217 444 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 33, No.

3,2005: 140-151

PENGEMBANGAN PERAN SERTA MASYARAKAT MELALUI KADER DAN


DASA WISMA DALAM PENEMUAN DAN PENGOBATAN PENDERITA MALARIA
DI KECAMATAN PITURUH, KABUPATEN PURWOREJO

Sahat M. Ompusunggu', Hari'ani A. ~ a r w o t o ' Sekar


Nurhayat~.I,Rita Marleta ~ e w, i. ' Tuti ~ulaksonol,
DEVELOPING COMMUNITY PARTICIPATION IN MALARIA CASE FINDING AND
PROMPT TREATMENT THROUGH CADRES AND TEN HOUSES GROUPING
(DASA WISMA) IN PITUR UH SUB DISTRICT, SPUWOREJO

Abstract. A study on community participation in malaria case finding and prompt treatment
through Ten Houses Grouping (Dasa Wisma) was conducted in Pituruh sub district,
Puworejo, in 2001-2003. The objective of the study was to determine whether malaria cadres
were able to substitute the Village Malaria Workers (Juru Malaria Desa/JMD) and to
measure the impact of the substitution on the coverage of case finding and other malaria
indicators. Two villages had been selected as study sites i.e., village with malaria cadres
(namely treated village) and without malaria cadres (namely control village). The result
showed that malaria cadres were capable in conducting all of the tasks of the Village Malaria
Workers, including clinical diagnosis, preparing thick blood film for microscopic
examination, rgport writing, as well as supporting the anti malaria drugs treatment. Slide
Positivity Rate (SPR) of Spot Surveys conducted in the treated village three and six months
post treatment had decreased from 13:8 % to 9.4 % and 9 %, respectively, and in the control
village it had decreased.from 4.2 96 to 2 % 3 mortths post treatment, but it had increased
again to 6.2 % 3 months afterward. Similarfigure also occurred on the results ofACD. Irt the
treated village SPR decreased from 55.4 % to 32.9 ?/o and 22.6 %, one and two years after
treatment, respectively, while in the control village, although it had decreased from 29,8 %
to 9 % one year post treatment, it had increased again to 16.2 % two years post treatment.
Coverage of case finding in treated village had increased from 17,9 % before treatment to
65.6 % and 84.6 %, one year and 2 years post treatment, respectively While in the control
village, although it had increased from 36.7 % to 83.5 % one year after, it had dropped
again to 54,4 % in the second year. Slide Positivity Rate with P. .falcipartim irt the treated
village also had dereased jiom 40.2 % to 22.9 % and 17.7 96,one and two years post
treatment, respectively, while in the control area, it had decreased from 35.2 % to 9.5 96 orte
year later and increased again to 14.7 96 two years after treatment. Parasite Incidence in
both areas decreased one and two years ufier treatment, but it was much more pronounced in
the treatment area, particularly two years after treatment.

Key word: Malaria, community participation, cadres

PENDAHULUAN
Upaya penanggulangan malaria di ini menunjukkan peningkatan angka in-
Jawa-Bali telah dilakukan selama beberapa sidensi (API), yang pada tahun 1995 hanya
dasa warsa dengan berbagai tindakan, na- 0,07 lalu meningkat pada tahun 1999
mun malaria masih tetap merupakan masa- menjadi 0,52 ( I ) . Selain itu fokus malaria di
lah kesehatan yang besar dan akhir-akhir kawasan ini belum bisa dihilangkan dan

' Puslitbang Pernberantasan Penyakit.


Badan Litbangkes
Pengembangan Peran Serta ........(Omposungguet.al)

cenderung meluas. Salah satu fokus ma- Sebagai bagian dari wilayah Bukit Meno-
laria di Jawa-Rali adalah Kabupaten Pur- reh, dalam Gebrak Malaria-Bukit Meno-
worejo, di mana pada tahun 1998-1999 ter- reh (') telah ditenh~kanbahwa pemberda-
jadi KLB di 34 d e ~ a ( ~ ) . yaan masyarakat merupakan salah satu
Salah satu kegiatan dalam pembe- upaya yang hams dikembangkan dalam
rantasan malaria adalah penemuan dan pemberantasan malaria di Kabupaten Pur-
pengobatan penderita. Di Jawa Bali, pen- worejo.
carian dan penemuan penderita malaria ter- Untuk mengatasi permasalahan da-
masuk pengobatan klinis dilakukan oleh lam penemuan penderita malaria di
Juru Malaria Desa (JMD) dengan kun- Punvorejo tersebut, diperlukan peran serta
jungan 2 x sebulan tiap keluarga di daerah masyarakat yang bisa menggantikan pe-
berstrata High Case Incidence (HCI), 1 x ranan JMD. Dalam penelitian ini dikem-
sebulan tiap keluarga di daerah berstrata bangkan suatu bentuk peran serta masya-
Moderate Case Incidence (MCI) dan 1 x rakat melalui pembentukan Dasa Wisma
sebulan tiap dukuh di daerah berstrata Low dan pengangkatan kader-kader malaria.
Case Incidence (LCI) (3). Akibat keterba- Dalam ha1 ini Kepala Dasa Wisma di-
tasan dana dan ditambah dengan krisis harapkan bisa memperbesar cakupan pela-
ekonomi tahun 1997, sekarang ini tenaga poran tersangka penderita malaria kepada
JMD yang difungsikan adalah JMD harian kader malaria sehingga dapat mempercepat
yang jumlahnya sangat terbatas. Akibat diagnosa klinis sekaligus mempercepat
dari jumlah JMD yang terbatas ini, perio- serta memperbesar cakupan pengobatan
disitas kunjungan tidak bisa dipertahankan klinis. Kader malaria berperan dalam men-
sebagaimana seharusnya yang berakibat diabmosa tersangka penderita malaria,
pada rendahnya cakupan penemuan dan memberi pengobatan klinis, membuat se-
pengobatan penderita. diaan darah dan mengirimkannya ke Pus-
Kabupaten Pilnvorejo adalah wilayah kesmas. Tujuan penelitian ini adalah untuk
yang endemis malaria yang secara epi- inengetahui apakah kader malaria yang
demiologis tidak terisolasi, yang berarti dipadukan dengan pembentukan Dasa Wis-
selalu terjadi penularan malaria antar fo- ma bisa menggantikan peranan JMD dalam
kus. Untuk wilayah seperti itu, pembe- penemuan penderita malaria dan bagai-
rantasan vektor, terutama penyemprotan mana pengaruhnya terhadap cakupan pene-
rumah, memerlukan biaya yang sangat be- muan penderita dan angka malaria.
sar karena seluruh fokus hams diintervensi.
Tindakan yang paling memungkinkan dan BAHAN DAN METODA
lebih rasional dilakukan adalah dengan Jenis penelitian ini adalah eksperi-
pengobatan. Agar cakupan penemuan dan men dengan desain re-test post test
pengobatan penderita maksimum, perlu (6'
control group design . Penelitian ini di-
terobosan b a n dalam penemuan penderita. lakukan di Kabupaten Punvorejo selama 2
Salah satu dari empat unsur teknis tahun (200 1-2003). Populasi sasaran ada-
strategi dalam pemberantasan malaria yang lah masyarakat yang tinggal di daerah
dicanangkan WHO dalam A Global Stra- endemis malaria di Jawa, kawasan tak
tegy for Malaria Control (4) adalah pe- terisolasi secara epidemiologis. Populasi
nemuan dini penderita dan pengobatan penelitian adalah masyarakat yang tinggal
cepat, yang implementasinya membutuh- di Kabupaten Punvorejo. Lokasi penelitian
kan mobilisasi sumber daya di masyarakat. adalah dua desa yang ada di kabupaten itu,
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 33, No. 3,2005: 140-151

di mana satu desa dijadikan sebagai desa sosiobudaya masyarakat. Penyuluhan ma-
perlakuan dan desa lainnya sebagai desa laria ini dilakukan dalam kelompok-ke-
pembanding. Kriteria inklusi pada kedua lompok kecil yang materinya berupa pe-
desa adalah: (a). Secara topografi tidak mutaran film hiburan yang diselingi de-
berbatasan langsung, tetapi berada dalam ngan film tentang malaria. Film tentang
satu wilayah Puskesmas; (b). Angka An- malaria ini telah dibuat sebelumnya, be-
nual Parasite Incidence (API) hampir rupa gambar-gambar serta film hidup ani-
sama dan minimum berstrata Moderate masi yang keseluruhannya berdurasi se-
Case Incidence (MCI); (c). Jenis vektor kitar 30 menit. Materi penyuluhan ini juga
dan lingkungan (tempat perindukan vektor) mencakup alur pelaporan atau pencarian
kurang lebih sama; (d). Etnis penduduk pengobatan, di mana penderita malaria bisa
relatif seragam; (e). Tidak sedang diinter- melapor ke Ketua Dasa Wisma, ke kader
vensi dengan penyemprotan rumah atau malaria atau ke Puskesmas. Pemutaran
sedang diperlakukan dalam penelitian lain. film ini juga dihadiri oleh para kader ma-
Kriteria eksklusi adalah: desa pembanding laria; (4) Pelatihan kader malaria tentang
tidak dalam keadaan kecenderungan ke diagnosis klinis malaria dan pengobatan
arah KLB. Setelah mempertimbangkan malaria klinis. Pelatihan ini meliputi teori
seluruh kriteria tersebut, dipilih desa Kali- dan praktek lapangan. Materi pelatihan
kotes sebagai desa perlakuan dan desa meliputi: gejala-gejala klinis malaria, cara
Ngandagan sebagai desa pembanding, pengambilan darah tepi, pembuatan sedia-
yang kedua~ya masuk dalam wilayah an darah, cara penyimpanan dan pengiri-
Puskesmas Pituruh I. man sediaan darah, cara pengobatan klinis
dan dosis obat; (5) Memfungsikan para
Terhadap desa perlakuan (Kalikotes)
diberi perlakuan sebagai berikut: (1) kader malaria sebagai pengganti JMD
Pembentukan dan pengembangan Dasa untuk melakukan Active Case Detection
Wisma. Sesuai dengan penyebaran letak (ACD), yang meliputi: penemuan kasus
rumah di desa tersebut, dibentuk 60 Dasa malaria klinis, pemberian pengobatan kli-
Wisma dan tiap Dasa Wisma mencakup nis, pembuatan sediaan darah hingga pe-
sekitar 10 rumah yang berdekatan. Jumlah ngirimannya ke laboratorium Puskesmas.
dan penyebaran Dasa Wisma tersebut Pengiriman sediaan darah ini diharuskan
dapat dilihat pada Tabel 1. Di tiap Dasa dikirimkan selambat-lambatnya dalam 24
Wisma ditetapkan satu orang Ketua Dasa jam sesudah pembuatannya. Biasanya
Wisma, yang bertugas untuk melaporkan pengiriman sediaan darah ini dilakukan
setiap tersangka penderita malaria kepada melalui aparat Puskesmas yang terdekat
kader malaria; (2); Pengangkatan kader atau dikumpulkan di salah satu koordinator
malaria. Sesuai dengan jumlah Dasa Wis- dan koordinator ini akan bertanggung ja-
ma yang berjumlah 60 buah, telah diangkat wab mengirimkannya ke Puskesmas Pitu-
15 orang kader-kader malaria yang selu- ruh I. Sediaan-sediaan darah malaria ini
ruhnya berupa ibu rumah tangga dan meru- akan diwarnai dan diperiksa di Puskesmas
pakan penduduk asli desa yang bersang- oleh tenaga mikroskopis Puskesmas.
kutan. Pendidikan seluruh kader malaria Seluruh kader malaria tersebut tidak diberi
tersebut bervariasi antara tamat SD hingga honor, namun mendapat imbalan jasa dari
tamat SLTA. Tiap kader malaria melayani penderita malaria sebanyak Rp. 1.000,OO
4 Dasa Wisma; (3) Penyuluhan tentang (seribu rupiah) per penderita. Bila dalam
malaria dan penanggulangan malaria pada pengiriman sediaan darah ke Puskesmas
masyarakat, yang didahului dengan survei Pituruh dibutuhkan biaya transport, biaya
Pengembangan Peran Serta ........(Omposunggu eta0

Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga, Dasa Wisma dan Kader Malaria di Tiap Dukuh Desa
Kalikotes, kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, 2001.

No Nama Dukuh Jumlah KK Jumlah Dasa Wisma Jumlah Kader


1 Dungjono (Krajan) 88 9 2
2 Kalikotes 47
3 Sompyohan 37
4 Somoroto 84
5 Dungjono I1 (Lor Kali) 119
6 Warurongkang 70
7 Polowangi 94
8 Kediung sempol 33 4 1
Jumlah 572 60 15

ini diberikan oleh Puskesmas. ACD oleh dan riwayat sakit klinis yang berhubungan
kader ini berlangsung hingga evaluasi 2 dengan malaria. Baik yang menunjukkan
tahun sesudah dimulainya perlakuan dan gejala malaria maupun yang tidak, diperik-
masih berlanjut hingga sekarang. sa darahnya. Darah diambil dari ujung jari
Di desa pembanding tidak diberi per- manis tangan kiri (untuk anak-anak dan
lakuan seperti pada desa perlakuan. Ber- dewasa) atau ujung jempol kaki (untuk
hubung pada awal penelitian tidak ada bayi). Sebelumnya tempat yang akan di-
JMD yang ditugaskan khusus untuk kedua tusuk dibersihkan dengan alkohol 70%, la-
desa penelitian, maka di desa pembaiding lu ditusuk dengan lanset steril dan tetesan
(Ngandagan) diangkat satu orang JMD darah yang keluar pertama kali dibersihkan
harian yang bertugas melakukan ACD. dengan kapas kering. Selanjutnya tetesan
JMD harian di desa pembanding ini darah berikutnya ditampung pada kaca
mendapat honor dari Puskesmas sesuai de- benda bersih dan kering dan sudah diberi
ngan aturan yang diberlakukan Puskesmas label. Satu tetes darah ditaruh di tengah-
tersebut. tengah kaca benda dan 2-3 tetes lainnya
ditaruh temisah dari tetes pertama, di
Untuk mengevaluasi hasil perlakuan, antara peiengahan kaca beida dengan
di kedua desa penelitian dilakukan ke- label sediaan. Dengan bantuan kaca benda
giatan seperti berikut: a) Pengumpulan lainnya, dari tetesan darah pertama dibuat
data sekunder bulanan dari Puskesmas apusan darah tipis dan dari 2-3 tetesan
induknya (Puskesmas Pituruh) yang me- darah di sebelahnya dibuat sediaan darah
liputi: jumlah penduduk, jumlah kasus ma- tebal dengan cara melebarkannya hingga
laria, jenis parasit malaria dan indikator diameternya kira-kira 1- 1,5 cm. Sediaan
malaria lainnya; b) Survei pemeriksaan da- darah dibiarkan mengering pada suhu
rah jari penduduk pada semua golongan kamar di tempat yang terlindung dari debu
umur pada waktu sebelum dan tiga serta dan kotoran. Pada besok harinya, sediaan
enam bulan sesudah perlakuan dimulai. darah diwarnai dengan pewarna Giemsa
Survei dilakukan dengan cara mengumpul- dengan konsentrasi Giemsa 5% dalam la-
kan masyarakat di tempat-tempat tertentu rutan buffer dan lama perwarnaan 45 me-
pada hari yang sudah ditentukan. Pendu- nit. Setelah kering, sediaan darah diperiksa
duk yang datang lebih dulu didaftar, lalu di bawah mikroskop dengan pembesaran
dicatat nama, umur, jenis kelamin, alamat kuat. Seluruh data-data penderita dan hasil
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 33, No. 3,2005: 140-151

pemeriksaan darahnya dicatat dalam for- oleh saluran irigasi sawah. Seluruh desa
mulir. tersebut dihuni oleh penduduk asli suku
Jawa dan merupakan bagian dari kawasan
Data di kedua desa dianalisis dengan
Perbukitan Menoreh. Berdasarkan kriteria
membandingkan beberapa indikator mala-
inklusi dan eksklusi, ditetapkan desa Kali-
ria sebelum dan sesudah perlakuan. Indika-
kotes sebagai desa perlakuan dan desa
tor-indikator malaria yang dibandingkan
Ngandagan sebagai desa pembanding.
meliputi: SPR (Slide Positivity Rate) hasil
survei, cakupan ACD dan Passive Case Hasil survei pemeriksaan darah di
Detection (PCD), SPR ACD dan PCD, kedua desa penelitian pada 3 dan 6 bulan
Blood Exdmination Rate, SFR (Slide Fal- sesudah perlakuan menunjukkan bahwa di
ciparum Rate), proporsi gametosit Plas- desa perlakuan (Kalikotes) terjadi penu-
modium falciparum dan Parasite Inciden- runan SPR dari 13,8% (371269) sebelum
ce hasil kegiatan rutin. Untuk mengetahui perlakuan menjadi 9,4% (321341) sesudah
perbedaan proporsi antara 2 kelompok 3 bulan perlakuan dan terus mengalami
sarnpel berskala nominal dianalisis de- penurunan menjadi 9,0% (521577) sesudah
ngan uji t tidak berpa~an~an'~). Batas ke- 6 bulan perlakuan. Di desa pembanding
maknaan ditetapkan sebesar 5 % (P= 0,05). (Ngandagan) mula-mula terjadi penurunan
dari 4,2% (91216) menjadi 2,0% (512547)
HASIL sesudah 3 bulan namun meningkat kembali
menjadi 6,2% (191306) sesudah 6 bulan
Dari empat desa yang disurvei pada (Tabel 3 dan Gambar 1). Dengan uji t
awal penelitian (April 2001), besarnya proporsi, ternyata bahwa penurunan SPR
SPR (Slide Positivity Rate) berkisar antara di desa perlakuan (Kalikotes) pada 3 bulan
4,2 % (desa Ngandagan) hingga 15,3 % sesudah perlakuan tidak berbeda bermakna
(desa Kaligintung) dengan Plasmodium dengan sebelum perlakuan (P > 0,05), na-
vivax sebagai spesies yang dominan, ke- mun penurunan SPR pada 6 bulan sesudah
cuali di desa Ngandagan di mana P. perlakuan berbeda bermakna dengan se-
falciparum yang dominan (Tabel 2). belurn perlakuan (P < 0,05). Di desa pem-
Adapun keadaan lingkungan fisik di 4 desa banding (Ngandagan), penurunan SPR se-
tersebut kurang lebih sama, yaitu daerah sudah 3 bulan tidak berbeda bermakna
pedalaman, agak datar hingga sedikit dengan sebelumnya (P > 0,05).
perbukitan, dengan vegetasi campuran
antara kebun dan sawah irigasi dan dilalui

Tabel 2. Jumlah yang Diperiksa, yang Positif dan Jenis Parasit Malaria di 4 Desa
yang Disurvei di Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, 2001

--
N0
Nama Jumlah yang Positif malaria Jumlah menurut spesies
Desa diperiksa Jumlah SPR (%) P. falciparum P. vivax
1 Kaligintung 347 53 15,3 20 (37,7)@ 33 (62,3)
2 Kalikotes 269 37 13,8 9 (24,3) 28 (75,7)
3 Sawangan 224 27 12,l 11 (40,7) 16 (59,3)
4 Ngandagan 216 9 42 6 (66,7) 3 (33,3)
SPR = Slide Positivity Rate; @Yyangdalam kurung adalah persentase terhadap jumlah yang positif.
Pengembangan Peran Serta .......... (Ornposunggu et.nl)

Tabel 3. Slide Positivity Rate (SPR) Hasil Survei Sebelum dan Sesudah Perlakuan di Desa
Perlakuan dan'Desa Pernbanding, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Jawa
Tengah, 2001-2002

Desa Perlakuan (Kalikotes) Desa Pembanding (Ngandagan)


Waktu Jumlah yang Positif Malaria Jumlah yang Positif Malaria
Diperiksa Jumlah SPR (%) Diperiksa Jumlah SPR (%)
Sebelum 2 69 37 13,8 216 9 42
Sesudah 3 bulan
Sesudah 6 bulan 577 52 9 ,O 3 06 19 62
S P R = Slide Positivity Ratr

-4-Desa perlakuan (Kalikotes)


--a- Desa pernbanding (Ngandagan)

13.8

3.4
C- Y

6.2
-I
4.2
-- 2 /
4
- #
/

0 -I

Sebelurn Sesudah 3 bln Sesudah 6 bln

Gambar 1. Slide Positivity Rate (SPR) Malaria Hasil Survei Sebelum dan Sesudah
Perlakuan di Desa Perlakuan dan Pembanding, Kecamatan Pituruh,
Kabupaten Purworejo, 2001-2002

Adapun proporsi P. , f i l l c i p n r u ~hasil


~ Proporsi sediaan dalah melaria hasil
survei di desa perlakuan (Kalikotes) me- kegiatan ACD terhadap seluruh jumlah
nunjukkan peningkatan dari 24,3% (9137) sediaan darah (ACD dan PCD) di desa
sebelum perlakuan menjadi 43,7% (14132) perlakuan (Kalikotes) menunjukkan pe-
sesudah 3 bulan perlakuan dan menurun ningkatan baik sesudah satu tahun maupun
menjadi 38,5% (20152) sesudah 6 bulan, dua tahun perlakuan, yaitu dari 17,9%
sedangkan di desa pembanding (Nganda- (1 121624) sebelum perlakuan menjadi 75,6
gan) mengalami penurunan dari 66,7% % (5381712) satu tahun sesudah perlakuan
(619) menjadi 20% (115) sesudah 3 bulan dan 84,6% (2971351) dua tahun sesudah
namun meningkat lagi menjadi 26,3% perlakuan (Tabel 5 dan Gambar 2). Se-
(5119) sesudah 6 bulan (Tabel 4). dangkan di desa pembanding (Ngandagan),
meskipun mula-mula proporsinya mening-
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 33, No. 3, 2005: 140-151

Tabel 4. Jumlah yang Positif Menurut Jenis Parasit Malaria Hasil Survei Sebelum dan
Sesudah Perlakuan di Desa Perlakuan dan Pembanding, Kecamatan
Pituruh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, 2001-2002

Jenis Parasit Desa Perlakuan (Kalikotes) Desa Pembanding (Ngandagan)


Malaria Sebelum Sesudah 3 Sesudah 6 Sebelum Sesudah 3 Sesudah 6
Bulan Bulan Bulan Bulan
P. falciparum 9 (24,3)@ 14 (43,7) 20 (38,5) 6 (66,7) 1 (20) 5 (263)

Jumlah 37 (100) 32 (100) 52 (100) 9 (100) 5 (100) 19 (1 00)


-

@seluruh angka dalam kurung adalah persen terhadap seluruh jenis parasit; 9 falciparum dan P. vivax

rabel5. Jumlah Penduduk dan Besaran Beberapa Indikator Malaria Sebelum dan
Sesudah Perlakuan di Desa Perlakuan dan Pembanding, Kecamatan Pituruh,
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, 2000-2003

Desa Pembanding
Desa Perlakuan (Kalikotes) (Ngandagan)
Indikator Malaria Sebelumm Sesudah Sesudah Sebelum@ Sesudah Sesudah
I tahun' 2 tahun* 1 tahun' 2 tahun*
Jumlah penduduk 21 86 2225 2225 1121 1124 1124
Proporsi (96)sediaan darah
ACD/ACD+PCD 17,9 75,6 84,6 36,7 83,s 54,4
(I 121624)' (5381712) (297135 1) (471128) (2121254) (37168)
Blood Examination Rate (%) 28,s 32,O 15.8 11,4 22,6 61
(62412186) (71212225) (35112225) (12811 121) (25411 124) (6811 124)
Slide Positivity Rate ACD (%) 55,4 32,9 22,6 29,8 9,o 16,2
(6211 12) ( 1 771538) (671297) (14147) (191212) (6137)
Slide Positivity Rate PCD (%) 47,7 50,O 46,3 43,2 26,2 12,9
(24415 12) (871174) (25154) (3518 1) (1 1/42) (413 1)
Slide Positivity Rate ACD-
PCD (%) 49,O 37.1 26,2 38,3 11.8 14,7
(3061624) (2641712) (921351) (491128) (301254) (10168)
Slide Falciparum Rate ACD-
PCD (%) 40,2 22,9 17,7 35,2 9.5 14,7
(25 11624) (1631712) (62135 1) (451128) (241254) (10168)
Proporsi gametosit P. falcipa-
rum (%) 0,4 5,s 3.2 6,7 20,8 0
(1125 1) (91163) (2162) (3145) (5124) (0110)
Parasite Incidence (U/co) 140 118,6 41,3 43,7 26,7 83
(30612186) (26412225) (9212225) (4911 121) (3011 124) (1 011 124)
gustus us 2000-Januari 2001, 'Agustus 2001-Januari 2002; *Agustus 2002Januari 2003; 'angka absolut, yang juga berlaku bagi
semua angka dalam tanda kumng; ACD = Active Case Detection: PCD = Pfrssive Case Detection;
Pengembangan Peran Serta .......... (Omposunggu 01.01)

90 ----...-----....------ m,5--...-----..----..-60 -
--
g80 - - - - - ..- -
..
.
50 .- - ...
. \.
-40 .. -.
.. -

.-------------------------

4. -. -2- - - . . - -
10 . -.
.. ....
t
- - - .- - - - - -.-
& 10. ..............................................

0i
Waktu Sebelum Sesudah 1 thn Sesudah 2 thn
d

Waktu
0,
Sebelurn
9

Sesudah 1 thn Sesudah 2 thn


.
A. Cakupan sediaan darah ACD B. Slide Positivity Rate ( S P R ) ACD

- Desa perlakuan (Kalikotes) 160 -

.-
60 .. - - - - - -

U)
30

10..--------------..-----.------..----.----.-----
9.5 20 . - - -- ---
-3----
. .... -.
. -.
.. -.
1

0. 0 -- i

Waktu Sebelum Sesudah 1 thn Sesudah 2 thn waktu Sebelum Sesudah 1 thn Sesudah 2 thn

C. Slide Falciparum Rate ( S F R ) ACD-PCD D. Parasite Incidence ACD-PCD

Gambar 2. Cakupan ACD dan Besaran Indikator Malaria Lainnya Sebelum dan Sesudah
Perlakuan di Desa Perlakuan dan Pembanding, Kecamatan Pituruh,
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, 2000-2003

kat dari 36,7(%,(471128) menjadi 83,576 ~ahunsesudah perlakuan, sedangkan di de-


(2121254) sesudah satu tahun, namun me- sa pembanding adalah 11,4%, 22,6%) dan
nurun kembali menjadi 54,4% (37168) 6,196.
sesudah dua tahun. Bloorl E.~at?linntion
Dalam Tabel 5 dan Gambar 2 ter-
Rrrte di kedua desa penelitian menunjuk-
sebut juga ditunjukkan bahwa SPR ACD
kan keadaan yang hampit- sama, yaitu sa-
menurun sesudah satu tahun perlakuan
ma-sama menunjukkan peningkatan satu (dari 55,4% menjadi 32,9%) dan berlanjut
tahun sesudah perlakuan dan menurun dua hingga dua tahun sesudah perlakuan (22,6
tahun sesudah perlakuan, namun pening- %), nalnun di desa pembanding, SPR me-
katan dan penurunannya lebih tajam di de- ningkat kembali sesudah dua tahun(l6,2
sa pembanding, di mana di desa perlakuan %) setelah sempat turun tahun sebelumnya
besarnya adalah 28,5%, 32% dan 15,8% (9%).SFR (Slide Falciparum Rate) dan
masing-masing sebelum dan satu dan dua
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 33, No. 3,2005: 140-151

Parasite Incidence sama-sama menunjuk- Salah satu tindakan perlakuan yang


kan penurunan di kedua desa, baik sesudah mempakan tujuan penelitian ini adalah uji
satu tahun maupun sesudah dua tahun, coba penggantian tugas JMD oleh para
namun lebih tajam di desa perlakuan. kader malaria dalaln penemuan penderita
malaria. Di desa Kalikotes yang meru-
PEMBAHASAN pakan desa perlakuan, telah diangkat 17
orang kader malaria yang bertugas untuk
Perlakuan yang diterapkan dalam penemuan penderita dan pemberian pengo-
penelitian ini diharapkan dapat menurun- batan klinis. Diharapkan cakupan ACD
kan indikator-indikator malaria di desa oleh kader ini lebih tinggi sesudah per-
perlakuan. - SPR malaria hasil survei ter- lakuan dibanding sebelum perlakuan. Hasil
nyata sesuai dengan yang diharapkan, se- menunjukkan bahwa di desa perlakuan
bab di desa perlakuan (Kalikotes) ditemu- (Kalikotes) cakupan ACD sesudah perla-
kan adanya penurunan SPR yang bermak- kuan meningkat tajam (masing-masing se-
na 6 bulan sesudah perlakuan, dan seba- besar 17,9%, 75,6% dan 84,6% pada waktu
liknya di desa pembanding tejadi pening- sebelum, satu tahun sesudah dan dua tahun
katan, meskipun sebelumnya (3 bulan pe- sesudah perlakuan) sebagaimana ditunjuk-
riode yang sama) terjadi penurunan (Table kan pada Tabel 5. Di desa pembanding
3 dan Gambar 1). Adanya penurunan SPR (Ngandagan) meskipun setelah satu tahun
diharapkan juga dapat menurunkan pro- juga terjadi peningkatan (dari 36,7% men-
porsi P. falciparum, sebab proporsi P. jadi 83,5%), namun menurun lagi sesudah
falciparum diinggap bisa sebagai indika- dua tahun (54,4%). Terjadinya peningkatan
tor adanya penularan Temyata di desa per- cakupan ACD di desa pembanding (Ngan-
lakuan (Kalikotes) terjadi peningkatan pro- dagan) ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
porsi P. falciparutn pada 3 dan 6 bulan se- sebelum penelitian ini dilakukan, di desa
sudah perlakuan meskipun peningkatan pembanding sudah ada satu orang JMD
pada 3 bulan lebih tinggi dari pada 6 bulan, harian namun kurang aktif. Selama pene-
sebaliknya di desa Ngandagan mengalami litian, JMD harian di desa pembanding
penurunan baik pada 3 bulan maupun 6 (Ngandagan) ini diberi honor ala kadarnya
bulan sesudah intensifikasi (Tabel 4). (Rp. 150.000,00 perbulan). Disanlping itu,
Kemungkinan ha1 ini disebabkan oleh per- bila dilakukan survei masal setiap 3 bulan,
bedaan jumlah absolut kasus malaria yang JMD tersebut diikutkan juga dalam survei
positif, di mana jumlah yang positif di desa masal dan diberi tambahan honor sesuai
perlakuan (37, 32 dan 52 kasus untuk tiap jumlah hari keterlibatannya. Tambahan
periode waktu) jauh lebih besar daripada di honor dan perhatian yang demikian ke-
desa pembanding (9, 5 dan 19 kasus untuk mungkinan menambah semangat kerjanya
tiap periode waktu yang sarna). Dengan sehingga berakibat pada peningkatan ca-
jumlah kasus yang kecil di desa pem- kupan ACD di desa pembanding (Ngan-
banding tersebut, satu dua kasus malaria dagan). Berhubung survei massal tidak di-
falciparum yang bertambah atau berkurang lakukan lagi pada tahun kedua yang ber-
akan sangat mernpengaruhi besarnya pro- akibat pada tidak adanya tambahan honor
porsinya. Namun kemungkinan lain adalah survei untuk JMD yang bersangkutan, ma-
karena terlalu singkatnya masa evaluasi ka semangat kerjanya juga menjadi me-
melalui survei masal tersebut (3 dan 6 bu- nurun sehingga cakupan ACD di desa
lan) sehingga belurn secara nyata dapat pembanding tersebut menjadi menurun
menurunkan penularan. pada tahun kedua.
Pengembangan Peran Serta .. . .....(Oniposunggu et.al)

Adanya peningkatan cakupan ACD besarnya SFR (Slide Falciparu~nRate),


di desa perlakuan (Kalikotes) hingga tahun yang merupakan indikator penularan, juga
ke dua sesudah perlakuan, yang pelaksana- menunjukkan penurunan mulai dari satu
annya dilakukan oleh kader malaria sangat tahun sesudah perlakuan dan berlanjut
menggembirakan, sebab kader desa tidak hingga dua tahun sesudah perlakuan. Me-
mendapat imbalan gaji seperti halnya mang di desa pembanding juga terjadi
JMD, hanya memperoleh imbalan Rp. penurunan SFR, namun jumlah kasus
1.000,00 saja dari setiap penderita malaria. absolut di desa pernbanding jauh lebih
Berbeda dengan kader Posyandu yang ha- kecil dibanding dengan desa perlakuan dan
nya sekali sebulan melakukan kegiatan, cakupan ACD di desa pembanding tersebut
kader maliria diharuskan setiap hari me- bukannya meningkat, melainkan menurun
mantau puluhan rumah untuk menemukan sesudah dua tahun.
penderita malaria. Adanya kerelaan mas- Peningkatan cakupan ACD yang di-
yarakat membayar imbalan kepada kader laksanakan oleh para kader malaria ter-
malaria ini juga merupakan salah satu in- sebut bisa juga sebagian disebabkan oleh
dikator keberhasilan upaya kesehatan, se- peningkatan kesadaran masyarakat untuk
bab salah satu faktor yang harus dievaluasi mencari pen obatan bilamana sedang sa-
dalam keberhasilan penanggulangan mala- kit. WHO " ~ ~ m e n ~ a r a n kagar
a n dalam pe-
ria adalah meningkatnya kemampuan ma- nyuluhan malaria kepada masyarakat, per-
syarakat untuk membiayai sendiri upaha lu memperkenalkan gejala malaria, dimana
kesehatan yang diperlukan @). dan kapan masyarakat hams mencari pe-
Sebagaimana pada SPR hasil s,urvei ngobatan. Dalam penelitian ini, yang
masal yang menunjukkan penurunan se- dalam metoda penyuluhan kepada masya-
sudah enam bulan di desa perlakuan (Kali- rakat dilakuan melalui media film, juga
kotes), hasil SPR ACD juga menunjukkan meliputi hal-ha1 tersebut. Mekanisme pen-
penurunan pada satu tahun sesudah per- carian pengobatan dalam penelitian ini ju-
lakuan dan berlanjut hingga dua tahun se- ga memberi beberapa alternatif kepada
sudah perlakuan (Tabel 5). Ini berarti penderita atau keluarga penderita, antara
bahwa penurunan SPR di desa perlakuan lain melalui Kepala Dasa Wisma atau
tersebut sudah dimulai pada awal-awal langsung ke kader malaria. Evaluasi yang
penerapan perlakuan dan terus berlangsung dilakukan sesudah dua tahun pengangka-
hingga dua tahun. Dengan adanya pening- tan, di antara ke-15 kader malaria tersebut,
katan cakupan ACD, tentu saja berakibat 14 orang masih tetap aktif dan hanya satu
pada terjadinya peningkatan cakupan pe- orang yang tidak aktif karena yang ber-
ngobatan, sebab sesudah diambil darahnya, sangkutan pindah ke tempat lain.
kepada setiap tersangka malaria (kasus Pada tahun 1985-1987 di desa Kali-
malaria klinis) tersebut langsung diberi kotes juga pernah dilakukan penelitian ten-
pengobatan. Salah satu indikator yang di- tang peran serta masyarakat dalam penang-
anjurkan WHO dalam pengobatan malaria gulangan malaria melalui pengangkatan
adalah ''jumlah penderita malaria yang di- Tenaga Lapangan Malaria (TLM) yang
obati dengan pengobatan yang benar di bertugas untuk membagikan buku pedo-
tingkat komunitas sesuai pedoman nasional man malaria kepada Kepala Keluarga,
dalam waktu 24 jam sesudah menunjukkan memberi pengobatan pencegahan pada
gejala" (9). Akibat lanjutan dari pening- anak-anak umur di bawah lima tahun serta
katan cakupan pengobatan ini diharapkan sebagai penghubung untuk masyarakat. Se-
terjadi penurunan penularan dan ternyata
Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 33, No. 3,2005: 140-151

telah satu setengah tahun, persentase pen- Bila penurunan jumlah kasus malaria
duduk yang berobat ke Puskesmas me- terus berlanjut yang berakibat pada menu-
ningkat dari 29,7% menjadi 86,8% ("). runnya "imbalan materi" dari penderita,
Meskipun tugas TLM dalam penelitian kemungkinan ha1 itu dapat menurunkan
tersebut tidak persis sama dengan tugas semangat para kader malaria tersebut;
kader malaria dalam penelitian ini, namun sebab itu untuk mempertahankan semangat
dapat dikemukakan bahwa peran sera dan kesetiaan mereka diperlukan komu-
masyarakat mencari pengobatan dapat di- nikasi yang berkesinambungan dari pihak
tingkatkan dan bisa dalam berbagai bentuk Puskesmas.
asalkan masyarakat lebih dahulu disadar-
kan atas bahaya suatu penyakit dan apa UCAPAN TERIMA IOBSIH
yang hams dilakukan masyarakat bilamana
sakit. Penulis mengucapkan banyak teri-
ma kasih kepada Ibu Dr. Ingerani, SKM
Dari hasil yang diperoleh dalam selaku Kepala Pusat Penelitian Pemberan-
penelitian ini, dapat diambil beberapa ke- tasan Penyakit yang telah memberi izin
simpulan sebagai berikut: 1) Fungsi Juru untuk melaksanakan penelitian ini. Demi-
Malaria Desa dapat digantikan oleh kader kian juga ucapan terima kasih ditujukan
malaria yang di-dukung dengan jaringan kepada Dr. Sururi, Kepala Dinas Kese-
Dasa Wisma, baik dalam diagnosis klinis, hatan Kabupaten Punvorejo dan Dr. Lusi
pembuatan sediaan darah maupun Estiana, M.Kes, Kepala Puskesmas Pituruh
pengobatan klinis, 2) Slide Positivity Rate dan para mikroskopis di Puskesmas dan
(SPR) malaria hasil survei di ,desa Dinas kesehatan yang bersangkutan yang
perlakuan menurun sesudah enam bulan, telah ikut membantu pelaksanaan pene-
sebaliknya di desa pembanding terjadi pe- litian ini.
ningkatan. Sementara dari hasil Active
Case Detection, SPR di desa perlakuan
menurun sesudah satu tahun maupun sesu- DAFTAR RUJUKAN
dah dua tahun, sedangkan di desa pem- I. Ditjen PPM & PLP, Depkes RI., Analisa
banding meskipun turun sesudah satu situasi malaria tahunan 1990-1999. Ditjen PPM
tahun namun meningkat kembali sesudah & PLP, Depkes RI,Jakarta, 1999
dua tahun, 3) Cakupan Active Case 2. Ditjen PPM & PLP, Depkes Rl, Gebrak
Detection di desa perlakuan meningkat, Malaria, dalam: Kumpulan Materi Gebrak
baik sesudah satu tahun maupun dua tahun, Malaria. Ditjen PPM & PLP, Depkes RI,
Jakarta, 2000.
sedangkan di desa pembanding meskipun
meningkat sesudah satu tahun namun 3. Indonesia, Departemen Kesehatan R.1.
Direktorat Jenderal Peemberantasan Penyakit
menurun sesudah dua tahun, 4) Slide
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemu-
Falciparum Rate di desa perlakuan juga kiman, Modul Penemuan Penderita dan
menurun sesudah satu dan dua tahun, Pengobatan Malaria. Departemen Kesehatan
sedangkan di desa pembanding meskipun R.I. Direktorat Jenderal PPM & PLP Dlrektorat
sempat menurun sesudah satu tahun, Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang,
Jakarta; 1999, h. 6.
meningkat lagi sesudah dua tahun, 5)
Parasite Incidence sama-sama menurun 4. World Health Organization. A Global Strategy
baik di desa perlakuan maupun desa for malaria control World Health Organiza-
tion, Geneve ,1993
pembanding sesudah satu dan dua tahun,
namun penurunannya lebih besar di desa 5. Ditjen PPM 1G PLP, Depkes R1, Rencana
Srategis Penanggulangm Malaria di Kawasan
perlakuan terutama sesudah dua tahun.
Pengembangan Peran Serta ........(Omposunggu et.al)

Bukit Menorch, dalam: Kumpulan Materi Geb-


9. Roll Back Malaria Cabinet Project World
rak Malaria. Ditjen PPM & PLP, Depkes RI,
Health Organization, Framework for Monito-
Jakarta, 2000.
ring Progress Evaluating Outcomes and Im-
6. Campbell, D.T. and J.C. Stanley Experimental pact. c. Roll Back MalariaIWorld Health Orga-
and Quasi-Experimental Designs for Research. nization. WHO/CDS/RBM/2000.25; 2000
Rand M C ~ a l l yCollege Publishing Company,
1 0. World Health Organization, Implementation of
Chicago; 1963, 13.
The Global Malaria Control Strategy. WHO
7. Utomo, B Teknik Statistik 11, Fakultas Kese- Tech. Rep. Ser. 839, Geneve; 1993.
hatan Masyarakat Universitas Indonesia, Ja-
11. Santoso, S.S., B. Rukmono, W. Pribadi, R.
karta; 1982.
Rasidi dan A. Kartoyo (t.th). Peranserta
8. Soepanto, A., Malaria dan Masalah Sosial dan Masyarakat Dalam Penanggulangan Penyakit
Ekonomi yang Berhubungan Dengan Pem- Malaria Di Jawa Tengah. Makalah tidak
berantasannya. Lokakarya Penelitan Sosial dan dipublikasi.
Ekonomi Pemberantasan Penyakit Tropis di
Indonesia, Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan,
Badan Litbangkes, 19-22 Januari 1987, Jakarta,
1987

You might also like