Laporan Kerja Praktek PT Vale Indonesia

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 54

LAPORAN KERJA PRAKTIK

DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Salah satu sasaran dari tujuan nasional adalah mencapai suatu struktur
ekonomi yang mantap dan seimbang, ditunjang oleh kekuatan dan
kemampuan yang tangguh dari sector pertanian, perkembangan sektor
industri yang kokoh, ditambah stabilitas nasional yang mantap dan dinamis.
Sejalan dengan usaha untuk mengembangkan sektor industri yang
kokoh maka perlu diciptakan suatu keseimbangan antara dunia pendidikan
dan industry untuk menghasilkan sarjana yang memiliki pemahaman dan
keterampilan yang berkaitan dengan pengembangan teknologi dan bidang-
bidang penerapannya. Dengan kemampuan akademis yang handal dan
keterampilan di bidang industry yang cukup, tenaga-tenaga kerja itu nantinya
bisa mengembangkan kreativitas dan penalaran untuk memberikan
sumbangan pemikiran dalam pembangunan industry Indonesia.
Ditinjau dari kondisi bangsa sebagai aktualisasi kehidupan manusia
secara komunal, maka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mempunyai peranan yang penting dalam kemajuan bangsa sekaligus
mempengaruhi keberhasilan pembangunan masyarakat yang mandiri.
Pengembangan IPTEK berfungsi sebagai sarana percepatan peningkatan
sumber daya manusia, perluasan kesempatan kerja, peningkatan harkat dan
martabat bangsa sekaligus peningkatan ksejahteraan rakyat, pengarah proses
pembaharuan, serta peningkatan produktivitas.
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dibutuhkan kerjasama dan jalur komunikasi yang
baik antara perguruan tinggi, industry, instalasi pemerintah dan swasta.
Kerjasama ini dapat dilaksanakan dengan penukaran informasi antara masing-
masing pihak tentag korelasi antara ilmu di perguruan tinggi dan pelaksanaan
di dunia industry. PT. Vale Indonesia Tbk. menjadi sangat menarik bagi
dunia pendidikan untuk melakukan program link and match.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 1
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim


Indonesia, adalah salah satu perguruan tinggi swasta dengan sasaran
pengembangan dan penggunaan proses industry, unit operasi, dan
perancangan dalam skala besar dimana bahan mengalami perubahan fisik dan
kimiatertentu. Mahasiswa Teknik Kimia UMI sebagai bagian dari sumber
daya manusia Indonesia secara khusus disiapkan untuk menjadi design
engineer, project engineer, process engineer, peneliti dan pendidik.
Sesuai dengan kurikulum jurusan Teknik Kimia Universitas Muslim
Indonesia, yaitu dengan adanya kerja praktek (2 SKS), maka dipilih PT. Vale
Indonesia Tbk. di Sorowako, Sulawesi Selatan. Dengan harapan dapat
menimba pengalaman secara langsung di industri penambangan dan
pengolahan nikel untuk melihat lebih nyata penerapan materi perkuliahan
pada sektor industri.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan dan pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan pengalaman dalam suatu lingkungan kerja dan mendapat
peluang untuk berlatih menangani permasalahan dalam pabrik serta
melaksanakan studi perbandingan antara teori yang didapat di kuliah
dengan penerapannya di pabrik.
2. Menambah wawasan aplikasi keteknik-kimiaan dalam bidang industri,
khususnya proses pengolahan bijih nikel di PT. Vale Indonesia Tbk.
3. Mengetahui perkembangan teknologi dalam dunia industry yang
modern.
4. Memperoleh pemahaman yang komprehensif akan dunia kerja melalui
learning by doing.
5. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus
ditempuh sebagai persyaratan akademis di Jurusan Teknik Kimia
Universitas Muslim Indonesia.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 2
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

1.3 Manfaat Kerja Praktek


Adanya latar belakang yang kuat dan beberapa tujuan yang diraih,
pelaksanaan Kerja praktek ini juga diharapkan memberi manfaat untuk
berbagai pihak, antara lain :
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Melalui kerja praktek dapat menambah pengetahuan tentang
bagaimana dunia kerja yang sebenarnya.
2. Melatih pehamahaman tentang aplikasi pengetahuan teknik
khususnya bidang teknik kimia yang diterapkan pada industri.
3. Melatih diri untuk mampu bekerja sama dengan berbagai disiplin
ilmu yang berbeda.
4. Meningkatkan daya nalar, kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap
permasalahan yang dihadapi perusahaan.
1.3.2 Bagi Universitas
1. Menjalin kerja sama baik antara pihak Universitas Muslim
Indonesia, khususnya program Studi Teknik Kimia dengan pihak
PT Vale Indonesia Tbk.
2. Memperoleh gambaran nyata tentang proses produksi di
perusahaan sebagai informasi untuk memperkaya wawasan
keilmuan tenaga pengajar.
1.3.3 Bagi Perusahaan
1. Sebagai perwujudan nyata program CSR perusahaan
2. Mendapatkan gambaran untuk calon sumber daya manusia yang
dibutuhkan oleh perusahaan
3. Sebagai wahana untuk sharing dan diskusi terkait keilmuan Teknik
Kimia sebagai improvement perusahaan

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 3
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Perusahaan


PT. Vale Indonesia Tbk merupakan anak perusahaan dari Vale, sebuah
perusahaan pertambangan global yang berkantor pusat di Brazil. Perusahaan
ini mengoperasikan tambang nikel open pit dan pabrik pengolahannya
bertempat di Sorowako Sulawesi Selatan sejak 1968. PT. Vale
Indonesia menghasilkan nikel sulfida yaitu produk setengah jadi dari bijih
laterit. Dimana PT.Vale Indonesia Tbk memiliki daya saing , yaitu terletak
pada cadangan bijih dalam jumlah besar. Tenaga kerja yang terampil, terlatih,
listrik tenaga air berbiaya rendah, fasilitas produksi yang modern dan pasar
yang terjamin untuk produknya.
Saham perseroan sebanyak 60,8% saham perseroan dimiliki oleh Vale
Inco Limited, salah satu produsen nikel terkemuka di dunia dan 20,1% oleh
Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., Jepang, sebuah perusahaan tambang dan
peleburan yang utama. Disamping itu 20,0% saham PT. Vale Indonesia, Tbk
Sorowako dimiliki oleh pemegang saham publik dan sisanya oleh empat
perusahaan Jepang lain.
Kini produksi PT. Vale Indonesia Tbk. Beropersi dengan energi
terbarukan yang dihasilkan oleh tiga PLTA dengan daya total 365 MW.
Tingkat produksi tahunan saat ini mencapai rata-rata 75.000 Metrik Ton nikel
Matte. Dalam 5 tahun kedepan dengan investasi lanjutan sebesar $2 Milyar,
ditargetkan peningkatan produksi mencapai 120.000 Metrik Ton Nikel Matte.
a. Misi (mission) Perusahan
To transform natural resources into prosperity and sustainable
developement (Untuk mengubah sumber daya alam menjadi kemakmuran
dan pembangunan berkelanjutan).
b. Visi (vision) Perusahaan
To be number one global natural resource comspany in creating long
term value, through excellence and passion for people and the planet

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 4
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

(untuk menjadi perusahaan sumber daya alam nomor satu di dunia untuk
jangka waktu yang panjang, melalui keunggulan dan semangat untuk
manusia dan dunia.
c. Values
1. Life matters most ( berbagai hal tentang kehidupan yang paling
penting)
2. Value our people ( penghargaan bagi manusia)
3. Prize our planet (persembahan oleh planet kita)
4. Do what is right - Improve together (melakukan yang benar –
berkembang bersama)
5. Make it happen (wujudkan)

2.2 Wilayah PT. Vale Indonesia, Tbk

MANADO

COHTRACT OF WORK AREA TOMINI GULF

PALU

KOLONEDALE

TOLO GULF

SOROAKO
MAKASSAR BAHODOPI

LATAO

MATARAPE LASOLO
SUASUA

KENDARI
PAOPAO
BONE
GULF
POMALAA

TOROBULU

Gambar 2.1 Wilayah kontrak kerja PT. Vale Indonesia, Tbk.


Secara umum wilayah kontrak karya PT. Indonesia dibagi dalam 3
kategori Vale, yaitu:
1. Lokasi Sorowako Project Area (SPA), luas sekitar 10.010,22 ha.
2. Lokasi Sorowako Outer Area (SOA), luas sekitar 108.377,25 ha, meliputi
daerah Lingke, Lengkobale, Lasobonti, Lambatu, Tanamalia, Lingkona,
Lampenisu, Lampesue, Petea’a, Tompemanu, Tanah Merah, Nuha,
Matano, Larona dan Malili.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 5
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

3. Lokasi Sulawesi Coastal Deposite (SCD) , luas sekitar 100.141,54 ha,


meliputi daerah Bahadopi, Kolonedale (Sulawesi Tengah), daerah Latao,
Sua-Sua, Pao-Pao, Pomala, Malapulu, Torobulu, Lasolo serta Matarape
(Sulawesi Utara).

2.3 Struktur Organisasi


1. Kantor Pusat Perusahaan
Dalam struktur organisasi PT. Vale Indonesia memiliki pengurus
yang terdiri dari dewan komisaris dan dewan direksi serta pejabat
perseroan. Dewan Komisaris dijabat oleh para pemegang saham, terdiri
dari perusahaan besar dunia dan para pemegang saham publik. President
and Chief Officer (CEO) merupakan pemimpin tertinggi dalam
manajemen PT. Vale Indonesia.
President and Chief Officer (CEO) yang berkantor di Jakarta
membawahi:
1) Vice President Operation
2) Vice President and Chief Financial Officer.
PT. Vale Indonesia memiliki beberapa kantor diantaranya adalah
kantor pusat yang berkedudukan di Jakarta, kantor perwakilan di
Makassar, serta kantor operasional yang berkedudukan di Sorowako.
Terdapat pula kantor pembelian internasional yang terdapat di Singapura
dan Sudbury Canada.
2. Kantor Pusat Operasional
Semua kegiatan operasional yang berlangsung di PT. Vale
Indonesia, menjadi tanggung jawab President and Chief Excecutive
Officer. Selain President and Chief Excecutive Officer, dalam
manajemen PT. Vale Indonesia terdapat Chief Operating Officer yang
membawahi Senior General Manager dimana posisi ini yang
membawahi tiap-tiap departemen dalam satu departemen terdapat sub-
sub departemen yang masing-masing dipimpin oleh seorang supervisor.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 6
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

Kantor kegiatan operasional ini berkedudukan di Sorowako, dilihat


dari fungsinya dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1) Kelompok operasi dipimpin oleh Chief Operating Officer
2) Kelompok administrasi dipimpin oleh Human Resources and
Corporate Services
3) Kelompok keuangan, dipimpin oleh Chief Financial Officer.

2.4 Proses Opersi Pengolahan Bijih Nikel


Pabrik pengolahan nikel PT.Vale Indonesia Tbk dirancang dan
dibangun untuk mengolah endapan bijih nikel untuk mendapatkan nikel matte
dengan kadar >75%. Produk ini kemudian dikirim di Jepang untuk diolah
lebih lanjut.
Ada lima tahap utama pengolahan di PT.Vale Indonesia Tbk, sebagai
berikut:
1. Drying (Pengeringan)
Bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari
bagian tambang dan memisahkan bijih yang berukuran +19 mm dengan -
18 mm.
2. Kalsinasi dan Reduksi
Untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih dan mereduksi
sebagian nikel oksida menjadi nikel logam.
3. Smelting (Peleburan)
Untuk melelehkan calcine hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fase
lelehan terak atau matte.
4. Pemurniaan
Untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari ±27% menjadi >75%.
5. Granulasi dan Penanganan Produk
Untuk mengubah bentuk matte dari lelehan menjadi butiran-butiran yang
siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.1

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 7
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

2.5 Diagram Alir Proses


Diagram alir proses dari masing-masing unit dapat dilihat pada lampiran.

2.6 Langkah-Langkah Proses Produksi


1) Operasi Penambangan
Operasi penambangan yang dilakukan PT. Vale adalah secara open
mining. Operasi ini dilakukan pada pegunungan Verbeek dengan
ketinggian 500-700 m dari permukaan laut, sekitar 10 Km dari pusat kota
Sorowako. Luas daerah penambangan bijih nikel yang dikontrak oleh PT.
Vale adalah 218.000 ha dan hanya 1/9 bagian yang ditambang.
Daerah penambangan bijih nikel tersebut dibagi atas dua tipe geologi
yang berbeda, yaitu daerah timur (east block) dan daerah barat (west
block). Daerah timur rata-rata mengandung 1,8% nikel dengan kadar silika
rendah. Daerah barat rata-rata mengandung 2,1% nikel dengan kadar silika
yang tinggi.
Meskipun kandungan nikelnya rendah, ongkos penambangan daerah
timur jauh lebih murah dibandingkan di barat. Hal ini disebabkan karena
daerahnya lebih lunak dibandingkan di barat yang banyak mengandung
batu-batuan yang besar, sehingga terkadang memerlukan bantuan peledak
untuk menambangnya.
Komposisi material yang terkandung di dalam mineral tambang
masing-masing blok juga berbeda satu sama lain pada tabel berikut:
Tabel 1. Komposisi batuan pada east block dan west block
No Komposisi East Block West Block
1 % Ni 1,85 0,15
2 % Co 0,07 0,1
3. % Fe 21,2 9,6
% SiO2 20 14
5. % MgO 31 35
6. % SiO2/MgO 1,6 2,4
7. % Air bebas 35-38 28-32

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 8
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

8. Jenis mineral Serpentin Olivin


dominan
9. Sifat batuan Lunak Keras

Kegiatan utama operasi penambangan yang dilakukan adalah sebagai


berikut :

Gambar 2.2 Kegiatan utama penambangan


1) Land Clearing
Tahapan ini meliputi pembersihan tanaman/tumbuhan dengan
menggunakan bulldozer. Pohon-pohon berukuran besar ditebang dan
kayunya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
2) Stripping
Pada tahap ini dilakukan proses pengupasan lapisan tanah
penutup atau over burden, yaitu tanah dengan lapisan nikel rendah.
Tanah ini diangkut ke tempat pembuangan (disposal) atau digunakan
untuk menutupi daerah purna tambang (post mining) sebagai dasar
bagi tanaman penghijauan.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 9
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

3) Ore Mining (Penambangan Bijih)


Pada tahap ini dilakukan pengambilan lapisan tanah yang
mengandung nikel dengan kadar sedang menjadi kadar tinggi yang
ekonomis untuk ditambang. Bijih nikel untuk kadar sedang, yang biasa
disebut medium grade limonite (kadar nikelnya ±1.8%) diangkut dan
ditumpuk pada daerah tertentu. Untuk bijih nikel dengan kadar tinggi
(saprolite ore) yaitu ±2.1% diangkut ke tempat penyaringan bijih
(screening station).
4) Screening (Pengayakan)
Pengayakan dilakukan di screening station untuk memperoleh
bijih dengan ukuran yang diinginkan pabrik. Di sini akan dipisahkan
batuan -6 inch dan +6 inch. Untuk material dari blok barat, batuan +6
inch langsung dibawa ke rock disposal atau dihancurkan untuk
pembuatan jalan. Sedangkan untuk material blok timur, batuan -18
inch dan +6 inch dimasukkan ke dalam crusher untuk kemudian
dicampur hingga -6 inch. Material hasil penyaringan ini disebut SSP
(Screening Station Product) yang kemudian dikumpulkan dan dikirim
ke tempat penampungan bijih basah (wet ore stockpile).
Peralatan tambang yang digunakan adalah :
 Bull Dozer (alat pendorong)
 Excavator (alat penggali/penyendok)
 Shovel/Loader (penggali/pemuat)
 Heavy Haul Truck (alat angkut berat)
 Grader (alat perata jalan)
 Compactor (alat pemadat/pengeras jalan)
2) Proses Pengolahan
Proses yang digunakan dalam proses pengolahan bijih nikel adalah
proses pyrometallurgy. Pengolahan bijih nikel dimaksudkan untuk
mendapatkan matte dengan kadar nikel 75 - 78%, Fe < 0.7%, Sulfur
antara 18.5 – 22 % dan kobalt sebesar 1 %. Produk akhir dari pengolahan
tersebut diperoleh melalui beberapa proses, sebagai berikut:

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 10
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

Gambar 2.3 Proses pengolahan biji nikel

1) Drying (Pengeringan)
Pengeringan bijih nikel dilakukan dalam suatu unit rotary
dryer. Tujuan dari proses pengeringan bijih laterit adalah untuk
mengurangi kadar air dalam bijih basah yang semula berkisar 30-
33% menjadi 20%. Hal ini dilakukan agar bijih tidak terlalu basah
atau terlalu kering. Jika produk dryer terlalu kering, akan
memunculkan debu yang mengakibatkan banyaknya nikel yang
terbuang, juga mempersulit penangannya. Bila terlalu basah
material akan cenderung melekat serta mempersulit penyaringan
dan pengolahan selanjutnya.
Bahan baku yang akan diproses dalam dryer yang utama
adalah ore hasil dari Screening Station Product (SSP) yang
kemudian dimasukkan ke dalam stock pile (wet ore stockpile). Ore
ini diangkut ke hopper untuk umpan ke apron feeder bersama-sama
dengan bahan revert yang antara lain berupa :
 Debu dari dryer dan Kiln yang berasal dari 500 ton dust bin.
 Slurry dari thickener dan dust pond.
 Calcine Oversize dari kiln, namun tidak dapat diproses di
furnace.
Dalam dryer ada 2 tahapan proses yaitu :

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 11
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

a. Pengeringan

Terdapat dua jenis bijih stockpile, yaitu bijih stockpile west


block (WB) dan east block (EB). Pengeringan untuk kedua jenis
bijih tersebut dilakukan secara terpisah karena komposisi kimia
kedua jenis stockpile tersebut berbeda. Proses pengeringan
diperhatikan dengan adanya penguapan air bebas yang
terkandung dalam material umpan akibat adanya kontak langsung
material tersebut dengan gas panas. Proses pengeringan
berlangsung dalam arah aliran searah (co-current) sehingga baik
ore maupun gas panas masuk melalui ujung yang sama. Tekanan
operasi adalah 10 mm H2O di bawah tekanan atmosfer, hal ini
dilakukan supaya tidak terjadi ledakan ataupun kebocoran alat.
Dryer dilengkapi lifter untuk memperbesar permukaan kontak
antara umpan dengan gas panas. Feed akan keluar dari dryer
secara perlahan karena adanya putaran dan kemiringan dryer
sekitar 3o.
Pada dryer ini terdapat dua burner, yaitu :
 Main burner, digunakan untuk memanaskan udara masuk
dengan menaikkan suhu inlet 890-910 oC.
 Secondary burner/auxiliary burner berfungsi untuk
memanaskan feed secara langsung sekaligus manambah
efisiensi pembakaran.
Panas yang digunakan dalam pengeringan ini berasal dari fuel
oil HSFO (High Sulfur Fuel Oil) yang terlebih dahulu mengalami
proses pemanasan oleh steam hingga ± 100 oC dan proses
pengabutan HSFO oleh steam agar pembakaran dapat
berlangsung dengan baik. Untuk pembakaran awal digunakan
bahan bakar HSD. Udara untuk pembakaran berasal dari blower
dan diatur sedemikian rupa sehingga pembakaran berlangsung
dengan sempurna. Pembakaran yang sempurna mengurangi
jumlah polutan yang keluar bersama gas buang.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 12
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

b. Penyaringan
Pada bagian pengeluaran (discharge end) rotary dryer
terdapat trommel screen dengan ukuran -3/4 inchi. Bijih west block
yang di-reject (oversize) dimasukkan dalam secondary trommel
screen untuk mendapatkan bijih dengan ukuran -3/4 inchi yang
lolos saringan pertama dan sisanya yaitu bijih +3/4 inchi dibuang
ketempat pembuangan. Sedangkan bijih east block yang di-reject
dihancurkan oleh symons crusher dan digabungkan kembali dengan
produk dryer. DKP ini kemudian dimasukkan ke dalam tempat
penyimpanan bijih kering (DOS, Dry Ore Strorage). Di dalam
DOS, bijih west block dan east block ditempatkan secara terpisah.
Debu yang terbawa oleh gas buang dilewatkan melalui unit
multiclone. Berdasarkan gaya gravitasi dan sentrifugal, partikel
debu yang besar akan jatuh dan kemudian disatukan kembali
dengan DKP (Dryer Kiln Product). Debu-debu halus yang tidak
berhasil disaring dalam multiclone ditahan oleh unit ESP dan
dicampur dengan slurry dalam pugmill untuk kemudian masuk
kembali sebagai umpan dryer.
Selain bertugas untuk mengeringkan bijih basah dari
stockpile, dryer juga dipergunakan untuk mengeringkan pasir silika
yang akan digunakan oleh unit converter.
2) Reduksi dan Sulfidasi

Gambar 2.4 Reduction Kiln

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 13
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

Proses reduksi bertujuan untuk membentuk Ni dan Fe bebas yang


terpisah dari persenyawaan oksidanya dan dilanjutkan dengan proses
sulfidasi untuk mengikat logam bebas menjadi logam sulfide. Sampai
saat ini PT.Vale Indonesia Tbk telah mengoperasikan 5 buah kil reduksi
(reduction kiln).
Produk rotary dryer yang terdiri dari west block dan east block di
campur dengan perbandingan tertentu kemudian diumpankan dalam
reduction kiln. Perbandingan tersebut didasarkan pada kandungan silica
dan magnesia yang terdapat pada kedua blok. Perbandingan silica-
magnesia tersebut berpengaruh besar terhadap proses electric furnace.
Rasio SiO2 / MgO yang tinggi akan meningkatkan asam terak
yang dapat menyebabkan pengikisan atau bereaksi dengan batu tahan
api pada electric furnace yang akan mengurangi ketahanan batu tahan
api. Rasio SiO2 / MgO maksimum yang diperbolehkan adalah 2.2. Hasil
pencampuran dari kedua blok tersebut diumpankan ke reduction kiln
bersama-sama dengan coal (batu bara) yang mengandung fixed carbon
sekitar 46%. Coal ini berfungsi sebagai reduktor pada proses reduksi
electric furnace. Material berupa high nickel scrap dan converter slag
kadang-kadang juga diumpankan ke kiln apabila terak dalam electric
furnace terlalu kental apabila kekurangan besi.
Beberapa proses yang terjadi selama material berada dalam
reduction kiln, sebagai berikut:
a. Proses pengeringan lanjut dan kalsinasi
Proses pengeringan lanjutan, terjadi penghilangan kandungan air
bebas yang terdapat dalam umpan sedangkan air Kristal dapat
dihilangkan dengan proses kalsinasi. Diharapkan kandungan air Kristal
yang boleh berada dalam produk kiln kurang dari 1%. Hal ini dilakukan
untuk mnghindari tekanan di dalam furnace.
b. Proses Reduksi
Panas untuk reduction kiln diperoleh melalui HSFO yang
dikabutkan oleh steam pada main burner sedangkan gas pereduksi

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 14
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

terdiri dari Karbon monoksida (CO), Hidrogen (H2) dan Karbon


(C) diperoleh dari pembakaran tidak sempurna minyak bakar oil
lance dengan udara.
Untuk menjaga panas dalam kiln reduksi, di sepanjang kiln
dipasang 5 buah pipa udara (air pipe) yang akan membakar gas
panas yang tidak sempat bereaksi.Pada awal reduksi, NiO dan CoO
akan terlebih dahulu tereduksi kemudian FeO. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
NiO + C Ni + CO
NiO + CO Ni + CO2
NiO + H2 Ni + H2 O
CoO + C Co + CO
CoO + H2 Co + H2 O
Fe2O3 + 3C 2Fe + 3CO
Fe2O3 + 3CO 2Fe + 3CO2
3Fe2O3 + H2 2Fe3O4 + H2O
Dalam reaksi reduksi besi, sebelum tereduksi menjadi logam
besi, terjadi pula rekasi antara, yaitu Fe2O3 dan FeO. Reaksinya
adalah sebagai berikut:
3Fe2O3 + H2 2Fe3O4 + H2O
Fe3O4 + H2 3FeO + H2 O
FeO + H2O Fe + H2 O
Terbentuknya Ni dan Fe dari senyawanya hanya terjadi
sebagian sedangkan sisanya terjadi di dapur listrik. Oleh sebab itu
harus tersedia karbon yang cukup untuk menyempurnakan reaksi
reduksi di dalam dapur listrik.
a. Proses Sulfidasi
Produk kiln yang disebut calsine mengandung logam-
logam bebas. Karena logam yang terbentuk tidak stabil dan
mudah teroksidasi dengan udara luar maka untuk menghindari

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 15
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

haltersebut calsine dicampur dengan sulfur cair sebelum masuk


dalam surge bin calsine.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
3Ni + S2 Ni3S2
2Ni3S + S2 6NiS
2Fe + S2 2FeS
2FeS + S2 2FeS2
Proses Pencairan Sulfur
Pada proses sulfidasi digunakan sulfur cair yang diperoleh
melalui pemanasan sulfur padat di dalam smelter. Pencairan
tersebut menggunakan kumparan dengan media steam coil. Suhu
operasi tangki antara 130-150oC. Sulfur padat masuk ke dalam
smelter dengan menggunakan belt conveyor dengan kecepatan
rata-rata 20-40 ton/hr. sulfur cair yang terbentuk dipompa menuju
sulfur kiln yang dilengkapi dengan uap pemanas kemudian
diumpankan ke sulfur lance. Tangki pencairan sulfur dilengkapi
dengan Bulk Storage Tank berkapasitas 100 ton untuk
menampung dan mendistribusikan sulfur cair untuk kelima kiln
reduksi. Dengan adanya pemakaian sulfur cair ini, polusi
dilingkungan pabrik dapat dikurangi dan penggunaannya lebih
efisien jika dibandingkan dengan sulfur padat.
Selain calcine yang merupakan produk utama kiln, juga terdapat
produk samping berupa debu dan gas yang berbahaya seperti gas
CO dan H2. Calcine ditampung di dalam surge bin calcine yang
selanjutnya dimasukkan ke dalam container yang terletak di atas
transfer car. Dengan menggunakan crane, calcine diangkut ke
lantai lima di mana terdapat 9 buah bin. Pengisian calcine bin
diatur sesuai dengan kebutuhan electric furnace.
3) Smelting (Peleburan)
Proses peleburan merupakan lanjutan dari proses reduksi dan
sulfidasi. Proses ini terjadi dalam electric furnace. Proses ini dapat

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 16
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

memisahkan bagian yang kaya nikel berdasarkan perbedaan berat


jenis. Beberapa proses yang terjadi dalam electric furnace, yaitu:
a. Penghilangan air kristal yang masih tertinggal dalam calcine.
b. Reaksi reduksi lebih lanjut dengan menggunakan karbon dalam
batubara yang tercampur dalam calcine.
c. Peleburan calcine menjadi matte dan slag.
Kandungan matte yang merupakan produk electric furnace
diatur berdasarkan tingkat reduksi dalam reduction kiln dan
kandungan karbon dalam calcine. Produk matte electric furnace
diharapkan mempunyai komposisi sebagai berikut:
- Ni : 23 – 30 %
- Fe : 35 – 69 %
- S : 6 – 10 %
- Co : 0.6 – 0.7 %
4) Pemurnian (Converting)
Proses pemurnian merupakan proses akhir yang menentukan
kualitas produk nikel matte sebelum dipasarkan. Proses ini bertujuan
untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen
menjadi di atas 75 persen. PT. Vale melakukan proses pemurnian dalam
converter jenis Pierce Smith, melalui operasi batch.
a) Charging
Proses ini dilakukan dengan cara memasukkan furnace matte ke
dalam converter dengan menggunakan metal crane.
Beberapa bahan recycle yang digunakan sebagai feed converter :
 Bongkahan scrap yang mengandung nikel lebih dari 2%
 Oversize dari proses granulasi dan butiran yang tertumpah
 Material yang berasal dari sistem pengumpalan debu alat
pengering granule (butiran)
 Lumpur atau slurry dari evaporating chamber dan bak
pengendapan matte (matte setling pond)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 17
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

Scrap yang ditambahkan berfungsi untuk mengatur


temperatur operasi sehingga ketika penambahan scrap terjadi
penurunan temperatur. Untuk menaikkan temperatur ditambahkan
udara melalui proses blowing.
b) Blowing
Proses ini dilakukan setelah converter menerima umpan,
dengan cara menghembuskan udara bebas bertekanan tinggi dari
bawah silinder melalui lubang udara yang berjumlah 26 buah
sehingga terjadi kontak langsung antara udara dengan matte.
Dengan demikian efisiensi reaksi oksida besi oleh udara dapat
ditingkatkan.
Hal yang tidak dapat dihindari adalah terjadinya penyumbatan
pada lubang udara tersebut dan untuk menanggulanginya dilakukan
penusukan dengan menggunakan alat yang disebut puncher.
Jumlah udara yang masuk dibatasi hanya untuk mengoksidasi
besi dan unsur lain sehingga nikel tetap berada dalam keadaan nikel
sulfida . Besi oksida akan segera terikat oleh silica fluks (SiO2 ±68-
70%) membentuk slag.
Reaksi :
2FeS + 3O2 2FeO + 2SO2
2FeO + SiO2 2FeO.SiO2
NiS + O2 Ni + SO2
NiS + 2NiO 3Ni + SO2
Proses pembentukan terak dilakukan terus-menerus sampai
seluruh besi dan pengotor lainnya terpisah. Operasi converting
dihentikan dan hasilnya dikeluarkan jika kadar nikel sulfida > 78%
dan kadar besi <0,7%.
c) Dry Up
Proses ini dilakukan untuk memperoleh matte yang
komposisinya memenuhi syarat untuk proses selanjutnya.
Sasarannya adalah dengan menurunkan kadar besi hingga <0,75%

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 18
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

sehingga kadar nikel sulfida menjadi >78%. Apabila kadar besi


dalam matte sudah rendah (<5%) pemisahan besi menjadi slag
dengan cara blowing tidak dapat dilakukan lagi karena akan
mempertinggi kadar nikel dalam slag.
Dengan penambahan fluks yang berlebihan, kadar besi dapat
diturunkan menjadi kurang dari 0,7%. Disini tidak terbentuk lagi
slag tetapi gumpalan-gumpalan yang mengapung di atas nikel
matte yang disebut mush. Karena perbedaan berat jenis, maka
converter slag dan mush membentuk lapisan di atas converter
matte.
Converter matte diambil sebagai produk dan slag
dikeluarkan. Dengan cara-cara seperti di atas maka diharapkan
dapat diperoleh nikel matte dengan spesifikasi yang sesuai dengan
permintaan konsumen, yakni Ni 78-80%, Co<1,5%, S 18-22%, dan
Fe<0,70%.
d) Skimming
Terak dari campuran matte dipisahkan berdasarkan
perbedaan berat jenis terak dan matte. Berat jenis matte lebih besar
daripada slag sehingga proses pemisahannya dilakukan dengan
cara dekantasi, yaitu dengan cara memiringkan converter, sehingga
terak akan keluar dan ditampung di dalam ladle. Kandungan SiO2
dalam terak diusahakan sekitar 25%-30% karena apabila SiO2
rendah atau terlalu tinggi akan mengakibatkan rusaknya batu tahan
api pada converter. Kandungan MgO juga tidak boleh lebih dari
10% karena terak akan menjadi kental sehingga proses
pemisahannya tidak baik dan banyak nikel yang terbawa dalam
terak.
5) Penanganan Produk
Nikel matte yang merupakan produk converter dibentuk
menjadi butiran (granule) kering yang siap dipasarkan. Beberapa tahap
operasi yang dilakukan sebelum produksi tersebut adalah:

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 19
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

a. Granulasi
Tujuan granulasi adalah untuk menghasilkan produk berbentuk
butiran dengan ukuran tertentu. Proses ini dilakukan dengan cara
menuangkan matte cair pada semburan air bertekanan tinggi.
Dengan pengaturan tekanan air, diharapkan butiran yang terjadi
sesuai dengan standar spesifikasi yaitu +10 mesh sejumlah 0%
untuk ukuran halus -10 mesh maksimal 100%.
Butiran matte yang terbentuk ditampung bersama air granulasi
pada sebuah bak penampung (granulation pit). Kelebihan air pada
bak penampung dialirkan ke kolam pengendap (matte settling
pond) di mana airnya dapat digunakan kembali untuk proses
granulasi.
Pada kolam pengendap, butiran yang terbawa oleh granulasi
diendapkan dan setelah mencapai ketinggian tertentu, endapan
tersebut diambil untuk diproses kembali ke converter.
b. Pengeringan
Butiran matte yang tertampung dalam granulation pit, diangkat
dengan clampshekk ke hopper/screen. Dalam keadaan basah,
butiran akan jatuh ke dewatering belt dan air akan diisap dengan
vaccum pump sampai kandungan airnya sekitar 5%.
Selanjutnya butiran nikel dibawa ke rotary dryer melalui
transfer conveyor. Dryer ini berdiameter 1,58 m, panjang 9,8 m
dan kecepatan putaran 6,7 rpm dengan kemiringan 1,20. Sepanjang
dryer dilengkapi lifter agar proses pengeringan berjalan baik.
c. Pengepakan dan penimbangan
Produk yang sudah dikeringkan di masukkan ke dalam bucket
elevator dan dibawa ke tempat pengayak getar dengan ukuran -10
mesh. Hasil pengayakan yang oversize akan dikembalikan ke
converter. Produk nikel matte yang lolos dari screening
dimasukkan ke dalam bin penampungan produk. Bin ini dilengkapi

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 20
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

pendingin agar produk tidak terlalu panas dan tidak merusak


kantong. Setiap kantong akan berisi 3 ton nikel matte.
Tabel 7. Persyaratan bagi ukuran butiran nikel sulfida :
Ukuran (mesh) Persentase (%)
+10 0
+20 <10
-100; <20

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 21
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

TUGAS KHUSUS

STUDI PENGARUH %C CALCINE TERHADAP VOLUME OFF-GAS


FURNACE #4 YANG DIHASILKAN DAN PENGARUH VOLUME OFF-
GAS TERHADAP VOLUME UDARA GAP AIR YANG MASUK UNTUK
MENURUNKAN SUHU OFF-GAS PADA COMBUSTION CHAMBER

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 22
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

BAB I
LATAR BELAKANG
1.1. Latar Belakang
PT. Vale Indonesia Tbk, Merupakan industri Nikel sulfida yang dalam
proses produksinya menggunakan electric furnace sebagai proses peleburan
calcine yang menghasilkan Electric Furnace Slag(EFS), Electric Furnace
Matte(EFM), Electric Furnace Dust(EFD), dan Electric Furnace Off
Gas(EFG).
Pada proses peleburan tersebut terjadi proses reduksi oleh O2 yang
menghasilkan bath gas. Untuk furnace #4 menghasilkan gas CO 50%, CO2
12%, H2 35%, dan SO2 3%. 6sebesar elektroda pasta karbon jenis
Sodenberg sebagai penghantar listrik yang baik. Energi listrik yang
dihasilkan berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Larona,
Balambano, dan Karebbe. Pada tahun 2015, kapasitas produksi nikel dalam
matte PT Vale Indonesia mencapai 75.000 metrik ton.
Proses pyrometallurgy membutuhkan energi yang besar untuk proses
pengolahannya. Besarnya energi yang dibutuhkan tergantung dari komposisi
mineral dan pengotornya, kadar air, teknologi proses, termodinamika
masing-masing mineral, antara lain specific heat, temperatur, tekanan
operasi, produk dan kapasitas yang dihasilkan. Energi yang besar juga
dibutuhkan untuk proses pengeringan, reduksi, kalsinasi, peleburan, dan
pemurnian.
1. Besarnya energi yang dibutuhkan pada proses pengolahan nikel matte
diharuskan tetap diarahkan pada pengolahan energi hemat dan efisien,
didasarkan pada kebijaksanaan energi yang menyeluruhdan dengan
memperhitungkan peningkatan kebutuhan dan kemampuan
penyediaan energi secara strategis dalam jangka panjang. Oleh karena
itu, dibutuhkan perhitungan distribusi energi yang terjadi di dalam
furnace dengan mempertimbangkan aspek energi panas yang
dihasilkan furnace dengan energi panas yang diserap furnace harus
seimbang. Walaupun efisiensi energi tidak akan 100% terjadi karena

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 23
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

adanya panas yang hilang selama proses, efisiensi energi harus dijaga
kestabilannya diatas 90%. Efisiensi energi ini diharapkan mampu
meningkatkan kualitas proses peleburan dan tentunya Data komposisi
produksi bulan Januari-September 2017 pada Electric Furnace#4
2. Mengacu pada Electric Furnace#4 Off-Gas System Process Flow
Diagram-Normal Operation
3. Hanya memperhitungkan Mass and Heat Balance Off-Gas.

1.2 Batasan Masalah


Batasan masalah pada tugas khusus “Studi Pengaruh %C Calcine
Terhadap Volume Off-Gas Furnace #4 Yang Dihasilkan Dan Pengaruh
Volume Off-Gas Terhadap Volume Udara Gap Air Yang Masuk Untuk
Menurunkan Suhu Off-Gas Pada Combustion Chamber” antara lain :
1. Hanya menghitung nilai off-gas selain yang telah ditentukan yaitu
calcine, elektroda paste, In-Leakage Air, Furnace Matte, Furnace Slag,
Furnace Dust, dan Off-gas Furnace
2. Nilai persentase elektroda paste rate, furnace matte rate, furnace slag
rate, dan furnace dust rate memiliki perbandingan tetap terhadap
electric furnace feed rate.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menghitung gas CO sisa pada Off-Gas
2. Menghitung Volume Udara pada Gap untuk menghilangkan gas CO
pada Combustion Chamber
3. Menghitung Volume Udara Gap Air untuk menurunkan Suhu pada
Combustion Chamber (800oC).

1.4 Manfaat Penelitian


1. Untuk mengetahui jumlah CO sisa pada Off-Gas
2. Untuk mengetahui Volume Udara pada Gap Air agar dapat
menghilangkan gas CO pada Combustion Chamber

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 24
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

3. Untuk mengetahui volume udara Gap Air yang masuk agar dapat
menurunkan Suhu pada Combustion Chamber (800oC)
4. Untuk meminimalisir emisi gas buang di udara.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 25
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Electric Furnace


PT.Vale Indonesia Tbk. Mengoperasikan reduction kiln / Electric
Furnace / converter smelter di Soroako, Indonesia untuk memproduksi
Nickel Matte. Terdapat 4 Units tanur listrik (Electric Furnaces) yang
beropersi secara terus menerus yang mendapat suplai kalsi/Calcine dari 5
Units rotary Kilns. Tanur listrik tersebut berbentuk bulat dimana slag dan
ferro-nickel matte dikeluarkan dari lubang pengeluaran yang berbeda
(tapholes) yang berada di sisi tanur untuk selanjutnya dialirkan ke dalam
slag pots dan matte ladles. Matte furnace dioksidasi di dalam 3 units Piere-
Smith Converters.
Sistem off-gas yang terdapat pada setiap tanur listrik dilengkapi
dengan dua buah cerobong/Parallel Stacks yang berfungsi untuk membuat
gas bekas ke udara. Cerobong tersebut terdiri dari komponen-komponen
berikut ini :
 Elbow yang berlapis Castable (Refractory-lined Elbow) melalui atap
furnace.
 Ruang pendingin gas yang berlapis Castable (GCC) yang dilengkapi
dengan (2) spray nozzle yang di pasang secara seri.
 Refractory-line duct.
 Fast-acting dampers (tidak berpendingin) dan refractory-line stack ke
atmosfir.
PT.Vale Indonesia Tbk merancang secara terperinci tentang sistem
pembersihan gas yang baru pada tanur listrik/electric furnace #4 (EF#4).
Off-gas Cleaning system yang baru di rancang untuk mencapai tujuan
berikut ini :
 Mengurangi bahaya ledakan akibat adanya gas yang mudah terbakar di
dalam off-gas.
 Menurunkan biaya maintenance dan downtime.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 26
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

 Mencegah terjadinya kondensasi sulfur yang terdapat di dalam aliran


Off-gas sehingga dapat mencegah terjadinya masalah-masalah korosi.
 Merancang sistem sesuai dengan kapasitas, operasional furnace serta
tingkat produksi yang diinginkan. (Utigard, n.d.)

2.2 Proses pada Electric Furnace


a. Pemasukan Calcine ke dalam Electric Furnace
Feed bin sebagai tempat menyimpan calcine, dilengkapi
dengan butterfly valve untuk mencegah reaksi oksidasi calcine
karena kontak dengan udara luar. Masing-masing feed bin
mempunyai 3 chute yang membagi jumlah calcine secara merata
ketika dimasukkan ke dalam electric furnace.
b. Sistem Tenaga Elektroda
Terjadinya peleburan dalam electric furnace disebabkan oleh
adanya panas yang dihasilkan oleh tenaga listrik yang dialirkan melalui 3
buah elektroda jenis sodenberg electrode. Bagian dalam elektroda diisi
dengan karbon pasta yang memiliki daya hantar listrik yang baik. Dalam
proses peleburan, ujung elektroda akan ikut melebur akibat bereaksi
dengan slag pada temperatur tinggi, sehingga penambahan karbon pasta
dan penyambungan silinder elektroda (casing) diperlukan. Sistem arching
mode, yaitu posisi elektroda berada diatas permukaan slag digunakan
dalam proses ini. Piston hidrolik akan mengatur naik turunnya elektroda
secara otomatis, sehingga posisi elektroda akan menyesuaikan dengan
ketinggian slag. Panas yang dihasilkan elektroda, bergantung kepada:
1. Besarnya arus listrik yang masuk
2. Jarak antara elektroda
3. Besarnya tahanan slag
c. Smelting (Peleburan)
Proses peleburan merupakan lanjutan dari proses reduksi dan
sulfidasi.Proses ini terjadi didalam electric furnace. Proses ini dapat

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 27
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

memisahkan bagian yang kaya nikel berdasarkan perbedaan berat jenis.


Beberapa proses yang terjadi dalam electric furnace, yaitu:
a) Penghilangan air kristal yang masih tertinggal di dalam calcine.
b) Reaksi reduksi lebih lanjut dengan menggunakan karbon
dalam batubara yang tercampur dalam calcine.
c) Peleburan calcine menjadi matte dan slag.
Produk matte electric furnace diharapkan mempunyai komposisi
sebagai berikut:
Ni: 23-30%, Fe: 35-69%, S: 6-10%, Co: 0.6-0.7 %
Proses peleburan terjadi karena adanya peristiwa perpindahan
panas dari elektroda yang dialiri listrik ke calcine. Proses ini sangat
dipengaruhi oleh posisi elektroda terhadap slag di dalam furnace.
Apabila posisi elektroda terlalu jauh dari permukaan calcine, maka
panas yang dihasilkan akan banyak terbuang. Sebaliknya apabila
elektroda terbenam di dalam calcine, maka beban arus menjadi sangat
besar sehingga rawan terjadi ledakan. Untuk mengatur posisi elektroda
ini maka dilakukan slipping, yaitu penuruanan elektroda secara
bertahap.
Di dalam furnace, terjadi reaksi reduksi lanjutan oleh batubara
dengan kandungan 46% C dan peleburan calcine menjadi Ni sulfida dan
slag. Reaksi yang terjadi dalam furnace, yaitu:
NiO + C Ni + CO
Ni + FeS NiS + Fe
NiO + FeS NiS + FeO
Fe3O4+ C 3FeO + CO
FeO + C Fe + CO
Fe + NiO FeO + Ni
d. Proses Pemisahan Matte dan Pengeluaran Produk
Hasil peleburan calcine akan menghasilkan slag dengan kadar nikel
yang rendah. Proses pemisahan slag dan matte, didasarkan atas
perbedaan berat jenis sehingga matte akan mengendap dan slag yang

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 28
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

sebagian besar adalah besi akan mengapung di atas matte. Matte dan
slag dikeluarkan dari dapur listrik (selectric furnace) yang mempunyai
4 buah lubang pengeluaran, yaitu 2 buah lubang pengeluaran slag yang
disebut skimming hole dan 2 buah lubang pengeluaran matte yang
disebut tapping hole.

Gambar 2.1 Proses Tapping ((Utigard, n.d.)


Saat proses pengeluaran slag (skimming), level slag harus setinggi
5” –10” dari skimming hole. Slag ditampung dalam slag pot dan
diangkut haul master ketempat pembuangan terak (slag dump). Proses
pengeluaran matte (tapping), dilakukan dengan membuka lubang
pengeluaran matte menggunakan oksigen lance (pengeboran dengan
menggunakan campuran oksigen dan acetylene). Setelah proses
tapping, lubang harus ditutup kembali dengan clay menggunakan mud
gun. Matte yang keluar ditampung dalam tapping hole dan dibawa oleh
hot metal crane ke unit converter untuk diproses lebih lanjut.

2.3 Pembuangan Debu dan Gas


Pada proses peleburan kalsin dan reduksi lanjutan akan menghasilkan
debu dan senyawa-senyawa gas yaitu CO, CO2, SO2, dan H2. Debu akan
tersaring oleh Spray Chamber dan Bag House yang kemudian akan di
recylce kembali mengingat kadar nikelnya yang tinggi sekitar 2%. Seluruh
gas yang terbentuk dibuang ke atmosfer melalui stack sesuai dengan standar
emisi gas buang pemerintah Republik Indonesia.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 29
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

2.4 Loss on Ignition (LOI)


Loss on Ignition (LOI) merupakan salah satu penyusun komposisi
bijih nikel laterit dan besar kecilnya persentase LOI mempengaruhi operasi
proses kalsinasi dan peleburan. LOI dipengaruhi kehadiran karbonat,
sulfida, dan senyawa organik lainnya. Dari sudut pandang praktis, kadar
LOI dapat disamakan dengan ikatan kristal H2O (xH2O) dalam mineral
laterit. Kadar air kristal dalam kalsin harus dijaga kurang dari 1% agar
tidak terjadi tekanan berlebih yang dapat menyebabkan ledakan di furnace.
Oleh karena itu, hal ini menjadi menarik untuk process plant mendapatkan
bijih dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Kadar LOI yang rendah
- Ikatan air kristal yang dapat dilepas pada temperatur rendah.

2.5 Furnace Mass Balance


Mass Balance merupakan suatu perhitungan material yang berada
dalam suatu sistem yang spesifik. Mass balance pada furnace mengacu pada
gambar 3. bahwa massa yang masuk harus sama dengan massa yang keluar.

Gambar 2.2 Diagram Alir Furnace Mass Balance


Berdasarkan Gambar 3., massa yang masuk ke dalam furnace antara
lain kalsin, elektorda pasta karbon, dan in leakage air. Kalsin merupakan
produk dari rotary kiln yang siap direduksi dan dilebur di dalam furnace
menjadi EFS dan EFM. Elektroda pasta karbon merupakan konduktor listrik

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 30
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

yang digunakan untuk melebur kalsin. In leakage air merupakan udara yang
bersirkulasi di dalam furnace dengan komposisi 3.00% H2O, 20.37% O2,
dan 76.63% N2.(Eficiency, n.d.)
Massa yang keluar furnace antara lain matte, slag, dust, dan off gas.
Matte merupakan produk utama electric furnace yang mengandung 26.5%
Ni, 63% Fe, dan 9.5% S. Slag merupakan pengotor dengan kadar nikel yang
rendah dan siap dibuang ke tempat penampungan slag. Dust merupakan
debu yang dihasilkan ketika proses penuangan kalsin ke dalam furnace,
debu ini kemudian ditangkap spray chamber dan bag house untuk dilakukan
recycle karena masih mengandung kadar nikel yang tinggi. Off gas
merupakan produk sampingan yang dihasilkan dari proses reduksi dan
peleburan pada electric furnace yang dikeluarkan melalui stack. Off gas
yang dihasilkan antara lain H2O, O2, N2, CO, CO2, H2, dan SO2. Kadar off
gas harus dikontrol sesuai dengan standar emisi gas buang yang mengacu
pada peraturan pemerintah.
Pada komposisi tabel diatas, sebanyak 100 ton kalsin yang
dimasukkan ke dalam furnace menghasilkan hampir 90% electric furnace
slag dan 7.5% electric furnace matte, sedangkan dust dan off gas yang
dihasilkan relatif rendah. Kadar SiO2 dan MgO juga harus dikontrol sesuai
dengan rasio yang telah ditentukan agar proses reduksi dan peleburan di
furnace berjalan dengan optimum.

2.6 Furnace Heat Balance


Heat balance merupakan suatu perhitungan tentang sistem panas yang
terjadi dalam sistem yang spesifik. Panas yang masuk harus sama dengan
panas yang keluar sesuai dengan skema Gambar 4. dimana :
Heat Input = Heat Output
Berdasarkan Gambar 4. panas yang masuk antara lain panas dari
kalsin, heat of combustion, dan electrical energy, sedangkan panas yang
keluar antara lain panas furnace matte, furnace slag, dust, sensible heat,
heat of reduction, heat of dissociation, dan heat loss. Parameter panas yang

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 31
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

dihasilkan antara lain jumlah massa yang dimasukkan, temperatur operasi,


dan enthalpy.

Gambar 2.3 Diagram Alir Furnace Heat Balances


Panas yang masuk ke dalam furnace terbagi menjadi tiga bagian,
yakni panas yang berasal dari kalsin, heat of combustion, dan electrical
energy. Energi panas yang berasal dari kalsin merupakan hasil kali antara
jumlah massa yang masuk pada temperatur tertentu terhadap enthalpy. Heat
of Combustion adalah panas yang masuk ke dalam furnace melalui reaksi
pembakaran karbon (C) menjadi karbon monoksida (CO) dan karbon
dioksida (CO2), sulfur (S) menjadi sulfur dioksida (SO2), dan air menjadi
gas hidrogen (H2). Electrical energy merupakan panas yang bersumber dari
arus listrik dari PLTA Larona, Balambano, dan Karebbe. Umumnya data
panas yang diberikan dalam bentuk kWh/metric ton kalsin.
Panas yang keluar dari furnace terbagi menjadi tujuh bagian, yakni
panas yang diberikan untuk furnace matte, furnace slag, furnace dust,
sensible heat, heat of dissociation, heat of reduction, dan heat loss. Panas
yang diberikan untuk furnace matte, furnace slag, dan furnace dust
merupakan hasil kali antara jumlah massa yang dihasilkan pada temperatur
tertentu terhadap enthalpy. Sensible heat merupakan panas yang diberikan
terhadap off gas. Dissociation heat merupakan panas yang diberikan untuk
melepas crystal water (xH2O). Heat of Reduction merupakan panas yang
diberikan untuk mereduksi logam Fe2O3, Fe3O4, NiO, dan CoO. Heat loss
adalah panas yang hilang dalam proses peleburan.(Raharjo & AssaHawari,
2017)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 32
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.4 Diagram Alir Penelitian

Start

Studi Literatur

Diskusi

Pengumpulan Data

Perhitungan Mass Balance

Pehitungan Volume Off-Gass Perhitungan Volume Off-Gas

Perhitungan Heat Balance

Perhitungan Variasi %C pada Calcine terhadap Volume


Off Gas dan Volume Gap

Selesai

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 33
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

3.2 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan saat kerja praktik, pada :
Tanggal : 20 September-10 Oktober 2017
Tempat : Departemen Process Plant, PT.Vale Indonesia Tbk.

3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data


Pengumpulan data yang dilakukan ialah metode lapangan dengan
mengumpulkan data assay yang terdapat pada calcine, elcktroda paste,
furnace matte, furnace slag dan dust selama bulan Januari-September 2017
pada furnace#4. Data ini diolah untuk mendapatkan nilai Mass Balance yang
akan digunakan dalam menghitung Heat Balance untuk memperoleh volume
gap yang masuk, sehingga komposisi gas dan suhu pada combustion chamber
yang diinginkan tercapai.
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati furnace secara langsung,
mengamati Flow Diagram furnace, dan mengumpulkan data yang
diperlukan untuk memenuhi parameter yang dibutuhkan
2. Wawancara dan Diskusi
Wawancara, diskusi, dan konsultasi dengan pembimbing kerja praktik,
engineer, dan teknisi mengenai informasi tentang tugas khusus berupa data
lapangan selama bulan Januari 2017 hingga September 2017, literatur
terkait furnace, simulasi mass balance dan heat balance, serta analisa dan
penyelesaian masalah.
3. Studi Literatur
Studi literatur bertujuan untuk memperoleh data mengenai informasi
dan teori dasar seputar electric furnace menggunakan referensi buku,
jurnal, laporan kerja praktik, dan memorandum.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 34
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data


Data yang digunakan dalam pembuatan model ini adalah data proses
produksi electric furnace #4 dari bulan Januari sampai September tahun 2017
dengan terdiri dari data komposisi calcine , Furnace Matte, Furnace Slag, dan
dust.
a. Data Komposisi Electric Furnace #4
Tabel 4.1Assay Mass Balance rata-rata produksi tahun 2017
Stream Total
H2O Ni Co Fe C S LOI O SiO2 MgO
%
Calcine 100,00 0,00 1,96 0,10 23,21 1,96 0,79 1,03 4,61 39,97 18,42
Input Electrode
100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 90,00 0,00 0,00 0,00 2,70 1,80
Paste
Furnace
100,00 0,00 26,23 1,05 63,15 0,00 9,55 0,00 18,02 0,00 0,00
Matte
Output Furnace
100,00 0,00 0,16 0,03 21,58 0,01 0,22 0,00 0,85 44,65 20,37
slag
Dust 100,00 0,00 2,53 0,15 29,81 5,15 0,50 0,00 7,02 31,52 12,33

b. Parameter Operasi
Tabel 4.2 Parameter Operasi
No Parameter Designation Value Unit
1 Furnace Feed Rate F(s) 150 t/h
2 Furnace Dusting Rate F(D) 0,15 fr
3 Electrode Paste Carbon Consume 1,59 kg/t calc
4 Ni Rec (initial Value) 0,95 fr
5 Co Rec ( Initial Value) 0,7 fr
6 Fr. Of C as CO 0,1
7 In-Leakage Air 44100 Nm3/Min
8 Molecular Weighted
C 12,01
H2 2,02
S 32,06

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 35
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

O2 32
N2 28,01
H2O 18,02
SO2 64,06
CO 28,01
CO2 44,01
9 Temperatures
Ambient 25 oC
Calcine 725 oC
Off Gas 800 oC
Matte 1360 oC
Slag 1520 oC
Scrap 25 oC
10 Spesific Heats
O2 0,94 J/g.K
N2 1,04 J/g.K
H2O(<100 oC) 4,2 J/g.K
H2O(>100 oC) 1,91 J/g.K
SO2 0,67 J/g.K
CO 1,05 J/g.K
CO2 0,91 J/g.K
H2 14,5 J/g.K
Calcine 0,98 J/g.K
Liq. Matte 0,92 J/g.K
Liq. Slag 1,52 J/g.K
11 In-leakage Air
N2 79 %
O2 21 %

c. Perhitungan Presentasi O2 dalam Assay Mass Balance Electric Furnace #4


Dalam menentukan presentase O2 pada Assay Mass Balance yaitu
menggunakan assay reduksi persamaan 4.1 (Dalvi, n.d.)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 36
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

𝑓𝑟 (𝐹𝑒 (𝑤)) 𝑥 𝑀𝑟 𝑂2 𝑥 0,5 𝑓𝑟 (𝐹𝑒 (𝑚𝑎𝑔)) 𝑥 𝑀𝑟 𝑂2 𝑥 2


%𝑂 = %𝐹𝑒 [ +
𝐴𝑟 𝐹𝑒 3 𝑥 𝐴𝑟 𝐹𝑒
𝑓𝑟 (𝐹𝑒 (𝐻))𝑥 𝑀𝑟 𝑂2 𝑋 1,5
+ ]
2 𝑥 𝐴𝑟 𝐹𝑒
𝑓𝑟 (𝑁𝑖 (𝑂))𝑥 𝑀𝑟 𝑂2 𝑥 0,5
+ %𝑁𝑖 [ ]
𝐴𝑟 𝑁𝑖
𝑓𝑟 (𝐶𝑜 (𝑂))𝑥 𝑀𝑟 𝑂2 𝑥 0,5
+ %𝐶𝑜 [ ] … … … … … … … … … … 4.1
𝐴𝑟 𝐶𝑜
Berdasarkan rumus perhitungan persentase O2 diatas dapat di hasilkan
sebagai berikut.
Tabel 4.2 Assay reduksi dan perhitungan persetase O2

STREAM Fe(M) Fe(W) Fe(Mag) Fe(H) Ni(M) Ni(O) Co(M) Co(O) %O

Calcine 0,05 0,5 0,45 0 0,5 0,5 0,2 0,8 4,61


INPUT
Electrode Paste Carbon 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Furnace Matte 0,995 0 0,005 0 1 0 1 0 18,12
OUTPUT Furnace Slag 0,005 0,9 0,095 0 0,3 0,7 0,05 0,95 0,85
Stack Dust 0,4 0,3 0,2 0,1 0,95 0,05 0,8 0,2 7,02

4.2 Perhitungan Mass Balance

Massa input = Massa Output

Tabel 4.3 Assay mass balance electric furnace

Stream Total % H2O Ni Co Fe C S LOI O SiO2 MgO Rock


Calcine 100,00 0,00 1,96 0,10 23,21 1,96 0,79 1,03 3,65 39,97 18,42 8,91
Input Electrode
100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 90,00 0,00 0,00 0,00 2,70 1,80 5,50
Paste
Furnace
100,00 0,00 26,23 1,05 63,15 0,00 9,55 0,00 18,02 0,00 0,00 18,00
Matte

Output Furnace
100,00 0,00 0,16 0,03 21,58 0,01 0,22 0,00 0,85 44,65 20,37 12,12
slag
Dust 100,00 0,00 2,53 0,15 29,81 5,15 0,50 0,00 7,02 31,52 12,33 10,99

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 37
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

Dari data assay mass balance electrik furnace diatas dapat dilakukan
perhitungan dengan menggunakan feed rate proses diasumsikan Electric Furnace
Feed 150 ton/h, Electroda Paste rate memiliki nilai 0,159% dari EEF Rate,
Furnace Matte Rate 6,49% dari EFF Rate, Furnace slag Rate 88,92% EFF Rate.
Maka diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.4 Massa spesi mass balance electric furnace
Stream Berat
H2O Ni Co Fe C S LOI O SiO2 MgO Rock
(ton/h)

Calcine 150,00 0,00 2,94 0,15 34,82 2,94 1,19 1,55 5,48 59,95 27,64 13,36
Input
Electrode
0,24 0,00 0,00 0,00 0,00 0,21 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,01
Paste
Furnace
9,74 0,00 2,55 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 1,75 0,00 0,00 0,54
Matte
Furnace
Output 131,88 0,00 0,21 0,03 28,46 0,01 0,30 0,00 1,12 58,88 26,87 15,99
slag

Dust 0,15 0,00 0,0038 0,0002 0,03 0,01 0,00 0,00 0,01 0,07 0,03 0,02

Tabel 4.5 Selisih massa input dan output massa balance


Weight
H2O Ni Co Fe C S XH2O O SiO2 MgO Rock
(ton/h)

Imbalance 5,14 0,00 0,00 0,01 5,60 3,13 0,03 1,80 2,56 0,48 0,07 0,68

4.3 Mass Balance Off Gas Electric Furnace


Berdasarkan data imbalnce yang diperoleh dapat di lakukan
perhitungan Off-Gas dari furnace. Dapat dilihat dari perbedaan massa O
lebih kecil daripada massa C sehingga dapat di asumsikan bahwa proses
reduksi O berjalan secara keseluruhan yang menyisakan C. Dari C yang
tersisa maka diperlukan penambahan In-Leakage Air yang bertujuan sebagai
penyuplai O2 untuk proses pembakaran C dan S yang tersisa sehigga dapat
menjadi Off-Gas berupa SO2, CO, dan CO2 dan xH2O dari LOI yang akan
berubh fase dari fase padat menjadi gas.
Untuk proses pertama adalah proses oksidasi yang menghasilkan bath
gas, yaitu :

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 38
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

C (Oksidasi) + O2 ---------> CO(Reduksi)


2C O2 2CO
m: 260,89 80,02
t: 160,05 80,02 160,06
s: 100,84 0 160,06 kmol

xH2O(s) ---------> H2O(g) (Pelepasan gugus OH)


xH2O H2O
m: 99,88
t: 99,88 99,88
s: 0 99,88 kmol/h

Pada reaksi oksidasi diatas O2 habis bereaksi menghasilkan CO


sehingga dibutuhkan suplay O2 untuk proses pembakaran lebih lanjut,
baik untuk C dan S. Dimana volume In-Leakage Air yang masuk
adalah 44.100 Nm3/h.
2CO + O2 ---------> 2CO2(Reduksi)
2C O2 2CO2

m 93,00 394

t 93,00 47 93,00

s 0 347 93,00 kmol/h

2C + O2 ---------> 2CO (Reduksi)


2C O2 2CO

m 103,33888 347
t 103,33888 51,66943854 103,3389

s 0 296 103,3389 kmol/h

2CO + O2 ---------> CO2 (Reduksi)


2CO O2 2CO2

m 103,33888 296
t 103,338877 103,3388771 103,3389
s 0 192 103,3389 kmol/h

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 39
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

S + O2 ---------> SO2 (Reduksi)


S O2 SO2

m 0,9357455 192
t 0,9357455 0,935745477 0,935745

s 0 191 0,935745 kmol/h

2CO + O2 ---------> CO2 (Reduksi)


2CO O2 2CO2

m 160,06 191
t 160,058625 160,058625 160,0586

s 0 31 160,0586 kmol/h

Dari proses reaksi dalam electric furnace akan menghasilkan mass balance
off-gas dengan satuan volume/jam. Untuk menghitung volume off-gas yang
dihasilkan dapat menggunakan rumus volume dalam keadaan STP sebagai
berikut :
22,4
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝑥 𝑀𝑜𝑙
1000
Rumus diatas merupakan uraian dari rumus gas ideal dimana :
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇
Tabel 4.6 Volume off-gas electric furnace 10 % O2 pada 1,96% C Calcine
Off Gas
Volume
Volume H2O 2.237,5 Nm3/h
Volume SO2 20,961 Nm3/h
Volume CO2 5.900,10 Nm3/h
Volume O2 4.266 Nm3/h
Volume N2 34.839 Nm3/h
Volume Off Gas Total 47.263 Nm3/h

Dari volume off gas yang diperoleh dapat diketahui volume bath
gas yaitu Volume Off gas = Volume bath gas + volume Air In Leakage.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 40
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

Tabel 4.7 Mass Balance Off- Gas Electric Furnace pada 1,96%C Calcine

Mass Balance Off Gas Electric Furnace


Input Output
Imbalanced kmol Kg Off Gas kmol kg
O
160,059 2560,94 CO2 263 11.589
Imbalanced
C
263,40 3160,77 SO2 0,936 60
Imbalanced
LOI 99,889012 1800,00 H2O(g) 99,89 1.800,00
S
0,93575 29,94385527 N2 1.555 43.549
imbalanced
In-leakage
kmol Kg O2 190 6.094
Air
O2
413 13.230
N2
1.555 43.549
Total Total 2.110 64.330
2.493 64.330
Dimana CO telah telah habis bereaksi

4.4 Perhitungan Heat Balance


Setelah didapatkan mass balance dari off-gas maka selanjutnya
menentukan heat balance untuk menurunkan suhu off gas dari furnace menuju
combustion chamber sebesar 1000oC menjadi 800oC. Sehingga dari
perhitungan heat balance didapatkan volume Gap Air yang masuk.

Qlepas = Qterima
m lepas x Cp x dT= m terima x Cp x dT

Tabel 4.8 Data Temperatur


Temperatur
o
Furnace Off-gas 1000 C 1273 K
o
Furnace Air Infiltration 43 C 316 K
Spray Chamber Inlet o
800 C 1073 K
(Suhu target)
o
Combustion Air at Gap 43 C 316 K

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 41
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

Tabel 4.9 Data Heat Balance


Qlepas m terima Qterima

CO2 2.410.613.939 2.929.559 2.410.613.939

SO2 50.337.118 61.173,4427 50.337.118

H2O 687.600.000 835.623,114045 687.600.000

N2 5.835.532.500 7.091.777 5.835.532.500

O2 1.279.755.478 1.555.254,88328 1.279.755.478

TOTAL 10.263.839.035 12.473.387,34 10.263.839.034,95

Dari data heat balance diatas didapatkan massa terima gap air yang masuk
dalam satuan kg dan di konversi menjadi satuan Volume(Nm3/h) dengan
rumus STP sehingga didapatkan volume gap air yang masuk sebesar 9.314
Nm3/h.

4.5 Perhitungan Variasi %C Calcine Terhadap Volume Off-gas dan Gap Air
Tabel 4.6 Pengaruh %C Calcine terhadapa volume gas dan gap air

Volume
%C Volume Gap
Off gas
1,7 13.726 9286,36
1,8 14.342 9449,91
1,9 14.957 9613,46
1,96 15.327 9711,59
2 15.573 9777,019
2,1 16.188 9940,57
2,2 16.804 10104,12
2,3 17.419 10267,67
2,4 18.035 10431,23
2,5 18.650 10594,78

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 42
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

Volume Off Gas Furnace (Nm3 /h)


19,000
y = 6154.9x + 3263

17,000

15,000

13,000
1.7 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7

%C Calcine (%)

Grafik 4.1 Pengaruh %C Calsine terhadap Volume Off Gas

11000
Volume Off Gas Furnace (Nm3 /h)

y = 1635.5x + 6506
10500

10000

9500

9000
1.7 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7
%C Calcine (%)

Grafik 4.1 Pengaruh %C Calsine terhadap Volume Gap Air

4.6 Pembahasan
Penentuan volume udara pada In Leakage Air sangat berperan
penting dalam proses pembakaran dan reduksi dari bath gas yang
dihasilkan dalam furnace, dengan diberikannya volume udara In-Leakage
diharapkan dapat mengurangi volume off-gas CO dari 50% menjadi 0%
dan SO2 3% menjadi 1%. Hal ini diupayan agar volume gas CO2, CO, dan
SO2 yang keluar menuju combustion chamber dan masuk kedalam spray
chamber sangat sedikit agar tidak terjadi peningkatan suhu yang berasal

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 43
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

dari C dalam CO dan CO2 yang dapat menyebabkan ledakan, karena CO


dalam suhu tinggi bersifat flemable dan jika SO2 juga keluar keudara
melalui stack dengan volume yang banyak dapat menimbulkan penipisan
lapisan ozon yang memicu terjadinya peningkatan global warning dibumi.
Hal ini sangat bertentangan dengan peraturan pemerintah..
Untuk variasi %C Calcine dapat dilihat pada grafik bahwa %C
calcine sangat mempengaruhi volume udara off-gas yang dihasilkan dan
volume udara Gap Air yang digunakan untuk menurunkan suhu yang
masuk ke combustion chamber. Semakan banyak off-gas yang dihasilkan
dan semakin banyak pula Gap Air yang harus masuk untuk menurunkan
%C dan suhu yang diinginkan. Hal ini dibuktikan karena semakin banyak
kadar karbon pada saat imbalance maka semakin banyak pula karbon yang
harus dioksidasi menjadi gas CO ataupun CO2. Hal ini tentunya akan
menambah volume off gas terutama pada gas CO dan CO2.
Pada volume Gap Air yang masuk, semakin tinggi %C pada
calcine maka semakin tinggi juga volume Gap Air yang dibutuhkan. Hal
ini dikarenakan pada saat kadar karbon tinggi maka massa off gas nya pun
akan lebih besar dan volume gap yang harus masuk akan semakin banyak.
Dimana oksigen dalam udara hanya berkisar 21% sehingga dibutuhkan
lebih banyak udara yang masuk agar sistem dalam furnace menuju
combustion chamber dapat terkontrol.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 44
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam reaksi stoikiometri gas CO yang di reaksikan dengan O2 yang
berasal dari In-Leakage Air menunjukkan bahwa CO telah habis
bereaksi dengan O2.
2. Setelah off-gas yang telah direaksikan dengan O2 maka suhu off-gas
harus diturunkan dari 1000℃ menjadi 800℃ dengan cara ditambahkan
kembali O2 yang berasal dari Gap Air dengan Volume udara sebesar
9.314 Nm3/h.
3. Semakin tinggi nilai %C Calcine, maka volume off-gas yang
dihasilkan juga akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi nilai %C pada calcine kan menghasilkan off-gas CO dan CO2
yang lebih banyak
4. Semakin tinggi nilai %C Calcine, maka volume Gap Air yang
dihasilkan juga akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi nilai %C pada calcine akan menghasilkan off-gas CO dan CO2
yang lebih banyak sehingga semakin banyak off-gas yang harus
diturunkan suhunya dari 1000℃ menjadi 800℃.
5.6 Saran
1. Memperhatikan komposisi dari electric furnace feed agar dapat
memperkirakan seberapa besar reaksi reduksi yang terjadi dan dapt
menetukan volume off-gas yang dihasilkan.
2. Memastikan terjadi sistem oksidatif pada freeboard dengan terjaganya
off-gas pada komposisi 10% O2.
3. Memastikan suhu off-gas yang keluar menuju combustion chamber
sehingga kita dapat menentukan volume udara gap yang masuk untuk
menurunkan suhu menjadi 800℃.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 45
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

Dalvi, A. . (n.d.). Process Plant Metallurgy Course Part 2.


Eficiency, B. of E. (n.d.). 4 . Material and Energy Balance.
Raharjo, S., & Assahawari, M. (2017). Studi Pengaruh %C Pada Calcine
Terhadap Volume Off Gas Yang Dihasilkan aan Volume In- Leakage Air
yang Dibutuhkan Untuk Menghasilkan Off Gas dengan Komposisi 15,5% O2
pada Furnace 4 Pt. Vale Indonesia, Tbk. Institute Teknologi Sepuluh
November.
Utigard, T. (n.d.). Thermodynamics of Nickel Sulfide Roasting , Smelting and
Converting, 1–41.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 46
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

LAMPIRAN A

Gambar .A Drayer Operation Flowsheet

Gambar .B Furnance Operation Flowsheet

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 47
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

Gambar .A Converter Operation Flowsheet

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 48
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

LAMPIRAN B
DATA DAN PERHITUNGAN

Data yang digunakan adalah data operasi pada furnace bulan Januari s/d
September 2017 yang dihiyung menggunakan Microsoft Excel, yang dilampirkan
sebagai berikut
Reaksi yang Terjadi

1. Reaksi Oksidasi dan Reduksi dalam furnace

C (Oksidasi) + O2 ---------> CO(Reduksi) xH2O(s) ---------> H2O(g) (Pelepasan gugus OH)


2C O2 2CO xH2O H2O
m 260,9273106 80,91384375 m 99,88901221

t 161,8276875 80,91384375 161,83 t 99,88901221 99,8890122


s 99,09962307 0 161,83 kmol/h s 0 99,889 kmol/h

2. Penambahan AIL untuk proses pembakaran S dan C yang Tersisa

Volume AIL yang


50%CO = Y. C.imb masuk
12% CO2 = X. Mol Reduksi + X. C.imb 44100 Nm3/h KMOL

C reduksi: Xred mol N2 34839 1.555

C as CO2: x. C.imb O2 9261 413


C as CO: Y. C.imb

Dimana nilai X dan Y diperoleh dari persamaan


50%/62% = Y. Cimb / ( X + Y C.imb) + X
: mol red
X 0,22
Y 0,107

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 49
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

2CO + O2 ---------> 2CO2(Reduksi)


2C O2 2CO2

m 151,46 413

t 151,46 76 151,46

s 0 338 151,46 kmol/h

2C + O2 ---------> 2CO (Reduksi)


2C O2 2CO

m 16,828476 338
t 16,828476 8,4142378 16,82848

s 0 329 16,82848 kmol/h

2CO + O2 ---------> CO2 (Reduksi)


2CO O2 2CO2

m 16,828476 296
t 16,828476 16,828476 16,82848

s 0 279 16,82848 kmol/h

S + O2 ---------> SO2 (Reduksi)


S O2 SO2

m 0,0935745 329
t 0,0935745 0,0935745 0,093575

s 0 329 0,093575 kmol/h

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 50
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

VOLUME OFF GAS TOTAL

off gas 0% O2 Off Gas (10% O2)


VOLUME H2O 2237,513873 Volume
Volume H2O Nm3/h
Volume CO 376,9578524 2.237,5
Volume CO Nm3/h
Volume SO2 2,096069869 3.962,27
Volume SO2 Nm3/h
Volume CO2 3.392,62 2,096
Volume CO2 Nm3/h
Volume N2 1555,3125 3.392,62
Volume CO tanpa AIL 3585,3132 Volume O2 9910,95 Nm3/h
TOTAL 11149,81417 Volume N2 1555,3125 Nm3/h
Volume Off Gas
Nm3/h
Total 21.061

O2 In Off Gas Furnace


Target 10%

%
Percentage O2 10
Volume Off Gas Reduction
(OGR) 90 Volume OGR 11149,81 Nm3/h

Volume OGR +
10% O2 1238,868241 Nm3/h

Volume O2 (10%) 9910,95 Nm3/h

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 51
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

Mass Balance Off Gas Electric Furnace


Input Output
Imbalanced kmol kg Off Gas kmol kg
O Imbalanced 160,059 2560,94 CO 90,8 2.542
C Imbalanced 260,90 3133,40 CO2 10,1
444
LOI 99,889012 1800,00 SO2 0,09357
6
S imbalanced 0,93575 30 H2O(g) 99,89 1800
In-leakage
kmol kg N2 1.555 43.564
Air
O2 O2 12.240
413 13.230 383
N2
1.555 43.564

Total Total 2.048 60.596


2.491 64.319

dT dT
m lepas x cp x dT lepas terima cp x T m terima QM=QT

CO 477.914.749 200 757 822,9 580.797,9 477.914.748,7

CO2 92.310.620 200 757 822,9 112.183 92.310.620

SO2 5.035.284 200 757 822,9 6.119,2547 5.035.284

H2O 687.600.000 200 757 822,9 835.623,114045 687.600.000

N2 5.837.616.619 200 757 822,9 7.094.310 5.837.616.619

O2 2.570.419.498 200 757 822,9 3.123.766,64541 2.570.419.498

TOTAL 9.670.896.770 11.752.799,41 9.670.896.769,72

MOL
20.742,8 464.638,3
2.550 57.111,2

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 52
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

95,5238 2.139,7
46.371,981911 1.038.732,4
253.368 5.675.447,8
97.617,70767 2.186.636,7
420745,8081
v udara gap 9.424.706 Nm3/h

No Waktu Kegiatan Tempat Keterangan


Rabu, 12 Melapor ke bagian Eksternal Relation
1 Ibu jumrawati
September 2017 Eksternal PT.Vale Tbk Depertement
Human Resource
Kamis, 13 General Induction
2 Public Oleh bapak Frans
September 2017 Program
Devolepment(HRPD)
Jumat s.d Minggu
3 14-16 september Libur
2017
Senin, 17 Side Specifict Induction Dibimbing oleh
4 Process Plant Office
September 2017 Program bapak Arie Dewanto
Penyerahan mahasiswa
Selasa, 18 diterima oleh bapak
5 KP kepada dept. Process Process Plant Office
September 2017 Dendli
Plant
Hari Perdana: Safety
Rabu, 19 Oleh pak Fandi, pak
6 Talk, Perkenalan, dan Process Plant Office
September 2017 Kalpien
Orientasi Lapangan
Kamis, 20
7 Libur
September 2017
Jumat, 21 Pembahasan SOP
8 Dev-Tech Office Pak Alfreds Melalo
September 2017 sampling di Balantang
Jumat s.d Minggu
9 , 22-24 Libur
september 2017
Mengukur laju alir udara
Pak Wahyuddin,
after and before
Kiln I Masau,Fahmi
Senin, 25 menggunakan pitot tube
10 Ganing, Daniel
September 2017 type S pada klin 1
Breefing dan evaluasi Pak Alfreds Melalo
Dev-Tech Office
data dan Kalpein M
Mengukur Suhu EFS
Furnace I,III, dan IV Pak Fahmi Ganing
menggunakan raytek
Mengukur suhu kiln 2
menggunakan Portable Kiln II Pak Wahyuddin R
Selasa, 26
11 IR Termcam
September 2017
Mengukur laju alir udara
before menggunakan Pak Daniel dan
Kiln I
pitot tube type S pada Fahmi Ganing
klin 1

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 53
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN PROSES TEKNOLOGI

Mengambil sampel solid


Pak Alfreds Melalo,
slag dari furnace II dan
Furnace II Dwi Satrio, Fahmi
mengeringkannya
Ganing
menggunakan dryer
Safety Talk and
Prostek Office Pak Agus
Reflaction day
Preparasi solid Slag Pak Kalpein,
menggunakan jaw Masau, Fahmi, Dwi
Preparasi Sample
crusher dan diayak Satrio, Daniel,
Rabu, 27 dengan mesh 4 Wahyuddin
12
September 2017 Mengukur suhu kiln 3
menggunakan Portable Kiln IV Pak Wahyuddin R
IR Termcam
Pak Kalpein, Fahmi,
Tes penetrasi mudgun
Furnace I Dwi Satrio, Daniel,
furnace I
Wahyuddin
Packing sample slag dan Pak Alfreds Melalo,
matte untuk dikirim ke tidak tau Kalpein M, Fahmi
Kanada Ganing
Breefing pada divisi
Prostek Office Pak Mulyadi
Metal Accounting
Kamis, 28
13 Membandingkan alat
September 2017 Pak Binsaro, I
instrumen dengan aktual
Konverter II dan III Nyoman, Holden
pada penambahan silika
Untung
dalam konverter
Oil spot Kalibrasi pada Pak Muslim dan
Kiln II, III, IV, dan V
kiln II, III,IV, dan V Imran
Jumat, 29 Gudang Metal
14 Jumat Bersih Pak Mulyadi
September 2017 Accounting
Pak Binsar, Pak
West Block DRR Fine
Dryer I Muslim, Pak Imran,
Loss
Pak Holden
Pak Holden, dan
Orientasi Lapangan Plant Site
Pak Binsar
Sabtu, 30
September
15 Libur
Minggu, 01
Oktober 2017
Senin, 02 Oktober Study Literatur Perpustakaan
16
2017

Selasa, 03 – 04 Diskusi dengan


17 Perpustakaan Kak Dian Try
Okrober 2017 Pembimbing

Diskusi dan
Kamis, 05-13 Process and Kak Dian Try
18 Mengerjakan Tugas
Oktober 2017 Technology Office Saputri
Khusus

JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Page 54

You might also like