Professional Documents
Culture Documents
Dampak Relokasi Pasar Studi Kasus Di Pasar Sampangan Kota Semarang
Dampak Relokasi Pasar Studi Kasus Di Pasar Sampangan Kota Semarang
UNTAG Semarang
Abstract
One means of trading in the town are the market, both traditional markets, semi modern markets and the
modern markets. In the midst of the development of modern markets, and business franchises in major
cities including Semarang as the capital city Central Java, where traditional markets are expected to be still
exist. Therefore Semarang City Government adopted a policy to perform traditional market arrangement,
being pushed by the modern market. Recently Sampangan Market has been relocated which is only
approximately 1 km away from the site of the old market, it is expected to bring better impact than the Old
Sampangan Market. From the above case, researchers were interested in examining the impact of the
relocation of the market, the Case Study in Sampangan Market Semarang. Purposes of this study were: 1)
To investigate the impact to the traders individually, 2) the impact to the traders (traders association), 3) the
impact to the buyers, 4) the impact to the community around the market, 5) the impact to the market
managers. The use of the study: 1) To examine the impact of the relocation of the market, 2) As the
materials of information for the study of social science, 3) For the inputs to Dinas Pasar Kota Semarang in
implementing government policies especially those related to the impact of the relocation of the market.
The type of research is descriptive qualitative description one. Methods of data collection, observation, in-
depth interviews with 10 informants consisting of merchants, traders associations, purchasers, and the
public about markets. As a key person Researcher interviewed also Kepala Dinas Pasar and Kepala Pasar
(market manager). The interpretation of the results of interviews with informants were used as an analysis
of the data. The results of research and fact findings are: 1) The impact of individual modern semi market
traders with zoning seemed to be clean, comfortable, safe, and yet not followed by significant increase in
revenue due to customer’s reduce 2) From the grocery merchants that occupy the outskirts of building
complained when it rains water wet (tampias,Jvneese) 3) On the other hand, profit are taken by the trader
surrounding the market 4) Buyers are convenient in shopping, but the elder people can not meet the needs
sold upstairs 5) With the zoning, market manager has broad responsibilities, but there are only 3 personnels
consists of two collectiors and one security staff, so that less than the maximum in management, the
control’s function in particular. In addition to the above, New Sampangan Market is not equipped with
signposts showing the merchandise criteria so that buyers sometimes have to ask for the type of items
sought.
keywords: market, market relocation, market traders, impacts
78
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
2. Pasar tradisional merupakan tempat yang Lantai dasar : diperuntukan bagi pedagang
relatif lebih bisa dimasuki oleh pelaku sayuran dan hasil bumi.
ekonomi lemah yang menempati posisi Lantai 1 : diperuntukan bagi pedagang
mayoritas, terutama yang bermodal kecil. sembako dan konveksi atau
3. Pasar tradisionil merupakan salah satu pakaian.
sumber pendapatan asli daerah, lewat Lantai 2 : ditempati pedagang daging
retribusi yang ditarik dari para pedagang. dan ikan laut.
4. Akumulasi aktivitas jual beli di pasar Lantai 3 : ditempati pedagang kuliner.
merupakan faktor penting dalam
Relokasi Pasar Sampangan
perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi
merupakan upaya untuk memberikan kesan
baik pada skala lokal, regional maupun
bahwa meskipun bersifat tradisional, namun
nasional.
dirancang sebagai pasar semi modern, agar
Selain fungsi ekonomi di atas, pasar tetap bersih, rapi, tidak kumuh, tertib,
tradisionil juga mempunyai fungsi sosial, nyaman serta dikatagorikan menurut jenis
yaitu: barang dagangannya. Penataan Pasar
1. Pasar tradisionil merupakan ruang untuk Sampangan menjadi percontohan untuk
saling bertemu muka. nantinya Pemerintah Kota Semarang menata
2. Pasar tradisional adalah tempat bagi pasar-pasar tradisional yang ada di
masyarakat, terutama dari kalangan Semarang seperti misalnya Pasar Bulu,
bawah, untuk melakukan interaksi social Pasar Johar dan pasar tradisional lain yang
dan tukar informasi atas segenap ada di Kota Semarang. Kebijakan
permasalahan yang mereka hadapi Pemerintah Kota Semarang untuk
(Blokosuto, Edisi 02,2004). merelokasi pasar Sampangan, diharapkan
Dengan demikian pasar tradisionil akan berdampak pada tingkat pendapatan
memiliki multi fungsi, maka di kota besar pedagang Pasar Sampangan.
seperti Semarang, di mana kegiatan
Dari uraian tersebut di atas peneliti
perekonomian cukup pesat, namun
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
keberadaan pasar tradisionil tetap eksis di
judul: DAMPAK RELOKASI PASAR,
tengah menjamurnya pasar modern.
STUDI KASUS DI PASAR SAMPANGAN
Agar pasar tradisional tidak terkesan KOTA SEMARANG.
kumuh, maka Pemerintah Kota Semarang
Adapun perumusan masalah adalah
mengambil sebuah kebijakan untuk menata
bagaimana dampak relokasi pasar studi
pasar tradisional menjadi pasar semi
kasus di Pasar Sampangan Kota Semarang.
modern. Tahun 2012, Pemerintah Kota
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah:
Semarang telah berhasil menata pedagang
1. Untuk mengetahui dampak dilihat dari
Pasar Sampangan yang di relokasi ke Pasar
individu pedagang.
Sampangan Baru di Jalan Menoreh
2. Untuk mengetahui dampak dilihat dari
Semarang.
kelompok pedagang (Paguyuban
Pasar Sampangan Baru merupakan Pedagang).
pasar tradisional, di bangun di atas tanah 3. Untuk mengetahui dampak dilihat dari
seluas 4.000m2. Bangunan terdiri dari 3 kelompok masyarakat sekitar pasar.
lantai, terbagi dalam 157 kios dan 324 los 4. Untuk mengetahui dampak dilihat dari
dengan ukuran bervariasi. Bangunan kios institusi pengelola Pasar Sampangan.
berukuran 3x3 meter sebanyak 15 buah,
sedangkan yang berukuran 2x3 meter 2. Tinjauan Teori
sebanyak 142 buah. Adapun ukuran los
2.1. Acuan Teori
seragam semuanya berukuran 2x1,5 meter.
Penataan berdasarkan zonasi tempat Teori adalah hubungan kausal yang
berjualan bagi pedagang sebagai berikut: logis antara perubahan dalam berbagai
79
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
bidang tertentu sehingga dapat memahami periodik, dimana yang menjadi adalah
serta menanggapi permasalahan tertentu interaksi sosial dan ekonomi dalam satu
yang timbul dalam masyarakat.1 Sedangkan peristiwa. Pasar berasal dari kata ”peken”
menurut Kuntjoroningrat, ”teori” pada yang berarti kumpul.
pokoknya adalah pernyataan mengenai
Fungsi ekonomi pasar terjadi saat
sebab akibat adanya hubungan positif antara
jual beli, dan fungsi sosial pasar terjadi saat
gejala yang diteliti dengan satu atau
tawar menawar.
beberapa gejala tertentu dalam masyarakat. 2
Berdasarkan jumlah penduduk yang
Dari pengertian di atas, maka dapat
dilayaninya, pasar dikelompokkan ke dalam
disimpulkan bahwa teori merupakan
tiga kelas yaitu:
pengetahuan yang diperoleh dari tulisan-
1. Pasar Lingkungan, melayani penduduk
tulisan dan dokumen-dokumen serta
yang di antaranya sampai dengan 30.00
pengalaman sendiri yang merupakan dasar
jiwa.
pemikiran tentang permasalahan yang akan
2. Pasar Wilayah, melayani penduduk antara
diteliti. Dengan demikian penelitian ini
30.000 – 120.000 jiwa.
berarti memperdalam pengetahuan tentang
3 Pasar Induk, melayani penduduk di atas
dampak relokasi pasar terhadap tingkat
120.000 jiwa.
sosial ekonomi pedagang pasar (Studi Kasus
di Pasar Sampangan Kota Semarang). Berdasarkan jenis kegiatan pasar
dikelompokkan tiga jenis yaitu:
Brian Berry dalam bukunya
1. Pasar Grosir adalah pasar di mana
Geography of Market (dalam, Astonik 1967)
kegiatannya terdapat permintaan dan
menyatakan bahwa pasar adalah tempat di
penawaran barang dan jasa dalam jumlah
mana terjadi proses tukar menukar. Proses
besar.
ini terjadi bila ada komunikasi antara
2. Pasar Induk adalah pasar yang dalam
penjual dan pembeli dan diakhiri dengan
kegiatannya merupakan pusat
keputusan untuk membeli barang tersebut.
pengumpulan, pelelangan dan
Pasar akan selalu mengalami perubahan,
penyimpanan bahan-bahan pangan untuk
terutama secara fisik, mengikuti perubahan
disalurkan ke pasar lain.
tingkah laku penggunanya.
3. Pasar Eceran adalah pasar yang dalam
Menurut Alice G Dewey (dalam, kegiatannya terdapat permintaan dan
Astonik 2008), perkembangan fisik pasar penawaran barang dan jasa secara eceran.
3
berasal dari pertukaran barang antara fihak
yang saling membutuhkan di suatu tempat Adapun yang dimaksud ”pasar”
tertentu dan pada waktu tertentu, yang dalam Peraturan Daerah Kota Semarang
kemudian berkembang menjadi sekumpulan nomor 10 Tahun 2000, adalah suatu tempat
pedagang yang mengambil tempat tertentu yang disediakan secara tetap oleh
dengan menyediakan fasilitasnya sendiri. Pemerintah Daerah dan atau fihak lain
Perkembangan pasar di Indonesia pada sebagai tempat jual beli umum dan secara
umumnya bermula dari pasar tradisional langsung memperdagangkan barang dan
yang kemudian seiring dengan waktu jasa.
berubah menjadi pasar modern. Sedangkan penggolongan pasar,
dalam Perda tersebut di atas pasal 11 ayat 1
Menurut Bagoes P.Wiryomartono
disebutkan pasar digolongkan Pasar Kota,
(dalam, Astonik 2008), pasar tradisional
Pasar Wilayah dan Pasar Lingkungan.
adalah kejadian yang berkembang secara
1
Tjokroamijoyo, Konsep dan Teori Penelitian,
Erlangga, Bandung, 1999, hal.51
2 3
Kuntjoroningrat, Metode Penelitian Departemen Koperasi website
Masyarakat, PT Gramedia, Jakarta, 1977, hal.30 http://info.UKM.wordpress.com/related posts
80
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
Yang dimaksud dengan Pasar Kota ”suatu gambaran tentang masyarakat dalam
adalah pasar yang ruang lingkup keadaan baik secara keseluruhan maupun
pelayanannya meliputi wilayah kota. Pasar sebagian dari masing-masing kelompoknya
Wilayah adalah pasar yang ruang lingkup yang dapat dilihat melalui tingkat
pelayanannya meliputi beberapa wilayah pendapatan, pendidikan, mata pencaharian,
lingkungan pemukiman. Sedang Pasar juga status dari pemilikan” 5.
Lingkungan adalah pasar yang ruang
Berdasarkan pengertian di atas,
lingkup pelayanannya meliputi satu
apabila kita berbicara tentang masalah sosial
lingkungan pemukiman di sekitar pasar
ekonomi biasanya terkait erat dengan
tersebut.
masalah pendapatan, di mana seseorang
Selanjutnya dalam pasal 11 ayat 2, mendapat imbalan sesuai dengan jerih payah
penggolongan pasar ada 3 jenis kegiatan yang dilakukan dalam suatu pekerjaan.
pasar yaitu Pasar Induk, Pasar Eceran dan Dengan demikian tingkat pendapatan yang
Pasar Khusus. Adapun yang dimaksud Pasar semakin tinggi diperoleh seseorang
Induk adalah pasar yang menunjukkan diharapkan akan semakin dapat mencukupi
perdagangan sebagai pusat pengumpulan, kebutuhan hidupnya. Dengan tercukupi
pusat pelelangan, pusat penyimpanan, pusat kebutuhan hidupnya berarti orang tersebut
penjualan barang-barang. Pasar Eceran memiliki kesempatan yang lebih banyak
adalah termasuk pasar krempyeng adalah dalam mencukupi kebutuhan hidup yang
pasar yang menjual berbagai jenis barang lainnya selain kebutuhan pokok yaitu
dalam jumlah kecil yang waktu kegiatannya sandang, pangan, papan serta diharapkan
relatip singkat. Sedangkan Pasar Khusus pula dapat melakukan kewajiban yang lain.
adalah yang memperjual-belikan jenis
Berkaitan hal di atas seiring dengan
barang tertentu.
perubahan waktu tentunya masyarakat juga
Untuk perizinan diatur dalam bab akan mengikutinya seperti yang dilakukan
VI pasal 12 yang intinya adalah sebagai oleh Szfomphea dalam teori perubahan
berikut. Tentang pemakaian tempat di pasar sosial mengatakan bahwa masyarakat
harus mendapatkan izin tertulis dari senantiasa mengalami perubahan di semua
Walikota, jangka waktu perizinan berlaku tingkat kompleksitas internalnya.
selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang
Perubahan sosial adalah suatu
lagi. Pengajuan perpanjangan izin selambat-
proses pergeseran atau berubahnya struktur
lambatnya 1 (satu) bulan sebelum izin
atau tatanan di dalam masyarakat, melikuti
berakhir. Dan apabila dalam jangka waktu 3
pola pikir yang lebih inovatif, sikap serta
(tiga) bulan setelah izin berakhir, pemegang
kehidupan sosialnya untuk mendapatkan
izin tidak mengajukan perpanjangan, maka
kehidupan yang lebih baik dan lebih
Walikota dapat mengalihkan hak pemakaian
bermartabat.
tempat kepada fihak lain. 4
Alfred (dalam Sztomphea, 304):
2.2. Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai
keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses,
Yang Peneliti maksud adalah suatu bukan obyek semu yang kaku tetapi sebagai
keadaan yang dialami seseorang dalam aliran peristiwa terus-menerus tiada henti.
mencukupi kebutuhannya sehari-hari baik
kebutuhan primer maupun sekunder. Forlley: Perubahan sosial sebagai
perubahan pola perilaku hubungan sosial,
Menurut Gibson, Ivan Cevich, lembaga dan struktur sosial pada waktu
Donnelly, tingkat sosial ekonomi adalah tertentu.
4 5
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 10 Gibson, Ivan Cevich, Donnelly, ------------,
Tahun 2000 tentang Pengaturan Pasar hal.103-108
81
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
82
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
”Memang perlu benarkan ruas ini dibangun? dalam langkah kedua ini secara spesifik dan
Mengapa?” Jika jawabannya positif, barulah rinci diambil dampak sosialnya. Dalam hal
dilakukan analisis terhadap aspek ini ada dua katagori yang harus dianalisis,
keteknikan, dampaknya terhadap masyarakat yakni unit pedampak (dalam arti unit sosial
dan juga kemungkinan peningkatan yang terkena dampak) dan jenis atau aspek
peruntukan dan pemanfaatan tanah (Finster dampak (dalam arti bidang kehidupan yang
Busch and Motz, 1980:86) terkena dampak). Unit dampak terdiri dari
individu dan keluarga, masyarakat (seluas
Dalam buku yang sama halaman 35
RT, RW, desa, kecamatan atau kota),
ada beberapa kriteria yang dapat dipakai
organisasi, dan kelompok sosial, serta
untuk memilih dampak yang dijadikan fokus
lembaga dan sistim sosial pada umumnya.
analisis adalah sbb (Finster busch and Motz
Kemudian langkah ketiga adalah
1980:94) yaitu:
menentukan respon individu maupun
1.Peluang terjadinya dampak.
kelompok yang menjadi unit dampak. Selain
2.Jumlah orang yang akan terkena dampak.
sikap unit pedampak, perlu dikaji pula sikap
3.Untung-rugi yang diderita subyek dampak.
dari masyarakat publik dan pengguna atau
4.Ketersediaan data untuk melakukan
pemanfaat program pada umumnya.
analisis.
Langkah keempat penyesuaian kebijakan
5.Relevansi terhadap kebijakan.
dan langkah kelima kesimpulan dan
6.Perhatian publik terhadap dampak
rekomendasi.
tersebut.
Apabila hal diatas kita buat bagan
Adapun dalam pendeskripsian
langkah-langkah analisis dampak sosial
dampak sosial dari kebijakan tersebut, pada
sbb.:
langkah pertama telah dianalisis dampak
fisik dan ekonomi secara global, maka
83
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
Langkah I Langkah 2
Mengembangkan File input ADS Mendeskripsikan dampak sosial
1. Kebijakan yang diambil Unit dampak Area dampak
a. Teknologi yang dipakai 1. Rt, Individu 1. Ekonomi
b. Program implementasi 2. Masyarakat 2. Politik
2. Analisis Dampak Fisik dan Ekonomi 3. Organisasi dan 3. Sosial
a. Dampak ekonomi yang kelompok
langsung/ tak langsung 4. Budaya
4. Lembaga dan
b. Dampak lingkungan sistem sosial
Langkah 3
Menentukan respon dari individu dan kelompok dampak (yang terkena dampak)
1. Sikap terhadap program
a. Individu pedampak
b. Organisasi dan kelompok pedampak
c. Masyarakat (RT + kampung) pedampak
d. Instansi Pemerintah
e. Pejabat
2. Adaptasi terhadap program
a. Perilaku ingin tahu mencari informasi
b. Mengubah jadwal, dana, material investasi
c. Menata ulang prioritas dan nilai-nilai
3. Usaha untuk mendeskripsikan program
a. Tekanan politik
b. Tindak peradilan
c. Cara tak langsung
Langkah 4
Penyesuaian kebijakan
1. Pengubahan kebijakan: mengubah tujuan, waktu, dan pelaksanaan
2. Spesifikasi kebijakan: merinci aturan dan persyaratan
3. Penambahan Kebijakan
4. Bantuan Pemerintah terhadap pedampak
5. Tambahan sarana kontrol sosial
6. Program komunikasi
7. Fasilitas lain
Langkah 5
Kesimpulan dan Rekomendasi
84
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
85
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
dalam bertransaksi maka dengan datang nya antara penjual dan pembeli memang terasa lebih
pasar modern tentu akan menjadikan iklim akrab, namun untuk memenuhi kebutuhan
perekonomian indonesia lebih maju dan terarah masyarakat modern era kini, perlu dilakukan
pada kemajuan daya beli masyarakat. Namun pembenahan-pembenahan baik dari segi
kendati demikian ternyata hal ini juga masih bangunan fisiknya maupun pengkategorian jenis
tetap bermasalah karena pasar modern hanya dagangan berdasarkan zona. Tertatanya pasar
dapat dinikmati oleh kalangan menengah keatas, tradisional, untuk mempermudah pembeli
sehingga untuk itu perlu dibentuk sebuah pasar mencari kebutuhannya dan untuk memperindah
yang mampu menampung dari berbagai fisik pasar itu sendiri. Oleh karena itu
kalangan yaitu dengan program pembangunan Pemerintah Kota Semarang melakukan relokasi
pasar semi modern. Mengingat pada sebuah Pasar Sampangan lama yang terletak di Jalan
dinamika perekonomian suatu kota ditentukan Kelud ke lokasi yang baru yaitu di Jalan
oleh seberapa jauh efisiensi penggunaan ruang Menoreh Semarang. Di samping adanya rencana
atau pola penggunaan ruang untuk aktivitas Kota Semarang untuk menjadikan sungai
perekonomian di kota tersebut. Perkembangan Banjirkanal Barat sebagai arena wisata air
perekonomian kota ini secara spesifik akan sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat.
ditentukan oleh dinamika sistem perdagangan
Pasar Sampangan Baru yang terletak di
yang ada di kota itu dan juga di kawasan
Jalan Menoreh Raya mulai dioperasikan pada
sekitarnya.
hari Jumat 27 Januari 2012. Daya tampung Pasar
Sampangan yang berlokasi di 6°60′S Sampangan 434 kios dan lapak untuk berdagang.
110°24′E adalah kelurahan yang berada di Jumlah pedagang tercatat ada 382 orang, dengan
Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang dan demikian semuanya bisa tertampung. Adapun
kantor kelurahannya berada di Jalan Menoreh ukuran kios yaitu 3 kali 3 meter berjumlah 15
Raya Kota Semarang. kios dan ukuran 2 kali 3 meter berjumlah 142
Sebelah Barat: Kel.Manyaran, Kec.Sema-rang kios. Sedangkan untuk ukuran los semuanya
Barat berukuran 2 kali 1 setengah meter. Penempatan
Sebelah Selatan: Kel.Sukorejo, Kec.Gu-nungpati pedagang didasarkan zonasi jenis dagangan.
Sebelah Utara: Kel.Bambankerep, Kec.Nga- Lantai 1 untuk pedagang barang kering seperti
liyan pakaian, kelontong atau sembako. Lantai dua
Sebelah Timur: Kel.Bendan Ngisor, Kec. pedagang barang basah seperti daging dan
Gajahmungkur sayuran. Sementara lantai 3 untuk pedagang
kuliner. Para pedagang menempati pasar baru ini
Pasar Sampangan yang semula berada di
tanpa dipungut uang serupiah pun. ”Semuanya
Jalan kelud, mengalami relokasi ke Jalan
gratis. Pedagang hanya diwajibkan membayar
Menoreh. Hal ini disebabkan lokasi Pasar
retribusi sesuai perda yakni Rp.300/meter/hari”.
Sampangan Lama akan diperuntukan bagi
normalisasi sungai Banjirkanal Barat, yang Seperti yang pernah dikatakan oleh
kondisi saat ini mendesak perlu diperlebar Kepala Dinas Pasar Kota Abdul Madjid waktu
karena untuk upaya pencegahan banjir bila itu bahwa, pasar Sampangan Baru ini menjadi
musim penghujan turun. Dan mengingat kondisi pasar percontohan dari tradisional menjadi semi
Pasar Sampangan berada di ujung perempatan, modern. "Kunci pasar tradisional mampu
yang pada waktu-waktu tertentu misalnya pagi bersaing dengan pasar modern adalah adanya
hari dirasakan sangat dipadati oleh para perbaikan pasar tradisional. Jika tidak ada
pengguna jalan seperti anak-anak sekolah, perbaikan dan dibiarkan kumuh, tentu pasar
pegawai yang akan pergi ke kantor, serta tradisional kalah," katanya.
kepadatan masyarakat di seputar pasar tersebut.
Oleh karena itu para pedagang diminta
Pasar Sampangan memiliki kriteria pasar
untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan
tradisional, belum tertata menurut kategori jenis
pasar. ”Bagi pedagang yang ingin memasang
dagangan, kios tidak seragam dan bila hujan
tambahan instalasi listrik harus melapor ke
becek karena lantai masih tanah. Transaksi
Kepala Pasar dan sepengetahuan Ketua
86
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
87
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
keamanan, kenyamanan dan kesejahteraan Kemudian untuk lantai III digunakan untuk
masyarakat secara umum, termasuk para kuliner atau warung makan yang jumlahnya
pedagang Pasar Sampangan. kurang lebih 25 pedagang dengan beraneka
ragam jenis makanan. Dan yang lain untuk
Penataan pedagang di Pasar Sampangan
mushola.
baru dilakukan dengan menggunakan model
ZONASI, dimana masing-masing zona Namun dalam kenyataannya para
berdasarkan jenis barang dagangan dan pedagang tersebut belum menempati sesuai
pengelompokan berdasarkan jenis jualan. dengan ketentuan yang telah ditetapkan karena
Dengan demikian dalam satu lantai terdapat satu beberapa alasan yaitu antara lain:
atau lebih jenis jualan yang tidak boleh ada di 1. Kurangnya pelanggan
lantai yang lain. Ini dimaksudkan agar tidak 2. Tempat kurang nyaman terutama bagi
terjadi persaingan yang tidak sehat antar pedagang yang dapat tempat dasaran di tepi
pedagang dengan barang jualan yang sama yang atau pinggir. Apabila dalam keadaan hujan,
berjualan di lantai yang berbeda (sketsa zonasi air masuk ke dasaran dan air tergenang di
terlampir). sekitar dasaran.
3. Kurangnya air bersih.
Secara keseluruhan, bangunan pasar
4. Bagi pembeli yang usia lanjut tidah bisa
baru lebih sempit daripada pasar yang lama, oleh
belanja di lantai atas karena sarana prasarana
karena itu, luasan tempat dasaran yang baru
untuk ke lantai atas hanya tangga biasa.
lebih kecil dari yang lama.
5. Di lantai III yang sedianya untuk warung
makan, namun sampai saat ini belum ada
3. Perolehan Tempat Dasaran yang menempati atau masih kosong.
Gambaran perolehan tempat dasaran
berdasarkan jenis jualan, bisa dirinci sebagai 4.2. Hasil Penelitian Dan
berikut: Interpretasi
Pedagang yang menempati Lantai Dasar
berjumlah 138 pedagang, terdiri dari:
1. Dampak Individu Pedagang
1. Aksesoris : 3 pedagang
2. Buah : 11 pedagang Hasil wawancara dengan AYU sebagai
3. Bumbon : 16 pedagang pedagang ikan, dia berusia 22 tahun bertempat
4. Bumbu Sayur : 36 pedagang tinggal di Karangtengah Demak. Ia sehari-
5. Gerabah : 8 pedagang harinya menemani ibunya (Hartati) namanya,
6. Kelapa : 18 pedagang berjualan ikan di lantai 2. Baik Ayu dan Hartati
7. Hasil Bumi : 26 pedagang mengaku selama di pasar Sampangan hasil
8. Jasa : 2 pedagang relokasi, pelanggannya berkurang, tidak seperti
9. Tahu Tempe : 18 pedagang ketika masih berjualan di pasar Sampangan
Pedagang yang menempati menempati Lantai I Lama, setiap hari jualan ikannya selalu habis
(Lantai Satu) berjumlah 182 pedagang terdiri terjual. Sekarang ini jualannya selalu tidak habis
dari: terjual. Ini sudah jam 12.30 (memang jam waktu
1. Kelontong : 26 pedagang itu menunjukkan pukul 12.30 ketika penulis
2. Konfeksi : 28 pedagang berbincang-bincang dengannya). “Dagangan
3. HP : 6 pedagang ikan saya masih banyak sekali”. Penulis
4. Roti/Makanan : 39 pedagang memang melihat sendiri beberapa jenis ikan
5. Sembako : 78 pedagang yang dijajakan seperti ikan dorang, cumi-cumi,
6. Pecah Belah : 5 pedagang bandeng, kerang, blanak, kepiting. Setiap hari
Pedagang yang menempati menempati Lantai II mereka kulakan di pasar Kobong Semarang.
(Lantai Dua) berjumlah 64 pedagang terdiri dari: Setiap hari tidak habis terjual, dagangan
1. Daging : 4 pedagang dititipkan di pasar, dengan dimasukkan ke dalam
2. Daging Ayam Potong : 20 pedagang bak yang terbuat dari styrofoam sampai 2 hari,
3. Daging Ikan Basah : 6 pedagang biaya untuk membeli es untuk pendingin ikan-
88
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
ikan agar tidak rusak sehari menghabiskan lama yang sifatnya masih tradisional, becek
anggaran Rp.25.000,- Wawancara tersebut bila hujan, terkesan kumuh karena tidak tertata
dilakukan pada hari Senin 26 November 2012 rapi sesuai dengan jenis barang dagangan yang
pukul 12:30, bertempat di los penjualan ikan di dipasarkan.
lantai 2 Pasar Sampangan Baru.
Hal di atas bisa kita interpretasikan sebagai 2. Dampak Kelompok Pedagang
berikut: Hasil wawancara dengan pedagang
Dampak negatif relokasi Pasar sembako yang namanya Ibu Sri Misih, pemilik
Sampangan bagi pedagang ikan seperti Ayu kios no.63 lantai 2 Pasar Sampangan, usia 46
yang setiap hari menemani Hartati (ibunya), tahun, pendidikan SD tempat tinggal Lamongan
dan ibu- ibu pedagang ikan lainnya mengalami IX/11.
problema yang sama setiap hari harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli Ibu Misih termasuk salah satu pedagang
es batu balok untuk mengantisipasi ikan-ikan pindahan dari pasar Sampangan lama ke pasar
dagangannya yang hari itu tidak laku terjual, Sampangan yang baru. Di pasar Sampangan
agar tidak rusak, sehingga dapat dijual baru dia pemilik kios no 63 dan 64 di Lantai 2.
kembali esok harinya. (Memang saat penulis Sehari-hari dia berjualan sembako, yang sudah
menemuinya, memperlihatkan styrofoam yang ditekuni selama 20 tahunan. Adapun omzet per
diisi es batu yang dipergunakan untuk harinya Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
menempatkan ikan-ikan dagangannya, karena Seperti yang dikatakan pada penulis
waktu itu memang sudah siang, sehingga bahwa dia sebenarnya merasa senang, relokasi
pembeli tidak seramai waktu pagi hari). pasar Sampangan ini dilaksanakan, karena
Jika dibandingkan dengan sewaktu tempatnya bersih, namun dia mengeluh saat
masih berjualan di pasar sampangan lama, hujan turun dagangannya sering terkena tampias
ikan-ikan dagangannya selalu laku terjual, dan air hujan, karena instalasi talang yang belum
seandainya tersisa, tidak sebanyak sekarang. sempurna. Meski demikian ia mencoba untuk
Apa yang dilakukan Ayu dan pedagang ikan memasang tirai untuk mengantisipasi air hujan
lainnya, merasa keberatan jika setiap hari tidak tampias masuk ke selasar tempat ia
harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar meletakan barang- barang dagangannya.
Rp.25.000,- untuk membeli es batu. Diakui (Wawancara dilaksanakan pada hari Senin, 26
bahwa apa yang dilakukan Ayu untuk November 2012, pk. 11:30)
mengawetkan ikan dari resiko basi, memang
dengan menggunakan es batu, namun bila Hal di atas bisa kita interpretasikan sebagai
sampai berhari-hari menyebabkan ikan berikut:
menjadi tidak sehat untuk dikonsumsi. Dampak negatif bagi pedagang jenis sembako
Sebagai bahan pemikiran untuk pengelola yang menempati kios di lantai 2, posisinya
pasar, agar dapat membekali para pedagang memang menghadap ke jalan raya (Jalan
dengan model jemput bola dalam teknik Menoreh), namun problema yang dihadapi
memasarkan dagangannya. Maksudnya bahwa adalah tampias bila hujan turun. Hal ini
apabila masih ada barang dagangan yang disebabkan pembangunan yang kurang
tersisa dapat dijajakan keliling kampung, atau sempurna, menyebabkan jalan selasar yang
ke pengusaha warung/rumah makan di sekitar tidak begitu luas menjadi basah dan sedikit
lingkungan pasar. Jadi dengan cara demikian licin bila dilewati. Apalagi di selasar itu
mereka tidak lagi harus terbebani biaya untuk biasanya para pedagang menempatkan barang
membeli es batu untuk menyelamatkan barang dagangannya, (pemandangan ini seperti yang
dagangannya rusak atau basi. penulis lihat saat menemui mereka di selasar
Dampak positif bagi pedagang ikan yang agak sempit).
adalah mereka merasa senang menempati Keluhan yang banyak dilontarkan
lokasi pasar yang baru, karena pasarnya adalah kios yang sempit, tidak ada fentilasi
bersih, berlantai keramik, tidak seperti pasar dalam kios, sehingga sulit dalam menata
89
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
barang dagangan sembako yang dijajakan. ditanya berapa penghasilan perhari, Ridho
Akibatnya mereka menempatkan sebagian mengatakan Rp.200.000,- – Rp. 250.000,- per
barang dagangan di selasar, yang mestinya hari. Disamping itu ia sudah bisa menabung
memiliki fungsi sebagai jalan menuju kios sebanyak Rp. 5.000.000,-
yang lain. Adapun dampak positifnya adalah Dari hasil wawancara, dapat kita interpretasikan
pasarnya bersih, bangunannya bagus. bahwa:
Relokasi pasar Sampangan disambut
Dari pendapat tersebut diatas, maka
positif bagi pedagang di sekitar lingkungan
sebagai bahan pemikiran untuk pengelola,
pasar, karena sebelum pasar dibangun, sudah
bahwa bangunan Pasar Sampangan meski sudah
berjualan di tempat itu, demikian seperti yang
bagus dari tampilan fisiknya, namun perlu
dikatakan Ridho pada penulis.saat ditemui.
penyempurnaan seperti drainase, mengatasi
Dari hasil berjualan martabak, bahkan dia bisa
tampias bila hujan, dan fasilitas lain sesuai
menyisihkan uang untuk ditabung. Dengan
dengan konsep pasar semi modern yang akan
adanya pasar Sampangan Baru, suasana
diwujudkan.
menjadi ramai, jalan menjadi tidak gelap bila
malam, pembeli menjadi bertambah,
3. Dampak Masyarakat Sekitar dibandingkan sebelum berdirinya pasar
Pasar dan Masyarakat Pengguna tersebut. Dengan demikian penghasilannya
(Users) mereka meningkat. Dapat disimpulkan bahwa
Dampak positif di bangunnya pasar
Kita mewancarai masyarakat sekitar
Sampangan baru memberi keuntungan bagi
pasar dan pedagang di sekitar pasar. Salah
masyarakat sektor informal, baik dari segi
satunya adalah Ibnu Ridho, 19 tahun, pendidikan
meningkatnya penghasilan maupun
SD, alamat Talangsari Bendhan Dhuwur
memotivasi masyarakat sekitar untuk mencoba
Semarang.
menjadi entrepreneur pemula untuk mulai
Ibnu Ridho yang biasa dipanggil Ridho suatu usaha.
berasal dari kota Tegal. Bujangan yang ikut Kita mewancarai masyarakat pembeli
saudaranya di Kota Semarang ini, sudah 3 tahun (user). Mereka adalah Dino (21 tahun) dan Ari
berjualan martabak dan kue bandung di samping (21 tahun), mahasiswa UDINUS, alamat kost
pasar Sampangan mulai pukul 17.00-23.30. Jl.Lamongan Barat 6/24 Semarang.
Ketika belum didirikan pasar Sampangan baru,
dia masih membantu saudaranya tersebut Sebagai anak-anak kost, mereka senang
berjualan martabak, tapi sekarang dia sudah dengan adanya relokasi pasar Sampangan,
diberi kepercayaan oleh saudaranya itu untuk karena pasarnya bersih, lebih mudah untuk
berjualan sendiri di lapak yang sekarang telah mecari kebutuhan sehari-hari seperti bahan-
dibangun pasar Sampangan tersebut, sedangkan bahan untuk memasak (sayuran, daging, ikan,
saudaranya membuka usaha yang sama ditempat dan sebagainya). Dia mengatakan lebih cepat
lain. Dia setiap hari berjalan kaki sejauh 500 mendapatkan kebutuhan masak memasak.
meter dari tempat tinggalnya. Sebagai anak kost harus memanage keuangan
1. Dia sangat senang dengan adanya relokasi sebaik-baiknya, maka lebih irit bila keperluan
Pasar Sampangan tersebut karena untuk pemenuhan kebutuhan makan bersama 5 orang
berbelanja memenuhi kebutuhan dagang temannya satu kos-kosan, ia harus iuran Rp.
semuanya bisa didapat di pasar ini, 50.000,00 per orang per minggu. Demikian yang
2. Berbelanja tidak jauh dibandingkan sewaktu dikatakan pada penulis, ketika ditemui saat
di lokasi pasar yang lama, berbelanja ke pasar hari Senin, 26 November
3. Teratur dan agak bersih, 2012 jam 11.40.
4. Pedagang cepat dalam melayani. Selanjutnya ketika ditanya, apa saran
Demikian Ridho mengatakan pada yang perlu disampaikan pada pengelolaan pasar,
penulis, saat ditemui sedang berbelanja di pasar mereka menjawab, bahwa:
pada hari Senin, 26 November 2012. Ketika
90
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
91
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
(kemasan, penataan di los atau lapak dibuat boks styrofoam yang di beri es sebagai
menarik), sehingga pembeli akan mudah pendingin. Hal tersebut juga perlu biaya.
memperoleh kebutuhan. Keempat, kebersihan 4. Pedagang lain yang menempati dasaran
adalah cermin kepribadian. pinggir seperti pedagang sembako
mengeluhkan pada saat hujan turun sering
5. Kesimpulan terkena tampias air hujan sehingga barang
dagangannya banyak yang basah.
5. Di sisi lain apabila di lihat dari pedagang
Seseuai dengan analisis data dalam sekitar pasar, dengan adanya pasar semi
penelitian “Dampak Relokasi Pasar (Studi Kasus modern sangat menguntungkan. Demikian
di Pasar Sampangan Kota Semarang)” yang juga para pembeli merasa nyaman dalam
telah peneliti jelaskan pada bab-bab sebelumnya, berbelanja. Namun masih ada keluhan bagi
maka pada bab ini penulis menarik kesimpulan pembeli yang sudah lansia apabila ada
dan saran sebagai berikut. kebutuhan di lantai atas, maka tidak bisa
belanja karena harus berjalan naik tangga.
1. Relokasi pasar Sampangan lama yang
terletak di Jalan Kelud ke lokasi yang baru
di Jalan Menoreh merupakan suatu hal yang
6. Saran
1. Sebagai percontohan revitalisasi pasar
harus dilakukan oleh Pemerintah Kota
Sampangan baru, maka Pemerintah Kota
Semarang dalam rangka memenuhi tuntutan
Semarang dan para pengelola pasar dapat
pembangunan pasar semi modern yang lebih
lebih mempersiapkan rencana revitalisasi
terkesan bersih, nyaman, aman, serta mudah
secara matang bagi pasar-pasar yang lain di
mendapatkan kebutuhan masyarakat dengan
kota Semarang yang dalam waktu dekat
sistem zonasi yang diterapkan. Namun para
akan dibangun konsep pasar semi modern
pedagang pasar tradisional ini belum
misalnya, pasar Bulu.
terbiasa dengan penempatan sistem zonasi.
2. Berdasarkan temuan di lapangan bahwa para
2. Dengan perpindahan para pedagang ke pasar
pedagang merasa belum siap menempati
Sampangan baru, tidak diikuti dengan
pasar semi modern, maka bekal
peningkatan pendapatan, ada kecenderungan
membangun jiwa kewirausahaan bagi para
merugi jika dibandingkan waktu masih
pedagang pasar tradisional menjadi sangat
berjualan di tempat yang lama. Mereka
penting, sebelum mereka di relokasi ke
mengaku kehilangan pelanggan karena
tempat yang baru. Oleh karena itu bagi
dengan sistem zonasi, kebanyakan
pengelola pasar, dapat dipertimbangkan
konsumen enggan naik ke lantai 3. Maka
untuk membekali mereka pengetahuan
mereka memilih untuk tidak menempati
tentang menjadi entrepreneur yang tangguh,
lapaknya di lantai 3 yang khusus
ulet, dan tidak mudah menyerah dalam
diperuntukan untuk jenis kuliner. Seperti
mengembangkan kemandirian berusaha.
yang dikemukakan oleh Legi. Menurut Legi,
3. Pentingnya sebuah perencanaan yang
para pengunjung maupun pedagang lain di
matang dalam mewujudkan pembangunan
pasar tersebut enggan naik ke lantai atas
pasar semi modern baik dari segi bangunan
karena banyak pedagang makanan di luar
fisik, desain yang disesuaikan dengan azas
pasar yang menjajakan dagangannya ke
kegunaan, azas kenyamanan, dilengkapi
pedagang lantai bawah secara berkeliling.
dengan fasilitas yang memadai misalnya
”Sehingga para pedagang lantai bawah tidak
saluran air yang berfungsi baik, instalasi
mau naik ke atas,” kata warga Bulu Stalan
listrik yang aman, sanitasi lingkungan,
Semarang ini.
sarana air bersih, tempat penampungan
3. Dilihat dari pedagang ikan, bahwa dagangan
sampah limbah pasar, tempat parkir,
tersebut hampir setiap hari masih tersisa
keamanan dan prasarana lain.
karena berkurangnya pelanggan, dan apabila
4. Pentingnya pengelola melakukan
masih, barang dagangan disimpan dalam
pendekatan persuasif kepada para pedagang,
92
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
93