Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR PADA

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA


TAHUN AJARAN 2014/2015

JURNAL

Oleh :
FADLIA DEWI PRASANTI
K3110024

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR PADA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2014/2015

Fadlia Dewi Prasanti


Program Studi Bimbingan dan Konseling
Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP, UNS

ABSTRACT

Fadlia Dewi Prasanti. THE EFFECT OF BRAIN GYM TOWARDS


LEARNING CONCENTRATION ON THE EIGHTH GRADE STUDENTS
OF SMP NEGERI 16 SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR OF 2014/
2015. A thesis, Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret
University of Surakarta. January 2015.

The purpose of this research was to examine the effectiveness of Brain


Gym towards the improvement of learning concentration on the eighth grade
students of SMP Negeri 16 Surakarta in the academic year of 2014/ 2015.

This was an experimental research using Quasi-Experimental Non


Equivalent Control Group Design plan, which utilized two groups which were
functioned as experimental group and control group. Research subject selection
technique used in this research was purposive random sampling technique. The
number of subjects in this research was 31 students divided into two groups, in
which 16 students were the experimental group and 15 students were the control
groups. The level of students’ concentration in learning was measured using Army
Alpha test instrument with listen to command sub test. The Brain Gym treatment
was given to the experimental group in one week. Difference examination
analysis technique used was Wilcoxon technique by using SPSS 18 application.

The result of the research showed that the difference examination by


using Wilcoxon technique resulted the Z score for pre-test and the level of learning
concentration in the experimental group on post-test was -3,535 with Asymp score.
The sig (2-tailed) was 0.000 < 0.05 so that H0 was denied and Ha was accepted, so
that it could be assumed that the significant difference between the score of the
level of learning concentration of the experimental group before getting the
treatment and after getting it, which was Brain Gym.

The conclusion of this research was that there was the effect of Brain
Gym towards the improvement of the learning concentration of the eighth grade
students of SMP Negeri 16 Surakarta in the academic year of 2014/ 2015.

Keywords: Brain Gym, learning concentration

1
A. PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu proses berkonsentrasi maka belajarnya pun
belajar dipengaruhi oleh kemampuan akan menjadi sia-sia (2010: 87).
individu untuk memusatkan Berdasarkan kutipan
perhatian terhadap objek yang tersebut dapat dipahami bahwa
sedang dipelajarinya. Terkait dengan konsentrasi akan menentukan
hal tersebut maka konsentrasi keberhasilan dalam proses belajar,
merupakan aspek yang penting bagi oleh sebab itu maka setiap siswa
siswa dalam mencapai keberhasilan perlu melatih konsentrasinya dalam
belajar. Slameto mendefinisikan, kegiatan sehari-hari. Adanya
“Konsentrasi belajar merupakan konsentrasi dalam proses belajar
suatu pemusatan pikiran terhadap akan menjadikan siswa lebih mudah
mata pelajaran dengan untuk memahami setiap materi yang
mengesampingkan semua hal lainnya dipelajari sehingga proses belajar
yang tidak berhubungan dengan menjadi tidak sia-sia.
pelajaran” (2010: 86). Siswa yang Dalam proses pembelajaran
tidak mampu berkonsentrasi dalam di sekolah, siswa dituntut untuk dapat
belajar berarti ia tidak dapat selalu memfokuskan perhatiannya
memusatkan pikirannya terhadap terhadap mata pelajaran yang sedang
bahan pelajaran yang dipelajarinya. dipelajari dengan baik, akan tetapi
Hal ini ditegaskan oleh Surya yang dalam kenyataannya belum semua
menyatakan, “Tanpa adanya siswa mampu untuk memusatkan
konsentrasi belajar maka peristiwa perhatiannya terhadap situasi belajar.
belajar itu sesungguhnya tidak ada Setiap siswa tentu memiliki rentang
atau tidak berlangsung” (2009: 19). konsentrasi yang berbeda-beda.
Mendukung pernyataan tersebut, Konsentrasi siswa rentan sekali
Slameto juga menyatakan bahwa mengalami penurunan. Djono,dkk
konsentrasi memiliki pengaruh yang menyatakan, “Perhatian siswa akan
besar terhadap belajar, apabila meningkat pada 15-20 menit pertama
seseorang mengalami kesulitan dan kemudian akan menurun pada
15-20 menit kedua” (2001: 31)

2
Proses pembelajaran Gejala lain yang muncul adalah
disekolah terkadang membuat perhatian serta pikiran siswa mudah
fungsi otak siswa mengalami sekali teralihkan dengan hal-hal yang
penurunan. Hal ini disebabkan oleh tidak berkaitan dengan pembelajaran
adanya faktor pemicu yang dapat seperti mengobrol dengan teman,
menyebabkan siswa mengalami melamun ataupun mengganggu
kelelahan dan ketegangan selama temannya yang sedang
proses belajar berlangsung. Guru di memperhatikan guru. Fenomena
sekolah mengharapkan siswa untuk penurunan konsentrasi belajar
duduk diam selama satu jam atau menjadikan siswa tidak memiliki
lebih dalam deretan bangku-bangku minat belajar sehingga malas untuk
yang menghadap ke depan melakukan aktivitas belajar. Guru
(DePorter, 2000). Kondisi seperti Bimbingan dan Konseling hendaknya
inilah yang dapat menyebabkan otot- berpartisipasi secara aktif dalam
otot syaraf mengalami ketegangan membantu siswa agar dapat memiliki
dan kondisi otak akan mengalami konsentrasi belajar yang baik. Hal ini
kekurangan energi sehingga asupan sesuai dengan tugas guru Bimbingan
oksigen dan aliran darah menuju ke dan Konseling di sekolah yakni
otak pun tidak optimal. Apabila otak membantu siswa dalam membimbing
kekurangan energi, maka hal ini dan mengatasi kesulitan yang muncul
dapat menyebabkan otak tidak selama proses pembelajaran, yang
berfungsi secara optimal dan dapat dalam hal ini terkait dengan
menyebabkan penurunan konsentrasi permasalahan di bidang bimbingan
belajar pada siswa. belajar yaitu masalah konsentrasi
Gejala akibat menurunnya belajar. Guru Bimbingan dan
tingkat konsentrasi siswa akibat Konseling juga memiliki kewajiban
kekurangan asupan energi ke otak untuk membantu siswa dalam
dapat dilihat ketika siswa mudah mengembangkan kemampuan belajar
mengalami kebosanan dan mudah sehingga siswa dapat belajar dengan
merasa mengantuk ketika guru menggunakan seluruh potensi yang
sedang menerangkan pelajaran. dimilikinya.

3
Pada umumnya usia siswa terbesar yang dialami oleh remaja
kelas VIII SMP adalah rata-rata 14 terdapat pada bidang akademik. Hal
tahun. Usia tersebut termasuk dalam ini membuktikan bahwa stres di
masa remaja awal yaitu antara 12-15 bidang akademik akan menimbulkan
tahun (Desmita, 2009: 190). Masa tekanan akademik sehingga memicu
remaja merupakan masa di mana munculnya kecemasan pada siswa.
individu mengalami peralihan dari Ormrod menyatakan, “Kecemasan
satu tahap ke tahap berikutnya dan yang berlebihan akan membuat
mengalami perubahan baik emosi, konsentrasi dan perhatian siswa
fisik, minat, pola perilaku, dan juga terhadap tugas yang diberikan
penuh dengan masalah. Periode masa menjadi terganggu” (2009: 81).
remaja ini sering disebut dengan Berdasarkan urain di atas,
periode storm and stress (Prasanti, dibutuhkan suatu treatment yang
2012: 1). Artinya pada masa ini dapat membantu siswa untuk
remaja rentang sekali terkena stres memiliki kemampuan konsentrasi
dengan masalah-masalah yang belajar yang baik. Konsentrasi belajar
dialaminya. Hal ini tidak menutup dapat dilatih dengan menggunakan
kemungkinan bahwa kondisi stres metode senam otak atau Brain Gym.
yang dialami oleh remaja, akan Metode Brain Gym merupakan salah
berdampak pada menurunnya tingkat satu cara yang mudah untuk
konsentrasi siswa saat belajar. membantu siswa dalam mengelola
Menurut Virginia Mahan konsentrasi belajarnya. Brain Gym
mengungkapkan, “Faktor-faktor dikembangkan oleh Paul Dennison
penyebab stres pada remaja dan istrinya Gail Dennison yang
dipresentasekan sebagai berikut stres merupakan pelopor pendidikan di
akademik (26%), konflik dengan Amerika Serikat dalam penelitian
orang tua (17%), masalah finansial penerapan otak. Dennison
(10%) dan pindah rumah atau menjelaskan, “Brain Gym adalah
sekolah (5%)” (dalam Prasanti, serangkaian gerakan sederhana yang
2012: 2). Pendapat tersebut dapat menyenangkan yang digunakan oleh
dimaknai bahwa persentase stres para murid Educational Kinesiology

4
(Edu-K) untuk meningkatakan kewaspadaan, konsentrasi, dan
kemampuan belajar mereka dengan kecepatan dalam proses belajar, serta
menggunakan keseluruhan otak” memori, pemecahan masalah,
(2009). Brain Gym dapat dilakukan ataupun kreativitas. Pada intinya
untuk menyegarkan fisik dan pikiran metode Brain Gym menitikberatkan
siswa setelah menjalani proses pada penggunaan aktivitas gerakan-
pembelajaran yang mengakibatkan gerakan untuk menarik keluar seluruh
kelelahan dan ketegangan pada otak potensi seseorang sehingga
sehingga akan menurunkan diharapkan dengan gerakan-gerakan
konsentrasi belajar pada siswa dalam Brain Gym dapat
(Denisson, 2008). memperlancar aliran darah dan
Terdapat manfaat dari Brain merenggangkan otot-otot saraf akibat
Gym, seperti yang diungkakan oleh kelelahan dan stres belajar yang
Septiari menyatakan: berlebihan.
Gerakan-gerakan dalam Penelitian mengenai
senam otak atau Brain Gym
keefektifan Brain Gym terhadap
memiliki manfaat seperti
menyeimbangkan otak konsentrasi belajar pernah dilakukan
kanan dan kiri, sehingga
oleh Putri (2010) dengan judul
logika maupun kreativitas
anak menjadi seimbang, penelitian “Pengaruh Senam Otak
dapat membangun
Terhadap Peningkatan Konsentrasi
kepercayaan diri, serta
berpengaruh positif terhadap Belajar Siswa (Umur 11-12 Tahun)
peningkatan konsentrasi,
Di SDN Nambangan Kidul 05
daya ingat, dan
mengendalikan emosi anak Kecamatan Jiwan Kabupaten
(2012: 130).
Madiun”. Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VI SDN
Gerakan-gerakan yang
Nambangan Kidul 05 Kecamatan
dilakukan dalam senam otak, seperti
Jiwan Kabupaten Madiun Selain
melalui olah tangan dan kaki yang
Putri, Nuryana (2010) juga
dapat memberikan rangsangan atau
melakukan penelitian terkait dengan
stimulus ke otak. Stimulus itulah
keefektifan Brain Gym terhadap
yang dapat meningkatkan
konsentrasi belajar. Judul penelitian
kemampuan kognitif, misalnya

5
yang diusung oleh Nuryana (2010) siswa dapat menikmati
sarapan pagi. Biasanya
adalah “Efektivitas Brain Gym
siswa yang tidak sarapan,
Dalam Meningkatkan Konsentrasi kalau guru sedang
menerangkan, itu malah
Belajar Pada Anak”. Subjek dalam
mengantuk dan tidak bisa
penelitian ini adalah siswa IV SD konsentrasi. Latar belakang
keluarga siswa yang orang
Negeri Serengan 1 Surakarta. Kedua
tuanya mengalami
penelitian tersebut membuktikan perceraian juga banyak
terjadi pada siswa disekolah
bahwa pemberian Brain Gym sangat
ini. Masalah keluarga bisa
efektif dalam meningkatkan jadi beban pikiran tersendiri
bagi anak. Kalau sudah
konsentrasi belajar pada anak yang
kebanyakan pikiran anak
dilakukan selama 2 minggu. biasanya suka melamun saat
guru sedang menerangkan
Berdasarkan hasil
materi, jadi pastinya anak
wawancara dengan guru Bimbingan tidak bisa konsentrasi.
Konsentrasi rendah juga
dan Konseling di SMP Negeri 16
bisa disebabkan karena
Surakarta pada tanggal 28 Februari siswa yang mengalami
kelelahan saat belajar,
2014 dengan narasumber Dra. Siti
misalnya saat hari
Nur Latifah, yang memaparkan menjelang siang, biasanya
anak sudah kehilangan
mengenai faktor pemicu rendahnya
fokusnya pada pelajaran,
tingkat konsentrasi belajar pada mungkin kondisi anak sudah
lelah karena duduk berjam-
siswa. Ibu Siti memaparkan,
jam di dalam kelas dan otak
“Melihat kondisi siswa di sekolah terforsir untuk menerima
banyak materi pelajaran.
ini, faktor ekonomi, latar belakang
keluargalah, dan adanya kelelahan Pendapat yang berbeda
akibat aktivitas belajar yang menjadi diperoleh dari hasil wawancara pada
pemicu konsentrasi belajar siswa tanggal 28 Februari 2014 dengan
menurun”. Beliau menambahkan: narasumber Dra. Kristina Sri
Banyak orang tua siswa Rahayu, yang merupakan guru
yang bekerja sebagai buruh,
pengampu mata pelajaran
jadi kondisi keuangannya
pun ikut rendah. Terkadang matematika di SMP Negeri 16
dengan kondisi keuangan
Surakarta yang memaparkan:
mereka yang minim
menjadikan tidak semua

6
Konsentrasi belajar untuk menanggulangi masalah
menurun biasanya muncul
konsentrasi belajar yang rendah pada
ketika siswa merasa bosan
dan lelah terhadap materi siswa. Berkenaan dengan latar
pelajaran. Apalagi pada
belakang masalah yang terjadi, maka
mata pelajaran yang
dianggap sukar bagi siswa, penelitian ini akan menguji
seperti matematika. Mata
keefektifan Brain Gym terhadap
pelajaran tersebut tentu
membutuhkan daya konsentrasi belajar pada siswa kelas
konsentrasi yang tinggi
VIII SMP Negeri 16 Surakarta tahun
untuk dapat memahaminya.
Kondisi otak pun tentu akan ajaran 2014/2015.
mengeluarkan lebih banyak
energi untuk dapat
memahami mata pelajaran B. METODE DAN
tersebut, hal ini yang
RANCANGAN PENELITIAN
terkadang membuat adanya
ketegangan pada diri siswa. 1. Metode Penelitian
Kalau konsentrasi anak
Metode penelitian yang
sudah mulai menurun pasti
ada siswa yang melamun, digunakan dalam penelitian ini
mengantuk, bercanda
adalah metode penelitian
dengan temannya, atau
bahkan keluar kelas. eksperimen (experimental
research). Pada dasarnya
Berdasarkan kedua pendapat
penelitian eksperimen melibatkan
di atas, dapat dimaknai bahwa
dua variabel, yaitu variabel bebas
fenomena yang terjadi di sekolah
dan variabel terikat. Penelitian
tersebut adalah terdapat siswa di
eksperimen merupakan suatu
SMP Negeri 16 Surakarta yang
metode penelitian untuk
memiliki tingkat konsentrasi belajar
mengungkapkan hubungan sebab
yang rendah. Fenomena lain yang
akibat antara variabel terikat dan
muncul adalah tidak semua siswa
variabel bebas, serta untuk
mampu mengatasi faktor
menguji pengaruh dari dua
penghambat dalam berkonsentrasi
variabel tersebut.
sehingga siswa kehilangan fokus
Adapun alasan peneliti
perhatiannya saat proses
menggunakan metode penelitian
pembelajaran berlangsung. Oleh
eksperimen dalam penelitian ini
sebab itu, dibutuhkan suatu treatment

7
yaitu karena di dalam penelitian sebab akibat antara variabel
ini terdapat adanya (variabel terikat yaitu konsentrasi belajar
terikat) yang kehadirannya dan variabel bebas yaitu Brain
sengaja ditimbulkan dengan Gym, yang melibatkan satu
memanipulasi menggunakan kelompok eksperimen dan satu
perlakuan (variabel bebas). kelompok kontrol. Selain itu
Variabel terikat dalam penelitian karena dalam penelitian ini
ini adalah konsentrasi belajar, terdapat kelompok kontrol yang
sedangkan variabel bebas pada tidak dapat berfungsi sepenuhnya
penelitian ini adalah Brain Gym. untuk mengontrol variabel-
Tujuan dari penggunaan metode variabel luar yang mempengaruhi
eksperimen dalam penelitian ini pelaksanaan eksperimen.
adalah untuk menguji hubungan Desain penelitian
sebab akibat melalui treatment eksperimental semu (Quasy
yang dilakukan yaitu berupa Experimental Design) yang
Brain Gym terhadap konsentrasi digunakan dalam penelitian ini
belajar pada siswa kelas VIII adalah rancangan kelompok
SMP Negeri 16 Surakarta tahun kontrol tidak sepadan (Non
ajaran 2014/2015. Oleh sebab itu, Equivalent Control Group
jenis penelitian ini cocok Design). Rancangan Quasy
menggunakan penelitian Experimental Non Equivalent
eksperimen. Control Group Design dipilih
2. Rancangan Penelitian sebagai rancangan penelitian
Penelitian ini dengan pertimbangan bahwa di
menggunakan rancangan dalam rancangan ini terdapat
penelitian eksperimental semu kelompok yang bertindak sebagai
(Quasy Experimental Design). kelompok eksperimen dan
Adapun alasan peneliti kelompok yang bertindak sebagai
menggunakan Quasy kelompok kontrol. Mula-mula
Experimental Design adalah kedua kelompok tersebut
untuk mengungkapkan hubungan diberikan pra uji (pre-test).

8
Selanjutnya pemberian Alpha subtes listen to commands
perlakukan hanya diberikan pada digunakan untuk mengukur
kelompok eksperimen yaitu tingkat konsentrasi belajar siswa
dengan memberikan treatment sebelum diberikan treatment
berupa Brain Gym dan diakhiri berupa Brain Gym. Adapun
dengan pemberian pasca uji kriteria subjek dalam penelitian
(post-test) pada kedua kelompok ini yaitu Subjek yang memiliki
sehingga dapat diketahui dan IQ Normal / Rata-rata yaitu 90-
dibandingkan hasil dari dua 109 (berdasarkan hasil dari tes
kelompok tersebut. CFIT), subjek yang memiliki
Berikut ini adalah skor tingkat konsentrasi rendah
proses atau tahapan dalam yaitu ≤ 4 (berdasarkan hasil dari
penelitian Quasy Experimental tes Army Alpha subtes listen to
Non equivalent Control Group commands), dan subjek yang
Design, yang dijabarkan berusia 13-14 tahun.
menjadi tiga langkah, yaitu: b. Langkah Kedua
a. Langkah Pertama Langkah kedua, pada
Langkah pertama yang kelompok eksperimen diberikan
dilakukan adalah menentukan perlakuan berupa Brain Gym
subjek penelitian yang dilakukan secara rutin selama satu minggu,
dengan pemberian pre-test pada sedangkan pada kelompok
seluruh siswa kelas VIII SMP kontrol tidak diberikan
Negeri 16 Surakarta. Pre-test ini perlakuan berupa Brain Gym.
menggunakan tes CFIT dan tes c. Langkah Ketiga
Army Alpha subtes listen to Langkah ketiga yaitu
commands. Tes CFIT digunakan sesuai dengan waktu yang telah
untuk mengukur tingkat disepakati, maka kedua
inteligensi siswa sehingga kelompok yaitu kelompok
subjek dalam penelitian ini eksperimen dan kelompok
memiliki tingkat inteligensi yang kontrol diberikan post-test untuk
setara, sedangkan tes Army mengukur tingkat konsentrasi

9
belajar yaitu dengan menggunkan satu kelompok menjadi kelompok
instrumen tes Army Alpha subtes kontrol dimana kelompok tesrsebut
listen to commands. Hasil skor tidak mendapatkan perlakukan
pre-test dan post-test data tingkat berupa Brain Gym. Langkah awal
konsentrasi belajar pada subjek untuk memperoleh data yaitu dengan
kelompok eksperimen dan pre-test yang diberikan pada seluruh
kelompok kontrol, selanjutnya siswa kelas VIII SMP Negeri 16
diperbandingkan (uji Surakarta. Pre-test yang diberikan
perbandingannya) demikian juga berupa tes CFIT untuk mengukur
antara hasil dari kedua kelompok tingkat IQ siswa dan tes Army Alpha
tersebut. Perbedaan yang berarti subtes listen to commands untuk
antara hasil skor pre-test dan mengukur tingkat konsnetrasi belajar
post-test data tingkat konsentrasi siswa.
belajar pada kedua kelompok Bila dilihat dari hasil data
tersebut menunjukkan pengaruh awal diketahui bahwa jumlah siswa
dari perlakuan yang diberikan. kelas VIII SMP Negeri 16 Surakarta
yaitu sebanyak 167 siswa, yang
C. HASIL DAN PEMBAHASAN memenuhi kriteria dalam
Penelitian ini bertujuan pengambilan subjek penelitian
untuk mengetahui pengaruh Brain adalah sebanyak 31 siswa.
Gym terhadap konsentrasi belajar Pengambilan subjek penelitian
pada siswa kelas VIII SMP Negeri didasarkan pada beberapa kriteria
16 Surakarta. Penelitian ini yang telah ditentukan oleh peneliti
menggunakan rancangan yaitu 1) Subjek yang memiliki IQ
eksperimental semu (Quasy Normal / Rata-rata yaitu 90 – 109
Experimental Design). Berdasarkan (berdasarkan hasil dari tes CFIT); 2)
rancangan tersebut, maka terdapat Subjek yang memiliki skor tingkat
satu kelompok yang menjadi konsentrasi belajar rendah yaitu ≤ 4
kelompok eksperimen yaitu (berdasarkan hasil dari tes Army
kelompok yang mendapatkan Alpha); dan 3) Subjek berusia 13-14
perlakuan berupa Brain Gym dan tahun. Adapun jumlah siswa yang

10
memenuhi kriteria tersebut adalah Alpha subtes listen to commands
siswa yang memiliki IQ Normal / yang sama seperti tes pada saat
Rata-rata (90 – 109) dan memiliki pretest. Dari data post-test dapat
skor tingkat konsentrasi belajar diketahui perbedaan keadaan antara
rendah (≤ 4) adalah sebanyak 33 kelompok eksperimen dengan
siswa. Selanjutnya dari 33 siswa kelompok kontrol. Analisis data
tersebut hanya diambil 31 siswa dalam penelitian ini menggunakan
yaitu siswa yang hanya berusia 13 – uji hipotesis yang menggunakan 1)
14 tahun. pengujian terhadap skor pre-test
Sebanyak 31 siswa yang kelompok eksperimen dan kelompok
telah memenuhi kriteria sebagai kontrol menggunakan teknik Mann
subjek penelitian, kemudian dibagi Whitney; 2) pengujian terhadap skor
menjadi 2 kelompok secara acak, post-test kelompok eksperimen dan
yaitu 16 siswa menjadi subjek kelompok kontrol menggunakan
kelompok eksperimen yaitu teknik Mann Whitney; dan 3)
kelompok yang mendapatkan pengujian terhadap perbedaan skor
perlakuan berupa Brain Gym dan 15 pre-test dan post-test kelompok
siswa menjadi subjek kelompok eksperimen menggunakan teknik
kontrol dimana kelompok tersebut Wilcoxon.
tidak perlakuan berupa Brain Gym. Adapun hasil uji hipotesis
Kelompok eksperimen diberi menggunakan aplikasi SPSS 18,
perlakuan yaitu berupa Brain Gym didapatkan kesimpulan keseluruhan
sebanyak 6 kali pertemuan, dengan pengujian statistik tersebut sebagai
alokasi waktu setiap kali pertemuan berikut:
adalah 2 x 30 menit. 1. Pengujian pertama menunjukkan
Pemberian post-test bahwa nilai Mann-Whitney U
dilaksanakan setelah kelompok sebesar 112,500 dan nilai uji Z
eksperimen selesai mendapatkan sebesar -0,312, dengan nilai
treatment, dan kelompok kontrol Asymp.Sig (2-tailed) sebesar
juga diberi post-test yaitu 0,755 > 0,05, maka H0 diterima
menggunakan instrumen tes Army dan Ha ditolak. Dengan hasil

11
tersebut maka dapat ditafsirkan skor tingkat konsentrasi belajar
bahwa tidak ada perbedaan yang pada kelompok eksperimen antara
signifikan antara skor pre-test sebelum mendapatkan perlakuan
tingkat konsentrasi belajar pada dan sesudah mendapatkan
kelompok eksperimen dan perlakuan berupa Brain Gym.
kelompok kontrol sebelum Berdasarkan hasil pengujian
pelaksanaan perlakuan. statistik di atas, menunjukkan bahwa
2. Pengujian kedua menunjukkan Brain Gym berpengaruh terhadap
nilai Mann-Whitney U sebesar konsentrasi belajar. Keberhasilan
60,500 dan nilai Z sebesar -2,390, suatu proses belajar dipengaruhi oleh
dengan nilai Asymp.Sig (2-tailed) kemampuan individu untuk
sebesar 0,017 < 0,05, maka H0 memusatkan perhatian terhadap
ditolak dan Ha diterima. Dengan objek yang sedang dipelajarinya.
hasil tersebut maka dapat Terkait dengan hal tersebut maka
ditafsirkan bahwa ada perbedaan konsentrasi merupakan aspek yang
yang signifikan antara skor post- penting bagi siswa dalam mencapai
test tingkat konsentrasi belajar keberhasilan belajar. Hal ini juga
pada kelompok eksperimen yang ditegaskan oleh Surya yang
diberi perlakuan dengan menyatakan, “Tanpa adanya
kelompok kontrol yang tidak konsentrasi belajar maka peristiwa
diberi perlakuan. belajar itu sesungguhnya tidak ada
3. Pengujian ketiga menunjukkan atau tidak berlangsung” (2009: 19).
adanya nilai Z skor pre-test dan Begitu pentingnya peranan
post-test tingkat konsentrasi konsentrasi dalam belajar menuntut
belajar pada kelompok siswa sebagai subjek dalam proses
eksperimen sebesar -3,535 dengan pembelajaran mengharuskan mereka
nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar untuk memiliki kemampuan
0,000 < 0,05, maka H0 ditolak dan konsentrasi yang baik. Belajar akan
Ha diterima. Dengan hasil tersebut efektif bila fungsi otak dapat bekerja
maka dapat ditafsirkan bahwa ada secara optimal, sedangkan
perbedaan yang signifikan antara melemahnya fungsi otak dapat

12
menyebabkan aktivitas belajar begitu, aliran darah dapat mengalir
menjadi terganggu. Melemahnya dengan lancar dan asupan oksigen di
fungsi otak, dapat menyebabkan dalam otak tercukupi sehingga energi
menurunnya kemampuan konsentrasi dapat dengan mudah mengalir ke
pada siswa, yang berdampak pada otak. Apabila koordinasi otot dan
tidak aktifnya reticular formation, otak baik serta energi dapat dengan
produksi hormon endorphin mudah mengalir ke otak, maka hal
menurun, serta dapat mengakibatkan tersebut dapat mengaktifkan
tidak optimalnya ketiga dimensi otak reticular formation yang mampu
yaitu dimensi lateralis, pemfokusan, membantu siswa untuk memilih
dan pemusatan. informasi yang relevan saja, mampu
Melemahnya fungsi otak menstimulasi keluarnya hormon
dapat di atasi melalui latihan senam endorphin yang dapat membuat
otak atau Brain Gym yang meliputi seseorang menjadi lebih rileks, serta
gerakan burung hantu (the owl), dapat mengaktifkan ketiga dimensi
gerakan mengaktifkan tangan (arm otak yaitu dimensi lateralis,
activation), gerakan lambaian kaki pemfokusan, dan pemusatan agar
(the footflex), gerakan pompa betis anak menjadi lebih cerdas dalam
(the calf pump), gerakan luncuran belajar. Dengan begitu, fungsi otak
gravitasi (the gravity glider), gerakan akan bekerja dengan optimal dan
pasang kuda-kuda (grounder). Selain terciptalah konsentrasi belajar yang
itu siswa juga melakukan gerakan baik.
PACE yaitu (Positive, Active, Clear, Berdasarkan analisis data
dan Energetic) yang bertujuan agar dan uraian di atas, dapat disimpulkan
siswa lebih siap dalam melakukan bahwa adanya perbedaan tingkat
aktivitas belajar. Gerakan Brain Gym konsentrasi belajar antara kelompok
yang dilakukan dengan benar dapat eksperimen dengan kelompok
menciptakan koordinasi antara otak kontrol, yaitu kelompok eksperimen
dan otot menjadi seimbang sehingga mengalami peningkatan yang
otot-otot yang semula menegang signifikan setelah diberi perlakuan
akan menjadi rileks kembali. Dengan berupa Brain Gym. Kesimpulan dari

13
penelitian ini adalah Brain Gym Asymp.Sig (2-tailed) sebesar
berpengaruh terhadap konsentrasi 0,755 > 0,05.
belajar pada siswa kelas VIII SMP b. Ada perbedaan yang
Negeri 16 Surakarta tahun ajaran signifikan antara skor post-
2014/2015 dengan hasil yang test tingkat konsentrasi
signifikan. belajar pada kelompok
eksperimen yang diberi
D. SIMPULAN IMPLIKASI perlakuan dengan kelompok
DAN SARAN kontrol yang tidak diberi
1. Simpulan perlakuan yaitu dengan nilai
Berdasarkan Mann-Whitney U sebesar
pelaksanaan penelitian tentang 60,500 dan nilai Z sebesar -
pengaruh Brain Gym terhadap 2,390, dengan nilai Asymp.Sig
konsentrasi belajar pada siswa (2-tailed) sebesar 0,017 <
kelas VIII SMP Negeri 16 0,05.
Surakarta tahun ajaran c. Ada perbedaan yang
2014/2015, diperoleh hasil signifikan antara skor tingkat
penelitian dari pengujian statistik konsentrasi belajar pada
yang dapat disimpulkan sebagai kelompok eksperimen antara
berikut: sebelum mendapatkan
a. Tidak ada perbedaan yang perlakuan dan sesudah
signifikan antara skor pre-test mendapatkan perlakuan
tingkat konsentrasi belajar berupa Brain Gym yaitu
pada kelompok eksperimen dengan nilai Z skor pada uji
dan kelompok kontrol Wilcoxon pre-test dan post-
sebelum pelaksanaan test tingkat konsentrasi
perlakuan berupa Brain Gym belajar pada kelompok
yaitu nilai Mann-Whitney U eksperimen sebesar -3,535
sebesar 112,500 dan nilai uji dengan nilai Asymp. Sig (2-
Z sebesar -0,312, dengan nilai tailed) sebesar 0,000 < 0,05.

14
d. Adanya gainscore yang tahun ajaran 2014/2015”
menunjukkan peningkatan dapat diterima.
skor konsentrasi belajar
akibat dari pemberian 2. Implikasi
treatment berupa Brain Gym. Implikasi penelitian tetang
Hal ini ditunjukkan dengan pengaruh Brain Gym terhadap
suatu analisis bahwa konsentrasi belajar pada siswa kelas
gainscore tingkat VIII SMP Negeri 16 Surakarta tahun
keterampilan subjek dalam ajaran 2014/2015 bagi instansi
melakukan gerakan Brain sekolah, guru Bimbingan dan
Gym adalah sebesar 8,64 Konseling, dan siswa adalah:
poin, sehingga membuat a. Bagi instansi khususnya SMP
adanya peningkatan skor Negeri 16 Surakarta hasil
konsentrasi belajar pada penelitian ini memiliki
subjek kelompok eksperimen implikasi bahwa telah
yaitu sebesar 5,31 poin. memberikan bukti nyata
e. Berdasarkan uraian tersebut, bahwa Brain Gym
maka dapat ditarik suatu berpengaruh terhadap
simpulan bahwa Brain Gym konsentrasi belajar pada
berpengaruh terhadap siswa siswa kelas VIII SMP
konsentrasi belajar pada Negeri 16 Surakarta tahun
siswa kelas VIII SMP Negeri ajaran 2014/2015.
16 Surakarta tahun ajaran Dilakukannya penelitian ini
2014/2015 dengan hasil yang adalah untuk membantu
signifikan. Oleh karena itu instansi sekolah dalam
hipotesis kerja dalam memberikan informasi dan
penelitian ini adalah “Ada inovasi terkait dengan usaha
pengaruh Brain Gym terhadap untuk meningkatkan
peningkatan konsentrasi konsentrasi belajar siswa
belajar pada siswa kelas VIII dengan menggunakan Brain
SMP Negeri 16 Surakarta Gym.

15
b. Bagi guru Bimbingan dan 3. Saran
Konseling, penelitian tentang Berdasarkan simpulan dan
pengaruh Brain Gym terhadap implikasi yang sesuai dengan hasil
konsentrasi belajar pada penelitian, maka dapat diajukan
siswa kelas VIII SMP Negeri beberapa saran kepada masing-
16 Surakarta tahun ajaran masing pihak sebagai berikut:
2014/2015 ini memberikan a. Bagi Kepala Sekolah
gambaran akan pentingnya Kepala sekolah sebaiknya
usaha untuk membantu siswa memberikan motivasi pada guru
dalam meningkatkan agar senantiasa menciptakan
konsentrasi belajar. Hal ini lingkungan belajar yang
mengingat bahwa konsentrasi kondusif sehingga siswa lebih
sangat penting dalam proses dapat berkonsentrasi dengan
belajar siswa, yang nantinya baik pada saat belajar di sekolah.
akan berdampak pada b. Bagi Guru Bimbingan dan
pencapaian tujuan belajar Konseling
siswa secara optimal. Adanya latihan senam otak
c. Bagi siswa, penelitian tentang (Brain Gym) menjadi suatu
pengaruh Brain Gym terhadap inovasi baru yang dapat
konsentrasi belajar pada dijadikan sebagai media dalam
siswa kelas VIII SMP Negeri pemberian layanan Bimbingan
16 Surakarta tahun ajaran dan Konseling yang dapat
2014/2015 ini dapat membantu siswa dalam
membantu siswa dalam meningkatkan konsentrasi
meningkatkan konsentrasi belajar siswa.
belajarnya, sehingga siswa c. Bagi Guru Mata Pelajaran
lebih siap dalam menerima Suatu proses pembelajaran
informasi yang baru saat akan lebih efektif, apabila guru
belajar. mampu menciptakan suasana
belajar yang kondusif dan
menyenangkan bagi siswa.

16
Adanya suasana belajar yang latihan diharapkan lebih panjang
kondusif dan menyenangkan, sehingga dapat diketahui
hal tersebut akan menjadikan keefektifan dalam pemberian
siswa merasa nyaman ketika Brain Gym yang telah dilakukan.
proses pembelajran berlangsung.
Salah satu cara untuk dapat
membuat suasana pembelajaran
yang menyenangkan yaitu
dengan melakukan gerakan
Brain Gym. Gerakan Brain Gym
dapat dilakukan sebelum
pelajaran dimulai atau dapat
pula dilakukan sebagai selingan
dalam proses pembelajaran. Hal
ini mampu membuat siswa
merasa lebih rileks dan
konsentrasi belajarpun akan
meningkat.
d. Bagi Siswa
Siswa diharapkan untuk
dapat menerapkan latihan Brain
Gym secara rutin sehingga akan
didapatkan efek yang lebih
optimal terhadap peningkatan
konsentrasi belajar.
e. Bagi Peneliti Lain
Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat dilakukan
dengan lebih spesifik dan
variabelnya beragam. Selain itu,
dosis latihan/jangka waktu

17
DAFTAR PUSTAKA

Denisson, P. E. (2008). Brain Gym dan Aku; Merasakan Kembali Kenikmatan


Belajar. Jakarta: Grasindo.

Dennison, P. E. dan Dennison, G.E. (2009). Buku Panduan Lengkap Brain Gym:
Senam Otak. Jakarta: Gramedia.

DePorter. (2000). Quantum Learning: Unleasing the Genius in You. New York: A
Dell Trade Paperback.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Dewi, N. P. (2010). Pengaruh Senam Otak Terhadap Peningkatan Konsentrasi


Belajar Siswa (Umur 11-12 Tahun) Di SDN Nambangan Kidul 05
Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun. Skripsi pada Universitas
Brawijaya Malang: tidak diterbitkan.

Djono, Chosiyah, Syamsuri. (2001). Bimbingan Dan Konseling Belajar.


Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

Nuryana Aryati. (2010). Efektivitas Brain Gym Dalam Meningkatkan Konsentrasi


Belajar Pada Anak. Skripsi pada Universitas Muhammadiyah Surakarta:
tidak diterbitkan.

Ormrod, J. E. (2009). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan


Berkembang jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Surya Hendra. (2009). Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta: Elek Media


Komputindo.

18

You might also like