Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Modul

Cooling Water System

2013
Problem Cooling
Water Resirkulasi
Sumber Permasalahan

 cooling by evaporation increases the dissolved


solids concentration in the water, raising
corrosion and deposition tendencies

 the relatively higher temperatures significantly


increase corrosion potential

 the longer retention time and warmer water in an


open recirculating system increase the tendency
for biological growth

 airborne gases such as sulfur dioxide, ammonia


or hydrogen sulfide can be absorbed from the air,
causing higher corrosion rates

 microorganisms, nutrients, and potential foulants


can also be absorbed into the water across the
tower

 Copper and iron are of interest in cooling


systems as indicators of possible corrosion of
copper and mild steel piping within the system
Korosi
 Terjadi di perpipaan atau peralatan
HE
 Laju korosi: laju penetrasi
kedalaman persatuan waktu
biasanya dinyatakan sebagai mils
per year (mpy).
1 mil = 1/1000 inc =
0,0025 cm.
STANDAR LAJU KOROSI
Jenis Open Cooling Closed Cooling
Metal mpy Kriteria mpy Kriteria
Mild Steel 0–2 Sangat baik < 0,2 Sangat baik
2–3 Baik 0,2 – 0,5 Baik
3–5 Cukup 0,5 – 1,0 Cukup
5 – 10 Jelek 1,0 – 1,5 Jelek
> 10 Sangat jelek > 1,5 Sangat jelek
Tembaga 0,0 – 0,2 Baik < 0,05 Sangat baik
0,2 – 0,5 Cukup 0,05 – 0,1 Baik
> 0,5 Jelek 0,1 – 0,2 Cukup
0,2 – 0,3 Jelek
> 0,3 Sangat jelek
Stainless < 0,1 Baik < 0,1 Baik
Steel > 0,1 Jelek > 0,1 Jelek

Laju korosi: laju penetrasi kedalaman persatuan waktu biasanya dinyatakan


sebagai mils per year (mpy). 1 mil = 1/1000 inc = 0,0025 cm.
 Kerak disebabkan oleh presipitasi
garam mineral terlarut yang
mempunyai konsentrasi melebihi
batas kelarutannya
Kerak
 Kerak biasaya terjadi di perpipaan
atau HE
 Laju pindah panas turun
 Pressure drop naik , biaya
pepompaan meningkat
 Deposit kerak mempunyai sifat
insulasi yang besar (menyerap panas)
 akan meningkatkan suhu permukaan
kulit yang dramatis
 merangsang pembentukan kerak
lanjut dan terjadinya korosi
Fouling
 Debris fouling disebabkan oleh akumulasi
endapan amorphous lunak atau padatan yang
ditimbulkan oleh material biologi, dirt, padatan
tersuspensi, dan endapan produk korosi
 . Dampak fouling:
 mengurangi laju pindah panas
 penyumbatan saluran pipa atau tube
 mengurangi umur pakai alat
 menambah cost seperti maintenance
 pumping cost naik
 korosi meningkat
 menjadi tempat pembiakan mikroba
Mikroorganisma
 Mikroorganisma yang terdeteksi di sistem
air pendingin adlah alga, fungi/jamur, dan
bakteri
 Pengaruh mikroorganisma:
 Fouling peralatan CT, jaringan pipa, HE
 Menurunkan efisiensi pindah panas
 Terjadi korosi

 Timbul deposit hitam dan berbau

 pH 6-8, air hangat (37°C) dan senyawa organik dalam air


pendingin menjadi tempat nyaman dan sumber nutrient
untuk pertumbuhan bakteri Legionella
 Legionella termasuk bakteri patogen
 pada suhu di atas 50 oC berkembanganya terhambat
 40 - 60% cooling tower terbukti mengandung Legionella
 menyebabkan Legionnaites' Disease
Problem Interaction in Cooling Water
System

Kerak (S) dapat menimbulkan C


korosi (C) , fouling (F) dapat
meningkatkan pembentukan
kerak (S) , masalah biologi/
mikroorganisma (B) dapat
merangsang korosi (C) dan B

seterusnya

S F
Pengendalian bakteri Legionella
 bak penampung air pendingin terlindung dari matahari
 pembersihan dan disinfeksi cooling tower/bak secara
berkala dari debris, sludge, alga (minimal 2 x setahun)
 tidak ada bagian air yang stagnan, air mengalir secara
kontinu
 Biocide 50 mL/m3
 ozon dengan dosis 0,1 ppm
 diberikan beban kejut clorin dosis tinggi
 pengoperasian cooling tower selama 5 menit dengan suhu
air panas 60°C dan suhu air keluar dirancang 50°C
 konsentrasi Legionalla 100-999 CFU/ml : perlu dilakukan
review sistem pengendalian dan potensi mengganggu
kesehatan
 Corrosion inhibitor Pengolahan Air Pendingin
 Molybdates 20 ppm, icampur dengan inhibitor lain seperti phosphat
 Phosponat (Hydroxyethylidene diphos- phonate) 15 – 20 ppm
 Program phosphat
 Antifoam
 Scale inhibitor
 Crystal modifier seperti polyacrylates, sulphonated Styrene
 Biocides oxidizing dan non oxidizing
 oxidizing biocide antara lain sodium hypoclorite, gas clorine, clorine dioksida,
hydrogen peroksida, ozone, bromine, iodine
 non oxidizing ; senyawa organik Glutaraldehyde 25 - 54 ppm 1 jam,
Isothiazolin 2.25 - 2.6 ppm 6 jam
CHEMICAL CLEANING
 On line cleaning, dimana plant
masih beroperasi secara normal
 Operasi selama 3 – 8 jam secara
kontinu
 Chemical  hydrochloric acid 2
– 10 %
 peralatan keselamatan kerja
seperti kacamata pelindung,
apron, gloves, water spray atau
shower
 tidak ada peralatan yang terbuat
dari logam Al
 HCl efektif menghilangkan kerak
Ca karbonat atau garam kalsium
lainnya, melarutkan besi
oksida/karat produk korosi

 Setelah selesai, cairan ditampung dan dinetralisir dengan Na2CO3 sebelum


dibuang agar pH netral.
 Jenis asam lain yang bisa digunakan adalah sulfamic acid 5 – 10 %
Off Line Cleaning

 dilakukan selama
plant dalam kondisi
shutdown
 diperlukan tangki
sebagai tempat
larutan asam
 Jenis asam yang
bisa digunakan
adalah hydrochloric
acid (5 – 12%), citric
acid, dan sulfamic
acid
Dalam kondisi ketersediaan air melimpah dan kendala suhu keluaran tidak
dipermasalahkan, maka industri memilih System Cooling Water
a. open recirculating b. one through
c. closed recirculating d. counter current cooling

Penurunan suhu air pendingin di menara pendingin disebabkan oleh :


a. proses penguapan air b. perpindahan panas dari air ke udara
c. jawaban a dan b benar d. jawaban a dan b salah

You might also like