Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KRITERIA PENGGALIAN

Oleh :
Nama : Oloan
NIM : 15310022
Regu : 1

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI SUMBER DAYA ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan


dan kekuatan kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
praktikum teknik peledakan ini dengan sebaik-baiknya walaupun masih terdapat
banyak kekurangan dalam penyusunannya.

Laporan ini disusun berdasarkan praktek yang telah dilakukan dan atas
bimbingan Dosen-dosen praktikum Teknik Peledakan. Dengan selesainya laporan
ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada asisten
dosen yang telah memandu jalannya praktikum.

Demikian laporan yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan bagi kami selaku penulis.

Yogyakarta, Desember 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pertambangan ada banyak cara dan teknik yang dipakai
untuk mendapatkan solusi terhadap suatu permasalahan. Salah satunya adalah
mengenai pembongkaran batuan (bahan galian) yang sangat keras, dimana
batuan tersebut tidak dapat dibongkar secara manual maupun mekanis. Maka
dipilih teknik pemboran dan peledakan. Untuk itu diperlukan suatu
pengenalan dengan mengikuti Praktikum Pemboran dan Peledakan ini. Pada
Acara I praktikum yang dilakukan adalah mengetahui kriteria penggalian.
Peledakan merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan)
dengan menggunakan bahan peledak. Suatu proses peledakan akan mencapai
hasil optimal apabila peralatan dan perlengkapan yang dipakai sesuai dengan
metode peledakan yang diterapkan.
Pekerjaan peledakan merupakan pekerjaan yang berbahaya sehingga
harus dilakukan dengan penuh perhitungan dan hati-hati agar tidak terjadi
kegagalan maupun kecelakaan. Operator yang melakukan pekerjaan ini
haruslah seseorang yang mengetahui tentang cara kerja, sifat, dan fungsi dari
peralatan yang digunakan.

1.2 Tujuan
Praktikum kriteria penggalian ini dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan metode penggalian suatu batuan, apakah dengan menggunakan
pemboran dan peledakan atau tidak.

1.3 Praktek
Melakukan pengukuran ultrasonik velocity, uji point load dan
perhitungan kuat tekan uniaksial untuk menentukan indeks kekuatan batuan.
1.4 Peralatan
1. Point load
2. Ultrasonik velocity apparatus
3. Jangka sorong

1.5 Cara kerja


Membuat tabel untuk seismic velocity kriteria penggaruan dengan
D9R dimana seismic velocity tersebut telah dibagi atas rippable,marginal,dan
non rippable. Kedua membuat tabel yang berisi tentang
deskripsi,depth,ultrasonik,dan rippability chart guna untuk mengelompokkan
apakah jenis lapisan tersebut perlu menggunakan metode blasting atau tidak
berdasarkan seismic velocity kriteria penggaruan dengan D9R. Hasil dari data
yang telah dibuat tabel kemudia membuat korelasi dari ke empat data tersebut
berapa persenkah masing masing lapisan unruk menentukan metode
menggunakan blasting atau tidak.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kriteria analisis penggalian dikelompokkan menjadi 4 yaitu sebagai


berikut:
1. Kriteria penggalian menurut RMR
Kemampuan untuk menaksir kemampugalian suatu massa
batuan sangatlah penting,apalagi bila akan menggunakan alat gali
mekanis menerus. Fowell & Johnson (1982) menunjukkan hubungan
yang erat antara kriteria produksi Road header kelas berat >50 ton
dengan RMR.
Selanjutnya tahun 1991 melaporkan bahwa hubungan tersebut
diatas dapat dibagi menjadi 3 zona penggalian:
Zona kerja 1: Kinerja penggalian sangat ditentukan oleh sifat-
sifat batuan utuh.
Zona kerja 2: Keberhasilan kerja penggalian dibantu oleh
kehadiran struktur massa batuan. Pengaruh sifat-sifat batuan utuh
menurun dengan memburuknya kualitas massa batuan.
Zona kerja 3: Kinerja penggalian semata-mata dipengaruhi
oleh struktur massa batuan.
Nilai-nilai UCS,Energi spesifik,Koefisien Abrasivity secara
keseluruhan menyimpulkan bahwa batuan tersebut tidak dapat digali
dengan baik oleh roadheader. Namun seperti dilaporkan oleh Fowell
& Johnson (1991) bahwa pada kenyataannya massa batuan itu dapat
digali dengan cara hanya menggoyang bongkah-bongkah batuan dari
induknya dan akhirnya jatuh bebas.
RMR juga pernah digunakan untuk mengevaluasi kerja
roadheader Dosco SL-120 (Sandbak 1985). Penelitian ini dilakukan
pada bijih tembaga Kalamazoo & San Manuel,Arizona.
Dapat disimpulkan bahwa kemajuan penggalian atau kinerja
Dosco tersebut dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan
Y= 2.39 e-0.02x R2= 0.79
Dimana Y= laju penggalian (m/jam)
x= RMR
2. Kriteria penggalian menurut RMR & Q-Sistem
Hubungan antara RMR dan Q-Sistem untuk berbagai kondisi
penggalian menunjukkan bahwa hubungannya adalah linier. Titik-titik
yang menunjukkan harga RMR & Q-Sistem yang tinggi
mencermikan kondisi material kaeras yang penggaliannya perlu
peledakan. Sedangkan kehadiran alat gali seperti surface miner yang
menggunakan mekanisme potong rupanya dapat menggantikan
operasi peledakan.
Dalam upaya memudahkan pendugaan kemampugaruan suatu
massa batuan Kirsten (1982) mengklasifikasikan massa batuan
menurut sifat fisik (Ms),relativitas orientasi struktur massa batuan
terhadap arah penggalian dan beberapa parameterny Q-Sistem yang
disebut dengan indeks ekskavasi yang dinyatakan dengan
N= Ms x x Js x
N adalah indeks penggalian dan parameter lainnya sama dengan
parameter yang digunakan oleh Q-Sistem,sedangkan Ms dan Js dapat
dilihat pada tabel 1
Tabel 1 Besaran parameter,Ms (Kirsten,1982)
Kekerasan Identifikasi UCS Mpa Mass
Strength
Number
(Ms)
Batu Material crumbles under firm 1.7 0.87
sangat blows with sharp end of 1.7-3.3 1.86
lunak geological pick and can be
peeled off with a knife it is
too hard to cut a sample by
hand.
Batu lunak Can just scraped and peeled 3.3-6.6 3.95
with a knife,identations 1mm 6.6-13.2 8.39
to 3mm show in the specimen
with firm blows of the pick
point
Batu keras Cannot be scraped or peeled 13.2-26.4 17.7
with a knife hand-held
specimen can be broken with
hammer end of a geological
pick with a single firm blow
Batu Hand-held specimen breaks 26.4-53.0 35.0
sangat with hammer end of pick 53.0-106.0 70
keras under more than one blow.
Batu sama Specimen requires many 106.0- 140.0
sekali blows with geological pick to 212.0 280.0
keras break through intact material. 212.0

Kirsten membagi nilai indeks ekskavasi sebagai berikut :


a. 1<N<10 mudah digaru (ripping)
b. 10<N<100 sulit digaru
c. 100<N<1000 sangat sulit digaru
d. 1000<N<10.000 antara digaru dan peledakan
e. N>10.000 peledakan
Sudah tentu bahwa klasifikasi Kirsten tidak menjamin
keberhasilan penggaruan oleh suatu jenis buldoser pada kondisi
tertentu,karena daya mesin dan tipe alat garu tidak dilibatkan didalam
perhitungan.
3. Kriteria penggalian menurut kecepatan seismik
Seperti sudah disebutkan bahwa kecepatan seismik sudah
banyak dipakai untuk menduga kemampugaruan suatu massa batuan.
Berbagai kemungkinan cara penggalian untukberbagai macam massa
batuan menurut kecepatan seismik diberikan oleh Atkinson (1971).
Penggalian disini meliputi cara manual hingga mekanis penuh. Selain
Atkinson pendekatan lain yang dapat dilakukan untuk kriteria
penggaruan juga banyak dikeluarkan oleh industri alat berat,misal
Caterpillar Performance Handbook (2006) memberikan grafik
hubungan kecepatan seismik terhadap kemampugaruan dari berbagai
peralatan berat seperti CAT tipe D8R (305HP),D9R (405HP),D10R
(570HP),dan D11R (850HP).
Klasifikasi massa batuan untuk kepentingan penggaruan yang
melibatkan parameter mesin penggaru dan sifat-sifat fisik,mekanik dan
dinamik massa batuan diberikan oleh klasifikasi kemampuan
(rippability chart). Tabel 2.2 klasifikasi penggaruan menurut Weaver
(1975) yang sudah sering digunakan oleh kontraktor penggalian dan
jriterianya didasarkan pada pembobotan total dari parameter
pembentuknya bersamaan dengan daya bulldozer yang diperlukan.
Parameter yang digunakan dalamklsifikasi ini adalah kecepatan
seismik,kekerasan batuan,tingkat pelapukan,jarak kekar,kemenerusan
kekar,jarak pemisahan kekar,dan orientasi kekar terhadap pengglian

Tabel 2.2 Klasifikasi massa batuan untuk penggaruan menurut Weaver


(1975)
Deskripsi I II III IV V
Sangat Baik Sedang Buruk Sangat
baik buruk
Kecepatan >2150 2150- 1850- 1500- 1200-450
seismik 1850 1500 1200
(m/s)
Bobot 10
5210
Kekerasan Ekstra Sangat keras lunak Sangat
Bobot 10 keras keras lunak
5210
Pelapukan Tidak Agak Lapuk Sangat Lapuk
Bobot 9 7 lapuk lapuk lapuk total
531
Jarak >3000 3000- 1000-300 300-50 <50
kekar 1000
(mm)
Bobot 30
25 20 10 5
Kemeneru Tidak Agak Menerus- Menerus- Menerus
san kekar menerus menerus tidak ada beberapa dan gouge
Bobot 5 5 gouge gouge
300
Gouge Tidak ada Agak Pemisaha Gouge Gouge>5
kekar pemisahan pemisahan n <1mm <5mm mm
Bobot 5 5
431
Orientasi Sangat Tidak Agak menguntu Sangat
kekar menguntu menguntu tidak ngkan menguntu
Bobot 15 ngkan ngkan menguntu ngkan
13 10 5 3 ngkan
Bobot 100-90 90-70 70-50 50-25 <25
total
Penaksiran Peledakan Ekstra Sangat Susah Mudah
kemampu ekstra susah garu susah garu garu garu
garuan & ledak
Klasifikasi kemampuan telah digunakan dengan hasil
memuaskan di daerah Afrika selatan oleh Weaver (1975). Namun
demikian perlu diketahui bahwa klasifikasi ini selanjutnya
dimodifikasi oleh Singh dkk (1987) yang melibatkan sifat-sifat batuan
seperti UCS. ITS. Young’s modulus dan kecepatan gelombang
seismik dilapangan.
Petter & Fookes di UK (1994) mecoba untuk melakukan
modifikasi terhadap kriteria penggaruan sabelumnya,selanjutnya
mereka menduga bahwa jarak kekar rata-rata dengan kuat tekan batu
merupakan parameter penting dalam menilai kemampuan yang
percontoh batuannya dapat diperoleh dari singkapan atau bor inti.

4. Kriteria dengan menggunakan kuat tekan Uniaksial (UCS)


Kolleth (1990) telah membuat suatu pendekatan untuk
menganalisis suatu batuan dapat digali dengan menggunakan peralatan
tertentu berdasarkan nilai UCS. Terdapat empat macam kelompok
peralatan yang telah diamati yaitu:
a. Dragline,shovel,backhoe
b. Scraper
c. Surface miner
d. Bucket Wheel Excavator
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel data GT.01, GT.02,
GT.03, dan GT.04 dapat diketahui kedalaman dari endapan batubara yang
berbeda pada masing-masing lokasi, seperti data berikut :
a. Data GT.01
Pada lapisan pertama coal pada GT.01 berada pada
kedalaman 8,61 ft, hal ini menunjukkan data Rippable atau masih bisa
melakukan penambangan atau penggalian dengan alat berat tanpa
harus melakukan peledakan atau Blasting. Pada lapisan batubara
selanjutnya yaitu pada kedalaman 18,15ft artinya masih bisa dilakukan
dengan penggalian. Pada lapisan batubara pertama dan kedua terdapat
lapisan Clay atau tanah liat yang mempunyai tekstur yang sedang.
Sehingga untuk menambang coal pada lapisan kedua tidak perlu
melakukan peledakan.
Begitu juga dengan lapisan batubara selanjutnya, untuk
melakukan penambangan tidak perlu dengan peledakan karena pada
data GT.01 tidak tedapat lapisan yang Non Rippable yaitu lapisan yang
untuk mengambil batuannya harus dengan peledakan. Pada data GT.01
jumlah cadangan batubara melimpah karena lapisan clay dan siltstone
tidak begitu tebal dan mempunyai lapisan dengan tingkat kekerasan
yang sedang, sedangkan ketebalannya sampai 60 ft.
b. Data GT.02
Pada data GT.02 lapisan Coal atau batubara berada pada
kedalaman 3.88 ft, sedangkan pada kedalaman 2,86 ft terdapat lapisan
coalclay dengan tebal 1.02 ft. Pada lapisan Coal berada pada
kedalaman 16,90ft, pada lapisan batubara ini untuk penambangannya
diperlukan peledakan karena pada lapisan atasnya terdapat lapisan
Clay yang tebalnya 8.50ft. Pada lapisan Coal berikutnya berada pada
kedalaman 30,95ft, pada lapisan batubara ini dilakukan peledakan
karena antara lapisan coal yang kedua dengan yang ke tiga terdapat
lapisan non rippable.
c. Data GT.03
Data GT.03 dengan kedalaman 45.97ft, lapisan pertama Coal
berada pada kedalaman 3,90 ft dan setebal 1,90ft. Pada lapisan Coal
kedua berada pada kedalaman 15,92ft, untuk mencapai lapisan ini
diperlukan peledakan karena lapisan diatasnya merupakan lapisan
yang non Rippable sedalam 10,40 ft. Lapisan batubara selanjutnya
berada pada kedalaman 36,19 ft, untuk lapisan ini sulit ditambang
dengan metode open pit, karena lapisan diatasnya terdapat lapisan
yang non rippable. Menurut data GT.03 penambangan batubara
membutuhkan peledakan karena terdapat banyak lapisan non Rippable
atau lapisan yang harus diledakkan.
d. Data GT.04
Data GT.04 memiliki ketebalan 38,87ft. lapisan Coal yang
pertama berada pada kedalaman 2.84ft dan ketebalannya 3,20ft. Pada
lapisan ini penambangan bisa dilakukan penggalian dengan alat, tanpa
peledakan. Lapisan Coal berikutnya pada kedalaman 25,89ft dan
mempunyai ketebalan 9,90ft, tetapi untuk menambang lapisan ini
diperlukan peledakan karena lapisan diatasnya terdapat lapisan Non
Rippable.
Dari data GT.01 sampai GT.04 dapat dilihat kedalaman Coal
berada pada kedalaman yang berbeda, pada data GT.01 Coal cenderung
lebih banyak dijumpai lapisannya dan proses penambangannya dapat
menggunakan penggalian dengan alat berat tanpa harus dengan peledakan
berbeda dengan data GT.02 lapisan Coal masih banyak didapati tetapi
terdapat pada kedalaman yang bervariasi dan terdapat pula lapisan-lapisan
Non Rippable dan harus menggunakan peledakan. Pada Data GT.03
lapisan Coal masih didapati tetapi dengan ketebalan yang tipis dan
diperlukan beberapa peledakan pada lapisan non rippablenya. Pada data
GT.04 hanya terdapat satu lapisan non rippable saja tetapi mempunyai
ketebalan mencapai 19,56 ft. dan untuk mencapai lapisan batubara kedua
harus dengan peledakan.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
a) Pada kedalaman lapisan Coal ke-empat didapatkan data berbeda,
dan lapisannya juga berbeda karena pada data GT.01 tidak
terdapat lapisan Non Rippable sedangkan ketiga data berikutnya
terdapat lapisan non Rippable.

b) Sifat batuan berpengaruh pada penetrasi dan pada pemilihan


metode pemboran. Dikarenakan batuan pada umumnya tidak
homogen isotropik, maka dalam suatu wilayah tentu kekuatan
batuan juga berbeda. Sehingga dikenal lapisan Rippable Marginal
dan Non Rippable.

4.2. Saran
a. Untuk proses penambangan sebaiknya dilakukan peninjauan
terlebih dahulu apakah lokasi tersebut dapat ditambang dengan
alat berat dalam pembongkarannya atau menggunakan peledakan.
DAFTAR PUSTAKA

Adler, L., “Excavating Methods Related to Joint System Stability”,International


Symposium on Geotechnical Stability in SurfaceMining, Calgary,
1986.

Bieniawski, Z. T., 1989, “Engineering Rock Mass Classifications”, John Wiley &
Sons, Canada

Bowles .J.E. 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geotekni Tanah (Mekanika Tanah).Edisi
kedua. Jakarta: Erlangga

Martin, J. A., et.al., “Surface Mining Equipment”, Martin Consultant Inc.,Golden,


Colo, 1982

Praptisih, Kamtono, P. S. Putra & M. Hendrizan. 2009. Karakteristik Batuan


Sumber (Source Rock ) Hidrokarbonpada Formasi Batuasih di daerah
Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Geologi Indonesia Vol 4 No 3.
Bandung: LIPI Bandung.

You might also like