Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74 63

ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN


AGRIBISNIS KOPI INDONESIA

Sari Nalurita1, Ratna Winandi Asmarantaka2 dan Siti Jahroh2


1)Alumni Program Studi Magister Sains Agribisnis, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 2)Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor e-mail : 1sarinalurita@yahoo.com

ABSTRACT
Indonesia is the third largest coffee exporter in the world after Vietnam. In addition to be used as an
export commodity, coffee is also grown in the country. In today's era of trade globalization, competition is
getting tougher conditions, where individual countries to open their markets to each other. Based on that
need to be analyzed competitiveness and the development of Indonesian coffee agribusiness.
Competitiveness analysis is performed by means of comparative advantage analysis of Revealed
Comparative Advantage (RCA) and a competitive advantage with Porter's Diamond theory approach.
The results showed that Indonesian coffee has a competitive advantage both comparative and competitive.
The analysis used to generate agribusiness development strategy is the SWOT analysis tool (Strengths,
Weaknesses, Opportunities and Threats). Strategy resulting from the analysis is more directed to the
technical aspect and cultivation.

Keywords: competitiveness, strategy, coffee, agribusiness

PENDAHULUAN kopi masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,45


kg/kapita/tahun (International Coffee Organi-
LATAR BELAKANG zation, 2011). Industri kopi domestik tidak
Indonesia merupakan eksportir ke- hanya bertumpu pada komoditas primer
empat dunia untuk komoditi kopi, dengan semata (dalam bentuk biji kopi) melainkan
peran rata-rata sebesar 4,76 persen terhadap dalam bentuk olahan guna memperoleh nilai
total ekpor dunia. Brazil menempati posisi tambah dan meningkatkan daya saing yang
pertama dengan peran rata-rata sebesar 24,30 akan meningkatkan konsumsi domestik.
persen, diikuti dengan Vietnam sebesar 17,94 Secara garis besar industri kopi Indonesia
persen dan Colombia sebesar 10,65 persen digolongkan kedalam tiga skala usaha, yaitu
(ICO, 2012). Terdapat lebih dari 50 negara industri kopi olahan kelas kecil, industri kopi
tujuan ekspor kopi Indonesia. Negara tujuan olahan kelas menengah dan industri kopi
ekspor kopi Indonesia yang utama adalah olahan kelas besar.
Amerika Serikat dengan peran pasar rata-rata Pada era globalisasi perdagangan
sebesar 19,35 persen dari total ekspor kopi dewasa ini, kondisi persaingan semakin ketat
Indonesia. Diikuti oleh Jepang, Jerman dan dimana masing-masing negara saling
Italia, masing-masing dengan peran pasar membuka pasarnya. Pengembangan produk
rata-rata sebesar 14,96; 15,88; dan 6,71 persen diversifikasi kopi olahan, seperti roasted coffee,
(Departemen Perdagangan, 2010). instant coffee, coffee mix, decaffeinated coffee,
Tingkat konsumsi kopi per kapita soluble coffee, kopi bir (coffee beer), ice coffee
masyarakat Indonesia tergolong sangat mempunyai arti penting, karena dapat
rendah dibandingkan dengan negara-negara menjadi komoditas unggulan yang mem-
pengimpor seperti masyarakat Eropa yang punyai daya saing tinggi di pasar inter-
rata-rata mengkonsumsi kopi diatas lima nasional. Indonesia sebagai negara tropis
kg/kapita/tahun dan Amerika Serikat di atas disamping berpeluang untuk pengembangan
4 kg/kapita/tahun, sedangkan konsumsi produk diversifikasi kopi olahan tersebut

Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan… Sari Nalurita, Ratna Winandi Asmarantaka dan Siti Jahroh
64 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74

diatas, juga berpotensi untuk pengembangan Penelitian mengenai dayasaing kopi


produk industri pengolahan kopi specialties sudah banyak dilakukan. Diantaranya
dengan rasa khas seperti; Lintong Coffee, Asmarantaka (2011) melakukan penelitian
Lampung Coffee, Java Coffee, Kintamani Coffee, mengenai daya saing ekspor kopi Indonesia
Toradja Coffee. dengan data time series 1989 sampai 2008.
Permasalahan yang di hadapi agribisnis Metode analisis yang digunakan untuk
kopi Indonesia cukup kompleks, mulai dari menganalisis daya saing secara komparatif
hulu (on farm) hingga ke hilir. Di sisi on farm, adalah RCA sedangkan secara kompetitif
tingkat produktivitas kopi Indonesia lebih adalah EPD. Hasil dari RCA menunjukkan
rendah dibandingkan dengan negara pro- bahwa Indonesia memiliki dayasaing kopi
dusen utama kopi dunia lainnya seperti secara komparatif dengan nilai RCA rata-rata
Brazil (1.000 kg/ha/tahun), Columbia (1.220 6,55. sedangkan secara kompetitif melalui
kg/ha/tahun), Vietnam (1.540/kh/ha/thn). EPD diketahui bahwa meskipun ekspor kopi
Produktivitas tanaman kopi di Indonesia dunia mengalami pertumbuhan yang me-
baru mencapai 700 kg biji kopi/ha/tahun nurun, namun ekspor kopi Indonesia
untuk Robusta dan 800 Kg biji kopi/ha/ mengalami pertumbuhan yang positif.
Tahun untuk Arabika (Kemenperin, 2013). Meryana (2007), yang menganalisis daya
Rendahnya produktivitas kopi Indonesia saing kopi robusta Indonesia di pasar
disebabkan karena 95 persen kopi Indonesia internasional dengan menggunakan Revealed
merupakan perkebunan rakyat yang umum- Comparative Advantage (RCA) yang menun-
nya belum menggunakan bibit kopi unggul, jukkan bahwa industri kopi nasional memiliki
teknik budidaya yang masih sederhana serta keunggulan komparatif yang ditunjukkan
lambat melakukan peremajaan tanaman, dengan nilai RCA yang lebih dari satu,
minimnya sarana dan prasarana pendukung sementara hasil analisis keunggulan kompetitif
mengakibatkan rendahnya mutu kopi yang menggunakan pendekatan Berlian Porter
Indonesia. menunjukkan bahwa faktor sumberdaya,
Di bagian hilir dalam hal produksi, kondisi permintaan domestik, dan struktur
industri hilir skala kecil memiliki keter- pasar mendukung industri kopi dalam negeri
batasan sarana dan prasarana produksi berkembang. Strategi dianalisis dengan alat
(mesin pengolahan dan pengemasan), analisis SWOT. Senada dengan Meryana (2007),
teknologi yang tinggi baru dimiliki oleh Siahaan (2008) menganalisis dayasaing kopi
industri skala menengah dan besar, selain itu arabika Indonesia menyata-kan bahwa
industri skala kecil kurang berinovasi dalam Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan
menciptakan diversifikasi produk yang saat kompetitif dengan nilai RCA sebesar 2,65.
ini jenis kopi olahan sudah sangat beragam Secara keseluruhan terdapat persamaan
dikalangan masyarakat. Total produsen kopi penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu
di Indonesia mencapai 205 perusahaan, menganalisis dayasaing kopi Indonesia secara
namun sebagian besar adalah perusahaan komparatif dan kompetitif, keunggulan
dengan usaha skala kecil yang hanya komparatif meng-gunakan metode RCA dan
menguasai pangsa pasar sebesar delapan kompetitif menggunakan teori Belian Porter,
persen saja (Bina UKM, 2009). Di pasar namun pada penelitian ini tidak dibedakan
internasional, rendahnya mutu kopi jenis kopinya (Arabika dan Robusta).
Indonesia dan selera konsumen dunia yang
lebih menyukai kopi jenis Arabika, sementara
Indonesia hanya mampu menyumbang 27,7 TUJUAN PENELITIAN
persen kopi jenis Arabika dari total produksi
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk
kopi domestik, menjadi tantangan tersendiri
bagi Indonesia. menganalisis dayasaing kopi Indonesia secara
komparatif dan kompetitif serta perumusan

Sari Nalurita, Ratna Winandi Asmarantaka dan Siti Jahroh Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74 65
Dimana :

strategi guna pengembangan agribisnis kopi


Indonesia. RCAij = Keunggulan komparatif (daya
saing) kopi Indonesia
Xij = Nilai ekspor komoditas i (kopi)
METODE ∑i Xij negara j tahun ke t
= Total nilai ekspor seluruh
Penelitian ini menggunakan data primer ∑j Xij komoditas negara j
yaitu melalui wawancara untuk perumusan = Total nilai ekspor komoditas i
strategi pengembangan agribisnis kopi ∑i∑j Xij (kopi) dunia
Indonesia dengan pihak-pihak terkait yaitu = Total nilai ekspor untuk seluruh
petani kopi, Peneliti Sosial Ekonomi Pertanian,
komoditas dunia
pegusaha kopi olahan dan pihak pemerintah
Bila suatu negara memiliki nilai RCA
dalam hal ini Balai Besar Industri Hasil
lebih besar dari satu (RCA>1), maka dapat
Pertanian. Data sekunder yang diguna-kan
dikatakan negara tersebut memiliki keung-
berupa data time series dalam kurun waktu 7
gulan komparatif dalam produk yang terkait
tahun (2008-2013). Kopi yang menjadi objek
dan berdaya saing kuat. Apabila nilai RCA
penelitian adalah biji kopi yang belum
kurang dari 1 mengindikasikan kerugian
disangrai dan belum dihilangkan kafeinnya.
komparatif dalam produk terkait dengan
Data yang diperoleh kemudian dianali-
kata lain menunjukkan daya saing yang
sis dengan menggunakan metode deskriptif
lemah. Semakin tinggi nilai RCA-nya maka
kualitatif maupun kuantitatif. Dayasaing
semakin tangguh daya saingnya.
agribisnis kopi di Indonesia secara kompa-
ratif dianalisis dengan menggunakan RCA,
sedangkan kompetitif dengan alat analisis ANALISIS KONSENTRASI PASAR
Teori Berlian Porter, serta untuk meng- Untuk menganalisis tingkat konsentrasi
analisis strategi pengembangan agribisnis pasar yang dihadapi perusahaan kopi olahan
kopi di Indonesia dengan alat analisis SWOT. di Indonesia dapat dilakukan dengan alat
analisis Concentration Ratio (CR). Concentra-
REVEALED COMPARATIVE tion Ratio digunakan untuk mengukur per-
ADVANTAGE (RCA) sentase pangsa pasar. Nilai concentration ratio
Menurut Tambunan (2001), keunggulan yang banyak digunakan adalah CR4 dan CR8
komparatif dapat diukur salah satunya yang merupakan output pasar yang di-
dengan menggunakan Revealed Comparative hasilkan oleh 4 atau 8 produsen terbesar
Advantage (RCA) yang membandingkan dalam industri. Dalam penelitian ini, rasio
pangsa pasar ekspor sektor tertentu tersebut di konsentrasi pasar yang digunakan adalah
pasar dunia Tujuan penggunaan indeks RCA CR4 yang dipegang oleh (dikonsentrasikan
dalam penelitian adalah untuk mengetahui posisi dalam) empat perusahaan kopi nasional
komparatif Indonesia diantara negara-negara dengan pangsa pasar terbesar. Rasio kon-
produsen kopi lainnya di pasar kopi internasional. sentrasi pasar (CR4) di rumuskan sebagai
Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu berikut:
produk (kopi) terhadap total ekspor suatu wilayah CR4 = Sij1 + Sij2 + Sij3 + Sij4
(Indonesia) yang kemudian dibandingkan dengan
Dimana,
pangsa nilai ekspor kopi dunia terhadap total nilai CR4 = Nilai konsentrasi pasar 4 perusahaan
ekspor dunia. RCA dirumuskan sebagai berikut : kopi terbesar di Indonesia
/∑
Sij = Pangsa pasar perusahaan kopi olahan
=
∑/∑ ∑
di Indonesia

Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan…

Sari Nalurita, Ratna Winandi Asmarantaka dan Siti


Jahroh
66 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74

Berdasarkan rasio konsentrasinya, struk- menghindari atau mengurangi dampak


tur pasar dapat diklasifikasikan sebagai ancaman eksternal. WO Strategy mem-
berikut: perbaiki kelemahan sistem agribisnis kopi
1. Struktur pasar persaingan sempurna dengan cara mengambil keuntungan dari
(perfect competition) ditunjukkan dengan peluang eksternal. WT Strategy merupakan
rasio konsentrasi yang sangat rendah. taktik defensive yang diarahkan untuk
2. Struktur pasar persaingan monopolistik mengurangi kelemahan sistem agribisnis
(monopolistic competition) ditunjukkan kopi serta menghindari ancaman eksternal
dengan nilai rasio konsentrasi untuk (David 2006). Berikut ini adalah langkah-
empat produsen terbesar (CR4) di langkah dalam menyusun Matriks SWOT :
bawah 40 persen. a. Tentukan faktor-faktor kekuatan dan
3. Struktur pasar oligopoli ditunjukkan kelemahan internal kunci agribisnis kopi
Indonesia.
dengan nilai rasio konsentrasi empat
b. Tentukan faktor-faktor peluang dan
produsen terbesar (CR4) di atas 40
ancaman eksternal agribisnis kopi
persen. Indonesia.
4. Struktur pasar monopoli ditunjukkan c. Tentukan faktor-faktor kekuatan, kele-
dengan nilai rasio konsentrasi empat mahan, peluang dan ancaman strategis
produsen (CR4) mendekati 100 persen. agribisnis kopi Indonesia.
d. Sesuaikan kekuatan internal dengan
peluang eksternal untuk mendapatkan
TEORI BERLIAN PORTER
SO Strategy.
Dalam penelitian ini dianalisis kondisi e. Sesuaikan kekuatan internal dengan
kopi Indonesia ke dalam enam komponen ancaman eksternal untuk mendapatkan
yang terdapat dalam teori Belian Porter ST Strategy.
(Porter, 1990). Enam komponen itu adalah : f. Sesuaikan kelemahan internal dengan
(1) Kondisi Faktor, (2) Kondisi Permintaan peluang eksternal untuk mendapatkan
Domestik, (3) Industri terkait dan Industri WO Strategy.
Pendukung, (4) Struktur, Persaingan dan g. Sesuaikan kelemahan internal dengan
Strategi, (5) Peran Pemerintah dan (6) Peran peluang eksternal untuk mendapatkan
Kesempatan. Setelah diketahui faktor-faktor WT Strategy.
dalam Sistem Berlian Porter. Enam kom-
ponen ini nantinya akan digunakan dalam
analisis SWOT. HASIL DAN PEMBAHASAN
ANALISIS KEUNGGULAN
ANALISIS SWOT KOMPARATIF KOPI INDONESIA DI
Matriks SWOT merupakan alat pen- PASAR INTERNASIONAL
cocokan strategi yang dilakukan berdasarkan Dayasaing kopi Indonesia di pasar
pengembangan empat jenis strategi, yaitu SO internasional dapat dilihat dari keunggulan
Strategy (Strategi Kekuatan-Peluang), ST komparatifnya. Salah satu metode untuk
Strategy (Strategi Kekuatan-Ancaman), WO menganalisis dayasaing komparatif suatu
Strategy (Strategi Kelemahan-Peluang), dan komoditas suatu nega di pasar internasional
WT Strategy (Strategi Kelemahan-Ancaman). adalah metode Revealed Comparative
SO Strategy memanfaatkan kekuatan Advantage (RCA). Nilai RCA yang lebih dari
internal dari sistem agribisnis kopi untuk satu, mengindikasikan bahwa komoditas
menarik keuntungan dari peluang eksternal. suatu negara tersebut memiliki dayasaing.
ST Strategy menggunakan kekuatan untuk

Sari Nalurita, Ratna Winandi Asmarantaka dan Siti Jahroh Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74 67

Pasar ekspor kopi Indonesia merupakan rata pangsa pasar Brazil pada kurun waktu
pasar pengikut bila dibandingkan dengan 2008 sampai 2013 adalah sebesar 31,08
pasar ekspor Brazil sebagai pasar acuan. Hal persen, sedangkan Vietnam sebesar 12,04
ini menunjukkan bahwa keragaan ekspor persen dan Kolombia sebesar 11,6 persen.
kopi Indonesia selain ditentukan oleh Berdasarkan hasil analisis RCA ekspor
produksi kopi Indonesia, juga sangat kopi di atas, Indonesia memiliki dayasaing
ditentukan oleh keragaan kopi di Brazil. yang cenderung menurun. Semua angka RCA
Berdasarkan Tabel 1, nilai ekspor kopi yang di peroleh adalah lebih besar dari satu
Indonesia mengalami fluktuasi mengikuti yang menunjukkan bahwa produk ekspor kopi
fluktuasi nilai ekspor kopi dunia, dimana rata- Indonesia memiliki dayasaing secara
rata nilai ekspor kopi Indonesia selama kurun komparatif di pasar dunia, dengan rata-rata
waktu 2008 sampai 2013 adalah sebesar US$ RCA sebesar 5,56. Dayasaing kopi Indonesia
1.047.692.429 dengan rata-rata pangsa pasar tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu dengan
kopi Indonesia setiap tahunnya sebesar 6,44 nilai RCA sebesar 8,06, hal ini dikarenakan
persen. Pangsa pasar kopi Indonesia terhadap konstribusi ekspor kopi Indonesia tertinggi
dunia paling tinggi terjadi pada tahun 2013 dalam kurun waktu 2008-2013 terhadap total
sebesar 11,92, hal ini disebabkan penurunan ekspor komoditi Indonesia di tahun tersebut
ekspor kopi dunia di tahun 2013 terhadap yaitu sebesar 0,79 persen.
tahun sebelumnya sebesar 45 persen. Rata-

Tabel 1. Nilai Ekspor Kopi Indonesia dan Dunia serta Pangsa Pasar Kopi Indonesia pada
Dunia Tahun 2008-2013
Tahun Ekspor Kopi Pangsa Pasar Indonesia
Indonesia (US$) Dunia (US$) (%)
2008 1.081.467.000 15.018.930.709 7,20
2009 929.822.000 13.524.514.164 6,88
2010 983.998.000 16.272.481.765 6,05
2011 1.303.494.000 21.140.132.985 6,17
2012 1.566.805.000 22.705.167.103 6,90
2013 1.468.261.000 12.313.492.862 11,92
Rata-rata 1.047.692.429 14.424.959.941 6,44
Sumber : Diolah dari UN Comtrade, 2014
Tabel 2. Analisis RCA Kopi Indonesia di Pasar Internasional Tahun 2008-2013

Tahun Ekspor Kopi (US$) Ekspor Seluruh Komoditas (US$) RCA


Indonesia(Xij) Dunia(Xwj) Indonesia(Xit) Dunia(Xwt)
2008 1.081.467.000 15.018.930.709 137.020.424.402 15.341.980.304.073 8,06
2009 929.822.000 13.524.514.164 116.509.991.781 11.943.425.234.600 7,05
2010 983.998.000 16.272.481.765 157.779.103.470 14.493.048.840.151 5,55
2011 1.303.494.000 21.140.132.985 203.496.619.185 16.838.339.215.892 5,10
2012 1.243.825.829 22.705.167.103 190.000.000.000 17.172.580.313.564 4,95
2013 1.166.188.552 12.313.492.862 167.658.259.937 14.547.648.794.565 8,22
Rata-rata 1.047.692.429 14.424.959.941 138.923.485.539 12.905.288.957.549 5,56
Sumber : Data diolah dari UN Comtrade, 2014

Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan… Sari Nalurita, Ratna Winandi Asmarantaka dan Siti Jahroh
68 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF 3. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan


KOPI INDONESIA DENGAN KOMPONEN dan Teknologi
SISTEM BERLIAN PORTER. Sumber daya ilmu pengetahuan dan
Kondisi Faktor teknologi (IPTEK) merupakan faktor
Kondisi faktor yang berpengaruh ter- penentu yang sangat penting bagi upaya
hadap dayasaing agribisnis kopi Indonesia peningkatan dayasaing industri kopi
adalah sumberdaya alam, sumberdaya nasional. Penguasaan teknologi dari
manusia, sumberdaya ilmu pengetahuan dan mulai pra panen, panen sampai dengan
teknologi, sumberdaya modal, dan sumber- pasca panen merupakan faktor utama
daya infrastruktur. Kelima kondisi faktor bagi peningkatan produktivitas serta
sumberdaya tersebut dijelaskan sebagai mutu kopi, yang pada akhirnya
berikut: berdampak pada peningkatan dayasaing
1. Sumberdaya Alam industri kopi Indonesia. Begitu juga
Indonesia memiliki iklim tropis dan penerapan tek-nologi informasi yang
curah hujan yang sangat mendukung diharapkan mampu menyebarluaskan
untuk perkembangan komoditas kopi. informasi yang dibutuh-kan bagi para
Kondisi lingkungan sumber daya alam pelaku dan konsumen produk.
untuk tanaman kopi berbeda untuk PPKKI salah satunya berperan
Robusta dan Arabika. Lahan perkebunan sebagai penghasil benih kopi unggul.
kopi Robusta di Indonesia cukup luas Kegiatan inovasi teknologi rutin di-
lakukan setiap tahunnya bekerjasama
namun tidak didukung oleh produktivitas
dengan beberapa perkebunan rakyat.
yang tinggi dikarenakan kepemilikan
Selain itu terdapat Pusat Analisis Sosial
lahan sebagain besar adalah perkebunan
Ekonomi, Lembaga Riset Perkenunan
rakyat, yang umumnya kurang intensif
Indonesia, dan Balai Pengkajian
dalam pemeliharaan tanaman, tidak
Teknologi Pertanian, semua lembaga ini
melakukan peremajaan tanaman, dan
memberi-kan informasi mengenai
penggunaan teknologi budidaya yang
perkopian nasional melalui warta, jurnal,
masih sederhana. Berikut adalah perkem-
situs resmi, musyawarah kerja nasional
bangan produktivitas kopi Indonesia
dan sebagainya.
tahun 2008 sampai 2014.
Tingkat penggunaan teknologi oleh
petani kopi masih dikatakan rendah.
2. Sumberdaya Manusia
Rendahnya penggunaan teknologi ter-
Sebagai salah satu faktor produksi,
sebut proses alih ilmu pengetahuan dan
kualitas sumberdaya manusia sangat
teknologi dari ahli kopi dan lembaga
menentukan keberhasilan agribisnis kopi.
penelitian ataupun penyuluh kepada
Secara keseluruhan sumberdaya manusia
petani yang lambat. Oleh karena itu,
berperan dalam mendukung keunggulan
harus ada kerjasama membangun
kompetitif dari agribisnis kopi. Sebagian
informasi antara lembaga penelitian
besar perkebunan kopi adalah
pengembangan kopi dengan petani kopi.
perkebunan rakyat. Secara umum, tenaga
Lembaga penelitian dapat memberikan
kerja yang dipakai dalam budidaya kopi
cara-cara penggunaan teknologi dengan
adalah tenaga kerja untuk persiapan
baik dan benar serta memberikan cara-
lahan, penanaman tanaman pelindung
cara untuk meningkatkan kualitas mutu
kopi, pemeliharaan dan pengendalian
sesuai dengan preferensi konsumen
hama, pemanenan dan pengolahan.
kepada para petani kopi. Secara
keseluruhan sumber-daya IPTEK telah
mendukung dayasaing kopi Indonesia.

Sari Nalurita, Ratna Winandi Asmarantaka dan Siti Jahroh Analisis Dayasaing dan Strategi
Pengembangan…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74 69

Tabel 3. Luas Lahan, Jumlah Produksi dan Produktivitas Kopi Indonesia Tahun 2008-2014
Tahun Luas (Ha) Produksi (Kg) Produktivitas (Kg/Ha)
2008 1.295.110 698.016.000 538,96
2009 1.266.235 682.690.000 539,15
2010 1.210.364 686.921.000 567,53
2011 1.292.965 633.991.000 490,34
2012 1.305.895 748.109.000 572,87
2013 1.331.000 728.000.000 546,96
2014 1.354.000 738.000.000 545,05
Rata-rata 1.293.653 702.246.714 542,98
Sumber : Diolah dari AEKI, 2014

4. Sumberdaya Modal mutlak bagi pengembangan industri kopi


Secara umum, sumberdaya modal nasional.
untuk investasi di industri kopi berupa Khusus untuk kopi arabika yang
investasi yang berbadan hukum seperti menuntut lingkungan dengan suhu
PMA, PMDN, BUMN, BUMD dan rendah dan umumnya terdapat di dataran
Koperasi. Permodalan dalam dunia tinggi, belum di dukung oleh saraea
perkebunan kopi ini masih dirasakan infrastruktur yang memadai. Hal ini akan
sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh berpengaruh pada hal distribusi produk,
belum adanya sertifikasi terhadap yang akan meningkatkan biaya trans-
kepemilikan lahan, serta tidak adanya portasi yang merupakan harga input,
kredit dari Pemerintah dengan bunga tidak sejalan dengan harga output yang
ringan serta sifat dari produk pertanian rendah. Menurut Direktorat Jenderal
yang hasil produksinya tidak pasti atau Perkebunan (2006), keadaan prasarana
tergantung terhadap keadaan alam. Hal yang men-dukung industri kopi saat ini
inilah yang ditakutkan oleh sebagian mulai dari tempat produksi hingga ke
besar lembaga permodalan karena mereka pelabuhan (jalan, alat angkutan, listrik
takut modal yang diberikan tidak akan dan energi) masih kurang memadai dan
kembali atau dapat kembali tetapi dalam minim khususnya di luar pulau Jawa.
jangka waktu yang lama. Selain itu minat Maka, secara keseluruhan keadaan dari
investor asing ke Indonesia masih kurang sarana dan prasarana yang ada belum
karena terkait masalah perburuha, dapat mendukung industri kopi yang
perpajakan dan kebijakan pemerintah berdaya-saing.
yang tidak konsisten. Sehingga dapat
Kondisi Permintaan
disimpulkan bahwa sumberdaya modal
belum men-dukung sepenuhnya 1. Komposisi Permintaan Domestik
peningkatan daya-saing kopi Indonesia. Komposisi permintaan domestik
menurut Ditjenbun terdiri dari industri
5. Sumberdaya Infrastruktur rumah tangga, industri kembang gula,
Sumber daya infrastruktur merupa- industri minuman, dan industri lainnya.
kan faktor penentu keberhasilan bagi Konsumsi kopi terbesar adalah konsumsi
upaya peningkatan daya saing industri industri rumah tangga yang mencapai 85
kopi Indonesia. Sarana dan prasarana fisik persen setiap tahunnya. Sedangkan industri
tersebut meliputi sarana dan prasarana kembang gula mencapai delapan persen
budidaya kopi, sarana dan prasarana setiap tahunnya, industri minuman sekitar
penyimpanan dan pengangkutan, trans- lima persen dan sisanya dua persen untuk
portasi (jalan) dan telekomunikasi. Sarana konsumsi sektor industri lain.
dan prasarana tersebut merupakan syarat

Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan… Sari Nalurita, Ratna Winandi Asmarantaka dan
Siti Jahroh
70 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74

Tabel 4. Jumlah Konsumsi Kopi Indonesia Tahun 2010-2014

No. Tahun Jumlah Penduduk Kebutuhan Kopi (Kg) Konsumsi Kopi


(Jiwa) (Kg/Kapita/Tahun)
1 2010 237.000.000 190.000.000 0,80
2 2011 241.000.000 210.000.000 0,87
3 2012 245.000.000 230.000.000 0,94
4 2013 249.000.000 250.000.000 1,00
5 2014* 253.000.000 260.000.000 1,03
Sumber : AEKI, 2014
Keterangan : *Angka Sementara

Tabel 5. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Tiga Negara Utama Tujuan Ekpor Tahun
2008-2012
Negara 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Rata-rata
(000 US$)
AS 174.000 161.000 176.000 275.000 331.000 1.117.000 223.400
Jepang 124.000 98.000 119.000 175.000 146.000 662.000 132.400
Jerman 174.000 109.000 106.000 71.000 117.000 577.000 115.400
Sumber : Diolah dari Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Kementerian Perdagangan 2013

2. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan Singapura dan beberapa negara Afrika
Laju pertumbuhan konsumsi kopi dalam seperti Afrika Selatan, Mesir dan UEA.
negeri selama kurun waktu 2010 sampai 2014 Namun negara tujuan ekspor utama
mengalami fluktuasi meski-pun Indonesia adalah Amerika, Jepang, dan
perubahannya sangat kecil, yaitu rata-rata Jerman. Berikut adalah perkembangan
sebesar 0,75 persen setiap tahunnya dan ekspor ke tiga negara tujuan utama kopi
hanya sebesar 0,93 Kg/ Kapita/tahun rata- Indonesia tahun 2008 sampai 2012.
rata konsumsinya. Berikut adalah jumlah
konsumsi kopi Indonesia tahun INDUSTRI TERKAIT DAN PENDUKUNG
2010 sampai 2014.
Industri terkait dan industri pendukung
Berdasarkan Tabel 4, jumlah kon-
memiliki peran penting dalam meningkatkan
sumsi kopi rata-rata Indonesia setiap
daya saing kopi Indonesia. Pada industri
tahunnya (2010-2014) adalah sebesar
terkait ekspor kopi meliputi industri
228.000.000 Kg atau 228.000 ton kopi
penyediaan bahan baku sedangkan pada
pertahun atau hanya sebesar 32,47 persen
industri pendukung memiliki peran dalam
dari total produksi kopi Indonesia.
pengembangan produk kopi olahan.
Industri kopi tentunya sangat ber-
3. Internasionalisasi Permintaan Domestik
gantung pada kemampuan industri hulu
Sebagian besar produk kopi
menyediakan benih unggul. Petani kopi
Indonesia ditujukan untuk ekspor guna
sebenarnya mudah untuk mendapatkan bibit
memenuhi kebutuhan pasar internasional.
unggul, PT Treno Kenangan yang terdapat di
Ekspor kopi Indonesia sebagian besar
provinsi Nusa Tenggara Barat adalah salah
terdiri dari ekspor kopi Robusta. Tujuan
satu penyedia bibit kopi, selain itu Pusat
ekspor kopi Indonesia masih didominasi
Kopi dan Kakao juga menyediakan bibit kopi
oleh negara-negara Eropa, USA, dan
unggul.
beberapa negara Asia seperti Jepang,
Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, Pilipina,

Sari Nalurita, Ratna Winandi Asmarantaka dan Siti Jahroh Analisis Dayasaing dan Strategi
Pengembangan…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74 71
Tabel 6. Analisis Concentration Ratio (CR4)

No. Nama Perusahaan Nama Merek Rata-rata Pangsa (%)


1 PT. Santos Abadi Jaya Kapal Api dan ABC 61,37
2 PT. Nestle Indonesia Nescafe 7,80
3 PT. Mayora Indah TBK Torabika 7,40
4 PT. Sari Incofood Corporation Indocafe 7,97
Jumlah 84,53
Sumber : Diolah

Lokasi industri kopi olahan antara lain berlaku bagi pengolahan kering maupun basah
di Sumatera Utara, Lampung, Jawa Timur (Abdoellah, 2003). Selain itu Departemen
dan Sulawesi Selatan dengan sentra produksi Pertanian mengalokasikan dana APBN
yang tersebar di berbagai propinsi sebanyak sebanyak Rp. 9,29 miliar untuk rehabilitasi dan
32 sentra. Perusahaan yang kini sudah peremajaan tanaman kopi seluas 2.828 hektar
menerjuni industri pengolahan kopi antara untuk meningkatkan pengembangan kopi
lain PT Sari Incofood Corporation (Sumut), Arabika (Ditjenbun, 2008). Pemerintah melalui
PT Mayora Indah Tbk (Banten), PT Santos Direktorat Jenderal Perkebunan melakukan
Jaya Abadi (Jatim), PT Nestle Indonesia kegiatan penyuluhan mulai dari pra panen
(Jatim) dan PT Aneka Coffee Industry (Jatim). sampai pasca panen. Pemerintah juga banyak
melakukan banyak penelitian mengenai bibit
STRUKTUR, PERSAINGAN unggul dan melepaskan varietas bibit kopi
DAN STRATEGI unggul guna mendukung dayasaing kopi
Secara keseluruhan dalam pangsa pasar Indonesia.
minuman kopi, Kapal Api menduduki market
share paling tinggi dari Tahun 2009 hingga PERAN KESEMPATAN
Tahun 2011. Akan tetapi, apabila pasar Peran kesempatan merupakan faktor
dipecah menjadi dua segmen, maka Nescafe yang ada di luar kendali pemerintah seperti
unggul daripada Kapal Api dalam kopi peningkatan daya saing karena perdagangan
instan, sedangkan Kapal Api unggul dalam bebas ataupun karena adanya blok-blok
kopi bubuk. perdagangan. Pasar bebas memberikan
Berdasarkan hasil analisis diatas peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan
diketahui bahwa nilai konsentrasi pasar (CR4) dayasaing produk kopi di manca negara.
ke empat perusahaan kopi olahan tersebut Sebagai Negara produsen kopi ke tiga
adalah 84,53 persen (>40) mendekati 100 terbesar dunia dan Indonesia mempunya
persen artinya konsentrasi ke empat ragam kelompok kopi spesial, Indonesia
perusahaan ini sangat besar. Hal ini menun- berkesempatan membidik pasar baru
jukkan bahwa struktur pasar yang terjadi terutama dalam hal ekspor kopi kelompok
adalah pasar monopoli. spesial yang dimiliki Indonesia.

PERAN PEMERINTAH STRATEGI PENGEMBANGAN


Upaya pemerintah Indonesia dalam AGRIBISNIS KOPI INDONESIA
meningkatkan dayasaing kopi dalam negeri Alat analisis yang digunakan adalah
adalah dengan menetapkan sistem standari- metode SWOT. Langkah pertama yang
sasi nasional sejak tahun 1975 melalui SK dilakukan adalah mengidentifikasi informasi
Menteri Perdagangan No. 266/KP/X/76. menjadi dua kelompok, yaitu informasi yang
Berdasarkan standar tersebut, mutu biji kopi termasuk ke dalam lingkup internal, dan
dibagi menjadi mutu 1, 2, 3 dan 4, hal ini informasi yang termasuk ke dalam lingkup

Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan… Sari Nalurita, Ratna Winandi Asmarantaka dan Siti Jahroh
72 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74

eksternal. Selanjutnya, dilakukan identifikasi SWOT lebih banyak mengarah pada


kekuatan dan kelemahan yang berasal dari aspek teknis dan budidaya.
lingkup internal

Analisis Komponen Kekuatan,


DAFTAR PUSTAKA
Kelemahan, Peluang dan Ancaman Asmarantaka RW. 2011. Analisis Dayasaing
Tahap pertama yang dilakukan dalam Ekspor Kopi Indonesia. Di dalam :
perumusan strategi adalah melakukan Baga LM, Fariyanti A, Jahroh S.
Kewirausahaan dan Dayasaing
identifikasi pada tiap komponen tersebut
Agribisnis. Bogor : IPB Pr. Hlm 79-93.
untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman, hasil identifikasi Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 1990.
tersebut akan menjadi komponen SWOT. Konsumsi Kopi Indonesia. Asosiasi
Eksportir Kopi Indonesia. Jakarta.

Perumusan Strategi dengan Matriks SWOT ______. 2002. Vietnam akan Kendalikan
Produksi Kopi. Kopi Indonesia. Edisi
Tahap selanjutnya adalah merumuskan April. Jakarta
strategi berdasarkan analisis komponen
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id. (9
November 2012)
yang telah di analisis sebelumnya. Dalam
merumuskan strategi pengembangan agri-
bisnis kopi Indonesia, alat analisis yang ______. 2004. Indikator Industri Besar dan
digunakan adalah Matriks SWOT. Strategi Sedang. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
yang dihasilkan dari Matriks SWOT adalah Bina UKM. 2011. http://binaukm.com (11
strategi S-O yaitu menggunakan kekuaatan November 2011)
dari agribisnis kopi Indonesia untuk
DavidFR. 2006. Manajemen Strategis:
memanfaatkan peluang yang ada, strategi W- Konsep. Edisi 10. Buku 1. Stefanus
O yaitu memanfaatkan peluang untuk me- Rahoyo, editor. Penerbit Salemba
minimalkan kelemahan dari agribisnis kopi Empat. Terjemahan dari: Strategic
Indonesia, strategi S-T yaitu menggunakan Management: Concepts and Cases.
kekuatan untuk mengatasi ancaman, dan Jakarta.
strategi W-T yaitu meminimalkan kelemahan Departemen Perdagangan. 2010. Indonesian
dan menghindari ancaman (Lampiran 1). Foreign Trade In Brief. Ditjen
Perdagangan Luar Negeri, Jakarta.
Direktorat Jendral Perkebunan Departemen
KESIMPULAN Pertanian. 2006. www.deptan.go.id. (3
1. Berdasarkan analisis dayasaing meng- November 2013).
gunakan RCA (indeks RCA rata-rata _____. 2012. Statistik Perkebunan 2009-2011.
sebesar 6,54) secara komparatif kopi Direktorat Jenderal Perkebunan
Indonesia memiliki dayasaing di pasar Departemen Pertanian. Jakarta.
internasional. Berdasarkan analisis
[ICO]International Coffee Organization.
Berlian Porter, kopi Indonesia juga 2011. Coffee Market Report.
memiliki keunggulan secara komparatif http://www.ico.org. (9 November
yang didukung oleh kondisi faktor 2012)
(sumberdaya alam, modal, tenaga kerja,
_____.2012. Coffee Market Report.
IPTEK), industri terkait dan pendukung,
http://www.ico.org. (9 November
peran pemerintah dan kesempatan. 2012)
2. Strategi yang peningkatan dayasaing
yang dihasilkan melalui analisis Matriks

Sari Nalurita, Ratna Winandi Asmarantaka dan Siti Jahroh Analisis Dayasaing dan Strategi
Pengembangan…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74 73

Meryana, E. 2007. Analisis Dayasaing Kopi


Robusta Indonesia di Pasar
Internasional. Skripsi. Program Sarjana
Manajemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Porter, M.E. (1990, 1998). The Competitive
Advantage of Nations. Macmillan.
London.
Siahaan, Jummy A. 2008. Analisis Dayasaing
Komoditas Kopi Arabika Indonesia di
Pasar Internasional. Skripsi. Program
Studi Ekonomi Pertanian dan
Sumberdaya. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Tambunan, Tulus. Maret 2001. Perkembangan
Sektor Pertanian Di Indonesia. Edisi ke-
1. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan… Sari Nalurita, Ratna Winandi Asmarantaka dan
Siti Jahroh
74 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74

Lampiran 1. Matriks SWOT Agribisnis Kopi Indonesia

Kekuatan (Strength-S) Kelemahan


1. Indonesia memiliki iklim (Weaknesses-W)
tropis dan curah hujan 1. Tingkat penggunaan
yang sangat mendukung teknologi oleh petani kopi
untuk perkembangan masih dikatakan rendah
komoditas kopi 2. Permodalan dalam dunia
2. Kemudahan memperoleh perkebunan kopi masih
bibit dirasakan kurang.
3. Menyerap tenaga kerja 3. Kurang memadai sarana dan
dalam jumlah yang prasarana yang mendukung
cukup banyak industri kopi
4. Teknologi pengolahan 4. Konsumsi kopi perkapita
kopi berkembang pesat yang sangat rendah
5. Luas areal perkebunan 5. Ekspor masih dalam bentuk
kopi yang meningkat tiap biji kopi
tahunnya 6. Rantai pemasaran yang
panjang
Peluang Strategi S-O Strategi W-O
(Opportunities-O) 1. Meningkatkan konsumsi 1. Pelatihan teknologi di
1. Konsumsi Industri Rumah domestik tingkat petani dan industri
tangga mencapai 85 persen (S4,O1,O2,O5) kelas kecil dan menengah
2. Banyaknya perusahaan 2. Meningkatkan produksi (W1,O4,O5,O6)
kopi olahan arabika dan kopi spesial 2. Adanya lembaga yang
3. Alokasi dana untuk (S1,S2,S3,S4,S5,O3,O4,O5) memfasilitasi penjualan
rehabilitasi dan 3. Penguatan kelembagaan langsung dari petani ke
peremajaan tanaman kopi petani kopi industri
4. Adanya penyuluhan, riset (S2,S4,O2,O3,O4,O6) (W6,O2,O3,O5)
bibit unggul dan pelepasan 3. Perbaikan infrastruktur guna
varietas unggul memperlancar proses
5. Indonesia memiliki distribusi
kelompok kopi spesial (W3,O3)
6. Perdagangan bebas
Ancaman (Threats-T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Pasar kopi olahan 1. Meningkatkan kualitas Mengekspor kopi dalam
domestik mengarah pada biji kopi guna bentuk kopi olahan
pasar monopolitik meningkatkan kualitas (W5, T1,T2)
2. Adanya standar nasional kopi olahan dalam negeri
(S1,S2,S3,S4,T1,T2,T3,T4)
2. Inovasi produk kopi
olahan
(S4,T1,T2)

Sari Nalurita, Ratna Winandi Asmarantaka dan Siti Jahroh Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan…

You might also like