Professional Documents
Culture Documents
ID Kelayakan Kualitas Air Untuk Kawasan Bud
ID Kelayakan Kualitas Air Untuk Kawasan Bud
ID Kelayakan Kualitas Air Untuk Kawasan Bud
1. Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar
e-mail : abdulakib24@yahoo.co.id
The research on the feasibility of water quality for cultivation area Eucheuma cottonii
based on aspects of physics, chemistry and biology in the District of Selayar, on September-
November 2014 had been done. This study aims to determine the seaweed cultivation area
based on the condition of physics, chemistry and biology parameters in the waters Selayar.
Determination of a proposed seaweed cultivation area was conducted by using conformity
criterias based on the results matrix scoring and weighting. The results showed a range of
values: a) Physical parameters consist of: (1) the depth of 6.5 m to 11.5 m, (2) brightness of
1.61 m to 6.51 m, (3) water temperature 29 ºC- 30.7 ºC, (4) salinity waters 28 ppt - 31.5 ppt, (5)
water bottom material types include: mud, sand and coral, (6) the flow velocity of 0.02 m/s -
0.156 m/s, (7) payload suspended solids 16.097 mg/l 58.350 mg/l. b) Chemical parameters
consist of: (1) 3 dissolved oxygen ppt- 6.3 ppm, (2) pH 7,13- 7.66, (3) phosphate 0.211 mg/l -
1.904 mg/l, (4) nitrate 0,032- mg/l - 1.412 mg/l. c) Biological parameters consist of: (1) the
abundance of phytoplankton 20500 cells/l – 46500 cells/l and (2) of chlorophyll-a 0.110 mg/l –
0.889 mg/l. Scoring results show for the fifth station can be used for farming E. cottonii
activities, namely in the village Bonelohe, Baruyya, Barugayya, Dodaia and Tongke-tongke.
Telah dilakukan penelitian tentang kelayakan kualitas air untuk kawasan budidaya
Eucheuma cottonii berdasarkan aspek fisika, kimia dan biologi di Kabupaten Kepulauan
Selayar, pada bulan September – November 2014. Penelitian ini bertujuan mengetahui
kawasan budidaya rumput laut berdasarkan kondisi fisika, kimia dan biologi di perairan
Kepulauan Selayar. Penentuan lokasi budidaya rumput laut dilakukan dengan penyusunan
matrik kesesuaian berdasarkan hasil skoring dan pembobotan. Hasil penelitian memperlihatkan
kisaran nilai: a) Parameter fisika terdiri atas: (1) kedalaman sebesar 6,5 m– 11,5 m, (2)
kecerahan 1,61 m– 6,51 m, (3) suhu perairan 29 ºC– 30,7 ºC, (4) salinitas perairan 28 ppt –
31,5 ppt, (5) material dasar perairan mempunyai jenis antara lain: lumpur, pasir dan karang, (6)
kecepatan arus 0,02 m/det - 0,156 m/det, (7) muatan padatan tersuspensi 16,097 mg/l- 58,350
mg/l. b) Parameter kimia terdiri dari: (1) oksigen terlarut 3 ppt - 6,3 ppm, (2) pH 7,13- 7,66, (3)
fosfat 0,211 mg/l- 1,904 mg/l, (4) nitrat 0,032- mg/l- 1,412 mg/l. c) Parameter biologi terdiri atas:
(1) kelimpahan fitoplankton 20500 sel/l- 46500 sel/l dan (2) klorofil-a 0,110 mg/l- 0,889 mg/l.
Hasil skoring menunjukkan untuk kelima stasiun dapat dilakukan kegiatan budidaya E. cottonii
yaitu pada desa Bonelohe, Baruyya, Barugayya, Dodaia dan Tongke-tongke.
25
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
26
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
27
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
sudah diberi tanda untuk tiap c = Volume sampel air laut (ml)
meternya.
Kecerahan air. Pengambilan data Parameter Kimia, variabel yang
kecerahan air dilakukan dengan diukur meliputi :
menggunakan alat sechii disc, pH, pengukuran pH dengan
pada setiap titik sampling. menggunakan water quality
Suhu perairan. Pengukuran checker tipe Horiba U10A
dengan menggunakan water Oksigen terlarut, pengukuran
quality checker tipe Horiba U10A di oksigen terlarut pada tiap titik
setiap titik sampling dengan skala sampling dengan menggunakan
pengukuran 1 °C. water quality checker tipe Horiba
Salinitas, salinitas diukur U10A
menggunakan water quality Fosfat, pengukuran fosfat
checker tipe Horiba U10A. dilakukan menurut petunjuk Boyd
Kecepatan arus. Informasi (1981)
kecepatan arus diperlukan untuk Nitrat, analisis nitrat dilakukan
mengetahui arah dan besarnya menurut petunjuk Suin (1999).
massa air yang mengalir serta
mengetahui penyebaran limbah, Parameter Biologi, variabel yang
sedimen atau bahan lainnya. Aliran diukur pada parameter biologi
masa air diukur pada suatu titik yaitu:
yang tetap. Layang-layang arus Kelimpahan fitoplankton,
merupakan alat yang digunakan pengambilan sampel dilakukan
untuk mengukur arus, alat ini secara pasif. Jumlah plankton
merupakan modifikasi Lembaga dihitung dengan menggunakan
Ilmu dan Pengetahuan (LIPI) petunjuk APHA (1976).
Ambon.
Material dasar perairan. N = T/L x P/p x V/v x 1/w
Pengambilan sampel dilakukan Keterangan :
dengan menggunakan alat Egman N= Jumlah plankton (individu /l)
grab sample dan kemudian P= Jumlah plankton tercacah
dianalisis di laboratorium. P=Jumlah lapang pandang diamati
Muatan pada tersuspensi (MPT). V= Volume dibawah gelas penutup
Metode yang digunakan dalam (ml)
pengukuran muatan padatan T= Luas gelas penutup ( mm2)
tersuspensi adalah gravimetrik L= Luas lapang pandang (mm2)
dengan alat penyaring millipora V= Volume sampel yang diamati
(Badan Pengendalian Dampak (50 ml)
Lingkungan, 1996). Setelah w= Volume air yang disaring ( 10 L)
prosedur kerja berakhir selanjutnya
dilakukan perhitungan dengan Klorofil-a, pengukuran klorofil-a
menggunakan rumus (APHA, dilakukan menurut petunjuk Rosen
AWWA, WPCF,1989) dibawah ini: (1990)pengukuran menggunakan
konsentasi klorofil-a dengan rumus:
Klorofil-a µg/ml = 11,85 x A664- 1,54 x A647 – 0,08 x A630
28
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
Keterangan:
V = Kecepatan arus (m/detik)
HASIL DAN PEMBAHASAN
s = Jarak (m)
t = Waktu (detik) Kedalaman Perairan
Hasil pengukuran kedalaman
Untuk analisis kesesuaian perairan pada titik sampling di zona
perairan bagi budidaya rumput laut pemanfaatan budidaya rumput laut
maka dibuat matrik kesesuaian Kabupaten Kepulauan Selayar berkisar
perairan untuk parameter fisika, antara 6,5 m sampai 11,5 m, dengan
kimia dan biologi. Penyusunan nilai rata-rata yang bervariasi terdiri dari
matrik kesesuaian perairan 7,67m sampai 9,67 m. Nilai kedalaman
merupakan dasar dari analisis tertinggi berdasarkan nilai rata-rata
keruangan melalui skoring dan faktor terdapat pada stasiun III yaitu desa
pembobot. Hasil skoring dan Barugayya, sedangkan nilai terendah
pembobotan dievaluasi sehingga berada pada stasiun I yaitu desa
didapatkan kategori kesesuaian yang Bonelohe.
menggambarkan tingkat kecocokan Berdasarkan nilai yang ada pada
dari suatu bidang untuk penggunaan table matrik kesesuaian untuk nilai
tertentu. Tingkat kesesuaian dibagi kedalaman menunjukkan nilaiyang
atas empat kriteria kategori yang sesuai untuk dilakukannya budidaya
meliputi (Bakosurtanal, 1996) : rumput laut.
Kategori S1; Sangat sesuai
(Highly Suitable). Daerah ini Kecerahan Air
tidak mempunyai pembatas yang Kecerahan perairan di zona
serius untuk menerapkan pemanfaatan budidaya rumput laut di
perlakuan yang diberikan. pulau Selayar berkisar antara 1,61 m
Kategori S2; Cukup sesuai hingga 6,51 m dengan rata-rata untuk
(Moderately Suitable), Daerah semua stasiun berkisar antara 2,04
ini mempunyai pembatas- sampai dengan 6,09 m. Sebaran
pembatas yang agak serius untuk kecerahan tertinggi b e r a d a p a d a
mempertahankan tingkat s t a s i u n I I I y a i t u desa Dodaia,
perlakukan yang harus sedangkan nilai kecerahan terendah
diterapkan. Pembatas ini akan berada pada stasiun I yaitu pada desa
meningkatkan masukan atau Bonelohe. Adanya perbedaan
tingkat perlakuan yang diperlukan. kecerahan di perairan Selayar pada
Kategori S3; Sesuai marginal setiap lokasi pengambilan sampel
(Marginally Suitable). Daerah berhubungan dengan kedalaman
ini mempunyai pembatas- lokasi, substansi sedimen, kecepatan
pembatas yang serius untuk arus dan waktu dilakukannya
mempertahankan tingkat pengamatan. Hutabarat (2000)
perlakuan yang harus diterapkan. mengatakan bahwa, cahaya akan
Pembatas akan lebih semakin berkurang intensitasnya
meningkatkan masukan atau seiring dengan makin besar
tingkatan perlakuan yang kedalaman. Pendugaan lain adalah
diperlukan. adanya perbedaan waktu pengamatan
Kategori N; Tidak sesuai (Not yang dilakukan. Effendi (2003)
Suitable), Daerah ini mempunyai mengatakan bahwa pemantulan
pembatas permanen, sehingga cahaya mempunyai intensitas yang
mencegah segala kemungkinan bervariasi menurut sudut datang
perlakuan pada daerah tersebut. cahaya.
29
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
30
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
31
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
karenaa danya berbagai faktor seperti pada desa Bonelohe dan nilai
sirkulasi air, penguapan, curah hujan tertinggi berada pada desa Dodaiya
dan aliran sungai. dengan. Berbedanya kandungan
Nilai salinitas yang diperoleh pada oksigen terlarut karena adanya
perairan Selayar menunjukan angka pergerakan dan percampuran massa
yang sesuai untuk dilakukan budidaya air serta siklus harian variabel ini.
rumput laut tanpa harus diberikan fakor Brotowidjoyo et al. (1995)
pembatas. mengatakan bahwa pada kondisi
perairan terbuka, oksigen berada pada
pH kondisi alami sehingga jarang dijumpai
Pengukuran nilai pH di perairan pada kondisi perairan terbuka yang
Selayar dengan menggunakan Water miskin oksigen.
Qualty Checker (WQC)
memperlihatkan kisaran nilai antara Fosfat
7.13 sampai 7.66, dengan nilai rata- Kandungan fosfat dalam perairan
rata terendah yaitu 7,21 smentra nilai Selayar mempunyai nilai yang
rata-rata tertingi adalah 7,43 Nilai pH bervariasi antara 0,096 mg/l sampai
terendah terdapat pada desa Baruiya 1,904 mg/l, dengan nilai rata-rata
dan Tongke-togke sementara nilai antara 0,218 mg/l hinga 0,923 mg/l.
tertinggi berada pada desa Kandungan fosfat terendah terdapat
Bonelohe yaitu pada stasiun 1.1. pada desa Tongke-tongke yaitu pada
Perbedaan nilai pH dalam perairan stasiun 5.3 dan nilai fosfat tertinggi
disebabkan oleh adanya perbedaan berada pada desa Dodaia yaitu pada
waktu pengukuran. Perubahan stasiun 4.2. Perbedaan tersebut
konsentrasi pH dalam perairan disebabkan oleh waktu dan daerah
mempunyai siklus harian. Siklus ini yang diteliti. Sedangkan perbedaan
merupakan fungsi dari karbondioksida. kandungan fosfat diduga disebabkan
Effendi (2003) mengatakan bahwa jika oleh adanya bahan organik berupa
perairan mengandung kabondioksida limbah domestik (detergen), limbah
bebas dan ion karbonat maka pH pertanian atau pengikisan batuan
cenderung asam, dan pH akan kembali fosforoleh aliran air. Hampir sepanjang
meningkat jika CO2 dan HCO3 mulai jalur dari pelabuhan Pamatata sampai
berkurang. desa Tongke-tongke merupakan
Hasil penelitian memperlihatkan daerah pemukiman peduduk dan ini
adanya perbedaan pH pada tiap lokasi memungkinkan masuknya limbah
pengambilan sampel, tetapi secara domestik atau pertanian (overfertilisasi).
keseluruhan nilai rata-rata pH di Pada struktur geologi penyusun pantai,
perairan zona pemanfaatan budidaya juga terlihat ada perbedaan antara
rumput laut berada dalam kisaran yang bagian utara dan selatan teluk dan ini
mendukung untuk dilakukannya memungkinkan terjadi pengikisan
budidaya rumput laut. batuan. Menurut Effendi (2003) dan
Supriharyono (2001), sebagian besar
Oksigen Terlarut fosfat berasal dari masukan bahan
Hasil pengukuran secara in situ organik melalui darat berupa limbah
terhadap oksigen terlarut di perairan industri maupun domestik (detergen).
zona pemanfaatan umum pulau Ditambahkan oleh Brotowidjoyo, et al.
Selayar memperlihatkan kisaran nilai (1995) dan Hutabarat (2000) bahwa
antara 3ppm dan nilai tertinggi adalah sumber fosfat di perairan juga berasal
6,3 ppm dengan nilai rata-rata untuk dari proses pengikisan batuan di
kelima stasiun berkisar antara pantai.
3,25 ppm sampai 4,63 ppm. Kandungan fosfat di perairan
Kandungan oksigen terlarut terendah Selayar memperlihatkan kisaran yang
mendukung kegiatan budidaya. Fosfat
32
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
33
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
34
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
35
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
36