Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Terhadap Kemampuan Penecahan Masalah Matematis


Siswa Kelas XI MIA SMAN 1 Lubuk Alung
Raesya Gusmiyanti#1, Minora*2, Yerizon#3

Mathematics Department, State University of Padang


Jl. Prof. Dr. Hamka, Padang, Indonesia
#1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNP
*2 #3
Dosen Jurusan Matematika FMIPA UNP
Raesyagusmiyanti2408@yahoo.co.id
Minora_nst@yahoo.com

Abstract –students mathematical problem solving ability at XI MIA grade science class of SMAN 1
Lubuk Alung was low. It was caused by the lack of students involvement during learning process and
lack of solving daily exercise. Dealing with the problem, it needed an appropriate strategy to improve
students problem ability. One of stetegies was Problem Based Learning Model. It is a learning model
wich is began by giving real an relevant problem on students life. Moreover, it emphasized on students
activity. In group, students looked for an found knowledge. As a result, learning process was meaning ful
an it can improve students problem. This research aimed to kom how the application of PBL model in
learning mathematic at XI grade science class of SMAN 1 Lubuk Alung. The result shows that students
who taught by PBL model were better in mathematical problem solving tan the students who taught by
usig conventional model with a significance 0,05 real level. It can be seen that the percentage for each
indicator mathematical problem solving skills, the ability of students to learn using PBL higher than
students who studied with conventional learning.

Keywords - informal cooperative learning, formulate-share-listen-create model, mathematical concept


understanding skill

Abstrak - Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas XI MIA SMAN 1 Lubuk Alung masih
rendah. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya keterlibatan siswa selama proses pembelajaran dan siswa
tidak dibiasakan untuk menyelesaikan soal-soal non rutin. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah diperlukan suatu strategi yang tepat dalam pembelajaran. Salah satunya
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model Problem Based Learning merupakan
pembelajaran yang diawali dengan masalah nyata yang relevan dalam kehidupan siswa. Selain itu, PBL
juga menekankan pada aktivitas siswa. Didalam kelompok siswa mencari dan menemukan pengetahuan
sehingga pembelajaran yang dilaksanakan lebih bermakna dan dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Model tersebut diharapkan mampu mengatasi masalah siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model PBL dalam pembelajaran
matematika di kelas XI MIA SMAN 1 Lubuk Alung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang
belajar menggunakan pembelajaran PBL memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih
baik daripada siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional dengan taraf signifikan 0,05.
Hal tersebut dapat dilihat bahwa persentase kemampuan pemecahan masalah matematis untuk setiap
indikator, kemampuan siswa yang belajar menggunakan PBL lebih tinggi dibandingkan siswa yang
belajar dengan pembelajaran konvensional.
Kata Kunci - model problem based learning, kemampuan pemecahan masalah matematis matematis,
pembelajaran konvensional.

PENDAHULUAN pelajaran wajib bagi semua jenjang pendidikan mulai dari


Matematika merupakan salah satu bidang studi yang TK, SD, SMA hingga perguruan tinggi.
mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Dengan Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah
mempelajari matematika seseorang dibiasakan dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta matematis siswa. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan
memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam bidang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)
matematika maupun bidang lainya. Pentingnya peranan Nomor 59 Tahun 2014 tentang standar isi yaitu agar
matematika menjadikan matematika sebagai mata siswa dapat menggunakan penalaran pada sifat,
melakukan manipulasi matematika baik dalam TABEL 1
DATA TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang
MATEMATIS
ada dalam pemecahan masalah dalam konteks matematika
No Indikator Kemampuan Pemecahan Persentase
maupun diluar matematika (kehidupan nyata, ilmu dan Soal Masalah yang di Ukur Jawaban Siswa
teknologi) yang meliputi kemampuan memahami Benar Salah
masalah, membangun model matematika, menyelesaikan 1 Mengorganisasi data dan memilih
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh termasuk informasi yang relevan dalam 43,93 56,07
dalam rangka memecahkan masalah dalam kehidupan memecahkan masalah.
sehari-hari (dunia nyata) 2 . Kemampuan pemecahan 2 Memilih pendekatan dan strategi
masalah yang baik diperoleh melalui pengalaman dalam yang tepat untuk memecahkan 22,72 77,28
masalah
memecahkan berbagai masalah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam pemecahan masalah Tabel 1 menunjukan bahwa persentase siswa yang
adalah pengalaman siswa sebelumnya, perkembangan menjawab benar kurang dari 50%. Sebagian besar
kognitif, serta minat (ketertarikannya) terhadap jawaban yang diberikan siswa belum memenuhi kriteria
matematika 1 . jawaban yang diharapkan. Namun beberapa orang siswa
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMAN 1 telah mampu mengorganisasikan data dan memilih
Lubuk Alung pada kelas XI MIA (Matematika Ilmu informasi yang relevan dalam memecahkan masalah dari
Pengetahuan Alam), terlihat bahwa pada pembelajaran yang diketahui dalam soal, begitu juga dengan indikator
matematika, guru menjelaskan materi pembelajaran memilih pendekatan dan strategi yang tepat untuk
beserta contoh dengan baik didepan kelas, kemudian memecahkan masalah.
siswa mencatat hal-hal yang penting dari materi yang Hasil tes menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam
dijelaskan tersebut. Selanjutnya guru memberikan soal- menyelesaikan masalah matematika pada umumnya
soal untuk dikerjakan dan dibahas didepan kelas oleh masih belum optimal. Untuk itu kemampuan pemecahan
siswa. Kemauan siswa dalam belajar matematika sangat masalah dalam matematika perlu dibiasakan sedini
baik. Hal ini ditunjukan siswa mampu mengerjakan soal- mungkin kepada siswa. Kemampuan ini sangat diperlukan
soal yang diberikan. Soal-soal tersebut kebanyakan soal- siswa sebagai bekal dalam memecahkan masalah yang
soal yang bersifat rutin dan siswa sangat antusias ketika ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Agar siswa
guru meminta untuk mengerjakan soal tersebut didepan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik,
kelas. perlu dirancang pembelajaran yang dapat meningkatkan
Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal yang minat siswa untuk mencoba dan menyelesaikan
menuntut pemahaman siswa terhadap materi pada permasalahan yang diberikan. Salah satunya dengan
umumnya sudah sangat baik, namun apabila siswa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
diberikan soal-soal yang sudah menuntut kemampuan Model pembelajaran PBL dapat diterapkan pada
pemecahan masalah keinginan siswa untuk pembelajaran matematika untuk meningkatkan
menyelesaikan soal tersebut sudah berkurang. Hal kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan
tersebut menandakan bahwa siswa cendrung lebih masalah pada siswa.
menyukai soal-soal yang sifatnya rutin dan tidak PBL merupakan pembelajaran dimana siswa
menantang. Siswa menganggap soal tersebut sulit dan dihadapkan pada permasalahan praktis sebagai pijakan
membutuhkan waktu yang lama dalam menyelesaikannya. dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui
Padahal soal-soal non rutin yang diberikan tersebut permasalahan-permasalahan. Adapun sintaks model
bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan siswa, pembelajaran PBL yang ini terdiri dari 5 fase yakni: (1)
sehingga mereka terampil dalam menyelesaikan orientasi siswa kepada masalah, (2) mengorganisasikan
permasalahan matematika. siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan
Selain itu, kurangnya keterlibatan siswa selama proses individu maupun kelompok, (4) mengembangkan dan
pembelajaran membuat belum optimalnya kemampuan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan
pemecahan masalah siswa. Guru telah berupaya mengevaluasi proses pemecahan masalah . Dengan kata
merancang kegiatan pembelajaran agar siswa lain PBL juga melatih kemandirian siswa serta memicu
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Siswa siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri
diharapkan mampu mengkonstruksi pengetahuannya menjadikan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa akan
sendiri, mengembangkan keterampilan berpikir dan bertahan lama dalam ingatannya karena mereka ikut
keterampilan pemecahan masalah. dilibatkan secara aktif untuk bagaimana menemukan
Berdasarkan uji pendahuluan soal tes pemecahan solusi dari permasalahan tersebut 4 .
masalah matematika yang telah dilakukan pada 2 kelas Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian
dengan total siswa sebanyak 66 orang dengan materi dengan tujuan untuk melihat apakah kemampuan
irisan kerucut diperoleh hasil tes yang menunjukan bahwa pemecahan masalah matematis siswa yang belajar
kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah menggunakan Problem Based Learning lebih baik dari
sebagaimana terlihat pada Tabel 1. pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional di
kelas XI MIA SMAN 1 Lubuk Alung dengan indikator A. Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
kemampuan pemecahan masalah matematis yang Siswa
digunakan adalah pemahaman kemampuan siswa dalam Setelah dilakukan tes kemampuan pemacahan masalah
(1) mengorganisasi data dan memilih informasi relevan
diperoleh haisil seperti pada Tabel 2.
dalam mengidentifikasi masalah; (2) menyajikan suatu
TABEL 2
rumusan masalah secara matematis dalam berbagai HASIL TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA
bentuk; (3) memilih dan menggunakan pendekatan atau KELAS SAMPEL
strategi yang tepat untuk memecahkan masalah (4) No Deskripsi Nilai Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
menyelesaikan masalah; (5) menafsirkan hasil jawaban 1 Banyak Siswa 33 33
[2]. 2 Nilai Maksimum 98,89 90,00
3 Nilai Minimum 64,44 47,78
METODE PENELTIAN
4 Nilai Rata-Rata 82,29 70,27
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen 5 Standar Deviasi 10,45 12,25
semu (quasy eksperiment) dimana variabel penelitian
tidak dimungkinkan untuk dikontrol secara penuh. Sesuai Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat rata-rata nilai kelas
dengan penelitian tersebut, maka digunakan dua kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rata-rata
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas kelas kontol. Standar deviasi yang diperoleh kelas kontrol
eksperimen diberlakukan model pembelajaran Problem lebih besar dibandingkan dengan kelas eksperimen. Hal
Based Learning (PBL), sedangkan pada kelas kontrol ini menunjukan bahwa nilai siswa pada kelas eksperimen
diberlakukan model pembelajaran konvensional. lebih seragam dibandingkan kelas kontrol. Kemampuan
Rancangan penelitian ini adalah Static Group Design [3]. pemecahan masalah matematis siswa pada kedua kelas
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI sampel dapat dilihat rinci melalui skor masing-masing
SMA Negeri 1 Lubuk Alung tahun pelajaran 2014/2015 item soal tes. Pada masing-masing indikator pemecahan
kecuali kelas XI MIA 1 karena kelas tersebut adalah kelas masalah diberi skor 0, 1, 2, 3, atau 4 sesuai dengan
unggul. Setelah dilakukan penarikan sampel secara acak, kriteria berdasarkan rubrik penskoran pemecahan masalah
terpilihlah kelas XI MIA.5 sebagai kelompok eksperimen matematika. Setiap soal memuat lima indikator
dan kelas XI MIA.6 sebagai kelompok kontrol. Variabel kemampuan pemecahan masalah matematis. Berikut ini
bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran merupakan persentase kemampuan pemecahan masalah
PBL, sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan matematis siswa pada setiap indikator.
pemecahan masalah matematis siswa. B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pada
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang Setiap Indikator
langsung diperoleh dari sampel yang diteliti yaitu skor
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada Berikut ini merupakan hasil persente nilai tes
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan Data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas
sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung sampel yang terdiri dari 5 butir soal dimana setiap soal
dari pihak lain yaitu data nilai ujian Mid semester genap memuat lima indikator kemampuan pemecahan masalah
mata pelajaran matematika dan jumlah siswa yang didapat matematis.
dari tata usaha SMAN 1 Lubuk Alung Tahun Pelajaran TABEL 3
PERSENTASE NILAI TES KEMAMPUAN PEMECAHAN
2014/2015. Prosedur penelitian dibagi atas tiga tahap, MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS SAMPEL
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes Persentase
akhir kemampuan pemecahan masalah matematis. Tes No. Indikator Kelas Kelas
akhir dinilai sesuai dengan rubrik penilaian pemecahan Eksperimen Kotrol
masalah matematis dengan menggunakan skor 1 sampai 4 1 Mengorganisasikan data 92 87
[5]. dan memilih informasi
Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis yang relevan.
2 Menyajikan suatu rumusan 90 80
menggunakan statistika uji-𝑡 satu arah. Asumsi normalitas masalah secara matematis
dan homogenitas sebaran data masing-masing diuji 3 Memilih dan menggunakan 83 72
dengan uji Anderson-Darling dan uji-F. Pengolahan data pendekatan atau strategi
dilakukan dengan bantuan software MINITAB. Materi yang tepat
yang diujikan berupa materi yang diberikan selama 4 Menyelesaikan masalah 74 57
penelitian berlangsung, yaitu transformasi geometri. 5 Menafsirkan hasil jawaban 65 52
yang diperoleh
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase
Penelitian pada kedua kelas sampel dilakukan pada kemampuan pemecahan masalah siswa untuk setiap
materi Transformasi Geometri. Adapun rincian data yang indikator pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada
diperoleh adalah sebagai berikut. siswa pada kelas kontrol.
Setelah dilakukan analisis data hasil tes akhir melakukan eksperimen dalam menyelesaikan masalah
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan tersebut.
uji normalitas dan uji homogenitas variansi maka Fase ke (4) mengembangkan dan menyajikan hasil
diperoleh data berdistribusi normal dan memiliki variansi karya. Pada fase ini setelah siswa mengumpulkan
yang homogen. Oleh karena itu uji hipotesis dilakukan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah
dengan menggunakan uji-𝑡. Berdasarkan hasil analisis kemudian siswa mengembangkan informasi-informasi
dengan menggunakan uji-𝑡 satu arah pada taraf nyata 0,05 tersebut, dan memilih solusi yang tepat untuk
diperoleh nilai P = 0,000. Karena nilai P kurang dari taraf memecahkan masalah tersebut. Kemudian kelompok yang
nyata, yaitu α = 0,05, maka tolak H0. Dengan demikian, terpilih mempresentasikan hasil penyelesaian yang telah
dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan didiskusikan. Fase terakhir adalah fase ke (5) menganalisa
masalah matematis siswa yang menggunakan model dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru
pembelajaran problem based learning lebih baik daripada bersama peserta didik menganalisis dan mengevaluasi
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang terhadap proses pemecahan masalah yang dipresentasikan
menggunakan pembelajaran konvensional. oleh kelompok maupun terhadap seluruh aktivitas
Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang dilakukan. Pada fase ini guru
pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai memberikan penguatan terkait penguasaan pengetahuan.
langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru [2]. Kelima fase dalam PBL tersebut dapat menunjang
Siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan untuk meningkatnya kemampuan pemecahan masalah
maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, siswa, karena pembelajaran dengan menggunakan model
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat PBL menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi
lebih tinggi. Model pembelajaran PBL menuntut siswa proses belajar siswa sebelum mereka mengetahui konsep
untuk menghasilkan atau menemukan penyelesaian dari formal. Siswa akan kritis mengidentifikasi informasi dan
masalah yang mereka temukan, hal tersebut strategi yang relevan serta melakukan penyelidikan untuk
mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik menyelesaikan masalah tersebut. Dengan menyelesaikan
untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang masalah tersebut siswa memperoleh atau membangun
disajikan tersebut. Berusaha sendiri untuk mencari pengetahuan tertentu dan sekaligus mengembangkan
pemecahan masalah serta pengetahuan yang kemampuan berpikir kritis dan keterampilan dalam
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar- menyelesaikan masalah. Berikut disajikan jawaban pada
benar bermakna [4]. kelas eksperimen dan kontrol:
Penerapan kelima fase PBL dalam penelitian
dilakukan pada kelas eksperimen, dimana fase-fase
tersebut dapat mendukung untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Fase
ke (1) mengorientasikan siswa pada masalah yaitu
masalah disajikan dengan power point sehingga siswa
dapat mengamati masalah yang berhubungan dengan
materi yang akan dipelajari secara bersama. Guru pada
fase ini merangsang rasa ingin tahu siswa melalui
pertanyaan atau memunculkan dugaan sehingga siswa
dapat menyelidiki secara langsung informasi yang
dibutuhkan untuk menjawab dugaan tersebut.
Fase ke (2) mengorganisasikan peserta didik untuk
belajar. Pada fase ini guru mengorganisasikan siswa untuk
belajar dalam bentuk diskusi kelompok kecil. Didalam
kelompok, siswa menetapkan ketua dan notulis yang akan
mencatat setiap ide-ide yang dianggap tepat dalam
menyelesaikan masalah pada LKPD serta ketua yang
menjadi penengah apabila terjadi perselisihan pendapat
antara anggota kelompok. Dalam fase ini guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk betanya
tantang LKPD yang telah diberikan.
Fase ke (3) membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok. Guru memberikan bimbingan kepada
siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah
yang diberikan pada LKPD. Bimbingan tersebut meliputi
pengumpulan informasi yang berkaitan dengan materi Gambar 1
yang akan dibahas. Siswa didalam kelompoknya Salah satu jawaban siswa kelas eksperimen dalam
menyelesaikan masalah
menyajikan suatu rumusan masalah secara matematis.
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa jawaban siswa
pada kelas eksperimen dalam merumuskan masalah
secara matematis sudah tepat. Apabila diperhatikan dari
jawab siswa tersebut, terlihat bahwa siswa sudah paham
dengan apa yang ditanya oleh soal, dan siswa tersebut
sudah mengerti dengan apa yang akan dia lakukan. Hal
tersebut menunjukan bahwa siswa memahami
permasalahan yang diberikan sehingga siswa mampu
merumuskan masalah secara matematis dengan benar.
Berdasarkan jawaban siswa pada kelas eksperimen
tersebut dalam menyajikan rumusan masalah secara
matematis siswa diberikan skor 4. Sesuai dengan rubrik
penilaian skor 4 yang diperoleh siswa memenuhi kategori
menuliskan rumusan masalah secara matematis dengan
tepat.
Sebaliknya jika kita perhatikan Gambar 2 yaitu
jawaban salah satu siswa pada kelas kontrol dapat dilihat
Gambar 2 bahwa siswa telah berusaha dalam memahami masalah
Salah satu jawaban siswa kelas kontrol dalam dan berusaha untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa
menyelesaikan masalah sudah menyelesaikan masalah tersebut hingga
menemukan nilai translasi yang diminta oleh soal. Namun
Berdasarkan kedua gambar tersebut maka jika diperhatikan dan dianalisis jawaban dari siswa pada
dideskripsikan kemampuan siswa dalam memenuhi kelas kontrol tersebut, siswa tidak ada merumuskan
masing-masing indikator yang digunakan dalam masalah yang dimaksud oleh soal. Berdasarkan jawaban
penelitian: siswa pada kelas kontrol tersebut dalam menyajikan
Indiktor ke (1) mengorganisasikan data dan memilih rumusan masalah masalah secara matematis diberikan
informasi yang relevan dalam mengidentifikasi masalah. skor 0. Sesuai dengan rubrik penilaian skor 0 yang
Pada indikator ini siswa mengidentifikasi masalah berupa diperoleh oleh siswa dengan kategori tidak ada jawaban.
informasi-informasi yang diketahui dan ditanya oleh soal. Indikator ke (3) memilih dan menggunakan
Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting pendekatan atau strategi yang tepat untuk memecahkan
karena seorang siswa mampu menyelesaikan masalah masalah. Memilih dan menggunakan strategi untuk
dengan baik ketika ia mampu mengorganisasikan data dan menyelesaikan masalah merupakan tindak lanjut setelah
memilih informasi relevan dengan baik. siswa mengumpulkan informasi yang relevan dan
Pada Gambar 1 menunjukan bahwa siswa kelas merumuskan masalah secara matematis. Pada indikator
eksperimen mampu mengidentifikasi data dengan baik. ini siswa harus mampu mengembangkan strategi
Terlihat dari jawaban siswa dalam menuliskan apa yang pemecahan masalah yang sesuai dengan dengan masalah.
diketahui dari soal. Siswa dengan tepat memberi simbol Kemudian strategi tersebut diterapkan sesuai dengan
untuk kurva bayangan dan kurva sebelum di translasikan. prosedur. Semakin banyak siswa berlatih dalam
Namun siswa tidak menuliskan apa yang ditanya oleh soal menyelesaikan permasalahan matematika, maka akan
tersebut sehingga untuk indikator pertama ini siswa pada semakin bervariasi pengalaman mereka dalam memilih
kelas eksperimen diberi skor 3. Dimana skor 3 yang strategi untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
diperoleh siswa berdasarkan rubrik penilaian adalah siswa Berdasarkan Gambar 1 yaitu jawaban salah satu siswa
mampu mengorganisasi data dan memilih informasi yang pada kelas eksperimen dapat dilihat bahwa siswa sudah
relevan namun hampir lengkap. mampu menuliskan strategi atau pendekatan yang tepat
Pada Gambar 2 menunjukan bahwa siswa kelas digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
eksperimen mampu mengidentifikasi data dengan baik. Berdasarkan hasil analisis terhadap lembar jawaban siswa
Sesuai dengan jawaban yang dituliskan oleh siswa pada tersebut, terlihat bahwa siswa melakukan substitusi
kelas kontrol untuk indikator pertama ini perolehan skor terhadap apa yang telah dirumuskan. Berdasarkan
yang diberikan pada salah satu siswa kelas kontrol adalah jawaban siswa dalam memilih dan menggunakan strategi
4. Skor 4 yang diperoleh oleh siswa berdasarkan rubrik atau pendekatan yang tepat siswa memperoleh skor 3.
penilaian adalah mampu mengorganisasikan data dan Skor 3 yang diperoleh siswa berdasarkan rubrik penilaian
memilih informasi yang relevan dengan lengkap dan dengan kategori strategi yang digunakan sudah sesuai
benar. dengan prosedur namun kurang sistematis.
Indikator ke (2) menyajikan suatu rumusan masalah Berdasarkan Gambar 2 yaitu jawaban salah satu siswa
secara matematis dalam berbagai bentuk. Jika berbagai pada kelas kontrol. Dapat dilihat bahwa siswa tidak
informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah mampu menentukan strategi yang tepat untuk
yang diberikan telah didapat, langkah selanjutnya adalah menyelesaikan masalah. Jika dianalisis jawaban tersebut
siswa mengalami kesalahan dalam memilih strategi menurut jawaban tersebut siswa memperoleh skor 2.
dikarenakan siswa tidak paham dalam menuliskan Berdasarkan Gambar 2 jawaban siswa pada kelas kontrol
rumusan masalah, akibatnya untuk langkah selanjutnya dalam menyelesaikan masalah, untuk indikator kelima
siswa mengalami kesalahan. Sehingga untuk jawaban dapat diperhatikan dari jawaban siswa dalam menafsirkan
tersebut siswa menperoleh skor 1. Menurut rubrik hasil jawaban. Siswa sudah mampu menuliskan hasil
penilaian skor 1 yang diperoleh siswa dengan kategori jawaban yang mereka peroleh namun siswa salah dalam
tidak benar dalam menggunakan strategi untuk memilih dan menggunakan strategi yang mengakibatkan
memecahkan masalah. siswa salah dalam menyelesaikan masalah. Sehingga hasil
Indikator ke (4) menyelesaikan masalah. Kemampuan jawaban yang diperoleh juga salah dan kesimpulan yang
siswa dalam melaksanakan indikator ini dipengaruhi oleh dituliskanpun juga salah. Menurut kategori rubrik
kemampuan dalam memilih dan meggunakan strategi. penilaian siswa memperoleh skor 1 yaitu ada kesimpulan
Jika siswa mengalami kesalahan dalam memilih strategi, namun tidak tepat.
maka akan berpengaruh pada perhitungan saat siswa
melaksanakan penyelesaian masalah. Kemudian SIMPULAN DAN SARAN
kesalahan saat menerapkan strategi dapat terjadi jika Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan
siswa belum mampu mengorganisasi data dan informasi bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dengan baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa, yang belajar menggunakan model pembelajaran Problem
kemampuan menyelesaikan masalah sangat dipengaruhi Based Learning (PBL) lebih baik daripada siswa yang
oleh kemampuan siswa dalam mencapai tiga indikator belajar menggunakan model pembelajaran konvensional
sebelumnya. pada kelas XI MIA SMAN 1 Lubuk Alung pada tahun
Berdasarkan analisis Gambar 1 yaitu salah satu 2014/2015. Hal ini menunjukkan bahwa model
jawaban siswa pada kelas eksperimen, siswa telah mampu pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan
menyelesaikan masalah dengan tepat. Hal ini terlihat dari pemecahan masalah matematis siswa.
proses siswa dalam menentukan nilai 𝑎 dan nilai 𝑏. Adapun saran dari penelitian ini adalah Model
Setelah memperoleh persamaan bayangan kurva dalam pembelajaran problem based learning diharapkan dapat
bentuk 𝑎 dan 𝑏, kemudian untuk mencari nilai tersebut dijadikan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran
siswa melakukan kesamaan antar konstanta. Sehingga matematika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
diperoleh nilai 𝑎 dan nilai 𝑏 dengan benar. Berdasarkan masalah matematis siswa dan alokasi waktu yang
jawaban siswa pada kelas eksperimen tersebut menurut dibutuhkan dalam menerapkan model pembelajaran
kategori rubrik penilaian siswa memperoleh skor 4 dalam problem based learning dengan bantuan LKPD agar dapat
menyelesaikan masalah. diatur lebih baik lagi. Karena model pembelajaran problem
Dari Gambar 2 yaitu jawaban siswa kelas kontrol based learning merupakan hal yang baru bagi siswa.
dalam menyelesaikan masalah. Apabila diperhatikan Kemudian bagi peneliti lain yang ingin menerapkan
siswa sudah mengalami kesalahan dalam memilih dan model pembelajaran problem based learning agar dapat
menggunakan strategi dalam menyelesaikan masalah. menerapkan pada materi dan kemampuan matematis yang
Sehingga untuk indikator keempat ini siswa memperoleh lain.
skor 1 yang mana kategori skor 1 menurut rubrik
penilaian adalah jawaban salah karena melaksanakan REFERENSI
prosedur yang tidak relevan.
Pada indikator keempat ini, siswa diharapkan mampu [1] Erman Suherman. et. al. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika
menyelesaikan masalah sesuai dengan yang telah Kontemporer. Bandung: JICA.
direncanakan sebelumnya. Kemampuan siswa dalam [2] Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun
melaksanakan indikator ini dipengaruhi oleh kemampuan 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/ Madrasah
dalam memilih dan menggunakan strategi. Jika siswa Aliyah.
[3] Seniati, Liche, dkk. 2011. Psikologi Eksperimen. Jakarta:P.T
mengalami kesalahan dalam memilih strategi, maka akan Indeks.
berpengaruh pada perhitungan saat siswa melaksanakan [4] Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif,
penyelesaian masalah. Sehingga dapat dikatakan bahwa, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
kemampuan menyelesaikan masalah sangat dipengaruhi [5] Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran
oleh kemampuan siswa dalam mencapai tiga indikator Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran
Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
sebelumnya.
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.
Indikator ke (5) menafsirkan hasil jawaban yang
diperoleh Langkah terakhir dalam proses menyelesaikan
masalah adalah menafsirkan jawaban yang diperoleh dari
langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya. Dari
Gambar 1 yaitu jawaban siswa kelas eksperimen dalam
menyelesaikan masalah. Dari gambar tersebut terlihat
siswa sudah tepat dalam menuliskan kesimpulan dan
sesuai dengan apa yang diminta oleh soal. Sehingga

You might also like