Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI PUSKEMAS BLUTO SUMENEP


Mujib Hannan, Program Studi Ilmu Keperawatan UNIJA Sumenep,
e-mail;hannan.mujib@yahoo.com

ABSTRACT

Background: Diabetes mellitus results from insulin malfunction. Although, amount of excess
glucose was used in the organs or tissues is very low. Medication adherence in patients with
Diabetes Mellitus is important in achieving treatment goals and effective in preventing some of the
complications of Diabetes Mellitus, so the importance of research on the analysis of factors
affecting medication adherence in patients with Diabetes Mellitus in PHC Bluto Sumenep.
Objective: To analyze the factors affecting medication adherence in patients with Diabetes
Mellitus in PHC Bluto Sumenep.
Methods: The study was a analitic correlation with cross sectional approach. Data analyze by
using simple logistic regression statistical test with α of 5%.
Results: There were between factors influence the characteristics of the disease and its treatment
to medication adherence in patients with Diabetes Mellitus in PHC Bluto Sumenep, There is no
effect between intra-personal factors on medication adherence in patients with Diabetes Mellitus in
Sumenep Bluto health center that included age, type of sex, educational level and marital status,
There is the influence of interpersonal factors on medication adherence in patients with Diabetes
Mellitus in health centers and Sumenep Bluto, There is the influence of environmental factors on
medication adherence in patients with Diabetes Mellitus in PHC Bluto Sumenep
Conclusions: Factors characteristic of the disease and its treatment and environmental factors are
dominant factors affecting medication adherence in patients with diabetes mellitus in PHC Bluto
Sumenep

Keywords: Compliance, drink medicine, Diabetes Mellitus

PENDAHULUAN berlebih, penggunaannya di dalam organ-organ


Pemeliharaan kadar glukosa darah tubuh atau jaringan sangat rendah. Artinya,
merupakan faktor amat penting, khususnya penderita diabetes merasa kelaparan walau
untuk menjaga fungsi sistem saraf. Kadar gula kelebihan gula darah (Nurachman, 2003).
darah bervariasi, tergantung status nutrisi. Semua jenis diabetes mellitus memiliki
Kadar gula normal manusia, beberapa jam gejala yang mirip dan komplikasi pada tingkat
setelah makan sekitar 80mg/100ml darah, lanjut. Hiperglisemia sendiri dapat
tetapi sesaat sehabis makan meningkat sampai menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis.
120mg/100 ml, faktor nutrisi sangat berperan Komplikasi jangka lama termasuk penyakit
penting, dimana kecukupan nutrisi sangat kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis
berpengaruh terhadap produktifitas manusia, ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan
banyak aspek yang berpengaruh terhadap retina yang dapat menyebabkan kebutaan,
status nutrisi antara lain aspek pola pangan, serta kerusakan saraf yang dapat
sosoal budaya dan pengaruh konsumsi pangan menyebabkan impotensi dan gangren dengan
(Ahani 2008). risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius
Gangguan keseimbangan pasokan lebih umum bila kontrol kadar gula darah
kebutuhan bahan bakar glukosa sangat burukSurvei yang dilakukan WHO (World
mengganggu metabolisme tubuh, bila pasokan Health Organization), Indonesia menempati
glukosa melebihi kebutuhan berdampak urutan ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes
hiperglisemia (umum dikenal sebagai diabetes), terbesar di dunia setelah India, Cina dan
dan sebaliknya menimbulkan hipoglisemia. Amerika Serikat, dengan prevalensi 8,6% dari
Diabetes mellitus terjadi akibat malfungsi total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995
insulin. Pada kondisi ini, walau jumlah glukosa terdapat 4,5 juta pengidap Diabetes dan pada

47
48 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi Bluto Kabupaten Sumenep sesuai dengan
12,4 juta penderita. kondisi pasien yang terjadi yaitu dengan
Terapi Diabetes Mellitus bertujuan untuk meperhitungkan keadaan pasien Diabetes
mencegah akibat-akibat defisiensi insulin yang Mellitus diantaranya pasien Diabetes Mellitus
akan segera timbul, yang meliputi hiperglikemia pada usia 40 tahun keatas, penderita
simptomatik, ketoasidosis diabetika (KAD) dan mengalami penyakit Diabetes Mellitus kurang
sindroma hyperosmolar nonketotic (SHNK) dari 3 tahun, memperhitungkan berat badan
untuk mencegahkan atau meminimalkan pasien, hasil gula darah puasa atau kurang dari
komplikasi-komplikasi penyakit yang 200 mg/dl serta fungsi ginjal dan hepar masih
berlangsung lama yang timbul akibat diabetes normal, dianjurkan dengan pemberian obat
mellitus. Petunjuk yang menyarankan bahwa antidiabetik oral pada pasien Diabetes Mellitus
komplikasi-komplikasi kronis Diabetes Mellitus di Puskesmas Bluto Kabupaten Sumenep
berasal dari kelainan-kelainan metabolik dalam adalah obat tolbutamid 0,5-2 mg, di anjurkan
pengendalian hiperglikemia untuk menurunkan diminum 2 kali/hari dengan lama kerja obat 6-
terjadinya komplikasi-komplikasi Diabetes 12 jam, dan obat Tolazamid 100-250 mg yang
Mellitus (Putri, 2009). dianjurkan diminum 1 kali/hari dengan lama
Kepatuhan minum obat pada pasien kerja obat 10-24 jam.
Diabetes Mellitus merupakan hal penting dalam Hasil wawancara yang dilakukan peneliti di
mencapai sasaran pengobatan dan efektif wilayah kerja Puskesmas Bluto Kabupaten
dalam mencegah beberapa komplikasi pada Sumenep kepada pasien Diabetes Mellitus
penyakit Diabetes Mellitus, dimana terapi terhadap 10 orang yang menderita Diabetes
pengobatan yang baik dan benar akan sangat Mellitus, 3 orang yang menyatakan patuh
menguntungkan bagi pasien, baik dari segi dikarenakan faktor sosial ekonomi yang sangat
kesehatan atau kesembuhan penyakit yang cukup, dukungan keluarganya yang
diderita yaitu dengan kepatuhan pasien dalam memperhatikan keadaan keluarganya yang
mengkonsumsi obat tersebut terutama bagi mengalami penyakit DM, sedangkan 7 orang
pasien yang harus mengkonsumsi obat dalam yang menyatakan tidak patuh minum obat yang
waktu yang lama, bahkan seumur hidupnya sebabkan banyaknya kesibukan pekerjaan
pada penyakit diabetes mellitus (Sasmito, yang mayoritas adalah petani, kurangnya
2007). perhatiannya keluarga yang mengigatkan akan
Penderita Diabetes Mellitus cenderung minum obat, kurang mengerti akan resep yang
mengalami peningkatan, semakin tingginya di beriakan oleh dokter. Dari hasil wawancara di
usia harapan hidup menjadi penyebab atas tingkat kepatuahan minum obat pasien
meningkatnya penderita Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus di Puskesmas bluto 30% dan
Sebab selain faktor keturunan, pola makan dan ketidak patuhan minum obat pasien Diabetes
kerusakan saluran pencernaan Diabetes Mellitus 70%.
Mellitus biasa menyerang pada usia diatas 40 Berdasarkan latarbelakang diatas, maka
tahun. Meski Diabetes Mellitus tidak dapat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
disembuhkan namun Diabetes Mellitus dapat tentang faktor yang mempengaruhi kepatuhan
dikendalikan (Zaenab, 2009). minum obat pasien Diabetes Mellitus di
Tingginya tuntutan masyarakat terhadap Puskesmas Bluto Kabupaten Sumenep, dimana
peningkatan pelayanan di bidang Diabetes tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor
Mellitus, telah dibentuk pusat-pusat Diabetes di - faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum
Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai sarana obat pada pasien Diabetes Mellitus di
kesehatan yang langsung memberikan Puskesmas Bluto Kabupaten Sumenep.
pelayanan Diabetes kepada penyandang
Diabetes Mellitus secara paripurn, pusat METODE PENELITIAN
Diabetes Mellitus di rumah sakit mengelola Jenis penelitian ini adalah penelitian
kasus-kasus Diabetes Mellitus yang disertai kuantitatif menggunakan rancangan non
komplikasi. exsperimental dengan menggunakan
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pendekatan cross sectional yang disajikan
pada Bulan November 2012 di Puskesmas secara analitik. Populasi dalam penelitian ini
Bluto, data yang didapatkan sebagian besar adalah semua pasien yang datang
penderita Diabetes Mellitus adalah golongan memeriksakan dirinya ke Puskesmas Bluto dan
usia lanjut dan sulit untuk mematuhi kepatuhan telah terdiagnosa Diabetes Mellitus. Sampel
minum obat secara rutin, dimana pemberian dalam penelitian ini adalah penderita Diabetes
terapi obat Diabetes Mellitus di Puskesmas Mellitus yang di Rawat jalan di Puskesmas
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 49

Bluto Kabupaten Sumenep. Tehnik 3. Tingkat Pendidikan Responden


pengambilan sampel menggunakan Accidental Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Karakteristik
Sampling dengan cara mengambil semua Responden Berdasarkan Tingkat
pasien penderita Diabetes Mellitus yang datang Pendidikan di Puskesmas Bluto
memeriksakan dirinya ke Puskesmas Bluto Kabupaten Sumenep April 2013
Kabupaten Sumenep pada tanggal 2-28 April No
Tingkat
Jumlah Prosentase
2013 sebanyak 31 sampel. Untuk melihat Pendidikan
signifikan atau membuat perkiraan (prediksi) 1 Tidak Sekolah 16 51,6%
nilai suatu variabel dependent atau variabel 2 SD/MI 2 6,5%
respon melalui variabel independen (variabel 3 SMP/MTs 4 12,9%
4 SMA/MA 9 29%
prediktor) maka digunakan uji statistik Chi
5 Diploma/Sarjana 0 0%
Square dan regresi logistik. Total 31 100%
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar
HASIL PENELITIAN responden dengan tingkat pendidikan tidak
Faktor Intra Personal sekolah sebanyak 16 orang (51,6%%) dan
Responden dalam penelitian ini sebayak sebagian terkecil responden pada
31 sampel penderita Diabetes Mellitus Rawat pendidikan SD/MI sebanyak 2 orang (6,5%)
jalan di Puskesmas Bluto Kabupaten Sumenep. serta tidak ada responden dengan tingkat
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti pendidikan pada jenjang Diploma/Sarjana.
didapat data karakteristik responden yang 4. Status Perkawinan Responden
merupakan bagian dari faktor intra personal Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik
dalam penelitian ini yang akan disajikan Responden Berdasarkan Status
sebagai berikut; Perkawinan di Puskesmas Bluto
1. Umur Responden Kabupaten Sumenep April 2013
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Status
Responden Berdasarkan Umur di No Jumlah Prosentase
Perkawinan
Puskesmas Bluto Kabupaten
1 Menikah 25 80,6%
Sumenep April 2013
2 Belum
No Umur Jumlah Prosentase 0 0%
Menikah
1 < 40 5 16,1% 3 Janda 4 12,9%
tahun 4 Duda 2 6,5%
2 > 40 26 83,9% Total 31 100%
tahun Tabel 4. menunjukkan bahwa sebagian
Total 31 100%
besar dengan status perkawinan sudah
menikah sebanyak 25 orang (80,6%) dan
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar sebagian terkecil responden dengan status
responden yang berumur > 40 tahun perkawinan duda sebanyak 2 orang (6,5%),
sebanyak 26 orang (83,9%) dan sebagian serta tidak ada responden yang belum
kecil responden berumur < 40 tahun menikah.
sebanyak 5 orang (16,1%) 5. Lama Mengalami DM
2. Jenis Kelamin Responden Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Responden Berdasarkan Jenis Perkawinan di Puskesmas Bluto
Kelamin di Puskesmas Bluto Kabupaten Sumenep April 2013
Kabupaten Sumenep April 2013 Lama
Jenis No Mengalami Jumlah Prosentase
No Jumlah Prosentase
Kelamin DM
1 Perempuan 13 41,9% 1 1 tahun 6 19,4%
2 Laki-laki 18 58,1% 2 2 tahun 5 16,1%
Total 31 100% 3 3 tahun 13 41,9%
4 > 3 tahun 7 22,6%
Tabel 2. menunjukkan bahwa sebagian Total 31 100%
besar responden dengan jenis kelamin laki- Tabel 5. menunjukkan bahwa sebagian
laki sebanyak 18 orang (58,1%) dan besar responden mengalami penyakit DM
sebagian kecil dengan jenis kelami selama 3 tahun sebanyak 13 orang (41,9%)
perempuan sebanyak 13 orang (41,9%) dan sebagian terkecil responden mengalami
50 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

penyakit DM selama 2 tahun sebanyak 5 9. Faktor Lingkungan


orang (16,1%). Tabel 9. Distribusi Frekuensi Faktor
6. Pekerjaan Lingkungan di Puskesmas Bluto
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Kabupaten Sumenep April 2013
Responden Berdasarkan Pekerjaan di Faktor
No Jumlah Prosentase
Puskesmas Bluto Kabupaten Lingkungan
Sumenep April 2013 1 Rendah 10 32,3%
No Pekerjaan Jumlah Prosentase 2 Sedang 15 48,4%
1 IRT 1 3,2% 3 Tinggi 6 19,4%
2 Petani 18 58,1% Total 31 100%
3 Wiraswasta 12 38,7% Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar
4 PNS 0 0% responden pada lingkungan dengan kategori
Total 31 100% sedang sebanyak 15 orang (48,4%) dan
Tabel 6. menunjukkan bahwa sebagian sebagian terkecil responden pada kategori
besar responden bekerja sebagai petani tinggi sebanyak 6 orang (19,4%).
sebanyak 18 orang (58,1%) dan sebagian 10. Kepatuhan Minum Obat
terkecil responden bekerja sebagai IRT Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kepatuhan
sebanyak 1 orang (3,2%), serta tidak ada Minum Obat pada Pasien DM di
respondeng yang bekerja sebagai PNS. Puskesmas Bluto Kabupaten
7. Karakteristik dari Penyakit dan Sumenep April 2013
Pengobatannya Kepatuhan
No Jumlah Prosentase
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Karakteristik Minum Obat
Penyakit dan Pengobatannya di 1 Tidak Patuh 21 67,7%
Puskesmas Bluto Kabupaten 2 Patuh 10 32,3%
Sumenep April 2013 Total 31 100%
Karakteristik Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian
dari Penyakit besar responden pada kategori tidak patuh
No Jumlah Prosentase
dan monum obat secara teratur sebanyak 21
Pengobatannya
orang (67,7%) dan sebagian kecil dengan
1 Rendah 15 48,4%
2 Sedang 10 32,3%
kategori patuh sebanyak 10 orang (32,3%)
3 Tinggi 6 19,4% 11. Analisis Bivaraiat
Total 31 100% Tabel 11. Distribusi Frekuensi Pengaruh
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian Faktor Karakteristik Dari Penyakit Dan
besar responden dengan Karakteristik Pengobatannya Dengan Kepatuhan
Penyakit dan Pengobatannya pada kategori Minum Obat
N Karakteristik Tingkat
rendah sebanyak 15 orang (48,4%) dan o dari Penyakit Kepatuhan
sebagian terkecil responden pada kategori ∑ %
dan Tidak
tinggi sebanyak 6 orang (19,4%). Patuh
Pengobatannya Patuh
8. Faktor Inter Personal 1 Rendah 15 0 15 48,4
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Faktor Inter 2 Sedang 6 4 10 32,3
3 Tinggi 0 6 6 19,4
Personal di Puskesmas Bluto Total 21 10 31 100
Kabupaten Sumenep April 2013 a
x² hitung = 20,017 ; df = 2 ;p = 0,000 (≤ 0,05)
Faktor Inter Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian
No Jumlah Prosentase
Personal besar responden dengan faktor karakteristik
1 Rendah 10 32,2% dari penyakit dan pengobatannya pada
2 Sedang 18 58,1% kategori rendah terhadap tingkat kepatuhan
3 Tinggi 3 9,7% minum obat pada kategori tidak patuh
Total 31 100% sebanyak 15 orang. Sedangkan bedasarkan
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar hasil korelasi menggunakan rumus uji chi-
responden pada faktor inter personal dengan square dengan sistem komputerisasi,
kategori sedang sebanyak 18 orang (58,1%) dimana untuk menghitung besarnya korelasi,
dan sebagian terkecil responden pada peneliti menggunakan koefisien korelasi
kategori tinggi sebanyak 3 orang (9,7%). bivariat, dengan taraf signifikan (p)= 0,05,
dan N= 31 Hasil x² hitung = 20,017a dengan
taraf sig 0, 000 (≤ 0,05), hal ini menyatakan
ada pengaruh yang signifikan antara faktor
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 51

karakteristik dari penyakit dan 0,05), pada varibel tingkat pendidikan


pengobatannya terhadap kepatuhan minum terhadap kaptuhan minum obat yaitu x²
obat pada pasien diabetes mellitus di hitung = 3,956a; df = 3 ;p = 0,226 (> 0,05)
Puskesmas Bluto Sumenep. dan pada variabel status perkawinan
12. Pengaruh Faktor Intra Personal Dengan terhadap kaptuhan minum obat yaitu x²
Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien hitung = 2,353a; df = 2 ;p = 0,308 (> 0,05),
Diabetes Mellitus Di Puskesmas Bluto hal ini menyatakan pada masing-masing
Sumenep faktor intrapersonal tidak ada pengaruh yang
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Pengaruh signifikan dengan kepatuhan minum obat
Faktor Intrapersonal Dengan pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas
Kepatuhan Minum Obat Bluto Sumenep.
Faktor Tingkat Kepatuhan 13. Pengaruh Faktor Inter Personal Dengan
Intrapersonal Tidak ∑ %
Patuh
Patuh Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
< 40 tahun 2 3 5 16,1 Diabetes Mellitus Di Puskesmas Bluto
> 40 tahun 19 7 6 83,9 Sumenep
Umur

Total 21 10 31 100 Tabel 4.13: Distribusi Frekuensi Pengaruh


x² hitung = 2,100b; df = 1 ;p = 0,147 (> 0,05) Faktor Inter Personal Dengan
Perempuan 11 2 13 41,9 Kepatuhan Minum Obat
Laki-laki 10 8 18 58,1 Tingkat
JK

Total 21 10 31 100 Faktor


Kepatuhan
x² hitung = 2,917b; df = 1 ;p = 0,088 (> 0,05) No Inter- ∑ %
Tidak
Tidak Sekolah 13 3 16 51,6 Personal Patuh
Patuh
TK Pendidikan

SD/MI 1 1 2 6,5 1 Rendah 10 0 10 32,2


SMP/MTs 3 1 4 12,9 2 Sedang 11 7 18 58,1
SMA/MA 4 5 9 29
3 Tinggi 0 3 3 9,7
Diploma/Sarjana 0 0 0 0
Total 21 10 31 100
Total 21 10 31 100 a
x² hitung = 3,956a; df = 3 ;p = 0,226 (> 0,05)
x² hitung = 11,424 ; df = 2 ;p = 0,003 (≤ 0,05)
Menikah 16 9 25 80,6 Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian
Perkwinan

Belum Menikah 0 0 0 0 besar responden dengan faktor interpersonal


Janda 4 0 4 12,9
Sts

Duda 1 1 2 6,5
pada kategori sedang terhadap tingkat
Total 21 10 31 100 kepatuhan minum obat pada kategori tidak
a
x² hitung = 2,353 ; df = 2 ;p = 0,308 (> 0,05) patuh sebanyak 11 orang. Sedangkan
Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian Bedasarkan hasil korelasi menggunakan
besar responden dengan faktor intra rumus uji chi-square dengan sistem
personal pada masing-masing faktor komputerisasi, dimana untuk menghitung
diantaranya umur responden sebagian besar besarnya korelasi, peneliti menggunakan
> 40 tahun dan pada kategori tidak patuh koefisien korelasi bivariat, dengan taraf
dalam minum obat DM sebanyak 19 orang, signifikan (p)= 0,05, dan N= 31 Hasil x²
pada faktor Jenis kelami responden hitung = 11,424a dengan taraf sig 0, 003 (≤
sebagian besar perempuan dan pada 0,05), hal ini menyatakan ada pengaruh
kategori tidak patuh dalam minum obat DM yang signifikan antara faktor inter personal
sebanyak 11 responden, serta sebagian terhadap kepatuhan minum obat pada
besar pada tingkat pendidikan respoden pasien diabetes mellitus di Puskesmas
yaitu tidak sekolah dengan kategori tidak Bluto Sumenep.
patuh dalam minum obat DM sebanyak 13 14. Pengaruh Faktor Lingkungan Dengan
responden dan pada status perkawinan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
dengan kategori menikah sebagian besar Diabetes Mellitus Di Puskesmas Bluto
pada kategori tidak patuh sebanyak 16 Sumenep
responden. Sedangkan bedasarkan hasil Tabel 14. Distribusi Frekuensi Pengaruh
korelasi menggunakan rumus uji chi-square Faktor Lingkungan Dengan Kepatuhan
dengan sistem komputerisasi, dimana untuk Minum Obat
menghitung besarnya korelasi, peneliti Faktor
Tingkat
menggunakan koefisien korelasi bivariat, Kepatuhan
No Lingkunga ∑ %
Tidak
dengan taraf signifikan (p)= 0,05, dan N= 31 n Patuh
Patuh
Hasil pada variabel umur terhadap kaptuhan 1 Rendah 10 0 10 32,3
minum obat yaitu x² hitung = 2,100b; df = 1 2 Sedang 11 4 15 48,4
;p = 0,147 (> 0,05), hasil pada variabel jenis 3 Tinggi 0 6 6 19,4
kelamin terhadap kaptuhan minum obat Total 21 10 31 100
a
x² hitung = 17,577 ; df = 2 ;p = 0,000 (≤ 0,05)
yaitu x² hitung = 2,917b; df = 1 ;p = 0,088 (>
52 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian mellitus karena nilai p yang diperoleh


besar responden dengan faktor lingkungan sebesar p = 0,000 ≤ 0,05. Hal tersebut
pada kategori sedang terhadap tingkat berarti faktor karakteristik dari penyakit dan
kepatuhan minum obat pada kategori tidak pengobatannya dan faktor lingkungan
patuh sebanyak 11 orang. Sedangkan merupakan faktor dominan yang
Bedasarkan hasil korelasi menggunakan mempengaruhi kepatuhan minum obat pada
rumus uji chi-square dengan sistem pasien diabetes mellitus.
komputerisasi, dimana untuk menghitung
besarnya korelasi, peneliti menggunakan PEMBAHASAN
koefisien korelasi bivariat, dengan taraf Pengaruh Faktor Karakteristik dari Penyakit
signifikan (p)= 0,05, dan N= 31 Hasil x² dan Pengobatanya Terhadap Kepatuhan
hitung = 17,577a dengan taraf sig 0, 000 (≤ Minum Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus
0,05), hal ini menyatakan ada pengaruh Hasil korelasi menggunakan rumus uji chi-
yang signifikan antara faktor lingkungan square dengan sistem komputerisasi, dimana
terhadap kepatuhan minum obat pada untuk menghitung besarnya korelasi, peneliti
pasien diabetes mellitus di Puskesmas menggunakan koefisien korelasi bivariat,
Bluto Sumenep. dengan taraf signifikan (p)= 0,05, dan N= 31
15. Analisis Multivariat Hasil x² hitung = 20,017a dengan taraf sig 0,
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Responden 000 (≤ 0,05), hal ini menyatakan ada pengaruh
Berdasarkan faktor yang paling dominan yang signifikan antara faktor karakteristik dari
yang mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat penyakit dan pengobatannya terhadap
Pada Pasien Diabetes Mellitus Di kepatuhan minum obat pada pasien diabetes
Puskesmas Bluto Sumenep mellitus di Puskesmas Bluto Sumenep. Dimana
No Veriabel Score df Sig. karakteristik dari penyakit dan pengobatan
1 Faktor Karakteristik pada responden berdasarkan hasil wawancara
19,72
dari Penyakit dan
8
1 0,000 responden menyatakan selalu memperhatikan
pengobatannya pola makan sehari-hari, dan selalu melakukan
2 Faktor Intra
Personal 2,100 1 0,147
kontrol rutin dan melakukan pemeriksaan gula
a Umur darah sesuai anjuran petugas kesehatan. Tiga
b Jenis Kelamin 2,917 1 0,088 elemen dari pengobatan (kompleksitas dari
c Tingkat Pendidikan 3,069 1 0,080 pengobatan, lamanya penyakit dan cara
d Status Perkawinan 0,380 1 0,538 pemberian pelayanan) dan penyakit itu sendiri
3 Faktor Inter 11,07 sangat berhubungan dengan kepatuhan pasien.
1 0,001
personal 9 Secara umum, semakin kompleks regimen
4 15,70
Faktor Lingkungan
8
1 0,000 pengobatan, semakin kecil kemungkinan
Tabel 4.15 diketahui bahwa tidak semua pasien akan mematuhinya.
variabel bebas yang dianalisis menunjukkan Karakteristik responden dengan lama
mempunyai pengaruh terhadap Kepatuhan menderita Diabetes Mellitus sebagian besar
Minum Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus dengan lama 3 tahun sebanyak 41,9%, hal
Di Puskesmas Bluto Sumenep dengan tersebut juga menunjukkan bahwa tingkat
menggunakan, yang ditunjukkan dengan kaptuhan pasien dalam mengkonsumsi obat
signifikansi (p). Variabel bebas yang Diabetes Mellitus sangat rendah di buktinkan
mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat dengan kategori tidak patuh sebanyak 67,7%
Pada Pasien Diabetes Mellitus adalah pada responden. Terdapat beberapa faktor
variabel karakteristik dari penyakit dan pada karakteristik dari penyakit dan
pengobatannya, faktor lingkungan dan faktor pengobatan pada pasien DM dimana derajat
inter personal yang ditunjukkan dengan ketidakpatuhan responden dalam
signifikansi (sig). Adapun variabel bebas mengkondumsi obat DM sesuai anjuran dokter
yang tidak mempunyai pengaruh yaitu pada diantaranya kompleksitas prosedur
faktor intra personal diantaranya umur, jenis pengobatan, derajat gaya hidup yang
kelamin, tingkat pendidikan dan status dibutuhkan, lamanya waktu pasien harus
perkawinan. mematuhi nasehat tersebut, serta tingkat
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan keparahan penyakit yang dipersepsikan sendiri
bahwa faktor karakteristik dari penyakit dan oleh pasien (Niven, 2002).
pengobatannya dan faktor lingkungan Badan POM RI, (2006) menyatakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Indikator dari kompleksitas dari suatu
kepatuhan minum obat pada pasien diabetes pengobatan adalah frekuensi pengobatan yang
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 53

harus dilakukan oleh pasien itu sendiri, dibandingkan dengan laki-laki, dimana pada
misalnya frekuensi minum obat dalam sehari. reosponden laki-laki sebagain besar sudah
Pasien akan lebih patuh pada dosis yang berusia lanjut sehingga menyebabkan
diberikan satu kali sehari daripada dosis yang sesitivitas insulin mulai berkurang. Kepatuhan
diberikan lebih sering, misalnya tiga kali sehari. pasien, perlu diterapkan prinsip bahwa tidak
Secara umum, semakin kompleks regimen ada satupun strategi yang dapat secara efektif
pengobatan, semakin kecil kemungkinan menangani semua masalah kepatuhan pasien
pasien akan mematuhi terapi kepatuhan secara umum (Badan POM RI, 2006).
munum obat. Lamanya penyakit tampaknya
memberikan efek negatif terhadap kepatuhan Pengaruh Faktor Inter Personal Terhadap
pasien. Makin lama pasien mengidap penyakit Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
diabetes. Diabetes Mellitus
Hasil korelasi menggunakan rumus uji chi-
Pengaruh Faktor Intra Personal Terhadap square dengan sistem komputerisasi, dimana
Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien untuk menghitung besarnya korelasi, peneliti
Diabetes Mellitus menggunakan koefisien korelasi bivariat,
Hasil korelasi menggunakan rumus uji chi- dengan taraf signifikan (p)= 0,05, dan N= 31
square dengan sistem komputerisasi, dimana Hasil x² hitung = 11,424a dengan taraf sig 0,
untuk menghitung besarnya korelasi, peneliti 003 (≤ 0,05), hal ini menyatakan ada pengaruh
menggunakan koefisien korelasi bivariat, yang signifikan antara faktor inter personal
dengan taraf signifikan (p)= 0,05, dan N= 31 terhadap kepatuhan minum obat pada pasien
Hasil pada variabel umur terhadap kaptuhan diabetes mellitus di Puskesmas Bluto
minum obat yaitu x² hitung = 2,100b; df = 1 ;p Sumenep. Hal ini menunjukkan bahwa
= 0,147 (> 0,05), hasil pada variabel jenis dukungan dari keluarga dekat pasien yaitu
kelamin terhadap kaptuhan minum obat yaitu dengan mengingatkan pola makan sehari-hari
x² hitung = 2,917b; df = 1 ;p = 0,088 (> 0,05), serta selalu mengingatkan jadwal minum obat
pada varibel tingkat pendidikan terhadap secara teratur serta didukung dengan
kaptuhan minum obat yaitu x² hitung = 3,956a; pelayanan yang baik oleh petugas kesehatan
df = 3 ;p = 0,226 (> 0,05) dan pada variabel yang ditunjukkan dengan komunikasi yang baik
status perkawinan terhadap kaptuhan minum kepada pasien oleh petugas kesehatan sangat
obat yaitu x² hitung = 2,353a; df = 2; p = 0,308 memperbaiki kepatuhan pasien dalam
(> 0,05), hal ini menyatakan pada masing- pengobatannya.
masing faktor intrapersonal tidak ada pengaruh Keluarga dapat menjadi faktor yang
yang signifikan dengan kepatuhan minum obat berpengaruh dalam menentukan tentang
pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas program pengobatan yang dapat mereka
Bluto Sumenep. Dimana faktor umur, jenis terima. Dukungan sosial dalam bentuk
kelamin, tingkat pendidikan dan status dukungan emosional dari anggota keluarga
perkawinan tidak mempengaruhi kaptuhan merupakan faktor penting dalam kepatuhan
minum obat pada pasien dimana yang terhadap program medis. Keluarga dapat
sebagain besar umur pasien lebih dari 40 tahun membantu mengurangi anxietas karena
dengan usia yang sudah lanjut menyebabkan penyakit tertentu, menghilangkan godaan pada
pasien kurang aktif dalam melakukan aktifitas ketidaktaatan dan menjadi kelompok
seperti olahraga dan lain sebagainya, menurut pendukung untuk mencapai kepatuhan (Niven,
Wardani (2009) pada usia tua sesitivitas insulin 2000). Dimana menurut Sacket cit Niven (2000)
mulai berkurang berbeda dengan dewasa muda kepatuhan merupakan suatu istilah yang
yang resisten insulin dapat meningkat. biasanya digunakan untuk mengatakan
Persentase karakteristik responden bahwa kesepakatan atau kerjasama, melakukan apa
yang terkena diabetes mellitus sebagian besar yang disarankan petugas kesehatan atau
dengan menikah sebanyak (80,6%) dan mengikuti nasehat untuk melakukan sikap
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak tertentu mengenai kebiasaan kesehatan atau
(58,1%) responden, hal ini menunjukkan bahwa yang berkaitan dengan kesehatan. Dalam
angka terbanyak penderita diabetes mellitus pemberian obat pada pasien perlu suatu
cenderung lebih besar pada laki-laki. Penelitian arahan dan petunjuk agar pasien mengerti jelas
ini berbanding terbalik dengan penelitian yang apa yang harus dilakukan pasien nanti dirumah
dilakukan oleh Gusrini L. (2007) yang sehingga lebih patuh dalam minum obatnya.
menunjukkan bahwa penderita diabetes
mellitus lebih banyak terjadi pada perempuan
54 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap mempengaruhi kepatuhan minum obat pada


Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien pasien diabetes mellitus
Diabetes Mellitus Kepatuhan pasien perlu diterapkan prinsip
Hasil korelasi menggunakan rumus uji chi- bahwa tidak ada satupun strategi secara efektif
square dengan sistem komputerisasi, dimana menangani semua masalah kepatuhan pasien,
untuk menghitung besarnya korelasi, peneliti diperlukan strategi yang berlaku khusus
menggunakan koefisien korelasi bivariat, terhadap pasien penyakit diabetes mellitus
dengan taraf signifikan (p)= 0,05, dan N= 31 dalam mengembangkan suatu intervensi untuk
Hasil x² hitung = 17,577a dengan taraf sig 0, meningkatkan kepatuhan minum obat pada
000 (≤ 0,05), hal ini menyatakan ada pengaruh pasien, perlu dipertimbangkan juga semua
yang signifikan antara faktor lingkungan faktor-faktor yang mempengaruhinya selain
terhadap kepatuhan minum obat pada pasien karakteristik dari penyakit dan pengibatan
diabetes mellitus di Puskesmas Bluto pasien yaitu faktor terapi, faktor sistem
Sumenep. Dimana lingkungan rumah, kesehatan, faktor sosial ekonomi dan faktor
lingkungan kerja, lingkungan masyarakat yang lingkungan. Semua faktor adalah faktor penting
kondusif dan memahami kondisi pasien DM dalam mempengaruhi kepatuhan sehingga
sangat membatu tingkat kepatuhan pasien DM tidak ada pengaruh yang lebih kuat dari faktor
dalam melakukan kontrol dan pengobatannya lainnya, Oleh karena itu, dalam menyelesaikan
secara rutin, sehingga tingkat kepatuan minum masalah ketidakpatuhan pasien, juga
obat pada pasien DM akan meningkat, memberikan pengaruh yang besar terhadap
berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian tumbuhnya kepatuhan pasien. Sehingga dalam
besar responden dengan faktor lingkungan menyusun strategi dalam membuat intervensi
pada kategori sedang terhadap tingkat terhadap peningkatan faktor sistem kesehatan
kepatuhan minum obat pada kategori tidak dan petugas pelayanan kesehatan, faktor
patuh sebanyak 11 orang, hal ini menunjukkan lingkungan dan keluarga pasien juga
bila dukungan lingkungan tinggi makan tingkat merupakan faktor yang berpengaruh dalam
kepatuhan minum obat pada pasien DM akan menumbuhkan kepatuhan pasien (Badan POM
tinggi pula atau patuh dalam mengkonsumsi RI 2006).
obat DM sesuai anjuran petugas kesehatan. Secara umum, hal-hal yang perlu dipahami
Badan POM RI (2006), Kepatuhan pasien, dalam meningkatkan tingkat kepatuhan adalah
perlu diterapkan prinsip bahwa tidak ada bahwa: pasien memerlukan dukungan, bukan
satupun strategi yang dapat secara efektif disalahkan, Konsekuensi dari ketidakpatuhan
menangani semua masalah kepatuhan pasien terhadap terapi jangka panjang adalah tidak
secara umum. Diperlukan strategi yang berlaku tercapainya tujuan terapi dan meningkatnya
khusus terhadap pasien penyakit tertentu dan biaya pelayanan kesehatan, peningkatan
dalam mengembangkan suatu intervensi untuk kepatuhan pasien dapat meningkatkan
meningkatkan kepatuhan pasien perlu keamanan penggunaan obat, kepatuhan
dipertimbangkan juga semua faktor-faktor yang merupakan faktor penentu yang cukup penting
mempengaruhinya, dimana setiap ada dalam mencapai efektifitas suatu sistem
perubahan lingkaran kegiatan rutin, setiap kesehatan, memperbaiki kepatuhan dapat
orang akan perlu melakukan penyesuaian. merupakan intervensi terbaik dalam
Situasi yang menyebabkan terjadinya penanganan secara efektif suatu penyakit
ketidakpatuhan disebut situasi dengan risiko kronis, sistem kesehatan harus terus
tinggi. Sistem lingkungan yang mempengaruhi berkembang agar selalu dapat menghadapi
kepatuhan pasien misalnya sistem ekonomi, berbagai tantangan baru dan diperlukan
budaya, dan sistem kesehatan. pendekatan secara multidisiplin dalam
menyelesaikan masalah ketidakpatuhan.
Analisis Multivariat
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan KESIMPULAN
bahwa faktor karakteristik dari penyakit dan Hasil penelitian tentang faktor-faktor yang
pengobatannya dan faktor lingkungan memiliki mempengaruhi kepatuhan minum obat pada
pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan pasien diabetes mellitus di Puskesmas Bluto
minum obat pada pasien diabetes mellitus Kabupaten Sumenep sebanyak 31 responden,
karena nilai p yang diperoleh sebesar p = 0,000 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara
≤ 0,05. Hal tersebut berarti faktor karakteristik faktor karakteristik dari penyakit dan
dari penyakit dan pengobatannya dan faktor pengobatanya terhadap kepatuhan minum obat
lingkungan merupakan faktor dominan yang pada pasien Diabetes Mellitus, Tidak ada
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 55

pengaruh antara faktor intra personal terhadap Misnadiarly, 2006. Diabetes Mellitus: Gangren,
kepatuhan minum obat pada pasien Diabetes Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala,
Mellitus yang meliputi umur, jenis kelamin, Menanggulangi, dan Mencegah
tingkat pendidikan dan status perkawinan, ada Komplikasi, Penerbit Pustaka Populer
pengaruh antara faktor inter personal terhadap Obor, Jakarta
kepatuhan minum obat pada pasien Diabetes Muryani, R. 2006. Aktivitas Rutin Pasien DM
Mellitus, ada pengaruh antara faktor lingkungan yang Berobat ke Poliklinik Penyakit
terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Dalam RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
Diabetes Mellitus dan faktor karakteristik dari Skripsi, Fakultas Kedokteran UGM,
penyakit dan pengobatannya dan faktor Yogyakarta. Tidak di publikasikan
lingkungan merupakan faktor dominan yang Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan, Edisi II,
mempengaruhi kepatuhan minum obat pada Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
pasien diabetes mellitus di Puskesmas Bluto Perhimpunan Endokrinologi Indonesia
Kabupaten Sumenep. (PERKENI), 1998, Konsesus
Pengelolaan Diadetes Mellitus di
SARAN Indonesia,
1. Bagi Puskesmas Bluto Sumenep http://endokrinologi.freeservers.
Petugas kesehatan Puskesmas agar selalu com/konz_dm98 diakses: Jum’at 23
memberikan informasi pada pasien DM Novemberv 2012
tentang cara minum obat DM yang benar Putri, 2008, Analisis Efektivitas Biaya
dan mengajurkan untuk teratur minum obat Penggunaan Antidiabetik Kombinasi
sesuai anjuran serta dapat memberi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
informasi kepada keluarga pasie DM untuk Rawat Jalan Di RSU Pandan Arang
mendukung menemani untuk selalu Boyolali. Skripsi, universitas
melakukan kontrol secara rutin pada pasien muhammadiyah surakarta. Surakarta,
diabetes mellitus, serta tingkatkan tidak dipublikasikan
komunikasi teraeutik kepada pasien DM. Sasmito. 2007. Penggunaan Antidiabetik Oral
2. Responden/pembaca Gololang Sulfonilurea pada Diabetes
Dapat menjadi tambahan informasi Mellitus. http:// diabetes mellitus
mengenai pentingnya upaya kuratif yaitu freeservers.com/konz_dm07 diakses:
dengan melakukan kontor kesehatan Jum’at 23 Novemberv 2012
dengan baik khususnya pentungnya Subekti, I. 2004. Apa itu diabetes:
mematuhi jadwal minum obat secara teratur Patofisiologi,Gajala dan Tanda, Balai
untuk meningkatkan kesehatannya. Penerbit FKUI, Jakarta
Subroto, A. 2006. Ramuan Herbal untuk
DAFTAR PUSTAKA Diabetes Mellitus.Cetakan I.Penebar
Asdie, A. H. 2000. Patogenesis dan terapi DM Swadaya, Jakarta
tipe 2, Medika Vol. 24 (2), FK UGM, Sugiyono, 2005. Metodologi Penelitian,
Yogyakarta Alfabeta, Bandung
Sutantri, (2008). Hubungan Tingkat Dukungan
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien
Cipta, Jakarta Diabetes Mellitus Tipe 2 Dalam
BADAN POM RI,2006. Kepatuhan Pasien: Menjalankan Terapi Diet Paska Rawat
Faktor Penting dalam Keberhasilan Inap Di RS PKU Muhammadiyah
Terapi, www.perpus.pom.go.id. di akses: Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Jum’at 23 Novemberv 2012 UGM, Yogyakarta. Tidak di publikasikan
Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Suparno, A. 2008. Hubungan Tingkat
Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi Pengetahuan Dan Dukungan Sosial
8, Penerbit RGC, Jakarta Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien
Gusrini, L 2006. Faktor-Faktor Resiko Yang Diabetes Mellitus dalam Menjalankan
Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Pengobatan Di Poliklinik Penyakit Dalam
Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi.
Gondokusuman l Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Tidak di publikasikan
Tidak di publikasikan

You might also like