilakukan overlay.
2. Perkerasan concrete block memiliki kedalaman tekstur tinggi (sehingga tahanan geseknya
tinggi), akibatnya pola bunga ban kendaraan lebih cepat aus dan kenyamanannya rendah,
berbeda sebaliknya dengan beton aspal. Secara umum perkerasan lentur (campuran beraspal)
10
memiliki tekstur lebih halus daripada perkerasan kaku (beton semen, termasuk concrete
block). Tinggi rendahnya kekasaran dipengaruhi oleh jenis lapis perkerasan.
3. Tekstur perkerasan kaku (beton semen, termasuk concrete block) lebih tinggi daripada
perkerasan lentur dikarenakan sifat beton semen tidak langsung berubah sifat fisiknya akibat
perubahan suhu. Sebaliknya, permukaan beton aspal mudah lembek dan permukaan
cenderung berubah menjadi halus akibat panas/suhu dan beban lalulintas berulang-ulang.
4. Nilai PSI ketiga jenis perkerasan termasuk pada interval 4-5 sehingga jalan tersebut masih
memiliki tingkat pelayanan kategori sangat baik, meskipun nilai masing-masing berbeda.
Nilai RCI ketiga jenis perkerasan berada di antara 8-10 maka permukaan perkerasan jalan
tersebut digolongkan dalam kondisi sangat rata dan teratur.
SARAN
Beberapa saran penting yang perlu dikemukakan adalah :
1. Tekstur permukaan jalan perlu dimonitor dan dievaluasi secara rutin selama masa pelayanan
karena tekstur permukaan berubah karena waktu, lalulintas, dan suhu lebih-lebih pada jalan
padat dan berkecepatan tinggi. Dari pengukuran periodik dapat diketahui penurunan tingkat
kekasaran jalan, selanjutnya dapat ditentukan langkah perbaikannya.
2. Pada penelitian selanjutnya landai jalan dan geometri tikungan perlu dipertimbangkan dalam
analisis tekstur perkerasan jalan karena landai jalan berpengaruh pada besarnya gaya traksi
dan pengereman kendaraan dalam kaitannya dengan tingkat keausan permukaan yang
berpengaruh bagi keamanan dan kenyamanan kendaraan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, 1997, Penelitian Pengaruh Tekstur Permukaan Terhadap
Koefisien Gesek, PUSLITBANG JALAN, Bandung.
NCHRP, 2001, Rehabilitation Strategies for Highway Pavements, TRB-NRC, Washington.
Sudjana, 1992, Metode Statistika, Penerbit TARSITO, Bandung.
Sukirman, S., 1995, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Badan Penerbit Nova, Bandung.
11
WDM, Mini Texture Meter Operator’s Manual – Version 6.0+OS, WDM, Bristol, BS164NX,
England, Panduan Praktikum Program Diploma T. Sipil FT-UGM, Yogyakarta.
Willey, C.C., 1935, Principles of Highway Engineering, 2nd Ed., McGraw-Hill, New York.
LAMPIRAN 1
CONTOH FORMULIR PENGUKURAN
12
LAMPIRAN 2 DENAH LOKASI PENELITIAN
Lapis Perkerasan AC
LEGENDA :
**
I I Magister Manajemen UGM 12.300
U Jl. Teknika Selatan 3 II Pos Polisi Depok
2 Potongan A-A
* II III Graha Sabha Pramana
B B IV
Jl. Kesehatan
VI ** UGM
Jl. Kaliurang
V IV Fakultas Geografi UGM
** * Lapis Perkerasan Conblock
*
** IX IX D3 Fakultas Teknik UGM
X
XI XII Jembatan Jetis
** Arah pengukuran pertama
*
*
**
XII D
** Arah pengukuran kedua
8
1 - 8 Titik-titik pengukuran Lapis Perkerasan HRA
* D
Potongan D-D
13