Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

HUBUNGAN PERILAKU BERENANG DENGAN KEJADIAN

OTITIS MEDIA AKUT DI POLIKLINIK THT RSUD ULIN


BANJARMASIN TAHUN 2017

MANUSKRIP

Oleh :
HAIRULLAH FATJRI
NPM. 1614201120452

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
HUBUNGAN PERILAKU BERENANG DENGAN KEJADIAN
OTITIS MEDIA AKUT DI POLIKLINIK THT RSUD ULIN
BANJARMASIN TAHUN 2017

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Pada Program Studi S.1 Keperawatan

Oleh :
HAIRULLAH FATJRI
NPM. 1614201120452

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
Hubungan Perilaku Berenang Dengan Kejadian Otitis Media Akut
di Poliklinik THT RSUD Ulin Banjarmasin
Tahun 2017

Hairullah Fatjri*, Zaqyyah Huzaifah**, H. Alfian Yusuf***

Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Program Studi S.1 Keperawatan

Abstract
Background: Acute otitis media is a middle ear inflammation that is primarily caused by viruses or bacteria.
There are predisposes to the occurrence of acute otitis media including swimming and exposure to water.
Swimming is a sport moving limbs in the water. Swimming also has a positive impact and negative impact.
Negative impacts on swimming, swimming and swimming habits without earplugs. Contamination of water
entering and retained in the middle ear through the perforated tympanic membrane will cause infection of the
middle ear mucosa.
Objective: To know the relation between swimming behavior and the occurrence of acute otitis media in
polyclinic of ENT Ulin Banjarmasin.
Methods: This type of research is correlational analytic and cross-sectional approach. The population in this
study were all people with ear disorders who came to treatment at ENT Polyclinic Ulin Banjarmasin
Hospital. Samples in this study were people who had swam for the last 1 month with ear disorders in
Polyclinic of ENT Ulin Banjarmasin Hospital taken using accidental sampling technique. Data were
analyzed using Spearman Rho statistic test
Results: The results of a total of 28 respondents as much as 20 respondents (71.4%) experienced less good
swimming behavior and acute otitis media occurred. The result statistically shows that the value of ρ = 0.001
<α = (0.05) so that it can be concluded that there is a relationship between the behavior of swimming with
the occurrence of acute otitis media in polyclinic of ENT Ulin Banjarmasin Hospital.

Keywords: Behavior, Swimming, Acute Otitis Media.

Reference List: 43 (2003-2016)


Abstrak
Latar Belakang: Otitis media akut adalah peradangan telinga tengah yang terutama disebabkan oleh
virus atau bakteri. Ada beberapa predisposisi terjadinya otitis media akut di antaranya berenang dan
terpapar air. Berenang adalah olahraga menggerakan anggota badan di air. Berenang juga berdampak
positif dan berdampak negatif. Dampak negatif olahraga renang, frekuensi berenang dan juga kebiasaan
berenang tanpa penutup telinga. Kontaminasi air yang masuk dan tertahan di telinga tengah melalui
membran timpani yang perforasi akan menyebabkan proses infeksi pada mukosa telinga tengah.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara perilaku berenang dengan kejadian otitis media akut di
poliklinik THT RSUD Ulin Banjarmasin.
Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional dan pendekatan cross-sectional. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh orang dengan gangguan telinga yang datang berobat di Poliklinik THT
RSUD Ulin Banjarmasin. Sampel pada penelitian ini adalah orang yang pernah berenang selama 1 bulan
terakhir dengan gangguan telinga di Poliklinik THT RSUD Ulin Banjarmasin yang diambil menggunakan
teknik accidental sampling. Data dianalisis menggunakan uji statistik Spearman Rho
Hasil: Hasil penelitian dari total 28 responden sebanyak 20 responden (71,4%) mengalami perilaku
berenang kurang baik dan terjadi otitis media akut. Hasil tersebut secara analisis statistik menunjukkan
nilai ρ = 0,001 < α = (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara perilaku berenang
dengan kejadian otitis media akut di poliklinik THT RSUD Ulin Banjarmasin.

Kata kunci: Perilaku, Berenang, Otitis Media Akut.

Daftar Rujukan: 43 (2003-2016)


1
1. Pendahuluan dilakukan Pittsburgh menunjukkan insidensi
Telinga adalah organ penginderaan dengan episode OMA sebesar 48% pada usia enam
fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan bulan, 79% pada usia satu tahun, dan 91% pada
keseimbangan), anatominya juga sangat rumit. usia dua tahun (Donaldson, 2014).
Indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan Prevalensi OMA di Asia Tenggara, Indonesia
sehari-hari. Ada beberapa penyakit pada telinga termasuk keempat negara dengan prevalensi
seperti Otitis Media. gangguan telinga tertinggi (4,6%). Tiga negara
lainnya adalah Sri Lanka (8,8%), Myanmar
Otitis media adalah peradangan telinga tengah (8,4%) dan India (6,3%). Walaupun bukan yang
yang terutama disebabkan oleh virus atau tertinggi tetapi prevalensi 4,6% merupakan
bakteri dan berhubungan erat dengan dengan angka yang cukup tinggi untuk menimbulkan
infeksi hidung dan tenggorokan. Otitis media masalah sosial di tengah masyarakat, misal
memiliki beberapa jenis, tetapi yang tersering dalam hal berkomunikasi. Dari hasil survei
adalah otitis media akut (Kaneshiro, N. K. yang dilaksanakan di tujuh propinsi di
2012). Indonesia menunjukkan bahwa otitis media
merupakan penyebab utama morbiditas pada
Otitis media akut merupakan peradangan telinga tengah (Supari, 2006).
sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel Berdasarkan survei Departemen Kesehatan di 7
mastoid. Keadaan seperti ini menjadikan propinsi di Indonesia, ditemukan insiden OMA
masalah telinga sehingga mengakibatkan nyeri atau yang dikenal orang awam sebagai
telinga dan juga mengakibatkan membram “congek” atau “curikan” sebesar 3% dari
timpani menjadi merah, opak, kaku, dan benjol. penduduk Indonesia. Penduduk di saat itu
(Toy, et al, 2011 & Garna, dkk, 2012) berjumlah 220 juta dengan demikian
diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita
Prevalensi tertinggi OMA di dunia terjadi di OMA.
Afrika Barat dan Tengah.(43,37%). Area–area
lainnya yaitu Amerika Selatan (4,25%), Eropa Terdapat beberapa predisposisi terjadinya otitis
Timur (3,96%), Asia Timur (3,93%), Asia media antara lain struktur anatomis kelembaban
Pasifik (3,75%), dan Eropa Tengah (3,64%). Di lokal, derajat keasaman, berenang dan terpapar
Inggris, sebanyak 30% anak–anak mengunjungi air, benda asing, alergi, penyakit eksim atau
dokter anak setiap tahunnya karena otitis media darmatitis pada kulit kepala, penyakit telinga
akut. Di Amerika Serikat, sekitar 20 juta anak– serta alat bantu dengar.
anak menderita otitis media akut setiap
tahunnya (Waseem, 2014). Penelitian yang

2
Berenang adalah olahraga menggerakan 2. Metode Penelitian
anggota badan di air. Berenang biasanya Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional
dilakukan dengan atau tanpa perlengkapan alat dan pendekatan cross-sectional. Populasi pada
seperti pelampung dan sejenisnya. Kegiatan ini penelitian ini adalah seluruh orang dengan
dapat dimanfaatkan untuk rekreasi maupun gangguan telinga yang datang berobat di
olahraga. Bagi beberapa kalangan, berenang Poliklinik THT RSUD Ulin Banjarmasin.
dilakukan secara rutin dan dijadikan sebagai Sampel pada penelitian ini adalah orang yang
gaya hidup yang berdampak positif dan pernah berenang selama 1 bulan terakhir
berdampak negatif. dengan gangguan telinga di Poliklinik THT
RSUD Ulin Banjarmasin dan diperoleh
Dampak negatif olahraga renang, frekuensi sebanyak 28 responden. Penelitian ini
berenang dan juga kebiasaan mandi serta dilaksanakan selama satu bulan, dimulai pada
berenang tanpa penutup telinga. Kontaminasi tanggal 26 April sampai dengan 27 Mei 2017.
air yang masuk dan tertahan di telinga tengah Data yang telah terkumpul dianalisis dengan
melalui membran timpani yang perforasi akan menggunakan uji statistik korelasi spearman
menyebabkan proses infeksi pada mukosa rank.
telinga tengah. (Henny W., 2014)
Ada beberapa perilaku saat berenang yang 3. Hasil
dapat merugikan adalah Berenang tanpa Ear a. Distribusi frekuensi karakteristik
Plug (sumbat telinga), Berenang tanpa penutup responden
kepala, dan menyelam. Tabel 4.1 karakteristik responden
berdasarkan usia
Dari penelitian Henny Widyastuti dkk Usia
Jumlah
No. Frekuensi Persentase
“Hubungan antara Nilai Indeks Pertumbuhan (tahun)
(orang) (%)
Vertikal Wajah dan Kejadian Otitis Media 1. <5 3 10,7%
2. 5-11 10 35,7%
Kronik pada Subras Deutero Melayu Dewasa” 3. 12-25 8 28,6%
menyebutkan bahwa subjek kasus terbanyak 4/7 4. 26-45 5 17,9%
5. >45 2 7,1%
subjek berada pada kelompok usia 31‒39 tahun Total 28 100%
terkait dengan tingginya frekuensi berenang dan
Berdasarkan tabel 4.1 karakteristik
juga kebiasaan mandi serta berenang tanpa
responden menurut usia paling banyak
penutup telinga. Kontaminasi air yang masuk
yaitu responden dengan usia 5-11 tahun
dan tertahan di telinga tengah melalui membran
sebanyak 10 orang (35,7%).
timpani yang perforasi akan menyebabkan
proses infeksi kronik pada mukosa telinga
Tabel 4.2 karakteristik responden
tengah.
berdasarkan jenis kelamin

3
Jumlah b. Distribusi frekuensi perilaku berenang
Jenis
No. Frekuensi Persentase
Kelamin Tabel 4.5 Perilaku berenang di poliklinik
(orang) (%)
1. Laki-laki 15 53,6 THT RSUD Ulin Banjarmasin
2. Perempuan 13 46,4
Total 28 100 Jumlah
Perilaku
No. Persentase
berenang Frekuensi (f)
(%)
Berdasarkan tabel 4.2 karakteristik 1. Kurang baik 22 78,6
responden menurut jenis kelamin paling 2. Baik 6 21,4
Total 28 100
banyak yaitu responden laki-laki berjumlah
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat
15 orang (53,6%).
diketahui bahwa perilaku berenang di
poliklinik THT RSUD Ulin Banjarmasin
Tabel 4.3 karakteristik responden
paling banyak pada kategori kurang baik
berdasarkan pendidikan
yaitu berjumlah 22 orang (78,6%).
Jumlah
No. Pendidikan Frekuensi Persentase
(orang) (%)
Tidak c. Distribusi frekuensi kejadian otitis media
1. 5 17,9
Sekolah akut
2. SD 11 39,3
3. SMP 3 10,7 Tabel 4.6 Kejadian otitis media akut di
4. SMA 7 25,0 Poliklinik THT RSUD Ulin Banjarmasin
Perguruan
5. 2 7,1 Kejadian Jumlah
Tinggi
Total 28 100 Otitis
No. Frekuensi Persentase
Media
(f) (%)
Akut
Berdasarkan tabel 4.3 karakteristik 1. OMA 22 78,6
Tidak
responden menurut pendidikan paling 2. 6 21,4
OMA
banyak yaitu responden berpendidikan SD Total 28 100

berjumlah 11 orang (39,3%).


Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat
diketahui bahwa Kejadian otitis media akut
Tabel 4.4 karakteristik responden
di poliklinik THT RSUD Ulin Banjarmasin
berdasarkan pekerjaan
paling banyak yaitu berjumlah 22 orang
Jumlah
No (78,6%).
Pekerjaan Frekuensi Persentase
.
(orang) (%)
Tidak
1. 8 28,6
bekerja d. Analisis hubungan perilaku berenang
Pelajar/
2. 18 64,3 dengan kejadian otitis media akut di
mahasiswa
3. Swasta 2 7,1 poliklinik THT RSUD Ulin Banjarmasin
Total 28 100
Tabel 4.7 hubungan antara perilaku
berenang dengan kejadian otitis media akut
Berdasarkan tabel 4.4 karakteristik
di poliklinik THT RSUD ulin Banjarmasin
responden menurut pekerjaan paling
banyak yaitu responden pelajar/mahasiswa
berjumlah 18 orang (64,3%).

4
responden yang memiliki perilaku berenang
Kejadian otitis
baik tetapi terjadi otitis media akut dapat di
media akut
Perilaku Total
No Tidak sebabkan oleh faktor lain seperti kelainan
berenang OMA
OMA
F % F % F % sistem imun, riwayat infeksi saluran pernafasan
Kurang atas, pejanan asap rokok, penyakit hidung, dll.
1 20 71,4 2 7,1 22 78,6
Baik
2 Baik 2 7,1 4 14,3 6 21,4 Hal ini di dukung oleh Teuku Husni T.R (2011)
Total 22 78,6 6 21,4 28 100,0
bahwa ada hubungan antara ISPA dengan OMA
Uji spearman rho , ρ=0,001 < α=0,05 nilai r = 0,576
pada balita di Puskesmas Kuta Alam Kota
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa hasil Banda Aceh sedangkan yang memiliki perilaku
tabulasi silang bahwa responden yang perilaku berenang dengan kategori baik serta tidak
berenangnya buruk cenderung terjadi otitis terjadi otitis media akut adalah sebanyak 4
media akut yaitu sebanyak 22 orang (71,4%), orang (14,3%). perilaku berenang baik dan
sedangkan responden yang perilaku tidak terjadi otitis media akut karena responden
berenangnya baik cenderung tidak terjadi otitis menggunakan penutup telinga, menggunakan
media akut yaitu sebanyak 4 orang (14,3%). penutup kepala dan menyelam sehingga
telinganya terlindungi dari kemasukan air.
4. Pembahasan
Responden yang memiliki perilaku berenang Berenang lebih dari normalnya per seminggu
dengan kategori kurang baik terjadi otitis media dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan
akut adalah sebanyak 20 orang (71,4%), telinga. Mulai dari kemasukan air, hingga
Kebanyakan responden yang memiliki perilaku infeksi pada telinga bagian luar (otitis eksterna)
berenang kurang baik sehingga terjadi otitis dan bisa sampai terjadi komplikasi infeksi pada
media akut karena tidak menggunakan penutup telinga bagian tengah (otitis media). Infeksi
telinga, tidak menggunakan penutup kepala dan telinga ini disebabkan oleh bakteri, jamur, atau
menyelam sedangkan yang memiliki perilaku kuman. Karena dari keseringan berenang dan
berenang dengan kategori kurang baik tetapi sering ke masukan air membuat telinga jadi
tidak terjadi otitis media akut adalah sebanyak 2 berair. Kondisi telinga berair ini membuat
orang (7,1%), perilaku berenang kurang baik penderitanya terasa tidak nyaman dan tentunya
tetapi tidak terjadi otitis media akut karena telinga berair akan disertai dengan rasa sakit.
responden menggunakan penutup kepala, Telinga berair juga membuat kemampuan
meskipun responden tidak menggunakan pendengaran seseorang menjadi berkurang.
penutup telinga dan menyelam, dengan Dari telinga berair kemudian di biarkan lama
menggunakan penutup kepala telinganya sudah begitu saja, kondisi ini menciptakan kondisi
dapat terlindungi. lembab di dalam telinga yang membuat bakteri,
jamur, dapat tumbuh subur.
Responden yang memiliki perilaku berenang
dengan kategori baik terjadi otitis media akut Menurut Meis Malirmasele dkk (2012) di
adalah sebanyak 2 orang (7,1%), Kebanyakan Ambon bahwa tingginya frekuensi berenang
5
dan juga kebiasaan mandi serta berenang tanpa c. Bagi Institusi Pendidikan
penutup telinga. Kontaminasi air yang masuk Diharapkan agar institusi pendidikan
dan bertahan di telinga tengah melalui menjadikan hasil penelitian ini sebagai
membran timpani yang berforasi akan tambahan pembelajaran atau pengetahuan
menyebabkan proses infeksi pada mukosa tentang faktor penyebab otitis media akut.
telinga tengah
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
5. Kesimpulan Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
a. Perilaku berenang di Poliklinik THT lebih mengembangkan dengan meneliti
RSUD Ulin Banjarmasin paling banyak variabel lain atau faktor-faktor lain yang
pada kategori perilaku berenang yang berhubungan dengan kejadian otitis media
kurang baik. akut, karena selain perilaku berenang
b. Kejadian otitis media akut di Poliklinik masih ada variabel-variabel lain yang
THT RSUD Ulin Banjarmasin paling diduga ada hubungannya dengan kejadian
banyak yaitu penderita OMA. otitis media akut misalnya faktor lain
c. Ada hubungan antara perilaku berenang seperti kelainan sistem imun, riwayat
dengan kejadian otitis media akut di infeksi saluran pernafasan atas, pejanan
poliklinik THT RSUD Ulin Banjarmasin asap rokok, penyakit hidung, dll.
tahun 2017
DAFTAR RUJUKAN
6. Saran
Donaldson, J. D. (2014). Retrieved June 17, 2014,
a. Bagi Responden from Emedicine
Di harapkan agar responden berenang Medscape: http://emedicine.medscape.com/a
rticle/859316-overview#aw2aab6b2 b5ab1
dengan baik misalkan menggunakan
penutup kepala, menggunakan penuup Husni T R, Teuku. (2011). Hubungan ISPA
Dengan OMA Pada Balita Di Puskesmas
telinga dan tidak menyelam. Kuta Alam Kota Banda Aceh. Available
from
: <http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/do
b. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan wnload/3482/3237> (Accessed 14
Di harapkan agar instansi pelayanan November 2016).
kesehatan melakukan pencegahan seperti Kaneshiro, N. K. (2012). Ear infection - acute.
pendidikan kesehatan bagi pasien penderita From http://www.walgreens.com/marketing/
library/contents.jsp?docid=000638&doctype
OMA misalkan pada perilaku berenang =1
kurang baik agar menganjurkan
Malitmasele, M., Limmon, R., Manuputty, A. G.
menggunakan penutup telinga, (2012). Karakteristik Penderita Otitis Media
menggunakan penutup kepala, dan tidak Supuratif Kronis di Klinik Telinga Hidung
Tenggorok Rumah Sakit Umum Daerah dr.
menyelam. M. Haulussy ambon tahun 2012. Jurnal
kedokteran dan kesehatan. 4 (2): 142-149

6
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Tangerang: Karisma
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Widyastuti, Henny., Nur Akbar Aroeman.,
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian IlmuKep Wijana.(2014). Hubungan antara Nilai
erawatan. Jakarta: Salemba Medika. Indeks Pertumbuhan Vertikal Wajah dan
Kejadian Otitis Media Kronik pada Subras
Supari, S. F. (2006). Rencana Penanggulangan Deutero Melayu Dewasa. Available from:
Gangguan Pendengaran dan Ketulian untuk <http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mk
Mencapai Sound Hearing 2030. Keputusan b/article/download/312/pdf_148> (Accessed
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 15November 2016).

Toy EC., Girardet, R., Yetman, R. 2011. Case Files


Pediatri. Alih bahasa oleh gandaputra EP.

* Hairullah Fatjri. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


** Zaqyyah Huzaifah, Ns., M.Kep. Dosen Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
*** H. Alfian Yusuf, SKM., S.Pd., M.Kes. Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin

You might also like