Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

ISSN 2303-1433

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI ( MP – ASI) DINI


TERHADAP KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP)
PADA ANAK UMUR 0 – 24 BULAN DI WILAYAH KOTA KEDIRI

Ira Titisari, Susanti Pratamaningtyas, Eny Sendra,


Prodi Kebidanan Kediri Jl.KH.Wakhid Hasyim 64 B Kediri
Email: iratitisari@ymail.com

Abstrac

Should we know that Mother’s Milk Complementary Foods is begin giving when
someday after the baby was born. This is deficient think, because Mother’s Milk
Complementary Foods present can make malnutrition consist or disturb child development
(Energy-Protein Malnutrition). The destination of this research is to find out effect of
giving too early Mother’s Milk complementary Foods with Energy-Protein Malnutrition
incident to children on zero until twenty four months old. The methode of this research is
the corelation with analitic case control characteristic that is eight child as case and eight
others as control of fill up inclusion criteria . The samples will take by purposive sampling
tehnis . The finishing data collection are using questionaire by weight and height
measurement. The data analitic are using fisher exact probability test with 5% significancy.
The result of this research is giving Mother’s Milk Complementary Foods to 87,5%
Energy-Protein Malnutrition group and 25% non Energy-Protein Malnutrition is not
timely. 100% Energy-Protein Malnutrition is nasty. There is an effect of giving too early
Mother’s Food Complementary Foods in Energy-Protein Malnutrition accident on children
at zero untill six months old. Be expected for the health personnel to give information and
counseling about to give too early Mother’s Milk Complementary Foods about effect and
the interval, at the same time for a children whio has Energy-Protein Malnutrition must
give supplementary food that appropriate with the local program and integrated by
Department of health.

Keywords = Giving too early Mother’s Milk Complementary Foods, Energy-Protein


Malnutrition

Pendahuluan Prevalensi gizi kurang pada balita dan


tahun ke tahun mengalami penurunan
Diperkirakan 100 juta anak menderita
yang cukup berarti. Pada tahun 1989,
gizi kurang pada tingkat sedang dan berat
preva!ensi balita bergizi kurang (Skor Z
(KEP), yang merupakan keadaan
Berat Badan menurut Umur) mencapai
defisiensi gizi paling umum dijumpai di
37,5%. Pada tahun-tahun berikutnya
dunia. Golongan anak yang berstatus gizi
prevalensi kurang gizi balita terus
kurang memiliki risiko kematian yang
mengalami penurunan sehingga pada
lebih tinggi daripada anak dengan status
tahun 2000 prevalensi kurang gizi balita
gizi baik.
menjadi 24,7%. Menurut Depkes 2004
KEP merupakan salah satu masalah
saat Indonesia mengalami krisis multi
kesehatan anak di Indonesia atau di negara
dimensi, prevalensi gizi kurang
berkembang lainya. Angka kejadian
mengalami kenaikan lagi berturut-turut
tertinggi yaitu pada anak balita yang dapat
menjadi 26,1%, 27,3% dan 27,5% pada
berakibat gangguan pertumbuhan dan
tahun 2001,2002 dan 2003 (Hamam Hadi,
perkembangan termasuk kecerdasan anak
2005)
(http://www.google.gizi net.com.2006).

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No. 1 Nopember 2014 18


ISSN 2303-1433

Pada tahun 2009 Departemen anak dari komisi Perlindungan Anak


Kesehatan di Indonesia membuat berbagai Indonesia tb Rachmat sentika, senin (11/8)
program untuk mengatasi masalah gizi di Jakarta.
kurang pada balita. Seperti, program Ali khomsan mengatakan, akar
penanggulangan yang meliputi, masalah yang menyebabkan tingginya
pendidikan gizi, pemberdayaan angka anak yang menderita kurang gizi
masyarakat melalui pembentukan karena anak-anak makan seadanya dan
keluarga sadar gizi (kadarzi), peningkatan dominan karbohidrat. Dalam koferensi
survellans gizi. Semua itu dilakukan pers yang diselenggarakan oleh kondisi
dengan tiga strategi utama yakni, untuk Indonesia sehat mengenai
pemberdayaan masyarakat, peningkatan kampanye “Pentingnya Gizi Anak”
akses terhadap pelayanan kesehatan dr.Dini Latief MSC, dari direktorat jendrl
berkualitas, monitoring dan informasi Bina kesehatan masyarakat, Depkeskesos
kesehatan. (http:/www. menkokesra. mengatakan, meski pavelensi gizi buruk
90.id). sudah menurun, dari 8,1& dari 1,7 juta
Peran serta orang tua dalam pemberian balita yang menderita gizi kurang. Pada
gizi yang baik pada balita sangat tahun 1999 menjadi 7,5% pada tahun
berpengaruh, karena gizi buruk dan gizi 2000 berdasarkan survey sosial ekonomi
kurang pada balita terjadi melalui proses nasional (Susenas) namun jumlah
yang panjang dan utamanya sangat nominlnya masih terhitung tinggi, yaitu
ditentukan oleh pemenuhan kebutuhan 160.000 balita (Dini, 2007).
nutrisi pada masa pertumbuhan balita Hasil penelitian menyatakan bahwa
yakni, sejak janin masih dalam kandungan keadaan KEP pada bayi dan anak
hingga bayi dilahirkan sampai berusia dua disebabkan pemberian MP-ASI yang
tahun.(Riri Wijaya,2006). tidak tepat, baik secara kualitas maupun
Menurut laporan organisasi kesehatan kuantitasnya.(Parenting Islami 2008).
WHO, permasalahan gizi dapat Sesuai dengan anjuran WHO bahwa MP-
ditunjukkan dengan besarnya angka ASI diberikan paling cepat pada usia 6
kejadian gizi buruk yang menunjukkan bulan dengan alasan kematangan saluran
kesehatan masyarakat Indonesia terendah cerna, kematangan mekanisme menelan
di ASEAN, dan menduki peringkat ke 142 dan pertumbuhan gigi geligi terjadi pada
dari 170 negara. Data WHO menyebutkan usia 4-6 bulan.( Damayanti R.Sjarif,
angka kejadian gizi buruk pada balita 2007).
tahun 2002 meningkat menjadi 8,3% dan Berdasarkan latar belakang diatas
gizi kurang 27,5%, serta pada tahun 2005 maka peneliti tertarik untuk melakukan
kejadian gizi buruk naik lagi menjadi penelitian tentang pengaruh pemberian
8,8% dan gizi kurang 28% (Dina, 2007). MP-ASI dini terhadap kejadian KEP pada
Tahun 2007 lalu tercatat sebanyak 4 anak umur 0 – 24 bulan.
juta balita Indonesia mengalami gizi
kurang dan 700.000 anak masuk kedalam Tujuan Penelitian
kategori gizi buruk. Pendapat serupa a. Tujuan Umum
dikemukakan dari Rachmat sentika, Sp.A, Untuk mengetahui pengaruh
MARS, dari tim Ahli Anak komisi pemberian MP-ASI dini terhadap
perlindungan Anak Indonesia, Rachmat kejadian KEP pada anak umur 0 – 24
menilai konduisi Asupan gizi balita di bulan di wilayah Kota Kediri
Indonesia memprihatinakn, penyebabnya b. Tujuan Khusus
asupan gizi yang kurang dan perubahan 1. Mengetahui usia pemberian MP-
pola asuh yang tidak terpantau baik. Ahli ASI dini pada anak umur 0 0 – 24
gizi anak dari Istitusi Pertanian Bogor, bulan di wilayah Kota Kediri.
Prof Dr Ir Ali Khomsan MS dan TIM Ahli

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No. 1 Nopember 2014 19


ISSN 2303-1433

2. Mengetahui kejadian KEP pada ANALISA DATA


anak umur 0 – 24 bulan di wilayah Untuk mengetahui hubungan antara 2
kota Kediri variabel maka peneliti melakukan analisa
3. Menganalisa pengaruh pemberian korelasi dengan menggunakan uji Fisher
MP-ASI dini terhadap kejadian Exact Probability Test :
KEP pada anak umur 0 – 24 bulan
di wilayah Kota Kediri
(A+B) ! (C+D) ! (A+C) ! (B+D) !
Rumus : P =
Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah N!A!B!C!D!
semua anak umur 0 – 24 bulan yang ada Dengan taraf signifikansi 5 % (0,05)
di Wilayah Kota Kediri. Sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah : HASIL PENELITIAN
semua anak umur 0 – 24 bulan yang 1. Waktu pemberian MP ASI
mengalami KEP yang ada di wilayah Kota Berdasarkan data dari 16 kuesioner
Kediri yaitu sebanyak 8 balita. Sebagai yang dibagikan kepada kelompok
kontrol adalah anak umur 0 – 24 bulan kasus dan kelompok kontrol untuk
yang tidak mengalami KEP yang ada di mengetahui kapan pemberian MP-
wilayah Kota Kediri yaitu sebanyak 8 ASI dini (tepat waktu dan tidak tepat
balita. Adapun teknik samping yang waktu) yang diberikan pada anak
digunakan adalah purposive sampling. umur 0 – 24 bulan didapatkan hasil
sebagai berikut:
KRITERIA SAMPEL
a. Kriteria Inklusi No Pemberian Jumlah Prosentase (%)
1). Anak umur 0 – 24 bulan yang MP-ASI
mengalami KEP
2). Anak umur 0 – 24 bulan yang 1 Tepat 7 43,75
mengalami KEP yang diberi MP- waktu
ASI 2 Tidak tepat 9 56, 25
3). Anak umur 0 – 24 bulan yang waktu
tidak mengalami KEP yang
diberi MP-ASI Jumlah 16 100
4). Anak umur 0 – 24 bulan yang
mengalami KEP yang orang 2. Kejadian Gizi baik dan buruk
tuanya bersedia anaknya menjadi berdasarkan tinggi badan / berat
responden badan
5). Anak umur 0 – 24 bulan yang Berdasarkan data dari 16 responden
tidak mengalami KEP yang orang dengan usia anak 0 – 24 bulan baik
tuanya bersedia anaknya menjadi pada kelompok kasus maupun
responden. kelompok kontrol didapatkan hasil
Variabel Penelitian sebagai berikut:
Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini
adalah awal pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI).
Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Dalam penelitian ini variabel
tergantungnya adalah kekurangan energi
protein (KEP) pada balita.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No. 1 Nopember 2014 20


ISSN 2303-1433

Tabel 1. Distribusi kejadian gizi baik & diklasifikasikan sebagai berikut buruk,
gizi buruk berdasarkan TB/BB kurang, baik, dan lebih.
Tabel 3. Distribusi pengaruh waktu
GIZI BAIK GIZI pemberian MP-ASI terhadap
NO TB/BB BURUK kejadian gizi buruk dan gizi baik
Jml % Jm %
l
No Pemberian Gizi buruk Gizi baik
1 73 cm / 9 kg 1 6,25
2 81 cm / 9,6 kg 1 6,25 MP-ASI
Jml (%) Jml (%)
3 81,5 cm / 9,2 1 6,25
kg
4 58 cm / 7,4 kg 1 6,25
1 Tepat waktu 1 12,5 6 75
5 58 cm / 6,8 kg 1 6,25
6 68 cm / 9 kg 1 6,25 2 Tidak tepat 7 87,5 2 25
7 70 cm / 9 kg 1 6,25 waktu
8 55 cm / 9 kg 1 6,25
9 71 cm / 7,2 kg 1 6,25 Jumlah 8 100 8 100
10 76,5 cm / 7,2 1 6,25
kg Dari hasil pendataan yang sudah
11 72 cm / 6,4 kg 1 6,25
ditabulasi kemudian dimasukkan di dalam
12 78 cm / 7,4 kg 1 6,25
13 79 cm / 7,8 kg 1 6,25
program SPSS secara komputerisasi di
14 75 cm / 7 kg 1 6,25 dapatkan hasil 0,041 lebih kecil dari 0,05
15 80 cm / 7 kg 1 6,25 sehingga didapatkan adanya pengaruh
16 68 cm / 5 kg 1 6,25 pemberian MP-ASI dini terhadap kejadian
KEP
Tabel 2. Distribusi usia berdasarkan PEMBAHASAN
TB/BB 1. Waktu pemberian MP ASI
Berdasarkan hasil penelitian yang
Usia 0 – 1 Usia ≥ 1 th dilakukan dengan pengisian kuesioner
NO TB/BB tahun – 2 th terdapat 8 responden sebagai kasus dan 8
Jml % Jml % responden sebagai kontrol diperoleh hasil
1 73 cm / 9 kg 1 6,25
: pada kelompok kasus terdapat 1
2 81 cm / 9,6 kg 1 6,25
3 81,5 cm / 9,2 kg 1 6,25 responden (12,5%) memperoleh MP-ASI
4 58 cm / 7,4 kg 1 6,25 tepat waktu sedangkan 7 responden
5 58 cm / 6,8 kg 1 6,25 (87,5%) tidak tepat waktu. Pada kelompok
6 68 cm / 9 kg 1 6,25 kontrol terdapat 6 responden (75%)
7 70 cm / 9 kg 1 6,25 memperoleh MP-ASI tepat waktu, 2
8 55 cm / 9 kg 1 6,25 responden (25%) tidak tepat waktu.
9 71 cm / 7,2 kg 1 6,25
Pemberian MP-ASI yang terlalu dini
10 76,5 cm / 7,2 kg 1 6,25
11 72 cm / 6,4 kg 1 6,25 (tidak tepat waktu) pada kelompok kasus
12 78 cm / 7,4 kg 1 6,25 yang menduduki prosentase terbesar
13 79 cm / 7,8 kg 1 6,25 mungkin di pengaruhi oleh faktor sosial
14 75 cm / 7 kg 1 6,25 dimana di wilayah Kota Kediri banyak
15 80 cm / 7 kg 1 6,25 ibu-ibu yang masih mengikuti tradisi lama
16 68 cm / 5 kg 1 6,25 yaitu pemberian makanan lembek pada
bayi dengan beranggapan dapat
3. Pengaruh pemberian MP ASI terhadap meningkatkan tumbuh kembang anaknya.
kejadian diare Atau juga karena kurangnya pengetahuan
Kejadian KEP ditentukan berdasarkan ibu tentang manfaat MP-ASI yang hanya
parameter BB/TB sehingga diperoleh sebagai pelengkap ASI bukan untuk
status gizi balita. Status gizi menggantikan ASI. Jadi ibu-ibu

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No. 1 Nopember 2014 21


ISSN 2303-1433

beranggapan bahwa MP-ASI sebagai menyebutkan bahwa sebab-sebab


makanan pelengkap kebutuhan bayi. Dan kurangnya asupan energi dan protein
bayi akan merasa kenyang dengan antara lain makanan yang tersedia kurang
makanan tambahan yang diberikan. Hal mengandung energi, nafsu makan anak
ini sesuai dengan pernyataan Soraya, terganggu sehingga penyerapan sari
Luluk L (2005) bahwa banyak sekali makanan dalam usus terganggu,
alasan mengapa orang tua memberikan kebutuhan yang meningkat, misalnya
MP-ASI terlalu dini, umumnya banyak karena penyakit infeksi yang tidak
ibu yang beranggapan kalau anaknya diimbangi dengan asupan yang memadai.
kelaparan dan akan tidur nyenyak jika
diberi makan. 3. Pengaruh pemberian MP ASI terhadap
Namun disisi lain ada beberapa kejadian KEP
kondisi yang menyebabkan pemberian Dari hasil analisa data dengan
MP-ASI terlalu dini, seperti dalam menggunakan Fisher Exact Probability
Sunartyo, Nano (2002) yang Test dapatka nilai P hitung kurang dari 0,
menyebutkan bahwa sebagian bayi 05. Artinya ada pengaruh antara
mungkin dapat tumbuh dengan normal pemberian MP-ASI dini dengan kejadian
sampai umur 6 bulan hanya dengan ASI, KEP pada anak umur 0 – 24 bulan.
tetapi ada sebagian bayi yang memerlukan Banyak faktor yang menyebabkan
banyak energi banyak energi dan zat-zat terjadinya KEP pada anak, salah satu
gizi lain daripada yang terdapat dalam diantaranya disebabkan oleh rendahnya
ASI. konsumsi energi dan protein dalam
makanan yang dimakan sehari-hari. Selain
2. Kejadian KEP itu faktor ekonomi, sosial, budaya, dan
Dari hasil penelitian diatas dapat pemberian MP-ASI yang terlalu dini atau
diketahui bahwa jenis kejadian KEP di tidak tepat waktu dapat mengakibatkan
wilayah Kota Kediri adalah jenis KEP terjadinya malnutrisi / gangguan
buruk 8 orang (100%). Hal ini mungkin pertumbuhan anak (KEP).
dipengaruhi oleh adanya faktor sosial Dari beberapa kasus pemberian MP-
ekonomi, sehingga mempengaruhi ASI dini memang dapat menyebabkan
gangguan dan penyimpangan pemberian KEP. Hal ini disebabkan makanan yang
asupan gizi pada anak. Selain itu adanya diberikan kurang mengandung energi dan
pantangan untuk menggunakan bahan protein, seperti apa yang dikemukakan
makanan tertentu (terutama terhadap Nano Sunartyo (2006) bahwa pemberian
balita serta ibu hamil dan menyusui) yang MP-ASI hendaknya memenuhi beberapa
sudah turun temurun yang diperoleh dari syarat yaitu makanan harus memiliki nilai
budaya keluarga juga dapat memicu energi dan protein yang tinggi, bersifat
terjadinya KEP. Dan juga adanya budaya padat gizi dan berserat lunak, memiliki
pantang makanan bagi para ibu setelah nilai suplementasi yang baik, memiliki
melahirkan sehingga para ibu tidak komposisi vitamin dan mineral dalam
memperoleh gizi yang cukup. Dengan jumlah yang cukup, tidak hanya dapat
demikian bayi yang disusuinya tidak menimbulkan rasa kenyang saja, dapat
mendapat ASI yang cukup energi dan diterima oleh alat pencernaan bayi dengan
protein sedangkan pemberian pengganti baik. Sebaiknya MP-ASI mulai diberikan
ASI maupun makanan tambahan lainnya saat usia bayi 6 bulan, pada usia di bawah
tidak dilakukan sesuai dengan kebutuhan 6 bulan sistem pencernaan bayi belum
gizi anak. KEP merupakan salah satu memenuhi enzim untuk mencerna
gangguan gizi akibat kurangnya asupan makanan. Pernyataan Luluk L Soraya
energi dan protein. Hal ini sesuai dengan (2005) bahwa saat bayi berumur 6 bulan
pernyataan Uripni, Vera (2004) yang ke atas sistem pencernaannya sudah relatif

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No. 1 Nopember 2014 22


ISSN 2303-1433

sempurna dan siap menerima MP-ASI, 3. Perlunya pemberian makanan


mengurangi resiko terkena alergi akibat tambahan untuk anak yang sudah
pada makanan saat bayi berumur < 6 mengalami KEP yang berkaiatan
bulan, menunda pemberian MP-ASI dengan program setempat
hingga 6 bulan melindungi bayi dari KEP (Puskesmas)
dan memberikan perlindungan ekstra dan
bebas dari berbagai penyakit. DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur
KESIMPULAN Penelitian Suatu Pendekatan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.
analisa yang dilakukan peneliti, Arisman. (2004). Gizi Dalam Daur
didapatkan hasil bahwa ada pengaruh Kehidupan. Jakarta : EGC.
antara pemberian makanan pendamping Aritonang, I. 09 Februari 2005. Kurang
ASI (MP-ASI) dini terhadap kejadian Energi Protein.
kekurangan energi protein (KEP), maka http://www.info@gizi. net.com. 16
peneliti dapat mengambil kesimpulan Agustus 2006.
sebagai berikut : E.Fajri. (2002). Kamus Besar Bahasa
a. Pemberian Makanan Pendamping Indonesia. Jakarta : Fajar Mulya.
ASI (MP-ASI) di wilayah Kota Iqbal Hasan. (2004). Analisis Data
Kediri pada kelompok KEP Penelitian dengan Statistik, Jakarta:
sebagian besar diberikan sebelum PT. Bumi Aksara.
pada usia 6 bulan sebanyak 87,5 % Widodo Judarwanto. 08 Juni 2005.
dan pada kelompok tidak KEP Kurang Energi Protein.
sebagian besar tepat waktu sebanyak Http://www.info@ gizi.net.com.13
75 %. Februari 2006.
b. Kejadian KEP di wilayah Kota Damayanti R.Sjarif. (2007). Kapan Mulai
Kediri pada kelompok KEP (gizi Memberi makanan Pendamping
buruk) sebanayak 100 % ASI(1)
c. Ada pengaruh pemberian makanan http://www.sahabatnestle.co.id/hom
pendamping ASI (MP-ASI) dini ev2/main/infant/main.asp?page=arti
terhadap kejadian kekurangan energi cle&id=1397
protein (KEP) pada anak umur 0-24 Dini Kasdu. (2005). Makanan Sehat
bulan di wilayah Kota Kediri. Untuk Bayi, Jakarta: 3G Publisher.
SARAN Dyah Krisnanuti. (2002). Menyiapkan
Dari hasil penelitian yang telah Makanan Pendamping ASI, Jakarta:
dilakukan di wilayah Kota Kediri selama Puspa Swara.
bulan September 2008 diharapkan : Hamam Hadi. (2005). Beban Ganda
Masalah Gizi Dan Implikasi Nya
a. Bagi Tempat Penelitian Terhadap Kebijakan Pembangunan
1. Peningkatan kerjasama antara Kesehatan Nasional
dinas kesehatan dengan tenaga www.gizi.net/download/Beban%20
kesehatan setempat dalam ganda%20masalah%20gizi.pdf
memberikan informasi tentang Moersintowarti B. Narendra (2002).
dampak pemberian MP-ASI dini Tumbuh Kembang Anak dan
pada anak. Remaja. Jakarta: Sagung Seto.
2. Perlunya peningkatan penyuluhan Y. Neney. 15 Juni 2005. Gizi Buruk,
tentang usia yang tepat untuk Ancaman Generasi yang Hilang.
memberikan MP-ASI yang Http://www.man-
dilakukan oleh tenaga kesehatan archive.com/Balita-anda@Balita-
kepada masyarakat setempat anda.com. 9 Januari 2007.
(misalnya pada saat Posyandu).

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No. 1 Nopember 2014 23


ISSN 2303-1433

Nestle. (1999). Energi Protein KEP dan


Pencegahannya.
Soekidjo Notoatmodjo. (2005).
Metodologi Penelitian Kesehatan,
Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan : Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika.
Poppy Kumala, dkk. (1998). Kamus Saku
Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.
W.J.S. Poerwodarminto (2001). Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Tama.
Solihin Pudjiadi. (2001). Ilmu Gizi Klinis
Pada Anak, Jakarta: FKUI.
Tuti Soenardi. (2004). Makanan untuk
Tumbuh Kembang Bayi, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sudigdo Sastroasmoro. (1995). Dasar-
Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta : Binarupa Aksara.
Luluk L. Soraya. 26 Maret 2005. Resiko
Pemberian MP-ASI Dini .
Http://www.keluarga syfa-
Blogspot.com.16 Agustus 2006.
Sugiyono. (2004). Metode Penelitian
Administrasi, Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2004). Statistika Untuk
Penelitian, Bandung : Alfabeta.
Suhardjo. (2003). Pemberian Makanan
Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta.
Dina Agoes Sulistijani. (2001). Menjaga
Kesehatan Bayi dan Balita, Jakarta:
Puspa Swara.
Nano Sunartyo. (2005). Panduan
Merawat Bayi dan Balita.
Yogyakarta : Diva Press.
Supariasa, IDN. (2001). Penilaian Status
Gizi, Jakarta: EGC.
Vera Uripni. (2004). Menu Sehat untuk
Balita, Jakarta, Puspa Swara.
WHO. (2003). Pemberian Makanan
Tambahan, Jakarta: EGC.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.3 No. 1 Nopember 2014 24

You might also like