Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kerja Praktek PT Vale Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT Vale Indonesia
Laporan Kerja Praktek PT Vale Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sasaran dari tujuan nasional adalah mencapai suatu struktur
ekonomi yang mantap dan seimbang, ditunjang oleh kekuatan dan
kemampuan yang tangguh dari sector pertanian, perkembangan sektor
industri yang kokoh, ditambah stabilitas nasional yang mantap dan dinamis.
Sejalan dengan usaha untuk mengembangkan sektor industri yang
kokoh maka perlu diciptakan suatu keseimbangan antara dunia pendidikan
dan industry untuk menghasilkan sarjana yang memiliki pemahaman dan
keterampilan yang berkaitan dengan pengembangan teknologi dan bidang-
bidang penerapannya. Dengan kemampuan akademis yang handal dan
keterampilan di bidang industry yang cukup, tenaga-tenaga kerja itu nantinya
bisa mengembangkan kreativitas dan penalaran untuk memberikan
sumbangan pemikiran dalam pembangunan industry Indonesia.
Ditinjau dari kondisi bangsa sebagai aktualisasi kehidupan manusia
secara komunal, maka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mempunyai peranan yang penting dalam kemajuan bangsa sekaligus
mempengaruhi keberhasilan pembangunan masyarakat yang mandiri.
Pengembangan IPTEK berfungsi sebagai sarana percepatan peningkatan
sumber daya manusia, perluasan kesempatan kerja, peningkatan harkat dan
martabat bangsa sekaligus peningkatan ksejahteraan rakyat, pengarah proses
pembaharuan, serta peningkatan produktivitas.
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dibutuhkan kerjasama dan jalur komunikasi yang
baik antara perguruan tinggi, industry, instalasi pemerintah dan swasta.
Kerjasama ini dapat dilaksanakan dengan penukaran informasi antara masing-
masing pihak tentag korelasi antara ilmu di perguruan tinggi dan pelaksanaan
di dunia industry. PT. Vale Indonesia Tbk. menjadi sangat menarik bagi
dunia pendidikan untuk melakukan program link and match.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(untuk menjadi perusahaan sumber daya alam nomor satu di dunia untuk
jangka waktu yang panjang, melalui keunggulan dan semangat untuk
manusia dan dunia.
c. Values
1. Life matters most ( berbagai hal tentang kehidupan yang paling
penting)
2. Value our people ( penghargaan bagi manusia)
3. Prize our planet (persembahan oleh planet kita)
4. Do what is right - Improve together (melakukan yang benar –
berkembang bersama)
5. Make it happen (wujudkan)
MANADO
PALU
KOLONEDALE
TOLO GULF
SOROAKO
MAKASSAR BAHODOPI
LATAO
MATARAPE LASOLO
SUASUA
KENDARI
PAOPAO
BONE
GULF
POMALAA
TOROBULU
1) Drying (Pengeringan)
Pengeringan bijih nikel dilakukan dalam suatu unit rotary
dryer. Tujuan dari proses pengeringan bijih laterit adalah untuk
mengurangi kadar air dalam bijih basah yang semula berkisar 30-
33% menjadi 20%. Hal ini dilakukan agar bijih tidak terlalu basah
atau terlalu kering. Jika produk dryer terlalu kering, akan
memunculkan debu yang mengakibatkan banyaknya nikel yang
terbuang, juga mempersulit penangannya. Bila terlalu basah
material akan cenderung melekat serta mempersulit penyaringan
dan pengolahan selanjutnya.
Bahan baku yang akan diproses dalam dryer yang utama
adalah ore hasil dari Screening Station Product (SSP) yang
kemudian dimasukkan ke dalam stock pile (wet ore stockpile). Ore
ini diangkut ke hopper untuk umpan ke apron feeder bersama-sama
dengan bahan revert yang antara lain berupa :
Debu dari dryer dan Kiln yang berasal dari 500 ton dust bin.
Slurry dari thickener dan dust pond.
Calcine Oversize dari kiln, namun tidak dapat diproses di
furnace.
Dalam dryer ada 2 tahapan proses yaitu :
a. Pengeringan
b. Penyaringan
Pada bagian pengeluaran (discharge end) rotary dryer
terdapat trommel screen dengan ukuran -3/4 inchi. Bijih west block
yang di-reject (oversize) dimasukkan dalam secondary trommel
screen untuk mendapatkan bijih dengan ukuran -3/4 inchi yang
lolos saringan pertama dan sisanya yaitu bijih +3/4 inchi dibuang
ketempat pembuangan. Sedangkan bijih east block yang di-reject
dihancurkan oleh symons crusher dan digabungkan kembali dengan
produk dryer. DKP ini kemudian dimasukkan ke dalam tempat
penyimpanan bijih kering (DOS, Dry Ore Strorage). Di dalam
DOS, bijih west block dan east block ditempatkan secara terpisah.
Debu yang terbawa oleh gas buang dilewatkan melalui unit
multiclone. Berdasarkan gaya gravitasi dan sentrifugal, partikel
debu yang besar akan jatuh dan kemudian disatukan kembali
dengan DKP (Dryer Kiln Product). Debu-debu halus yang tidak
berhasil disaring dalam multiclone ditahan oleh unit ESP dan
dicampur dengan slurry dalam pugmill untuk kemudian masuk
kembali sebagai umpan dryer.
Selain bertugas untuk mengeringkan bijih basah dari
stockpile, dryer juga dipergunakan untuk mengeringkan pasir silika
yang akan digunakan oleh unit converter.
2) Reduksi dan Sulfidasi
a. Granulasi
Tujuan granulasi adalah untuk menghasilkan produk berbentuk
butiran dengan ukuran tertentu. Proses ini dilakukan dengan cara
menuangkan matte cair pada semburan air bertekanan tinggi.
Dengan pengaturan tekanan air, diharapkan butiran yang terjadi
sesuai dengan standar spesifikasi yaitu +10 mesh sejumlah 0%
untuk ukuran halus -10 mesh maksimal 100%.
Butiran matte yang terbentuk ditampung bersama air granulasi
pada sebuah bak penampung (granulation pit). Kelebihan air pada
bak penampung dialirkan ke kolam pengendap (matte settling
pond) di mana airnya dapat digunakan kembali untuk proses
granulasi.
Pada kolam pengendap, butiran yang terbawa oleh granulasi
diendapkan dan setelah mencapai ketinggian tertentu, endapan
tersebut diambil untuk diproses kembali ke converter.
b. Pengeringan
Butiran matte yang tertampung dalam granulation pit, diangkat
dengan clampshekk ke hopper/screen. Dalam keadaan basah,
butiran akan jatuh ke dewatering belt dan air akan diisap dengan
vaccum pump sampai kandungan airnya sekitar 5%.
Selanjutnya butiran nikel dibawa ke rotary dryer melalui
transfer conveyor. Dryer ini berdiameter 1,58 m, panjang 9,8 m
dan kecepatan putaran 6,7 rpm dengan kemiringan 1,20. Sepanjang
dryer dilengkapi lifter agar proses pengeringan berjalan baik.
c. Pengepakan dan penimbangan
Produk yang sudah dikeringkan di masukkan ke dalam bucket
elevator dan dibawa ke tempat pengayak getar dengan ukuran -10
mesh. Hasil pengayakan yang oversize akan dikembalikan ke
converter. Produk nikel matte yang lolos dari screening
dimasukkan ke dalam bin penampungan produk. Bin ini dilengkapi
TUGAS KHUSUS
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1. Latar Belakang
PT. Vale Indonesia Tbk, Merupakan industri Nikel sulfida yang dalam
proses produksinya menggunakan electric furnace sebagai proses peleburan
calcine yang menghasilkan Electric Furnace Slag(EFS), Electric Furnace
Matte(EFM), Electric Furnace Dust(EFD), dan Electric Furnace Off
Gas(EFG).
Pada proses peleburan tersebut terjadi proses reduksi oleh O2 yang
menghasilkan bath gas. Untuk furnace #4 menghasilkan gas CO 50%, CO2
12%, H2 35%, dan SO2 3%. 6sebesar elektroda pasta karbon jenis
Sodenberg sebagai penghantar listrik yang baik. Energi listrik yang
dihasilkan berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Larona,
Balambano, dan Karebbe. Pada tahun 2015, kapasitas produksi nikel dalam
matte PT Vale Indonesia mencapai 75.000 metrik ton.
Proses pyrometallurgy membutuhkan energi yang besar untuk proses
pengolahannya. Besarnya energi yang dibutuhkan tergantung dari komposisi
mineral dan pengotornya, kadar air, teknologi proses, termodinamika
masing-masing mineral, antara lain specific heat, temperatur, tekanan
operasi, produk dan kapasitas yang dihasilkan. Energi yang besar juga
dibutuhkan untuk proses pengeringan, reduksi, kalsinasi, peleburan, dan
pemurnian.
1. Besarnya energi yang dibutuhkan pada proses pengolahan nikel matte
diharuskan tetap diarahkan pada pengolahan energi hemat dan efisien,
didasarkan pada kebijaksanaan energi yang menyeluruhdan dengan
memperhitungkan peningkatan kebutuhan dan kemampuan
penyediaan energi secara strategis dalam jangka panjang. Oleh karena
itu, dibutuhkan perhitungan distribusi energi yang terjadi di dalam
furnace dengan mempertimbangkan aspek energi panas yang
dihasilkan furnace dengan energi panas yang diserap furnace harus
seimbang. Walaupun efisiensi energi tidak akan 100% terjadi karena
adanya panas yang hilang selama proses, efisiensi energi harus dijaga
kestabilannya diatas 90%. Efisiensi energi ini diharapkan mampu
meningkatkan kualitas proses peleburan dan tentunya Data komposisi
produksi bulan Januari-September 2017 pada Electric Furnace#4
2. Mengacu pada Electric Furnace#4 Off-Gas System Process Flow
Diagram-Normal Operation
3. Hanya memperhitungkan Mass and Heat Balance Off-Gas.
3. Untuk mengetahui volume udara Gap Air yang masuk agar dapat
menurunkan Suhu pada Combustion Chamber (800oC)
4. Untuk meminimalisir emisi gas buang di udara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebagian besar adalah besi akan mengapung di atas matte. Matte dan
slag dikeluarkan dari dapur listrik (selectric furnace) yang mempunyai
4 buah lubang pengeluaran, yaitu 2 buah lubang pengeluaran slag yang
disebut skimming hole dan 2 buah lubang pengeluaran matte yang
disebut tapping hole.
yang digunakan untuk melebur kalsin. In leakage air merupakan udara yang
bersirkulasi di dalam furnace dengan komposisi 3.00% H2O, 20.37% O2,
dan 76.63% N2.(Eficiency, n.d.)
Massa yang keluar furnace antara lain matte, slag, dust, dan off gas.
Matte merupakan produk utama electric furnace yang mengandung 26.5%
Ni, 63% Fe, dan 9.5% S. Slag merupakan pengotor dengan kadar nikel yang
rendah dan siap dibuang ke tempat penampungan slag. Dust merupakan
debu yang dihasilkan ketika proses penuangan kalsin ke dalam furnace,
debu ini kemudian ditangkap spray chamber dan bag house untuk dilakukan
recycle karena masih mengandung kadar nikel yang tinggi. Off gas
merupakan produk sampingan yang dihasilkan dari proses reduksi dan
peleburan pada electric furnace yang dikeluarkan melalui stack. Off gas
yang dihasilkan antara lain H2O, O2, N2, CO, CO2, H2, dan SO2. Kadar off
gas harus dikontrol sesuai dengan standar emisi gas buang yang mengacu
pada peraturan pemerintah.
Pada komposisi tabel diatas, sebanyak 100 ton kalsin yang
dimasukkan ke dalam furnace menghasilkan hampir 90% electric furnace
slag dan 7.5% electric furnace matte, sedangkan dust dan off gas yang
dihasilkan relatif rendah. Kadar SiO2 dan MgO juga harus dikontrol sesuai
dengan rasio yang telah ditentukan agar proses reduksi dan peleburan di
furnace berjalan dengan optimum.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Start
Studi Literatur
Diskusi
Pengumpulan Data
Selesai
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
b. Parameter Operasi
Tabel 4.2 Parameter Operasi
No Parameter Designation Value Unit
1 Furnace Feed Rate F(s) 150 t/h
2 Furnace Dusting Rate F(D) 0,15 fr
3 Electrode Paste Carbon Consume 1,59 kg/t calc
4 Ni Rec (initial Value) 0,95 fr
5 Co Rec ( Initial Value) 0,7 fr
6 Fr. Of C as CO 0,1
7 In-Leakage Air 44100 Nm3/Min
8 Molecular Weighted
C 12,01
H2 2,02
S 32,06
O2 32
N2 28,01
H2O 18,02
SO2 64,06
CO 28,01
CO2 44,01
9 Temperatures
Ambient 25 oC
Calcine 725 oC
Off Gas 800 oC
Matte 1360 oC
Slag 1520 oC
Scrap 25 oC
10 Spesific Heats
O2 0,94 J/g.K
N2 1,04 J/g.K
H2O(<100 oC) 4,2 J/g.K
H2O(>100 oC) 1,91 J/g.K
SO2 0,67 J/g.K
CO 1,05 J/g.K
CO2 0,91 J/g.K
H2 14,5 J/g.K
Calcine 0,98 J/g.K
Liq. Matte 0,92 J/g.K
Liq. Slag 1,52 J/g.K
11 In-leakage Air
N2 79 %
O2 21 %
Output Furnace
100,00 0,00 0,16 0,03 21,58 0,01 0,22 0,00 0,85 44,65 20,37 12,12
slag
Dust 100,00 0,00 2,53 0,15 29,81 5,15 0,50 0,00 7,02 31,52 12,33 10,99
Dari data assay mass balance electrik furnace diatas dapat dilakukan
perhitungan dengan menggunakan feed rate proses diasumsikan Electric Furnace
Feed 150 ton/h, Electroda Paste rate memiliki nilai 0,159% dari EEF Rate,
Furnace Matte Rate 6,49% dari EFF Rate, Furnace slag Rate 88,92% EFF Rate.
Maka diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.4 Massa spesi mass balance electric furnace
Stream Berat
H2O Ni Co Fe C S LOI O SiO2 MgO Rock
(ton/h)
Calcine 150,00 0,00 2,94 0,15 34,82 2,94 1,19 1,55 5,48 59,95 27,64 13,36
Input
Electrode
0,24 0,00 0,00 0,00 0,00 0,21 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,01
Paste
Furnace
9,74 0,00 2,55 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 1,75 0,00 0,00 0,54
Matte
Furnace
Output 131,88 0,00 0,21 0,03 28,46 0,01 0,30 0,00 1,12 58,88 26,87 15,99
slag
Dust 0,15 0,00 0,0038 0,0002 0,03 0,01 0,00 0,00 0,01 0,07 0,03 0,02
Imbalance 5,14 0,00 0,00 0,01 5,60 3,13 0,03 1,80 2,56 0,48 0,07 0,68
m 93,00 394
t 93,00 47 93,00
m 103,33888 347
t 103,33888 51,66943854 103,3389
m 103,33888 296
t 103,338877 103,3388771 103,3389
s 0 192 103,3389 kmol/h
m 0,9357455 192
t 0,9357455 0,935745477 0,935745
m 160,06 191
t 160,058625 160,058625 160,0586
s 0 31 160,0586 kmol/h
Dari proses reaksi dalam electric furnace akan menghasilkan mass balance
off-gas dengan satuan volume/jam. Untuk menghitung volume off-gas yang
dihasilkan dapat menggunakan rumus volume dalam keadaan STP sebagai
berikut :
22,4
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝑥 𝑀𝑜𝑙
1000
Rumus diatas merupakan uraian dari rumus gas ideal dimana :
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
Tabel 4.6 Volume off-gas electric furnace 10 % O2 pada 1,96% C Calcine
Off Gas
Volume
Volume H2O 2.237,5 Nm3/h
Volume SO2 20,961 Nm3/h
Volume CO2 5.900,10 Nm3/h
Volume O2 4.266 Nm3/h
Volume N2 34.839 Nm3/h
Volume Off Gas Total 47.263 Nm3/h
Dari volume off gas yang diperoleh dapat diketahui volume bath
gas yaitu Volume Off gas = Volume bath gas + volume Air In Leakage.
Tabel 4.7 Mass Balance Off- Gas Electric Furnace pada 1,96%C Calcine
Qlepas = Qterima
m lepas x Cp x dT= m terima x Cp x dT
Dari data heat balance diatas didapatkan massa terima gap air yang masuk
dalam satuan kg dan di konversi menjadi satuan Volume(Nm3/h) dengan
rumus STP sehingga didapatkan volume gap air yang masuk sebesar 9.314
Nm3/h.
4.5 Perhitungan Variasi %C Calcine Terhadap Volume Off-gas dan Gap Air
Tabel 4.6 Pengaruh %C Calcine terhadapa volume gas dan gap air
Volume
%C Volume Gap
Off gas
1,7 13.726 9286,36
1,8 14.342 9449,91
1,9 14.957 9613,46
1,96 15.327 9711,59
2 15.573 9777,019
2,1 16.188 9940,57
2,2 16.804 10104,12
2,3 17.419 10267,67
2,4 18.035 10431,23
2,5 18.650 10594,78
17,000
15,000
13,000
1.7 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7
%C Calcine (%)
11000
Volume Off Gas Furnace (Nm3 /h)
y = 1635.5x + 6506
10500
10000
9500
9000
1.7 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7
%C Calcine (%)
4.6 Pembahasan
Penentuan volume udara pada In Leakage Air sangat berperan
penting dalam proses pembakaran dan reduksi dari bath gas yang
dihasilkan dalam furnace, dengan diberikannya volume udara In-Leakage
diharapkan dapat mengurangi volume off-gas CO dari 50% menjadi 0%
dan SO2 3% menjadi 1%. Hal ini diupayan agar volume gas CO2, CO, dan
SO2 yang keluar menuju combustion chamber dan masuk kedalam spray
chamber sangat sedikit agar tidak terjadi peningkatan suhu yang berasal
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam reaksi stoikiometri gas CO yang di reaksikan dengan O2 yang
berasal dari In-Leakage Air menunjukkan bahwa CO telah habis
bereaksi dengan O2.
2. Setelah off-gas yang telah direaksikan dengan O2 maka suhu off-gas
harus diturunkan dari 1000℃ menjadi 800℃ dengan cara ditambahkan
kembali O2 yang berasal dari Gap Air dengan Volume udara sebesar
9.314 Nm3/h.
3. Semakin tinggi nilai %C Calcine, maka volume off-gas yang
dihasilkan juga akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi nilai %C pada calcine kan menghasilkan off-gas CO dan CO2
yang lebih banyak
4. Semakin tinggi nilai %C Calcine, maka volume Gap Air yang
dihasilkan juga akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi nilai %C pada calcine akan menghasilkan off-gas CO dan CO2
yang lebih banyak sehingga semakin banyak off-gas yang harus
diturunkan suhunya dari 1000℃ menjadi 800℃.
5.6 Saran
1. Memperhatikan komposisi dari electric furnace feed agar dapat
memperkirakan seberapa besar reaksi reduksi yang terjadi dan dapt
menetukan volume off-gas yang dihasilkan.
2. Memastikan terjadi sistem oksidatif pada freeboard dengan terjaganya
off-gas pada komposisi 10% O2.
3. Memastikan suhu off-gas yang keluar menuju combustion chamber
sehingga kita dapat menentukan volume udara gap yang masuk untuk
menurunkan suhu menjadi 800℃.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
DATA DAN PERHITUNGAN
Data yang digunakan adalah data operasi pada furnace bulan Januari s/d
September 2017 yang dihiyung menggunakan Microsoft Excel, yang dilampirkan
sebagai berikut
Reaksi yang Terjadi
m 151,46 413
t 151,46 76 151,46
m 16,828476 338
t 16,828476 8,4142378 16,82848
m 16,828476 296
t 16,828476 16,828476 16,82848
m 0,0935745 329
t 0,0935745 0,0935745 0,093575
%
Percentage O2 10
Volume Off Gas Reduction
(OGR) 90 Volume OGR 11149,81 Nm3/h
Volume OGR +
10% O2 1238,868241 Nm3/h
dT dT
m lepas x cp x dT lepas terima cp x T m terima QM=QT
MOL
20.742,8 464.638,3
2.550 57.111,2
95,5238 2.139,7
46.371,981911 1.038.732,4
253.368 5.675.447,8
97.617,70767 2.186.636,7
420745,8081
v udara gap 9.424.706 Nm3/h
Diskusi dan
Kamis, 05-13 Process and Kak Dian Try
18 Mengerjakan Tugas
Oktober 2017 Technology Office Saputri
Khusus