Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

THE SUN Vol.

2(1) Maret 2015

PELAKSANAAN TEKNIK MENGONTROL HALUSINASI: KEMAMPUAN KLIEN


SKIZOFRENIA MENGONTROL HALUSINASI

Umam, Reliani1
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya1

ABSTRACT
Individuals who have hallucination often assume that the source or cause of the
hallucinations is come from the environment, whereas primary stimulation of hallucination is
the psychological necessary for self-protection to against traumatic events. Therefore it is
needed a technique to control the negative stimulation such as technique to control
hallucination. The purpose of this study was to know the effect of hallucination technique
control abaout the abality of scizofrenia client to control their hallucination in Public Health
Putat Jaya Surabaya. The design of this study was preexperimental design one group pre post
test design. The population were 12 respondents in the Public Health Putat Jaya Surabaya.
They were taken by purposive sampling technique. Data was analyzed by Wilcoxon Signed
Rank Test Test with α <0.05. The results showed that there was improvement in the ability to
control hallucinations. It was prooved by a total of 9 people were low classification in
hallucination control, they decreased to 3 were low classification to control hallucination.
Base on statistical analysis was ρ = 0.002 <α = 0.05. H0 was rejected and H1 was accepted
which means there was difference before and after they were given the halllucination
technique control by recearcher. With the existence of this study are expected in health care
workers to more actively apply control techniques efficiently, especially with patients who
are in a community spirit.
Keywords: hallucinations, schizophrenia

PENDAHULUAN sering diidentikkan dengan skizo-frenia.


Para pakar kesehatan jiwa menyatakan Dari seluruh skizofrenia, 70% diantaranya
bahwa semakin modern dan industrial mengalami halusinasi (Purba, Eka,
suatu masyarakat, semakin besar pula Mahnum, Hardiyah, 2009). menurut Stuart
stressor psikososialnya, yang pada dan Sundeen (1995), 70% pasien
gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit mengalami jenis halusinasi audiotorik,
karena tidak mampu mengatasinya. Salah 20% halusinasi visual, 10% halusinai
satu gangguan jiwa yang merupakan pengecapan, taktil dan penciuman. Pasien
permasalahan kesehatan di seluruh dunia merasakan halusinasi sebagai sesuatu yang
adalah skizofrenia (Hawari, 2002) amat nyata, paling tidak untuk suatu saat
Gangguan jiwa menjadi masalah serius di tertentu (Kaplan, 1998). Berdasarkan
seluruh dunia. Menurut data WHO tahun survey awal yang di lakukan oleh peneliti
2001, di dunia terdapat paling tidak satu pada bulan mei dan juni tahun 2013 di
dari empat orang di dunia atau sekitar 450 wilayah kerja puskesmas Putat jaya
juta orang terganggu kesehatan jiwanya sebanyak 12 klien skizofrenia yang
(Walujani, 2007). Prevalensi skizofrenia dilakukan observasi mengalami halusinasi.
secara umum di dunia antara 0,2%–2% Halusinasi merupakan salah satu respon
populasi (Walujani, 2007). Skizofrenia maldaptive individual yang berbeda
ditemukan 7 per 1.000 orang dewasa dan rentang respon neurobiologi (Stuart,
terbanyak usia 15-35 tahun (Hidayat, 2005). Ini merupakan persepsi
2005). Halusinasi merupa-kan salah satu maladaptive. Jika klien yang sehat
gejala yang sering ditemukan pada pasien persepsinya akurat, mampu
dengan gangguan jiwa, dimana halusinasi mengidentifisikan dan menginterpretasi-

68
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015

Tabel 1 Perbandingan tingkat Kemampuan mengontrol Halusinasi pasien


skizofrenia dengan halusinasi Sebelum dan Sesudah diberi Teknik Mengontrol
Halusinasi
Klasifikasi tingkat
Sebelum Sesudah
No kemampuan
mengontrol Halusinasi f % f %
1 Baik 0 0 4 33
2 Cukup 3 25 5 42
3 Kurang 9 75 3 33
Jumlah 12 100 12 100
Nilai Uji Wilcoxon Sign Rank Test p=0,002

kan stimulus berdasarkan informasi yang halusinasi yang muncul. Mungkin


diterima melalui panca indera halusinasi tetap ada namun dengan
(pendengaran, pengelihatan,penciuman, kemampuan ini pasien tidak akan larut
pengecapan dan perabaan) klien halusinasi untuk menuruti apa yang ada dalam
mempersepsikan suatu stimulus panca halusinasinya. Dan biasa dilakukan dengan
indera walaupun stimulus tersebut tidak bercakap-cakap dengan sanak saudara dan
ada. Diantara kedua respon tersebut adalah kerabat. Serta melakukan aktifitas
respon individu yang karena suatu hal berjadwal yang telah di setujui oleh klien
mengalami kelainan persensif yaitu salah dan terapis. Dan yang paling penting
mempersepsikan stimulus yang adalah keteraturan minum obat. Hal itu
diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. strategi pelaksanaan yang ada di rumah
Klien mengalami jika interpresentasi yang sakit namun jarang atau tidak sama sekali
dilakukan terhadap stimulus panca indera dilakukan dirumah. Bila ke empat cara ini
tidak sesuai stimulus yang diterimanya. tidak dilakukan secara teratur oleh para
Klien yang mengalami halusinasi dapat penderita skizofrenia dengan halusinasi
kehilangan control dirinya sehingga bisa akan menyebabkan penderita terus
membahayakan diri sendiri, orang lain menerus terganggu oleh halusinasi
maupun merusak lingkungan (risiko tersebut. Semakin lama dibiarkan akan
mencederai diri, orang lain dan menyebabkan gangguan pada dirinya
lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi semakin berat.
sudah sampai fase ke IV, di mana klien Berdasarkan fenomena diatas, peneliti
mengalami panik dan perilakunya tertarik untuk melakukan penelitian
dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan
benar-benar kehilangan kemampuan Teknik Mengontrol Halusinasi Terhadap
penilaian realitas terhadap lingkungan. Kemampuan Klien Skizofrenia
Dalam situasi ini klien dapat melakukan Mengontrol Halusinasi Di Wilayah Kerja
bunuh diri, membunuh orang lain bahkan Puskesmas Putat Jaya Surabaya”.
merusak lingkungan.
Untuk membantu pasien agar mampu METODE PENELITIAN
mengontrol halusinasi perawat dapat Penelitian ini menggunakan desain
melatih pasien mengendalikan halusinasi. Preexperimental Design One Group Pre-
Menghardik halusinasi adalah upaya Post Test Design. Populasi penelitian ini
mengendalikan diri terhadap halusinasi adalah adalah seluruh klienDiagnosa
dengan cara menolak halusinasi yang Skizofrenia dengan halusinasi di wilayah
muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan kerja puskesmas Surabaya sejumlah 12
tidak terhadap halusinasi yang muncul atau yang diambil dengan teknik purposive
tidak memerdulikan halusinasinya. Kalau sampling yang sesuai dengan kriteria
ini bisa dilakukan, pasien akan mampu eksklusi dan inklusi. Variabel independen
mengendalikan diri dan tidak mengikuti dalam penelitian ini adalah Teknik
69
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015

mengontrol Halusinasi. sedangkan variabel mengidentifisikan dan menginter-


dependen adalah kemampuan mengontrol pretasikan stimulus berdasarkan informasi
halusinasi. yang diterima melalui panca indera
Teknik mengontrol Halusi-nasi dibuat (pendengaran, pengelihatan, penciuman,
sendiri oleh peneliti berdasarkan strategi pengeca-pan dan perabaan) klien
pelaksanaan pasien jiwa dengan halusinasi. halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
Pengumpulan data pretest dengan panca indera walaupun stimulus tersebut
menggunakan kuisioner yang sudah tidak ada. Diantara kedua respon tersebut
disiapkan sebelumnya oleh peneliti. adalah respon individu yang karena suatu
Pengumpulan data postest dengan hal mengalami kelainan persensif yaitu
menggunakan kuisioner dan lembar salah mempersepsikan stimulus yang
observasi. Hasil penelitian dianalisis diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi.
dengan menggunakan uji statistik Klien mengalami jika interpresentasi yang
Wilxoxon Signed Rank Test α < 0.05. dilakukan terhadap stimulus panca indera
tidak sesuai stimulus yang diterimanya.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan tabel 1, observasi Tingkat kemampuan Mengontrol
kemampuan mengontrol halusinasi Halusinasi pasien skizofrenia se-sudah
sebelum diberi intervensi pelaksanaan diberi Intervensi Pelak-sanaan Teknik
teknik mengontrol halusinasi dari total mengontrol Halusinasi.
keseluruhan pasien skizofrenia dengan Berdasarkan tabel 1 Hasil pengukuran dan
halusinasi yang berjumlah 12 pasien pengamatan peningkatan kemampuan
terdapat 9 (75%) berada dalam klasifikasi mengontrol halusinasi setelah diberi
kurang, 3 pasien (25%) berada dalam intervensi pelaksanaan teknik mengontrol
klasifikasi cukup. Sedangkan hasil Halusinasi hampir seluruhya meningkat
observasi tingkat kemampuan mengontrol yaitu 33% meningkat jadi baik dan (42%)
halusinasi setelah diberi intervensi dari meningkat menjadi cukup.
total 12 pasien halusinasi terdapat 3 (25 %) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pasien dalam klasifikasi kurang, 5 (42 %) kemampuan klien dalam mengontrol
pasien dalam klasifikasi cukup dan 4 (33 halusinasi adalah sikap respon klien
%) pasien dalam klasifikasi baik sehingga terhadap halusinasi. kejujuran memberikan
pada analisa statistic dengan uji Wilcoxon informasi. kepribadian klien. pengalaman
sign Rank Test menunjukkan ρ = 0,002 < dan kemampuan mengingat (Noviandi,
α = 0,05. Berarti bahwa H0 ditolak H1 2008), sedangkan Menurut Kosegeren
diterima, artinya ada perbedan Ke- (2006), didapatkan hasil penelitian pada
mampuan Mengontrol Halusinasi sebelum penerapan asuhan keperawatan
dan sesudah diberi inter-vensi pelaksanaan menggunakan strategi pelaksanaan
teknik Mengontrol Halusinasi. mengontrol halusinasi. Bahwa, terjadi
peningkatan skor kemampuan klien
PEMBAHASAN mengontrol halusinasi pada kelompok
Kemampuan Mengontrol Halu-sinasi eksperimen, sedangkan pada kelompok
Pasien Skizofrenia Sebelum Diberi kontrol tidak terjadi peningkatan skor
Intervensi Pelaksanaan Teknik Mengontrol kemampuan mengontrol halusinasi
Halusinasi. Peningkatan kemampuan mengontrol
Halusinasi merupakan salah satu respon halusinasi pada pasien dipengaruhi oleh
maladaptive individual yang berbeda adanya pengetahuan pasien cara
rentang respon neurobiologi (Stuart, mengontrol halusinasi, mengenal jenis
2005). Ini merupakan persepsi halusinasi, mengenal isi halusinasi, dan
maladaptive. Jika klien yang sehat frekuensi terjadinya halusinasi, membuat
persepsinya akurat, mampu pasien lebih kuat menghadapi halusinasi.

70
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015

Dari intervensi pelaksanan mengontrol mengontrol Halusinasi tingkat kemampuan


halusinasi yang diberikan mulai itu juga mengontrol halusinasi sebagian besar
pasien lebih mempunyai mekanisme responden berada dalam klasifikasi
koping kuat, dengan menerapkan kurang. Sedangkan setelah diberi
pelaksanaan mengontrol halusinasi intervensi kemampuan mengontrol
terutama dalam SP2 dan SP3 mengajarkan halusinasi responden sebagian besar
pada klien untuk selalu beraktifitas dan mengalami peningkatan dan berada pada
bersosial, minimal dengan keluarga, yaitu klasifikasi cukup dan baik. Tingkat
melakukan aktifitas terjadwal dan kemandirian responden dalam kurun
bercakap-cakap dengan orang lain. waktu 3 minggu meningkat setelah diberi
Menurut pengamatan pada saat penelitian, intervensi pelaksanaan teknik mengontrol
pasien yang teratur dan patuh dalam Halusinasi yang dapat menstimulasi
minum obat, lebih cenderung mengurangi mekanisme koping responden tersebut.
kekambuhan. Kepatuhan pasien halusinasi Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
untuk meminum tersebut yang seharusnya kemampuan klien dalam mengontrol
menjadikan pekerjaan rumah tersendiri halusinasi adalah sikap respon klien
untuk pelayan Kesehatan, bagaimana cara terhadap halusinasi. kejujuran memberikan
yang paling tepat memanfaatkan informasi. kepribadian klien. pengalaman
pendamping minum obat yang bisa selalu dan kemampuan mengingat (Noviandi,
mendampingi pasien. Ada Beberapa pasien 2008), Menurut Kosegeren (2006),
dan keluarga yang sering berusaha didapatkan hasil penelitian pada penerapan
melepaskan obatnya sendiri tanpa saran asuhan keperawatan klien halusinasi.
dari psikiaternya. Alasan itu karena Bahwa, terjadi peningkatan skor
ketakutan akan ketergantungan. Kejadian kemampuan klien mengontrol halusinasi
ini sering menimbulkan kekambuhan oleh pada kelompok eksperimen, sedangkan
karena itu pasien jiwa dengan halusinasi pada kelompok kontrol tidak terjadi
wajib menerapkan strategi pelaksanaan peningkatan skor kemampuan mengontrol
mengontrol halusinasi dimana pun berada. halusinasi. Sedangkan menurut
(Notoatmojo, 2003) Pendidikan Kesehatan
Pengaruh Intervensi Pelaksanaan Teknik adalah suatu bentuk intervensi atau upaya
Mengontrol Halusinasi Terhadap yang ditunjukan kepada perilaku agar
kemampuan mengontrol halusinasi perilaku tersebut kondusif untuk
Berdasarkan tabel 1 Berdasarkan uji kesehatan. Hal ini menggambarkan bahwa
statistik Wicoxon Signed Rank Test untuk masih rendahnya pendidikan pasien.
mengetahui perbandingan tingkat Rendahnya tingkat pendidikan seseorang
kemampuan mengontrol halusinasi akan menyulitkan seseorang untuk
sebelum dan sesudah diberi perlakuan memahami masalah yang terjadi dan sulit
melalui intervensi Pelaksanaan Teknik menerima ilmu yang didapat. Ada
Mengontrol Halusinasi di dapatkan hasil Beberapa pasien dan keluarga yang sering
signifikan menunjukkan ρ = 0,002 < α = berusaha melepaskan obatnya sendiri
0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, tanpa saran dari psikiaternya. Alasan itu
artinya ada Perbedaan Pelaksanaan Teknik karena ketakutan akan
Mengontrol Halusinasi Terhadap ketergantungan.kejadian ini sering
Kemampuan Klien Skizofrenia menimbulkan kekambuhan oleh karena itu
Mengontrol Halusinasi Di Wilayah Kerja pasien jiwa dengan halusinasi wajib
Puskesmas Putat Jaya Surabaya. menerapkan strategi pelaksanaan
Perbandingan pengetahuan responden mengontrol halusinasi dimana pun berada .
sebelum dan sesudah diberi perlakuan Cara mengontrol halusinasi dan
dapat dilihat pada gambar 4.4 sebelum kemampuan mengonrol halusinasi setelah
diberikan intervensi Pelaksanaan teknik diberikan Strategi Pelaksanaan juga

71
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015

dipengaruhi karena telah lamanya FKUI, 2002. Penaggulangan Pasien


responden menderita skizofrenia. Hal itu dengan Gangguan Jiwa; cetakan
membuat pasien sudah mampu III. EGC : Jakarta.
mengidentifikasi halusinasi dan cara Hidayat, A.A.A, 2007. Riset Keperawatan
mengontrolnya. Ditambah lagi perbedaan dan Teknik Penulisan Ilmiah,
kemampuan cara mengontrol halusinasi Salemba Medika : Jakarta.
juga karena pendidikan terakhir responden Hidayat, A.A.A, 2007. Metode Penelitian
juga rendah. Dibutuhkan teknik Keperawatan dan Teknik Analisa
mengontrol halusinasi kepada klien Data, Salemba Medika : Jakarta.
skizofrenia dengan halusinasi agar Hidayat, A.A.A, 2010. Metode Penelitian
kepercayaan dirinya menjadi kuat dan Paradigma Kuantitatif. Health
kemampuan mengontrol halusinasi itu Book Publishing : Surabaya.
akan meningkat. Serta dorongan motivasi Hawari. D, 2001. Al Qur’an Ilmu
lingkungan dan keluarga yang paling Kedokteran Jiwa dan Kesehatan
penting untuk meningkatkan harga diri Jiwa. Dana Bhakti Prima Yasa :
pasien. Jakarta.
Hawari. D, 2002. Doa dan Dzikir Sebagai
KESIMPULAN DAN SARAN Pelengkap Terapi Medis. Dana
Kemampuan mengontrol halusinasi pasien Bhakti Prima Yasa : Jakarta.
skizofrenia sebelum melaksanakan teknik Hawari. D, 2005. Management Stres,
mengontrol halusinasi sebagian besar Cemas, dan Depresi, FKUI :
dalam klasifikasi kurang. Kemampuan Jakarta
mengontrol halusinasi pasien skizofrenia Hawari D, 2001. Pendekatan Holistik Pada
setelah melaksanakan teknik mengontrol Gangguan Jiwa, Cetakan II, FKUI :
halusinasi sebagian besar dalam klasifikasi Jakarta
cukup dan baik Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan
Bagi peneliti-peneliti yang akan datang Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi
yang melakukan penelitian serupa 3., Jakarta: Penerbit Buku
hendaknya melakukan penelitian Peneliti Kedokteran EGC.
lebih lanjut diharapkan dapat lebih Kaplan, Harld I & Sadock, Benyamin J.
memperbanyak item yang akan diteliti (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa
seperti menambahkan Strategi pelaksanaan Darurat. Jakarta: Widya Modika.
keluarga, serta memperbanyak sampel Keliat, Budi anna. 2012. Model Praktek
untuk mendapatkan hasil yang lebih keperawatan profesional Jiwa.
representatif. EGC : Jakarta
Katona, cornelius.2008. Psychiatry at a
DAFTAR PUSTAKA glance fourth edition. Erlangga:
Atkinson, R., 1997. Pengantar Psikologi, Jakarta
Interaksara: Batam. Maramis. W. F, 2001. Catatan Ilmu
Carpenito, L.J. 1999. Buku Saku Diagnosa Kedokteran Jiwa. EGC : Jakarta
Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Nursalam dan Siti Pariani, 2003. Riset
Monica Ester. Jakarta : EGC. Keperawatan Ilmiah, Salemba
Carpenito, L.J., 2000. Buku Saku Medika : Jakarta.
Diagnosa Keperawatan, EGC: Nursalam, 2008, Konsep dan Pererapan
Jakarta. Metodologi Penelitian Ilmu
Daradjat, Dzakiyah. 1992. Kesehatan Keperawatan, Edisi 2, Salemba
Mental Spiritual. Alemedia : Medika : Jakarta
Jakarta. Rasmund 2004, Stress, Koping dan
Direja, A.H.S. 2011. Asuhan keperawatan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah
jiw.Nuha Medika : Yogyakarta Keperawatan, Sagung Seto, Jakarta

72
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015

S. Hamilton. 1995, Health Mental . Mosby Stuart dan Sundeen, 1998. Nursing Health
: Philadelphia. Book. EGC : Jakarta.
Sheila L. Videbeck 2008, Buku Ajar Stuart , GW dan Laraia, MT (2005).
Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta Principle and practice of
Psychiatric Nursing. EGC : jakarta

73

You might also like