Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.

12, Januari 2017

KARAKTER (ADAB) GURU DAN MURID


PERSPEKTIF IBN JAMÂ’AH AL-SYÂFI’Î

Rahendra Maya
Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Hidayah Bogor
rmaboeaisy@gmail.co.id

ABSTRACT
The main purpose of education, both general education and Islamic education, is to moled noble
character (or akhlak or adab) of student. Due to this urgent position of that character, especially
teacher‟s and student‟s character, so this study is aimed at discussing the concept of character
education according to a great Islamic scholar.
This studi research is focused on the background of the deterioration of education, both general
education and Islamic education, mainly due to the rampant characterdecadence, both from
teachers and from students. On the other hand, a character education program which has been
programmed in Indonesia, although it is actually a good program, but is considered still keep a
number of problematic concepts, criticism and claims of failure and suggestions for
improvements. For the Muslims, these programs must be harmonized with even very specific
distinctive character, namely the Islamic character based on the rules of Islam in general and
Islamic characters (Islamiyyah etiquettes) specifically.
Therefore, this research is formulated to describe teacher‟s and student‟s character (adab al-
‟âlim wa al-muta‟allim)based on Ibn Jamâ‟ah thought and find ways to apply it strategically-
conceptual in character education programs in Indonesia through the improvement of teacher‟s
dan student‟s character based on figures perspective. This research is a qualitative research to
approach the study of literature (library research)which is descriptive-explanative to be analyzed
by the method of content analysis in his masterpiecepedagogical-educative of the book
„Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa al-Muta‟allim‟ as its primary text
through documentation method.
Keywords: karakter, adab, guru, murid

A. PENDAHULUAN manusia bila telah memiliki nilai (sifat)


kemanusiaan.3 Walaupun terlihat sederhana
Pendidikan adalah usaha membantu
dan simplistik, definisi pendidikan ini telah
manusia menjadi manusia,1 atau
menjelaskan hakikat dan tujuan pendidikan,
bimbingan yang diberikan kepada
yaitu proses pemanusiaan manusia, baik
seseorang agar ia berkembang secara
oleh pihak lain maupun diri sendiri dan
maksimal;2 karena manusia perlu dibantu
bahkan oleh lingkungannya.
agar ia berhasil menjadi manusia.
Seseorang dapat dikatakan telah menjadi Berdasarkan definisi ini, aspek proses
pendidikan sangat luas dan beragam,
1
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami: mencakup aspek jasmani (psikomotorik),
Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu
Memanusiakan Manusia, Bandung: PT Remaja
3
Rosdakarya, 2008, hlm. 33. Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi
2
Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami,Bandung:PT Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan
Remaja Rosdakarya, 2012, hlm. 33. Manusia, hlm. 33.

Karakter (Adab) Guru … 12


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

akal (kognitif), dan hati (afektif) dengan Apabila pendidikan dipandang belum
berbagai macam variannya yang berhasil atau gagal dalam membangun
dilakukan di dalam sekolah dan di luar karakter bangsa, berarti ada yang salah
sekolah dalam makna yang luas. dalam sistem pendidikan saat ini. Beberapa
Pendidikan secara umum adalah upaya kalangan menyebutkan bahwa kegagalan
membimbing, mengarahkan, dan pendidikan disebabkan oleh disorientasi
membina anak didik yang dilakukan pendidikan. Pendidikan yang sejatinya
secara sadar dan terencana agar terbina dapat membangun pribadi yang holistik
suatu kepribadian yang utama sesuai (utuh), dimana setiap pribadi akan dapat
dengan nilai-nilai yang hendak diajarkan. menemukan identitas diri, makna, dan tujuan
Dari sini dapat dinyatakan, untuk meraih hidupnya melalui hubungannya dengan
derajat manusia sempurna dan seutuhnya alam, lingkungan, dan nilai-nilai spiritualitas
sangatlah tidak mungkintanpa melalui (ketuhanan), atau membelajarkan aspek
proses pendidikan. kognitif, afektif, dan psikomotoriknya,
realitasnya hanya mengembangkan aspek
Keseluruhan proses yang dilakukan dan
kognitif saja dan membuat anak teralienasi
terjadi dalam pendidikan ditujukan untuk
dari lingkungannya.5
menghasilkan nilai (sifat) kemanusiaan
berupa sikap dan perilaku yang kemudian Salah satu alternatif mengatasi
menjadi watak, kepribadian, budi pekerti, permasalahan tersebut adalah
etika, moral atau karakter, yang dalam dicanangkannya program pendidikan
perspektif Islam dapat diungkapkan karakter yang kemudian menjadi
sebagai akhlak atau adab. Selain kebijakan pendidikan nasional.
diusahakan secara pribadi dan di dalam Spesifiknya sejak diluncurkan oleh
keluarga, pendidikan juga merupakan pemerintah sebagai kebijakan pendidikan
usaha sadar masyarakatdan bangsa dalam nasional dan program pendidikan
mempersiapkan generasinya bagi alternatif, tepatnya saat Presiden Susilo
keberlangsungan kehidupan masyarakat Bambang Yudhoyono mencanangkannya
dan bangsa di masa depan ke arah yang pada puncak Peringatan Hari Pendidikan
lebih baik dan kompetitif. Termasuk yang Nasional tahun 2010 di Istana Negara.
dilakukan oleh bangsa Indonesia melalui Dalam Rencana Aksi Nasional
program pendidikan masyarakat dan Pendidikan Karakter (2010) disebutkan
kebijakan pendidikan nasionalnya. bahwa pendidikan karakter adalah
Namun dengan tidak menafikan adanya “pendidikan nilai, pendidikan budi
hal-hal positif tertentu sebagai akibat dari pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan
penerapan pendidikan di Indonesia, akhlak yang bertujuan mengembangkan
ternyata muncul banyak gejala maupun kemampuan peserta didik untuk
tindakan negatif yang tidak mampu memberikan keputusan baik-buruk,
ditransformasikan oleh proses pendidikan. memelihara apa yang baik, dan
Padahal, semestinya menjadi tanggung mewujudkan kebaikan itu dalam
jawab pendidikan di samping tanggung kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
jawab komponen lainnya, lantaran hati.”.6 Untuk mencapai hal tersebut
pendidikan juga terkait dengan
komponen-komponen lain dalam suatu 5
sistem kehidupan.4 Agus Zainul Fitri,Reinventing Human
Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai &
Etika di Sekolah, Jogjakarta: ar-Ruzz Media, 2012,
4
Mujamil Qomar, Kesadaran Pendidikan: hlm. 12.
6
Sebuah Penentu Keberhasilan Pendidikan, Amirulloh Syarbini, Buku Pintar Pendidikan
Jogjakarta: ar-Ruzz Media, 2012, hlm. 28. Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Karakter

22 Karakter (Adab) Guru …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

merupakan tugas dan tanggung jawab ini adalah konsep tentang adab guru dan
semua lembaga pendidikan, baik formal, murid yang dikonstruk dari pemikiran
informal maupun nonformal, khususnya pendidikan Ibn Jamâ‟ah dan upaya untuk
untuk menginternalisasikan pendidikan mengaplikasikannya dalam program
karakter kepada para muridnya, bukan pendidikan karakter di Indonesia, dengan
menjadikannya sekadar sebagai wacana judul “Konsep Adab Guru dan Murid
atau hanya untuk disosialisasikan semata.
Perspektif Ibn Jamâ’ah al-Syâfi’î” yang
Berdasarkan hakekat tersebut dapat berasal dari penelitian ilmiah-akademik di
dinyatakan bahwa pendidikan karakter program Doktoral Pendidikan Islam.7
sebenarnya adalah program yang baik.
Walaupun demikian, kebijakan dan
program pendidikan karakter di Indonesia B. PERUMUSAN MASALAH
masih dianggap menyimpan sejumlah Berdasarkan latar belakang masalah
problematika konsep, menuai kritik dan yang telah dikemukakan, masalah pokok
klaim kegagalan serta mendapatkan saran dalam penelitian ini dibatasi dengan
perbaikan; terutama dikarenakan pertanyaan penelitian yang dirumuskan,
maraknya dekadensi karakter, baik dari Bagaimanakah pemikiran Ibn Jamâ‟ah
guru maupun dari murid. tentang adab guru dan murid (âdâb al-
Sedangkan dalam perspektif ‟âlim wa al-muta‟allim) dalam kitabnya,
pendidikan Islam, baik dalam tataran Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-Mutakallim fî
idealitas-konseptualistik maupun realitas Âdâb al-‟Âlim wa al-Muta‟allim?
historis-implementatifnya, guru dan murid
sebagai komponen utama pendidikan C. TUJUAN DAN KEGUNAAN
harus memiliki karakter yang baik, atau PENELITIAN
harus beradab Islami dalam istilah Sesuai dengan rumusan masalah, maka
agamanya. Guru harus menjadi guru yang tujuan penelitian ini dapat dikemukakan
berkarakter dan para murid juga harus adalah untuk mendeskripsikan secara
menjadi murid yang berkarakter. Tidak faktual-komprehensif pemikiran Ibn
hanya dengan bersandarkan kepada nilai- Jamâ‟ah tentang adab guru dan murid
nilai umum yang berlaku universal, (âdâb al-‟âlim wa al-muta‟allim) dalam
bahkan harus berlandaskan kepada ajaran kitabnya, Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-
agama Islam secara idealistik. Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa al-
Salah satu pemikir pendidikan Islam yang Muta‟allim.
menaruh perhatian sangat besar terhadap Dari tema sentral, rumusan masalah
pendidikan karakter dan proses inter- yang telah diidentifikasi dan tujuan
nalisasinya, (âdâb al-‟âlim wa al-muta‟allim) penelitian yang hendak dicapai, kegunaan
berdasarkan landasan adab Islami yang dan manfaat dari penelitian ini adalah:
agung dalam kitabnya, Tadzkirah al-Sâmi‟
wa al-Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa al-
Muta‟allim adalah Badr al-Dîn Muhammad 7
Lihat Rahendra Maya, “Adab Guru dan Murid
ibn Ibrâhîm ibn Jamâ‟ah al-Kinânîal-Syâfi‟î, Dalam Kitab Tadzkirah Al-Sâmi‟ Wa Al-
lebih dikenal sebagai Ibn Jamâ‟ah. Mutakallim Fî Âdâb Al-„Âlim wa Al-Muta‟allim
Berdasarkan latar belakang masalah Karya Ibn Jamâ‟ah dan Aplikasinya Dalam
tersebut, maka fokus utama dari penelitian Pendidikan Karakter di Indonesia”, Disertasi
(tidak diterbitkan), Program Pascasarjana Doktoral
Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun (UIKA)
Anak di Sekolah, Madrasah dan Rumah,Bandung: Bogor, 2015.
as@ prima pustaka, 2012, hlm. 16.

Karakter (Adab) Guru … 12


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

1. Penelitian ini diharapkan dapat terkait dengan proses akademiknya.8


mendeskripsikan dan memperlihatkan Dengan sedikit pengembangan, disertasi
pemikiran pendidikan ulama klasik ini kemudian diterbitkan menjadi sebuah
yang memiliki signifikansi dan buku9 dengan judul yang sama persis.
relevansi dengan wacana pemikiran Penelitian lain adalah tesis magister di
pendidikan kontemporer dan diskursus Universitas Umm al-Qurâ Kulliyyah al-
kependidikan modern yang Tarbiyah Qism al-Tarbiyah al-Islâmiyyah
berkembang, spesifiknya tentang
wa al-Muqâranah dengan judul “Âdâb al-
pendidikan karakter yang terkait Mu‟allim ‟inda al-Imâm Badr al-Dîn Ibn
dengan karakter guru dan murid. Jamâ‟ah fi Dau„ Kitâbihi Tadzkirah al-
2. Secara teoritis-konseptual, hasil Sâmi‟ wa al-Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim
penelitian ini diupayakan agar dapat wa al-Muta‟allim: Dirâsah Tahlîliyyah”
dijadikan sebagai pedoman keilmuan yang disusun oleh ‟Abd Allah ibn Nâjî ibn
dan sumbangan pemikiran tentang ‟Alî al-Juhnî pada tahun akademik
pendidikan adab Islami sehingga dapat 1423/1424 H. Dari penelitian ilmiah
menjadi rujukan dasar untuk berbagai terungkap beberapa penelitian lain yang
penelitian ilmiah-akademis selanjutnya. pernah disusun sebelumnya, yaitu (a) tesis
di Qism Ushûl al-Tarbiyah Kulliyyah al-
3. Secara praktis dan praksis, hasil
Banât Universitas ‟Ain Syams berjudul
penelitian ini diharapkan dapat
“Dirâsah al-Fikr al-Tarbawî li al-Imâm
dijadikan sebagai starting point dan
Badr al-Dîn Ibn Jamâ‟ah” karya Su‟âd
data empiris bagi pelbagai pihak yang
Muhammad ‟Abd al-Syâfî, tahun 1981;
berkepentingan dalam merumuskan
(b) disertasi di Kulliyyah al-Tarbiyah
kebijakan bagi penyempurnaan
Universitas Mînâ berjudul “Badr al-Dîn
pendidikan karakter bangsa secara
Ibn Jamâ‟ah Alladzî Tuwuffiyâ 733 H.:
makro dan masifasi pendidikan adab
Hayâtuhu wa Âtsâruhu fî Majâl al-‟Ilm wa
Islami secara mikro, khususnya terkait
al-Ta‟lîm” karya Mâjidah Muhammad
dengan internalisasi dan sosialisasi
Hasan, tahun 1984; dan (c) tesis di Qism
karakter guru dan murid yang menjadi
Ushûl al-Tarbiyah Kulliyyah al-Tarbiyah
dua komponen utama pendidikan.
di Universitas al-Zaqâzîq berjudul “al-
‟Alâqah baina al-Mu‟allim wa al-
D. KAJIAN PUSTAKA
Muta‟allim ‟inda Ba‟d Mufakkirî al-
Sepanjang penelusuran literatur yang
dapat penulis lakukan, terkait dengan tema 8
Masalah penelitian dalam disertasi Asari
bahasan, tokoh dan kitab edukatifnya dirumuskan ke dalam tiga pertanyaan, yaitu (a)
ditemukan sebuah penelitian ilmiah- menemukan pemikiran etika akademis yang
akademik yang mirip dengan penelitian terkandung dalam kitab Tażkirat al-Sâmi‟ wa al-
Mutakallim; (b) bagaimana hubungan pemikiran
penulis, yaitu “Etika Akademis
tersebut dengan kondisi sosial intelektual masa
dalamIslam: Studi tentang Kitab Tażkirah Mamluk, khususnya lingkungan sosial intelektual
al-Sâmi‟ wa al-Mutakallim Karya Ibn penulisnya; dan (c) bagaimana implikasi dari
Jamâ‟ah (w. 733/1333)” karya Hasan pemikiran tersebut terhadap pendidikan Islam.
Asari, disertasi di Program Pascasarjana Lihat Asari, “Etika Akademis dalam Islam: Studi
tentang Tażkirat al-Sâmi‟ wa al-Mutakallim Karya
Institut Agama Islam Negeri (sekarang
Ibn Jamâ‟ah (w. 733/1333)”, Disertasi di Program
UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2000. Penelitian ini menyorot pemikiran 2000, hlm. 7.
Ibn Jamâ‟ah tentang etika akademis bagi 9
Asari, Etika Akademis dalam Islam: Studi
guru dan murid serta etika lain yang tentang KitabTażkirat al-Sâmi‟ wa al-
MutakallimKarya Ibn Jamâ‟ah, Yogyakarta: PT
Tiara Wacana, 2008, hlm. x.

24 Karakter (Adab) Guru …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

Tarbiyah al-Islâmiyyah” karya Samîr al-âdâb memiliki arti al-du‟â„,11 yang


Muhammad Ibrâhîm, tahun 1989, dengan berarti undangan, seruan atau panggilan;
membatasi identifikasi para pemikir dan juga berarti al-zaraf wa husn al-
tersebut sebagai Ibn Sahnûn, al-Qâbisî, tanâwul,12 yaitu suatu bentuk kesopanan
Ibn ‟Abd al-Barr dan Ibn Jamâ‟ah.10 dan etika berinteraksi yang baik dengan
orang atau pihak lain.
Penelitian yang penulis lakukan adalah
kajian lanjutan dan pengembangan dari Bentuk derivasi (isytiqâq) dari al-adab
penelitian Asari tentang etika akademis adalah al-udbah, al-ma„dubah dan al-
bagi guru dan murid berdasarkan ma„dabah yang berarti al-ta‟âm alladzî
perspektif Ibn Jamâ‟ah dalam kitab yashna‟uhu al-rajul yad‟û ilaihi al-nâs,13
Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-Mutakallim fî yaitu makanan atau jamuan makan yang
Âdâb al-‟Âlim wa al-Muta‟allim. secara khusus dihidangkan dalam rangka
Penelitian ini telah berhasil mengurai mengundang orang lain untuk
pemikiran pendidikan Ibn Jamâ‟ah dalam menikmatinya. Atau dapat juga berarti
karyanya secara deskriptis, termasuk kullu ta‟âm shuni‟a li da‟wah au ‟urs,14
tentang adab guru dan murid. yaitu hidangan yang dipersiapkan untuk
jamuan.
Walaupun memiliki kesamaan tokoh dan
kitabnya serta tema utama yang terkait Dari definisi tersebut dapat
dengan guru dan murid, namun terdapat disimpulkan bahwa dalam tataran
beberapa hal yang berbeda. Dalam etimologis adab belum terkait secara
penelitian penulis pemikiran Ibn Jamâ‟ah ekplisit dengan pendidikan, suatu
yang dijadikan sorotan utama hanyalah keterampilan atau disiplin ilmu tertentu,
tentang adab guru dan murid dalam kecuali secara praksis terkait dengan etika
perspektif karakter dan pendidikan karakter, kesopanan dan itupun dalam ruang
tidak sekadar sebagai sebuah etika dalam lingkup yang masih sempit, yaitu etika di
proses akademik. Karena itu, selain secara meja makan atau kesopanan dalam
spesifik mendeskripsikan adab guru dan memenuhi undangan dan jamuan makan.
murid berdasarkan perspektif Ibn Jamâ‟ah,
penelitian ini kemudian berupaya menelaah 11
Muhammad ibn Mukarrim ibn Manzûr al-
signifikansi dan mengungkap sejauh mana Anshârî al-Ifrîqî al-Mishrî, Lisân al-‟Arab, ed.
relevansinya dengan program pendidikan ‟Âmir Ahmad Haidar dan ‟Abd al-Mun‟im Khalîl
karakter di Indonesia serta untuk Ibrâhîm, Beirut: Dâr al-Kutub al-‟Ilmiyyah, 2009,
menemukan aplikasinya dalam pendidikan vol. 1, hlm. 245; dan Shâlih ibn ‟Abd Allah ibn
karakter tersebut. Humaid, et.al., Mausû‟ah Nadrah al-Na‟îm fî
Makârim Akhlâq al-Rasûl al-Karîm, vol. 2, 2004,
hlm. 141.
E. KERANGKA TEORITIK 12
Muhammad ibn Ya‟qûb al-Fairûz„âbâdî, al-
1. Definisi Adab Qâmûs al-Muhît, ed. Nashr al-Hûrainî al-Mishrî
al-Syâfi‟î, Beirut: Dâr al-Kutub al-‟Ilmiyyah,
Secara literal-etimologis, term al-adab 2009, hlm. 86; dan al-Sayyid Muhammad Murtadâ
(adab) dengan bentuk plural (jama‟)nya ibn Muhammad al-Husainî al-Zabîdî, Tâj al-
‟Arûsmin Jawâhir al-Qâmûs, Beirut: Dâr al-Kutub
al-‟Ilmiyyah, 2012, vol. 2, hlm. 7.
10 13
‟Abd Allah ibn Nâjî ibn ‟Alî al-Juhnî, “Âdâb al-Mubârak ibn Muhammad ibn al-Atsîr al-
al-Mu‟allim ‟inda al-Imâm Badr al-Dîn Ibn Jazrî, al-Nihâyah fî Gharîb al-Hadîts wa al-Atsar,
Jamâ‟ah fi Dau„ Kitâbihi Tadzkirah al-Sâmi‟ wa ed. Mahmûd Muhammad al-Tanâhî dan Tâhir
al-Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa al-Muta‟allim: Ahmad al-Zâwî, Beirut: Dâr Ihyâ„ al-Turâts al-
Dirâsah Tahlîliyyah”, Tesis di UniversitasUmm al- ‟Arabî dan Mu„assasah al-Târîkh al-‟Arabî, t.t.,
Qurâ Kulliyyah al-Tarbiyah Qism al-Tarbiyah al- vol. 1, hlm. 30-31.
14
Islâmiyyah wa al-Muqâranah, 1423/1424 H., hlm. al-Mishrî, Lisân al-‟Arab al-Muhît, vol. 1,
19-24. hlm. 3.

Karakter (Adab) Guru … 14


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

Dalam tataran terminologis-praktis, Makna kedua dipahami dalam lingkup


term al-adab secara general pendidikan orang dewasa. Dalam lingkup
diartikulasikan sebagai kecakapan ini adab bermakna aturan tingkah laku
(pengetahuan) atau seni (keahlian) dalam praktis yang dipandang menentukan
suatu bidang atau aktifitas tertentu yang kesempurnaan proses pendidikan. Adab
definitif, seperti karakter atau adab hakim adalah aturan interaksi antar aspek yang
(adab al-qâdî) dan sekretaris/notaris terlibat dalam kegiatan pendidikan. 17
pembuat dokumen resmi (adab al-kâtib).15
Ada pula yang menyimpulkan bahwa
Kemudian secara terminologis-partikulatif adab merujuk kepada dua makna yang
didefinisikan sebagai ilmu yang secara walaupun secara material berbeda namun
spesifik berkaitan dengan keindahan mempunyai semangat yang sama, yaitu
bahasa atau sastra menurut perspektif para keinginan untuk memelihara kesempurnaan.
ulama klasik, seperti morfologi (sharf),
derivasi (isytiqâq), sintaksis (nahw), Pertama, merujuk kepada tingkah laku
semiotika (ma‟ânî), stilistika (bayân), praktis terkait moralitas profesi tertentu
elokuensi (badî‟), sajak dan sanjak (guru, murid, penguasa, sekretaris, hakim
(‟arûdhwaqâfiyah), ragam tulisan (khatt), dan sebagainya). Sedangkan yang kedua,
komposisi (insyâ„) dan retorika merujuk kepada dimensi intelektual,
(khitâbah). Sedangkan di masa khususnya kemampuan komunikasi yang
kontemporer, al-adab yang umumnya baik dan elegan. Jadi adab digunakan
disebut ‟ilm al-adab merupakan disiplin untuk menunjuk keseluruhan ilmu dan
ilmu yang memiliki ruang lingkup atau pengalaman yang dengan sungguh-
objektifitas yang spesifik, yaitu ilmu sungguh diupayakan dalam rangka
tentang adab itu sendiri, sejarah (târîkh), menuntun kehidupan yang benar. Adab
geografi (jughrâfiyyah), ilmu linguistik juga berarti konsep yang tidak cukup
verbal (‟ilm al-lisân) dan filsafat hanya diketahui, tetapi lebih penting lagi
(falsafah),16serta bisa saja mencakup harus dihayati dan dipraktikkan seseorang
bidang ilmu lainnya, seperti pendidikan guna menyempurnakan kehidupannya,18
dan ilmu pendidikan misalnya. sebagai nilai diri, sifat, kepribadian, dan
karakter yang mesti ada pada seseorang
Sementara dalam perspektif lain jika ia ingin mengurus dirinya dengan
dinyatakan, dalam bidang pendidikan kata baik dan dalam mendapatkan kesuksesan
adab secara spesifik setidaknya digunakan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
dalam dua makna. Pertama, adab
dimaknai sebagai pendidikan anak-anak Dari paparan tentang definisi adab
sehingga memiliki etika dan tingkah laku secara terminologis dapat diidentifikasi
yang baik. Itu sebab, pada masa klasik dan bahwa adab dapat dimaknai sebagai budi
pertengahan Islam, kata yang paling pekerti yang baik, perilaku yang terpuji,
sering digunakan untuk orang yang jiwa dan akhlak yang terdidik,
mengajar anak-anak adalah mu„addib, di kedisiplinan untuk menjadi orang yang
samping mu‟allim (shibyân). Materi yang beradab,19 moral atau moralitas, afeksi,
dididikkan, metode dan teknik guru dalam
mengajar, hingga tujuan dan sasaran 17
Asari, Etika Akademis dalam Islam: Studi
pendidikan tercakup dalam konsep adab. tentang KitabTażkirat al-Sāmi‟ wa al-
MutakallimKarya Ibn Jamâ‟ah, hlm. 2.
15 18
Majma‟ al-Lughah al-‟Arabiyyah, al-Mu‟jam Lihat Asari, Etika Akademis dalam Islam:
al-Wasît, ed. Ibrâhîm Madkûr, Istambul: al- Studi tentang KitabTażkirat al-Sāmi‟ wa al-
Maktabah al-Islâmiyyah, 1972, vol. 1, hlm. 9. MutakallimKarya Ibn Jamâ‟ah, hlm. 4-5.
16 19
Majma‟ al-Lughah al-‟Arabiyyah, al-Mu‟jam Lihat Dedeng Rosidin, Akar-Akar
al-Wasît, vol. 1, hlm. 9-10. Pendidikan dalam al-Qur„an dan al-Hadits:

26 Karakter (Adab) Guru …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

susila, tabiat, watak, nilai, etika dan dinyatakan bahwa karakter (character)
karakter serta secara teknis-praktis dapat ekuivalen dengan berbagai term berikut,
pula dimaknai sebagai tata krama dan (a) rumus (ramz); (b) huruf (harf); (c)
sopan santun.20 Karena adab merujuk karakteristik, kekhususan dan sifat
pada pengenalan dan pengakuan atas spesifik (khashîshah, mîzah, shifah); (d)
tempat, kedudukan dan keadaan yang akhlak (khuluq); (e) sifat (washf, shifah);
tepat dan benar dalam kehidupan, dan (f) kepribadian atau personalitas
untuk disiplin pribadi agar ikut serta (syakhshiyyah); (g) popularitas (sum‟ah,
secara positif dan rela memainkan peranan shît); dan (h) integritas akhlak (matânah fî
seseorang sesuai dengan pengenalan dan al-khuluq).23
pengakuan tersebut.21 Sementara menurut Pusat Bahasa
Karena itu, proses beradab (ta„addub) Departemen Pendidikan Nasional,
berarti proses beraktifitas yang sesuai karakter sendiri didefinisikan sebagai
dengan keperwiraan diri (murû„ah). Maka “sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pendidikan adab (ta„dîb) sendiri dapat pekerti yang membedakan seseorang dari
diartikulasikan sebagai pengajaran akhlak- yang lain, tabiat, watak.”. Sehingga yang
akhlak mulia dan pendidikan melalui dimaksud “berkarakter” adalah “memiliki
hukuman (punishment) bagi yang karakter, mempunyai kepribadian,
menyelisihi dan tidak mengindahkan berwatak”,24 karena karakter tiada lain
norma-normanya,22 dengan menjadikan merupakan identitas seseorang yang
hukuman sebagai latihan (drill) bagi bersifat permanen yang membedakannya
seseorang untuk berlaku mulia serta agar dengan orang atau pihak lain. Sedangkan
dapat menginternalisasikan dan adab dalam kamus tersebut
mengontektualisasikan adab tersebut diartikulasikan sebagai “kehalusan dan
(beradab). kebaikan budi pekerti; kesopanan,
akhlak.”, maka yang dimaksud beradab
Dari deskripsi dan uraian tentang adab
adalah (a) mempunyai adab, mempunyai
secara etimologis dan terminologis
budi bahasa yang baik, berlaku sopan; dan
tersebut, tidak salah bila term adab
(b) telah maju tingkat kehidupan lahir
dianggap ekuivalen dan sinonim dengan
batinnya.25
term karakter. Dalam Kamus Inggris-Arab
karya Munir Ba‟albaki secara etimologis Dari penelusuran literal-linguistik
secara general dan kajian para pakar juga
dapat dinyatakan bahwa term karakter
Kajian Semantik Istilah-Istilah Tarbiyaţ, Ta‟līm, selain sinonim dengan term adab, juga
Tadrīs, Tahdzīb dan Ta„dīb, Bandung: Pustaka
Umat, 2003, hlm. 171.
sinonim dengan term akhlâq. Akhlâq
20
Lihat Kesuma, Dharma, Cepi Triatna dan (akhlak, moral, tabiat atau pekerti) bahkan
Johar Permana, Pendidikan Karakter: Kajian adalah term penting yang lebih dahulu
Teori dan Praktik di Sekolah, Bandung: PT populer dan banyak dijadikan sebagai
Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 24; dan Sofyan
Sauri, Filsafat dan Teosofat Akhlak, Bandung:
23
Rizqi Press, 2011, hlm. 7. Munir Ba‟albaki, al-Mawrid al-Waséţ: A
21
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islâm dan Concise English-Arabic Dictionary, Beirut: Dar el-
Sekularisme, Bandung: Institut Pemikiran Islam Ilm lil-Malayén, 1983, hlm. 104.
24
dan Pembangunan Insan (PIMPIN) dan Center for Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Advanced Studies on Islam, Science and Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi
Civilization (CASIS) Universiti Teknologi Keempat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
Malaysia (UTM), 2011, hlm. 129 2012, hlm. 623.
22 25
Ibn Humaid, et.al., Mausû‟ah Nadrah al- Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Na‟îm fî Makârim Akhlâq al-Rasûl al-Karîm, vol. Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi
2, hlm. 143. Keempat, hlm 7.

Karakter (Adab) Guru … 12


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

paradigma dan model pendidikan Islam adalah sebutan yang sudah terbiasa
atau karakter Islami. dipahami oleh masyarakat secara luas.
Karena itu, menurut Abdul Majid dan Dalam Bahasa Indonesia, term lain
Andayani, terkait dengan karakter dan yang sering dipergunakan untuk
pendidikan karakter, dalam Islam sendiri menyatakan guru dan yang dianggap
terdapat tiga nilai utama, yaitu akhlak, ekuivalen dengannya antara lain term
adab, dan keteladanan. Akhlak merujuk pendidik dan pengajar, yang secara umum
kepada tugas dan tanggung jawab selain juga dipahami sebagai orang yang
syari‟ah dan ajaran Islam secara umum. melakukan proses pendidikan dan
Sedangkan term adab merujuk kepada pengajaran atau menjadikan kedua hal
sikap yang dihubungkan dengan tingkah tersebut sebagai profesi dan mata
laku yang baik. Dan keteladanan merujuk pencahariannya. Hanya saja term pendidik
kepada kualitas karakter yang ditampilkan sering dipahami sebagai pendidik yang
oleh seorang Muslim yang baik yang melaksanakan tugas kependidikannya
mengikuti keteladanan Nabi Muhammad pada lembaga pendidikan formal (di
S.A.W.,26 yang merupakan Rasul Teladan sekolah) dan pendidikan nonformal (di
dan Guru yang Agung. masyarakat) atau di lembaga pendidikan
yang diselenggarakan di masyarakart
2. Definisi Guru dan Murid
seperti lembaga kursus, pelatihan dan lain
Secara general, term guru umumnya sebagainya.29 Demikian pula halnya
diartikulasikan sebagai “orang yang dengan term pengajar, yang pada masa
pekerjaannya (mata pencahariannya, kini diidentikkan sebagai pihak yang
profesinya) mengajar”.27 Sedangkan melakukan pengajaran dalam bentuk
dalam pandangan masyarakat, guru adalah mentransfer pengetahuan secara kognitif.
orang yang melaksanakan pendidikan di
Sedangkan dalam literatur Islam,
tempat-tempat tertentu, tidak mesti di
penyebutan guru antara lain sering
lembaga pendidikan formal, tetapi bisa
dinyatakan dengan term ustâdz, mu‟allim,
juga di masjid, surau atau mushala, rumah
murabbî, mursyid, mudarris, mu„addib,
dan sebagainya.28
muzakkî dan tâlî, disesuaikan dengan term
Guru merupakan term familiar yang yang digunakan untuk istilah pendidikan
memiliki artikulasi merujuk kepada serta berdasarkan esensi dan tugasnya.
sebuah profesi dan sebagai orang yang Ustâdz digunakan untuk guru yang
melakukan pekerjaan mendidik, mengajar komitmen terhadap profesionalismenya,
dan yang terkait dengan proses keduanya yang melekat pada dirinya sikap dedikatif,
di sebuah institusi pendidikan formal, komitmen terhadap mutu proses dan hasil
kerja, serta secara berkelanjutan
(continous improvement) melakukan
26
ta‟lîm, tarbiyah, irsyâd, tadrîs, ta„dîb,
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan tazkiyah dan tilâwah. Mu‟allim digunakan
Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011, hlm. 58.
untuk guru yang mengembangkan
27
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus pengetahuan teoritis, praktis dan
Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi fungsional secara terpadu pada murid agar
Keempat, hlm. 469.
28
Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik
29
dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Moh. Haitami Salim, Pendidikan Agama
Teoritis Psikologis, Jakarta: PT Rineka Cipta, dalam Keluarga: Revitalisasi Peran Keluarga
2010, hlm. 31; dan Jamal Ma‟mur Asmani, Tips dalam Membangun Generasi Bangsa yang
Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, Berkarakter, Jogjakarta: ar-Ruzz Media, 2013,
Jogjakarta: Diva Press, 2013, hlm. 20. hlm. 35.

28 Karakter (Adab) Guru …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

mampu menangkap makna di balik yang Dengan demikian dapat dinyatakan


tersurat. Murabbî digunakan untuk guru bahwa guru tidak hanya menjadi sumber
yang menumbuhkembangkan kreativitas, informasi, ia juga dapat menjadi
potensi-potensi dan/atau fitrah murid motivator, inspirator, diamisator,
secara bertahap ke tingkat yang lebih fasilitator, katalisator, evaluator, dan
tinggi dan lebih baik. Mursyid digunakan sebagainya, serta seorang profesional
untuk guru yang meningkatkan kualitas yang tidak menjadikan profesi guru hanya
akhlak dan kepribadian, dan/atau sebagai “sumber penghasilan” atau untuk
menumbuhkembangkan nilai-nilai insani sekedar mengentaskan pengangguran
dan nilai Ilahi melalui keteladanan. diri.31
Mudarris digunakan untuk guru yang Sedangkan tentang term siswa atau
mencerdaskan murid dan memberantas pelajar, literatur pendidikan Islam,
kebodohan serta melatih keterampilan
termasuk di Indonesia, yang dianggap
sesuai bakat, minat dan kemampuannya sinonim dan ekuivalen dengan kedua term
sehingga menjadi tenaga kerja yang tersebut adalah murîd, tilmidz, tâlib dan
produktif. Mu„addib digunakan untuk muta‟allim serta term lainnya yang sering
guru yang menyiapkan murid untuk dipergunakan, baik secara lisan maupun
bertanggung jawab dalam membangun
dalam tulisan.
peradaban yang berkualitas (sesuai dengan
nilai-nilai Islam) di masa depan. Muzakkî Secara etimologi, murîd berarti “orang
digunakan untuk guru yang membantu yang menghendaki, menginginkan atau
murid dalam upaya penyucian jiwa membutuhkan”. Sedangkan secara
sehingga ia kembali kepada fitrahnya. terminologi, murîd adalah “pencari
Sedangkan tâlî digunakan untuk guru hakikat di bawah bimbingan dan arahan
yang mewariskan nilai-nilai Ilahi dan seorang pembimbing spiritual (mursyid).
nilai-nilai insani kepada murid.30 Tilmidz sendiri diartikan sama dengan
murîd. Tâlib, secara etimologi berarti
Berdasarkan beragamnya penggunaan “orang yang mencari”, dan secara
term guru dan berbagai varian terminologi berarti “penempuh jalan
artikulasinya serta profil esensialnya yang spiritual, dimana ia berusaha keras
sangat kompleks, dalam penelitian ini menempa dirinya”, karenanya ia akan
term dan istilah yang digunakan untuk selalu meminta, menginginkan, mencari
orang yang melakukan proses pendidikan dan berusaha mendapatkan seperangkat
dan pembelajaran atau menjadikan hal
ilmu dan kemampuan pengembangannya
tersebut sebagai profesinya adalah term melalui proses pendidikan, baik teoritis
guru. Hal ini dikarenakan asumsi dasar maupun praktis. Adapun kata muta‟allim
bahwa term guru selain lebih populer dan berarti orang yang sedang belajar ilmu.
umum digunakan, juga memiliki berbagai Secara substansial, keempat term tersebut
cakupan tugas esensial yang terkandung
mengacu kepada satu nomenklatur yang
dalam berbagai term lainnya. sama, yaitu orang atau pihak yang tengah
menempuh pendidikan. Perbedaannya
30
Lihat Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi 31
Pengembangan Pendidikan Islam, Jakarta: PT Lihat Rahendra Maya, “Esensi Guru dalam
RajaGrafindo Persada, 2011, hlm. 179-180; Visi-Misi Pendidikan Karakter”, Edukasi Islami,
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Jurnal Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan
Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hlm. Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
216-217; dan Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Al Hidayah Bogor, Vol. 03, No. 02, Edisi Januari
Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada 2013, hlm. 284-285.
Media Group, 2008, hlm. 92.

Karakter (Adab) Guru … 12


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

hanya terletak pada penggunaan atau Namun menurut Tafsir, istilah yang
jenjang pendidikannya saja.32 tepat bagi semua orang yang sedang
belajar pada guru adalah murid, bukan
Sedangkan dalam literatur pendidikan
anak didik dan bukan pula peserta didik.
umum di Indonesia, istilah yang banyak
Alasan pemilihan ini setidaknya
digunakan untuk murid antara lain
dikarenakan istilah ini berisi konsep yang
dinyatakan dengan term siswa, murid,
lebih menjamin tercapainya tujuan
pelajar, mahasiswa dan santri serta anak
pendidikan, yaitu terwujudnya manusia
didik dan peserta didik. Istilah siswa,
yang memiliki kemanusiaan yang tinggi;
murid dan pelajar umumnya digunakan
dan mengandung banyak kelebihan, antara
untuk menyatakan peserta didik pada
lain kesungguhan belajar, memuliakan
jenjang pendidikan dasar sampai
guru dan keprihatinan guru terhadap
menengah. Sementara bagi peserta didik
murid. Terkandung pula keyakinan bahwa
pada tingkat pendidikan tinggi atau
mengajar dan belajar itu wajib, dalam
akademi disebut mahasiswa. Sementara
perbuatan mengajar dan belajar itu ada
istilah santri digunakan untuk menyatakan
barakah. Pendidikan yang dilakukan pada
peserta didik yang menuntut ilmu di
murid dianggap mengandung muatan
pondok pesantren.33
profan dan transendental. Selain sedang
Pendapat lain menyatakan bahwa belajar, murid juga sedang menyucikan
istilah yang tepat untuk menyebut diri dan berjalan menuju Tuhan. Yang
individu yang menuntut ilmu adalah paling menonjol dalam istilah murid
peserta didik, bukan anak didik. Selain adalah kepatuhan kepada guru, dalam arti
karena diklaim selaras dengan paradigma tidak membantah sama sekali.35
“belajar sepanjang masa”, peserta didik
Dalam penelitian ini, term yang dipilih
dianggap memiliki cakupan lebih luas,
dan dianggap tepat untuk menjelaskan
yang tidak hanya melibatkan anak-anak,
artikulasi dan esensi substansial bagi
tetapi juga pada orang dewasa. Di sisi
pihak yang sedang menjalani proses
lain, istilah anak didik hanya dikhususkan
belajar adalah istilah murid, sebagaimana
bagi individu yang berusia kanak-kanak.
yang dikemukakan oleh Tafsir.
Penyebutan peserta didik juga
mengisyaratkan bahwa lembaga
F. METODE PENELITIAN
pendidikan tidak hanya di sekolah
(pendidikan formal), tapi juga lembaga 1. Jenis Penelitian
pendidikan di masyarakat, seperti majelis Penelitian ini merupakan jenis
taklim, paguyuban, dan lain sebagainya. 34 penelitian literatur atau kepustakaan
(library research) karena dilakukan di
32
perpustakaan dengan tujuan untuk
Lihat Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,
menganalisis isi buku (content analysys)36
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012,
hlm. 173-174; Nata, Filsafat Pendidikan Islam, yang menggunakan kitab utama Tadzkirah
Jakarta Selatan: Gaya Media Pratama, 2005, hlm. al-Sâmi‟ wa al-Mutakallim fî Âdâb al-
131-132; Abdul Mujib dan Mudzakkir, Ilmu ‟Âlim wa al-Muta‟allim karya Ibn
Pendidikan Islam, hlm. 104; dan Muhaimin, Arah Jamâ‟ah.
Baru Pengembangan Pendidikan Islam:
Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum hingga
Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, Bandung:
35
Penerbit Nuansa, 2010, hlm. 292. Lihat Tafsir,Ilmu Pendidikan Islami, hlm.
33
Salim dan Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan 164-169.
36
Islam, hlm. 165. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian:
34
Abdul Mujib dan Mudzakkir, Ilmu Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka
Pendidikan Islam, hlm. 103. Cipta, 2010, hlm. 16.

30 Karakter (Adab) Guru …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

Penelitian ini juga dikategorikan Penelitian ini juga berusaha untuk


sebagai penelitian kualitatif yang mencari sumber data sekunder lain yang
menekankan bahwa setiap temuan mendukung penelitian, serta untuk
(sementara) dilandaskan pada data, mengetahui sampai kemana ilmu yang
sehingga temuan itu semakin tersahihkan berhubungan dengan penelitian telah
sebelum dinobatkan sebagai teori;37 berkembang, sampai kemana terdapat
bertujuan untuk mendeskripsikan kesimpulan dan degeneralisasi yang telah
keutuhan gejala atau peristiwa dengan pernah dibuat, sehingga situasi yang
memahami makna dari segala peristiwa diperlukan dapat diperoleh,40 sesuai
tersebut. Dengan kata lain, penelitian dengan locus dan tempus penelitian,
kualitatif ini memusatkan perhatian pada spesifiknya yang terkait dengan adab guru
prinsip-prinsip umum yang mendasarkan dan murid serta dalam konteks pendidikan
pada perwujudan dengan gejala-gejala karakter di Indonesia.
yang ada dalam kehidupan manusia. 2. Sumber Data
Penelitian kualitatif juga dapat dipandang
sebagai prosedur penelitian yang Sumber data primer dalam penelitian
menghasilkan data deskriptif yaitu berupa ini adalah kitab Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-
kata-kata yang tertulis atau lisan dari Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa al-
orang-orang dan perilaku yang dapat Muta‟allim karya Ibn Jamâ‟ah yang
diamati,38 sesuai dengan pemahaman dan mendeskripsikan dengan jelas corak
interpretasi peneliti. pemikiran pendidikannya yang Islami.
Selain deskriptif, penelitian kualitatif Sedangkan sumber data sekunder yang
dimaksudkan pula untuk mendapatkan digunakan adalah karya ilmiah, buku-
data yang bersifat eksplanatif, yaitu buku dan tulisan karya-karya para ulama
memberikan eksplanasi (kejelasan) dan pakar pendidikan lain yang
tentang hubungan peristiwa dengan makna mengelaborasi pemikiran pendidikan Ibn
terutama menurut persepsi partisipan.39 Jamâ‟ah yang terkait dengan judul dan
tema sejenis serta buku-buku yang
Karena demikian jenis dan sifat berkaitan dengan teori pendidikan dan
penelitiannya, maka penulis akan ilmu pendidikan, khususnya tentang
berupaya maksimal untuk mengumpulkan
konsep adabguru dan murid serta tentang
data berdasarkan kitab karya Ibn Jamâ‟ah program pendidikan karakter di Indonesia.
tersebut dengan cara membaca, menelaah
dan mengkaji teksnya secara mendalam, 3. Teknik Pengumpulan Data
serta dengan menginterpretasi Teknik pengumpulan data yang
kandungannya dan memberikan anotasi digunakan dalam penelitian ini adalah
atau komentar terhadap pemikirannya metode dokumentasi 41 yang dilakukan di
dengan adab guru dan murid. ruang-ruang perpustakaan, baik pustaka
pribadi, perpustakaan kampus,
37
A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif: perpustakaan umum maupun melalui
Dasar-dasar Merancang dan Melakukan pencarian di internet.
Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Dunia Pustaka
Jaya dan Pustaka Jaya Jakarta, 2012, hlm. 59.
38 40
Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta:
Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Ghalia Indonesia, 2011, hlm. 93.
41
Rosdakarya, 2013, hlm. 3-6. Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
39
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
Bandung: PT Remaja Rosdakarya dan Program kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, agenda, dan sebagainya. Lihat Arikunto, Prosedur
2012, hlm. 60. Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, hlm. 274.

Karakter (Adab) Guru … 22


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

Kemudian, hasil dokumentasi tersebut negeri Syâm pada hari Jum‟at malam
dicatat dalam komputer sebagai alat bantu Sabtu tanggal 4 Rabi‟ul Akhir/Tsani tahun
pengumpulan data sebelum dilakukan 639 H.44
analisa dan disimpulkan konsepsi yang Secara genealogi, Ibn Jamâ‟ah berasal
menjadi karakteristik pemikiran dari tokoh dari Banî Kinânah yang sangat populer di
yang menjadi objek penelitian, yaitu Ibn kalangan Arab. Keluarga Ibn Jamâ‟ah
Jamâ‟ah dalam kitabnya tersebut, sendiri adalah keluarga yang memiliki
khususnya yang mengelaborasi tentang
tradisi intelektual yang mapan, tercatat
adab guru dan murid. setidaknya terdapat 40-an ulama yang
4. Teknik Analisis Data lahir dari rahim keluarga ini dalam
rentang masa Dinasti Ayyûbiyyah hingga
Data-data yang telah terkumpul
Mamlûk. Bahkan beberapa di antaranya
berdasarkan teknik pengumpulan data di
kemudian berhasil menjadi faqîh, qâdî dan
atas kemudian dianalisis dengan
khatîb terkenal, termasuk kakek dan ayah
menggunakan metode analisis isi (content
Ibn Jamâ‟ah serta para sepupu dan anak-
analysys) karena berkaitan dengan isi
anaknya.45
pesan yang terkandung dalam karya Ibn
Jamâ‟ah yang memang harus dianalisis Sejak kecil, menurut satu versi
secara ilmiah, metodologis dan kritis. historiografi dinyatakan ketika berusia
tujuh tahun pada sekitar tahun 646/1248,
Analisis isiadalah teknik penelitian
Ibn Jamâ‟ah telah memulai masa
untuk membuat inferensi-inferensi (proses
pendidikannya, bahkan konon telah
penarikan kesimpulan berdasarkan
diberikan ijâzah oleh al-Shâfî al-Barâdi„î
pertimbangan yang dibuat sebelumnya
(w. 647/1249), al-Rasyîd ibn Maslamah
atau pertimbangan umum; simpulan) yang
(w. 650/1252), Ismâ‟îl al-‟Irâqî (w. 652/
dapat ditiru (replicabel) dan sahih data
1254), Makkî ibn ‟Allân (w. 680/1281),
dengan memperhatikan konteksnya.42
dan lainnya,46 walaupun hingga kini hal
ini masih menimbulkan polemik dan
G. ANALISIS PEMIKIRAN IBN
dianggap sebagai kontroversi karena
JAMÂ’AH
faktor kemudaan usianya.
1. Sekilas tentang Ibn Jamâ’ahdan
Terlepas dari hal tersebut, guru pertama
Karyanya
Ibn Jamâ‟ah adalah ayahnya sendiri,
Ibn Jamâ‟ah memiliki nama lengkap Ibrâhîm ibn Sa‟d Allâh (w. 675/1276)
Muhammad ibn Ibrâhîm ibn Sa‟d Allâh yang dikenal sebagai faqîh Syafi‟iyyah,
ibn Jamâ‟ah ibn ‟Alî ibn Jamâ‟ah ibn sufi dan ahli Hadits yang menjadi guru di
Hâzim ibn Shakhr al-Kinânî al-Hamawî berbagai lembaga pendidikan Islam yang
al-Syâfi‟î,43 dilahirkan di kota Hamâh di ada47 pada masa waktu itu.

42
Burhan Bungin,Analisis Data Penelitian
44
Kualitatif,Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, al-Dimasyqî, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, vol.
2003, hlm. 78. 13-14, hlm. 582; al-Dzahabî, Dzail Târîkh al-Islâm
43
Muhammad ibn Ahmad ibn ‟Utsmân al- wa Wafiyyât al-Masyâhîr wa al-A‟lâm: Hawâdits
Dzahabî, Dzail Târîkh al-Islâm wa Wafiyyât al- wa Wafayât 701-746 H., hlm. 290 dan 292.
45
Masyâhîr wa al-A‟lâm: Hawâdits wa Wafayât Asari, Etika Akademis dalam Islam: Studi
701-746 H., ed. ‟Umar ‟Abd al-Salâm Tadmurî, tentang KitabTażkirat al-Sâmi‟ wa al-
Beirut: Dâr al-Kitâb al-‟Arabî, 2004, hlm. 290; dan MutakallimKarya Ibn Jamâ‟ah, hlm. 26.
46
Ismâ‟îl ibn Katsîr al-Qurasyî al-Dimasyqî, al- Asari, Etika Akademis dalam Islam: Studi
Bidâyah wa al-Nihâyah, ed. ‟Abd al-Rahmân al- tentang KitabTażkirat al-Sâmi‟ wa al-
Lâdiqî dan Muhammad Ghâzî Baidûn, Beirut: Dâr MutakallimKarya Ibn Jamâ‟ah, hlm. 27.
47
al-Ma‟rifah, 2003, vol. 13-14, hlm. 582. Ibid., hlm. 30.

32 Karakter (Adab) Guru …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

Pada tahun 650 H. ketika berusia 11 dengan tugas khusus sebagai


tahun, Ibn Jamâ‟ah belajar kepada Grand pengkhuthbah, memimpin para syaikh
Syaikh (Syaikh al-Syuyûkh) al-Anshârî (w. senior dan mengajar di madrasah
662/1264). Saat di Mesir, ia juga belajar ‟Âdiliyyah dalam rentang waktu yang
kepada al-Rasyîd al-‟Attâr (w. 662/1264), cukup lama.50 Selain itu, ia juga mengajar
al-Radî ibn al-Burhân (w. 664/1266), di beberapa madrasah lain seperti di
Ismâ‟îl ibn ‟Azzûn (w. 667/1269), dan Nâshiriyyah, Ghazâliyyah dan
51
beberapa guru lainnya. Ketika di Qaimmawiyyah.
Damaskus, ia belajar kepada Ibn ‟Abd (w. Selain pakar Hadits dan dalam berbagai
647/1249), Ibn Abî al-Yusr (w. 672/1274), disiplin ilmu lainnya, Ibn Jamâ‟ah
dan para guru profesional lainnya. berulang kali diangkat menjadi hakim di
Sedangkan di antara guru yang beberapa wilayah, seperti al-Quds, Mesir,
memberinya ijâzah (rekomendasi atau
Syâm dan kembali ke lagi Mesir hingga
sertifikasi) adalah ‟Umar ibn al-Barâdi‟î berusia tua dan mengalami kebutaan. 52
(w. 647/1249), al-Rasyîd ibn Maslamah Terkait dengan jabatan hakim, spesifiknya
(w. 650/1252), Ibn ‟Abd al-Wârits (w. untuk wilayah Mesir dan Syâm, Ibn
665/1267) dan para ahli Hadits lainnya,48 Jamâ‟ah bahkan populer dan dikenal luas
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
sebagai hakim agung dari dua wilayah
Guru lainnya yang banyak diambil (hâkim al-iqlîmain).53
ilmunya ketika Ibn Jamâ‟ah berada di
Di samping beragam aktifitas tersebut
Mesir adalah Taqî al-Dîn Ibn Razîn (w. di atas, Ibn Jamâ‟ah juga banyak
680/1281) dan secara khusus belajar memberikan fatwa bagi berbagai
gramatika (nahw) kepada Ibn Mâlik (w. permasalahan yang dihadapi oleh kaum
672/1274),49 yang memang dikenal Muslimin. Dalam satu riwayat
sebagai pakar bahasa yang terkemuka diungkapkan bahwa ketika fatwa dan
serta para ulama lainnya dalam berbagai tulisan Ibn Jamâ‟ah diperlihatkan kepada
disiplin ilmu dan keahlian. al-Nawawî, beliau menyatakan fatwa
Sejak berusia remaja Ibn Jamâ‟ah telah tersebut benar dan baik.54
mempelajari Hadits secara oral (sami‟a al- Di antara gelar intelektual keagamaan
Hadîts) dan menyibukkan diri dalam
yang disematkan kepada Ibn Jamâ‟ah
mencari berbagai macam ilmu sehingga
dapat menguasai pelbagai disiplinnya
50
hingga mampu mengungguli teman-teman al-Dimasyqî, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, vol.
seangkatannya. Setelah ditunjuk menjadi 14, hlm. 582.
51
Muhammad ibn Ibrâhîm ibn Jamâ‟ah al-
guru di Qaimariyyah, ia diangkat menjadi Kinânî, “Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-Mutakallim fî
penguasa wilayah dan tokoh spiritual yang Adab al-‟Âlim wa al-Muta‟allim”, dalam ‟Abd al-
bertugas menyampaikan khuthbah di Quds Amîr Syams al-Dîn, al-Fikr al-Tarbawî ‟inda Ibn
hingga diangkat menjadi kadi di Mesir al-Jamâ‟ah, Beirut: al-Syirkah al-‟Âlamiyyah li al-
pada masa al-Asyraf dan terakhir menjadi Kitâb, 1990, hlm. 23.
52
Khair al-Dîn al-Ziriklî, al-A‟lâm: Qâmûs
guru bagi para tokoh seniornya. Setelah Tarâjum li Asyhhâr al-Rijâl wa al-Nisâ„ min al-
itu, ia diangkat menjadi qadi di Syâm ‟Arab wa al-Musta‟ribîn wa al-Mustasyriqîn,
Beirut: Dâr al-‟Ilm li al-Malâyîn, 2004, vol. 5,
hlm. 297.
48 53
al-Dzahabî, Dzail Târîkh al-Islâm wa Lihat al-Kinânî, Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-
Wafayât al-Masyâhîr wa al-A‟lâm: Hawâdits wa Mutakallim fî Adab al-‟Âlim wa al-Muta‟allim, ed.
Wafayât 701-746 H, hlm. 290. ‟Alî, et.al., hlm. 23.
49 54
Jamâl al-Dîn ‟Abd al-Rahîm al-Asnawî, Taqî al-Dîn al-Maqrîzî, Kitâb al-Muqaffâ al-
Tabaqât al-Syâfi‟iyyah, ed. ‟Abd Allah al-Jabûrî, Kabîr, ed. Muhammad al-Ya‟lâwî, t.t.t: Dâr al-
t.t.t.: Dâr al-‟Ulûm, 1981, hlm. 386. Gharb al-Islâmî, t.t., vol. 5, hlm. 93.

Karakter (Adab) Guru … 22


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

adalah imam (imâm), ahli agama (‟âlim), lainnya (musyârik fî ghair dzâlika).59 Ini
ulama mumpuni (‟allâmah), ahli fatwa mengindikasikan bahwa dalam setiap
(muftî), cendekiawan ensiklopedis yang bidang ilmu tersebut, Ibn Jama‟âh adalah
menguasai beragam disiplin ilmu (dzû al- salah satu tokoh yang otoritatif dan pakar
funûn), kadi agung (qâdî al-qudâh) dan yang mumpuni.
tokoh ulama senior yang masih eksis Semua gelar intelektual keagamaan
(baqiyyah al-a‟lâm). Berdasarkan otoritas tersebut memberikan indikasi yang kuat
dan popularitasnya tersebut, ia kemudian
terhadap tingginya otoritas keilmuan dan
digelari sebagai “purnama agama” (Badr pengakuan yang luas terhadap kiprah
al-Dîn) dan memiliki nama famili intelektual Ibn Jama‟âh bagi kaum
(kunyah) Abû ‟Abd Allâh serta dikenal Muslimin. Hal ini akhirnya berimbas
sebagai penulis produktif (shâhib al- kepada banyaknya murid yang kemudian
tashânîf).55
berguru kepada Ibn Jama‟âh.
Gelar lain yang disandangkan Di samping itu, otoritas keilmuan Ibn
kepadanya adalah Grand Syaikh (syaikh
Jamâ‟ah secara tidak langsung juga dapat
al-Islâm,56syaikh masyâyikh al-Islâm), diketahui dari para muridnya
tokoh panutan (qudwah), hakim agung (talâmîdzahu) dimana di antara mereka
(hâkim al-hukkâm),57 pembela kebenaran kemudian ada yang mampu tampil
(nâshir al-haqq), pengibar panji Sunnah menjadi ulama yang memiliki otoritas
(‟alam al-Sunnah) dan pembawa
ilmiah yang diakui, antara lain anaknya,
keberkahan bagi kaum Muslimin (barakah ‟Abd al-‟Azîz, Jamâl al-Dîn al-Balbîsî,
al-Muslimîn).58 Jamâl al-Dîn al-Amyûtî dan Khalîl ibn
Tentang kepakarannya yang Âibak al-Shafadî60 serta lainnya yang
ensiklopedis dalam berbagai disiplin ilmu, tidak terekam dalam sejarah.
maka tidak salah bila ada yang
Setelah mengisi kehidupan dengan
menyatakan bahwa Ibn Jama‟âh adalah ilmu dan amal perbuatan dengan optimal,
pakar terkemuka dalam berbagai bidang belajar dan mengajar secara maksimal, Ibn
ilmu, seperti tafsir (mufassir), fikih Jamâ‟ah meninggal dunia pada malam
(faqîh), ilmu ushul (ushûlî), teologi Senin tanggal 20 Jumadil Ula tahun 733
(mutakallim), Hadits (muhaddits), sejarah
H. dan dishalatkan di Masjid al-Nâshirî
(mu„arrikh), adab (adîb), prosa (nâtsir) Mesir untuk kemudian dimakamkan di
dan sajak (nâzim) serta dalam bidang Qarâfah,61 berdekatan dengan kuburan
Imam al-Syâfi‟î, dalam usia tujuh puluh
55
al-Dzahabî, Dzail Târîkh al-Islâm wa empat tahun.62
Wafayât al-Masyâhîr wa al-A‟lâm: Hawâdits wa
Wafayât 701-746 H, hlm. 289-290.
56
al-Dimasyqî, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, vol.
59
14, hlm. 582. ‟Umar Ridâ Kahhâlah, Mu‟jam al-
57
Dalam perspektif Abû Zaid, term qâdî al- Mu„allifîn: Tarâjum Mushannifî al-Kutub al-
qudâh, hâkim al-hukkâm, mâlik al-mulûk dan kâfî ‟Arabiyyah, Lebanon: Maktabah al-Mutsannâ dan
al-kufâh serta yang semisalnya, termasuk term Dâr Ihyâ„ al-Turâts al-‟Arabî, t.t., vol. 7, hlm. 201.
60
yang tidak boleh dipergunakan karena Lihat Muhyî al-Dîn ‟Abd al-Rahmân
mengandung makna berlebihan (ghuluw) yang Ramadhân, “Muqaddimah” dalam al-Kinânî, al-
bahkan dilarang. Lihat Bakr ibn ‟Abd Allah Abû Manhal al-Rawî fî Mukhtashar ‟Ulûm al-Hadîts
Zaid Abû Zaid, al-Mu‟jam al-Manâhî al-Lafziyyah al-Nabawî, Beirut: Dâr al-Fikr, 1986, hlm. 12-13.
61
wa Fawâ„id fî Alfâz, Riyadh: Dâr ‟Âshimah, 1999, al-Dimasyqî, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, vol.
hlm. 224, 433, 449 dan 526. 14, hlm. 583.
58 62
‟Abd al-Amîr Syams al-Dîn, al-Fikr al- ‟Abd al-Hayy ibn al-‟Imâd al-Hanbalî,
Tarbawî ‟inda Ibn al-Jamâ‟ah, Beirut: al-Syirkah Syadzarât al-Dzahab fî Akhbâr Man Dzahab, ed.
al-‟Âlamiyyah li al-Kitâb, 1990, hlm. 57. Lajnah Ihyâ„ al-Turâts al-‟Arabî fî Dâr al-Âfâq al-

34 Karakter (Adab) Guru …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

Ibn Jamâ‟ahdapat dikategorikan e. Sejarah: Naur al-Raud (atau


sebagai ulama ensiklopedis yang Mukhtashar al-Sîrah al-Nabawiyyah).
menguasai multi disiplin ilmu dan f. Nahwu: al-Diyâ„ al-Kâmil wa-Syarh
termasuk ilmuwan otoritatif yang al-Syâmil.
produktif. Terdapat lebih dari tiga puluhan
karya Ibn Jamâ‟ah. Di antara karya ilmiah g. Sastra: Arjûzah fî al-Khulafâ„, Arjûzah
otentik Ibn Jamâ‟ah yang telah berhasil fî Qudâh al-Dimasyq, dan Arjûzah fî
ditelusuri dan dikenal luas setidaknya Qudâh Mishr.
hingga kini, baik yang telah dicetak, h. Seni Perang: Mustanid al-Ajnâd fî Âlât
berupa manuskrip maupun yang al-Jihâd dan Tajnîd al-Ajnâd wa Jihât
teridentifikasi sebagai karya-karyanya al-Jihâd.
yang mendeskripsikan sketsa
intelektualitas dan corak pemikirannya i. Astrologi: Risâlah fî al-Astaralâb.
serta menunjukkan produktifitas ilmiahnya j. Khuthbah: Majmû‟ah Khutab (atau
adalah:63 Dîwân al-Khitâb).
a. Bidang ‟Ulûm al-Qur„ân, karyanya: al- k. Pendidikan dan Adab Berdiskusi:
Fawâ‟id al-Lâ„ihah min Sûrah al- Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-Mutakallim
Fâtihah, Ghurrah al-Tibyân li Man fî Âdâb al-‟Âlim wa al-Muta‟allim dan
lam Yusamma fî al-Qur„ân, Ghurar al- Tanqîh al-Munazarâh fî Tashîh al-
Bayân li Mubhamât al-Qur„ân, Kasyf Mukhâbarah.
al-Ma‟ânî fi al-Mutasyâbih min al-
Matsânî, dan al-Muqtâs fî Fawâ„id l. Yang masih diragukan sebagai
Tikrâr al-Qishash. karyanya: Arba‟ûn Hadîtsan
Tusâ‟iyan, Ausaq al-Asbâb, Lisân al-
b. ‟Ulûm al-Hadîts: al-Fawâ„id al- Adab, Masyaikhah Ibn Jamâ‟ah,
Ghazîrah min Ahâdîts Barîrah dan al- Mukhtashar al-Amal wa al-Saul fî
Manhal al-Rawî fî Mukhtashar ‟Ulûm ‟Ulûm Hadîts al-Rasûl, Mukhtashar fî
al-Hadîts al-Nabawî. Munâsabât Tarâjum al-Bukhârî, Syarh
c. Teologi (Kalâm): Îdâh al-Dalîl fî Qat‟ Kâfiyah Ibn al-Hâjib, Tarâjum al-
Hujaj Ahl al-Ta‟tîl, al-Radd ‟alâ al- Bukhârî dan al-‟Umdah fî al-Ahkâm.
Musyabbihah fî Qaulihi Ta‟âlâ “al- Menurut Asari dengan mengutip
Rahmân ‟alâ al-‟Arsy Istawâ”, dan al- penelitian Khalaf menyatakan, dari
Tanzîh fî Ibtâl Hujaj al-Tasybîh. khazanah karya Ibn Jamâ‟ah tersebut, 16
d. Fikih: Hujjah al-Sulûk fî Muhādāt al- judul karyanya dipastikan terpelihara dan
Mulûk, Kasyf al-Ghummah fî Ahkâm terseimpan di negara Timur Tengah dan
Ahl al-Dzimmah, al-Masâlik fî ‟Ulûm Barat, kitab lainnya mungkin hilang atau
al-Manâsik, al-Tâ‟ah fî Fadîlah Salâh belum teridentifikasi. Perhatian terhadap
al-Jamâ‟ah, dan Tahrîr al-Ahkâm fî karya Ibn Jamâ‟ah tidak besar, masih
Tadbîr Ahl al-Islâm. sedikit studi dan pihak yang
64
menerbitkannya.
Dari sekitar tiga puluhan karya ilmiah
Jadîdah, Beirut: Dâr al-Âfâq al-Jadîdah, t.t., vol. 6, Ibn Jamâ‟ah, yang dikenal luas dan benar-
hlm. 106. benar dianggap merepresentasikan corak
63
al-Ziriklî, al-A‟lâm: Qâmûs Tarâjum li pemikiran edukatifnya adalah karya yang
Asyhhâr al-Rijâl wa al-Nisâ„ min al-‟Arab wa al-
Musta‟ribîn wa al-Mustasyriqîn, vol. 5, hlm. 297-
64
298;Asari, Etika Akademis dalam Islam: Studi Lihat Asari, Etika Akademis dalam Islam:
tentang KitabTażkirat al-Sâmi‟ wa al- Studi tentang KitabTażkirat al-Sâmi‟ wa al-
MutakallimKarya Ibn Jamâ‟ah, hlm. 36-37. MutakallimKarya Ibn Jamâ‟ah, hlm. 37-38.

Karakter (Adab) Guru … 24


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

dikategorikan sebagai magnum opusnya, sebagai karya bermanfaat yang sangat


yaitu kitab Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al- berharga (kitâb nâfi‟ badî‟).67 Karena itu,
Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa al- tidak mengherankan hingga kini karya
Muta‟allim. tersebut masih tetap memunculkan
kekaguman dan mendapatkan apresiasi
Kitab Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-
yang tinggi, termasuk mendapatkan
Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa al-
respon positif dalam penelitian ilmiah-
Muta‟allim mengeksplanasi lima hal
akademik.
penting dalam dunia pendidikan sebagai
struktur utama dari isi karyanya, yaitu (1) Dalam karya ensiklopedis berserinya
diskursus tentang ilmu dan ahli ilmu serta tentang pelbagai pemikiran tokoh
tentang kemuliaan ilmu dan ahlinya; (2) pendidikan Arab Muslim, Syams al-Dîn
studi tentang adab guru, baik terhadap bahkan mendaulat Ibn Jamâ‟ah
diri, bersama murid maupun dengan berdasarkan kitab edukatifnya sebagai
pelajarannya; (3) studi tentang adab pemikir pionir yang mampu
murid, baik terhadap diri, bersama guru, merekonstruksi konsep pendidikan Islam
terhadap sesama murid maupun dengan yang berorientasi pada nalar fiqih pasca
mata pelajarannya; (4) bahasan tentang ketokohan al-Ghazâlî (ahad mumatstsilî
adab terhadap karya tulis (kitâb) sebagai al-nazariyyah al-tarbawiyyah al-fiqhiyyah
media ilmu; dan (5) wacana tentang adab ba‟da al-Ghazâlî),68yaitu berdasarkan
penghuni sekolah (madrasah) serta hal-hal madzhab Syafi‟i.
urgen lain yang terkait erat dengannya.65 2. Konsep Adab Guru (Âdâb al-’Âlim)
Berdasarkan stuktur ilmiah tersebut di Dari hasil pengkajian terhadap teks
atas,‟Ismâ‟îl ‟Alî dengan tegas kitab Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-
memberikan testimonial bahwa kitab Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa al-
Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-Mutakallim fî
Muta‟allim karya Ibn Jamâ‟ahdapat
Âdâb al-‟Âlim wa al-Muta‟allim karya Ibn dideskripsikan pemikirannya tentang
Jamâ‟ah sebagai karya terbaik dalam karakter guru dan murid (âdâb al-‟âlim
bidang kependidikan, baik dalam lingkup
wa al-muta‟allim) sebagai berikut:69
kawasan Arab maupun di dunia Islam
secara general, dikarenakan merangkum
pelbagai pemikiran orisinil (genuine) yang 67
Lihat ‟Abd al-Fattâh Abû Ghuddah, Shafahât
otoritatif dan mengkaji diskursus min Shabr al-‟Ulamâ„ ‟alâ Syadâ„id al-‟Ilm wa al-
fundamental yang beragam (min afdal Tahshîl, Beirut: Maktab al-Matbû‟ât al-Islâmiyyah
kutub al-tarbiyah al-‟Arabiyyah al- dan Dâr al-Basyâ„ir al-Islâmiyyah, 2005, hlm. 48.
68
Syams al-Dîn, al-Madzhab at-Tarbawî ‟inda
Islâmiyyah li ghazârah afkârihi wa Ibn Jamâ‟ah, hlm. 12.
tunawwu‟ihâ).66 69
Lihat dalam al-Kinânî, “Tadzkirah al-Sâmi‟
wa al-Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa al-
Demikian pula penilaian yang pernah
Muta‟allim”, dalam Syams al-Dîn, al-Fikr al-
dikemukakan oleh Abû Ghuddah, ia Tarbawî ‟inda Ibn al-Jamâ‟ah; al-Kinânî,
menganggap kitab Ibn Jamâ‟ah tersebut Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-Mutakallim fî Âdâb al-
‟Âlim wa al-Muta‟allim, ed. al-Sayyid Muhammad
Hâsyim al-Nadwî, Beirut: Dâr al-Kutub al-
65
al-Kinâni, “Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al- ‟Ilmiyyah, 1354 H.; al-Kinânî, Tadzkirah al-Sâmi‟
Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa al-Muta‟allim”, wa al-Mutakallim fî Adab al-‟Âlim wa al-Muta‟al-
dalam Syams al-Dīn, al-Fikr al-Tarbawi ‟inda Ibn lim, ed. ‟Abd al-Salâm ‟Umar ‟Alî, Mushtafâ
al-Jamâ‟ah, hlm. 59. Mahmûd Husain dan Maktabah al-Diyâ„ li Tahqîq
66
Lihat Sa‟îd ‟Ismâ‟îl ‟Alî, al-Fikr al-Tarbawî al-Turâts, Mesir: Maktabah Ibn ‟Abbâs dan Dâr al-
al-‟Arabî al-Hadîts, Kuwait: al-Majlis al-Watanî li Âtsâr, 2005,; dan al-Kinânî, Tadzkirah al-Sâmi‟
al-Tsaqâfah wa al-Funûn wa al-Âdâb, 1998, hlm. wa al-Mutakallim fî Adab al-‟Âlim wa al-
12 Muta‟allim, ed. Muhammad ibn Mahdî al-‟Ajmî,

36 Karakter (Adab) Guru …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

a. Adab Guru terhadap Diri Sendiri: 11) Tidak boleh merasa malu untuk
1) Murâqabah. mengambil faedah ilmu atau bahkan
2) Sigap dalam menjaga adab untuk belajar dari orang yang lebih
kemuliaan ilmu sebagaimana para yunior, baik dalam jabatan,
ulama salaf terdahulu; dengan genealogi keturunan atau dalam
menjadikan ilmunya sebagai hal usia, termasuk bisa saja ia belajar
yang mulia dan berharga. dari para muridnya.
3) Berperilaku asketis (zuhud), 12) Memiliki perhatian untuk memiliki
membiasakan diri hidup sederhana kemampuan dalam menulis,
sesuai dengan kebutuhan hidup menyusun dan mengompilasi karya
layak (KHL) dan selalu merasa ilmiah sesuai dengan kompetensi
berkecukupan (qanâ‟ah). (tamâm al-fadîlah) dan keahliannya
4) Memuliakan ilmu dengan tidak (kamâl al-ahliyyah).
menjadikannya sebagai alat atau b. Adab Guru terhadap Pelajaran:
media untuk mencapai tujuan 1) Ketika hendak berangkat ke tempat
duniawi pragmatis. mengajar (majlis al-tadrîs),
5) Menghindarkan diri dari pekerjaan menyucikan diri dari hadats (hadats)
tercela atau tindakan yang kurang dan kotoran (khubts), membersihkan
pantas, baik berdasarkan perspektif dan merapikan badan serta dengan
agama maupun menurut adat elegan mengenakan pakaian paling
kebiasaan atau sesuai dengan adab bagus yang layak sesuai kultur yang
masyarakat yang berlaku secara berlaku.
umum dan luas, termasuk terhadap 2) Membaca doa keluar rumah.
hal yang dianggap makruh secara 3) Duduk pada posisi yang bisa dilihat
syar‟i. oleh seluruh murid yang hadir
6) Harus mampu mengaktualisasikan dengan terlebih dahulu mengatur
ajaran agama, spesifiknya yang posisi duduk mereka secara
berkaitan dengan amaliah lahiriah proporsional.
yang sangat tampak terlihat. 4) Sebelum memulai pelajaran,
7) Selalu menjaga kontinuitas pelbagai sebaiknya membacakan beberapa
amalan sunnah, baik yang terkait ayat al-Qur„an agar mendapatkan
dengan perkataan maupun keberkahandan berdoa untuk
perbuatan. kebaikan diri sendiri, para murid
8) Mendasarkan interaksinya dan seluruh kaum Muslimin.
(mu‟âmalah) kepada akhlak mulia. 5) Mendahulukan disiplin ilmu yang
9) Menjauhkan diri dan menyucikan berstatus lebih mulia (asyraf) dan
jiwa dari berbagai akhlak buruk lebih urgen (ahamm).
(akhlâq radîyyah) serta menghiasi 6) Dapat mengatur nada dan intonasi
dan menumbuhkembangkan suaranya ketika mengajar.
beragam akhlak baik yang terpuji 7) Menghindarkan majelis
(akhlâq radiyyah) dalam dirinya, pelajarannya dari kegaduhan (laght).
baik lahir maupun batin. 8) Mampu mencegah berbagai pihak
10) Secara kontinuitas berkewajiban terutama dari internal para murid
untuk selalu menambah wawasan yang akan berbuat keji dalam debat,
ilmu dan memperdalam cakrawala atau yang kebingungan dalam
pengetahuannya sepanjang hidup. mengkaji, atau yang tidak baik
dalam beradab (sû„ adab), atau yang
Beirut: Syirkah Dâr al-Basyâ„ir al-Islâmiyyah, tidak mampu bersikap adil setelah
2021.

Karakter (Adab) Guru … 22


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

kebenaran berhasil diungkap dalam kesempatan kepada murid untuk


perdebatan. bertanya dan mengadakan evaluasi
9) Senantiasa bersikap adil dalam (imtihân).
memberikan pelajaran dan 8) Mampu mengatur waktu untuk
pembelajaran. mengadakan evaluasi terhadap
10) Memberi perhatian dan kasih kekuatan hafalan murid secara
sayang lebih kepada murid asing. kognitif.
11) Ketika mengakhiri pelajaran 9) Menasehati murid yang belajar
hendaknya mengucapkan “wa Allah secara berlebihan hingga melampaui
a‟lam” (hanya Allah yang lebih batas kemampuannya dengan lemah
mengetahui). lembut.
12) Mengetahui kompetensi 10) Mampu menjelaskan prinsip-
keahliannya sehingga ia tidak akan prinsip dasar ilmu dari setiap
mengajar pada bidang keilmuan disiplin ilmu yang menjadi landasan
yang bukan menjadi spesialisasi atau kaidah bagi ilmu lainnya
keahliannya. (qawâ‟id al-fann allatî tankharim)
c. Adab Guru terhadap Murid: kepada para muridnya dan dapat
1) Mengajar dan mendidik harus menunjukkan kepada mereka
diniatkan untuk mendapatkan referensi utama yang tersedia dalam
keridhaan Allah, menyebarluaskan kajian tersebut.
ilmu (nasyr al-‟ilm), menghidupkan 11) Tidak bersikap diskriminatif
atau membumikan syariat (ihyâ„ al- dengan memberikan perlakuan
syar‟), mengimplementasikan istimewa kepada sebagian murid.
kebenaran secara kontinuitas 12) Berkewajiban untuk dapat
(dawâm zuhûr al-haqq), dan untuk mengawasi dan memonitor adab,
meredam kebatilan (khumûl al- perilaku, dan akhlak murid, baik
bâtil). lahir maupun batin.
2) Walaupun murid memiliki niat yang 13) Hendaknya selalu berusaha untuk
tidak ikhlash (‟adam khulûsh al- membantu murid.
niyyah), tidak boleh berhenti atau 14) Rendah hati dan lemah lembut.
menolak untuk mengajarinya. 3. Konsep AdabMurid (Âdâb al-
3) Gapat memotivasi (targhîb) para Muta’allim):
muridnya tentang keutamaan ilmu a. Adab Murid terhadap Diri Sendiri:
dan kemuliaan proses pencariannya 1) Berkewajiban untuk membersihkan
(talab) pada setiap waktu. hati (tathîr al-qalb) dari pelbagai
4) Mencintai muridnya dalam noda kejelekan, sifat buruk, iri hati,
mendapatkan kebaikanatau hal akidah yang keliru dan akhlak
positif seperti mencintai dirinya tercela.
sendiri. 2) Harus membenarkan niat dalam
5) Menggunakan metode dan teknik belajar (husn al-niyyah fî talab al-
penyampaian yang paling lugas dan ‟ilm) dan agar selalu berusaha untuk
mudah dipahami oleh murid. meluruskannya di setiap waktu.
6) Antusias (hirsh) dalam memberikan 3) Mampu mengeksploitasi masa muda
pembelajaran dengan selalu dan mengekplorasi sisa umurnya
mempertimbangkan kemampuan untuk belajar dengan optimal.
daya serap muridnya. 4) Dapat menjaga kesederhanaan
7) Ketika telah selesai menjelaskan makanan (pangan) dan pakaian
pelajaran, ada baiknya memberikan (sandang) serta dengan selalu

38 Karakter (Adab) Guru …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

berpijak kepada kesabaran ketika 5) Sabar terhadap perlakuan kasar


menghadapi kesulitan hidup. (jafwah) atau akhlak buruk (sû„
5) Dapat menyusun rencana kegiatan khuluq) guru.
dan alokasi belajar secara teratur 6) Menunjukkan rasa terima kasih
dan disiplin. (syukr) terhadap bimbingan guru.
6) Mengetahui variabel terpenting 7) Tidak mendatangi guru tanpa izin
untuk dapat menghadirkan darinya terlebih dulu.
konsentrasi belajar yang tinggi, 8) Harus duduk sopan penuh adab
membantu daya serap dan (jilsah al-adab) di hadapan guru,
menghilangkan rasa bosan, yaitu bahkan harus seperti anak kecil yang
dengan seoptimal mungkin duduk di hadapan guru baca-tulis al-
menghindari kekenyangan atau Qur„annya (kamâ yajlis al-shabî
makan terlalu banyak. baina yadai al-muqri„).
7) Harus bersikap hati-hati (wara‟) dan 9) Mampu menjalin komunikasi dan
mampu menjaga diri agar setiap interaksi dengan guru secara santun
kebutuhan hidup pribadi dan dan baik.
keluarganya selalu diperoleh dari 10) Ketika mendengar guru
nafkah yang halal dan bahan memaparkan satu materi tertentu
material yang baik. yang pernah diketahui dan dihafal,
8) Meminimalisir konsumsi berbagai harus tetap mendengarkannya
jenis makanan-minuman yang dapat dengan seksama, antusias dan penuh
menyebabkan kebodohan kegembiraan seolah-olah belum
danmelemahkan indera sertayang pernah mendengarnya.
dapat menumpulkan rasionalitas dan 11) Tidak mendahului guru dalam
menggemukkan badan. memaparkan suatu pembahasan,
9) Meminimalisir waktu tidur, selama atau menjawab pertanyaannya atau
tidak mengganggu kesehatan dan pertanyaan orang lain.
tidak melemahkan kinerja otak 12) Harus lebih mengutamakan
syarafnya. pemakaian dan penggunaan tangan
10) Membatasi interaksi pergaulannya, kanan dalam berinteraksi dengan
yaitu hanya berinteraksi dengan guru.
orang-orang yang bisa memberikan 13) Saat berjalan bersama guru,
manfaat dan mengambil manfaat sebaiknya berada di depannya jika
darinya. pada malam hari dan di belakangnya
b. Adab Murid terhadap Guru: bila di siang hari, atau disesuaikan
1) Memilih calon guru secara cermat dengan keadaan dan atas seizinnya.
dan selektif. c. Adab Murid dalam Pembelajaran dan
2) Mematuhi pandangan dan aturan terhadap Sesama Murid:
regulasi yang telah ditetapkan guru. 1) Materi pertama yang harus
3) Mampu memposisikan guru sebagai dipelajari murid pemula atau yunior
orang yang mulia dan memiliki adalah studi tentang al-Qur„an,
kesempurnaan ilmu. dengan cara menghafal dan
4) Senantiasa mengingat hak dan mempelajari tafsirnya secara
kehormatan guru atas dirinya serta seksama serta dengan mengkaji
tidak melupakannya sepanjang hayat disiplin ilmu al-Qur„an lainnya.
dan setelah wafatnya sekalipun. 2) Semenjak dan dalam tahap awal
studi, semaksimal mungkin harus
menghindarkan diri terlibat dalam

Karakter (Adab) Guru … 22


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

pelbagai pertentangan pendapat ta‟awwudz dan basmalah serta


(ikhtilâf) di kalangan ulama atau mengucapkan shalawat dan salam
terhadap polemik orang awam. kepada Nabi Muhammad S.A.W.,
3) Sebelum menghafal teks suatu kitab keluarga dan para Shahabatnya,
(matan), terlebih dulu harus kemudian mendoakan guru, orang
memastikan validitas manuskrip – tua, para guru lain dan seluruh kaum
atau cetakannya– dengan pasti. Muslimin. Setelah itu, ia mulai
4) Setelah al-Qur„an dan ilmu-ilmunya, membaca teks kitab yang harus
ilmu lain yang harus mendapatkan dibacanya. Ketika selesai,
perhatian khusus dari murid adalah dianjurkan baginya untuk
ilmu Hadits dan ilmu-ilmu lain yang mendoakan penulis kitab yang telah
terkait dengannya (‟ulûm al-Hadîts). dibacanya tersebut.
5) Ketika sudah mampu mengetahui 13) Dapat memotivasi antusiasme para
anotasi (syarh) dari berbagai murid lain, menghilangkan keraguan
maklumat singkat yang dihafalnya dan kemalasan, meringankan beban
(mahfûzât mukhtasharât) dan telah dan berbagi pengetahuan dengannya
dapat memahami hal rumit yang ada serta menasehatinya.
padanya serta menguasai faedah Di samping kedua adab utama dan
pentingnya (dabt al-isykâlât wa al- esensial tersebut, dalam kitab Tadzkirah
fawâ„id al-muhimmât), murid boleh al-Sâmi‟ wa al-Mutakallim fî Âdâb al-
melanjutkan studinya. ‟Âlim wa al-Muta‟allim dikemukakan pula
6) Berusaha keras untuk selalu dua adab tambahan atau pelengkap yang
menghadiri majelis guru. juga harus diperhatikan oleh guru dan
7) Harus mengucapkan salam ketika murid karena memiliki urgensitas yang
tiba di majelis kepada seluruh yang besar dalam pendidikan, yaitu 11 (sebelas)
hadir secara umum dan kepada guru adab atau etika-interaksional terhadap
dengan memberikan pujian dan kitab sebagai media ilmiah antara lain
penghormatan secara khusus. berkaitan dalam validasi dan akurasi
Demikian pula ketika hendak (tashhîhuhâwa dabtuhâ), membawa dan
meninggalkan majelis. menaruhnya (hamluhâ wa wad‟uhâ),
8) Harus memiliki etika (adab) pembelian (syirâ„uhâ), penyalinan
terhadap sesama murid yang (nashkhuhâ), peminjaman (i‟âratuhâ), dan
menghadiri majelis guru. lain sebagainya; dan 11 (sebelas) adab
9) Tidak boleh merasa malu untuk sosial-interakional terhadap lingkungan
mengajukan pertanyaan tentang pendidikan, spesifiknya kompleks
materi pelajaran yang diangap madrasah yang merupakan tempat tinggal
belum jelas kepada guru dengan (asrama) bagi para murid (bila
lemah lembut, santun dan etika menggunakan metode boarding) –dan
(adab) yang baik. boleh jadi bagi sebagian guru– yang harus
10) Untuk memenuhi kebutuhan dijaga kenyamanan, dan kondusifitasnya
masing-masing individu, para murid sehingga dapat menjadi “milieu yang
harus memperhatikan antrian sesuai berkarakter”.
prioritas.
11) Hendaknya duduk di depan guru
dengan sopan sesuai dengan H. KESIMPULAN
prioritas keutamaan dan prestasi.
Berdasarkan pembahasan makalah,
12) Ketika tiba giliran untuk dapat disimpulkan tentang konsep
membaca, murid membaca karakter (adab)guru dan murid sesuai

40 Karakter (Adab) Guru …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

dengan pemikiran Ibn Jamâ‟ah dalam ‟Alî, Sa‟îd ‟Ismâ‟îl, 1998, al-Fikr al-
kitabnya, Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al- Tarbawî al-‟Arabî al-Hadîts, Kuwait:
Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa al- al-Majlis al-Watanî li al-Tsaqâfah wa
Muta‟allim sebagai berikut: al-Funûn wa al-Âdâb.
Alwasilah, A. Chaedar, 2012, Pokoknya
Adab guru dan murid (âdâb al-‟âlim
Kualitatif: Dasar-dasar Merancang
wa al-muta‟allim) menurut perspektif Ibn
dan Melakukan Penelitian Kualitatif,
Jamâ‟ah dalam karya populer yang
Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya dan
menjadi masterpiece dan magnum opus
Pustaka Jaya Jakarta.
pemikirannya memiliki banyak dimensi
Arikunto, Suharsimi,2010, Prosedur
dan varian adab yang baik.
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,
Adab guru (âdâb al-‟âlim) memiliki 38 Jakarta: PT Rineka Cipta.
(tiga puluh delapan) adab utama yang Asari, Hasan, 2000, “Etika Akademis
esensial, dengan rincian 12 (dua belas) dalam Islam: Studi tentang Tażkirat al-
adab guru terhadap diri sendiri, 12 (dua Sâmi‟ wa al-Mutakallim Karya Ibn
belas) adab guru terhadap pelajaran, dan Jamâ‟ah (w. 733/1333)”, Disertasi di
14 (empat belas) adab guru terhadap Program Pascasarjana IAIN Syarif
murid secara general dan di dalam ruang Hidayatullah Jakarta.
kelas secara spesifik atau saat ___, 2008, Etika Akademis dalam Islam:
pembelajaran di halaqah (circle learning). Studi tentang KitabTażkirat al-Sāmi‟
Sedangkan adab murid (âdâb al- wa al-MutakallimKarya Ibn Jamā‟ah,
muta‟allim) terdapat 36 (tiga puluh enam) Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
adab utama yang juga sangat urgen, Asmani, Jamal Ma‟mur, 2013, Tips
meliputi10 (sepuluh) adab murid terhadap Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan
diri sendiri secara personal, 13 (tiga belas) Inovatif, Jogjakarta: Diva Press.
adab murid terhadap guru, dan 13 (tiga Asnawî, Jamâl al-Dîn ‟Abd al-Rahîm al-,
belas) adab murid dalam proses 1981, Tabaqât al-Syâfi‟iyyah, ed. ‟Abd
pembelajaran dan terhadap sesama murid Allah al-Jabûrî, t.t.t.: Dâr al-‟Ulûm.
lainnya. Attas, Syed Muhammad Naquib al-, 2011,
Islâm dan Sekularisme, Bandung:
DAFTAR PUSTAKA Institut Pemikiran Islam dan
Pembangunan Insan (PIMPIN) dan
Abdul Majid dan Dian Andayani, Center for Advanced Studies on Islam,
Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Science and Civilization (CASIS)
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Universiti Teknologi Malaysia (UTM).
2011 Ba‟albaki, Munir, 1983, al-Mawrid al-
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2008, Waséţ: A Concise English-Arabic
Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Dictionary, Beirut: Dar el-Ilm lil-
Kencana Prenada Media Group. Malayén.
Abû Ghuddah, ‟Abd al-Fattâh, 2005, Bungin, Burhan,2003, Analisis Data
Shafahât min Shabr al-‟Ulamâ„ ‟alâ Penelitian Kualitatif,Jakarta: PT.
Syadâ„id al-‟Ilm wa al-Tahshîl, Beirut: RajaGrafindo Persada.
Maktab al-Matbû‟ât al-Islâmiyyah dan Departemen Pendidikan Nasional, 2012,
Dâr al-Basyâ„ir al-Islâmiyyah. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Abû Zaid, Bakr ibn ‟Abd Allah, 1999,al- Bahasa: Edisi Keempat, Jakarta: PT
Mu‟jam al-Manâhî al-Lafziyyah wa Gramedia Pustaka Utama.
Fawâ„id fî Alfâz, Riyadh: Dâr Dimasyqî, Ismâ‟îl ibn Katsîr al-Qurasyî
‟Âshimah. al-, 2003, al-Bidâyah wa al-Nihâyah,

Karakter (Adab) Guru … 32


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Juli 2017

ed. ‟Abd al-Rahmân al-Lâdiqî dan Kesuma, Dharma, Cepi Triatna dan Johar
Muhammad Ghâzî Baidûn, Beirut: Dâr Permana, 2013, Pendidikan Karakter:
al-Ma‟rifah. Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,
Djamarah, Syaiful Bahri, 2010, Guru & Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Kinânî, Muhammad ibn Ibrâhîm ibn
Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Jamâ‟ah al-, 1354 H., Tadzkirah al-
Jakarta: PT Rineka Cipta. Sâmi‟ wa al-Mutakallim fî Âdâb al-
Dzahabî, Muhammad ibn Ahmad ibn ‟Âlim wa al-Muta‟allim, ed. al-Sayyid
‟Utsmân al-, 2004, Dzail Târîkh al- Muhammad Hâsyim al-Nadwî, Beirut:
Islâm wa Wafiyyât al-Masyâhîr wa al- Dâr al-Kutub al-‟Ilmiyyah.
A‟lâm: Hawâdits wa Wafayât 701-746 ___, 1986, al-Manhal al-Rawî fî
H., ed. ‟Umar ‟Abd al-Salâm Tadmurî, Mukhtashar ‟Ulûm al-Hadîts al-
Beirut: Dâr al-Kitâb al-‟Arabî. Nabawî, ed. Muhyî al-Dîn ‟Abd al-
Fairûz„âbâdî, Muhammad ibn Ya‟qûb al-, Rahmân Ramadhân, Beirut: Dâr al-
2009, al-Qâmûs al-Muhît, ed. Nashr al- Fikr.
Hûrainî al-Mishrî al-Syâfi‟î, Beirut: ___, 1990, “Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-
Dâr al-Kutub al-‟Ilmiyyah. Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa al-
Hanbalî, ‟Abd al-Hayy ibn al-‟Imâd al-, Muta‟allim”, dalam ‟Abd al-Amîr
t.t., Syadzarât al-Dzahab fî Akhbâr Syams al-Dîn, al-Fikr al-Tarbawî ‟inda
Man Dzahab, ed. Lajnah Ihyâ„ al- Ibn al-Jamâ‟ah, Beirut: al-Syirkah al-
Turâts al-‟Arabî fî Dâr al-Âfâq al- ‟Âlamiyyah li al-Kitâb.
Jadîdah, Beirut: Dâr al-Âfâq al- ___, 2005, Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-
Jadîdah. Mutakallim fî Adab al-‟Âlim wa al-
Ibn Humaid, Shâlih ibn ‟Abd Allah, et.al., Muta‟al-lim, ed. ‟Abd al-Salâm ‟Umar
2004, Mausû‟ah Nadrah al-Na‟îm fî ‟Alî, Mushtafâ Mahmûd Husain dan
Makârim Akhlâq al-Rasûl al-Karîm. Maktabah al-Diyâ„ li Tahqîq al-Turâts,
Jazrî, al-Mubârak ibn Muhammad ibn al- Mesir: Maktabah Ibn ‟Abbâs dan Dâr
Atsîr al-, t.t., al-Nihâyah fî Gharîb al- al-Âtsâr.
Hadîts wa al-Atsar, ed. Mahmûd ___, 2021, Tadzkirah al-Sâmi‟ wa al-
Muhammad al-Tanâhî dan Tâhir Mutakallim fî Adab al-‟Âlim wa al-
Ahmad al-Zâwî, Beirut: Dâr Ihyâ„ al- Muta‟al-lim, ed. Muhammad ibn
Turâts al-‟Arabî dan Mu„assasah al- Mahdî al-‟Ajmî Beirut: Syirkah Dâr al-
Târîkh al-‟Arabî. Basyâ„ir al-Islâmiyyah.
Juhnî, ‟Abd Allah ibn Nâjî ibn ‟Alî al-, Majma‟ al-Lughah al-‟Arabiyyah, 1972,
1423/1424 H., “Âdâb al-Mu‟allim al-Mu‟jam al-Wasît, ed. Ibrâhîm
‟inda al-Imâm Badr al-Dîn Ibn Jamâ‟ah Madkûr, Istambul: al-Maktabah al-
fi Dau„ Kitâbihi Tadzkirah al-Sâmi‟ wa Islâmiyyah.
al-Mutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa al- Maqrîzî, Taqî al-Dîn al-, t.t., Kitâb al-
Muta‟allim: Dirâsah Tahlîliyyah”, Muqaffâ al-Kabîr, ed. Muhammad al-
Tesis di UniversitasUmm al-Qurâ Ya‟lâwî, t.t.t: Dâr al-Gharb al-Islâmî.
Kulliyyah al-Tarbiyah Qism al- Maya, Rahendra, 2013, “Esensi Guru
Tarbiyah al-Islâmiyyah wa al- dalam Visi-Misi Pendidikan Karakter”,
Muqâranah. Edukasi Islami, Jurnal Pendidikan
Kahhâlah, ‟Umar Ridâ, t.t., Mu‟jam al- Islam Program Studi Pendidikan
Mu„allifîn: Tarâjum Mushannifî al- Agama Islam Sekolah Tinggi Agama
Kutub al-‟Arabiyyah, Lebanon: Islam (STAI) Al Hidayah Bogor, Vol.
Maktabah al-Mutsannâ dan Dâr Ihyâ„ 03, No. 02, Edisi Januari 2013.
al-Turâts al-‟Arabî.

42 Karakter (Adab) Guru …


Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12, Januari 2017

___, 2015, “Adab Guru dan Murid Dalam Hadits: Kajian Semantik Istilah-Istilah
Kitab Tadzkirah Al-Sâmi‟ Wa Al- Tarbiyaţ, Ta‟līm, Tadrīs, Tahdzīb dan
Mutakallim Fî Ȃ dâb Al-„Ȃ lim wa Al- Ta„dīb, Bandung: Pustaka Umat.
Muta‟allim Karya Ibn Jamâ‟ah dan Salim, Moh. Haitami, 2013, Pendidikan
Aplikasinya Dalam Pendidikan Agama dalam Keluarga: Revitalisasi
Karakter di Indonesia”, Disertasi (tidak Peran Keluarga dalam Membangun
diterbitkan), Program Pascasarjana Generasi Bangsa yang Berkarakter,
Doktoral Pendidikan Islam Universitas Jogjakarta: ar-Ruzz Media.
Ibn Khaldun (UIKA) Bogor. ___ dan Syamsul Kurniawan,2012, Studi
Mishrî, Muhammad ibn Mukarrim ibn Ilmu Pendidikan Islam, Jogjakarta: ar-
Manzûr al-Anshârî al-Ifrîqî al-, 2009, Ruzz Media.
Lisân al-‟Arab, ed. ‟Âmir Ahmad Sauri, Sofyan, 2011, Filsafat dan Teosofat
Haidar dan ‟Abd al-Mun‟im Khalîl Akhlak, Bandung: Rizqi Press.
Ibrâhîm, Beirut: Dâr al-Kutub al- Sukmadinata,2012, Metode Penelitian
‟Ilmiyyah. Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Moleong, Lexy J.,2013, Metodologi Rosdakarya dan Program Pascasarjana
Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Universitas Pendidikan Indonesia.
Remaja Rosdakarya. Syarbini, Amirulloh, 2012, Buku Pintar
Muhaimin, 2003, Wacana Pengembangan Pendidikan Karakter: Panduan
Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Lengkap Mendidik Karakter Anak di
Pelajar. Sekolah, Madrasah dan Rumah,
___, 2010, Arah Baru Pengembangan Bandung: as@ prima pustaka.
Pendidikan Islam: Pemberdayaan, Tafsir, Ahmad, 2008, Filsafat Pendidikan
Pengembangan Kurikulum hingga Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan
Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, Kalbu Memanusiakan Manusia,
Bandung: Penerbit Nuansa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
___, 2011, Pemikiran dan Aktualisasi ___, 2012, Ilmu Pendidikan
Pengembangan Pendidikan Islam, Islami,Bandung:PT Remaja
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Rosdakarya.
Nata, Abuddin, 2005, Filsafat Pendidikan Zabîdî, al-Sayyid Muhammad Murtadâ
Islam, Jakarta Selatan: Gaya Media ibn Muhammad al-Husainî al-, 2012,
Pratama. Tâj al-‟Arûsmin Jawâhir al-Qâmûs,
___, 2012, Ilmu Pendidikan Islam, Beirut: Dâr al-Kutub al-‟Ilmiyyah.
Jakarta: Kencana Prenada Media Zainul, Fitri Agus, 2012, Reinventing
Group. Human Character: Pendidikan
Nazir, Moh., 2011, Metode Penelitian, Karakter Berbasis Nilai & Etika di
Jakarta: Ghalia Indonesia. Sekolah, Jogjakarta: ar-Ruzz Media.
Qomar, Mujamil, 2012, Kesadaran Ziriklî, Khair al-Dîn al-, 2004, al-A‟lâm:
Pendidikan: Sebuah Penentu Qâmûs Tarâjum li Asyhhâr al-Rijâl wa
Keberhasilan Pendidikan, Jogjakarta: al-Nisâ„ min al-‟Arab wa al-
ar-Ruzz Media. Musta‟ribîn wa al-Mustasyriqîn,
Rosidin, Dedeng, 2003, Akar-Akar Beirut: Dâr al-‟Ilm li al-Malâyîn.
Pendidikan dalam al-Qur„an dan al-

Karakter (Adab) Guru … 32

You might also like