Professional Documents
Culture Documents
EXTRACT GUAVA LEAF (Psidium Guajava) As LARVACHIDAL For Aedes Albopictus
EXTRACT GUAVA LEAF (Psidium Guajava) As LARVACHIDAL For Aedes Albopictus
ABSTRACT
1
2
ABSTRAK
Kata kunci : Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava), Aedes albopictus,
larvasida alami
3
PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue/ DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus
Aedes (terutama Aedes aegypti dan Aedes albopictus). Indonesia merupakan
wilayah endemis dengan sebaran diseluruh wilayah tanah air.[1] Pada tahun 2013,
jumlah kasus DBD di daerah Sulawesi Tengah sebanyak 1.178 kasus dan masih
tergolong endemik dengan Insident Rate 63,8/100.000 dan Case Fatality Rate 7,5
%. Incident Rate di Kota Palu pada tahun 2013 adalah 223,76/100.000.[2]
Tindakan pengendalian penyakit DBD dalam bentuk penggunaan abate masih
menggunakan pestisida sintetik sebagai larvasida. Penggunaan pestisida sintetik
secara terus menerus dapat menimbulkan pencemaran lingkungan karena pestisida
sintetik sulit untuk diuraikan. Upaya untuk mengurangi efek merugikan dari
pestisida sintetik adalah dengan menggunakan pestisida alami yang mengandung
bahan yang mudah dan cepat terdegradasi di alam serta mempunyai dampak yang
kecil terhadap lingkungan sehingga tidak berbahaya.[3]
Pestisida alami yang belakangan ini sering diteliti adalah pembuatan larvasida
dari ekstrak tumbuhan.[4] Salah satu tumbuhan yang dianggap memiliki potensi
larvasida adalah daun jambu biji. Penelitian mengenai efek larvasida ekstrak daun
jambu biji telah pernah dilakukan sebelumnya pada Aedes aegypti dan didapatkan
bahwa ekstrak daun jambu biji memiliki efek larvasida.[3] Aedes albopictus,
sebagai vektor lain DBD di Indonesia, belum pernah dilakukan uji sebelumnya
karena itu penulis merasa perlu dilakukan uji larvasida ekstrak daun jambu biji
terhadap Aedes albopictus.
METODE
Penelitian menggunakan rancangan penelitian post test only control group
design. Subjek penelitian adalah 675 larva instar III Aedes albopictus. Pada uji
pendahuluan terdapat 4 kelompok eksperimen (0,6%, 1,2%, 2,4% dan 4,8%) dan
2 kelompok kontrol (kontrol positif dan kontrol negatif. Tiap kelompok terdiri
atas 25 larva. Pada uji larvasida sesungguhnya, terdapat 5 kelompok eksperimen
(0,1%, 0,4%, 0,7%, 1% dan 1,3%) dengan 2 kelompok kontrol (kontrol positif
4
HASIL
Proses ekstraksi daun jambu biji menghasilkan ekstrak kental dengan berat
± 90 gram. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji
memiliki kandungan ekstrak saponin, flavonoid dan tanin.
Uji pendahuluan dilakukan dengan 4 konsentrasi uji: 0,6%, 1,2%, 2,4% dan
4,8% dan dua kontrol: kontrol positif (abate 0,01%) dan kontrol negatif (aquadest
100 ml). Pengamatan dilakukan pada jam ke-1 dan jam ke-24. Hasil uji
pendahuluan dapat dilihat pada tabel 1.
% MU - % MK
X 100 %
100 - % MK
PEMBAHASAN
Ekstraksi pada daun jambu biji dilakukan dengan metode maserasi. Metode
maserasi dipilih karena alat dan prosedurnya yang sederhana, dan dapat digunakan
pada senyawa termolabil maupun termostabil karena tidak melibatkan pemanasan.
Istilah maserasi berasal dari bahasa latin “macerace” yang artinya mengairi,
melunakkan, merupakan cara ekstraksi yang sederhana. Bahan jamu yang
dihaluskan disatukan dengan bahan ekstraksi. Rendaman tersebut disimpan dan
dihindarkan dari cahaya langsung dan dikocok kembali. Pelarut akan masuk ke
8
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif
akan terlarut dan larutan yang terpekat didesak keluar.[5]
Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi uji larvasida
sesungguhnya. Hasil uji pendahuluan dianalisis dengan Probit untuk menentukan
nilai LC50. Nilai LC50 yang didapatkan adalah 0,729%. Penentuan konsentrasi
dilakukan dengan mengambil nilai LC50 uji pendahuluan yaitu 0,7%, 2
konsentrasi di bawah nilai LC50 uji pendahuluan yaitu 0,1% dan 0,4% serta 2
konsentrasi di atas nilai LC50 uji pendahuluan yaitu 1% dan 1,3%.
Uji larvasida terdiri atas tujuh kelompok yaitu : kontrol (+), kontrol (-), 0,1%,
0,4%, 0,7%, 1% dan 1,3%. Dan tiap kelompok mendapat 3 kali replikasi. Pada
pengamatan jam ke-24 didapatkan mortalitas pada konsentrasi 0,1% sebesar 0%.
Pada konsentrasi 0,3% sebesar 12%. Pada konsentrasi 0,7% sebesar 30,67%. Pada
konsentrasi 1% sebesar 20%. Pada konsentrasi 1,3% sebesar 54,67%. Pada
kontrol (+) mortalitas sebanyak 100% dan pada kontrol (-) mortalitas sebanyak
6,67%.
Kontrol (+) yaitu abate dapat memberikan mortalitas 100% karena merupakan
larvasida kimia yang telah terbukti di masyarakat. Abate mempunyai cara kerja
menghambat enzim cholinesterase baik pada vertebrata maupun invertebrata.
Abate akan mengikat enzim cholinesterase dan dihancurkan sehingga terjadi
kontraksi otot yang terus menerus, kejang dan akhirnya larva akan mati.[6]
Mengacu pada hasil persentase mortalitas kelompok kontrol (-) pada
pengamatan jam ke-24 lebih besar dari 5% dan lebih kecil dari 20% maka akan
dilakukan koreksi mortalitas dengan menggunakan formula Abbot.[7] Adapun hasil
koreksi mortalitas adalah pada konsentrasi 0,1% sebesar 0%; pada konsentrasi
0,3% sebesar 8,1%; pada konsentrasi 0,7% sebesar 25,71%; pada konsentrasi 1%
sebesar 14,28%; pada konsentrasi 1,3% sebesar 51,43%.
Yuswantina et al. (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi
ekstrak etanol daun jambu biji, semakin tinggi jumlah kematian larva. Pada
penelitian ini, terjadi penurunan pada konsentrasi 0,7% dengan mortalitas
25,71% menjadi 14,28% pada konsentrasi 1% kemudian meningkat lagi pada
konsentrasi 1,3% menjadi 51,43%. Kondisi naik turunnya mortalitas larva ini
9
mungkin disebabkan tidak adanya standarisasi mutu ekstrak dari segi faktor
internal ekstrak yaitu tidak adanya pengukuran komposisi kuantitatif zat aktif
dalam ekstra.[8] Selain itu, rendahnya mortalitas pada replikasi ke-3 konsentrasi
1% dibandingkan replikasi ke-1 dan replikasi ke-2 mungkin disebabkan karena
senyawa yang terkandung di dalam ekstrak kurang aktif atau sebenarnya senyawa
tersebut cukup aktif tetapi kandungannya rendah.[9]
Penentuan efektifitas ekstrak daun jambu biji sebagai larvasida Aedes
albopictus dilakukan secara statistik. Adapun hasil uji normalitas data
menggunakan Shapiro-Wilk didapatkan data memiliki nilai p < 0,05 yang berarti
data tidak normal. Sebagai usaha untuk menormalkan data, dilakukan
transformasi data, namun nilai p tetap < 0,05 yang berarti data tetap tidak normal.
Data yang diperoleh pada hasil pengamatan ini kemudian diuji menggunakan
statistik nonparametrik Friedman test. Hasil yang didapatkan dapat dilihat pada
tabel 5. Berdasarkan analisis Friedman test, diperoleh nilai signifikansi sebesar p
= 0,007, maka dapat disimpulkan jika terdapat perbedaan nilai rata-rata kematian
larva pada kelompok perlakuan.
Peneliti kemudian melakukan uji Post-hoc Mann-Whitney untuk melihat
perbedaan antar kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada hasil uji Post-
hoc Mann-Whitney, hasil dikatakan memiliki perbedaan yang bermakna jika nilai
p < 0,05. Pada tabel 6 menunjukkan bahwa konsentrasi 1,3% adalah satu-satunya
konsentrasi uji yang memiliki perbedaan bermakna terhadap semua kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Konsentrasi 1,3% menyebabkan mortalitas larva
tertinggi dibanding kelompok perlakuan lainnya. Konsentrasi 1,3% menyebabkan
mortalitas larva sebanyak 51,43% yang menandakan mortalitas melebihi separuh
dari populasi larva.
WHO (2005) menyatakan bahwa konsentrasi dianggap memiliki efek apabila
menyebabkan kematian 10-95%. Jadi, ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava)
memiliki efek larvasida pada larva Aedes albopictus. Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya oleh Triyadi (2012) dan Yuswantina et al. (2013) bahwa
ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) memiliki efek larvasida. Efek larvasida
ini dipengaruhi oleh kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di
10
2. Efek larvasida ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) terhadap larva
Aedes albopictus pada konsentrasi 0,1% sebesar 0%; pada konsentrasi 0,4%
sebesar 8,10%; pada konsentrasi 0,7% sebesar 25,71%; pada konsentrasi 1%
sebesar 14,28%; pada konsentrasi 1,3% sebesar 51,43%.
3. Nilai LC50 ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) sebagai larvasida Aedes
albopictus adalah konsentrasi 1,1276%.
DAFTAR PUSTAKA