Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

ANALYSIS ON TAXATION ASPECTS

IN PUBLIC SERVICE AGENCIES


Siti Resmi1)
E-mail : sitiresmiamp@yahoo.com
1)
Lecturer in STIM YKPN

ABSTRACT

As far as early November 2012, there were 143 Public Service Agencies in
various types of service, i.e. health (hospitals), education (universities), research
and examination institutions, fund managements, and finance managements (roll
over funds for micro-small-medium business, loans, and housing savings). That
number would increase in line with the Government's support for the
establishment of Public Service Agencies as an effort to advance services to the
society. The Public Service Agency would earn its income and spend its funds
either for the purposes of investment need or routine finance.

Public Service Agencies was not a profit oriented organization but it run its
activities flexibly in accordance with efficiency and productivity by implementing
a healthy business practice. In line with the valid rules of taxation in Indonesia,
over every matters (in the form of goods, services, activities, events) may be
subject of tax. Thus, Public Service Agency could be subjected of tax based on the
activities that it does. There are several types of taxes, i.e. the income tax, value
added tax, sales tax on luxury goods, land and building tax, and others.

This article discussed the various aspects of taxation that exist in the public
service Agencies. In fact, not all public service institutions have the same service
types. That’s why not all aspects of taxation were found in every public service
institutions. As a public service institution, which claimed to be efficient and
productive, it should have owned good and integrated systems. It would have an
impact on the amount of the tax increase and its tax administration could be
integrated.

Keywords: public service institution, tax

ABSTRAK

Sampai dengan awal November 2012 terdapat 143 Badan layanan umum (BLU)
dengan berbagai tipe layanan yaitu kesehatan (rumah sakit), pendidikan
(perguruan tinggi), lembaga penelitian dan pengujian, pengelolaan dana, dan
pengelolaan keuangan (dana bergulir UMKM, pinjaman, dan tabungan
perumahan). Jumlah tersebut akan bertambah sejalan dengan dukungan
pemerintah atas pembentukan BLU sebagai upaya pemerintah untuk

1
meningkatkan layanan kepada masyarakat BLU memperoleh penghasilan dan
membelanjakan dananya baik untuk keperluan investasi maupun keperluan
pembiayaan rutin.

BLU bukan merupakan organisasi profit tetapi menjalankan kegiatan secara


fleksibel berdasarkan efisiensi dan produktivitas dengan menerapkan praktek binis
yang sehat. Sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia, atas
segala sesuatu (berupa barang, jasa, kegiatan, peristiwa) dapat dikenakan pajak.
Dengan demikian BLU dapat dikenakan pajak berdasar pada kegiatan yang
dilakukannya. Terdapat beberapa jenis pajak yaitu pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan,
dan lain-lain.

Artikel ini membahas tentang berbagai aspek perpajakan yang ada pada badan
layanan umum. Tidak semua BLU mempunyai tipe layanan sama, maka tidak
semua aspek perpajakan dijumpai pada setiap BLU. Sebagai BLU, yang dituntut
untuk efisien dan produktif seharusnya mempunyai sistem yang sudah baik dan
terintegrasi. Hal ini akan berdampak pada jumlah pajak meningkat dan
administrasinya dapat terintegrasi.

Kata kunci : badan layanan umum, pajak,

PENDAHULUAN status menjadi BLUD termasuk


puskesmas yang ada di wilayah
Sejak diundangkannya kecamatan.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun Jumlah tersebut semakin
2005, banyaklah bermunculan meningkat seiring dengan dukungan
instansi pemerintah yang berubah pemerintah dalam bentuk memberi
bentuk menjadi Badan Layanan kesempatan secara khusus kepada
Umum (BLU). Jumlah BLU menurut satuan kerja pemerintah yang
Direktorat Pembinaan Pengelolaan melaksanakan tugas operasional
Keuangan Badan layanan Umum pelayanan publik seperti layanan
Perbendaharaan Kementerian kesehatan, pendidikan, pengelolaan
Keuangan RI pada awal November kawasan, dan pengelolaan dana.
2012 mencapai 143 terdiri atas 41 dalam rangka meningkatkan efisiensi
BLU rumah sakit, 3 BLU pengelola dan produktivitas instansi pemerintah
kawasan, 7 BLU pengelola dana, 73 Terbentuknya BLU diharapkan
BLU pendidikan pelatihan, 8 BLU tidak sekedar sebagai format baru
medis lannya, dan 11 BLU barang dalam pengelolaan APBN/APBD
dan jasa lainnya. Jumlah tersebut tetapi BLU diharapkan sebagai
tidak termasuk BLU yang ada di wadah dalam pembaharuan
wilayah kabupaten/kota yang manajemen keuangan sektor publik
dinamakan badan layanan umum untuk meningkatkan pelayanan
daerah (BLUD). Hampir seluruh pemerintah kepada masyarakat.
rumah sakit umum daerah berubah Untuk itu BLU diberi fleksibilitas

2
dalam pengelolaan keuangan terkait keuangan. BLU menerima
dengan pengelolaan pendapatan dan pendapatan di luar APBN/APBD dan
belanja, aktiva, utang, dan hal lain melakukan penyerahan barang/jasa
yang menunjang peningkatan kinerja kena pajak. Dengan demikian BLU
BLU seperti remunerasi dan tidak hanya sebaga
perekrutan pegawan PNS dan non pemotong/pemungut pajak juga
PNS. Sebagai pengimbang terhadap sebagai subjek pajak dan pengusaha
fleksibilitas tersebut, BLU kena pajak.
dikendalikan secara ketat dalam Norpratiwi (2012) menyatakan
perencanaan dan penganggaran serta bahwa rumah sakit BLU berpotensi
pertanggungjawabannya. memiliki kewajiban memungut PPN
BLU diberi kebebasan untuk dan dikukuhkan sebagai pengusaha
menjalankan kegiatan operasionalnya kena pajak (PKP). Zahid (2012)
dalam mengoptimalkan pendapatan menyatakan bahwa berkaitan dengan
yang berasal dari layanan umum PP No. 23 tahun 2005 tentang
tetapi tetap pada prinsip bahwa BLU Pengelolaan Keuangan BLU, apabila
tidak bertujuan mencari keuntungan. suatu badan pemerintah sudah
BLU memperoleh pendapatan dari mendapat penetapan sebagai BLU,
alokasi APBN/APBD, hasil layanan karena seluruh penerimaan dan
umum, hasil kerja sama dengan pembelanjaan masuk APBN/APD,
pihak lain, hasil usaha lainnya, dan maka BLU tersebut bukan
hibah terikat yang semuanya merupakan subyek pajak sehingga
dilaporkan sebagai tidak memiliki kewajiban membayar
pendapatan/penerimaan pemerintah PPh Badan (pasal 25 dan PPh 29).
melalui instansi induknya. Namun demikian BLU tetap
Pemerintah mempunyai dua memiiliki kewajiban sebagai
peran pokok yaitu mengumpulkan pemungut pajak PPh pasal 21, 23,
sumber daya dan mengalokasikannya 26, dan pasal 4 ayat (2) berkaitan
lagi kepada masyarakat. Selain dengan aktivitas pembayaran gaji,
berperan sebagai fungsi alokasi, honor, jasa, sewa, dll kepada
BLU juga bisa dilihat dari sisi karyawan dan pihak ketiga.
perpajakannya. Kalau kita telaah Berkaitan dengan transaksi
kembali pos-pos dalam I-Account penyerahan obat kepada pasien, BLU
sesuai dengan PMK No. juga berpotensi memiliki kewajiban
91/PMK.06/2007 tentang Bagan memungut PPN (pajak pertambahan
Akun Standar, pendapatan negara nilai) dan dikukuhkan sebagai
berasal dari penerimaan pajak, pengusaha kena pajak.
penerimaan negara bukan pajak dan Penerimaan BLU baik dari
hibah. Jadi jelaslah bahwa negara APBN/APBD maupun non
sangat mengandalkan penerimaan APBN/APBD dikategorikan sebagai
dari sektor pajak (Zahid, 2012). penerimaan Negara bukan pajak
Aspek perpajakan yang timbul (PNBP) sementara pajak merupakan
pada kegiatan instansi pemerintah penerimaan negara dari sektor pajak.
dimungkinkan berbeda dengan aspek Tanpa membedakan kelompok
perpajakan pada BLU sehubungan penerimaan dalam APBN/APBD,
dengan perbedaan pengelolaan penndapatan BLU merupakan

3
penerimaan Negara. Artikel ini sebagai regulator. Dengan
selanjutnya menganalisis pajak apa pengelolaan ala bisnis (business
saja yang dipotong/dipungut oleh like), pembentukan instansi tertentu
BLU dan yang menjadi kewajiban sebagai BLU diharapkan dapat
BLU sendiri. meningkatkan pelayanan yang
diberikan.
BADAN LAYANAN UMUM Pola pengelolaan keuangan
BLU memberikan fleksibilitas dalam
Badan layanan umum (BLU) rangka pelaksanaan anggaran
merupakan instansi di lingkungan termasuk pengelolaan pendapatan
pemerintah yang dibentuk untuk dan belanja, pengelolaan kas,
memberikan pelayanan kepada pengelolaan piutang dan utang,
masyarakat berupa penyediaan pengelolaan investasi, akuntansi,
barang dan/atau jasa yang dijual remunerasi, surplus/defisit, status
tanpa mengutamakan mencari kepegawaian (PNS dan non PNS).
keuntungan dan dalam melakukan Sebagai pengimbang atas
kegiatannya didasarkan pada prinsip fleksibilitas tersebut, BLU
efisiensi dan produktivitas. dikendalikan secara ketat dalam
Pembentukan BLU bertujuan perencanaan dan penganggaran serta
untuk meningkatkan pelayanan dalam pertanggungjawabannya. BLU
kepada masyarakat dalam rangka dapat dikatakan sebagai agen dari
memajukan kesejahteraan umum dan instansi induk terkait. Dalam Pasal 3
mencerdaskan kehidupan bangsa PP No. 23 Tahun 2003 dinyatakan
dengan memberikan fleksibilitas bahwa asas BLU meliputi:
dalam pengelolaan keuangan 1. BLU beroperasi sebagai unit
berdasarkan prinsip ekonomi dan kerja kementerian
produktivitas, dan penerapan praktek negara/lembaga/ pemerintah
bisnis sehat (Peraturan Pemerintah daerah (sebagai instansi induk)
No. 23 Tahun 2005). Praktik sehat untuk memberikan layanan
yang dimaksud adalah menjalankan umum yang pengelolaannya
kegiatan berdasarkan kaidah berdasar kewenangan yang
manajemen yang baik mencakup didelegasikan oleh instansi
perencanaan, pengorganisasian, induk yang bersangkutan;
pelaksanaan, pengendalian, dan 2. Status hukum BLU tidak
pertanggungjawaban. terpisah dari instansi induknya;
Untuk meningkatkan 3. Instansi induk
pelayanan kepada masyarakat, bertanggungjawab atas
instansi pemerintah yang pelaksanaan kebijakan
melaksanakan tugas operasional penyelenggaraan pelayanan
pelayanan publik perlu diberikan umum yang didelegasikannya
kesempatan khusus untuk mengelola kepada BLU dari segi manfaat
sumber daya yang menjadi layanan yang dihasilkan;
tanggungjawabnya. Hal ini 4. Pejabat pengelola BLU
dimaksudkan pula untuk bertanggungjawab atas
membedakan instansi atau satuan pelaksanaan kegiatan
kerja tersebut dari fungsi pemerintah

4
pemberian layanan umum yang BLU dibentuk untuk
didelegasikan kepadanya; meningkatkan pelayanan kepada
5. BLU menyelenggarakan masyarakat dalam rangka
kegiatan tanpa mengutamakan memajukan kesejahteraan umum dan
pencarian keuntungan; mencerdaskan kehidupan bangsa.
6. Rencana kerja dan anggaran Kekayaan BLU merupakan kekayaan
serta laporan keuangan BLU negara/daerah yang tidak dipisahkan
disusun dan disajikan sebagai serta dikelola dan dimanfaatkan
bagian yang tidak terpisahkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan
dari induknya; kegiatan BLU. Pembinaan BLU
7. BLU mengelola Pemerintah Pusat dilakukan oleh
penyelenggaraan layanan Menkeu, sedangkan pembinaan
umum sejalan dengan praktik teknis dilakukan oleh Menteri yang
bisnis yang sehat. bersangkutan.
Rencana Kerja dan Anggaran
Suatu satuan kerja pemerintah (RKA) serta laporan keuangan &
diijinkan mengelola keuangan kinerja BLU disusun dan disajikan
dengan pola pengelolaan keuangan sebagai bagian yg tidak terpisahkan
BLU apabila memenuhi syarat dari RKA serta laporan keu & kinerja
persyaratan substantif, persyaratan Kementerian
teknis dan persyaratan administratif. Negara/Lembaga/Pemda. Pendapatan
Persyaratan substantif terpenuhi dan Belanja BLU dalam RKA
apabila instansi pemerintah tahunan dikonsolidasikan dalam
menyelenggarakan layanan umum RKA Kementerian
yang berhubungan dengan Negara/Lembaga/Pemda. Pendapatan
penyediaan barang dan jasa layanan BLU sehubungan dengan layanan yg
umum, pengelolaan wilayah, diberikan merupakan pendapatan
pengelolaan dana khusus. negara/daerah. Pendapatan dimaksud
Persyaratan teknis terpenuhi apabila dapat digunakan untuk membiayai
kinerja pelayanan di bidang tugas belanja BLU yang bersangkutan.
pokok dan fungsinya akan meningkat Pendapatan BLU dari hibah
melalui BLU, kinerja keuangan terikat diperuntukkan sesuai
satuan kerja instansi yang persyaratan pemberi hibah.
bersangkutan adalah sehat. Pendapatan yang dapat dikelola
Persyaratan administratif terpenuhi langsung sesuai RAB, yaitu hasil
apabila instansi pemerintah tersebut layanan BLU, hasil kerja sama
dapat menyajikan seluruh dokumen dengan pihak lain, hasil usaha
berupa pernyataan kesanggupan lainnya, dan alokasi APBN.
meningkatkan kinerja pelayanan, Pengelolaan BLU
keuangan, dan manfaat bagi dikelompokkan menjadi sebagai
masyarakat; pola tata kelola; rencana berikut:
strategis bisnis; laporan keuangan 1. BLU layanan rumah sakit.
pokok; standar pelayanan minimum; Contoh: RS Cipto
laporan audit dan pernyataan Mnagunkusumo Jakarta, RS
bersedia diaudit oleh auditor Fatmawati Jakarta, RS Anak
eksternal.

5
Bersalin Harapan Kita, dan PAJAK DI INDONESIA
lain-lain.
2. BLU layanan pendidikan dan Di Indonesia terdapat
pelatihan. Contoh: Universitas berbagai macam pajak. Pajak dapat
Islam Negeri Sunan Kalijaga dikelompokkan berdasar lembaga
Yogyakarta, Sekolah Tinggi pemungutnya dan berdasar jenisnya.
Akuntansi Negara, Balai Besar Berdasar lembaga pemungutnya,
Pengembangan Latihan Kerja pajak dikelompokkan menjadi pajak
Dalam Negeri Bandung, pusat dan pajak daerah. Pajak daerah
Universitas Negeri Surabaya, merupakan pajak-pajak yang
dan lain-lain. dipungut oleh pemerintah daerah
3. BLU layanan barang dan/jasa diatur dalam UU Nomor 20 Tahun
lainnya. Contoh: Balai Riset 2009 tentang Pajak Daerah dan
dan Standardisasi Industri Retribusi Daerah. Contoh pajak
Bandar Lampung, Balai Besar daerah adalah pajak kendaraan
Industri Agro, Lembaga bermotor, bea balik nama kendaraan
Layanan Pemasaran-KUKM bermotor, pajak rokok, pajak air
Jakarta, dan lain-lain. permukaan tanah, pajak hotel, pajak
4. BLU layanan medis lainnya. restoran, dan lain-lain. Dengan
Contoh: Balai Besar berlakunya UU No. 20 Tahun 2009,
Laboratorium Kesehatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Palembang, Balai Besar dan Bea Perolehan Hak atas Tanah
Laboratorium Kesehatan dan Bangunan (BPHTB) yang
Palembang, alai Kesehatan semula merupakan pajak pusat
Mata Masyarakat Makassar, dialihkan menjadi pajak daerah.
dan lain-lain. Sesuai Undang-Undang tersebut
5. BLU pengelola dana. Contoh: pemerintah kabupaten/kota harus
Pusat Investasi Pemerintah, memungut PBB per 1 Januari 2014
Lembaga Pengelola Dana sementara BPHTB per 1 Januari
Bergulir Jakarta, Pusat 2011. Jenis dan ketentuan
Pembiayaan Pembangunan pemungutan pajak daerah diatur
Hutan, Pusat Pembiayaan dalam peraturan daerah masing-
Perumahan, dan lain-lain. masing kabupaten/kota.
6. BLU pengelola kawasan. Pajak pusat (pajak Negara)
Contoh: Pusat Pengelolaan merupakan pajak-pajak yang
Komplek Kemayoran (PPKK) dipungut oleh pemerintah pusat.
Jakarta, Pusat Pengelolaan Pajak pusat terdiri atas pajak
Kompleks Gelora Bung Karno, penghasilan (PPh), pajak
Badan Pengusahaan Kawasan pertambahan nilai (PPN), dan pajak
Perdagangan Bebas dan penjualan atas barang mewah
Pelabuhan Bebas Batam, dan (PPnBM).
lain-lain.
Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan (PPh)
merupakan pajak yang dikenakan
atas penghasilan. Menurut UU No.

6
36 tahun 2008, penghasilan adalah dan Belanja Negara atau
setiap tambahan kemampuan Anggaran Pendapatan dan
ekonomis yang setiap tambahan Belanja Daerah;
kemampuan konomis yang diterima 3. penerimaannya dimasukkan
atau diperoleh Wajib Pajak, baik dalam anggaran Pemerintah
yang berasal dari Indonesia maupun Pusat atau Pemerintah
dari luar Indonesia, yang dapat Daerah;
dipakai untuk konsumsi atau untuk 4. pembukuannya diperiksa oleh
menambah kekayaan Wajib Pajak aparat pengawasan fungsional
yang bersangkutan, dengan nama dan Negara.
dalam bentuk apa pun. Penghasilan
dikelompokkan menjadi: Pengecualian subjek pajak
1. penghasilan sehubungan penghasilan untuk kantor perwakilan
dengan kerja dan pekerjaan Negara asing beserta pejabat terkait
bebas seperti gaji, upah, dan organisasi internasional beserta
honorarium, dan lain-lain; pejabat terkait diatur lebih rinci
2. penghasilan dari usaha dan dalam Peraturan Menteri Keuangan
kegiatan seperti laba usaha; No. 15/PMK.03/2010.
3. penghasilan dari modal Besarnya pajak yang
seperti bunga, sewa, dividen, dipotong/dipungut, dibayar, dan
keuntungan penjualan harta, dilaporkan dipengaruhi oleh jenis
dan lain-lain; dan penerima penghasilan. Orang
4. penghasilan lain seperti pribadi atau badan bisa sebagai wajib
pembebasan utang dan pajak atas penghasilan sendiri
hadiah. dan/atau sebagai
pemotong/pemungut penghasilan
PPh dikenakan kepada setiap yang diterimakan kepada pihak lain.
subjek pajak yang menerima Orang pribadi atau badan
penghasilan dan telah memenuhi sebagai wajib pajak atas penghasilan
syarat diwajibkan membayar pajak. sendiri mempunyai kewajiban
Subjek pajak meliputi orang pribadi menghitung, menyetor, dan
dalam negeri maupun luar negeri dan melaporkan PPh atas penghasilan
badan yang didirikan di Indonesia sendiri. Pembayaran pajak ini
sebagai subjek pajak dalam negeri dilakukan melalui angsuran bulanan
maupun luar negeri dalam bentuk yang dinamakan PPh Pasal 25. Pada
usaha tetap. Suatu badan dikatakan akhir tahun wajib pajak berkewajiban
bukan subjek pajak dalam negeri menghitung kembali besarnya
apabila merupakan unit tertentu dari penghasilan yang diterima beserta
badan pemerintah yang memenuhi pajak yang telah dibayarkan untuk
kriteria sebagai berikut (Pasal 2 ayat menentukan kurang atau lebih bayar
(3) huruf b UU No. 36 Tahun 2008): pada akhir tahun. Kekurangan bayar
1. pembentukannya berdasarkan pada akhir tahun tersebut dinamakan
ketentuan peraturan dinamakan PPh Pasal 29.
perundang-undangan; Orang pribadi atau badan
2. pembiayaannya bersumber sebagai wajib pajak atau bukan wajib
dari Anggaran Pendapatan pajak mempunyai kewajiban untuk

7
menghitung, memotong/memungut, PPh Pasal 21 dipotong oleh
menyetor, dan melaporkan pajak- pihak yang memberikan penghasilan
pajak atas penghasilan yang pada saat penghasilan tersebut
diterimakan pada pihak lain. dibayarkan. Penerima penghasilan
Kewajiban perpajakan ini pegawai tetap PNS atau non PNS
dikelompokkan dalam PPh Pasal 21, yang menerima penghasilan teratur
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh akan dibuatkan bukti pemotongan
Pasal 4 ayat (2). pajak setiap tahun takwim. Penerima
penghasilan selain pegawai tetap
Pajak Penghasilan Pasal 21 dibuatkan bukti pemotongan pajak
PPh Pasal 21 merupakan setiap menerima penghasilan.
pajak atas penghasilan sehubungan Pemotong pajak akan menyetor dan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan melaporkan seluruh pajak yang telah
yang diterima oleh orang pribadi dipotong selama satu bulan pada
dalam negeri. Penghasilan yang bulan berikutnya sesuai ketentuan
dimaksud berupa gaji, upah, yang berlaku.
honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan Pajak Penghasilan Pasal 22
dalam bentuk apapun. Penghitungan PPh Pasal 22 merupakan
PPh Pasal 21 sangat bervariasi pajak atas impor barang; pengadaan
tergantung pada jenis penghasilan barang oleh instansi atau lembaga
dan kelompok penerimanya. Tata pemerintah dan lembaga Negara
cara penyetoran, pemotongan, lainnya; penjualan hasil induatri oleh
pembayaran, dan pelaporan PPh industri tertentu; dan lain-lain.
Pasal 21 diatur dalam Peraturan PPh Pasal 22 atas pengadaan
Dirjen Pajak PER-31/Pj/2009 dan barang oleh instansi pemerintah dan
PER-57/Pj/2009. lembaga Negara lainnya dihitung,
PPh Pasal 21 dihitung, dipungut, disetor, dan dilaporkan
dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh pemungut pajak yang dalam hal
oleh pihak yang membayarkan ini adalah bendahara pemerintah
penghasilan. Penghitungan PPh Pasal maupun kuasa pengguna anggaran
21 dibedakan menjadi penghitungan (KPA).
PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur Setiap pembayaran atas
yang diterima oleh pegawai tetap pengadaan barang oleh
(gaji, tunjangan, honorarium lain bendaharawan pemerintah dan
yang diterima pegawai tetap PNS lembaga Negara lainnya dikenakan
atau non PNS secara teratur); PPh PPh Pasal 22 kecuali pembelian
Pasal 21 atas penghasilan yang barang dengan jumlah kurang atau
diterima pegawai tetap secara tidak sama dengan Rp2.000.000;
teratur, PPh Pasal 21 atas pembayaran untuk pembelian bahan
penghasilan yang berasal dari dana bakar minyak, listrik, gas, pelumas,
APBN/APBD; PPh Pasal 21 khusus air minum, benda-benda pos; dan
untuk tenaga ahli (dokter, akuntan, lain-lain. Pemungutan PPh Pasal 22
arsitek, dan lain-lain); honorarium atas pembelian barang dilakukan
yang diterima oleh pegawai harian oleh pemungut pajak pada saat
lepas; dan lain-lain. pembayaran. Jumlah pajak yang

8
dipungut akan disetorkan dan untuk membayar pajak baik melalui
dilaporkan sesuai ketentuan yang pemotongan oleh pemberi
berlaku. penghasilan maupun dibayarkan
sendiri. Pemungutan PPh Pasal 4
Pajak Penghasilan Pasal 23 ayat (2) bersifat final artinya tidak
PPh Pasal 23 merupakan diperhitungkan dalam pelaporan
pajak atas penghasilan yang berasal pajak tahunan.
dari penyertaan modal yang Dalam hal pemberi
dilakukan oleh orang pribadi maupun penghasilan bukan sebagai pemotong
badan. PPh Pasal 23 juga dikenakan pajak, penerima penghasilan
atas penghasilan yang berasal dari (penyedia jasa) berkewajiban
penyerahan jasa dan menyetor pajak sendiri. Sebaliknya
penyelenggaraan kegiatan yang pemberi penghasilan yang memotong
dilakukan oleh badan. Penghasilan pajak berkewajiban menyetor pajak
yang dipotong PPh Pasal 23 terdiri yang telah dipotong, memberikan
atas bunga, sewa, dividen, royalti, bukti potong kepada penerima
hadiah penghargaan, dan imbalan penghasilan, dan melaporkan pajak
sehubungan dengan jasa teknik, jasa yang telah dipotong dan disetor.
manajemen, jasa konsltan dan lain- Pemberi penghasilan sebagai
lain. pemotong PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 23 dipotong oleh meliputi orang pribadi atau badan
pihak yang memberikan penghasilan termasuk badan pemerintah.
meliputi badan pemerintah, subjek
pajak badan dalam negeri, Pajak Pertambahan Nilai dan
penyelenggara kegiatan, dan lain-lain Pajak Penjualan atas Barang
yang selanjutnya disebut pemotong Mewah
pajak. Pemotong pajak mempunyai PPN merupakan pajak atas
kewajiban menghitung, memotong, nilai tambah suatu barang dan/atau
menyetor, dan melaporkan PPh Pasal jasa. PPN dikenakan pada setiap
23 tersebut sesuai ketentuan yang penyerahan/impor/pemanfaatan/eksp
berlaku. Pemotong PPh Pasal 23 or barang kena pajak/jasa kena
berkewajiban memberikan bukti pajak/barang kena pajak tidak
pemotongan pajak kepada orang berujud; kegiatan membangun
pribadi atau badan yang dibebani sendiri tidak dalam rangka kegiatan
pajak yang dipotong. usaha, penyerahan aktiva yang
menurut tujuan semula tidak untuk
Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) diperjualbelikan. Pada dasarnya
PPh Pasal 4 ayat (2) setiap barang dan jasa merupakan
merupakan pajak atas penghasilan barang kena pajak dan jasa kena
tertentu seperti bunga pajak, kecuali yang diatur dalam
deposito/tabungan dan diskonto peraturan perundangan pajak sebagai
SBI/SBN, penghasilan pengalihan barang tidak kena pajak dan jasa
hak atas tanah dan/bangunan, sewa tidak kena pajak. Barang tidak kena
tanah dan/atau bangunan, hadiah pajak diantaranya adalah barang-
undian, dan lain-lain. Penerima barang kebutuhan pokok untuk
penghasilan tersebut berkewajiban memenuhi kebutuhan rakyat banyak

9
seperti beras, kedelai, garam, telur, barang/jasa kena pajak dan/atau
susu, buah-buahan, sayur-sayuran, barang kena pajak tergolong mewah
dan lain-lain; makanan dan minuman kepada pemerintah, PPN dan/atau
yang disajikan di hotel, restoran, PPnBM secara otomatis dipungut
yang diserahkan oleh jasa oleh bendaharawan sebagai
boga/catering; dan lain-lain. pemungut PPN. Pajak yang dipungut
PPN merupakan pajak tidak tersebut disetor oleh pemungut PPN
langsung artinya pajak dapat atas nama PKP yang bersangkutan
dialihkan pada pihak ketiga yaitu menggunakan setoran pajak (SSP).
pembeli/pengguna barang/jasa. PPN PKP rekanan akan menerima SSP
dipungut oleh pengusaha kena pajak sebagai bukti potong pajak.
(PKP) pada saat penyerahan barang Pemungut PPN tidak memungut PPN
(disebut PPN Keluaran) kemudian dan/atau PPnBM terhadap PKP
disetorkan ke kas Negara. Apabila rekanan yang menyerahkan
pada saat pembelian/perolehan barang/jasa yang tidak dipungut
barang/jasa dibayarkan pajak kepada PPN.
pemasok (disebut PPN Masukan),
jumlah tersebut dapat dikreditkan ASPEK PERPAJAKAN PADA
dari Pajak Keluaran. Jumlah yang BADAN LAYANAN UMUM
dibayarkan ke kas Negara oleh PKP
sebesar pajak yang dipungut (PPN BLU memperoleh pendapatan
keluaran) dikurangi pajak yang dari APBN/APBD, jasa layanan
dibayarkan (PPN Masukan). umum, hibah terikat, hasil kerja sama
Penghitungan pajak seperti ini dengan pihak lain, dan usaha lainnya.
dinamakan mekanisme kredit pajak Sebagai instansi yang menerima dana
masukan. dari APBN/APBD, BLU tidak
PPnBM adalah pajak yang berkewajiban membayar pajak atas
dikenakan atas penjualan barang penghasilan yang diterimanya
kena pajak tergolong mewah. Barang sendiri. BLU tidak berkewajiban
kena pajak tergolong mewah diatur memenuhi PPh Pasal 25 (angsuran
dalam Peraturan Menteri Keuangan bulanan yang dibayar sendiri oleh
No. 620/PMK.02/2004, diantaranya BLU) dan/atau PPh Pasal 29 (kurang
lemari pendingin, pemanas air, mesin payar akhir tahun). Dengan demikian
pencuci piring, dan lain-lain. BLU bukan subjek pajak. Hal ini
Pengenaan PPN berbeda sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) UU
dengan PPnBM. PPN dikenakan PPh di mana instansi pemerintah
pada setiap jalur distribusi sedangkan yang memenuhi keempat kriteria
PPnBM hanya dikenakan sekali pada berikut dikecualikan dari subjek
saat diserahkan oleh produsen. pajak. Kriteria tersebut adalah:
PPnBM tidak mengenal mekanisme 1. pembentukannya berdasarkan
kredit pajak masukan. ketentuan peraturan
PPN dan PPnBM bisa perundang-undangan;
dipungut oleh PKP sendiri atau 2. pembiayaannya bersumber
Pemungut PPN (dalam hal ini dari Anggaran Pendapatan
bendaharawan pemerintah dan dan Belanja Negara atau
KPPN). Setiap penyerahan

10
Anggaran Pendapatan dan dengan prinsip pengelolaan BLU,
Belanja Daerah; yaitu bahwa BLU merupakan bagian
3. penerimaannya dimasukkan yang tidak terpisahkan dari
dalam anggaran Pemerintah kementerian/lembaga/pemerintah
Pusat atau Pemerintah daerah sebagai instansi induknya.
Daerah; dan Perencanaan dan anggaran BLU
4. pembukuannya diperiksa oleh yang dituangkan dalam rencana
aparat pengawasan fungsional bisnis dan anggaran (RBA) BLU
Negara. mengacu pada rencana strategis
instansi induknya, seluruh aset BLU
Pendapatan BLU tidak hanya adalah milik pemerintah, seluruh
berasal dari alokasi APNB/APBD, pendapatan dan biaya dimasukkan
tetapi berasal dari komponen lain dalam laporan keuangan BLU
diantaranya jasa layanan umum. sehingga tercatat dalam
BLU layanan rumah sakit APBN/APBD melalui konsolidasi
memperoleh pendapatan dari hasil laporan keuangan instansi induknya,
layanan BLU berupa jasa layanan laporan keuangan BLU diaudit oleh
rumah sakit terdiri atas jasa rawat auditor independen dan aparat
jalan, rawat inap, tindakan medis, pengawas fungsional negara. Seluruh
jasa operasional unit penunjang pendapatan BLU merupakan
(radiologi, laboratorium, fisioterapi, penerimaan negara bukan pajak
farmasi, dan lain-lain), pendapatan sehingga tidak perlu dipungut pajak
operasional lain (pendidikan dan yang notabene adalah penerimaan
latihan, penelitian/litbang, dan lain- negara. Seluruh pendapatan BLU
lain), dan pendapatan non kecuali hibah terikat dapat dikelola
operasional (sewa ruang, pendapatan secara langsung oleh BLU.
investasi, dan lain-lain). BLU melakukan kegiatan
BLU layanan pendidikan dan dalam bentuk memberikan layanan
latihan (perguruan tinggi) barang dan/atau jasa kepada
memperoleh pendapatan dari hasil masyarakat. Sebagai konsekuensi
layanan BLU berupa sumbangan kegiatan tersebut, BLU melakukan
pembangunan dan sumbangan belanja barang/jasa dalam bentuk
pendidikan mahasiswa, pendafataran membayarkan gaji, upah,
mahasiswa baru, wisuda, legalisir, honorarium, dan imbalan lainnya;
hasil-hasil penelitian, dan lain-lain. melakukan pengadaan barang
Dana tersebut tidak berasal dan/atau jasa; melakukan transaksi
dari APBN/APBD sehingga sesuai lain yang mendukung kinerja
ketentuan pasal 4 ayat (3) UU PPh, operasional BLU tersebut. Atas
BLU adalah subjek pajak atau kegiatan-kegiatan tersebut, BLU
diperlakukan sebagaimana entitas mempunyai kewajiban untuk
bisnis lainnya. Dalam hal BLU menghitung, memotong/memungut,
menerima pendapatan di luar menyetor, dan melaporkan pajak-
APBN/APBD terutama yang berasal pajak yang terkait. Pajak-pajak yang
dari jasa layanan umum, kewajiban terkait dengan kegiatan BLU adalah
perpajakan atas penghasilan BLU pajak penghasilan pasal 21 (PPh
sendiri juga tidak ada. Hal ini sesuai Pasal 21), pajak penghasilan pasal 22

11
(PPh Pasal 22), pajak penghasilan tetap; dokter tamu yang hanya
pasal 23 (PPh Pasal 23), pajak merawat pasien yang dititipkan ke
penghasilan tertentu bersifat final rumah sakit; dokter yang menyewa
(PPh Pasal 4 ayat (2)), dan pajak ruangan rumah sakit untuk praktek.
pertambahan nilai (PPN). Terhadap Pembayaran gaji/honorarium
pajak-pajak tersebut, BLU menjadi pegawai selain dokter di rumah sakit
pemotong/pemungut pajak. BLU dapat meliputi pegawai tetap,
PPh Pasal 21 dijumpai pegawai lepas harian, pegawai
hampir di semua jenis layanan BLU. honorer, dan lain-lain. PPh Pasal 21
BLU membayarkan gaji, upah, atas honorarium untuk masing-
tunjangan, honorarium bersifat masing jenis pegawai tersebut
teratur dan tidak teratur. BLU dihitung dengan cara yang berbeda.
dimungkinkan mempunyai pegawai BLU diberi kewenangan
tetap PNS, non PNS, pegawai lepas untuk melakukan balanja operasional
harian, dan penerima imbalan maupun investasi sesuai RBA yang
lainnya. Terhadap penghasilan yang telah disetujui oleh instansi
bersifat teratur, penghitungan PPh induknya. Bendahara BLU yang
Pasal 21 bagi pegawai tetap dengan melakukan pembayaran atas belanja
status PNS dan non PNS pada barang merupakan pemotong PPh
dasarnya sama. Perbedaan Pasal 22. Setiap terjadi pembayaran,
penghitungan PPh Pasal 21 antara BLU berkewajiban untuk
PNS dan non PNS terjadi dalam hal menghitung, memotong, menyetor,
menerima honorarium. Pembayaran dan melaporkan besarnya PPh Pasal
honorarium dibedakan dari sumber 22 yang dipungut. Dikecualikan dari
dana maupun penerimanya. kewajiban tersebut adalah apabila
Kompleksitas penghitungan PPh nilai belanja barang tidak melebihi
Pasal 21 yang dipotong atas Rp2.000.000 tidak dalam bentuk
pembayaran imbalan kepada yang dipecah-pecah. BLU tertentu
penerimanya tergantung pada jenis seperti rumah sakit, perguruan tinggi,
BLU. Penghitungan BLU rumah balai litbang melakukan pengadaan
sakit dan perguruan tinggi lebih barang-impor melalui pihak ketiga
bervariasi dibanding BLU dana (importir) sehingga PPh Pasal 22 atas
bergulir atau lembaga penelitian dan impor barang menjadi kewajiban
pengembangan. BLU rumah sakit importir yang bersangkutan.
mempunyai kelompok pegawai PPh Pasal 23 yang dipotong
bervariasi, terdiri dari tenaga medis oleh BLU meliputi pajak atas
(dokter), paramedis, dan manajemen pengadaan jasa seperti jasa audit,
termasuk unsur penunjang. jasa konsultan manajemen, jasa
Pembayaran gaji/honorarium dokter kebersihan (cleaning service), jasa
di rumah sakit BLU dapat meliputi: katering (tata boga), jasa sewa selain
dokter yang menjabat sebagai tanah dan/atau bangunan, dan lain-
pimpinan rumah sakit; dokter sebagai lain. Pengenaan imbalan jasa tersebut
pegawai tetap rumah sakit, dokter dikenakan PPh Pasal 23 apabila
sebagai pegawai harian lepas rumah penyedia jasa adalah badan. BLU
sakit; dokter bukan pegawai tetap yang memotong PPh Pasal 23
tetapi mempunyai jadwal praktek berkewajiban menyetor dan

12
melaporkannya sesuai ketentuan di luar rawat inap sebagaimana
yang berlaku. lazimnya sebuah apotik, maka atas
Seperti halnya pajak penyerahan obat-obatan oleh
penghasilan yang lain, BLU juga instalasi farmasi kepada pasien rawat
berkewajiban memotong, menyetor, jalan tetap terutang PPN. Apotik
dan melaporkan PPh Pasal 4 ayat (2) memenuhi kriteria sebagai usaha
seperti sewa tanah dan/atau pegadang eceran karena melakukan
bangunan, pemberian hadiah undian, perdagangan dengan cara
dan lain-lain. Di samping sebagai menyerahkan barang kena kajak
pemotong PPh Pasal 4 ayat (2), BLU langsung kepada konsumen akhir di
dimungkinkan menerima penghasilan sebuah tempat penjualan (kios);
berupa bunga simpanan di bank, menyediakan barang kena pajak yang
sewa tanah dan bangunan, sewa diserahkan di tempat penjualan
peralatan lain yang dimiliki, dan lain- secara eceran; melakukan transaksi
lain. Pajak atas penghasilan tersebut jual beli secara spontan tanpa
telah dipotong pajak oleh penyedia didahului dengan penawaran tertulis,
jasa. kontrak atau lelang dan pada
BLU yang melakukan umumnya bersifat tunai; dan pembeli
penyerahan barang/jasa kena pajak pada umumnya datang ke tempat
berpotensi untuk memungut PPN dan penjualan tersebut langsung
berkewajiban sebagai pengusaha membawa sendiri barang kena pajak
kena pajak (PKP). BLU rumah sakit yang dibelinya. Dengan demikian
mempunyai instalasi farmasi apabila apotik atau instalasi farmasi
(apotik). Surat Edaran Direktur melayani penyerahan obat kepada
Jenderal Pajak No. SE-21/PJ.52/1998 pasien rawat jalan dan/atau pasien di
menegaskan bahwa instalasi farmasi luar rumah sakit dengan omset
(kamar obat) merupakan suatu tertentu sesuai yang disyaratkan
tempat untuk mengadakan dan dalam ketentuan perpajakan, maka
menyimpan obat-obatan, gas medik apotik tersebut menjadi pengusaha
alat-alat kesehatan serta bahan kimia kena pajak eceran dan memungut
yang bukan berdiri sendiri tetapi PPN 2% dari nilai penyerahan.
merupakan satuan organik yang tidak Namun demikian perlu
terpisahkan dari keseluruhan dipertimbangkan bahwa seluruh PPN
organisasi Rumah Sakit. Dengan akan dipungut dan disetorkan ke
demikian penyerahan obat-obatan pemerintah.
yang dilakukan oleh instalasi farmasi Apabila BLU diharuskan
(kamar obat) tidak terutang PPN. menjadi PKP sehingga berkewajiban
Kenyataannya, instalasi farmasi memungut PPN atas penyerahan
dalam rumah sakit melayani obat barang, sebenarnya terlalu mengada-
untuk pasien rawat inap, pasien rawat ada. Sebagai ilustrasi: BLU X
jalan, dan pasien gawat darurat membeli barang kena pajak senilai
bahkan rumah sakit tertentu melayani Rp110 juta (termasuk PPN). Barang
pembelian obat pasien luar rumah tersebut dijual dengan harga Rp143
sakit yang bersangkutan. juta (termasuk PPN). Jika BLU X
Hal ini berarti instalasi farmasi dianggap PKP yang harus memungut
melakukan pelayanan kepada pasien PPN, pajak keluaran sebesar Rp13

13
juta sedangkan pajak masukan meningkatkan kinerjanya. Tuntutan
sebesar Rp10 juta. Dengan adanya standar pelayanan minimum
mekanisme kredit pajak masukan, dan remunerasi merupakan dua hal
besarnya PPN yang kurang disetor yang mendukung peningkatan
sebesar Rp3 juta. Atas transaksi ini, kinerja BLU. Dalam hal teknis, BLU
BLU memperoleh pendapatan Rp13 dikendalikan secara ketat oleh
juta seluruhnya sebagai penerimaan instansi induk sedangkan dalam hal
APBN/D dari sumber penerimaan keuangan dikendalikan oleh Menteri
bukan pajak sementara Rp3 juta Keuangan.
sebagai penerimaan pajak. Artinya BLU diharuskan
secara keseluruhan menyumbang menerapkan sistem informasi
penerimaan APBN/D sebesar Rp13 manajemen keuangan sesuai
juta. Pembebanan biaya atau kas kebutuhan dan praktek bisnis yang
yang dibayarkan kepada rekanan sehat. Setiap transaksi keuangan
sebesar Rp10 juta. Apabila BLU X BLU harus diakuntansikan dan
bukan PKP sehingga tidak dokumen pendukungnya dikelola
berkewajiban memungut PPN pada secara tertib. Laporan keuangan BLU
saat penyerahan barang. Kas masuk diharuskan menggunakan standar
sebesar Rp13 juta seluruhnya diterma akuntansi untuk menghasilkan
sebagai penerimaan bukan pajak setidaknya berupa laporan realisasi
sedangkan kas yang dibayarkan anggaran/laporan operasional,
kepada rekanan sebesar Rp10 juta. neraca, laporan arus kas, dan catatan
Dari kedua penghitungan tersebut, atas laporan keuangan. Laporan
besarnya kontribusi terhadap APBN keuangan BLU secara periodik
sama-sama sebesar Rp13 juta. disampaikan kepada instansi induk
BLU bukan PKP juga terkait untuk selanjutnya
didasarkan pada kenyataan bahwa dikonsolidasikan dengan laporan
pada umumnya output utama BLU keuangan instansi terkait untuk
merupakan jasa yang dikecualikan diaudit oleh auditor eksternal.
dari pengenaan PPN. Contohnya jasa Mekamisme tersebut mengharuskan
pelayanan kesehatan dan medis, jasa BLU mencatat setiap transaksi
pendidikan, dan jasa keuangan. keuangan yang terjadi. Dengan
Dalam kaitan dengan PPN demikian, seluruh pajak yang terkait
dan PPnBM, BLU merupakan dengan transaksi tersebut menjadi
pemungut pajak. Sebagai pemungut lebih mudah dipantau dan dapat
pajak, bendahara BLU berkewajiban terkumpul secara optimal.
untuk memungut, menyetor, dan
melaporkan PPN dan PPnBM yang KESIMPULAN
telah dipungut sesuai ketentuan yang
berlaku. Pajak-pajak yang ada pada
Sejalan dengan tujuan BLU tidak jauh berbeda dengan
pembentukan BLU yaitu untuk usaha pada umumnya. BLU
meningkatkan pelayanan kepada mempunyai kewajiban lebih banyak
masyarakat dengan memberikan dalam hal sebagai
fleksibilitas dalam pengelolaan pemotong/pemungut pajak. Pajak-
keuangan, BLU berusaha untuk pajak yang dipotong/dipungut

14
meliputi PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, pekerjaan, jasa, dan
PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 ayat (2), kegiatan orang pribadi.
dan PPN. Kementerian Hukum dan HAM
BLU tidak dikenakan pajak (2005), Peraturan
atas penghasilan sendiri meskipun Pemerintah Nomor 23
memperoleh pendapatan di luar Tahun 2005 tentang
APBN/APBD yaitu yang berasal dari Pengelolaan Keuangan
hasil layanan jasa umum. BLU bukan Badan Layanan Umum,
subjek pajak, di samping memenuhi Jakarta.
kriteria sebagaimana disebut dalam Kementerian Hukum dan HAM
Pasal 4 ayat (3) UU PPh juga bahwa 2008), Undang-Undang No.
BLU merupakan bagian yang tidak 28 Tahun 2009 tentang
dapat dipisahkan dengan instansi Pajak Daerah dan Retribusi,
induknya. Laporan keuangan BLU Jakarta.
dibuat dengan standar akuntansi Kementerian Hukum dan HAM
keuangan yang dilaporkan secara (2007), Undang-Undang
berkala dan dikonsolidasikan dengan No. 36 Tahun 2008 tentang
laporan keuangan instansi induknya. Pajak Penghasilan, Jakarta.
Dengan mekanisme seperti tersebut, Kementerian Keuangan (2009)
seluruh pendapatan, biaya, dan aktiva Peraturan Menteri
BLU merupakan pendapatan, biaya, Keuangan No.
dan aktiva pemerintah. 15/PMK.03/2010 tentang
BLU juga melakukan Penetapan Organisasi
transaksi yang berkaitan dengan Internasional dan Pejabat-
pengadaan barang/jasa kena pajak. pejabat perwakilan
Dalam hal BLU membeli barang/jasa organisasi internasional
kena pajak, diwajibkan memungut yang tidak termasuk subjek
PPN atas pengadaan barang/jasa pajak penghasilan.
kena pajak. Selanjutnya menyetor Norpratiwi, AM Viany (2012),
dan melaporkannya dalam bentuk Aspek Value Added Rumah
SPT PPN Pemungut. Sakit sebagai Badan
Layanan Umum, diakses
DAFTAR PUSTAKA tanggal 5 Juli 2012.
SCBD (Sustainable Capacity
Direktorat Jenderal Pajak (2009), Building for
Peraturan Dirjen Pajak Decentralization Project)
PER-57/Pj/2009 tentang (2011), Modul Pelatihan
Perubahan atas Peraturan Pengelolaan Keuangan
Dirjen Pajak PER Daerah, Yogyakarta.
31/Pj/2009 tentang Zahid, M. (2012), Permasalahan
Pedoman Teknis Tata Cara BLU, www.ptun-
Pemotongan, Penyetoran, yogyakarta.go.id, diakses
dan Pelaporan PPh Pasal 21 tanggal 7 November 2012.
sehubungan dengan

15

You might also like