Professional Documents
Culture Documents
Revisi Final Skripsi Tes Jalan 6 Menit
Revisi Final Skripsi Tes Jalan 6 Menit
Revisi Final Skripsi Tes Jalan 6 Menit
SKRIPSI
OLEH:
DOSEN PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2016
HUBUNGAN JARAK TEMPUH TES JALAN 6 MENIT DAN
FRAKSI EJEKSI PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIK
TERHADAP KEJADIAN KARDIOVASKULAR
SKRIPSI
OLEH:
DOSEN PEMBIMBING:
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2016
2
ABSTRACT
Background: Chronic Heart Failure is a serious health problem with increasing incidence in
developed and developing country. CHF patients have decrease in ejection fraction with
complex symptoms such as tightness and fatigue. The 6-minute walk test (6MWT) is a simple
and inexpensive test that can be used in patients with CHF to assess the patient’s functional
capacity and prognosis in daily activities. Several studies have reported that there is significant
correlation between the distance in 6-minute walking test and cardiovascular events in patients
with chronic heart failure, especially patient with decrease ejection fraction.
Objective: To determine the correlation between distance in 6 minutes walking test and
ejection fraction in patient with chronic heart failure to cardiovascular events (re-
hospitalization, stroke, cardiac death, unstable angina).
Methods: The study used prospective cohort study with observational-analytic approach. The
sample in this study are patients with CHF in PROF. DR. R. D. Kandou Manado Hospital with
purposive sampling, patient’s distance is measured by the 6-minutes walking test and the
ejection fraction by using echocardiography, and analyzed using Chi-Square test.
Results: From the total of CHF patients (n=31), the result showed 17 patients with <300 m 6-
MWT distance, where 23.5% of them experienced cardiovascular events (re-hospitalization
and unstable angina). While respondents with 6-MWT distance >300 m, from a total of 14
respondents we found 42.8% experienced cardiovascular events. The result of Chi-Square test
showed there was no significant correlation between the distance of 6-minute walking test and
cardiovascular events. (p=0.252). In addition, from a total of 31 patients with CHF, the data
showed 7 patients with ejection fraction < 30% where 71.5% of them experienced
cardiovascular events (re-hospitalization and unstable angina), however from a total of 24
samples with an ejection fraction >30-40% we found 20.8% experienced cardiovascular events.
The result of Chi-Square test showed there is significant correlation between ejection fraction
and cardiovascular events (p=0.012).
Conclusions: There was no significant correlation between distance in 6-minute walking test
to cardiovascular events and there is significant correlation between ejection fraction and
cardiovascular events.
Keywords: Chronic heart failure, 6-minute walking test, ejection fraction.
3
ABSTRAK
Latar Belakang: Gagal Jantung Kronik (GJK) merupakan masalah kesehatan yang serius
dengan angka kejadian yang terus meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang.
Pada GJK terdapat penurunan fraksi ejeksi disertai gejala yang kompleks berupa sesak,
kelelahan baik dalam keadaan istirahat maupun beraktivitas. Tes jalan 6 menit merupakan uji
yang bersifat sederhana dan murah yang dapat digunakan pada penderita gagal jantung kronik
untuk menilai kapasitas fungsional dan prognosis pasien dalam beraktivitas. Beberapa
penelitian melaporkan terdapat hubungan antara jarak tempuh tes jalan 6 menit dengan
kejadian kardiovaskular pada pasien gagal jantung kronik, terlebih khusus pasien dengan
penurunan fraksi ejeksi.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara jarak tempuh tes jalan 6 menit dan fraksi ejeksi
pada pasien Gagal Jantung Kronik terhadap kejadian kardiovaskular.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jarak tempuh tes jalan 6 menit
dengan kejadian kardiovaskular dan terdapat hubungan yang bermakna antara fraksi ejeksi dan
kejadian kardiovaskular.
Kata kunci: Gagal jantung kronik, tes jalan 6 menit, fraksi ejeksi.
4
HUBUNGAN JARAK TEMPUH TES JALAN 6 MENIT DAN FRAKSI EJEKSI
PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIK TERHADAP KEJADIAN
KARDIOVASKULAR
Oleh:
Telah diajukan pada ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi pada
Prof. Dr. dr. Adrian Umboh, SpA(K) Dekan Fakultas Kedokteran UNSRAT
5
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber bacaan baik yang dikutip
maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari hal ini tidak
NRI : 120111023
Tanda tangan :
6
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
NRI : 120111023
Fakultas : Kedokteran
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, setuju untuk memberikan kepada Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi, Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Nonexclusive Royalty Free Right) atas
skripsi saya yang berjudul:
HUBUNGAN JARAK TEMPUH TES JALAN 6 MENIT DAN FRAKSI EJEKSI PADA
PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIK TERHADAP KEJADIAN
KARDIOVASKULAR
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Royalti Nonekslusif ini Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Dibuat di : Manado
Yang menyatakan,
7
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus yang maha kuasa yang telah
memberikan rahmat dan anugrah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini
dengan judul:
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh kelulusan sarjana
kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi Manado.
Melalui kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada:
1. Prof. DR. Dr. Adrian Umboh, SpA (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
2. Dr. dr. Starry H. Rampengan, SpJP (K), MARS selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan banyak masukan dan bimbingan yang sangat membantu dalam
3. Dr. Edmond L. Jim, SpJP (K), FIHA selaku dosen pembimbing II yang telah yang
telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Dr. Agnes Lucia Panda, SppD, SpJP (K) selaku penguji I dan kepala bagian
5. Dr. Janry Pangemanan, SpJP (K), FIHA selaku penguji II yang telah yang telah
cardiac center.
7. dr. Lisbeth J. Kandou, SpKJ selaku dosen pembimbing akademik yang telah
8. Residen, perawat dan staf bagian Kardiologi yang bersedia membantu dalam proses
penelitian, dr. Destria Tiolung, dr. Arthur Yosua, dr. Imam, dr. Hendro, dr.
Nathalia, dr. Vonny, dr. Ike, dr. Nancy, dr. Terence, dr. Roy, Sus Icha, Sus Dei,
9. Keluarga, Papa, Mama, adik Iren yang telah memberi doa, inspirasi dan dukungan
yang tak terbatas baik secara moril maupun materil bagi penulis dalam kegiatan studi
selama ini.
10. Teman-teman dan orang spesial selama kuliah, Yafet, Etet, Dicky, Cindy, Gracia,
11. Teman-teman KTIS di bagian Kardiologi Jery, Christin, Itin, Eva, Lucky, Ancha,
Hisky, Agus, Ekin yang membantu selama proses pembuatan skripsi ini.
12. Teman-teman sehobby dan sepermainan, Alvisco, Albert, Okky, Bill, Semet,
Pradika, Cliff, Timothy dan Scriven yang selalu gokil dan tunts.
13. Teman-teman sejawat terbaik ‘Mediora 2012’ yang selalu kompak baik suka mapun
14. Serta semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
9
Semoga Tuhan Yesus Kristus memberkati dan membalas budi baik yang telah penulis
Penulis menyadari bahwa Skripsi penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi
materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
10
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT........................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
C.4 Intepretasi………………………………………………….. 20
11
D.Fraksi Ejeksi ....................................................................................... 21
D.1 Hubungan fraksi ejeksi dengan kejadian kardiovaskular….. 22
B. Data Analitik………………………………………………………. 38
1. Hubungan jarak tempuh 6 MWT dengan kejadian kardiovaskular 38
2. Hubungan Fraksi Ejeksi dengan Kejadian Kardiovaskular……. 39
BAB V. PEMBAHASAN…………………………………………………………. 40
12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 46
LAMPIRAN........................................................................................................... 47
Master Tabel……………………………………………………………. 52
Informed Consent………………………………………………………. 68
13
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Data Karakteristik pasien GJK……………………………………………….. 32
2. Distribusi pasien GJK berdasarkan Jenis Kelamin ........................................... 34
2. Distribusi pasien GJK berdasarkan usia............................................................ 35
3. Distribusi pasien GJK berdasarkan penyakit terdahulu .................................... 35
4. Distribusi pasien berdasarkan jarak tempuh ..................................................... 36
5. Distribusi pasien berdasarkan nilai fraksi ejeksi ............................................... 36
6. Distribusi pasien berdasarkan kejadian kardiovaskular .................................... 37
7. Hubungan jarak tempuh 6 MWT dengan kejadian kardiovaskular ................... 38
8. Hubungan Fraksi Ejeksi dengan Kejadian Kardiovaskular ............................... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Master tabel....................................................................................................... 52
14
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang serius dengan angka kejadian yang terus
meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang. Gagal jantung didefinisikan
sebagai suatu kondisi patologis, di mana jantung gagal memompa darah sesuai dengan
kebutuhan jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung juga
didefinisikan sebagai sindroma klinik yang memiliki gejala yang kompleks disertai keluhan-
keluhan berupa sesak, kelelahan baik dalam keadaan istirahat maupun beraktivitas, disertai
tanda-tanda retensi cairan seperti kongesti paru dan edema pergelangan kaki. Gagal jantung
dapat disebabkan oleh banyak hal, di negara maju penyakit arteri koroner dan hipertensi
Gagal jantung merupakan penyebab kematian serta disabilitas yang cukup besar.
Walaupun perkembangan terapi saat ini yang semakin maju, angka mortalitas masih mencapai
20% per tahun. Menurut American Heart Association 5,3 juta orang Amerika menderita gagal
jantung kronik (GJK ) dan 660.000 kasus baru terdiagnosis setiap tahun, dengan insiden 10 per
1000 orang. Di Amerika Serikat ≥ 1 juta pasien per tahun menjalani perawatan di rumah sakit
akibat gagal jantung kronik dengan angka mortalitas setiap tahun adalah sekitar 287 ribu orang.
2, 4
Menurut data Riskesdas 2013 jumlah penderita gagal jantung di Indonesia adalah
sekitar 229.696 orang. Dengan jumlah penderita terbanyak berada di Provinsi Jawa Timur yaitu
sekitar 54.826 orang sedangkan Provinsi Maluku Utara dengan jumlah penderita terendah yaitu
15
144 orang. Sementara itu Provinsi Sulawesi Utara memiliki prevalensi penderita GJK dengan
2.378 orang dari total 240 juta penduduk di Indonesia. Data di Pusat Jantung Rumah sakit
Nasional Harapan Kita sejak tahun 2003 menunjukan angka hospitalisasi pasien dengan
diagnosa gagal jantung yang semakin meningkat berkisar antara 1200-1300 pasien per tahun
dengan angka mortalitas yang terus meningkat mencapai 7.5 % pada tahun 2007. 4, 5
Pada penderita gagal jantung terdapat perubahan hemodinamik berupa penurunan curah
jantung, volume sekuncup, dan fraksi ejeksi sehingga menyebabkan terjadinya gejala berupa
sesak napas, kelelahan, dan intoleransi latihan fisik. Berkurangnya toleransi latihan merupakan
faktor utama penurunan fungsi sosial, fisik, serta kualitas hidup dan meningkatkan
Tes jalan 6 menit merupakan uji yang bersifat sederhana, objektif, dan murah yang
dapat dilakukan di klinik dengan manajemen waktu yang cepat dan efisien. Tes ini dapat
digunakan untuk menilai kapasitas fungsional pada pasien dengan kelainan jantung. Selain itu,
karena keterbatasan aktivitas fisik pada pasien GJK, tes ini sangat berguna untuk menilai
prognosis pasien dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Menurut studi yang di lakukan oleh
American thorac society pada 117 laki-laki dan 173 wanita normal, kemampuan berjalan
selama 6 menit adalah 580 m (pria) dan 500 m (wanita). Jarak ini bisa berubah berdasarkan
faktor- faktor penentu seperti tinggi badan, berat badan, umur, dan adanya disabilitas pasien. 3,
6
Berdasarkan prevalensi, sebagian besar pasien GJK memilik penurunan fraksi ejeksi ventrikel
kiri. 11, 19 Fraksi ejeksi adalah salah satu parameter untuk menilai kemampuan fungsi jantung
yang dinilai menggunakan parameter ekokardiografi dengan nilai normal 65%, dan < 40%
dianggap sudah disfungsi ventrikel kiri.27, 38 Menurut Penelitian Eduardo Carvalho dkk jarak
tempuh tes jalan 6 menit adalah prediktor terhadap angka kematian dan rehospitalisasi pada
pasien dengan gagal jantung.11 Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Texas
heart institute yang menyatakan resiko kematian ditemukan secara signifikan lebih tinggi pada
16
pasien dengan jarak ≤300 m tes jalan 6 menit dan pasien dengan ejeksi fraksi ventrikel kiri
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara jarak tempuh tes jalan 6 menit (6 MWT) dan fraksi ejeksi pada pasien gagal
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah pada penelitian yaitu:
“apakah terdapat hubungan antara jarak tempuh tes jalan 6 menit dan fraksi ejeksi pada pasien
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara jarak tempuh tes jalan
6 menit dan fraksi ejeksi pada pasien gagal jantung kronik periode oktober-desember 2015
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui jarak tempuh tes jalan 6 menit pada pasien gagal jantung kronik.
b) Untuk mengetahui nilai ejeksi fraksi ventrikel kiri pada pasien gagal jantung kronik.
c) Untuk mengetahui kejadian kardiovaskular yang dapat terjadi pada pasien gagal
jantung kronik setelah periode follow up post tes jalan 6 menit selama 2 bulan.
17
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis:
terlebih khusus tentang hubungan jarak tempuh tes 6 menit dan ejeksi fraksi pada
2. Secara praktis :
b) Dapat menjadi sumber referensi yang berguna dan juga bahan bacaan yang
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi :
Gagal jantung kronik (GJK) adalah suatu kondisi patofisiologis yaitu ketidakmampuan
jantung untuk menghasilkan curah jantung yang adekuat sehingga perfusi jaringan tidak
adekuat atau terjadi peningkatan tekanan pengisian diastolik pada ventrikel kiri, sehingga
Menurut European heart journal (ESC) gagal jantung merupakan suatu sindroma klinis
dimana penderitanya memiliki gejala khas seperti napas pendek saat istirahat atau
berolahraga, kelelahan, edema tungkai dan tanda khas gagal jantung seperti takikardi,
takipnea, ronki, efusi pleura, peningkatan tekanan vena jugularis, edema perifer,
hepatomegali, serta memiliki bukti objektif abnormalitas struktur dan fungsi jantung pada
saat istirahat seperti kardiomegali, bunyi jantung ketiga, murmur, abnormalitas pada
2. Epidemiologi
Sekitar 3-20 orang pada 1000 populasi mengalami gagal jantung, dan prevalensinya
meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000 orang pada usia >65 tahun)27. Di Amerika
Serikat Lebih dari 5 juta orang menderita gagal jantung dan 550.000 pasien terdiagnosa
menderita gagal jantung setiap tahun. Sementara di Inggris, sekitar 100.000 penderita gagal
jantung di rawat di rumah sakit pada usia >55 tahun.28 Menurut Riskesdas 2013 prevalensi
penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013 sebesar 0, 13 % atau diperkirakan sekitar
229.696 penduduk Indonesia. Data profil kesehatan Indonesia tahun 2003 disebutkan bahwa
19
penyakit jantung berada di urutan ke-delapan (2.8%) pada 10 penyakit penyebab kematian
klasifikasi dari gagal jantung berdasarkan struktur dan kerusakan pada otot jantung 8
1 Stage A Terdapat resiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal jantung, namun
tidak terdapat kelainan struktur maupun fungsional, juga tidak terdapat tanda
maupun gejala.
2 Stage B Pasien penderita penyakit jantung struktural, tetapi tidak terdapat tanda
maupun gejala.
3 Stage C Terdapat gagal jantung yang simptomatik dan berhubungan dengan penyakit
4 Stage D Terdapat penyakit jantung struktural lanjut dan ditandai dengan gejala-
gejala gagal jantung pada saat istirahat meskipun dalam terapi medis yang
PA, et al. The task force for the diagnostic dan treatment of acute and chronic heart failure
20
Klasifikasi berdasarkan kapasitas fungsional (NYHA)
Kelas I Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik
sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
Kelas 2 Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istrahat, namun
aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
Kelas 4 Tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas
Diambil dari ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure 2008.9
4. Gejala klinis
jantung. Gejala gagal jantung hanya timbul saat aktivitas. Kemudian gejala timbul saat istirahat
seiring dengan perburukan kondisi. Manifestasi klinis juga dipengaruhi oleh tingkat
kompensasi. Pada tahap awal gagal jantung, gejala klinik tidak spesifik (malaise, latergi, lelah,
dispneu intoleransi aktivitas) namun begitu keadaan memburuk, gambaran klinis dapat sangat
jelas terlihat menandakan penyakit jantung.27. Gejala klinis dapat dilihat berdasarkan tabel
berikut:
21
Manifetasi klinis gagal jantung:
Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
- Bengkak ektremitas
- Berat badan bertambah >2 kg/minggu - Sura pekak di basal paru pada perkusi
- Depresi - Kaheksia
- Berdebar
- Pingsan
Sumber: ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure
2012. 9
22
5. Etiologi
darah yang dapat mencapai jantung. Hal ini dapat menyebabkan gejala berupa nyeri
dada (angina), atau apabila terjadi obstruksi total dapat menyebabkan serangan jantung.
b) Hipertensi
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol meningkatkan risiko terjadinya gagal janung
sekitar 2-3 kali lipat. Hal ini karena mekanisme dimana jantung harus bekerja lebih
keras memompa darah untuk mempertahankan sirkulasi darah yang normal. Lebih
Kelainan katup jantung dapat disebabkan oleh penyakit, infeksi (endokarditis) atau
defek pada saat lahir. Gangguan pembukaan atau penutupan katup jantung secara
aliran darah. Beban kerja jantung yang terus meningkat dapat menyebabkan gagal
jantung.41
Kerusakan pada otot jantung, baik disebabkan oleh efek samping dari pengobatan atau
Pembentukan jantung dan katup secara tidak sempurna menyebabkan bagian jantung
23
f) Diabetes Melitus
g) Obesitas
Pada pasien obese, jantung cenderung bekerja lebih keras dibandingkan pasien non-
obese.41
6. Patofisiologi
yang ada.29
aldosteron (RAA) yang menyebabkan peningkatan kadar renin, angiotensin II, dan
aldosterone. Selain untuk meningkatkan tahanan perifer dan volume darah sirkulasi,
terlihat pada cedera iskemik dan kardiomiopati hipertropik hipertensif. Perubahan ini
dan fibrosis interstisial. Terjadinya miosit dan sarkomer yang tidak dapat
24
Aktivitas sistem saraf simpatik pada gagal jantung kronik melalui baroreseptor,
menyebabkan peningkatan tonus vena (preload jantung) dan arteri (afterload jantung),
juga meningkatkan norepinefrin plasma, retensi progresif garam dan air, serta edema.
27
Peptida natriuretik atrial dilepaskan dari atrium jantung sebagai respon terhadap
peregangan, natriuresis dan dilatasi. Pada manusia, peptide natriuretik otak (brain
natriuretic peptide) juga dilepaskan dari jantung terutama ventrikel. Dan dengan kerja
yang serupa dengan ANP, peptida natriuretic bekerja sebagai antagonis fisiologis
terhadap efek angiotensin II pada tonus vaskuler. Sekresi aldosterone dan reabsorpsi
vasokontriksi dan berperan dalam retensi air dan hiponatremia. Endotelin merupakan
peptida vasokontriktor poten yang disekresikan oleh sel endothelial vascular yang
membantu retensi natrium di ginjal. Mekanisme kompensasi ini awalnya bekerja untuk
7. Diagnosis
Dalam evaluasi awal pasien dengan gagal jantung, dokter harus mencari kelainan
jantung struktural dan fungsional serta mengidentifikasi gangguan serta perilaku yang
25
harus fokus pada penilaian klinis untuk mengidentifikasi gejala dan menentukan
pencitraan jantung. Alat diagnostik yang paling berguna untuk mengevaluasi pasien
gagal jantung adalah dua dimensi ekokardiografi dengan dopler untuk menilai fraksi
ejeksi ventrikel kiri (LVEF), ukuran LV, ketebalan dinding, dan fungsi katup. Ini harus
volume. Resonansi pencitraan tomografi atau computed magnet juga dapat memberikan
informasi pada pasien tertentu. 12-lead elektrokardiografi dan radiografi dada (postero-
anterior dan lateral) harus dilakukan pada semua pasien dengan gagal jantung, tetapi
30
tidak boleh digunakan sebagai dasar utama untuk menentukan kelainan. Kriteria
Framingham dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jantung. Diagnosis ditegakan
8. Tatalaksana
8.1 Farmakologi
pada semua pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %.
ACE I memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah
sakit karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan hidup.
26
simtomatik, batuk dan angioedema (jarang), oleh sebab itu ACE I hanya diberikan pada
pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %. Penyekat beta
dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal
Antagonis Aldosteron
dipertimbangkan pada semua pasien dengan fraksi ejeksi ≤ 35 % dan gagal jantung
simtomatik berat (kelas fungsional III - IV NYHA) tanpa hiperkalemia dan gangguan
dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % yang tetap simtomatik walaupun sudah
diberikan ACEI dan penyekat β dosis optimal. Terapi dengan ARB memperbaiki fungsi
ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi angka perawatan rumah sakit karena
27
Hydralazine Dan Isosorbide Dinitrate (H-ISDN)
Pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %, kombinasi
H-ISDN digunakan sebagai alternatif jika pasien intoleran terhadap ACE I dan ARB 9,
16, 17
Sebagai terapi tambahan ACE I jika ARB atau antagonis aldosteron tidak dapat
ditoleransi
Jika gejala pasien menetap walaupun sudah diterapi dengan ACE I, penyekat β dan
Digoksin
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan untuk
memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat beta) lebih
diutamakan. Pada pasien gagal jantung simtomatik, fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %
dengan irama sinus, digoksin dapat mengurangi gejala, menurunkan angka perawatan
rumah sakit karena perburukan gagal jantung, tetapi tidak mempunyai efek terhadap angka
Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau gejala
kongesti. Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia (kering
dan hangat) dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan
28
8.2 Non-Farmakologi
Penanganan non farmakologi untuk pasien gagal jantung dapat berupa edukasi pada pasien
mengenani gagal jantung, dan bagaimana sampai terjadi gejala. Penerapan prinsip diet harus
berfokus pada keseimbangan status cairan dan elektrolit seperti pembatasan asupan garam (Na)
hingga 2-3 gr/hari, pemantauan status kalium, dan penyesuaian pembatasan cairan menurut
Penderita juga perlu menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan karena dapat
memberikan efek inotropik negatif dan berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, serta
resiko aritmia. Menurukan berat badan jika obesitas, memotivasi pasien untuk tidak merokok,
melakukan vaksinasi pneumococcus dan influenza, latihan fisik dan olahraga teratur, serta
menggunakan sublingual nitroglycerin sebagai profilaksis terhadap dyspnea dan nyeri dada
Kejadian kardiovaskular adalah setiap insiden yang dapat menyebabkan kerusakan dan
gangguan pada otot dan fungsi jantung. Jantung adalah organ vital yang terus
memompa darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi melalui arteri. Setiap gangguan
atau sumbatan aliran darah akan menyebabkan cedera, atau infark. Ini yang biasa
disebut serangan jantung, atau infark miokard (MI) yang mengakibatkan penderita
mengalami hospitalisasi. Hal ini juga dikenal sebagai peristiwa koroner atau
29
- Kematian/Cardiac death
jantung atau syok kardiogenik, kematian karena stroke, dan kematian akibat
- Unstable Angina
nyeri dada yang hebat dengan rasa terbakar, tertekan, keberatan di daerah
Unstable angina adalah jenis angina yang kurang umum namun ebih serius.
dari stable angina. Lebih dari itu, nyeri-nyerinya lebih sering, berlangsung
30
- Infark Miokard
Infark Miokard adalah area nekrosis koagulasi pada jaringan akibat iskemia
lokal, disebabkan oleh obstruksi sirkulasi ke daerah itu, paling sering karena
adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh
klinik dengan nyeri dada yang hebat >20 menit dan tidak hilang dengan
- Stroke
otak. Gejala yang paling umum dari stroke adalah kelemahan mendadak
atau mati rasa pada bagian wajah, lengan atau kaki, paling sering pada satu
sadarkan diri. Gejala dari stroke tergantung pada bagian mana dari otak
yang terkena dan seberapa parah itu dipengaruhi. Stroke yang sangat parah
31
C. Tes Jalan 6 Menit/ 6 Minutes Walking Test (6MWT)
C.1 Definisi:
Tes jalan 6 menit adalah tes sederhana dapat dilakukan di klinik dengan manajemen
waktu yang cepat dan efisien. Tes ini dapat digunakan untuk menilai kapasitas fungsional
pada pasien gagal jantung kronik stabil. Penilaian terhadap kemampuan berjalan sejauh
mungkin selama 6 menit merupakan uji yang bersifat sederhana, objektif, dan murah.6
Tes jalan 6 menit merupakan uji latih submaksimal yang menyerupai aktivitas sehari-
hari dan dapat ditoleransi penderita gagal jantung. Disamping hal tersebut, kapasitas
berjalan merupakan faktor yang penting dalam menilai kualitas hidup penderita jantung.
Uji jalan 6 menit memberikan suatu indikasi objektif kapasitas fungsional dan toleransi
latihan karena jarak tempuh memperlihatkan hubungannya dengan maksimal gejala yang
muncul akibat konsumsi oksigen yang terbatas. Uji jalan 6 menit juga dapat menunjukkan
hasil perbaikan klinis pada penderita gagal jantung kronik yang telah melakukan program
rehabilitasi secara teratur dan terukur sesuai dosis latihan yang dilakukan, tes
ini merupakan uji jalan yang mudah dilakukan, lebih dapat ditoleransi dan lebih
Uji latih harus dilakukan pada lintasan datar dengan lokasi yang mudah dijangkau, jika
terjadi keadaan darurat maka penanganan cepat dilakukan. Pemilihan lokasi harus
Oksigen dan nitrogliserin sublingual sebaiknya dapat disediakan, dan tersedia telepon
32
Ketentuan medis yang biasa dijalankan pasien harus tetap dilakukan.
Pasien diperkenankan untuk makan makanan ringan 1 jam sebelum uji latih.
Pasien tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas atau latihan yang berlebihan
Uji jalan 6 menit ini dapat dihentikan segera bila timbul gejala: Nyeri dada, sesak yang
Sebelum dilakukan Uji jalan 6 menit pasien diperiksa secara seksama termasuk tanda
vital seperti Tekanan darah, Denyut jantung, Respirasi, Suhu juga Saturasi oksigen.
Pasien harus beristirahat dengan duduk dikursi, dekat dengan garis start, kurang lebih
mengetahui oksigen uptake paru sehingga kita dapat memprediksi tingkat kelelahan
pasien.
Gunakan Skala Borg untuk mengukur tingkat dispnea dan fatique awal dan sesudah uji
latih.
Berikan instruksi pada pasien sebelum uji latih dimulai dan informasikan yang utama
Selama uji dilakukan, penguji harus tetap berdiri di dekat garis start. Tidak
diperkenankan berjalan bersama pasien. Hal ini guna mencegah adu balap antara pasien
dengan penguji sehingga akan mempengaruhi hasil yang sebenarnya. Pada saat pasien
33
Penguji tidak diperkenankan bicara kepada siapapun selama uji latih. Pusatkan
Kontraindikasi : Gagal jantung kongestif yang tidak terkontrol, Aritmia jantung berat,
C.4 Intepretasi
Sampai saat ini belum ada teori yang pasti menyatakan berapa jarak temouh
yang baku untuk tes jalan 6 menit. Tetapi telah dilakukan beberapa penelitian seperti
studi yang di lakukan oleh American thorac society pada 117 laki-laki dan 173 wanita
normal, kemampuan berjalan selama 6 menit adalah 580 m (pria) dan 500 m (wanita).
Stefan dkk dalam penelitianya terhadap orang tua normal, menyatakan laki-laki
kelompok usia 60-69 tahun memiliki kemampuan berjalan sejauh 572m, sedangkan
perempuan 538m. Kelompok usia 70-79 tahun, laki-laki 527m dan perempuan 471m.
Jarak ini bisa berubah berdasarkan faktor- faktor penentu seperti tinggi badan, berat
C.5 Hubungan Jarak Tempuh Tes Jalan 6 Menit Dengan Kejadian Kardiovaskular
Pada penderita gagal jantung terdapat perubahan hemodinamik berupa penurunan curah
jantung, volume sekuncup, dan fraksi ejeksi. Perubahan tersebut yang menyebabkan
terjadinya gejala berupa sesak napas, kelelahan, dan intoleransi latihan fisik. Berkurangnya
toleransi latihan merupakan faktor utama penurunan fungsi sosial, fisik, serta kualitas hidup
34
dan memungkinkan terjadinya komplikasi kardiovaskuler.22 Jarak tempuh tes jalan 6 menit
adalah prediktor terhadap angka komplikasi kematian dan rehospitalisasi pada pasien
dengan gagal jantung (Departamento de clínica médica Brazil, 2011). Pada pasien dengan
penyakit kardiovaskular terdapat penurunan jarak tempuh tes jalan 6 menit dengan rata-
rata hanya mampu berjalan 310-427m bergantung kepada derajat fungsional NYHA. Ini
kardiovaskuler.11, 19, 36
Studies of Left Ventricular Dysfunction (SOLVD) mengatakan
bahwa angka mortalitas dan kejadian kardiovaskular pada pasien yang menempuh jarak
D. Fraksi Ejeksi
Fraksi ejeksi ventrikel kiri merupakan indikator klinis yang di anggap telah umum dipakai
untuk menilai fungsi ventrikel kiri. Indikator klinis ini mempunyai nilai prognosis yang
kuat bagi penderita infark miokard akut, penyakit jantung koroner kronis dan penyakit
katup jantung. Fraksi ejeksi dapat diukur menggunakan parameter ekokardiografi melalui
rumus berikut: 3, 12
Dimana, nilai normal fraksi ejeksi 65%, depresi ringan 40-50%, depresi sedang EF 30-
Fraksi ejeksi ini mewakili isi sekuncup sebagai presentase dari volume akhir diastolik
ventrikel kiri, dimana terdapat dua metode yang diterima secara umum untuk mengukur
fraksi ejeksi, yaitu teknik volumetric dan rekaman M-mode. Teknik penelusuran
35
menggunakan volume sistolik dan diastolik ventrikel kiri yang di tentukan oleh penelusuran
interaktif pada endokard ventrikel kiri atau deteksi pinggir endokard secara otomatis pada
Pada pasien gagal jantung dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri, terdapat penurunan
nila fraksi ejeksi, penurunan ini bergantung pada tingkat keparahan dan progresivitas
penyakit, serta intervensi pengobatan. Rata-rata pasien dengan disfungsi sistolik berat
memilik EF <40% dengan jarak tempuh tes jalan 6 menit yang bervariasi antara 310-427
m tergantung pada nilai kapasitas fungsional (NYHA) pasien dan faktor lain seperti usia,
jenis kelamin, tinggi badan, berat badan. Hal ini didukung hasil penelitian texas heart
institute yang menyatakan kejadian kardiovaskular kematian secara signifikan lebih tinggi
pada pasien dengan jarak ≤300 m dibandingkan pada pasien dengan jarak tes berjalan 6
menit > 300 m (79% vs 7%). Risiko kematian ditemukan secara signifikan lebih tinggi pada
18, 22
pasien dengan ejeksi fraksi ventrikel kiri (LVEF) < 30%. Hal ini membuktikan,
semakin rendah jarak tempuh uji jalan 6 menit dan fraksi ejeksi maka semakin tinggi resiko
36
E. Kerangka konsep
Kejadian kardiovaskular
F. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini yaitu “Terdapat hubungan antara jarak tempuh tes jalan 6
menit dan fraksi ejeksi pada pasien gagal jantung kronik terhadap kejadian kardiovaskular”
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
untuk mengetahui hubungan antara jarak tempuh tes 6 menit dan fraksi ejeksi pada pasien
B. Tempat penelitian
Kandou Manado.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan yang akan dilakukan pada periode
Populasi pada penderita ini yaitu pasien penderita gagal jantung yang aktif berobat.
Populasi terjangkau pada penelitian ini yaitu pasien penderita gagal jantung kronik di
Sampel adalah pasien dengan gagal jantung kronik yang memenuhi kriteria inklusi dan
38
2
( 𝑧𝛼 + 𝑧𝛽 )
𝑛=[ ] +3
0,5 ln[(1 + 𝑟)/(1 − 𝑟)]
Keterangan :
n = besar sampel
ln = logaritma natural
Dalam penelitian ini ditentukan nilai α = 0,05, power = 80% dan r = 0,40. Sehingga
E. Kriteria sampel
Inklusi :
a. Pasien gagal jantung kronik dengan etiologi Infark miokard akut (IMA), penyakit
d. Pasien bersedia ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani inform consent
Eksklusi :
a) Pasien gagal jantung kronik dengan etiologi kelainan katup jantung dan penyakit
jantung kongenital.
39
d) Pasien tidak bersedia ikut dalam penelitian.
F. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Jarak tempuh tes jalan 6 menit (6MWT) dan fraksi ejeksi.
angina
G. Definisi operasional
1. Gagal jantung kronis (GJK) adalah sindrom klinis di mana terjadi kegagalan kinerja
dengan keluhan sesak, kelelahan baik dalam kondisi istirahat atau beraktivitas, serta
2. Tes jalan 6 menit adalah uji latih yang murah dan efisien yang menyerupai aktivitas
sehari-hari untuk menilai secara objektif kapasitas fungsional dan toleransi latihan pada
pasien gagal jantung. Ditemukan penurunan jarak tempuh tes jalan 6 menit pada pasien
gagal jantung dibandingkan orang normal. Dalam penelitian ini dinilai Jarak tempuh
3. Fraksi ejeksi (EF) adalah parameter untuk menilai kemampuan fungsi jantung. Dinilai
5. Usia sampel dilihat pada data rekam medik, dibagi menjadi kelompok usia <40 tahun,
40
6. Jenis kelamin: Jenis kelamin dari sampel yang dilihat pada data rekam medik, dibagi
7. Penyakit Terdahulu dari sampel dilihat dari data rekam medik pasien, dibagi
berdasarkan penyakit terdahulu PJK, PJH, dan campuran PJK dan PJH.
H. Instrumen Penelitian
1. Data lengkap pasien gagal jantung kronik di poli jantung RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado
2. Alat tulis–menulis
3. Komputer
4. Parameter Ekokardiografi
7. Stopwatch.
I. Cara kerja
Dalam melaksanakan penelitian ini, beberapa langkah yang perlu dilakukan yaitu:
1. Alokasi subjek
Subjek yang menjadi kelompok yang diteliti yaitu penderita gagal jantung
kronik.
41
2. Pengumpulan data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder.
menggunakan data sekunder yang ada pada rekam medis pasien. Pengumpulan
data mengenai fraksi ejeksi subjek penelitian, menggunakan data primer dengan
Pengumpulan data mengenai jarak tempuh tes jalan 6 menit subjek penelitian
dilakukan menggunakan data primer dengan melakukan tes jalan 6 menit pada
mencakup:
jenis kelamin.
Usia.
penyakit terdahulu.
42
f) Distribusi frekuensi pasien dengan gagal jantung kronik berdasarkan
1. Rehospitalisasi
2. Kematian
3. Stroke
4. Unstable angina
m.
43
J. Alur penelitian
Kejadian Kardiovaskular
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Manado pada pasien Gagal Jantung Kronik selama periode Oktober-Desember 2015.
Responden dilihat jarak tempuh dalam tes jalan 6 menit dan nilai fraksi ejeksi <40 %.
Pasien CHF
(46)
6MWT
(35)
(4) (31)
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan total 46 pasien CHF selama periode Oktober-
Desember 2015, tetapi hanya 35 responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah
31 responden yang berhasil menyelesaikan Tes Jalan 6 menit dan di follow up selama 2
bulan.
45
A. Data Karakteristik
1. Data Karakteristik Pasien Gagal Jantung Kronik berdasarkan Kejadian Kardiovaskular
Tabel 4.1 Data Karakteristik Pasien Gagal Jantung Kronik berdasarkan Kejadian
Kardiovaskular
Jenis Kelamin
Laki-Laki 24 (77.4%) 15 (62.5%) 9 (37.5%)
Perempuan 7 (22.6%) 6 (85.7%) 1 (14.3%) 0.248
Usia (Tahun)
40-49 - 1 (100%)
50-59 60.51 ± 7.40 7 (63.6%) 4 (36.4%) 0.288
60-70 14 (73.7%) 5 (26.3%)
Penyakit Terdahulu
PJK 16 (51.6%) 11 (68.8%) 5 (31.2%)
PJH 2 (6.5%) 2 (100%) - 0.552
PJK & PJH 13 (41.9%) 8 (61.5%) 5 (38.5%)
Obat-obatan
ACE Inhibitor 23 (74.9%) 15 (65.2%) 8 (34.8%)
Beta Blocker 27 (87%) 18 (66.7%) 9 (33.3%)
Nitrate 15 (48.3%) 8 (53.4%) 7 (46.6%)
0.408
Diuretik 12 (38.7%) 7 (58.5%) 5 (41.6%)
Angiotensin Receptor 8 (25.8%) 6 (75%) 2 (25%)
Blocker
Dianalisa menggunakan uji tabulasi silang (X2); Variabel diperlihatkan dalam rata-rata ±
Simpang Baku.
46
Berdasarkan tabel 4.1 tentang karakteristik responden didapatkan dari total 24
kardiovaskular. Hasil uji statistik p=0.284 yang berarti tidak terdapat hubungan yang
Sementara itu dari kelompok usia, rerata responden penelitian adalah 60.5 tahun
± 7.40. Kelompok usia 60-70 tahun yang mengalami kejadian kardiovaskular adalah
sebanyak 5 responden (26.3%), adapun kelompok usia 50-59 tahun yang mengalami
kejadian kardiovaskular ialah 4 responden (36.4%), sedangkan kelompok usia 40-49 tahun
100% responden mengalami kejadian kardiovaskular. Hasil uji tabulasi silang p=0.288
berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia pasien GJK dengan kejadian
kardiovaskular.
(68.8%) tidak mengalami kejadian kardiovaskular dan 5 responden (31.2%) lainnya yang
terdahulu PJK & PJH didapatkan 8 responden (61.5%) tidak mengalami kejadian
Sedangkan responden dengan penyebab penyakit terdahulu PJH tidak ada yang mengalami
kejadian kardiovaskular. Hasil uji statistik p=0.552 berarti tidak ada hubungan yang
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata nilai fraksi ejeksi responden adalah 32.82
± 7.30 % dengan pasien yang memiliki fraksi ejeksi <30% adalah sebanyak 7 responden,
47
dimana 71.4% (5) mengalami kejadian kardiovaskular dan 28.6% tidak mengalami
responden, dimana 20.8% respoden mengalami kejadian kardiovaskular. Hasil statistik uji
Nitrate yakni sebanyak 46.6% dari total 15 responden yang memakai Nitrate, dan angka
blocker yaitu 25% dari total 8 responden. Hasil uji tabulasi silang p=0.408, maka
disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat konsumsi obat
Berdasarkan data hasil penelitian ini, rata-rata jarak tempuh responden adalah
301.90 ± 80.18 m dimana 23.5% (4) responden dengan jarak tempuh <300m mengalami
kardiovaskular. Sedangan responden dengan jarak tempuh >300m, 42.9% (6) responden
mengalami kejadian kardiovaskular dan 57.1 % (8) responden didapatkan tidak ada
kejadian kardiovaskular. Hasil tabulasi silang dengan nilai p=0.252, maka dapat
disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jarak tempuh tes jalan 6 menit
48
B. Data Deskriptif
Jenis Kelamin N %
Laki-Laki 24 77,4
Perempuan 7 22,6
Total 31 100,0
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah responden laki-laki adalah sebanyak
24 orang (77.4%) dan 7 responden perempuan (22.6 %).
Usia (Tahun) N %
40-49 1 3,2
50-59 11 35,5
60-70 19 61,3
Total 31 100,0
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah responden kelompok usia 40-49 tahun
adalah 1 orang (3.2%), kelompok usia 50-59 tahun sebanyak 11 orang (35.5%) dan
responden terbanyak berada pada kelompok usia 60-70 tahun yakni sebanyak 19 orang
(61.3%).
49
3. Distribusi Pasien Gagal Jantung Kronik berdasarkan Penyakit Terdahulu
Penyakit Terdahulu N %
PJK 16 51,6
PJH 2 6,5
Total 31 100,0
Dari Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah responden terbanyak adalah dengan
terdahulu PJK & PJH 13 orang (41.9%) dan penyakit terdahulu PJH sebanyak 2 orang
(6.5%).
4. Distribusi Pasien Gagal Jantung Kronik berdasarkan Jarak tempuh Tes Jalan 6
Menit.
Dari hasil penelitian didapatkan responden yang berjalan <300 m yakni sebanyak 17 orang
50
5. Distribusi Pasien Gagal Jantung Kronik berdasarkan nilai Fraksi Ejeksi
Fraksi Ejeksi N %
<30% 7 22,6
>30-40% 24 77,4
Total 31 100,0
Dari hasil penelitian didapatkan responden dengan Fraksi ejeksi <30% adalah sebanyak 7
responden (22.6%) dan >30-40% adalah sebanyak 24 responden (77.4%).
Kejadian Kardiovaskular N %
Rehospitalisasi 6 19,4
Stroke - -
Kematian - -
Unstable Angina 4 12,9
Tidak ada 21 67,7
Total 31 100,0
tidak ada, unstable angina 4 orang (12.9%), sedangkan yang tidak mengalami Kejadian
51
C. Data Analitik
kardiovaskular. Nilai p=0.252 berarti dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara jarak tempuh tes jalan 6 menit dengan kejadian kardiovaskular.
Tabel 4.7. Hubungan Jarak Tempuh Tes Jalan 6 Menit dengan Kejadian Kardiovaskular
Kejadian Kardiovaskular
Nilai
Unstable Tidak Total
Rehospitalisasi Stroke Kematian
p
Angina ada
<300 3 - - 1 13 17
Jarak
m 17.6% - - 5.9% 76.5% 100 %
Tempuh 0.252
>300 3 - - 3 8 14
6MWT
m 21.4% - - 21.4% 57.1% 100 %
6 - - 4 21 31
Total
19.4% - - 12.9% 67.7% 100%
52
2. Hubungan Antara Fraksi Ejeksi dengan Kejadian Kardiovaskular
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 3 responden dengan Fraksi Ejeksi
(28.6%) dan 2 responden (28.6%) lainnya didapatkan tidak ada Kejadian Kardiovaskular.
tidak ada kejadian kardiovaskular. Dari 31 responden penelitian, didapatkan 5 dari total 7
responden dengan fraksi ejeksi <30% mengalami kejadian kardiovaskular dan 5 dari total
Nilai p=0.012 menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara Fraksi Ejeksi dan
Kejadian Kardiovaskular.
Kejadian Kardiovaskular
Total Nilai
Rehospitalisasi Stroke Kematian Unstable Tidak
p
Angina ada
<30 3 - - 2 2 7
6 - - 4 21 31
Total
19.4% - -
12.9% 67.7% 100.0%
Dianalisa menggunakan uji tabulasi silang (X2)
53
BAB V
PEMBAHASAN
Manado dalam kurun waktu 2 bulan yaitu dari Oktober-Desember 2015. Didapatkan responden
pasien Gagal Jantung Kronik sebanyak 31 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan berhasil
Pada penelitian ini ditemukan perbandingan yang jauh berbeda antara jumlah pasien
laki-laki dan jumlah pasien perempuan, dengan persentase jumlah pasien laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah pasien perempuan. Dari total 31 responden dengan GJK,
didapatkan 24 pasien (77.4%) berjenis kelamin laki- laki dan 7 pasien (22.6%) berjenis kelamin
perempuan. Hal ini mirip dengan hasil yang dilaporkan oleh Stromberg dan Martensson,
dimana jumlah insiden gagal jantung tertinggi didapatkan pada jenis kelamin laki-laki.42
Menurut penelitian yang dilakukan MEDLINE dan CINAHL, penyakit gagal jantung
kronik lebih sering dialami oleh laki - laki dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan karena
pada umumnya laki -laki lebih sering melakukan aktifitas fisik dibandingkan perempuan. Hal
ini juga dipengaruhi oleh faktor gaya hidup, seperti kebiasaan merokok dan konsumsi
alkohol.43
Berdasarkan usia, pada penelitian ini didapatkan 19 responden (61.4%) pasien gagal
jantung kronik dengan usia 60-70 tahun, adapun kelompok usia 50-59 tahun dengan 11
responden (35.5%), dan kelompok usia 40-49 tahun 1 responden (3.2%). Hal ini mirip dengan
statistik yang di publikasikan oleh Liyod-Jones dkk, dimana seiring dengan bertambahnya usia
44
terjadi peningkatan jumlah penderita gagal jantung. Hal ini dikarenakan pada pasien usia
lanjut, pembuluh darah sudah tidak lagi elastis dan fleksibel. Hal ini mengakibatkan plak/lemak
lebih mudah menumpuk dan menghalangi aliran darah sehingga terjadi aterosklerosis yang
54
merupakan salah satu penyebab penyakit jantung koroner, yang bisa berkelanjutkan menjadi
gagal jantung.54
Berdasarkan penyebab penyakit terdahulu, data dari penelitian ini menunjukan bahwa
jumlah responden dengan penyakit terdahulu PJK adalah yang terbanyak dengan 16 responden
(51.6%), disusul dengan PJK dan PJH sebanyak 13 responden (41.9%), dan penyakit terdahulu
PJH sebanyak 2 responden (6.5%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Doughty dan White
yang menyatakan bahwa PJK merupakan penyebab terbanyak gagal jantung.46 Cowie dkk juga
dalam penelitiannya menyatakan bahwa gagal jantung disebabkan paling banyak oleh PJK,
disusul campuran antara PJK dan PJH, serta PJH.45 Tingginya angka PJK pada penelitian ini
dapat terjadi dikarenakan penelitian ini di lakukan di tanah Minahasa, yang mana masyarakat
daerah minahasa sering menkonsumsi makanan khas daerah yang tinggi lemak, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya PJK.56 Hal ini sesuai dengan penelitian Grace kandou yang
menyatakan pengkomsumsi makanan khas Mihahasa dengan frekuensi makan >2 kali/ bulan
berisiko mengalami PJK 4 kali lebih besar daripada pengkonsumsi <1 kali/ bulan.55
Berdasarkan jarak tempuh tes jalan 6 menit yang diperoleh dari penelitian ini, pasien
Gagal Jantung Kronik dengan jarak tempuh <300 m adalah sebanyak 17 responden (54.8%)
dan yang berjarak tempuh >300 m sebanyak 14 responden (45.2%). Jarak tempuh rata-rata
responden adalah 301.90 ± 80.18 m. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Wegrznowska dkk
yang menyatakan bahwa sebagian besar pasien gagal jantung memiliki jarak tempuh tes jalan
6 menit rata-rata 444 m.47 Perbedaan ini mungkin dikarenakan penelitian ini dilakukan di Asia,
dengan rata-rata populasi memiliki postur dan bentuk tubuh yang berbeda dibandingkan
Berdasarkan nilai Fraksi Ejeksi, data diperoleh dalam penilitian ini yakni responden
gagal jantung kronik terbanyak adalah responden dengan fraksi ejeksi >30-40% yakni
55
kardiovaskular, sedangkan responden dengan fraksi ejeksi <30% adalah 7 responden (22.6%)
yang mana 71.5 % (5) diantarannya mengalami kejadian kardiovaskular. Dari hasil ini bisa
dilihat bahwa terdapat resiko terjadi kejadian kardiovaskular lebih tinggi pada pasien dengan
fraksi ejeksi <30 % dibandingkan dengan >30%. Hasil ini didukung oleh penelitian Cardiology
Department Ataturk Turkey yang menyatakan bahwa resiko kematian dan kejadian
kardiovaskular secara signifikan lebih tinggi pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi
<30%.48 Hal ini dikarenakan pada pasien gagal jantung kronik dengan penurunan fraksi ejeksi
responden (12.9%), adapun didapatkan tidak ada responden yang mengami Stroke dan
Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Department of heart disease, Wroclaw
Medical University dimana dari total 243 sampel yang diteliti, didapatkan 54 % sampel
dengan penelitian Sakir ahslas dkk yang menyatakan bahwa angka kematian secara signifikan
lebih tinggi pada pasien dengan jarak tempuh tes jalan 6 menit <300 m dibanding >300 m,
dimana pada penelitian ini tidak ditemukan adannya kematian pada responden selama periode
follow up.48 Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh perbedaan jumlah sampel dan singkatnya
Hasil analisa statistik menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Jarak
Tempuh Tes Jalan 6 Menit dengan kejadian kardiovaskular pada pasien Gagal Jantung Kronik
di RSUP. Prof. R. D. Kandou Manado (p=0.252). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Wegrznowska dkk yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara jarak tempuh tes jalan 6 menit dengan kejadian kardiovaskular (kematian dan
56
rehospitalisasi) pada pasien GJK.47 Hasil ini juga bertolak belakang dengan penelitian Tarek
Aladeb dkk yang menyatakan jarak tempuh tes jalan 6 menit adalah prediktor kuat terhadap
angka rehospitalisasi jangka panjang pada penderita gagal jantung.56 Tidak adanya hubungan
bermakna dalam penelitian ini kemungkinan di karenakan jumlah sampel yang sedikit, kurun
waktu follow up yang singkat, dan rentang waktu periode penelitian yang singkat dibandingkan
penelitian lain.
Hasil analisa statistik menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara fraksi
ejeksi dengan kejadian kardiovaskular pada pasien Gagal Jantung Kronik di RSUP. Prof. R. D.
Kandou Manado (p=0.012). Hal ini didukung oleh penelitian Cardiology Department Ataturk
Turkey yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara ejeksi fraksi dan
ejeksi dengan kejadian kardiovaskular dapat terjadi karena keseluruhan responden penelitian
memiliki fraksi ejeksi <40% yang berarti kemampuan pompa jantung sudah menurun dari nilai
normal 65%, dan darah kaya oksigen yang dipompa jantung ke seluruh organ tubuh sudah tidak
dalam jumlah yang maksimal. Ini menyebabkan jantung melakukan mekanisme homeostasis
dengan mengaktifkan sistem saraf simpatis dan Renin angiotensin aldosterone (RAA).
Mekanisme ini dapat mengakibatkan peningkatan volume preload, afterload, sehingga pada
akhirnya dapat menurunkan kontraktilitas dan curah jantung. Hal ini meningkatkan resiko
terjadinya kejadian kardiovaskular pada pasien GJK seperti sudden cardiac death.53, 29.
57
BAB VI
A. Kesimpulan
Penelitian mengenai Hubungan jarak tempuh tes jalan 6 menit dan fraksi ejeksi pada
1. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Jarak Tempuh Tes Jalan 6 Menit
2. Jarak tempuh rata-rata pada pasien gagal jantung kronik yang telah melakukan tes
jalan 6 menit adalah 301.90 ± 80.18 m, dengan klasifikasi jarak tempuh <300 m
3. Nilai fraksi ejeksi rata-rata pada pasien gagal jantung kronik adalah 32.83 ± 7.30
%, dengan nilai fraksi ejeksi <30 % sebanyak 22.6% dan >30-40% sebanyak 77.4%.
4. Kejadian kardiovaskular yang terjadi pada pasien gagal jantung kronik setelah 2
58
B. Saran
1. Diharapkan dilakukan lebih banyak tes jalan 6 menit pada semua pasien dengan
penyakit kardiovaskular terutama pasien dengan gagal jantung kronik, untuk menilai
yang lebih besar dan rentang waktu penelitian yang lebih panjang untuk mendapatkan
3. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian yang lebih
baik mengenani hubungan tes jalan 6 menit dan fraksi ejeksi terhadap kejadian
kardiovaskular pada pasien gagal jantung kronik di Poliklinik Jantung RSUP. Prof.
59
DAFTAR PUSTAKA
1. Squire I. Aetiology and epidemiology of chronic heart failure. Dalam: Mark Kearney,
editor. Chronic heart failure. Edisi ke-1. Leeds: oxford cardiology library; 2008. Hal 1-
2. Nasif M. Epidemiology. Dalam: Congestive heart failure and public health. Alahmad A.
3. Kervio G, Ville NS, Leclercq C, Daubert JC, Carré F. Examination of the six minute
walk test to determine functional capacity in people with chronic heart failure.
4. Yasmin Tadjoedin, Ismoyo Suni, Basuni Radi. Disfungsi Autonom pada Pasien Penyakit
Functional Status. Guidelines for the Six-Minute Walk Test. Am J Respir Crit Care Med
7. Ghanie A. Gagal jantung kronik. Dalam: Siti setiati, Idrus alwi, Aru sudoyo, Marcellus
Simadibrata, Bambang setiyohadi, Ari fahrial syam. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Mayo clinical cardiology concise text book. Edisi ke-4. New York: Oxford university
60
9. Bambang Budi Siswanto, Nani Hersunarti, Erwinanto, Rossana Barack, Rarsari
Soerarso Pratikto, Siti Elkana Nauli, et al. Pedoman tatalaksana gagal jantung.
10. Chandra L. editor. Intisari prinsip-prinsip dasar ilmu bedah. Edisi ke-6. Penerbit buku
11. Eduardo Elias vieira de carvalho, Daniela caetano costa, júlio césar crescêncio, giovani
luiz de santi, valéria papa, fabiana marques, et al. Heart failure: comparison between six-
minute walk test and cardiopulmonary test. Departamento de clínica médica med j
2011;4:5
12. Phibbs B. The human heart: a basic guide to heart disease. Edisi ke-2. Lippincontt
13. Universitas sumatera utara. Gagal jantung. Definisi gagal jantung kronik. Med J
2008;1:2
14. Chamber J. the effect of left ventricular function on the echocardiographic assessment
of heart valve disease. J heart valve disease 1995;4 Suppl II: 145-53.
15. Demaria AN, Blanchard DG. The echocardiogram. Dalam: Valentine F, alexander RW.
Editors. Hurt’s the heart. Edisi ke-10. New York: Mcgraw-hill; 2001. Hal 395-401
16. Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, et al. ESC Guidelines for the diagnosis and
treatment of acute and chronic heart failure 2008. Eur Heart J 2008; 29:2388–442.
17. McMurray JJ V, Adamopoulos S, Anker SD, et al. ESC Guidelines for the diagnosis and
treatment of acute and chronic heart failure 2012: The Task Force for the Diagnosis and
Treatment of Acute and Chronic Heart Failure 2012 of the European Society of
Cardiology. Developed in collaboration with the Heart. Eur Heart J [Internet] 2013;
61
18. Sakir A, Mustafa KE, Fuat G, Serdar S, Enbiya A, Huseyin S, et al. Prognostic Value of
6-Minute Walk Test in Stable Outpatients with Heart Failure. Tex Heart Inst J. 2007;
34(2): 166–169.
20. D P lipkin, A J scriven, T crake, P A poole-wilson. Six minute walking test for assessing
21. Abdul Majid. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan rawat inap ulang pasien
6-minute walk test in left ventricular systolic dysfunction. Arq. Bras. Cardiol
24. Mendis, Shanthi Puska, Pekka Norrving, Bo (2011). Global atlas on cardiovascular
disease prevention and control (PDF) (1st edition). Geneva: World Health Organization
in collaboration with the World Heart Federation and the World Stroke Organization.
pp. 3–18.
25. Panggabean MM. gagal jantung. Dalam: sudoyo AW, setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, setiati S, editor: buku ajar penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: interna
publishing;2009.hal.1586
26. Chatterjee NA, Fifer MA. Heart failure. Dalam: Lilly LS. Phatophysiology of heart
27. Gray HH, Dawkins KD, Simpson A, Morgan JM. Lecture notes: kardiologi. Edisi ke-4.
Jakarta:penerbit erlangga;2005
62
28. Shocken DD, Benjamin EJ, Fonarrow GC, Krumholz HM, Levy D, Mensah GA, dkk.
Prevention of heart failure. Journal of the American heart association. 2008; 117:2544-
65.
29. Brasher VL. Aplikasi klinis patofisiologi: pemeriksaan dan manajemen. Edisi ke-
30. Hunt SA, Abraham WT, Chin MH, Feldman AM, Francis GS, Ganiants TG, et al.
ACC/AHA 2005 guideline update for the diagnosis and management of chronic heart
31. Ester M. Buku saku pemeriksaan laboratorium dan diagnostik dengan implikasi
33. Chatterjee K. Physical examination in heart failure. Dalam: Hosenpud JD, Greenberg
BH. Congestive heart failure. Edisi ke-3. Lippicont Williams and Wilkins. Philadephya:
34. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Edisi ke-2. Penerbit buku kedokteran EGC.
et all. The task force for the diagnostic and treatment of acute and chronic heart failure
36. World Healt Organisation. Cardiovascular disease fact sheet. Geneva: Switzerland; 2014
37. Dominika Zielińska, Jerzy Bellwon, Andrzej Rynkiewicz, Mohamed Amr Elkady.
Prognostic Value of the Six-Minute Walk Test in Heart Failure Patients Undergoing
63
38. Ingram RH, Braunwald E. Dispnea Dan Edema Paru. Dalam: Isselbacher KJ, Braunwald
E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL, editor. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu
39. Hunt S, Abraham T, Chin M et al. 2009 Focused Update Incorporated Into the
ACC/AHA 2005 Guidelines for the Diagnosis and Management of Heart Failure in
International Society for Heart and Lung Transplantation. J. Am. Coll. Card. 2009, 53;
hal el-e90.
Diagnosis and Treatment in Cardiology. McGraw-Hill, second edition, 2003. Hal: 217-
47.
41. American Heart Association. Understand you risk for heart failure. 2015 Jun 01 [cited
2015Sep16].Availablefrom:http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartFailur
e/UnderstandYourRiskforHeartFailure/Understand-Your-Risk-for-Heart-
Failure_UCM_002046_Article.jsp
42. Stromberg A, Martensson J. Gender differences in patients with heart failure. Eur J
44. Lloyd-Jones D, Adams RJ, Brown TM, Carnethon M, Dai S, De Simone G, et al. Heart
disease and stroke statistics - 2010 update: a report from the American Heart
45. Cowie, M.R., Dar, Q., 2008. The Epidemiology and Diagnosis of Heart Failure. In:
Fuster, V., et al., eds. Hurst’s the Heart.12th ed. Volume 1. USA: McGraw-Hill, 713
64
46. Doughty, R.M., White, H.D., 2007. Epidemiology of Heart Failure, University of
Auckland New Zealand. Available from:
http://spinger.com/cda/content/document/cda_downloaddocument/978184801015-
c2.pdf. [Accessed 31 Desember 2015].
47. Kinga WT, Eliza R, Malgorzata L, Katarzyna N, Waldermar B, Piotr P, et al. Distance
covered during a six-minute walk test predicts long-term cardiovascular mortality and
hospitalization rates in man with systolic heart failure. J of Physiotherapy. 2013;177-
86.
48. Sakir A, Mustafa KE, Fuat G, Serdar S, Enbiyi A, Huseyin S, et al. Prognostic value of
6-minute walk test in stable outpatients with heart failure. Tex Heart Inst
J.2007;43(2):166-169.
49. Mary TH, Laura AG, Joshua SR, Kamal M, William G, Thomas M. Risk of Major
Adverse Cardiac Events Following Noncardiac Surgery in Patients With Coronary
Stents. Journal of American Medical Association. 2013;2.
50. World Health organization. Stroke, Cerebrovascular accident. Global status report on
noncommunicable diseases 2014.
51. A Maziar Z, MD. Myocardial Infarction.2015;1.Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/155919-overview (Accessed 5 Januari 2016).
52. Karen AH, James H, Kenneth W, Roxana M, Steven E, Norman LS, et al. Standardized
Definitions for End Point Events in Cardiovascular Trials. CDISC J. 2010;2.
53. Aoronson PI, Ward JP. At a glance sistem kardiovaskular. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2008.
54. University of Maryland Medical Center. Aging changes in the heart and blood vessels.
2015 [dikutip 2016 Januari 2018]. Available from: http://umm.edu/search-
results?&sk=Mobile+Default&ccr=bodycontentph_0%24searchhub%24Mobile_32_D
efault%24ctl00&k=cchd&docid=1%240%2419718.7406%24http%3a%2f%2fumm.ed
u%2fhealth%2fmedical%2fency%2farticles%2faging-changes-in-the-heart-and-blood
vessels&q=The+artery+of+elderly+&wld=True&rdb=False
55. Grace Debby K. Makanan etnik minahasa dan kejadian Penyakit Jantung Koroner.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4; Agustus 2009;42-46
56. Tarek Aladeb, John Stroger, Ibrahim M, Sirikam N, et al. Six minute walk test predicts
Long-term all-cause mortality and hf rehospitalization in African American Heart
Failure patients. American Heart association J.2008;118;11.
65
Lampiran 1
JARAK
PENYAKIT FRAKSI TEMPUH KEJADIAN
NO NAMA JENIS KELAMIN USIA TERDAHULU EJEKSI 6MWT KARDIOVASKULAR
1 CB Laki-Laki 60 PJK,PH 30 342 Rehospitalisasi
2 WK Perempuan 64 PJK 40 253 Tidak ada
3 FM Laki-Laki 55 PJK 24 380 Tidak ada
4 MK Perempuan 70 PJK,PJH 30 263 Tidak ada
5 AO Laki-Laki 70 PJH 39 388 Tidak ada
6 JL Laki-Laki 57 PJK,PJH 22 497 Unstable Angina
7 AT Laki-Laki 40 PJK 39 475 Unstable Angina
8 AK Laki-Laki 70 PJK,PJH 28 370 Tidak ada
9 EK Perempuan 63 PJK,PJH 35 310 Tidak ada
10 AB Laki-Laki 61 PJK 39 439 Tidak ada
11 HP Laki-Laki 69 PJK 40 310 Rehospitalisasi
12 TJ Laki-Laki 51 PJK,PJH 16 324 Rehospitalisasi
13 AP Perempuan 57 PJK,PJH 39 339 Unstable Angina
14 TL Laki-Laki 70 PJK 32 200 Rehospitalisasi
15 MP Laki-Laki 60 PJK,PJH 38 253 Tidak ada
16 TN Laki-Laki 61 PJK 35 213 Tidak ada
17 IMK Laki-Laki 57 PJK 34 284 Tidak ada
18 JS Laki-Laki 61 PJK 34 204 Tidak ada
19 VW Laki-Laki 50 PJK 25 240 Unstable Angina
20 JA Laki-Laki 63 PJK 34 255 Tidak ada
21 MP Perempuan 63 PJK,PJH 40 330 Tidak ada
22 PK Laki-Laki 66 PJK 12 186 Rehospitalisasi
23 VW Laki-Laki 62 PJK 32 252 Tidak ada
24 BL Perempuan 52 PJH 39 266 Tidak ada
25 SN Laki-Laki 54 PJK,PJH 31 389 Tidak ada
26 MM Laki-Laki 70 PJK,PJH 40 320 Tidak ada
27 JP Perempuan 70 PJK 39 209 Tidak ada
28 TP Laki-Laki 57 PJK,PJH 38 280 Tidak ada
29 JS Laki-Laki 50 PJK 38 275 Tidak ada
30 JU Laki-Laki 57 PJK 30 270 Tidak ada
31 JR Laki-Laki 66 PJK,PJH 26 218 Rehospitalisasi
66
Lampiran 2
a. Tabel uji analisis Hubungan Jarak Tempuh 6MWT dengan Kejadian Kardiovaskular
Count 3 1 13 17
<300 % within JARAK
17.6% 5.9% 76.5% 100.0%
TEMPUH 6MWT
JARAK TEMPUH 6MWT
Count 3 3 8 14
>300 % within JARAK
21.4% 21.4% 57.1% 100.0%
TEMPUH 6MWT
Count 6 4 21 31
Total % within JARAK
19.4% 12.9% 67.7% 100.0%
TEMPUH 6MWT
Chi-Square Tests
Count 3 2 2 7
<30
% within FRAKSI EJEKSI 42.9% 28.6% 28.6% 100.0%
FRAKSI EJEKSI
Count 3 2 19 24
>30
% within FRAKSI EJEKSI 12.5% 8.3% 79.2% 100.0%
Count 6 4 21 31
Total
% within FRAKSI EJEKSI 19.4% 12.9% 67.7% 100.0%
67
Chi-Square Tests
Descriptive Statistics
68
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.26.
b. Computed only for a 2x2 table
Count 0 1 1
40-49
% within USIA 0.0% 100.0% 100.0%
Count 7 4 11
USIA 50-59
% within USIA 63.6% 36.4% 100.0%
Count 14 5 19
60-70
% within USIA 73.7% 26.3% 100.0%
Count 21 10 31
Total
% within USIA 67.7% 32.3% 100.0%
Chi-Square Tests
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .32.
69
Penyakit Terdahulu * Kejadian Kardiovaskular
Crosstab
Count 11 5 16
% within
PJK
PENYAKIT 68.8% 31.2% 100.0%
TERDAHULU
Count 2 0 2
% within
PENYAKIT TERDAHULU PJH
PENYAKIT 100.0% 0.0% 100.0%
TERDAHULU
Count 8 5 13
% within
PJK& PJH
PENYAKIT 61.5% 38.5% 100.0%
TERDAHULU
Count 21 10 31
% within
Total
PENYAKIT 67.7% 32.3% 100.0%
TERDAHULU
Chi-Square Tests
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .65.
70
Fraksi Ejeksi * Kejadian Kardiovaskular
Crosstab
Count 2 5 7
<30
% within FRAKSI EJEKSI 28.6% 71.4% 100.0%
FRAKSI EJEKSI
Count 19 5 24
30-40
% within FRAKSI EJEKSI 79.2% 20.8% 100.0%
Count 21 10 31
Total
% within FRAKSI EJEKSI 67.7% 32.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.26.
b. Computed only for a 2x2 table
71
Jarak Tempuh 6mwt * Kejadian Kardiovaskular
Crosstab
Count 13 4 17
<300 % within JARAK TEMPUH
76.5% 23.5% 100.0%
JARAK TEMPUH 6MWT
6MWT Count 8 6 14
>300 % within JARAK TEMPUH
57.1% 42.9% 100.0%
6MWT
Count 21 10 31
Total % within JARAK TEMPUH
67.7% 32.3% 100.0%
6MWT
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
Cases
PENGOBATAN * KEJADIAN
31 100.0% 0 0.0% 31 100.0%
KARDIOVASKULAR
Chi-Square Tests
72
D. Tabel data deskriptif pasien Gagal Jantung Kronik.
JENIS KELAMIN
USIA
PENYAKIT TERDAHULU
FRAKSI EJEKSI
73
JARAK TEMPUH 6MWT
KEJADIAN KARDIOVASKULAR
74
75
76
77
LEMBAR PENGISIAN TES BERJALAN SELAMA 6 MENIT
Hari/tanggal: _________________________________________________________
Nomor: _____________________________________________________________
Nama: _____________________________________________________________
Umur: _____________________________________________________________
Jenis kelamin: _______________________________________________________
Tinggi badan: _____________Cm
Berat badan: _____________Kg
Tekanan darah: Sebelum: _______mmHg; Sesudah_______mmHg
Obat-obatan yang dikonsumsi sebelum melakukan tes: _______________________
Seplemen oksigen dalam penyelesaian tes: □ NO □Yes □Flow □Liter/menit
Waktu penyelesaian tes: __________menit
Heart rate: Sebelum: _________x/menit; Sesudah: ___________x/menit
Saturasi oksigen: Sebelum: _________%; Sesudah: __________%
Fatique (borg cale): ________________________
Dyspnea (borg scale): ______________________
Berhenti atau istirahat sebelum 6 menit: □ NO □Yes □angina, nyeri, pusing, nyeri pinggul,
lutut/kaki
Gejala lain pada akhir tes: ______________________________________________
Jumlah putaran: ______________________________________________________
Jarak putaran akhir: ___________________________________________________
Total jarak yang ditempuh dalam 6 menit: _________________________________
Predikat jarak: _______________________________________________________
Predikat jarak dalam persen (%): ________________________________________
Pengisian oleh
………………………
78
KUESIONER
I. IDENTITAS
Nama : ……………………………………………………………………
Umur : ……………………………………………………………………
Pekerjaan : ……………………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………………....
…………………………………………………………………....
No. HP : ……………………………………………………………………
Status : …………………………………………………………………...
Pendidikan : ……………………………………………………………………
Agama : ……………………………………………………………………
Suku : ……………………………………………………………………
BB : ……………………………………………………………………
TB : ……………………………………………………………………
IMT : ……………………………………………………………………
Penyakit Terdahulu
79
FRPJK
Hipertensi
DM
Dislipidemia
Merokok
Asam urat
Menopause dini
FH
- Hb : ………… - Ca : …………
- Ht : ………… - Cl : …………
- Na : ………… - Mg : …………
- K : ………… - BNP : …………
- SGOT : ………… - SGPT : …………
- Pemeriksaan Darah Lengkap
Hb : …………
Ht : …………
Leukosit : …………
Trombosit : …………
- Kadar Kolesterol
Hl : …………
HDL : …………
LDL : …………
Triglid : …………
IV. EKG
- SR : …………
- AF : …………
- AFlut : …………
- SA : …………
- SB : …………
- QRS Rate :
- ST : ST / ST / N
(lingkar salah satu)
- T : T / Tflat / N
80
(lingkar salah satu)
- LVH :+/-
- Q patologis di: …………
V. RONTGEN
- CTR : ………….%
- Kranialisasi : + / -
VI. ECHO
- LA dimensi : …………
- LV dimensi : …………
- LVEF : …………%
PSLA : …………
PSSA : …………
- TAPSE : …………
81
INFORMED CONSENT
JUDUL PENELITIAN
Nama : .................................................................................
Alamat : ..................................................................................
Dengan sesungguhnya dan sejujurnya, telah berdiskusi, tanya jawab atas informasi penelitian
yang akan dilakukan, maka saya telah memberikan :
PERSETUJUAN
Untuk menjadi responden penelitian yaitu bersedia mengikuti tes jalan 6 menit dan
pemeriksaan ekokardiografi sebagai bagian dari penelitian. Apabila terjadi keadaan yang
memerlukan pembiayaan maka biaya tersebut akan ditanggung peneliti.
Pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar, tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun.
Manado............................
(.......................................) (.......................................)
Mengetahui,
Peneliti
(Agung.D.Harikatang)
82
RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2012 melalui program Jalur Undangan dengan NRI 120 111 023
6. Mengikuti Kuliah Kerja Nyata Terpadu Universitas Sam Ratulangi Manado angkatan
110, Posko 47 Desa Koha Timur Mandolang Kabupaten Minahasa, Tahun 2015.
83