Kontribusi Makanan Jajanan Terhadap Tingkat Kecukupan Asupan Energi Dan Protein Pada Anak Sekolah Yang Mendapat PMT - As Di SD Negeri Plalan 1 Kota Surakarta

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

JURNAL PUBLIKASI

KONTRIBUSI MAKANAN JAJANAN TERHADAP TINGKAT KECUKUPAN ASUPAN


ENERGI DAN PROTEIN PADA ANAK SEKOLAH YANG MENDAPAT PMT- AS
DI SD NEGERI PLALAN 1 KOTA SURAKARTA

Disusun Oleh :

RACHMAWATI NILA HAPSARI


J 310 080 043

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
2
KONTRIBUSI MAKANAN JAJANAN TERHADAP TINGKAT KECUKUPAN ASUPAN
ENERGI DAN PROTEIN PADA ANAK SEKOLAH YANG MENDAPAT PMT- AS
DI SD NEGERI PLALAN 1 KOTA SURAKARTA

Rachmawati Nila Hapsari


Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Street food is an important factor for childrens growing, because snacks


contribute for energy and nutrients necessary for childrens growing, so a good
quality snacks that will affect the quality of children's food (Murphy & Allen, 2007).
Manik Research (2001), states that the contribution of traditional snack food to
energy 5.5% and 4.2% of the total protein daily food consumption in elementary
school children.
To give description about snack food contribution to adequate level of energy
and protein intake in children school which gets pmt-as program at Plalan
Elementary School 1 of Surakarta
This research is a descriptive study. Subject retrieval techniques using simple
random sampling. The population in this study were elementary school children
grades 4, 5 and 6, totaling 111 students.
Total sample as many as 52 students.
Students snack food also gave contributed to the nutritional adequacy of
energy by 13.2%, and 13.21% protein.

Key words : Childrens School, Snacks Food, Snack Habits, PMT-AS program,
Energy and Protein Intake

PENDAHULUAN 20% lemak, dan 65% karbohidrat dari


Anak sekolah merupakan aset total energi yang dibutuhkan (Irianto,
negara sebagai sumber daya manusia 2007).
untuk keberhasilan pembangunan Makanan jajanan merupakan
bangsa. Anak sekolah dasar faktor yang penting bagi pertumbuhan
merupakan salah satu kelompok anak, karena jajanan
rentan gizi. Hal ini dikarenakan anak- menyumbangkan energi dan zat gizi
anak sedang dalam masa yang diperlukan untuk pertumbuhan
pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga jajanan yang
tulang, gigi, otot dan darah, sehingga berkualitas baik akan mempengaruhi
memerlukan zat gizi makronutrien kualitas makanan anak (Murphy &
seperti energi, protein, lemak dan zat Allen, 2007). Anak sekolah rata-rata
gizi lain (Moehji, 2003). memilih makanan jajanan dengan
Makanan sehari-hari yang dipilih kandungan energi dan protein yang
dengan baik akan mempengaruhi rendah sehingga sumbangan energi
status gizi anak sekolah (Rahardiyan, dan protein dari makanan jajanan
2008). Pola makan yang sehat dan terhadap total konsumsi sehari masih
seimbang terdiri dari 15% protein, rendah.

1
Menurut Ello dan Martin (2002), yang Mendapat PMT-AS (Pemberian
menyatakan bahwa porsi makanan Makanan Tambahan Anak Sekolah) di
jajanan harus diperhatikan karena SD Negeri Plalan 1 Kota Surakarta”.
ukuran porsi makanan jajanan
mempengaruhi asupan energi. METODE PENELITIAN
Penelitian Sihadi (2004), menunjukkan Jenis penelitian ini adalah
bahwa makanan jajanan tradisional penelitian deskriptif. Bertujuan
memberikan kontribusi sekitar 24,7% mendeskripsikan kontribusi makanan
dari rata-rata total konsumsi energi per jajanan terhadap tingkat kecukupan
hari dan sekitar 22,9% dari rata-rata asupan energi dan protein pada anak
total konsumsi protein per hari pada sekolah yang mendapat PMT-AS di
anak SD. Penelitian Manik (2001), SD Negeri Plalan 1 Kota Surakarta.
menyatakan bahwa kontribusi Waktu penelitian dilakukan pada bulan
makanan jajanan tradisional untuk Juli sampai bulan September 2012.
energi 5,5% dan protein 4,2% Penelitian ini dilaksanakan di SD
terhadap total konsumsi makanan Negeri Plalan 1 Kota Surakarta
sehari pada anak sekolah dasar. dengan dasar pertimbangan, karena
Penelitian Ulya (2003), menyatakan mendapat PMT-AS dan 70% anak
bahwa kontribusi makanan jajanan memiliki kebiasaan jajan .
terhadap konsumsi sehari berkisar Populasi dalam penelitian ini
antara 10%-20%, yaitu energi dari adalah anak sekolah dasar kelas 4, 5
makanan jajanan memberikan dan 6 di SD Negeri Plalan 1 Kota
kontribusi sebesar 17,36% dan protein Surakarta berjumlah 111 siswa-siswi
12,4%, 15,1% karbohidrat, dan lemak dengan memperhatikan beberapa
21,1% terhadap konsumsi sehari. kriteria sebagai berikut :
Makanan jajanan bagi anak a. Kriteria Inklusi
sekolah sangat penting diperhatikan 1) Siswa-siswi SD Negeri Plalan
khususnya mengenai mutu gizinya. 1 Kota Surakarta yang
Program PMT-AS ini bertujuan untuk mendapat PMT-AS.
meningkatkan asupan gizi anak 2) Bersedia menjadi responden.
sekolah dengan Pemberian Makanan b. Kriteria Eksklusi
Tambahan (PMT), tetapi dari data 1) Subjek tidak datang pada saat
yang diperoleh program pemberian pengambilan data.
makanan tambahan ini tidak 2) Subjek pindah sekolah.
menghalangi anak-anak untuk 3) Subyek yang sakit
mengkonsumsi makanan jajanan Cara pengambilan sampel
dibuktikan dengan sebesar 70% dilakukan secara simple random
siswa-siswi SD N Plalan 1 memiliki sampling, dan diperoleh 52 sampel.
kebiasaan jajan. Jajanan yang sering Data dianalisis secara deskriptif dan
dikonsumsi siswa ,yaitu tempura, disajikan dalam bentuk tabel distribusi
cilok, chiki, mie, bakso, es kucir dan frekuensi yang digunakan untuk
gorengan. Hal ini menjadi pendorong mengetahui frekuensi, presentase,
dilaksanakan penelitian tentang rata-rata dan standar kecukupan gizi
“Kontribusi Makanan Jajanan dari keseluruhan data yang diteliti
Terhadap Tingkat Kecukupan Asupan yang meliputi energi dan protein dari
Zat Gizi Makro Pada Anak Sekolah kontribusi makanan jajanan terhadap

2
tingkat kecukupan asupan energi dan telur, gorengan, donat, nasi bungkus,
protein pada anak sekolah dasar. bakmi, cimol, biscuit, susu, es teh, es
jus, pop ice, es marimas, es coklat, es
HASIL DAN PEMBAHASAN lilin, tempat parkir siswa dan guru,
halaman cukup luas untuk olahraga
A. Gambaran Umum SD Negeri
dan upacara.
Plalan I Kota Surakarta
Sekolah Dasar Negeri Plalan I
B. Karakteristik Subjek Penelitian
No.192 Surakarta terletak di
Subjek penelitian ini adalah
Kelurahan Joyotakan RT.06/05
siswa-siswi sekolah dasar yang
Kecamatan Serengan Kota Surakarta
mendapatkan pemberian makanan
Kode Pos 57131. SD Negeri Plalan I
tambahan (PMT) di SD Negeri Plalan
Kota Surakarta memiliki sarana
1 Kota Surakarta yang memenuhi
prasarana yang cukup baik guna
kriteria inklusi. Jumlah subjek
menunjang kegiatan belajar mengajar
penelitian adalah 52 siswa. Secara
setiap kelas memiliki sarana tersendiri
internasional pengelompokan Anak
dan disesuaikan dengan kurikulum
Sekolah dimulai pada usia 6 – 12
dan tingkatan masing-masing kelas.
tahun, sedangkan pengelompokan di
Sekolah dasar SD Negeri Plalan I
Indonesia adalah usia 7 sampai 12
Kota Surakarta dipimpin oleh seorang
tahun (Rahmawati, 2001). Menurut
kepala sekolah dan dibantu oleh 13
Hurlock (1999), masa ini sebagai akhir
guru pengajar. Jumlah murid sekolah
masa kanak-kanak (late childhood)
dasar kelas I sampai kelas VI SD
yang berlangsung dari usia 6 tahun
Negeri Plalan I Kota Surakarta
sampai tiba saatnya anak menjadi
berjumlah 205 siswa yang terdiri dari
matang secara seksual, yaitu 13 tahun
21 murid kelas I, 34 murid kelas II, 39
bagi anak perempuan dan 14 tahun
kelas III, 33 murid kelas IV, 35 murid
bagi anak laki-laki. Karakteristik subjek
kelas V, 43 murid kelas VI. Sekolah
berdasarkan usia dan jenis kelamin
Dasar Negeri Plalan I Kota Surakarta
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
mempunyai Visi dan Misi.
Sarana dan Prasarana SD Negeri Tabel 1. Usia dan Jenis Kelamin
Plalan I Kota Surakarta yaitu jumlah Karakte Present
kelas sebanyak 6 ruang, kantor guru Kategori N
ristik ase (%)
sebanyak 1 ruang, kantor kepala Usia 9 tahun 13 25
sekolah sebanyak 1 ruang, mushola 10 tahun 14 26,9
sebanyak 1 ruang, ruang UKS (Unit 11 tahun 20 38,5
Kesehatan Sekolah) sebanyak 1 12 tahun 5 9,6
ruang, ruang karawitan sebanyak 1
Total 52 100
ruang, toilet guru sebanyak 2 ruang,
toilet siswa sebanyak 6 ruang, tempat Jenis Laki-laki 32 61,5
Kelamin Perempu 20 38,5
cuci tangan sebanyak 7, kantin
an
sebanyak 1 ruang dan yang dijual Total 52 100
adalah bihun, jagung manis, tempe,
siomay, bakso kuah, sate usus,
nastar, bakso ikan, kentaki, ciki, bakso Berdasarkan tabel 1
goreng, wafer, kroket, sosis, menunjukkan bahwa karakteristik
chocolatos, potato, tahu, roti, jelly, umur responden bervariasi mulai dari

3
umur 9 tahun sampai 12 tahun. mencukupi kekurangan energi karena
Karakteristik menurut umur responden bagi anak sekolah makanan jajanan
yang berumur 11 tahun yaitu 38,5%. merupakan menu utama pada saat
Karakteristik menurut jenis kelamin mereka berada di sekolah maupun di
sebagian responden adalah laki-laki luar sekolah (Rimbawan, 1999).
yaitu 61,5%. Umur akan
mempengaruhi pengetahuan C. Jenis Makanan Jajanan dan
seseorang, semakin dewasa umur Kecukupan Zat Gizi Makanan
maka tingkat kemampuan dalam Jajanan di Sekolah
berfikir dan menerima informasi lebih 1. Jenis Makanan Jajanan di
baik jika dibandingkan dengan umur Sekolah
yang masih muda (Notoatmodjo, Jenis makanan jajanan adalah
2007). macam-macam jenis makanan atau
Anak kelompok usia sekolah (7 minuman yang di jual di sekolah atau
–12 tahun) termasuk salah satu di luar sekolah. Menurut FAO, street
kelompok yang rentan mengalami food atau makanan jajanan adalah
masalah gizi yaitu kekurangan energi makanan dan minuman yang
protein. Menurut Riset Kesehatan dipersiapkan atau dijual oleh
Dasar 2010 menunjukan sekitar 44,4 pedagang kaki lima di jalanan dan di
% anak sekolah, tingkat konsumsi tempat-tempat umum yang langsung
energinya kurang dari 70 % dari dimakan atau dikonsumsi tanpa
Angka Kecukupan Gizi (AKG). pengolahan atau persiapan lebih lanjut
Sebanyak 59,7 % anak usia sekolah (WHO, 2006).
tingkat konsumsi proteinnya kurang Jenis makanan jajanan yang
dari 80 % berdasarkan AKG. sering dibeli anak sekolah di SD
Anak sekolah mempunyai Negeri Plalan 1 adalah bihun, jagung
banyak aktivitas sehingga sering manis, tempe, siomay, bakso kuah,
melupakan waktu makan. Anak yang sate usus, nastar, bakso ikan, kentaki,
tidak sarapan pagi cenderung ciki, bakso goreng, wafer, kroket,
mengonsumsi energi dan zat gizi lebih sosis, chocolatos, potato, tahu, roti,
sedikit daripada anak yang sarapan jelly, telur, gorengan, donat, nasi
pagi. Kebiasaan makan pagi perlu bungkus, bakmi, cimol, biscuit, susu,
diperhatikan untuk menyediakan es teh, es jus, pop ice, es marimas, es
energi bagi tubuh dan agar anak lebih coklat, es lilin yang memiliki kalori dan
mudah menerima pelajaran protein yang rendah.
(Almatsier, 2003). Kebiasaan Winarno (1993) menyatakan
membawa bekal makanan pada anak bahwa makanan jajanan terdiri dari
ketika sekolah memberikan beberapa minuman, makanan kecil (kudapan),
manfaat antara lain dapat dan makanan lengkap, didefinisikan
menghindarkan dari gangguan rasa sebagai makanan yang siap untuk
lapar dan dari kebiasaan jajan. Hal ini dimakan atau terlebih dahulu dimasak
sekaligus menghindarkan anak dari di tempat penjualan, dan di jual di
bahaya jajanan yang tidak sehat dan pinggir jalan, atau tempat umum.
tidak aman (Handayani, 2009). Hubeis (1993) membedakan
Makanan jajanan diharapkan antara makanan yang mengenyang-
dapat memberikan sumbangan untuk kan (meals), makanan jajanan

4
(snacks) dan minuman (beverages) g) sudah sesuai dengan anjuran
dalam makanan jajanan. Makanan Program PMT-AS yaitu 5 sampai 7 gr.
jajanan adalah makanan yang Konsumsi jajanan dapat menjaga
dimakan di antara makan rutin, asupan energi anak sebelum waktu
sedangkan minuman adalah cairan makan utama tiba. Konsumsi jajanan
yang yang diminum sebagai yang berlebihan dapat menyebabkan
pendamping makanan rutin/makanan anak susah untuk makan makanan
jajanan atau berdiri sendiri. utama. Dampak dari konsumsi jajan
yang berlebihan juga dapat
2. Asupan Makanan Jajanan Di meningkatan berat badan apabila
Sekolah pilihan jajanan berupa makanan yang
Makanan jajanan memegang tinggi kalori, lemak, gula, dan rendah
peranan penting dalam memberikan zat gizi yang dibutuhkan oleh anak-
kontribusi tambahan untuk memenuhi anak. Banyak iklan makanan yang
kecukupan gizi, khususnya energi dan menawarkan jajanan seperti keripik,
protein. Jenis makanan jajanan yang kue kering, permen, dan minuman
baik dan sehat adalah mengandung soda yang tidak termasuk pilihan
zat gizi lengkap yaitu sumber jajanan yang baik (Koukel S, 2009).
karbohidrat, protein, lemak, vitamin Tinggi rendahnya sumbangan
dan mineral (Sunardi, 2007) .Makanan energi dan protein berhubungan erat
jajanan memegang peranan penting dengan ragam makanan yang
dalam memberikan kontribusi dikonsumsi dan jumlah yang
tambahan untuk kecukupan gizi, dikonsumsi, makin banyak jumlah dan
khususnya energi dan protein. makin beragam jenis makanan jajanan
Kebiasaan jajan di sekolah terjadi yang dikonsumsi maka makin tinggi
karena 3-4 jam setelah makan pagi sumbangan energi dan protein
perut akan terasa lapar kembali terhadap kecukupan yang dianjurkan
(Sihadi, 2004). Berikut ini tabel 2 (Rahayu, 1995).
distribusi asupan makanan jajanan :
Tabel 2. Distribusi Asupan Makanan D. Kecukupan Energi dan Protein
Jajanan Sehari
Makanan
1. Kecukupan Energi Sehari
Rata-rata Asupan Jajanan
Mean ± SD Manusia membutuhkan energi
Energi (kkal) 233,11±28,41 untuk mempertahankan hidup,
Protein (gr) 6,21±1,39 menunjang pertumbuhan dan
melakukan aktivitas fisik. Energi
Berdasarkan tabel 2 rata-rata diperoleh dari karbohidrat, lemak dan
asupan energi dari makanan jajanan protein yang ada di dalam bahan
anak SD Negeri Plalan 1 sebesar makanan. Kandungan karbohidrat,
233,11 kkal (+28,41) dan protein lemak dan protein suatu bahan
sebesar 6,21 gr (+1,39). Rata-rata makanan menentukan nilai energinya
asupan energi makanan jajanan karbohidrat dan protein mempunyai
responden (233,11 kkal) sudah sesuai nilai energi 4 kkal/gr, sedangkan
dengan anjuran Program PMT-AS lemak dan minyak nilainya lebih dari
yaitu 200 sampai 300 kkal, sedangkan dua kali lipat yaitu 9 kkal/gr (Almatsier,
asupan protein makanan jajanan (6,21 2004).

5
Berdasarkan tingkat asupan kkal, nilai mean/rata-rata konsumsi
energi dan protein subyek penelitian energi sebesar 233,11 + 28,41.
mempunyai asupan energi minimum Distribusi frekuensi asupan energi
148 kkal dan maksimum sebesar 279 dapat dilihat pada tabel 3 berikut :

Tabel 3. Distribusi Kecukupan Energi


Persentase Min Mean
Kecukupan Energi Frekuensi Max (%)
(%) (%) (%)
Defisit Sedang 3 5,8 75,3 108,3 95,2
Defisit Ringan 8 15,4
Normal 41 78,8
Total 52 100

Kecukupan energi diperoleh Energi dalam tubuh dapat


dari recall selama 3 hari berturut-turut timbul karena adanya pembakaran
kemudian dirata-rata untuk melihat karbohidrat, protein dan lemak, karena
kecukupan energi rata-rata perhari. itu agar energi tercukupi perlu
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan dari pemasukan makanan yang cukup
52 sampel responden jumlah dengan mengkonsumsi makanan yang
kecukupan energi yang normal yaitu cukup dan seimbang (Kartasapoetra &
78,8%. Marsetyo, 2003).
Budiyanto (2002) menyatakan 2. Kecukupan Protein Sehari
bahwa jumlah konsumsi makanan Tubuh manusia memerlukan
yang kurang dan juga pola konsumsi protein untuk menjalankan berbagai
yang salah akan menyebabkan fungsi antara lain: membangun sel
konsumsi energi kurang. Energi tubuh, mengganti sel tubuh yang
diperlukan untuk kelangsungan proses mengalami kerusakan, membuat air
di dalam tubuh seperti proses susu, enzim dan hormon, membuat
peredaran dan sirkulasi darah, denyut protein darah, menjaga keseimbangan
jantung, pernafasan, pencernaan, asam basa cairan tubuh, dan pemberi
proses fisiologis lainnya, untuk kalori (Irianto, 2007).
bergerak atau melakukan pekerjaan
fisik.
Tabel 4. Distribusi Kecukupan Protein
Persentase Min Max Mean
Kecukupan Protein Frekuensi
(%) (%) (%) (%)
Defisit Berat 1 1,9 75,5 191,1 107,45
Defisit Sedang 1 1,9
Defisit Ringan 6 11,5
Normal 36 69,2
Kelebihan 8 15,3
Total 52 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan oleh tubuh untuk membangun sel-sel


dari 52 sampel responden, sebesar yang telah rusak, membentuk zat-zat
69,2% mempunyai kecukupan pengatur seperti enzim dan hormon,
proteinnya normal. Protein diperlukan membentuk zat anti energi dimana

6
tiap gram protein menghasilkan sekitar metabolisme, pertumbuhan,
4,1 kalori (Kartasapoetra & Marsetyo, pengaturan suhu dan kegiatan fisik.
2003). Kelebihan energi disimpan tubuh
Protein sebagai pembentuk energi sebagai cadangan energi dalam
tergantung macam dan jumlah bahan bentuk glikogen sebagai cadangan
makanan yang dikonsumsi. Untuk energi jangka pendek dan dalam
menentukan nilai energi dan protein bentuk lemak sebagai cadangan
dalam tubuh dapat memperhatikan jangka panjang (Hardinsyah &
angka-angka protein tiap bahan Tambunan 2004).
makanan. Konsumsi makanan Tabel 5. Distribusi Konsumsi,
seseorang dapat dipengaruhi oleh Kecukupan dan Tingkat Kecukupan
kebiasaan makan yaitu tingkah laku Zat Gizi
Rata-rata Konsumsi Kecukupan Tingkat
manusia dalam memenuhi sehari Kecukupan
kebutuhannya akan makan yang (%)
meliputi sikap, kepercayaan dan Energi 1862,45 1765,79 109,37
pemilihan makanan (Khumaidi, 1994). Protein 48 47 107,45
Penelitian Anies Irawati dan
Heryudarini Harahap (2000) Pada tabel 5, konsumsi energi
mendapatkan tingkat kecukupan siswa sehari berkisar antara 1498,5 –
energi sebesar 64,7-84,9% dan 61,1- 2165,1 kkal. Rata-rata konsumsi
98,1% untuk protein.Hal ini sesuai energi sebesar 1862,45 kkal/hari.
dengan pendapat Budiyanto (2002) Kecukupan energi siswa rata-rata
sumber protein yang bernilai biologis sebesar 1765,79 kkal. Tingkat
tinggi yaitu telur, susu,daging unggas, kecukupan energi siswa rata-rata
ikan dan kerang. Sumber protein sebesar 109,37 %. Tingkat kecukupan
nabatinya adalah kacang kedelai dan energi siswa berada dalam kategori
hasil olahannya seperti tempe dan normal. Makanan sumber energi yang
tahu. Konsumsi protein diperlukan banyak dikonsumsi antara lain bihun,
untuk mencegah kehilangan protein jagung manis, roti, donat, nasi
tubuh, dan memungkinkan produksi bungkus, dan bakmi.
protein yang diperlukan dalam masa Konsumsi protein siswa sehari
pertumbuhan. berkisar antara 30,6 – 62 gr. Rata-rata
konsumsi protein sebesar 48 gr/hari.
E. Kontribusi Makanan Jajanan Kecukupan protein siswa rata-rata
Terhadap Tingkat Kecukupan sebesar 47 gr. Tingkat kecukupan
Energi dan Protein protein siswa rata-rata sebesar 107,45
1. Distribusi Konsumsi, %. Tingkat kecukupan protein siswa
Kecukupan dan Tingkat berada dalam kategori normal.
Kecukupan Zat Gizi Makanan sumber protein yang banyak
Energi sangat diperlukan untuk dikonsumsi antara lain tempe, siomay,
mempertahankan hidup, menunjang bakso kuah, sate usus, bakso ikan,
pertumbuhan, dan melakukan aktivitas kentaki, bakso goreng, kroket, sosis,
fisik. Energi merupakan salah satu tahu, roti, telur, dan susu.
hasil metabolisme dari karbohidrat,
protein dan lemak. Energi berfungsi
sebagai zat tenaga untuk

7
2. Kontribusi Makanan Jajanan kontribusi terhadap total konsumsi
Terhadap Konsumsi Sehari dan masing-masing sebesar 12,51%
Tingkat Kecukupan Gizi energi, dan 12,93% protein. Makanan
Makanan jajanan memegang jajanan siswa juga memberikan
peranan penting dalam memberikan kontribusi terhadap kecukupan gizi
kontribusi tambahan untuk memenuhi sebesar 13,2% energi, dan 13,21%
kecukupan gizi, khususnya energi dan protein.
protein. Kontribusi makanan jajanan Berdasarkan hasil penelitian
sebaiknya tidak dihilangkan dari Ulya (2003) yang dilakukan pada
konsumsi harian, karena memberikan salah satu sekolah dasar di Jakarta
sumbangan yang cukup berarti. Timur menyebutkan bahwa kontribusi
Makanan jajanan juga dapat dijadikan makanan jajanan terhadap konsumsi
salah satu alternatif pemenuhan sehari siswa berkisar antara
sumber zat gizi yang kurang dari 10-20%. Kontribusi makanan jajanan
konsumsi hariannya. Sebaiknya terhadap kecukupan gizi siswa
makanan jajanan yang dikonsumsi masing-masing 13,2% energi, dan
menyumbangkan 10-20 % energi atau 13,21% protein.
sebesar 192-384 kkal. Hasil penelitian Hidayat (1995)
Penelitian di Bogor menunjukkan bahwa sebanyak
menunjukkan bahwa makanan jajanan 88% anak sekolah di Propinsi Jawa
tradisional memberikan kontribusi Tengah dan 98% anak sekolah di
tambahan sekitar 24,7% dari rata-rata Daerah Istimewa Yogyakarta biasa
total konsumsi energi per hari dan jajan. Kebiasaan jajan di sekolah
sekitar 22,9% dari rata-rata total terjadi karena 3 – 4 jam setelah
konsumsi protein per hari pada anak makan pagi perut akan terasa lapar
SD (Sihadi, 2004). Sedangkan lagi (Sihadi, 2004).
menurut Manik (2001) bahwa Hasil penelitian ini sejalan
kontribusi makanan jajanan tradisional dengan Proyek Makanan Jajanan ITB
untuk energi 5,5% dan protein 4,2% (1992), yaitu kontribusi makanan
terhadap total konsumsi makanan jajanan terhadap energi sebesar
sehari pada anak sekolah dasar. 27,4% dan protein sebesar 28,6%.
Tabel 6. Kontribusi Makanan Jajanan Hasil ini sama dengan hasil beberapa
Terhadap Konsumsi Sehari dan Tingkat penelitian terdahulu yang
Kecukupan Gizi menunjukkan baik tingkat kecukupan
Makanan Jajanan Energi Protein energi maupun protein anak SD di
Konsumsi makanan 233,11 6,21 gr bawah AKG. Penelitian Nugraheni SA
jajanan kkal
(1996) di Semarang mendapatkan
Kontribusi terhadap 12,51 12,93
total konsumsi (%) tingkat kecukupan energi sebesar
Kontribusi terhadap 13,2 13,21 75,9% pada anak laki-laki dan 84,2%
kecukupan gizi (%) pada anak perempuan. Protein
sebesar 78,9% pada anak laki-laki dan
Berdasarkan tabel 6 91,8% pada anak perempuan.
menunjukkan rata-rata konsumsi Kajian makanan jajanan di Afrika
makanan jajanan siswa, yaitu sebesar menyebutkan bahwa makanan jajanan
233,11 kkal, dan 6,21 gr protein. memberikan kontribusi energi
Makanan jajanan siswa memberikan sepertiga dan seperempat vitamin dan

8
mineral dari konsumsi harian. 70%, protein 10-15% dan lemak 20-
Makanan jajanan yang dibeli anak 30% dari total kalori hidangan sarapan
umumnya mengenyangkan dan kaya pagi (Widjajarta, 2002).
akan energi dan lemak, namun sangat Makanan jajanan bermanfaat
kurang zat gizi mikro (Bremmer dll. terhadap penganekaragaman
1990 Pratap & Booluck 2005: FAO makanan sejak kecil dalam rangka
2007) peningkatan mutu gizi makanan yang
Menurut Depkes RI (1991) dikonsumsi (Winarno, 1997).
jumlah energi dan protein yang Makanan jajanan memberikan
diharapkan dapat disumbangkan kontribusi masing-masing sebesar
terhadap kebutuhan gizi anak sekitar 22,9%, dan 15,9% terhadap
10-15%, jadi untuk energi sekitar 200- keseluruhan asupan energi dan
300 kkal, dan protein sekitar 3-5 gram. protein anak sekolah dasar (Rahmi,
Salah satu upaya meningkatkan 2005).
kualitas sumber daya manusia pada
kelompok anak sekolah adalah KESIMPULAN DAN SARAN
dengan menyediakan makanan A. KESIMPULAN
jajanan yang bergizi guna memenuhi 1. Jenis makanan jajanan sumber
kebutuhan tubuh selama mengikuti energi dan protein dari makanan
pelajaran di sekolah (Hidayat, 1995). jajanan anak sekolah di SD Negeri
Penelitian yang dilakukan oleh Plalan 1 Kota Surakarta adalah :
Hidayati (2005) tentang makanan bihun, jagung manis, tempe,
jajanan di SDN 1 Pamijen Sukaraja, siomay, bakso kuah, sate usus,
menunjukkan bahwa sebagian besar nastar, bakso ikan, kentaki, ciki,
makanan jajanan yang dijual belum bakso goreng, wafer, kroket, sosis,
memenuhi nilai gizi yang diharapkan. chocolatos, potato, tahu, roti, jelly,
Makanan yang dianggap sebagai telur, gorengan, donat, nasi
makanan berat, seperti: bubur nasi bungkus, bakmi, cimol, biskuit,
dan bubur sum-sum, berat per porsi susu, es teh, es jus, pop ice, es
hanya 20-40 gram, dengan nilai energi marimas, es coklat, es lilin
32-59 kkal, dan protein 0.3-0.98, 2. Sebagian besar anak sekolah di
sedangkan makanan semi basah SD Negeri Plalan 1 Kota Surakarta
seperti: cilok, mendoan, bakwan, memiliki :
timus goreng, dan sosis goreng, berat a. Asupan energi sebesar 78,8%
per porsi hanya 5-30 gram, dengan berkategori normal. Asupan
nilai energi 0-95 kkal, dan protein 0- makanan jajanan anak
3.2 gram. Tentu saja hal ini masih jauh memberikan rata-rata kontribusi
dari nilai gizi yang diharapkan dapat energi sebesar 13,2% (+ 233,11).
disumbangkan dari makanan jajanan. b. Asupan protein sebesar 69,2%
Kebutuhan kalori untuk anak- berkategori normal. Asupan
anak berkisar antara 200 sampai 300 makanan jajanan memberikan
kalori dari makanan jajanan, sehingga rata-rata kontribusi protein sebesar
sarapan pagi harus lengkap dan tidak 13,21% (+ 6,21).
boleh asal-asalan dan tetap 3. Kontribusi makanan jajanan
berpegang pada pola gizi seimbang, terhadap tingkat kecukupan asupan
yaitu dengan hidrat arang sekitar 60- energi dan protein yaitu : sebesar

9
233,11 kkal, dan 6,21 gr protein. Ello-Martin, JA. E, Ledikwe J.H, Rolls
Makanan jajanan siswa B.J. 2002. The Influence of
memberikan kontribusi kecukupan Food Portion Size and Energy
asupan energi sebesar 13,2%, dan Density on Energy Intake :
13,21% asupan protein. Implication for Weight
Management. American
B. SARAN Journal of Clinical Nutrition.
1. Bagi Sekolah Vol.76 No.3, 518-528
Kandungan gizi pada
makanan tambahan perlu lebih FAO/WHO/UNU. 1985. Human
diperhatikan agar dapat Energy Requirements.
memberikan kontribusi yang FAO/WHO/UNU, Rome
cukup bagi pemenuhan
kebutuhan gizi anak. Handayani N. Peran orang tua,
2. Bagi Dinas Kesehatan sekolah, dan pedagang pada
Perlu ditingkatkan lagi variasi makanan jajanan anak [serial
makanan tambahan dengan online]. 19 Jan 2009 [Diakses
pemanfaatan aneka ragam bahan 2 Apr 2011]. Tersedia dari:
makanan lokal yang sudah ada URL:
sehingga siswa bisa http://www.jurnal.pdii.lipi.go.id.
menghabiskan makanan yang Hardinsyah & D Martianto. 1992. Gizi
diberikan dari sekolah, dan Terapan. Bogor: Kerjasama
program Pemberian Makanan Depdikbud–dirjen Dikti dengan
Tambahan Anak Sekolah (PMT- PAU Pangan dan Gizi IPB.
AS) untuk tetap dilanjutkan.
Hidayati, I.P. 2005. Hubungan antara
DAFTAR PUSTAKA Pengetahuan dan Sikap
Almatsier S, editor. Penuntun diit tentang Gizi dengan Praktik
anak. Jakarta: PT Gramedia Pemilihan Makanan Jjajanan
Pustaka Utama; 2003. Hal. 18- pada Siswa di SD
19. Penyelenggara PMT-AS.
Skripsi. Jurusan Kesehatan
Bremner B, Langenhoven ML, Masyarakat Universitas
Swanepoel AS, Steyn M. 1990. Jenderal Soedirman (Tidak
The Snacking Habits of White dipublikasikan)
Preschool Children. South
Africa Med Journal, 78, 472-5. Hidayat TS, Mujianto TT, Susanto D.
Pola kebiasaan jajan murid
Budiyanto.2002. Dasar – Dasar Ilmu Sekolah Dasar dan
Gizi, UMM Press. ketersediaan makanan jajanan
tradisional di lingkungan
Departemen Kesehatan RI. 2001. sekolah di Propinsi Jawa
Angka Kecukupan Gizi bagi Tengah dan D. I. Yogyakarta.
Orang Indonesia. Depkes RI. Widyakarya Nasional Khasiat
Jakarta Makanan Tradisional. Jakarta:
Kantor Mentri Negara Urusan

10
Pangan Republik Murphy, SP., Constance Gewa, C.,
Indonesia;1995.hal.597-602. Grillenberger, M., Bwibo, NO.,
Neumann, CG. 2007.
Hurlock, E.B, 1999. Psikologi Designing Snacks to Address
Perkembangan Suatu Micronutrient Deficiencies in
Pendekatan Sepanjang Rural Kenyan Schoolchildren.
Rentang Kehidupan (5th ed) J. Nutr. 137 : 1093-1096
(Istiwidayanti dan Soedjarwo,
penerjemah). Erlangga, Pratap BO, Booluck BJH. 2005.
Jakarta. Children’s Consumption of
Snack at School in Mauritius.
Irianto. 2007. Panduan Gizi Lengkap Nutrition and Food Science,
Keluarga dan Olahragawan. 35, 15-19
Andi Offset. Yogyakarta.
Rahayu Dewi S.Y. Mende, 1995,
Kartasapoetra, G. &Marsetyo, H Sumbangan Energi dan
(2003). Ilmu Gizi (Korelasi Gizi Protein Makanan Jajanan
dan Kesehatan dan tradisional “ Jajanan Cilok dan
Produktifitas Kerja). Rineka Penganan Gorengan”,
Cipta. Jakarta. Cet. Ke empat. Widyakarya Nasional Khasiat
Makanan tradisional : 589-596
Khumaidi, M (1994). Gizi Masyarakat.
BPK Gunung Mulya. Jakarta. Rahmawati, S.M,. 2001. Pengaruh
Program Makanan Tambahan
Koukel S. Choosing healthy snacks for Anak Sekolah (PMT-AS)
children. Extension Faculty Terhadap Status Gizi Siswa
Health, Home, and Family Sekolah Dasar. Tesis Program
Development University of Pascasarjana . IPB, Bogor.
Alaska Fairbanks [serial online]
2009 [diakses 3 April 2011]. Rahmi AA, Muis SF. Kontribusi
Tersedia dari: URL: makanan jajanan terhadap
http//:www.uaf.edu. tingkat kecukupan energi dan
protein serta status gizi anak
Manik, L. 2001. Identifikasi Kelayakan Sekolah Dasar Siliwangi
Makanan Kudapan Sekolah Semarang. Media Medika
sebagai Makanan PMT-AS Muda 2005;1: 55-59.
Menurut Aspek Gizi, Biaya,
dan Keamanan Pangan. Rimbawan, 1999. Teknik Penilaian
Skripsi Jurusan Gizi Mutu Gizi Makanan PMT-AS.
Masyarakat dan Sumber Daya Latihan Pengembangan
Keluarga, Fakultas Pertanian, Teknologi dan Keamanan
IPB, Bogor. Makanan Kudapan. Bogor, 4
s/d 10 April 1999.
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Papas
Sinar. Jakarta

11
Sihadi. 2004. Makanan Jajanan Bagi Widjajarta, M. 2004. Pengawasan
Anak Sekolah. Jurnal Makanan Jajanan. Kawan
Kesehatan YARSI Pustaka. Jakarta.

Sunardi, T. 2007. Menuju Gerakan Winarno FG. Potensi dan Masalah


Sosial Makanan Sehat di Makanan Jajanan. Dalam:
Sekolah. Keamanan pangan. Naskah
akademis. Bogor: Institut
Ulya, N. 2003. Analisis Deskriptif Pola Pertanian Bogor; 1997. Hal.
Jajan dan Kontribusi Zat Gizi 98.
Makanan Jajanan Terhadap
Konsumsi Sehari dan Status WHO. 2006. Consultation to Develop
Gizi Anak Kelas IV, V, dan VI a Strategy to Estimate the
SD Negeri Cawang 05 Pagi Global Burden of Foodborn
Jakarta Timur Tahun 2003. Diseases. Geneva, Switzerland
Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. UI. Depok

12

You might also like