Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

SIFAT MEKANIS PADA BETON SELF COMPACTING

CONCRETE DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH


VISCOCRETE 1003 DAN VISCOFLOW 3211 N

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi


Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil

Oleh :
DWI SUGIATMO
S100130035

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
iii
SIFAT MEKANIS PADA BETON SELF COMPACTING CONCRETE DENGAN
MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH VISCOCRETE 1003 DAN VISCOFLOW
3211 N

ABSTRAK

Pembuatan beton membutuhkan ketrampilan khusus untuk melakukan


proses pemadatan beton dengan baik. Pelaksanaan pemadatan mungkin tidak
merata, memakan waktu lebih lama, bahkan kadang sulit dilakukan terutama bila
struktur yang dibuat melengkung seperti pada bangunan mercu, pada bangunan
spillway atau jembatan model busur (arch). Pemadatan dengan vibrator
membutuhkan biaya dan resiko kesalahan pengerjaan, memakan banyak waktu
dan tenaga.
Beberapa penelitian telah dilakukan dengan sistem penambahan material
baru maupun dengan metode yang baru. Metode pengecoran Self Compacting
Concrete merupakan metode yang lebih efektif dibandingkan dengan metode
manual. Selain efisien biaya dalam penggunaan vibrator dan jumlah pekerja,
metode ini juga dapat mengurangi resiko terhadap pekerja. Penambahan
Viscocrete 1003 dan Viscoflow 3211 N, dapat digunakan sebagai alternatif dalam
mempercepat proses pengecoran dengan metode Self Compacting Concrete
dengan menambah kecepatan aliran beton pada saat pengecoran. Penggunaan
bahan tambah (admixture) viscocrete 1003 dan viscoflow 3211 N secara optimum
dapat menghasilkan kuat tekan dan kuat lentur maksimal.
Benda uji berbentuk silinder dengan Ø 15 cm dan tinggi 30 cm serta balok
dengan lebar 15 cm, tinggi 15 cm dan panjang 53 cm. Pembuatan benda uji
dengan penambahan Viscocrete 1003 dan Viscoflow 3211 N secara bervariasi
mulai dari 0,4 % sampai 1,2 % berat semen, dengan benda uji masing-masing
variasi sebanyak 3 buah. Tahap penelitian terdiri dari persiapan alat dan bahan,
pengujian bahan, pembuatan benda uji dan pengujian beton.
Hasil penelitian membuktikan bahwa kadar optimum terjadi pada
penambahan Viscocrete 1003 sebanyak 0,6 % menghasilkan kuat tekan beton
19,05 MPa, menghasilkan kuat lentur sebesar 2,49 MPa.

Kata kunci : Self Compacting Concrete, Viscocrete 1003, Viscoflow 3211 N, kuat tekan
beton, kuat lentur beton

ABSTRACT

Concrete manufacture requires special skills to make the process of


compacting concrete well. Implementation of compaction may be uneven, takes
longer, sometimes even hard to do especially when the structure is curved as in
the lighthouse building, in a building or a bridge spillway model of arch.
Compaction by vibrators costs and the risk of workmanship error, takes a lot of
time and energy.
Several studies have been conducted with the addition of new materials and
systems with the new method. Self Compacting Concrete casting method is a
method that is more effective than manual methods. In addition to cost-efficient in

1
the use of the vibrator and the number of workers, this method also can reduce the
risk to workers. Addition Viscocrete 1003 and Viscoflow 3211 N, can be used as
an alternative to accelerate the process of casting by the method of Self
Compacting Concrete by increasing the flow rate at the time of casting concrete.
The use of the admixture viscocrete 1003 and viscoflow 3211 N optimum can
produce compressive strength and maximum flexural strength.
Cylindrical test objects with Ø 15 cm and 30 cm high and with a beam
width of 15 cm, 15 cm high and 53 cm long. Preparation of the specimen with the
addition Viscocrete 1003 and Viscoflow 3211 N are varied ranging from 0.4% to
1.2% by weight of cement, with each test specimen variation as much as 3 pieces.
The research phase consisted of preparation tools and materials, materials testing,
manufacture and testing of the concrete specimen.
Research shows that the optimum level occurred in Viscocrete 1003 adding as
much as 0.6% yield concrete compressive strength of 19.05 MPa, resulting in
flexural strength of 2.49 MPa.

Keywords: Self Compacting Concrete, Viscocrete 1003, Viscoflow 3211 N, the


concrete compressive strength, flexural strength of concrete.

1. PENDAHULUAN
Pembuatan beton membutuhkan ketrampilan khusus untuk melakukan proses
pemadatan beton dengan baik. Pelaksanaan pemadatan mungkin tidak merata,
memakan waktu lebih lama, bahkan kadang sulit dilakukan terutama bila struktur
yang dibuat melengkung seperti pada bangunan mercu, pada bangunan spillway
atau jembatan model busur (arch). Pemadatan dengan vibrator membutuhkan
biaya dan resiko kesalahan pengerjaan, memakan banyak waktu dan tenaga.
Kwalitas pekerja akan sangat berpengaruh terhadap kwalitas dan kekuatan beton.
Metode Self Compacting Concrete (SCC) diharapkan dapat memberikan solusi
dari permasalahan ini.

Pada Self Compacting Concrete (SCC), untuk meningkatkan workability


(kemudahan pengerjaan) diperlukan adanya bahan tambah (admixture). Dalam
penelitian ini menggunakan bahan tambah (admixture) viscocrete 1003 dan
viscoflow 3211 N yang merupakan produk dari PT. Sika. Penggunaan bahan
tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menambah sifat beton sesuai
dengan sifat beton yang diinginkan. Seperti yang tertulis dalam American Society
for Testing and Material (ASTM) C125, bahan tambahan tersebut ditambahkan
dalam campuran beton atau mortar, sebelum pencampuran pada batching plant
atau sesudah pencampuran. Definisi bahan tambahan ini mempunyai arti luas,
yaitu meliputi polimer, fiber, mineral, yang mana dengan adanya bahan tambahan
ini komposisi beton mempunyai sifat yang berbeda dengan beton aslinya atau
beton biasa.

Kelebihan dari Self Compacting Concrete (SCC) diantaranya :


1). Sangat encer, bahkan dengan bahan aditif tertentu bisa menahan slump tinggi
dalam jangka waktu lama (slump keeping admixture).

2
2). Tidak memerlukan pemadatan manual.
3). Lebih homogen dan stabil.
4). Kuat tekan beton bisa dibuat untuk mutu tinggi atau sangat tinggi.
5). Lebih kedap, porositas lebih kecil.
6). Susut lebih rendah.
7). Dalam jangka panjang struktur lebih awet (durable).
8). Tampilan permukaan beton lebih baik dan halus karena agregatnya biasanya
berukuran kecil sehingga nilai estetis bangunan menjadi lebih tinggi.
9). Tenaga kerja yang dibutuhkan juga lebih sedikit karena beton dapat mengalir
dengan sendirinya sehingga dapat menghemat biaya sekitar 50 % dari upah
buruh.
10). Karena tidak menggunakan penggetaran manual, lebih rendah polusi suara
saat pelaksanaan pengecoran.

Perlu diperhatikan juga mengenai sifat-sifat mekanis beton, yaitu : Kuat tekan
beton, Kelecakan atau mudah dikerjakan (workability), Ketahanan beton
(durability).

Sifat-sifat lain yang dimiliki beton yang dapat berpengaruh terhadap mutu
beton, yaitu : segregasi, bleeding, temperatur, penyusutan (shringkage), rangkak
(creep).

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah memperoleh kadar
optimum penggunaan bahan tambah (admixture) viscocrete 1003 dan viscoflow
3211 N yang dapat menghasilkan kuat tekan dan kuat lentur maksimal serta
mengetahui sifat beton Self Compacting Concrete (SCC) yang menggunakan
bahan tambah (admixture) viscocrete 1003 dan viscoflow 3211 N.

Manfaat yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah memberikan


gambaran mengenai kuat tekan dan kuat lentur beton, serta pengaruh adanya
bahan tambah viscocrete 1003 dan viscoflow 3211 N terhadap sifat beton dan
dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan keilmuan, secara
khusus di bidang teknik sipil dan terutama pada perkembangan teknologi ilmu
mekanika bahan dan teknik beton.

Penelitian ini perlu adanya suatu batasan masalah agar lebih terkonsentrasi
pada satu permasalahan, sebagai berikut :
1). Beton sampel menggunakan mutu (f’c) menggunakan perbandingan volume.
2). Pengujian kuat lentur menggunakan benda uji balok beton dengan ukuran
lebar 15 cm, tinggi 15 cm, dan panjang 53 cm.
3). Pengujian tekan berupa silinder beton ø15 cm, dan tinggi = 30 cm.
4). Bahan tambah yang digunakan yaitu Viscocrete 1003 dan Viscoflow 3211 N
dalam pembuatan sampel, dengan beberapa perbedaan presentase terhadap
semen yaitu sebesar 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1.0% 1,2%.
5). Jumlah benda uji masing-masing 3 buah dan untuk beton normal sebagai
pembanding adalah 3 buah.

3
6). Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Wijaya Karya dan Nindya
Karya KSO pada Proyek Pembangunan Bendungan Logung Kudus.
7). Pelaksanaan pengujian kuat tekan di Laboratorium Varia Usaha Beton pada
Proyek Pembangunan Bendungan Logung Kudus, sedangkan pengujian kuat
lentur di LaboratoriumVaria Usaha Beton Sayung, Demak.

Beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai referensi terkait


dengan self compacting concrete (SCC), antara lain :
1). Penerapan Self Compacting Concrete (SCC) Pada Beton Mutu Normal
(Risdiyanto, 2010) , pengaruh yang ditimbulkan akibat penambahan zat
additive Conplast SP430 dari berat semen per 100 kg terlihat dari Workability
maupun kuat tekan beton yang dihasilkan.
2). Penggunaan fly ash dan viscocrete pada self compacting concrete (SCC)
(Sugiharto et.al, 2001).
3). Perancangan beton self compacting concrete (beton memadat sendiri)
dengan penambahan flyash dan structuro (Rusyandi dkk, 2012).
4). Perilaku fisik dan mekanik self compacting concrete (SCC) dengan
pemanfaatan abu vulkanik sebagai bahan tambahan pengganti semen
(Andika, 2013).
5). Pengaruh penambahan slag besi terhadap kekuatan tekan dan flowability pada
self compacting concrete (Wahono, 2015).
6). Berdasarkan hasil pengamatan dan pengolahan data mengenai pengaruh
kadar fly ash terhadap flowability dan workability beton segar pada self
compacting concrete (SCC) (Kartini, 2008).
7). Dengan Sika viscocrete tehnologi sebagai dispersan generasi baru campuran
beton telah memungkinkan untuk membuat beton segar dengan pemadatan
mandiri serta memiliki durabilitas tinggi pada beton keras. Molekul polymer
yang ada pada dispersan ini memiliki efek dispersi dan efek sterik. Sifat yang
dimiliki dispersan ini berdampak pada dunia konstruksi terutama pada sektor
industri beton. Yang pertama tidak lagi diperlukan alat penggetar (vibrator)
yang berdampak pada ekologi dan yang kedua desain yang artistik tidak lagi
menjadi hambatan dalam pelaksanaan terutama pada beton pracetak (Prajitno,
2007).

4
2. METODE PENELITIAN

Mulai

Persiapan alat dan bahan TAHAP I

Portland Pasir Split Air Viscocrete Viscoflow


Semen 1003 3211N

Uji visual Uji : Uji : Uji visual Uji visual Uji visual
 Kandungan  Gradasi
lumpur  Spesific
 Kandungan
gravity Semen SemenTAHAP II
bahan
organik  Absorbsi
 SSD  Berat
 Gradasi satuan
 Spesific  Keausan
gravity
 Absorbsi

Hasil Uji
Material

Pembuatan benda uji

Balok beton TAHAP III


Silinder beton

Perawatan

Uji kuat tekan Uji kuat lentur TAHAP IV

Analisis data
TAHAP V

Kesimpulan

Selesai

5
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan keseluruhan tahapan penelitian, maka didapat hasil
penelitian sebagai berikut :

1). Pengujian agregat halus. Dari hasil pengujian pasir yang berasal
ex.Bojonegoro memenuhi syarat sebagai bahan penyusun beton dengan fines
modulus (FM) sebesar 2,575. Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agregat halus yang diperoleh berat jenis agregat halus SSD sebesar 2.63 dan
penyerapan air sebesar 4.71 %. Jumlah persentase lumpur dalam pasir sebesar
2,2 % artinya kurang dari batas kadar lumpur yang diizinkan yaitu 5 %.
2). Pengujian agregat kasar. Dari pengujian gradasi kerikil yang mengacu pada
SK SNI T-15-1990-03, diperoleh nilai fines modulus (FM) 7,53 yang mana
nilai tersebut masih memenuhi persyaratan nilai fines modulus (FM) untuk
agregat kasar yang digunakan sebagai campuran beton yaitu antara 5 sampai
dengan 8. Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar
diperoleh berat jenis agregat kasar dengan SSD sebesar 2.59 dan penyerapan
air sebesar 25.23 %. Keausan agregat kasar yang diperoleh sebesar 12,58 %
masih memenuhi persyaratan keausan maksimal 50%, sehingga agregat kasar
tersebut dapat digunakan untuk pembuatan beton.
3). Hasil uji slump 10 cm, sedangkan hasil pengujian flowability diperoleh jarak
aliran terjauh sebesar 35 cm dari hasil pengukuran pada L box dengan panjang
50 cm. Terdapat kendala agregat kasar Ø 20-30 mm yang terkunci pada sela-
sela besi pada L-Box.
4). Hasil pengujian kuat tekan silinder beton pada beton normal menghasilkan
kuat tekan sebesar 17,20 MPa. Kuat tekan beton maksimal pada beton
menggunakan admixture dicapai sebesar 19,05 MPa dengan penambahan
Viscocrete 1003 sebanyak 0,6% semen. Sedangkan untuk penambahan
sebanyak 0,4 %, 0,8 %, 1% dan 1,2% menghasilkan kuat tekan dibawah beton
normal.
5). Kuat lentur beton normal sebesar 2,04 Mpa, sedangkan dengan penambahan
Viscocrete 1003 sebanyak 0,4 %, 0,6%, 0,8 %, 1% terjadi kenaikan kuat
lenturnya, sedangkan pada penambahan Viscocrete 1003 1,2% terjadi
penurunan kuat lenturnya, namun masih tingg dibandingkan dengan kuat
lentur beton normal. Penambahan Viscoflow 3211 N sebanyak 0,4 %, 0,6%,
0,8 %, 1% dan 1,2% berada diatas kuat lentur beton normal.

6
Kuat tekan beton
Kuat Tekan Beton (MPa) normal (17,20 MPa)

(Prosentase admixture terhadap semen)

Hasil rata-rata pengujian kuat tekan beton umur 28 hari

Kuat lentur beton


normal (2,04 MPa)
Kuat Lentur Beton (MPa)

(Prosentase admixture terhadap semen)

Hasil rata-rata pengujian kuat lentur balok beton umur 28 hari

4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1). Dari hasil pengujian beton self compacting concrete (SCC) menunjukkan
bahwa terjadi kenaikan kuat tekan pada penambahan viscocrete 1003
sebanyak 0,4% sebesar 16,07 MPa menjadi 0,6% sebesar 19,05 MPa dan
terjadi penurunan kuat tekan pada penambahan viscocrete 1003 dari 0,6%
sebesar 19,05 MPa menjadi 0,8% sebesar 16,55 MPa. Kadar optimum
penambahan viscocrete 1003 sebesar 0,6% mempunyai kuat tekan sebesar
18,5 % lebih tinggi dibandingkan dengan beton normal.
2). Kuat lentur balok beton terjadi kenaikan dibandingkan dengan beton normal
pada penambahan 0,4 %, 0,6%, 0,8 %, 1% dan 1,2% viscocrete 1003 dan
viscoflow 3211 N dengan hasil maksimum dari yang diteliti tercapai pada
variasi penambahan viscoflow 1%.

7
3). Kadar optimum penggunaan admixture tercapai pada penambahan viscocrete
1003 sebanyak 0,6% dengan kuat tekan mencapai 19,05 MPa dan kuat lentur
mencapai 2,49 MPa.
4.2. Saran
Setelah mendapatkan kuat tekan dan kuat lentur maksimum dengan adanya
penambahan viscocrete 1003 dan viscoflow 3211 N, hal yang perlu diperhatikan
antara lain :
1). Ada kendala penggunaan agregat kasar Ø 20-30 mm yang dapat
mengakibatkan adukan beton terkunci atau tidak mengalir lancar.
2). Perlu diperhitungkan tingkat efisiensi antara pengerjaan beton secara manual
dibandingkan dengan beton self compacting concrete (SCC) yang
menggunakan bahan tambah viscocrete 1003 dan viscoflow 3211 N.
3). Perbandingan resiko pengerjaan antara beton normal akan lebih tinggi
dibandingkan beton self compacting concrete.

DAFTAR PUSTAKA
Afifah C, 2008. Tehnologi beton dari material, pembuatan,ke beton kinerja
tinggi, penerbit: Andi 2007
Akkas, Madjid, et.al 2013. Studi pengaruh serat polypropilen (PP) terhadap
kekuatan beton SCC, Vol. 7, ISBN: 978-979-127255-0-6
Andi, A, 2011. Uji parameter lentur terhadap kuat tekan beton kinerja tinggi,
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.39
Andika, 2013. Perilaku fisik dan mekanik self compacting concrete (SCC) dengan
pemanfaatan abu vulkanik sebagai bahan tambahan pengganti semen
ASTM C 39, 2002. Standard Test Method for Compressive Strength of
Cylindrical Concrete Spesimens, Annual Books of ASTM Standards ,USA.
ASTM C 125, 2001. Standard Terminology Relating to Concrete and Concrete
Aggregate,United States: Association of Standard Testing Materials.
ASTM C 188-89, 2003. Standard Test Method for Density of Hydraulic Cement.
United States: Association of Standard Testing Materials.
ASTM C 494/C 494M-04, 2004. Standard Specification for Chemical Admixtures
for Concrete. United States: Association of Standard Testing Materials.
British Standard (BS) 5070 part 1-1982. Specification for accelerating
admixtures, retarding admixtures and water reducing admixtures.
Departemen Pekerjaan Umum, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI)
1971. Bandung: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pekerjaan Umum.
Departemen Pekerjaan Umum, SNI 03-4431-1997, Metode Pengujian Kuat
Lentur Normal Dengan Dua Titik Pembebanan. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional BSN.
Departemen Pekerjaan Umum, 1989, SK SNI S-04-1989-F: Spesifikasi Bahan
Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam), Bandung: Yayasan
LPMB
Dipohusodo, Istimawan, 1994. Struktur Beton Bertulang, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

8
Kartini Wahyu , 2007. Penggunaan fly ash pada Self Compacting Concrete,
Jurnal rekayasa perencanaan, , Vol. 4, No.1, UPN ”Veteran” Jatim
Kukun R, dkk, 2012. Perancangan beton Self compacting concrete (beton
memadat sendiri) dengan penambahan fly ash dan structuro, Jurnal
Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut, Vol. 10 No. 01- ISSN : 2302-
7312
Mardiono, Pengaruh Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) Dalam Beton Mutu
Tinggi, Jurnal Teknik Sipil (Universitas Gunadarma Jakarta)
Mariani, Sampebulu , Ahmad, 2009. Pengaruh Penambahan Admixture Terhadap
Karakteristik Self Compacting Concrete, Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 3,
Universitas Tadulako Palu
Marsiano, 2010. Studi pembuatan beton massa dan pengaruhnya terhadap
temperatur (Studi kasus : project senopati suites), Fakultas teknik sipil dan
perencanaan ISTN-Jakarta
Mulyono, 2004. Teknologi Beton, Yogyakarta: Andi
Prajitno, H. (2007). Sika ViscoCrete sebagai dispersan untuk self compacting
concrete. Konferensi Nasional Teknik Sipil I, Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta.
Rusyandi, K, Mukodas, J, Gunawan, Y, 2012. Perancangan beton self compacting
concrete (beton memadat sendiri) dengan penambahan flyash dan structuro
Risdiyanto, 2010. Penerapan Self Compacting Concrete (SCC) Pada Beton Mutu
Normal
SK SNI T-15-1990, 2003. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan
gedung. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
SK SNI S 04-1989-F, 1989. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
SNI 03.1968 : 1990, Metode pengujiantentang analisis saringan agregat halus
dan agregat kasar. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional
SNI 03.2495 : 1991. Spesifikasi bahan tambahan untuk beton, Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional
SNI 03.2834 : 2000, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal.
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional
SNI 1974 : 2011, Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder, Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional
SNI 15.2487 : 2013, Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung,
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional
SNI 6414 : 2002, Spesifikasi Timbangan yang Digunakan Pada Pengujian Bahan,
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional
SNI 13-6717-2002, 2002. Tata Cara Penyiapan Benda Uji dari Contoh Agregat.
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Sugiharto, H. et.al 2001. Penggunaan Fly Ash dan Viscocrete pada Self
Compacting Concrete, Jurnal Dimensi Teknik Sipil Vol.8, UK Petra
Tilik, L. F., Pengaruh Abu Terbang dan Superplasticizer Terhadap Kuat Tekan
Beton, Jurnal Teknika (Politeknik Negeri Sriwijaya), Vol. XXXII, No.1,
ISSN 0854-3143

9
Tjokrodimuljo, K., 1996. Teknologi Beton. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta: Biro Penerbit
Wahono, 2015. Pengaruh penambahan slag besi terhadap kekuatan tekan dan
flowability pada self compacting concrete
Yogie R, 2010. Penerapan Self compacting concrete (SCC) pada beton mutu
normal, Jurnal Teknik Waktu, Vol. 08, No. 02 Juli 2010 – ISSN : 1412 –
1467

10

You might also like