Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No.

2, Agustus 2016 107

PENGARUH PERNAFASAN PURSED-LIP SEBELUM LATIHAN FISIK


TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)
DI RUMAH SAKIT PANTIRAPIH YOGYAKARTA

1
Scholastica Fina Aryu Puspasari
1
Akademi Keperawatan Panti Rapih, Jalan Tantular No. 401, Pringwulung, Condong Catur, Sleman, D.I.
Yogyakarta. Email: cocolacica@gmail.com

ABSTRACT
Background: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a progressive lung illness with the main
complaints of breathlessness and decreased activitiestolerance, which consequentially worsen the quality of life
(QoL). COPD management aims to improve the QoLby means of rehabilitation programs.
Objective: The study focused on determining the impact of physical activity(6-Minute Walk Test/6-MWT)and the
combination of Pursed-Lip Breathing (PLB) before 6-MWTon COPD patients’QoL.
Methods: This study occupieda quasi-experimentaldesign, which involved70 respondents,divided into 3 groups,
i.e. 2 intervention groups (30 respondents each) and one control group (10 respondents).
Results:The majority of respondents were male (71%), aged 60-74 (56%), had normalBMI (48%), and were
former smokers (59%).After 6 weeks of intervention, meaningful differences were found in the QoLbefore and
after the intervention in bothgroups:6-MWT(p=0.000) and combined (p=0.000). The ordinal logistic regression
test resultedthe combined intervention hadstronger effect on the quality of life (p=0.000, 47.1% contribution)than
6-MWT (p=0.012, 35.8% contribution). Respondents’ characteristics that impacted on the quality of life were
smoking history and period of CPOD (p<0.05, OR: 11,376; OR: 49,75, respectively).
Conclusion:It can be concluded that PLB before 6-MWT is an effective training to improve QoL of people with
COPD.

Keywords: pursed-lip breathing; QoL;COPD

PENDAHULUAN Prevalensi PPOK di Asia diperkirakan


Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) mencapai 6,3% sementara di Indonesia
(3)
merupakan penyakit tidak menular yang diperkirakan mencapai 5,6%. Peningkatan
mempunyai mortalitas dan morbiditas yang prevalensi PPOK di Indonesia dipengaruhi
tinggi. Mortalitas PPOK mencapai 2,75 juta per tingginya masyarakat perokok dan peningkatan
tahun dan menduduki peringkat empat tertinggi Usia Harapan Hidup (UHH). Salah satu kota
di dunia setelah kanker, gagal jantung dan yang memiliki UHH yang tinggi adalah
stroke.(1) Angka mortalitas tersebut diprediksi Yogyakarta yaitu 74 tahun. Peningkatan
akan menjadi penyebab kematian tertinggi prevalensi PPOK di Yogyakarta diperkirakan
nomor tiga di dunia pada tahun 2020(2) dan mencapai 200% dalam tujuh tahun terakhir,
morbiditasnya akan meningkat dari peringkat yaitu dari 1.514 jiwa pada tahun 2006(4)
12 menjadi peringkat lima penyakit terbanyak menjadi 3.100 jiwa pada tahun 2013.(5)
di dunia termasuk di Asia. (3) Peningkatan prevalensi penderita PPOK
tersebut juga dialami oleh Rumah Sakit Panti
108 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016

Rapih yang merupakan salah satu rumah sakit (GOLD)(8) merekomendasikan latihan fisik yang
di Yogyakarta. Prevalensi PPOK di RS tersebut paling tepat dilakukan pada pasien PPOK
pada tahun 2012-2014 sebanyak 1.074 orang. adalah latihan fisik six minute walk test (6-
Keluhan sesak nafas dan intoleransi MWT). Kendala utama latihan fisik pada pasien
aktivitas merupakan keluhan utama pada PPOK adalah sesak nafas.(3) Sesak nafas pada
pasien PPOK.(3) Keluhan sesak nafas pada pasien PPOK terjadi karena air-trapping atau
pasien PPOK bersifat progresif, irreversible, terperangkapnya udara ke dalam paru-paru.
dan menurunkan toleransi dalam beraktivitas.(6) Salah satu latihan pernafasan paling efektif
Keluhan sesak nafas dan intoleransi aktivitas dalam menurunkan air-trapping adalah melalui
tersebut akan menurunkan tingkat kemandirian pernafasan pursed-lip (PLB).
dan berdampak terhadap kualitas hidup. Berdasarkan latar belakang tersebut,
Penurunan kualitas hidup pada pasien pertanyaan pada penelitian ini adalah
PPOK didukung oleh hasil penelitian yang bagaimana pengaruh PLB sebelum latihan fisik
(7)
dilakukan oleh Reherison di Prancis pada 6-MWT terhadap kualitas hidup pasien PPOK.
tahun 2009 – 2010 terhadap 400 penderita Pada penelitian ini, peneliti akan melihat
PPOK yang berusia lebih dari 40 tahun. Hasil pengaruh PLB sebelum latihan fisik 6-MWT
penelitian tersebut menunjukkan bahwa PPOK terhadap kualitas hidup pasien PPOK.
mempengaruhi penurunan kualitas hidup pada
50,6% responden dengan nilai p<0,02. BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
Penurunan kualitas hidup pada pasien PPOK
kuantitatif dengan rancangan kuasi eksperimen
tersebut paling banyak dipengaruhi oleh
pretest dan posttest pada dua kelompok
penurunan toleransi beraktivitas.
perlakuan untuk mengetahui pengaruh PLB
Peningkatan toleransi aktivitas diharapkan
sebelum 6-MWT terhadap kualitas hidup
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
responden PPOK. Penelitian dilakukan di
PPOK melalui peningkatan kemandirian
Poliklinik Spesialis Paru Rumah Sakit Panti
pasien. Peningkatan toleransi aktivitas dapat
Rapih Yogyakarta pada bulan April sampai
dilakukan melalui rehabilitasi, dimana
dengan Juni 2015 yang melibatkan 70
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)(3)
responden dengan menggunakan teknik
menekankan bahwa rehabilitasi pada pasien
random. Responden terbagi menjadi tiga
PPOK dilakukan melalui latihan fisik dan
kelompok, yaitu dua kelompok intervensi
latihan pernafasan. Global Strategy For The
masing-masing 30 responden dan 10
Diagnosis, Management, and Prevention of
responden sebagai kontrol. Responden dipilih
Chronic Obstructive Pulmonary Disease
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016 109

berdasarkan kriteria menderita PPOK derajat menghubungi masing-masing responden


sedang, berat, dan sangat berat menurut melalui telepon. Data yang diperoleh kemudian
GOLD, tidak dalam eksaserbasi akut, dan tidak dianalisis menggunakan uji pengaruh, uji beda
sedang menjalani terapi pernafasan. berpasangan, dan uji beda independen pada
Responden yang terpilih secara acak pada masing-masing kelompok.
latihan fisik 6-MWT diajarkan latihan 6-MWT
dengan tepat dan pada responden yang terpilih HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk masuk dalam kelompok intervensi Tabel 1 Karakteristik Responden (N = 70)
kedua, peneliti mengajarkan prosedur PLB dan No Karakteristik f %
1 Usia
latihan 6-MWT, kemudian meminta keluarga
45 – 59 9 13
untuk mengobservasi pelaksanaannya di 60 – 74 39 56
rumah dengan lembar observasi yang > 74 22 31
2 Jenis kelamin
disediakan oleh peneliti. Pada kelompok Laki-laki 50 71
kontrol, peneliti tidak melakukan intervensi, Perempuan 20 29
Indeks massa
namun hanya membagikan leaflet yang berisi 3
tubuh (IMT)
konsep penyakit PPOK. Pengambilan data Under-weight 30 43
Normal 34 48
awal dilakukan selama 3 minggu, meliputi
Over-weight 6 9
identitas responden, fungsi paru, dan
Tingkat
4
kuesioner kualitas hidup yang diperoleh pendidikan
dengan menggunakan instrumen St. George Rendah 25 36
Menengah 28 40
Respiratory Questionnaire (SGRQ).
Tinggi 17 24
Intervensi dilakukan selama enam minggu Tingkat sosial
5
ekonomi
dengan observasi oleh peneliti dan asisten
Rendah 35 50
peneliti. Pada prosedur latihan fisik 6-MWT, Menengah 30 43
responden melakukan latihan jalan santai pada Tinggi 5 7
Riwayat
lantai yang datar selama enam menit setiap 6
merokok
hari, dan pada prosedur gabungan PLB Bukan Perokok 10 14
Bekas Perokok 41 59
dengan 6-MWT, responden melakukan latihan Perokok Pasif 17 24
pernafasan pursed-lip 5-10 menit sebelum Perokok Aktif 2 3
Penyakit paru
melakukan 6-MWT. 7
lain
Pada minggu yang ketujuh, peneliti Ada 6 8
Tidak ada 64 92
mengumpukan data akhir (post test) meliputi
data kualitas hidup berdasarkan SGRQ dengan
110 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa ada


mayoritas responden adalah laki-laki (72%), perbedaan yang bermakna pada kualitas hidup
berusia 60 – 74 tahun (52%), IMT underweight antara kelompok intervensi lathan fisik 6-MWT
(50%), berpendidikan SMA sederajat (42%), dengan PLB sebelum latihan fisik 6-
tingkat sosial ekonomi rendah (50%), MWT(p=0,022); antara kelompok
bekas/mantan perokok (63%), tidak intervensilatihan fisik 6-MWT dengan kontrol
mempunyai penyakit paru lain (92%), (p=0,005); dan antara kelompok intervensi PLB
menderita PPOK dalam waktu 1 sampai 5 sebelum latihan fisik 6-MWTdengan kontrol
tahun (49%). (p=0,000).

Tabel 2 Tabel 4
Hasil Uji Beda Berpasangan Uji Pseudo R-Square Antar Kelompok
No Kelompok p value Intervensi
Kelompok Intervensi Cox and Snell
1 Latihan fisik 6-MWT 0,000 Latihan fisik 6-MWT 0,358
2 PLB sebelum latihan fisik 6- 0,000 PLB sebelum latihan 0,471
MWT fisik 6-MWT

Berdasarkan tabel 4, disimpulkan bahwa


Berdasarkan Tabel 2, didapatkan nilai p<0,05
kelompok yang memberikan kontribusi paling
pada kedua kelompok. Ini menunjukkan bahwa
besar terhadap variabel dependen adalah
secara statistik ada perbedaan kualitas hidup
kelompok intervensi PLB sebelum latihan fisik
yang signifikan sebelum intervensi dengan
6-MWTsebesar 47,1%. Artinya intervensi PLB
sesudah intervensi pada kedua kelompok
sebelum latihan fisik 6-MWT secara simultan
intervensi.
memberikan kontribusi yang paling besar
terhadap kualitas hidup.
Tabel 3
Hasil Uji Beda Independen
No Kelompok p value Tabel 5
Perbandingan Besarnya Pengaruh Setiap
1 Latihan fisik 6-MWT dengan 0,022 Intervensi Terhadap Kualitas Hidup
PLB sebelum latihan fisik 6- Hasil Parameters
MWT Kelompok Estimates
Estimate Nilai p
2 Latihan fisik 6-MWT dengan 0,005
kontrol Latihan fisik 6-MWT -2,342 0,012

3 PLB sebelum latihan fisik 6- 0,000 PLB sebelum -3,806 0,000


MWTdengan kontrol latihan fisik 6-MWT

Berdasarkan Tabel 5, didapatkan nilai p<0,05


pada semua kelompok sehingga secara
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016
111

statistik dapat disimpulkan bahwa semua Latihan PLB sebagai salah satu intervensi
intervensi memberikan pengaruh secara dalam penelitian ini bertujuan memperbaiki
signifikan terhadap kualitas hidup. Dilihat dari efektivitas pernafasan dengan menurunkan air-
besarnya estimate didapatkan nilai estimate trapping sehingga dapat meningkatkan volume
tertinggi pada kelompok intervensi PLB tidal dan memperbaiki kontrol pernafasan. PLB
sebelum latihan fisik 6-MWT yaitu 3,806. dapat meningkatkan efisiensi bernafas dengan
Secara statistik disimpulkan bahwa gabungan meningkatkan kemampuan ekshalasi sehingga
intervensi PLB sebelum latihan fisik 6-MWT menurunkan jumlah udara yang tertinggal
memberikan pengaruh paling besar terhadap dalam paru.
kualitas hidup pasien PPOK dibandingkan Intervensi PLB sebelum latihan fisik 6-
intervensi tunggal 6-MWT. MWT akan membantu memperbaiki
Intervensi ini dikatakan berpengaruh, peningkatam fungsi fisik. Analisis peneliti ini
sebab intervensi ini mencoba mengatasi didukung oleh pernyataan Yancey(12) bahwa
gangguan intrapulmonal pada pasien PPOK PLB digabungkan dengan 6-MWT akan
yang termanifestasi dalam keluhan sesak meningkatkan toleransi latihan pada pasien
nafas dan gangguan ekstrapulmonal berupa PPOK. Hal ini dibuktikan pula dengan hasil
disfungsi otot skeletal.(9) penelitian Niedl(13) mengenai efektivitas latihan
Latihan 6-MWT secara teori dapat 6-MWT dan latihan pernafasan yang
membantu meningkatkan kualitas hidup melibatkan 53 pasien PPOK di klinik paru
dengan meningkatkan toleransi aktivitas. University-Affiliated Veteran Affairs. Hasil
Latihan 6-MWT dapat meningkatkan fungsi penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok
cardiopulmonal dan melatih kerja sistem yang diberikan latihan pernafasan sebelum
muskuloskeletal terutama pada kaki sehingga melakukan aktivitas mengalami penurunan
akan mencegah peripheral muscle wasting. keluhan sesak nafas (p=0,05) dan terjadi
Analisis peneliti ini sesuai dengan pernyataan peningkatan toleransi latihan (p=0,02).
(10)
yang disampaikan oleh Criner bahwa Pemenuhan toleransi latihan akan
peripheral muscle wasting dapat diatasi meningkatkan pemenuhan dalam kebutuhan
dengan latihan kekuatan otot kaki, salah aktivitas. Pemenuhan kebutuhan aktivitas
satunya dengan 6-MWT. Peningkatan status merupakan kebutuhan universal self-care
fungsional ini akan meningkatkan pemenuhan menurut Orem. Artinya, kedua kebutuhan
kebutuhan aktivitas dan pencegahan terhadap tersebut merupakan kebutuhan dasar dari
bahaya menurut teori self-care dari Orem.(11) setiap manusia. Pemenuhan kebutuhan
universal self-care tersebut akan meningkatkan
112 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016

pemeliharaan proses hidup, integritas 4. Patriani, A. P. Pemberdayaan Keluarga


struktural dan fungsi hidup, yang berdampak dalam Rehabilitasi Medik Pada Penderita
Penyakit Paru Obstruksi Kronik di Balai
terhadap tingkat kemandirian dan kualitas Pengobatan Penyakit Paru-Paru
hidup individu. Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat
2010 : 26; 55 - 62.
5. Riskesdas. Penyajian Pokok-Pokok Hasil
KESIMPULAN dan Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan
Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
intervensi PLB sebelum latihan fisik 6-MWT Kementerian Kesehatan RI; 2013.
6. Kendall : Sinopsis Organ Sistem
memberikan pengaruh paling kuat terhadap Pulmonologi: Pendekatan dengan Sistem
kualitas hidup dibandingkan hanya melakukan Terpadu dan Disertai Kumpulan Kasus
Klinik. Bandung: Karisma Publishing
latihan fisik 6-MWT saja.
Group; 2014.
Peneliti merekomendasikan perlunya 7. Reherison, Crantal. Clinical Characteristic
mengajarkan dan memberikan edukasi and Quality of Life in Women with COPD.
BMC Women’s Health Journal 2014; 14:31
pentingnya latihan PLB sebelum latihan fisik, 8. GOLD. Global Strategy For The Diagnosis,
serta penelitian lanjut terkait kondisi psikologis Management, and Prevention of Chronic
terhadap kualitas hidup pasien PPOK. Obstructive Pulmonary Disease. Global
Initative for Chronic Obstructive Lung
Disease2014; 1-100.
UCAPAN TERIMAKASIH 9. Valero, M. Types of Physical Exercise
1. dr. Teddy janong, M.Kes (Direktur Rumah Training for COPD Patients. Intechopen
Journal 2012: 352-374.
Sakit panti rapih)
10. Criner, G. 6-Minute Walk Testing in COPD:
2. Bapak Paulus Subiyanto, Is It Reproducible? European Respiratory
S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB (Direktur Akper Panti Journal 2011; 244-5.
11. McEwen : Theoretical Basis forNursing:
rapih) Second Edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007.
KEPUSTAKAAN 12. Yancey, J. C. The Role of Breathing
1. Harwood, M. Diagnosis and Management Exercises in the Treatment of COPD.
of COPD in Maori and Pacific Peoples. American Family Phisician2014: 15-16.
BPJ Issue 2012; 43: 15 – 25. 13. Niedl, M. Efficacy of Pursed-Lip Breathing:
2. Lewis : Medical-Surgical Nursing: Efficacy of Pursed-Lips Breathing: a
Assessment and Management of Clinical Breathing Pattern Retraining Strategy for
Problems. St. Louis, Missouri: Elsevier
Dyspnea Reduction.. Journal of
Mosby; 2011.
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia : Cardiopulmonary Rehabilitation and
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik): Prevention 2007: 237-44.
Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia;
2011.

You might also like