Analisis Kegagalan Konstruksi Dan Bangunan Dari Perspektif Faktor Non Teknis

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

ANALISIS KEGAGALAN KONSTRUKSI DAN BANGUNAN

DARI PERSPEKTIF FAKTOR NON TEKNIS


Yustinus Eka Wiyana

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang


Jln. Prof. H.Soedarto, S.H. Tembalang, Semarang 50275 Telp. (024)7473417
Email : Wateksi@Yahoo.com dan sipil.polines@Yahoo.co.id

Abstract
Construction failure is not uncommon as the construction industry is very complex,
where many parties involved and processes take place in an open space. The
construction failure and the building failure might be caused by either the technical
or non-technical factors. The non-technical factors mostly derive from the lack of
resources competence in the business entities, the employee skill, and the expertise.
This paper discusses the mutual relationship between the SBU (Business Entity
Competence), the SKA and the SKT (Man power Competence), and the Construction
failure. This research is conducted to analyse the construction failure from the
perspective of the resources competence with regard to specially the SBU, the SKA,
the SKT, where as the aims of this research is to indentify the non-technical factors
causing the construction failure and the building failure in Central of Jawa, and
also to analyse the contributions of the SBU and the SKA and the SKT toward the
Construction failure. The factors that influence the failure was measured in the
qualitative model and simulated with the LPS method using the causal relationship
approaches between the variables supported by the TETRAD program IV vertion
4.3.9-18. The result of the research reveals that the failure variable are structurally
affected by the SBU variable 0,1181, by the SKT variable at 0,0501, and by the SKT
for 0,0250. The test processes of the SBU, the SKA, and the SKT has not been
implemented properly so that the certificates issue can not yet be justified. The
resource conditions in the district and the city around the project area are still
troublesome, such as lack of the man power having the SKT, and the SKT, and there
are many skilled workers that have not got the competence test.

Kata kunci : Construction failure, Building failure, Business Entity Certificate,


Expertise Certificate, Skills Certificate.

PENDAHULUAN sangat mempengaruhi proses


Industri konstruksi merupakan industri pelaksanaan konstruksi. Dari uniknya
yang mempunyai karakter yang tidak proses maka setiap tahapan
teratur, unik, banyak pihak yang mengandung resiko yang dapat
terlibat dengan berbagai tujuan yang menimbulkan terjadinya kegagalan,
berbeda (Penyedia jasa konsultan, baik kemungkinan kegagalan
Penyedia jasa konstruksi, Suplier dan konstruksi maupun kegagalan
Owner), serta berbahaya karena proses bangunan. Kegagalan konstruksi
konstruksi dilaksanakan di alam dikaitkan dengan tidak terpenuhinya
terbuka sehingga cuaca dan alam kualitas dan spesifikasi teknik yang
seharusnya pada tahap proses yang tidak sesuai dengan spesifikasi
konstruksi berlangsung (PP.No. pekerjaan sebagaimana disepakati
29/2000 pasal 31 tentang dalam kontrak kerja konstruksi baik
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi). sebagian maupun keseluruhan sebagai
Sedangkan kegagalan bangunan akibat kesalahan pengguna jasa atau
dikaitkan dengan tidak berfungsinya penyedia jasa. (PP. 29/2000 pasal 31
bangunan baik sebagian maupun tentang Penyelenggaraan Jasa
secara keseluruhan setelah masa Konstruksi).
pemeliharaan selesai (PP. 29/2000 Untuk mendapatkan faktor
pasal 34 tentang Penyelenggaraan Jasa penyebab kegagalan konstruksi
Konstruksi). tidaklah mudah. Seringkali sumber dari
Kegagalan bangunan dan kegagalan itu sendiri merupakan
kegagalan konstruksi dapat disebabkan akumulasi dari berbagai faktor. Oyfer
oleh faktor teknis maupun faktor non (2002) dalam studinya menyatakan
teknis. Faktor teknis karena adanya bahwa “Construction failures,
penyimpangan proses pelaksanaan including quality defects may stem
yang tidak memenuhi spesifikasi teknis from not only single but also multiple
yang disepakati dalam kontrak, sources”. Perilaku manusia juga
sedangkan faktor non teknis lebih berperan signifikan terhadap kegagalan
disebabkan karena tidak kompetennya konstruksi. Vickynason (2003)
Badan Usaha, tenaga kerja, tidak menyatakan bahwa 80% dari total
profesionalnya tata kelola manajerial projects risk in construction
antara pihak-pihak yang terlibat dalam dimungkinkan penyebabnya faktor
proyek konstruksi. Berdasarkan manusia. Sementara itu, Carper (1989)
fenomena-fenomena di atas akan dikaji menyatakan bahwa penyebab potensial
“ Analisis Kegagalan Konstruksi Dan utuk kegagalan konstruksi secara
Bangunan Dari Perspektif Kompetensi umum disebabkan oleh: site selection
Sumber Daya”, diharapkan hasil dari and site developments errors,
kajian ini dapat memberikan kontribusi programing deficienciess, construction
pengetahuan kepada penyelesaian errors, material deficiencies and
permasalahan di industri konstruksi. operational errors.
Menurut Undang-Undang RI
Kegagalan Konstruksi Dan No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Kegagalan Bangunan Konstruksi (Bab I pasal 1 ayat 7),
Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan bangunan adalah keadaan
kegagalan yang bersifat teknis dan non bangunan, yang setelah
teknis. Kegagalan ini dapat disebabkan diserahterimakan oleh penyedia jasa
karena kegagalan pada proses kepada pengguna jasa, menjadi tidak
pengadaan barang/jasa, atau kegagalan berfungsi baik sebagian atau secara
saat proses pelaksanaan konstruksi. keseluruhan dan/atau tidak sesuai
Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah dengan ketentuan yang tercantum
keadaan hasil pekerjaan konstruksi dalam kontrak kerja konstruksi atau

Analisis Kegagalan Konstruksi Dan Bangunan ………. (Yustinus Eka Wiyana) 55


pemanfaatannya yang menyimpang METODE PENELITIAN
sebagai akibat kesalahan penyedia jasa Pada penelitian ini metode PLS
dan/atau pengguna jasa. Dari uraian di (Partial Least Squares) digunakan
atas dapat disimpulkan bahwa faktor- pada model faktor kegagalan
faktor penyebab kegagalan konstruksi konstruksi untuk menggambarkan
dan kegagalan bangunan merupakan seberapa kuat hubungan antar faktor
akumulasi kesalahan-kesalahan yang sebagai suatu sistem, karena yang
dibuat oleh pihak-pihak yang terlibat diteliti faktor penyebab kegagalan non
dalam proyek konstruksi baik yang teknis bentuk pemodelan yang dipilih
bersifat teknis maupun non teknis, dari model kualitatif. Model digambarkan
faktor non teknis diantaranya yaitu sebagai suatu hubungan antar variabel
kompetensi sumber daya yakni dan sub variabel. Variabel yang
kompetensi Badan Usaha (SBU), membangun suatu kualitas pekerjaan
kompetensi individu tenaga kerja digambarkan menjadi 4 variabel utama
(SKA dan SKT). yaitu SBU (Sertifikat Badan Usaha),
SKT (Sertifikat Keterampilan), SKA
Tanggung Jawab (Sertifikat Keahlian) dan Kegagalan
Pada pasal 11 Undang-Undang RI No. Konstruksi dan Bangunan. Data primer
18 Tahun 1999 dijelaskan tentang diambil dari hasil kuesioner secara
tanggung jawab dari perencana terpimpin dari : a) Direktur Badan
konstruksi, pelaksana konstruksi dan Usaha (kontraktor) atau yang mewakili
pengawas konstruksi terhadap hasil untuk kuesioner SBU, b) Para
pekerjaannya. Tanggung jawab pemegang SKT dan SKA. Data primer
tersebut dilandasi prinsip-prinsip dimaksudkan untuk mengetahui
keahlian sesuai kaidah keilmuan, hubungan sebab akibat atau kausaltas
kepatuhan, dan kejujuran intelektual SBU, SKT ,SKA dan Kegagalan
dalam menjalankan profesinya dengan Konstruksi, Kegagalan Bangunan.
tetap mengutamakan kepentingan Data sekunder diambil dari hasil
umum. Tanggung jawab dapat observasi lapangan dari proyek-proyek
ditempuh melalui mekanisme yang diteliti. Data sekunder berupa
pertanggungan sesuai dengan data-data dokumentasi proyek berupa
ketentuan peraturan perundang- peraturan/pedoman pelaksanaan
undangan yang berlaku, yaitu Pasal 26 proyek, dokumen kontrak dan rekam
Undang-Undang RI No. 18 tahun 1999 jejak pelaksanaan proyek.
dipaparkan mengenai ketentuan
kegagalan bangunan dan Pasal 36 HASIL DAN PEMBAHASAN
Peraturan Pemerintah Republik Proyek yang diteliti dan
Indonesia nomor 29 tahun 2000 Kualifikasinya
tentang Penyelenggaraan Jasa Penelitian ini mengambil 34 proyek
Konstruksi. yang ada di Jawa Tengah sebagai
sampel penelitian. Dari ke 34 proyek di
kelompokkan berdasarkan kualifikasi

56 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 17 No. 1 Juni 2012 54-60


Badan Usaha dan nilai batas pekerjaan seperti terlihat pada table 1 dan gambar
jasa pelaksana konstruksi sebagaimana 1 berikut:
diatur dalam Perlem 11A tahun 2008

Tabel 1. Komposisi Proyek yang diteliti berdasarkan Kualifikas.


Gol. Usaha Kualifikasi Batas Nilai Proyek Jmlh Pryk Jmlh Prosen
Mikro Gred 1 0-300 Juta 5 15

Gred 2 300 Juta - 1 Milyar 8 23


Kecil
Gred 3 > 1Milyar – 1,75 Milyar 10 29

Gred 4 >1,75Milyar – 2,50 Milyar 4 12


Menengah Gred 5 > 2,50 Milyar – 50 Milyar 7 21

Jumlah : 34 100

Nilai Proyek yang diteliti

12 29%
10 23%
21%
8
15%
6 12%
4
2
0
<= 300 >300 >1 M s/d >1,75 M >2,5 M
juta juta s/d 1.75 M s/d 2,5 s/d 50 M
(Gred 1) 1 M (Gred 3) M (Gred (Gred 5)
(Gred 2) 4)

Gambar 1. Nilai Proyek Yang Diteliti.

Dari Tabel 1 dan Gambar 1 dapat estimate, dari 34 proyek yang ditinjau
dikatakan bahwa komposisi dari 34 seperti gambar 2. Mayoritas jenis
proyek yang diteliti berimbang karena kontrak yang digunakan adalah
proyek terdapat pada kelima Gred dan kontrak lumpsump (79%), swakelola
jumlah proyek tidak berbeda jauh. (18%) dan unit price (3%),
Hasil observasi diperoleh informasi sebagaimana diperlihatkan dalam
bahwa dari kontrak pembangunan yang gambar 3. Dari aspek kesesuaian fisik
ada terdapat proyek yang menyimpang proyek dengan spesifikasi teknis,
dari kontrak. Nilai penyimpangan sebagian besar proyek (65%) sesuai
tersebut berkisar antara 1,36 juta dengan spesifikasi teknis yang
sampai 970 juta, dengan rentang disebutkan dalam kontrak, Sementara
prosentase 0,2 – 12,6%. Dalam itu, 35% fisik proyek tidak sesuai
konteks kesesuaian antara nilai kontrak spesifikasi teknis yang disyaratkan,
dengan nilai pagu atau owner’s seperti diperlihatkan dalam gambar di

Analisis Kegagalan Konstruksi Dan Bangunan ………. (Yustinus Eka Wiyana) 57


bawah. Dari 34 proyek yang ditinjau
Kesesuaian fisik dengan
menunjukkan bahwa sebagian besar spesifikasi teknis
(85%) proyek selesai tepat waktu dan
15% sisanya terlambat dari waktu tidak
yang sudah ditetapkan di kontrak. sesuai dg
spesifikas
Durasi keterlambatan tersebut berkisar i teknis
35% sesuai dg
antara 18-58 hari atau 13-39% dari spesifikas
i teknis
durasi proyek yang direncanakan. 65%

Kesesuaian kontrak dengan pagu

sesuai
sesuai 70- <70% Gambar 4. Kesesuaian fisik proyek
90% 3% dengan spesifikasi teknis
6%

SDM Konstruksi di Lokasi Proyek


sesuai yang Diteliti
>90%
91% Gambaran umum SDM konstruksi di
lokasi proyek yang diteliti
menunjukkan bahwa meskipun ada
Gambar 2. Nilai Kontrak Terhadap tenaga terampil dan sertifikat keahlian,
Pagu kegagalan bangunan masih saja terjadi.
Dari 9 kabupaten kota yang diambil
sampelnya gambar 5 di bawah ini
Jenis Kontrak
mencerminkan jumlah SDM konstruksi
unit price
swakelola
3% yang dinyatakan terampil dan
18%
bersertifikat ahli di Jawa Tengah
menurut data LPJK 2011. Dari 34
lumpsum proyek yang ditinjau, terdapat 12
79% proyek yang mengalami kegagalan
yang tersebar di 9 kabupaten yaitu
Kabupaten Semarang 1 proyek,
Kabupaten Batang 1 proyek,
Gambar 3. Jenis Kontrak Proyek yang
diteliti Kabupaten Kudus 1 proyek, Kabupaten
Demak 1 proyek, Kabupaten Blora 1
proyek, Kabupaten Sukoharjo 1
proyek, Kabupaten Magelang 1
proyek, Kota Salatiga 3 proyek, Kota
Semarang 2 proyek. Pada Gambar 6. di
atas terlihat jumlah tenaga ahli
tersertifikasi di masing kabupaten di
mana proyek-proyek bermasalah
tersebut berada. Dari 9 kabupaten

58 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 17 No. 1 Juni 2012 54-60


tersebut dapat terlihat bahwa sebagian namun hanya melakukan verifikasi
besar kabupaten hanya memiliki data administrasi saja, b) SKA dan
tenaga ahli bersertifikat dengan jumlah SKT yang dikeluarkan oleh Badan
total di bawah 500 orang, dengan sertifikasi Keahlian/BSA dan Badan
pengecualian kotamadya Semarang Sertifikasi Ketrampilan/BSK belum
dan kabupaten Semarang dengan dilakukan sesuai dengan prosedur yang
jumlah di atas 3000 dan 1000 orang. semestinya, c) jumlah tenaga ahli dan
Jumlah tersebut di atas merupakan tenaga terampil yang belum
jumlah total tenaga ahli, baik untuk mencukupi hal ini terlihat pada 9
tingkat pemula, muda, madya dan lokasi proyek bermasalah memiliki
utama. tenaga ahli bersertifikat dengan jumlah
di bawah 500 orang, dengan
Kondisi SDM di Lokasi pengecualian kotamadya Semarang
Penelitian dan kabupaten Semarang dengan
jumlah di atas 3000 dan 1000 orang.
1400
1200
1000
Sedangkan dari sisi jumlah tenaga
800
600
400
terampil sebagian besar kabupaten
200
0 memiliki tenaga terampil bersertifikat
Kab Kab
. Kab Kab
Kab
Kab
Kab
Kab . Kab di bawah 750 orang. Kegagalan
. .
Suk . . . . Te . Konstruksi dan kegagalan bangunan
Pe Boy
oh Ku Blo Bre Teg ma Bat
mal olal
arj dus ra
ang
bes
i
al ngg ang dipengaruhi secara struktural oleh
o ung
variabel SBU sebesar 0.1181, variabel
SKA 442 373 291 235 221 203 162 158 87
SKT sebesar 0.0501, variabel SKA
SKT 907 60510799321157501 607 595 405
Belum 626 545 755 732 871 400 409 453 310
sebesar 0.0250. Artinya kompetensi
SBU, SKA dan SKT berkontribusi
terhadap Kegagalan Konstruksi dan
Gambar 5. Kondisi SDM di Lokasi Kegagalan Bangunan.
Penelitian.
UCAPAN TERIMA KASIH
SIMPULAN
Penulis mengucapkan terima kasih
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kepada Bpk. Ir. M. Agung
dilakukan, maka dapat diambil
Wibowo,MM, M.Sc,PhD. (Universitas
beberapa kesimpulan bahwa faktor-
Diponegoro) atas saran yang diberikan
faktor penyebab kegagalan konstruksi
dan Bpk. Jati Utomo D.H, ST,,MM,
dan bangunan di wilayah Jawa Tengah
M.Sc, PhD.( Ka.Lab. Manajemen
dari faktor-faktor non teknis adalah a)
Konstruksi Universitas Diponegoro)
kontraktor/penyedia jasa yang ber SBU
yang telah memfasilitasi penelitian ini.
belum sepenuhnya kompeten karena
pengurusan untuk mendapatkan SBU
DAFTAR PUSTAKA
melalui Asosiasi perusahaan, dan
Carper, Kenneth L.,ed., 1989, Forensic
Asosiasi tersebut tidak melakukan
Engineering, Elsevier Science
validasi data administrasi perusahaan
Publishers, New York

Analisis Kegagalan Konstruksi Dan Bangunan ………. (Yustinus Eka Wiyana) 59


LPJKD, 2011, Profesi Tenaga Tentang Kriteria Kualifikasi
Terampil Daftar Menurut Sub dan Batas nilai Pekerjaan Jasa
Bidang Dan kualifikasi pada Pelaksana Konstruksi
BSK di LPJKD Jawa Tengah UU RI No 18 Tahun 1999 Tentang
Oyfer, 2002, Multiple Sources Jasa Konstruksi
Construction Failures and Vickynasyon, 2002, Total Project Risk
Defects in Construction
Perlem 11 A., 2008, Lampiran 2

60 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 17 No. 1 Juni 2012 54-60

You might also like