Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Pertanian UPN "Veteran" Yogyakarta Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Condong Catur, Yogyakarta. 55283
Fakultas Pertanian UPN "Veteran" Yogyakarta Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Condong Catur, Yogyakarta. 55283
Fakultas Pertanian UPN "Veteran" Yogyakarta Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Condong Catur, Yogyakarta. 55283
Abstract
The aim of this study was to investigate the effect of light intensity and triacontanol on the growth and seed
yield of spinach. The study was conducted at the Agricultural Training, Research and Development
Experimental station, Gajah Mada University, Yogyakarta, from August to November 2004, at an altitude of
126 m above sea level and the type of soil was Regosol with climate type belong to C3. This experiment used a
split plot with and three replicates for each treatment. A Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) was used to
test the significance of the treatments at 5% protection level. Three levels of light intensity (100, 70 and 40%)
was assigned as the main plot. While the second factor was four concentration of triacontanol (0, 100, 200 and
300 ppm) that was assigned as the sub plot. The results showed that light intensity of 100% could increase seed
yield, dry weight of plants and the number of leaves. While the light intensities of 40 - 100% gave the same
result for 1000-seed weight, plant height and leaf area. The treatment of 200 ppm triacontanol could increase
the dry weight, plant height, leaf number and leaf area, but there was no significant effect on seed yield and
1000-seed weight. There was no interaction between light intensity and triacontanol concentration on all
parameters observed, except for plant height.
1
Jurnal Agronomi Vol. 11 No. 1, Januari – Juni 2007
hari menjadi 70 dan 40%. Menurut Branchini dan Penelitian ini dilaksanakan dengan bagan fak-
Pantono (1974) tanaman bayam menghendaki torial terdiri atas dua faktor yang tersusun dalam
kondisi lingkungan cahaya matahari yang banyak rancangan petak terpisah (split plot) yang diulang
(sunny) tetapi tidak terlalu terbuka (exposed). tiga kali. Untuk mengetahui perlakuan-perlakuan
Sementara itu, faktor kultur teknik yang dapat yang berpengaruh nyata dilakukan pengujian de-
dilakukan untuk memperbaiki pertumbuhan dan ngan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada
kualitas hasil bayam adalah penggunaan zat peng- jenjang nyata 5% (Gomez dan Gomez, 1976).
atur tumbuh. Menurut Moore (1979) zat pengatur Petak utama adalah intensitas cahaya matahari
tumbuh adalah senyawa organik selain zat hara (I) yang terdiri dari tiga aras, yaitu I1 = intensitas
yang dalam konsentrasi rendah mampu mempe- cahaya 100%, I2 = intensitas cahaya 70% dan I3 =
ngaruhi proses fisiologis tanaman. Salah satu zat intensitas cahaya 40%. Sedangkan anak petak (sub
pengatur tumbuh yang banyak diperdagangkan plot) adalah konsentrasi triakontanol (K) yang ter-
adalah Dharmasri 5 EC, yaitu suatu senyawa yang diri dari empat aras, yaitu K0 = konsentrasi 0 ppm
mengandung bahan aktif triakontanol (suatu turun- (disemprot air sebagai kontrol), K1 = konsentrasi
an alkohol alifatik rantai panjang dengan rumus 100 ppm, K2 = konsentrasi 200 ppm dan K3 = kon-
kimia CH3(CH2)28CH2OH). Triakontanol diisolasi sentrasi 400 ppm. Dengan demikian terdapat 12
dari daun tanaman alfalfa (Medicago sativa L.) kombinasi perlakuan.
(Ries dan Houtz, 1983). Pengaruh triakontanol Pengamatan dilakukan terhadap parameter-pa-
terhadap tanaman adalah memperbaiki sistem per- rameter sebagai berikut:
akaran agar akar lebih banyak dan penyebaran le- 1. Tinggi tanaman yang dilakukan pada akhir pe-
bih baik, sehingga penyerapan unsur hara dan air nelitian (umur tanaman 101 hari) setelah benih
dari dalam tanah meningkat. Selain itu triakontanol disebar. Pengukuran dimulai dari leher akar
juga diketahui meningkatkan pertumbuhan vegeta- sampai ujung daun tertinggi.
tif, meningkatkan aktivitas enzym dan meningkat- 2. Luas daun dan jumlah daun. Pengukuran luas
kan sintesis protein (Ries dan Wert, 1977). daun meliputi seluruh daun yang ada pada ta-
Menurut Ries dan Houtz (1983) aplikasi tria- naman yang diamati dengan leaf area meter,
kontanol yang paling tepat untuk tanaman yang sedangkan jumlah daun dilakukan menghitung
menghasilkan biji adalah pada saat pembentukan jumlah daun yang telah membuka penuh.
bunga, sedangkan pada sayuran daun aplikasinya 3. Berat kering tanaman. Tiap anak petak (sub
adalah pada saat perkembangan vegetatif berlang- plot) diambil seluas 2,4 x 2,0 m sebagai petak
sung cepat. panen. Dari petak panen diambil dua tanaman
Dalam percobaan ini digunakan berbagai kon- sampel yang diambil secara acak.
sentrasi triakontanol. Diharapkan pemberian tria- 4. Berat 1000 biji yang diambil dari petak panen
kontanol mampu menggiatkan kinerja enzim se- dan telah dikeringkan dengan sinar matahari.
hingga dapat memacu pertumbuhan tanaman ba- Selanjutnya un-tuk memperoleh berat 1000 biji
yam dan meningkatkan hasil bijinya. tersebut digu-nakan rumus:
100 − Ka
B= xd
100 − 14
BAHAN DAN METODA di mana:
B = berat 1000 biji dengan kadar air 14%.
Penelitian ini dilakukan di kebun Pendidikan, Ka = kadar air biji kering matahari.
Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4), d = berat 1000 biji kering matahari.
Universitas Gajah Mada di Kalitirto, Berbah, Yog-
yakarta. Tempat penelitian ini berada pada keting- 5. Berat biji per hektar yang dicari menggunakan
gian 126 meter di atas permukaan laut dengan je- rumus:
nis tanah Regosol. 100 − Ka b
Bahan penelitian yang digunakan adalah benih H= x x 10
100 − 14 L
bayam merah yang berasal dari Balai Benih Induk di mana:
Hortikultura Ngipiksari, Yogyakarta, Dharmasari 5 B = hasil biji kering dengan kadar air 14
EC, urea, TSP, KCl, Furadan 3G, Dithane M-45 persen (ton ha-1).
dan Diazinon 60 EC. Sedangkan alat-alat yang di- L = luas petak panen.
gunakan adalah waring (paranet), bambu, kawat, b = berat biji kering pada petak panen.
paku, cangkul, cetok, gembor, rol meter, hand Ka = kadar air biji kering.
sprayer, timbangan, light meter, leaf area meter, 10 = faktor pengubahan dari kg ke ton dan dari
oven, kamera, penggaris dan arit. meter persegi ke hektar.
2
Suyanto Zaenal Arifin: Pengaruh Cahaya Matahari dan Triakontanol terhadap Bayam.
3
Jurnal Agronomi Vol. 11 No. 1, Januari – Juni 2007
Tabel 4. Rata-rata berat kering tanaman bayam. Hasil biji bayam per hektar
Berdasarkan hasil analisis statistik (Tabel 6)
Intensitas Konsentrasi triakontanol (ppm) terungkap bahwa perlakuan intensitas cahaya
cahaya Rata-rata memberikan pengaruh nyata terhadap hasil biji ba-
0 100 200 400
(%) yam per hektar, sedangkan konsentrasi triakonta-
100 124,44 137,78 141,11 116,66 130,00 a nol tidak memberikan pengaruh yang nyata. Se-
70 78,33 76,67 85,56 73,34 78,47 b lanjutnya, hasil sidik ragam pada jenjang nyata 5%
40 52,22 64,45 84,44 62,22 65,83 b
tidak menunjukkan adanya interaksi yang nyata
Rata-rata 85,00 92,96 103,70 84,07 91,44
K q pq p q (-)
antara intensitas cahaya dan konsentrasi triakonta-
Angka-angka pada baris maupun kolom yang diikuti nol.
oleh huruf sama, menunjukkan perbedaan yang tidak
nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata Tabel 6. Rata-rata hasil biji tanaman bayam (kg).
5%; (-) = tidak terdapat interaksi antara I dan K.
Intensitas Konsentrasi triakontanol (ppm)
Tingginya berat kering tanaman pada perlaku- cahaya Rata-rata
0 100 200 400
(%)
an intensitas cahaya 100% dibandingkan intensitas
100 555,067 559,917 572,707 614,123 575,453 a
cahaya 70 dan 40% disebabkan oleh lebih besar- 70 330,447 381,837 358,710 332,447 350,868 b
nya intensitas cahaya yang diterima tanaman se- 40 328,767 364,587 379,490 351,867 356,178 b
hingga hasil fotosintesis lebih besar pula. Hal ini Rata-rata 404,770 435,447 436,969 432,812 427,449
juga menyebabkan akumulasi hasil bersih fotosin- K p p p p (-)
tesis menjadi lebih besar, yang pada akhirnya berat Angka-angka pada baris maupun kolom yang diikuti
kering tanaman meningkat. Pengaruh perlakuan oleh huruf sama, menunjukkan perbedaan yang tidak
konsentrasi triakontanol terhadap berat kering ta- nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata
naman disebabkan karena triakontanol dapat me- 5%; (-) = tidak terdapat interaksi antara I dan K.
ningkatkan aktivitas enzim dan meningkatkan sin-
tesis protein (Ries dan Wert, 1977). Dari hasil ana- Pada perlakuan intensitas caya terungkap bah-
lisis diperoleh perlakuan intensitas yang terbaik wa pengaruh intensitas 100% berbeda nyata terha-
pada 100% dan konsentrasi triakon-tanol 200 ppm. dap intensitas cahaya 70 dan 40%. Sedangkan an-
tara intensitas 70% dan 40% tidak memperlihatkan
Berat 1000 biji perbedaan pengaruh yang nyata. Perlakuan inten-
Hasil analisis statistik terhadap berat 1000 biji sitas cahaya 100% memberikan hasil biji bayam
yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa tertinggi, dikarenakan meningkatnya laju fotosin-
perlakuan intensitas cahaya berpengaruh nyata tesis yang berakibat pada meningkatnya produk fo-
terhadap berat 1000 biji, sedangkan konsentrasi tosintesis. Dengan demikian jelas bahwa perbeda-
triakontanol dan interaksi intensitas cahaya dengan an intensitas cahaya akan mempengaruhi hasil biji
konsentrasi triakontanol tidak menunjukkan pe- tanaman bayam. Dari hasil analisis diperoleh per-
ngaruh yang nyata. Intensitas cahaya 40% membe- lakuan intensitas cahaya terbaik yaitu 100% yang
rikan berat 1000 biji terbesar dibandingkan inten- menunjukkan rata-rata hasil biji tertinggi sebesar
sitas cahaya 70% dan 100%. Pengurangan inten- 575,45 kg ha-1.
sitas cahaya sampai 40% meningkatkan berat 1000
biji, dan meningkatkan hasil bijinya per hektar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Tabel 5. Rata-rata berat 1000 biji tanaman bayam.
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan
Intensitas Konsentrasi triakontanol (ppm) sebagai berikut:
cahaya Rata-rata 1. Perlakuan intensitas cahaya 100% dapat me-
0 100 200 400 ningkatkan jumlah daun, berat kering tanaman
(%)
100 0,8199 0,8225 0,8133 0,8189 0,8186 b dan hasil biji. Intensitas cahaya penuh sampai
70 0,9179 0,8111 0,8238 0,8202 0,8182 b dengan intensitas 40% tidak menunujukkan
40 0,8417 0,8705 0,8283 0,8261 0,8417 a pengaruh yang nyata terhadap berat 1000 biji,
Rata-rata 0,8265 0,8347 0,8218 0,8217 0,8262 tinggi tanaman dan luas daun.
K p p p p (-) 2. Perlakuan kensentrasi triakontanol 100 ppm
Angka-angka pada baris maupun kolom yang diikuti dapat meningkatkan berat kering tanaman,
oleh huruf sama, menunjukkan perbedaan yang tidak tinggi tanaman, luas daun, dan jumlah daun.
nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata
Namun demikian, perlakuan konsentrasi tria-
5%; (-) = tidak terdapat interaksi antara I dan K.
kontanol hingga 400 ppm tidak menunjukkan
4
Suyanto Zaenal Arifin: Pengaruh Cahaya Matahari dan Triakontanol terhadap Bayam.
pengaruh yang nyata terhadap hasil biji dan Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1976. Statistical
berat 1000 biji. Procedure for Agricultural Research with Emphasis
3. Tidak ada interaksi antara intensitas cahaya de- on Rice. Los Banos, The Phillpines, The
ngan konsentrasi triakontanol terhadap semua International Rice Research Institute.
parameter yang diamati, kecuali tinggi tanam- Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan
an. Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Departemen Kehutanan, Jakarta, Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian ini, guna meng- Moore, T. C. 1979. Biochemistry and Physiology of
hasilkan biji (sebagai benih maupun bahan dasar Plant Hormones. New York, Springer-Verlag.
industri tepung) disarankan agar tanaman bayam Ries, S. K. dan R. Houtz. 1983. Triacontanol as a Plant
diusahakan ditempat yang memperoleh sinar mata- Growth Regulator. HortScience 18: 622-654.
hari penuh).
Ries, S. K. dan V. F. Wert. 1977. Growth Responses of
Rice Seeding to Triacontanol in Light and Dark.
Michigan, USA, Department of Horticulture,
DAFTAR PUSTAKA Michigan State University.
Simbolon, H. dan H. Sutarno. 1986. Pengaruh Intensitas
Dinas Pertanian Tanaman Pangan DIY. 1984. Bayam
Cahaya terhadap Pertumbuhan Beberapa Jenis
(Amaranthus sp.): Sumber Protein Nabati dan
Amaranthus spp. Bogor, Lembaga Biologi Nasional
Vitamin. Yogyakarta., Dinas Pertanian Tanaman
LIPI.
Pangan DIY.
Sutarno, H. 1988. Budidaya Bayam Biji. Bhatara,
Ezedinma, F. O. C. dan O. C. Onazi. 1986. Introduction
Jakarta.
to Tropical Agriculture. Longman Inc, London.
Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1985. Yamaguchi, M. 1983. World Vegetables: Principles,
Physiology of Crop Plants. Iowa, The Iowa State Production and Nutritive Values. Van Nostrand
University Press. Reinhold Co. Inc, Heidelberg.
5
Jurnal Agronomi Vol. 11 No. 1, Januari – Juni 2007