Professional Documents
Culture Documents
Kriteria Penggalian
Kriteria Penggalian
KRITERIA PENGGALIAN
Oleh :
Nama : Oloan
NIM : 15310022
Regu : 1
Laporan ini disusun berdasarkan praktek yang telah dilakukan dan atas
bimbingan Dosen-dosen praktikum Teknik Peledakan. Dengan selesainya laporan
ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada asisten
dosen yang telah memandu jalannya praktikum.
Demikian laporan yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan bagi kami selaku penulis.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pertambangan ada banyak cara dan teknik yang dipakai
untuk mendapatkan solusi terhadap suatu permasalahan. Salah satunya adalah
mengenai pembongkaran batuan (bahan galian) yang sangat keras, dimana
batuan tersebut tidak dapat dibongkar secara manual maupun mekanis. Maka
dipilih teknik pemboran dan peledakan. Untuk itu diperlukan suatu
pengenalan dengan mengikuti Praktikum Pemboran dan Peledakan ini. Pada
Acara I praktikum yang dilakukan adalah mengetahui kriteria penggalian.
Peledakan merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan)
dengan menggunakan bahan peledak. Suatu proses peledakan akan mencapai
hasil optimal apabila peralatan dan perlengkapan yang dipakai sesuai dengan
metode peledakan yang diterapkan.
Pekerjaan peledakan merupakan pekerjaan yang berbahaya sehingga
harus dilakukan dengan penuh perhitungan dan hati-hati agar tidak terjadi
kegagalan maupun kecelakaan. Operator yang melakukan pekerjaan ini
haruslah seseorang yang mengetahui tentang cara kerja, sifat, dan fungsi dari
peralatan yang digunakan.
1.2 Tujuan
Praktikum kriteria penggalian ini dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan metode penggalian suatu batuan, apakah dengan menggunakan
pemboran dan peledakan atau tidak.
1.3 Praktek
Melakukan pengukuran ultrasonik velocity, uji point load dan
perhitungan kuat tekan uniaksial untuk menentukan indeks kekuatan batuan.
1.4 Peralatan
1. Point load
2. Ultrasonik velocity apparatus
3. Jangka sorong
3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel data GT.01, GT.02,
GT.03, dan GT.04 dapat diketahui kedalaman dari endapan batubara yang
berbeda pada masing-masing lokasi, seperti data berikut :
a. Data GT.01
Pada lapisan pertama coal pada GT.01 berada pada
kedalaman 8,61 ft, hal ini menunjukkan data Rippable atau masih bisa
melakukan penambangan atau penggalian dengan alat berat tanpa
harus melakukan peledakan atau Blasting. Pada lapisan batubara
selanjutnya yaitu pada kedalaman 18,15ft artinya masih bisa dilakukan
dengan penggalian. Pada lapisan batubara pertama dan kedua terdapat
lapisan Clay atau tanah liat yang mempunyai tekstur yang sedang.
Sehingga untuk menambang coal pada lapisan kedua tidak perlu
melakukan peledakan.
Begitu juga dengan lapisan batubara selanjutnya, untuk
melakukan penambangan tidak perlu dengan peledakan karena pada
data GT.01 tidak tedapat lapisan yang Non Rippable yaitu lapisan yang
untuk mengambil batuannya harus dengan peledakan. Pada data GT.01
jumlah cadangan batubara melimpah karena lapisan clay dan siltstone
tidak begitu tebal dan mempunyai lapisan dengan tingkat kekerasan
yang sedang, sedangkan ketebalannya sampai 60 ft.
b. Data GT.02
Pada data GT.02 lapisan Coal atau batubara berada pada
kedalaman 3.88 ft, sedangkan pada kedalaman 2,86 ft terdapat lapisan
coalclay dengan tebal 1.02 ft. Pada lapisan Coal berada pada
kedalaman 16,90ft, pada lapisan batubara ini untuk penambangannya
diperlukan peledakan karena pada lapisan atasnya terdapat lapisan
Clay yang tebalnya 8.50ft. Pada lapisan Coal berikutnya berada pada
kedalaman 30,95ft, pada lapisan batubara ini dilakukan peledakan
karena antara lapisan coal yang kedua dengan yang ke tiga terdapat
lapisan non rippable.
c. Data GT.03
Data GT.03 dengan kedalaman 45.97ft, lapisan pertama Coal
berada pada kedalaman 3,90 ft dan setebal 1,90ft. Pada lapisan Coal
kedua berada pada kedalaman 15,92ft, untuk mencapai lapisan ini
diperlukan peledakan karena lapisan diatasnya merupakan lapisan
yang non Rippable sedalam 10,40 ft. Lapisan batubara selanjutnya
berada pada kedalaman 36,19 ft, untuk lapisan ini sulit ditambang
dengan metode open pit, karena lapisan diatasnya terdapat lapisan
yang non rippable. Menurut data GT.03 penambangan batubara
membutuhkan peledakan karena terdapat banyak lapisan non Rippable
atau lapisan yang harus diledakkan.
d. Data GT.04
Data GT.04 memiliki ketebalan 38,87ft. lapisan Coal yang
pertama berada pada kedalaman 2.84ft dan ketebalannya 3,20ft. Pada
lapisan ini penambangan bisa dilakukan penggalian dengan alat, tanpa
peledakan. Lapisan Coal berikutnya pada kedalaman 25,89ft dan
mempunyai ketebalan 9,90ft, tetapi untuk menambang lapisan ini
diperlukan peledakan karena lapisan diatasnya terdapat lapisan Non
Rippable.
Dari data GT.01 sampai GT.04 dapat dilihat kedalaman Coal
berada pada kedalaman yang berbeda, pada data GT.01 Coal cenderung
lebih banyak dijumpai lapisannya dan proses penambangannya dapat
menggunakan penggalian dengan alat berat tanpa harus dengan peledakan
berbeda dengan data GT.02 lapisan Coal masih banyak didapati tetapi
terdapat pada kedalaman yang bervariasi dan terdapat pula lapisan-lapisan
Non Rippable dan harus menggunakan peledakan. Pada Data GT.03
lapisan Coal masih didapati tetapi dengan ketebalan yang tipis dan
diperlukan beberapa peledakan pada lapisan non rippablenya. Pada data
GT.04 hanya terdapat satu lapisan non rippable saja tetapi mempunyai
ketebalan mencapai 19,56 ft. dan untuk mencapai lapisan batubara kedua
harus dengan peledakan.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
a) Pada kedalaman lapisan Coal ke-empat didapatkan data berbeda,
dan lapisannya juga berbeda karena pada data GT.01 tidak
terdapat lapisan Non Rippable sedangkan ketiga data berikutnya
terdapat lapisan non Rippable.
4.2. Saran
a. Untuk proses penambangan sebaiknya dilakukan peninjauan
terlebih dahulu apakah lokasi tersebut dapat ditambang dengan
alat berat dalam pembongkarannya atau menggunakan peledakan.
DAFTAR PUSTAKA
Bieniawski, Z. T., 1989, “Engineering Rock Mass Classifications”, John Wiley &
Sons, Canada
Bowles .J.E. 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geotekni Tanah (Mekanika Tanah).Edisi
kedua. Jakarta: Erlangga