Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

Hal.

44-47

Mesenchymal stem cells dapat juga melakukan transdiferensiasi menjadi sel endoderm
dan sel ectoderm. Herman et al, 2006 menyatakan bahwa mesenchymal stem cells memiliki
kemampuan untuk berdeferensiasi menjadi jenis sel neuroectodermal in vitro dan in vivo setelah
juga transplantasi ke dalam otak manusia dan spinal cord. Halleux et al., 2001 juga mendapatkan
bahwa ketika diimplantasikan ke otak, sel-sel tersebut dapat pula berdeferensiasi menjadi
astrosit. Hal tersebut menunjukkan derajat “plastisitas” dari mesenchymal stem cells. Dina Y et
al, 2014 dalam penelitian in vitro juga mendapatkan bahwa bone marrow mesenchymal stem cell
(BM-MSCs) dapat bertransdiferensiasi ke neural baik neuron maupun sel glia pada cairan
cerebro spinal. Oleh karena itu mesenchymal stem cells dianggap memiliki potensi terapeutik
yang signifikan untuk penyakit neurodegenerasi akut maupun kronis. (Halleux et al., 2001)
Bone marrow (BM) merupakan sumber utama dari mesenchymal stem cells. Selain itu
juga terdapat pada darah tali pusat dan jaringan adiposa. (Kern et al., 2006). Secara klinis
terdsapat kesulitan dalam mendapatkan sumber dari bone marrow karena pengambilannya
merupakan tindakan invasive. Kern et al., 2006 membandingkan antara sumber-sumber tersebut
mengenai morfologi, tingkat keberhasilan mengisolasi MSC, frekuensi koloni, potensi ekspansi,
kapasitas diferensiasi, dan fenotip imun. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai
morfologi dan fenotip imun dari MSC yang berasal dari sumber-sumber tersebut. Perbedaan
dapat diamati mengenai tingkat keberhasilan mengisolasi mesenchymal stem cells, dimana 100%
untuk bone marrow dan jaringan adiposa, tetapi hanya 63% untuk darah tali pusat. Frekuensi
koloni terendah di tali pusat, sedangkan tertinggi di jaringan adiposa. Namun, darah tali pusat
bias dibudidayakan paling lama dan menunjukkan kapasitas proliferasi tertinggi, sedangkan
mesenchymal stem cells bone marrow memiliki budaya terpendek periode dan menunjukkan
kapasitas proliferasi tertinggi, sedangkan mesenchymal stem cells bone marrow memiliki budaya
terpendek perioded an kapasitas proliferasi terendah. Paling mencolok, darah tali pusat tidak
menunjukkan kapasitas berdiferensiasi menjadi adipogenic, berbeda dengan mesenchymal stem
cells bone marrow dan jaringan adiposa. Hasil tersebut merupakan alternative dalam penerapan
klinis nantinya untuk mendapatkan sumber dari mesenchymal stem cells.
Johnson TV, 2009 menujukkan bahwa transplantasi intravitreal stem cell mesenchymal
dapat memberikan neuroproteksi pada model tikus glaucoma. Hal ini mendukung penelitian
sebelumnya yang menunjukkan transplantasi intravitreal neural stem cell dapat melindungi dari
kematian SGR akibat glaucoma (Bull, 2009). Namun kesulitan mendapatkan dan menggunakan
neural stem cell untuk terapi berbasis sel cenderung menjadi hambatan klinik. Sumber sel lain,
seperti stem cell embrio atau janin, juga menunjukkan sebagai neuroproteksi retina (Meyer,
2006; Wang, 2008), tetapi penggunaannya dibatasi oleh penolakan isu-isu etis. Sebaliknya stem
cell mesenchymal dapat diperoleh dari masing-masing pasien yang memungkinkan transplantasi
autologous, sehingga dapat menghindari masalah tersebut dan menfasilitasi penggunaannya
untuk neuroproteksi pada pengobatan penyakit neurodegenerative (Johnson, 2009).
2.4.2 Stemcell retina
Uchida, 2000 menggunakan antibodi monoclonal spesifik untuk mengenali surface
marker CD133 dan 5E12 digunakan untuk identifikasi stem cell neural multipotent dari otak

Hal. 57-58
Cara parakrin, sehingga meringankan remodeling jantung patologis dan merangsang
neovaskularisasi (Gnecchi, 2006; Li, 2007; Mirotsou, 2007). Oleh karena itu, tidak mungkin
mengecualikan factor-faktor parakrin yang dihasilkan berkontribusi terhadap efek protektif
Hsp20 – MSCs dalam infark myocard.

2.6.3 Peran TGF-β pada transplantasi stemcell mesenchymal


Family TGF-β adalah sitokin yang multifungsi dan penting untuk kelangsungan hidup.
TGF-β berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan, peradangan dan perbaikan serta
kekebalan host. Isoform TGF-β mamalia ( TGF-β 1, TGF-β 2 dan TGF-β 3) disekresikan
sebagai precursor laten dan memiliki beberapa reseptor permukaan sel yang setidaknya dua
sinyal transduksi. Efek autokrin dan parakrin dari TGF-β dapat dimodifikasi dengan matriks
ekstraseluler, sel tetangga dan sitokin lain. Peran TGF-β dalam proses homeostatis dan pathogen
menunjukkan berbagai aplikasi dalam diagnosis dan pengobatan berbagai penyakit yang ditandai
dengan peradangan dan fibrosis. (David, 1998)

Transforming growth factor beta (TGF-β) adalah protein yang mengontrol proliferasi,
diferensiasi sel, dan fungsi lainnya dalam sebagian besar sel. Anggota keluarga TGF-β berikatan
dengan reseptor tipe II dan merekrut tipe I, dimana memfosforilasi reseptor tipe II dan
mengaktifkan tipe I. Tipe I reseptor, pada gilirannya, memfosforilasi Smads reseptor-diaktifkan
(R-Smads : Smad1, Smad2, Smad3, Smad5 dan Smad8). Setelah terfosforilasi, R-Smads asosiasi
dengan co-mediator Smad, SMAD4, dan kompleks heteromeric kemudian translokasi ke dalam
inti. Dalam inti, komplek Smad mengaktifkan gen-gen tertentu melalui interaksi dengan protein
DNA dan coactivator (atau co-represor) lainnya. Secara umum, pelepasan dan aktivasi TGF-β
merangsang produksi berbagai protein matriks ekstraseluler dan menghambat degradasi protein
matriks ini memberikan kontribusi untuk perbaikan jaringan. (Sonia, 2013)

You might also like