Analisis Penerapan Perilaku Aman Berkendara Pada Mahasiswa Pengendara Sepeda Motor Di Kawasan Unsri Indralaya Tahun 2014

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

ANALISIS PENERAPAN PERILAKU AMAN BERKENDARA PADA MAHASISWA

PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI KAWASAN UNSRI INDRALAYA TAHUN


2014

MANUSKRIF SKRIPSI

OLEH :

INDAH DWI ASTUTI


NIM. 10101001038

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014
HALAMAN PERSETUJUAN

Manuskrif skripsi ini dengan judul “Analisis Penerapan Perilaku Aman Berkendara Pada
Mahasiswa Pengendara Sepeda Motor di Kawasan Unsri Indralaya Tahun 2014” telah
mendapat arahan dan bimbingan dari pembimbing I dan/atau pembimbing II serta disetujui
pada tanggal Januari 2015.

Indralaya, Januari 2015


ANALYSIS APPLICATION OF SAFETY RIDING BEHAVIOR ON STUDENTS WHO
RIDE MOTORCYCLE IN UNSRI INDRALAYA 2014

Indah Dwi Astuti1, Anita Camelia2, Elvi Sunarsih3


1
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
2
Dosen Bagian K3KL Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
3
Dosen Bagian K3KL Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
email: indahdwias@gmail.com

ABSTRACT

Background :Road Traffic Accidents (RTA) is the eighth leading cause of death in the
world and one of the public health problem. According to the WHO 23% of the
number of deaths caused by traffic accidents are motorcyclists. Safety riding
behavior is one of way to reduce the risk of RTA that emphasizes the human factors in
terms of the rider. In addition to the human factors are vehicle factors, environment
factors and regulation that contribute to the occurrences of a traffic accidents.
Methods :This study used a qualitative research design with in-depth interviews and
observations in the field. The number of informants in this study were 25 people
including 20 UNSRI students who ride a motorcycle, 3 security guards and 2
management representatives UNSRI. Results were presented in the form of a
narrative/quotation and interpretation of the informant and then transferred in the
form of a summary matrix-depth interviews were grouped according to the research
questions and objectives. While the results of observation data will be analyzed and
combined with in-depth interviews data.
Results :The results showed that the safe driving behavior of each informant based on
the level of knowledge that influence perception, encouraging the perception
influence their attitude towards the use of safety apparels and how to get the driver's
license. While the ride motorcycles by the average student is good enough and
appropriate in terms of technical requirements and road worthy according to UU No.
22 in 2009. In terms of environmental conditions, UNSRI Indralaya is quite good
enough but found the speed limiting devices that are not in accordance with
KEPMENHUB No. 3 in 1994. In terms of regulatory factors found to lack a written
policy of the college UNSRI about safety riding.
Conclusion :It could be concluded that the lack of road safety policies affect safe
driving behavior of students. As for the human factors characteristic of the
informants are almost the same so that the information becomes rapidly saturated,
for vehicle and environmental factors has been pretty good.

Keyword : Human Factor, Vehicle Factor, Environment Factor, Regulation


Bibliography : 49 (1981 – 2013)
ABSTRAK

Latar Belakang :Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) adalah penyebab kematian kedelapan
di dunia dan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Menurut WHO 23% dari
jumlah kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas adalah pengendara
sepeda motor. Perilaku aman berkendara termasuk salah satu cara mengurangi risiko
terjadinya KLL yang menekankan dari segi faktor manusia yakni pengendara. Selain
faktor manusia masih ada faktor kendaraan, lingkungan dan regulasi yang
berkontribusi dalam terjadinya suatu kecelakaan lalu lintas.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan metode
wawancara mendalam dan observasi di lapangan. Jumlah informan dalam penelitian
ini adalah 25 orang yakni 20 orang mahasiswa UNSRI yang mengendarai sepeda
motor, 3 orang satuan pengaman dan 2 orang mewakili manajemen UNSRI. Hasil
penelitian tersebut disajikan dalam bentuk narasi/kuotasi serta interpretasi dari
informan kemudian dipindahkan dalam bentuk matriks ringkasan wawancara
mendalam yang dikelompokkan sesuai dengan pertanyaan dan tujuan penelitian.
Sedangkan data hasil observasi akan dianalisis serta dipadukan dengan data hasil
wawancara mendalam.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran perilaku aman
berkendara tiap informan didasari oleh tingkat pengetahuan yang berpengaruh
terhadap persepsi, timbulnya persepsi mempengaruhi sikap mereka terhadap
pemakaian safety apparels dan cara mendapatkan SIM. Sedangkan sepeda motor
yang dikendarai oleh mahasiswa rata-rata sudah cukup baik dan sesuai dari segi
persyaratan teknis dan laik jalan menurut UU No 22 tahun 2009. Dalam hal kondisi
lingkungan kampus UNSRI Indralaya sudah cukup baik namun ditemukan alat
pembatas kecepatan yang tidak sesuai dengan KEPMENHUB No 3 tahun 1994. Bila
dilihat dari faktor kebijakan, ditemukan belum adanya kebijakan tertulis dari pihak
kampus UNSRI mengenai keselamatan berkendara.
Kesimpulan : Bisa disimpulkan bahwa tidak adanya kebijakan keselamatan
berkendara mempengaruhi perilaku aman berkendara dari mahasiswa. Sedangkan
untuk faktor manusia karakteristik dari informan yang hampir sama sehingga
informasi menjadi cepat jenuh, untuk faktor kendaraan dan lingkungan sudah cukup
baik. Saran dari penelitian ini adalah perlunya membuat kebijakan mengenai
keselamatan berkendara di kawasan UNSRI Indralaya yang mengadopsi dari
kebijakan keselamatan berkendara yang berlaku di Indonesia, perlunya tugas
tambahan pada satpam untuk mengawasi aturan berlalu lintas yang berlaku, pihak
UNSRI diharapkan membangun rambu lalu lintas segitiga terbalik atau rambu stop di
setiap persimpangan, perlunya sosialisasi terkait safety riding oleh pihak UNSRI
yang dipelopori FKM dengan bekerja sama dengan Polres OI dan pemasangan alat
pembatas kecepatan yang sesuai dengan aturan yang berlaku,

Kata Kunci : Faktor Manusia, Faktor Kendaraan, Faktor Lingkungan, Regulasi


Kepustakaan : 49 (1981 – 2013)
PENDAHULUAN

Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) adalah penyebab kematian kedelapan di dunia dan salah satu
masalah kesehatan masyarakat.KLL juga merupakan penyebab kematian pertama pada kelompok umur
produktif 15-29 tahun. Pada tahun 2010, 23% dari seluruh kematian di antara pengendara sepeda motor
(WHO, 2010)1. Menurut WHO estimasi regresi jumlah kematian laka lantas di Indonesia 42.434 dengan
death rate 17,7/100.000 penduduk, dengan rincian 35,7% dari pengendara roda 2 atau roda 3 menjadikan
Indonesia sebagai negara kelima sebagai negara yang memiliki angka kematian akibat KLL terbanyak di
bawah Cina, India, Nigeria dan Brazil (WHO, 2010)1 .

Angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia diiringi dengan perkembangan jumlah kendaraan
bermotor. Pada tahun 2011 jumlah kendaraan bermotor ada di angka 85.601.351 unit meningkat sekitar
6,7 juta menjadi 92.303.227 unit di tahun 2012. Dari tahun ke tahun tren jumlah kendaraan jenis motor
mendominasi sekitar 80% di tahun 2012 dari jumlah keseluruhan kendaraan sebanyak 74.613.566 unit
(Kemenhub, 2013)2. Di Provinsi Sumatera Selatan perkembangan kendaraan bermotor terlihat pada tahun
2011 sebanyak 3.500.866 unit menjadi 3.793.024 unit di tahun 2012, sepeda motor mendominasi di tahun
2012 sekitar 81% dari jumlah total kendaraan sebanyak 3.106.088 unit (Kemenhub Sumsel, 2013)3.

Penerapan kesadaran berkendara aman di lingkungan UNSRI Indralaya dibutuhkan karena data
dari Polres kabupaten Ogan Ilir melansir adanya korban KLL yang berprofesi sebagai mahasiswa pada
tahun 2013 sebanyak 14 orang. Sedangkan dari Klinik Kesehatan UNSRI data mahasiswa yang
mengalami KLL di tahun 2012 sebanyak 13 orang naik menjadi 17 orang di tahun 2013. Pada akhir april
2014 terjadi kecelakaan yang menimpa mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRI di simpang 4
auditorium UNSRI Indralaya. Karena KLL yang terjadi april yang mengakibatkan korban luka parah
sehingga harus dirujuk ke Rumah Sakit Moh Hoesin Palembang.

Kondisi lingkungan untuk berkendara di UNSRI Indralaya memiliki luas daerah kampus yang
cukup luas dan terdapat 10 peringatan kecepatan maksimal di kawasan kampus 20 km/jam serta beberapa
rambu-rambu lalu lintas di beberapa ruas jalan saja. Sedangkan kampus UNSRI Bukit yang mempunyai
tingkat kepadatan kendaraan yang cukup tinggi serta area yang sempit memiliki kebijakan kecepatan
maksimal di dalam kampus sebesar 25km/jam berjumlah 4 dan 1 peringatan kecepatan 20km/jam, serta
rambu-rambu lalu lintas ada di setiap tikungan baik sebagai penunjuk arah maupun peringatan.
Berdasarkan kecelakaan lalu lintas akhir April 2014, pihak UNSRI membuat alat pembatas kecepatan
(APK) di tiap persimpangan jalan di UNSRI sebagai cara untuk mengurangi KLL. Dari pengamatan
peneliti, pengendara (bus, mobil pribadi, sepeda motor, dll) di kawasan kampus UNSRI Indralaya tidak
mematuhi aturan kecepatan 20 km/jam, serta rambu-rambu lalu lintas kurang menggambarkan kondisi
jalan/lingkungan ketika berkendara.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian
mengambil secara purposive informan mahasiswa sebanyak 20 orang, 3 orang satuan pengaman dan 2
orang mewakili pihak UNSRI selaku pemilik wilayah berkendara. dengan menggunakan metode
purposive sampling.Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dari wawancara mendalam, observasi serta lembar check list, dan telaah UU. No 22 tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan4 serta buku petunjuk tata cara bersepeda motor di Indonesia oleh
KEPMENHUBDAT5

HASIL PENELITIAN

1. Faktor manusia berkaitan dengan perilaku aman berkendara pada mahasiswa pengendara
sepeda motor di Universitas Sriwijaya Indralaya.
a. Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa ternyata ada 3 informan saja yang bisa menjawab
secara keseluruhan poin pertanyaan pengetahuan berlalu lintas, yakni MU, MI dan ES. Sedangkan
informan AV diketahui menjawab paling sedikit hanya 2 pertanyaan yang benar. Diketahui juga
bahwa poin pertanyaan 3 yang paling sedikit bisa menjawab dengan benar hanya 7 orang saja,
sedangkan untuk poin pertanyaan 4 seluruh informan bisa menjawab dengan tepat.

b. Sikap

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa ternyata ada 3 informan saja yang bisa menjawab
secara keseluruhan poin pertanyaan sikap, yakni N, AV dan RD. Sedangkan informan CD diketahui
menjawab paling sedikit hanya 1 pertanyaan yang benar. Diketahui juga bahwa poin pertanyaan 2
yang paling sedikit bisa menjawab dengan benar hanya 6 orang saja, sedangkan untuk poin
pertanyaan 1 seluruh informan bisa menjawab dengan tepat.
c. Pengalaman Berkendara

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 55% dari jumlah informan memiliki pengalaman
berkendara ≤ 9 tahun. Dalam hal sudah berapa lama mengendarai sepeda motor diketahui bahwa 7
orang informan mulai mengendarai sepeda motor dari sekolah menengah atas, sedangkan 9 orang
dari sekolah menengah pertama sedangkan. Namun ada 4 informan yang belajar mengendarai
sepeda motor dari sekolah dasar.

d. Cara Mendapatkan SIM

Dari semua informan yang diwawancarai 95% dari jumlah informan mempunyai SIM dan bisa
menunjukkan pada saat diwawancarai. Ketika 95% informan tersebut ditanyakan bagaimana cara
mendapatkan SIM. Hasil wawancara menunjukkan bahwa, dari 19 orang yang memiliki SIM hanya
10 dari 20 informan orang yang menggunakan jalur sesuai prosedur, sedangkan selebihnya lewat
calo atau dikenal dengan istilah SIM tembak.

e. Pemakaian Safety Apparels

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa hanya 1 informan saja yang menggunakan safety
apparels berkendara secara lengkap, sedangkan 19 lainnya hanya menggunakan beberapa saja dari
safety apparels tersebut. Safety apparels yang banyak digunakan adalah helm SNI sedangkan yang
paling sedikit adalah pelindung mata. Untuk safety apparels, seluruh informan mengatakan bahwa
helm yang paling sering digunakan.

2. Faktor kendaraan berkaitan dengan perilaku aman berkendara pada mahasiswa pengendara
sepeda motor di Universitas Sriwijaya Indralaya.
a. Persyaratan Teknis dan Laik Jalan

Berdasarkan observasi pada tabel 5.4 diketahui bahwa terdapat 75% dari jumlah informan yang
sepeda motornya dikategorikan lulus persyaratan teknis dan layak jalan. Sedangkan 25% lainnya
terdiri dari 2 dari sepeda motor tersebut tidak adanya kaca spion atau hanya 1 saja. Ada 3 sepeda
motor tidak memiliki alat pemantul cahaya, 4 motor yang kedalaman alur ban nya kurang dari 1 mm
dan 1 motor yang klaksonnya tidak berfungsi.

b. Servis Berkala

Berdasarkan hasil wawancara frekuensi servis berkala sepeda motor, 16 dari 20 informan
mengatakan bahwa sebulan sekali membawa motor ke bengkel untuk di servis, sedangkan 1 orang
menyatakan bahwa lebih sering mengecek kendaraannya sendiri. Namun, ada 3 informan yang
mengatakan bahwa menyervis sepeda motornya menunggu motor rusak baru dibawa ke bengkel.
3. Faktor lingkungan berkaitan dengan perilaku aman berkendara pada mahasiswa pengendara
sepeda motor di Universitas Sriwijaya Indralaya.
a. Kondisi Jalan

Berdasarkan hasil observasi jalanan di kampus UNSRI Indralaya sudah baik dan mulus untuk
berkendara, namun alat pembatas kecepatan (APK) ketika dilakukan pengukuran secara manual
peneliti mengambil contoh APK di jalan masuk ke arah fakultas kesehatan masyarakat, ditemukan
ketidaksamaan tinggi antara 2 sisi APK, serta permukaan tinggi yang cenderung cekung. APK di
beberapa tempat juga bagian permukaannya sudah terkikis sehingga cenderung sama permukaan
dengan jalan.

b. Rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan

Berdasarkan observasi diketahui bahwa rambu-rambu lalu lintas di kampus UNSRI yang sering
terlihat dari observasi hanya rambu batas kecepatan maksimal berkendara di dalam kampus 20
km/jam, malah ada rambu-rambu batas kecepatan yang dihapus tanda 20 km/jam diganti menjadi
100 km/jam secara manual. Sedangkan untuk marka jalan hanya di beberapa ruas jalan saja seperti
di dekat auditorium, bahkan untuk jalan utama 2 lajur di dekat gerbang masuk utama UNSRI tidak
ada. Berdasarkan hasil wawancara mengenai pendapat mengenai kondisi rambu-rambu lalu lintas
dan marka jalan diketahui bahwa rata-rata informan mengatakan rambu-rambu di kampus UNSRI
Indralaya masih kurang, mengenai marka jalan ada marka jalan membujur garis utuh dan
zebracross.

4. Faktor kebijakan berkaitan dengan perilaku aman berkendara pada mahasiswa pengendara
sepeda motor di Universitas Sriwijaya Indralaya.

Berdasarkan hasil wawancara semua informan mengatakan tidak tahu mengenai peraturan resmi
dari pihak UNSRI mengenai berkendara di dalam kampus. Informan hanya mengetahui dari rambu-
rambu yang ada seperti batas kecepatan maksimal 20 km/jam dan polisi tidur.Ketidaktahuan
mahasiswa juga didukung oleh pernyataan informan AS yang mengatakan bahwa kampus UNSRI
belum memiliki kebijakan tertulis terkait dengan keselamatan berkendara di dalam kampus.
Informan berinisial NU juga mengatakan kebijakan hanya dari rambu saja.
PEMBAHASAN

1. Faktor manusia berkaitan dengan perilaku aman berkendara pada mahasiswa pengendara
sepeda motor di Universitas Sriwijaya Indralaya.
a. Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ternyata ada 3 informan saja yang bisa menjawab
secara keseluruhan poin pertanyaan pengetahuan berlalu lintas, yakni MU, MI dan ES. Sedangkan
informan AV diketahui menjawab paling sedikit hanya 2 pertanyaan yang benar. Diketahui juga
bahwa poin pertanyaan 3 mengenai persyaratan teknis dan laik jalan sepeda motor yang paling
sedikit bisa menjawab dengan benar hanya 7 orang saja. Sedangkan untuk poin pertanyaan 4
mengenai jenis helm yang dianjurkan seluruh informan bisa menjawab dengan tepat. Dapat
diasumsikan bahwa pertanyaan yang paling sedikit bisa dijawab dengan benar adalah pertanyaan
yang sulit dan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan yang
mudah.Dalam penelitian ini pengetahuan yang dimaksud mengenai pengetahuan umum berkendara
Hal ini sesuai dengan penelitian Rais (2003)6 hubungan bermakna antara pengetahuan responden
tentang K3 dengan praktek kerja tenaga kerja bongkar muat (TKBM) (p value = 0,011). Hal ini
mengindikasikan bahwa ada hubungan pengetahuan terhadap tindakan seseorang, dalam hal ini
dapat diasumsikan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi perilaku aman
berkendara seseorang.

b. Sikap

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ternyata ada 3 informan saja yang bisa menjawab
secara keseluruhan poin pertanyaan sikap, yakni N, AV dan RD. Sedangkan informan CD diketahui
menjawab paling sedikit hanya 1 pertanyaan yang benar. Diketahui juga bahwa poin pertanyaan 2
mengenai pandangan apabila berkendara berboncengan 3 orang yang paling sedikit menjawab
dengan benar yaitu hanya 6 orang saja, sedangkan untuk poin pertanyaan 1 mengenai pandangan
menyalip dari sebelah kiri seluruh informan bisa menjawab dengan tepat.Berdasarkan penelitian
Murtiningsih (2005)7 terdapat hubungan antara sikap dengan praktik penerapan prosedur
keselamatan kerja di PT. Bina Guna Kimia (p=0,000;(tau)=0,551). Jadi dapat dikatakan bahwa
pengendara yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik dalam berkendara lebih cenderung
berperilaku/bertindak aman dalam berkendara dibandingkan pengendara yang memiliki
pengetahuan rendah dan sikap yang kurang baik.
c. Pengalaman Berkendara

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa seluruh informan telah mempunyai
pengalaman kecelakaan lalu lintas meskipun dengan atau tanpa melibatkan pengguna jalan lain. hal
ini sejalan dengan penelitian Aini (2003)8 bahwa periode berkendara (pengalaman berkendara)
responden yang lebih dari 9 tahun menunjukkan nilai korelasi antara pengetahuan dan perilaku
berkendara memiliki hubungan yang kuat. Informan yang pengalaman berkendaranya ≤ 9 tahun
dapat diasumsikan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.

d. Cara Mendapatkan SIM

Diketahui dari hasil penelitian ketika 95% informan tersebut ditanyakan bagaimana cara
mendapatkan SIM. Hasil wawancara menunjukkan bahwa, dari 19 orang yang memiliki SIM hanya
10 dari 20 informan orang yang menggunakan jalur sesuai prosedur, sedangkan selebihnya lewat
calo atau dikenal dengan istilah SIM tembak. SIM merupakan bukti kompetensi bagi seseorang
yang telah lulus uji pengetahuan, kemampuan dan keterampilan mengemudi dijalan sesuai
persyaratan yang ditentukan berdasarkan Undang-Undang lalu lintas dan angkutan jalan. Informan
yang mendapatkan SIM dengan melalui calo memang telah memiliki SIM dan dapat menunjukkan
SIM ketika diwawancarai. Namun dari segi peraturan, mereka tidak mengikuti ujian, baik secara
teori maupun praktik. Jadi bisa dikatakan informan tersebut belum lulus uji kompetensi sesuai
dengan yang ditetapkan oleh pihak kepolisian. Menurut (Adinata, 2012)9 terdapat hubungan antara
cara mendapatkan SIM dengan persepsi risiko kecelakaan lalu lintas sebesar α = 0,05. Jadi bisa
dikatakan cara mendapatkan SIM mempengaruhi persepsi risiko kecelakaan lalu lintas, sehingga
berangkat dari persepsi itu mempengaruhi juga terhadap perilaku aman berkendara seseorang.

e. Pemakaian Safety Apparels

Diketahui bahwa hanya 1 informan saja yang menggunakan safety apparels berkendara secara
lengkap, sedangkan 19 lainnya hanya menggunakan beberapa saja dari safety apparels
tersebut.Pemakaian helm menyelamatkan sebanyak 1784 orang di tahun 2007, dan bisa
menyelamatkan 800 orang lagi apabila pengendara memakai helm. Sebesar 45% kematian akibat
kecelakaan lalu lintas, pengendara tidak memakai helm (Departemen Transportasi Amerika,
2007)10. Penggunaan helm di estimasi mengurangi risiko terjadi fatality ketika terjadi kecelakaan
lalu lintas sebesar 37% (NHTSA, 2007)11. Kemudian ketika ditanyakan mengenai kenapa tidak
memakai safety apparels jenis lain ketika berkendara di dalam kampus, rata-rata informan
mengatakan bahwa jarak tempuh yang dekat, ribet, tidak punya, serta malas mengakibatkan mereka
tidak memakai safety apparels berkendara secara lengkap. Padahal pemakaian safety apparels ini
agar pengendara dapat berkendara dengan nyaman sehingga fokus dalam berkendara. Walaupun
pemakaian safety apparels bukan sebagai alat pencegah terjadinya kecelakan, namun sebagai upaya
terakhir yang dimiliki oleh tubuh sehingga apabila pengendara mengalami kecelakaan dapat
mengurangi risiko terjadinya fatality. Berdasarkan penelitian Riyadina (2007)12 terdapat hubungan
antara kecelakaan kerja dengan pemakaian alat pelindung diri (APD). Jadi masih banyaknya
mahasiswa yang memakai safety apparels tidak lengkap berisiko tinggi akan luka berat apabila
mengalami kecelakaan lalu lintas.

2. Faktor kendaraan berkaitan dengan perilaku aman berkendara pada mahasiswa pengendara
sepeda motor di Universitas Sriwijaya Indralaya.
a. Persyaratan Teknis dan Layak Jalan

Berdasarkan observasi diketahui bahwa terdapat 75% dari jumlah informan yang sepeda
motornya dikategorikan lulus persyaratan teknis dan layak jalan.Persyaratan teknis dan laik jalan
sebuah sepeda motor selain merupakan kelengkapan yang diharuskan oleh pemerintah dan
kepolisian. Persyaratan-persyaratan tersebut membantu pengemudi dalam berkendara yakni, kaca
spion yang dapat melihat objek di belakang pengemudi, knalpot sebagai saluran pembuangan emisi
dari sepeda motor, kedalaman ban diatur agar pengendara dapat mengontrol laju sepeda motor
dengan baik, alat pengukur kecepatan agar kita tahu seberapa cepat kita mengemudi ketika
berkendara. Sedangkan lampu utama, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, dan lampu rem
sebagai tanda ketika dalam berkendara baik untuk melihat kendaraan lain ataupun kendaraan lain
melihat kita. Melihat dari observasi masih adanya 25% sepeda motor yang tidak memiliki kaca
spion dan kedalaman alur ban yang kurang dari < 1mm. Walaupun 75% lainnya masih menyerupai
standar pabrik dan sudah memenuhi laik jalan. Bisa dikatakan bahwa sepeda motor mahasiswa
untuk persyaratan teknis dan layak jalan sudah cukup baik.

b. Servis Berkala

Berdasarkan hasil wawancara frekuensi servis berkala sepeda motor, 16 dari 20 informan
mengatakan bahwa sebulan sekali membawa motor ke bengkel untuk di servis, sedangkan 1 orang
menyatakan bahwa lebih sering mengecek kendaraannya sendiri. Namun, ada 3 informan yang
mengatakan bahwa menyervis sepeda motornya menunggu motor rusak baru dibawa ke bengkel.
Servis motor berkala merupakan salah satu cara untuk menjaga agar kendara kendaraan tetap dapat
digunakan secara optimal. Tidak ada peraturan resmi dari pemerintah mengenai rentang waktu
perawatan sepeda motor, namun setiap produsen sepeda motor memiliki anjuran kepada konsumen
mengenai perawatan yang tertera di dalam buku panduan ketika membeli sepeda motor. Tapi
berdasarkan Nugraha (2005)13, frekuensi perawatan sepeda motor tidak ditentukan berdasarkan
waktu, melainkan berdasarkan seberapa jauh jarak yang telah ditempuh oleh sebuah sepeda motor.
Berdasarkan modul tersebut, pemeliharaan terhadap oli mesin harus diganti setiap 2000 km, selain
itu hanya periksa atau bersihkan bagian-bagian dari sepeda motor.

3. Faktor lingkungan berkaitan dengan perilaku aman berkendara pada mahasiswa pengendara
sepeda motor di Universitas Sriwijaya Indralaya.
a. Kondisi Jalan

Alat Pembatas Kecepatan(APK) di dalam kawasan UNSRI Indralaya bisa dikatakan kurang
sesuai dengan aturan KEPMENHUB No. 3 tahun 1994 tentang alat pengendali dan pengaman
pemakai jalan. Pemasangan APK tanpa didahului dengan tanda/rambu-rambu lalu lintas
Pemasangan APK di UNSRI seharusnya dapat didahului dengan pemberian tanda dan pemasangan
rambu-rambu lalu lintas untuk memberi peringatan kepada pengemudi kendaraan bermotor tentang
adanya APK di depannya. Sebagaimana dimaksud di Kepmenhub No 3 tahun 1994 pewarnaan APK
pada jalur lalu lintas seharusnya diberi tanda berupa serong dari cat berwarna putih bukan kuning,
serta bentuk penampang yang menyerupai bentuk oval dan berbentuk bundar di bagian atasnya.
Sebagai contoh APK di jalan masuk menuju Fakultas Kesehatan Masyarakat terbagi dari 2 bagian,
salah satu bagian tidak sama tinggi dengan yang lain. Bentuk APK tersebut tidak menyerupai
trapesium yang rata di bagian atasnya. Sedangkan ketika pihak UNSRI diwakili NU terkait dengan
acuan pembangunan secara bentuk, tinggi dan lebar. Padahal sesuai dengan Kemenhub No. 3 tahun
199414, terdapat aturan bentuk, tinggi dan lebar suatu APK.

b. Rambu lalu lintas dan marka jalan

Berdasarkan observasi diketahui bahwa rambu-rambu lalu lintas di kampus UNSRI yang sering
terlihat hanya rambu batas kecepatan maksimal berkendara di dalam kampus 20 km/jam sebanyak
10 buah dan 1 buah rambu-rambu yang bagian 20 km/jam diganti menjadi 100 km/jam. Selain
rambu batas kecepatan, rambu-rambu lainnya hanya ditempatkan di beberapa titik saja dan terdapat
beberapa rambu yang dibangun tidak permanen di satu titik. Untuk marka jalan hanya terdapat di
jalanan di dekat auditorium saja dan jalan menuju rusunawa (rumah susun mahasiswa) bahkan untuk
jalan utama 2 lajur di dekat gerbang masuk utama UNSRI tidak ada marka jalan. Menurut Highways
Maintenance (2000)15 kebutuhan akan pembuatan marka jalan menjadi semakin penting dalam
mengatur posisi kendaraan dalam jalur yang benar, membantu pengendara mengetahui boleh atau
tidaknya dia melintasi marka tersebut. Marka berwarna putih masih menjadi salah satu warna yang
penting dalam pembuatan marka jalan dan keamanan berkendara, terlebih lagi pada waktu malam
hari. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengadaan rambu-rambu di dalam kampus belum sepenuhnya
dapat membantu pengendara dan marka jalan hanya di beberapa ruas jalan saja (Kepmenhub No 61
tahun 1993 tentang rambu-rambu lalu lintas di jalan)16

4. Faktor kebijakan berkaitan dengan perilaku aman berkendara pada mahasiswa pengendara
sepeda motor di Universitas Sriwijaya Indralaya.

Menurut Ditjen Hubdat dalam Dwiyogo (2006)17 pengawasan dan penegakan hukum belum
efektif menjadi salah satu faktor yang berkontribusi sebesar 0,46% dalam faktor-faktor penyebab
kecelakaan. Hal ini didukung oleh penelitian Manurung (2010)18 dimana tata tertib berlalu lintas
memiliki hubungan dengan kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Oleh karena itu perilaku aman
berkendara pada mahasiswa dari faktor kebijakan belum didukung dengan adanya kebijakan tertulis
dari pihak kampus UNSRI. Selain itu dikarenakan tidak adanya kebijakan menyebabkan tidak
adanya pengawasan dan pemberian sanksi apabila terjadi pelanggaran terhadap rambu-rambu dan
aturan berlalu lintas lainnya sehingga pelanggaran tersebut terus terjadi.

Kesimpulan

1. Gambaran perilaku aman berkendara tiap informan didasari oleh tingkat pengetahuan yang
berpengaruh terhadap persepsi, timbulnya persepsi mempengaruhi sikap mereka terhadap
pemakaian safety apparels dan cara mendapatkan SIM. informasi yang didapat dari informan rata-
rata hampir mirip baik dari setiap variabel faktor manusia, yang terlihat banyak perbedaan yaitu
dalam pemakaian safety apparels dan cara mendapatkan SIM masih banyak yang belum sesuai
dengan UU No 22 tahun 2009 dan Kemenhubdat.

2. Sepeda motor yang di kendarai oleh mahasiswa rata-rata sudah cukup baik dan sesuai dari segi
persyaratan teknis dan laik jalan menurut UU No 22 tahun 2009.

3. Kondisi lingkungan kampus UNSRI Indralaya sudah cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari kondisi
jalan yang mulus, rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan yang tersedia walaupun hanya di
beberapa ruas jalan saja. Selain itu, pemasangan alat pembatas kecepatan dikarenakan belum sesuai
dengan ketentuan KEPMENHUB No 3 tahun 1994 baik dari segi bentuk, lebar, tinggi maupun
pewarnaan alat pembatas kecepatan itu sendiri.
4. Perilaku aman berkendara pada mahasiswa dari faktor kebijakan belum didukung dengan adanya
kebijakan tertulis dari pihak kampus UNSRI. Selain itu dikarenakan tidak adanya kebijakan
menyebabkan tidak adanya pengawasan dan pemberian sanksi apabila terjadi pelanggaran terhadap
rambu-rambu dan aturan berlalu lintas lainnya sehingga pelanggaran tersebut terus terjadi.

Saran

1. Perlunya membuat kebijakan mengenai keselamatan berkendara di kawasan UNSRI Indralaya yang
mengadopsi dari kebijakan keselamatan berkendara yang berlaku di Indonesia.

2. Perlunya tugas tambahan pada satpam untuk mengawasi aturan berlalu lintas yang berlaku, seperti
pemakaian safety apparels, pemeriksaan surat berkendara dan pematuhan akan rambu-rambu di
kawasan UNSRI sehingga apabila terjadi pelanggaran dapat diberi sanksi agar dapat efek jera dan
sebagai percontohan bahwa kebijakan ini benar-benar dilaksanakan.

3. Dikarenakan persimpangan di UNSRI tanpa kontrol APILL, kendaraan yang berada di jalan utama
mendapatkan hak terlebih dahulu. Oleh karena itu di harapkan pihak UNSRI memasang rambu-
rambu lalu lintas rambu “beri kesempatan” berupa segitiga terbalik yang di tempatkan di jalan
minor. Bila diperlukan dipasang rambu “stop” yang lebih mempertegas bahwa pengendara di jalan
minor wajib berhenti.

4. Perlunya sosialisasi terkait safety riding oleh pihak UNSRI yang dipelopori FKM dengan bekerja
sama dengan Polres OI untuk mahasiswa minimal 1 kali setahun pada penerimaan mahasiswa baru.

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. 2010. Road Safety [on line]. Dari :


http://www.who.int/gho/road_safety/en/ [diakses tanggal 28 Februari 2014].
2. Kementrian Perhubungan RI Ditjen Perhubungan Darat. 2013. Perhubungan Darat Dalam Angka
2012 [on line]. Dari : http://hubdat.dephub.go.id/ [1 April 2014].
3. Kemenhubdat Sumatera Selatan. 2013. Profil dan Kinerja Perhubungan Darat Tahun 2013 [on
line]. Dari : http://hubdat.dephub.go.id/ [1 April 2014].
4. _____. 2009. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
5. Kementrian Perhubungan RI Ditjen Perhubungan Darat. 2009. Buku Petunjuk Tata Cara
Bersepeda Motor [on line]. Dari : http://hubdat.dephub.go.id/ [1 April 2014].
6. Rais, Muhammad. 2009. Kajian Pengaruh Predisposing, Enabling dan
ReinforcingFactors Terhadap Praktek Kerja Tenaga Kerja Bongkar Muat Yang Berisiko
Terjadinya Kecelakaan Kerja di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang [Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 1 / Januari 2009] [on line]. Dari :
http://www.ejournal.undip.ac.id/ [2 Desember 2015]
7. Murtiningsih, Dewi. 2005. Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan Praktik Penerapan
Prosedur Keselamatan Kerja di PT. Bina Guna Kimia. [jurnal] Universitas Diponegoro
[on line] http://eprints.undip.ac.id/7295/2/2591.pdf [2 Desember 2014]
8. Aini, Nurul dkk. 2013. Korelasi Pengetahuan Aturan Simpang Prioritas Terhadap
Perilaku Berlalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor Perempuan [Student Paper]
Program Studi Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara [on line]. Dari
:http://repository.usu.ac.id/ [22 Mei 2014].
9. Adinata, Kasnarian. 2012. Analisis Determinana Persepsi Pengemudi Bis Mahasiswa
Unsri Tentang Risiko Kecelakaan Lalu Lintas di Ruas Jalan Palembang - Indralaya
Tahun 2012.[skripsi] Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
10. Department of Transportation ,USA. 2007. U.S. Department of Transportation Action
Plan to Reduce Motorcycle Fatalities [on line]. Dari : http://www.nhtsa.gov/ [4 April
2014].
11. National Highway Traffic Safety Association. 2007. Traffic Safety Facts Motorcycle [on
line]. Dari : http://www-nrd.nhtsa.dot.gov/ [4 April 2014]
12. Riyadina, Woro. 2007. Kecelakaan Kerja Dan Cedera Yang Dialami Oleh Pekerja
Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta [Jurnal] Departemen Kesehatatan RI
[on line] Dari : http://repository.ui.ac.id/ [7 Desember 2014]
13. Nugraha, Beni Setya. 2005. Tune Up Sepeda Motor [Modul] Jurusan Pendidikan Teknik
Otomotif Universitas Negeri Yogyakarta [on line]. Dari : http://staff.uny.ac.id/ [23 Mei
2014]
14. _____. 1994. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 3 tahun 1994 tentang Alat
Pengendali dan Pengaman Jalan.
15. Highways Maintenance. 2000. The Idiots' Guide to Highways Maintenance [internet]
dari : http://www.highwaysmaintenance.com/ [5 Desember 2014]
16. _____. 1993. Kepmenhub No 61 tahun 1993 tentang rambu-rambu lalu lintas di jalan
17. Dwiyogo, Priyo dan Prabowo, Radityo Heru. 2006. Studi Identifikasi Daerah Rawan
Kecelakaan (Black Spot dan Blacksite) Pada Jalan Tol Jagorawi. [skripsi] Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro [on line]. Dari : http://eprints.undip.ac.id/ [29 Mei 2014].
18. Manurung, Jeffry Rio H. 2012. Hubungan Faktor-faktor Penyebab dan Akibat
Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor di Kota Medan Tahun 2008-
2010 [Student Paper] Universitas Sumatera Utara [on line]. Dari :
http://repository.usu.ac.id/ [7 Mei 2014].

You might also like