ID Hubungan Antara Karakteristik Responden Keadaan Wilayah Dengan Pengetahuan Sikap PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN, KEADAAN

WILAYAH DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP TERHADAP HIV/AIDS PADA


MASYARAKAT INDONESIA

Oktarina,1)DFKUXGL+DQD¿2 Made Asri Budisuari1

ABSTRACT
Background: Efforts have been made tackling the HIV/AIDS in Indonesia but have not obtained satisfactory results.
prevention efforts conducted through community education and counseling on risk population that was easily spread the
disease. Transmission and spread of HIV/AIDS was associated with risk behavior, because of the need to consider the
IDFWRUVWKDWDIIHFWEHKDYLRU%HKDYLRULVLQÀXHQFHGE\IDFWRUVRINQRZOHGJHDQGDWWLWXGHVWKDWLQÀXHQFHGWKHREWDLQLQJ
and the characteristics and shelter. Methods: The data were cross sectional, with the amount, and the large sample
according Riskesdas rule in 2007. Results of analysis were presented in the form of a cross-tabulation and analyzed using
statistical techniques and descriptive kualiatif. Results: Results show that respondents’ characteristics (gender, education,
HPSOR\PHQW WKHUHJLRQKDVVLJQL¿FDQWUHODWLRQVKLSWRWKHOHYHORINQRZOHGJHDERXW+,9$,'6/HYHORINQRZOHGJHDOVR
have a meaningful relationship with the attitudes of respondents.

Key words: knowledge, attitude, HIV/AIDS

PENDAHULUAN kasus dan AIDS 10384 kasus, sedangkan menurut


perhitungan epidemiologi diperkirakan terdapat
Upaya pencegahan dilakukan melalui pendidikan
200.000–250.000 kasus di Indonesia dan orang
dan penyuluhan masyarakat terutama ditujukan
yang berisiko tertular diperkirakan sebanyak 12–15
pada populasi berisiko yang mudah menyebarkan
juta orang (Depkes, 2007).
penyakit. Penularan dan penyebaran HIV/AIDS sangat
Berbagai upaya telah dijalankan untuk mengurangi
berhubungan dengan perilaku berisiko, oleh karena
stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dan
itu penanggulangan harus memperhatikan faktor-
keluarganya, dan masih terus berlangsung. Salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap perilaku tersebut.
cara untuk mengatasinya adalah dengan peningkatan
Penyuluhan/KIE merupakan salah satu pendekatan
pemahaman mengenai HIV/AIDS di kalangan
penanggulangan melalui perubahan perilaku berisiko.
masyarakat termasuk mereka yang bekerja di unit-unit
Sedangkan perilaku sangat dipengaruhi oleh faktor
pelayanan kesehatan (Komisi Penanggulangan AIDS
pengetahuan dan sikap yang diperoleh. Pengetahuan
Nasional, 2003). Data terjadinya diskriminasi terhadap
masyarakat khususnya tentang kesehatan bisa
ODHA yang dilaporkan dari hasil survei oleh Asia
didapat dari beberapa sumber antara lain media
3DVL¿F1HWZRUNRISHRSOHOLYLQJZLWK HIV/AIDS tahun
cetak, tulis, elektronik, internet, pendidikan sekolah,
2002 di beberapa negara Asia termasuk Indonesia
penyuluhan dan lain-lain.
berupa diskriminasi di tempat kerja, dalam keluarga
Penyebaran HIV/AIDS sangat pesat dan kini
GDQGLVHNWRUNHVHKDWDQ $UL¿Q$ 
tingkat epidemi di Indonesia menjadi kategori epidemi
Peran serta masyarakat di dalam pembangunan
terkonsentrasi di 6 Propinsi yaitu DKI Jakarta, Papua,
kesehatan dapat diukur dengan makin banyaknya
Jawa Timur, Bali, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat
jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaatkan
serta cenderung pula terjadi di beberapa propinsi
pelayanan kesehatan termasuk mau berpartisipasi
lain. Hingga September 2007 jumlah kasus HIV di
dalam segala kegiatan kesehatan (UNAIDS,
Indonesia yang ditemukan telah mencapai 5904

1 Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Jl. Indrapura 17 Surabaya 60176


2 Politeknik Kesehatan Nusa Tenggara Barat
Korenpondensi: E-mail: dinda_harina@yahoo.com

362
Hubungan antara Karakteristik Responden, Keadaan Wilayah dengan Pengetahuan (Oktarina dkk.)

2007). Selain itu masyarakat mampu untuk Pertanyaan peneliti seberapa besarkah tingkat
dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang pengetahuan, sikap/stigma masyarakat Indonesia
ada di lingkungannya, kemudian merencanakan terhadap HIV/AIDS dan bagaimana hubungannya
dan melakukan cara pemecahannya dengan dengan karakteristik responden dan keadaan
memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung wilayahnya?
pada bantuan dari luar (Depkes RI, 2006).
Indonesia telah berupaya keras untuk METODE
menanggulangi HIV/AIDS tetapi hasilnya belum
memuaskan. Telah dilakukan survei Riskesdas dan a. Kerangka konsep analisis
Susesnas tahun 2007 yang dalam penelitian ini Data sekunder, kemudian dilakukan analisis
mengumpulkan data terkait dengan pengetahuan dan dengan menggunakan analisis deskriptif untuk
sikap tentang HIV/AIDS. menguji hubungan antar variabel bebas (karakteristik
Selain data tentang pengetahuan, juga responden, keadaan wilayah) dengan variabel terikat
dikumpulkan data tentang faktor-faktor yang menjadi (pengetahuan, sikap) dan juga menganalisis variabel
dasar dalam menerima pengetahuan seperti umur, bebas mana yang paling dominan dalam memengaruhi/
jenis kelamin/sex, pendidikan, pekerjaan, tempat di menentukan (determinan). Berdasarkan beberapa hal
mana masyarakat tersebut berada di pedesaan atau tersebut di atas maka dirasa perlu untuk menganalisis
di perkotaan. hubungan ini. Tempat analisis dilakukan di Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan

Karakteristik responden: seks,


pendidikan & pekerjaan

Tingkat Keadaan
Sosial pengetahuan wilayah:
Ekonomi: terhadap kota/desa
Pendapatan HIV/AIDS

Budaya/
kebiasaan Sikap terhadap
masyarakat HIV/AIDS

Mengurangi efisiensi
Perilaku/Stigma upaya pencegahan
terhadap
HIV/AIDS
Mengurangi akses
terhadap yankes

Diskriminasi terhadap
individu/kelompok
masyarakat Care & Support

Keterangan:
------ tidak dianalisis

Gambar 1. Kerangka konsep analisis hubungan antara karakteristik responden, sosial ekonomi, keadaan wilayah dengan
tingkat pengetahuan, sikap masyarakat di Indonesia terhadap HIV/AIDS

363
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 12 No. 4 Oktober 2009: 362–369

Kesehatan Jl. Indrapura No. 17 Surabaya. Waktu kandidat variabel independent yang terpilih akan
analisis dilaksanakan selama 1 bulan setelah data dilakukan analisis regresi logistic berganda.
diperoleh dari Badan Litbang Kesehatan Jakarta.
Jenis penelitian adalah penelitian analisis non HASIL DAN PEMBAHASAN
intervensi. Desain penelitian berdasarkan desain dari
Riskesdas 2007 dan Susenas 2007 adalah potong Distribusi karakteristik responden, keadaan
lintang (Cross Sectional) yaitu pengambilan data wilayah
dilaksanakan pada satu waktu. Analisis ini merupakan Informasi karakteristik responden meliputi jenis
analisis data sekunder yang didapat sesuai dari hasil kelamin, pendidikan, pekerjaan dan keadaan wilayah.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007) Badan Dari data yang dikumpulkan untuk analisis lanjut ini
Litbang Depkes RI & Survei Sosial Ekonomi Nasional diperoleh sejumlah 755.372 responden. Sebaran
(Susenas) 2007 Biro Pusat Statistik/BPS yang datanya responden seperti pada tabel 2 menurut karakteristik
telah diolah. Populasi dalam analisis ini adalah seluruh responden didapatkan lebih banyak responden
rumah tangga di Indonesia sesuai Riskesdas 2007 yang perempuan (51,8%) dengan pendidikan yang
dan Susenas 2007. Sedangkan sampel didapat rendah (77,2%) dan berstatus tidak bekerja (52,8%).
dengan memanfaatkan sampel Susenas 2007 dan Sedangkan bila dilihat dari keadaan wilayah lebih
Riskesdas 2007. Rincian variabel/data dalam sampel banyak yang tinggal di desa (56,6%).
yang diambil/dipilih dalam penelitian analisis lanjut ini
disajikan secara rinci dalam tabel 1 berikut. Tabel 2. Distribusi responden menurut karakteristik
responden dan keadaan wilayah Riskesdas
Tabel 1. Rincian Variabel, Definisi Operasional, 2007
Kuesioner dan Blok dalam Kuesioner dari
Karakteristik responden Persentase (%)
Riskesdas 2007 dan Susenas 2007
Jenis kelamin:
No Variabel 'H¿QLVL2SHUDVLRQDO Laki-laki 48,2
Perempuan 51,8
1 Seks/jenis 1. Laki-laki
kelamin 2. Perempuan Pendidikan:
Tinggi 22,8
2 Pendidikan Pendidikan formal/jenjang yang
Rendah 77,2
pernah diselesaikan
1. Rendah: tamat SLTP ke bawah Pekerjaan:
2. Tinggi: tamat SLTA ke atas Bekerja 47,2
Tidak bekerja 52,8
3 Pekerjaan Status bekerja di luar rumah
1. Bekerja Keadaan wilayah
2. Tidak bekerja Kota 43,4
Desa 56,6
4 Keadaan Tipe desa tempat tinggal
wilayah 1. Perkotaan Keterangan:
2. Pedesaan * Pendidikan rendah : kurang dari SMA/tamat SMP, tinggi : tamat
SMA dan seterusnya.
** Pekerjaan dianggap tidak bekerja: tidak kerja di luar rumah
Variabel bebas meliputi jenis kelamin, pendidikan,
(tidak kerja, sekolah, ibu RT), bekerja: mempunyai kerja di
pekerjaan dan keadaan wilayah, sedangkan variabel luar rumah (TNI/Polri, PNS dan seterusnya)
terikat meliputi tingkat pengetahuan dan sikap.
Data yang telah didapat dari Badan litbangkes Distribusi Tingkat Pengetahuan dan Sikap
sudah dilakukan analisa secara bertahap yaitu mulai Pengetahuan dan sikap seseorang dipengaruhi
dari analisa univariat dengan tabulasi distribusi oleh latar belakangnya seperti umur, status perkawinan,
frekuensi untuk masing-masing variabel di atas pendidikan, lingkungan sosial yang meliputi lingkungan
dan bivariat dengan tabulasi silang antara variabel- tempat tinggal dan lingkungan pekerjaannya. Demikian
variabel independent dengan variabel dependen. juga halnya dengan pengetahuan dan sikap seseorang
Selanjutnya dilakukan analisa multivariate dengan terhadap HIV/AIDS, diperoleh pula melalui proses
seleksi pemilihan kandidat variabel independent belajar. Pengetahuan seseorang dapat berubah
secara bersama-sama terhadap dependen dan dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan,

364
Hubungan antara Karakteristik Responden, Keadaan Wilayah dengan Pengetahuan (Oktarina dkk.)

pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas materi pengetahuan dan sikap responden dalam kaitannya
informasi tentang lingkungannya. Akses untuk dengan penyakit AIDS.
mendapatkan informasi juga mempunyai peran yang
tidak kalah penting untuk meningkatkan pengetahuan Tabel 3. Distribusi responden menurut tingkat
(Situmorang A, dkk., 1995). pengetahuan dan sikap responden
Tingkat pengetahuan responden dinilai berdasarkan Nama variabel Persentase
13 pertanyaan pengetahuan tentang: 1) Cara penularan Tingkat pengetahuan
virus HIV/AIDS (melalui hubungan seksual), 2) Jarum Baik 9,6
suntik, 3) Transfusi darah, 4) Penggunaan pisau Kurang 90,4
cukur, 5) Ibu ke bayi saat persalinan, 6) ASI dari ibu Sikap
menyusui, 7) Ibu ke bayi saat hamil; 8) Mencegah Setuju 37,3
Tidak setuju 62,7
HIV/AIDS dengan cara tidak berhubungan seksual
dengan orang yang bukan pasangan tetap, 9) Tidak Keterangan:
* Tingkat pengetahuan baik: bila jawaban responden yang benar
berhubungan seksual dengan pengguna narkoba dalam kuesioner D05 & D06 mencapai > 8 dari 13 pertanyaan
suntik, 10) Tidak melakukan hubungan seksual sama yang ada (> 60%), rendah: bila hanya bisa menjawab benar
sekali, 11) Menggunakan kondom saat berhubungan kurang dari 8 dari 13 pertanyaan yang ada
seksual, 12) Tidak menggunakan jarum suntik bersama, ** Sikap setuju: bila jawaban responden yang benar dalam
kuesioner D07 mencapai 5 dari 7 pertanyaan yang ada
13) Tidak menggunakan pisau cukur bersama. (> 60%), tidak setuju: bila hanya bisa menjawab benar kurang
Tingkat sikap responden yang dinilai meliputi dari 5 dari 7 pertanyaan yang ada
tentang 1) Setuju atau tidak tentang merahasiakan,
Hubungan antar variabel-variabel penelitian
2) Membicarakan dengan anggota keluarga lain,
3) Konseling dan pengobatan, 4) Mencari pengobatan Hubungan karakteristik dan tingkat pengetahuan
alternatif, 5) Mengucilkan bila ada anggota keluarga Hasil analisis secara statistik didapatkan hubungan
yang menderita HIV/AIDS. yang bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pengetahuan mengenai penyakit AIDS. Hasil tersebut
responden pada umumnya belum tahu/kurang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis
pengetahuan tentang penyakit AIDS (90,4%) kelamin dan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS.
dan hanya sedikit yang tingkat pengetahuannya Ini menggambarkan para wanita kurang mendapatkan
baik tentang AIDS (9,6%). Hasil penelitian juga informasi tentang HIV/AIDS dibandingkan laki-laki.
menunjukkan bahwa sebagian besar responden Hal ini disebabkan kemungkinan karena laki-laki
memperlihatkan sikap yang tidak setuju sehubungan lebih banyak berada di luar rumah sehingga mudah
dengan penyakit AIDS (62,7%) dan sisanya (37,3%) mendapatkan segala sumber informasi kesehatan
memperlihatkan sikap yang setuju tentang penyakit khususnya HIV/AIDS dari manapun. Sumber informasi
AIDS. Tabel 3 menggambarkan secara rinci persentase kesehatan bisa didapat dari petugas kesehatan,

Tabel 4. Hubungan karakteristik responden (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, keadaan wilayah) dengan
tingkat pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Kemaknaan
Karakteristik Sig OR 95% CI
Kurang Baik P < 0,05
Jenis Kelamin Perempuan 91,4% 8,6% 0,000 1,25 1,234–1,272 Bermakna
Laki-laki 89,4% 10,6%
Pendidikan Rendah 94,9% 5,1% 0,000 6,12 6,021–6,217 Bermakna
Tinggi 75,3% 24,7%
Pekerjaan Tidak bekerja 89,4% 10,6% 0,000 0,78 0,768–0,793 Bermakna
Bekerja 91,6% 8,4%
Keadaan Wilayah Desa 94,2% 5,8% 0,000 2,77 2,726–2,816
–2,816
2,816 Bermakna
Kota 85,5% 14,5%
25 2GGV5DWLR  &, &RQ¿GHQFH,QWHUYDO

365
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 12 No. 4 Oktober 2009: 362–369

Tabel 5. Hubungan tingkat pengetahuan responden dengan sikap


Sikap Kemaknaan
Tingkat pengetahuan Sig OR 95% CI
Tidak setuju Setuju p < 0,05
Rendah 68,2% 31,8% 0,000 18,6 18,193–19,107 Bermakna
Tinggi 10,3% 89,7%
25 2GGV5DWLR &, &RQ¿GHQFH,QWHUYDO

masyarakat, media massa seperti televisi, surat kabar hasilnya didapatkan proporsi pekerjaan yang tidak
dan media cetak lainnya (Shinta dan Sukowati S, bekerja dengan tingkat pengetahuan kurang lebih
2005; Situmorang A, 1995). Hasil uji bivariat antara besar (89,4%) dari tingkat pengetahuan baik (10,6%).
jenis kelamin dan tingkat pengetahuan tersaji pada Demikian juga sebaliknya proporsi pekerjaan yang
tabel 4. Diperoleh proporsi jenis kelamin perempuan bekerja dengan tingkat pengetahuan kurang lebih
dengan tingkat pengetahuan kurang lebih besar besar dari tingkat pengetahuan baik.
(91,4%) dari tingkat pengetahuan baik (8,6%). Hasil analisis secara statistik didapatkan hubungan
Demikian juga sebaliknya proporsi laki-laki dengan yang bermakna antara pekerjaan dengan tingkat
tingkat pengetahuan kurang lebih besar dari tingkat pengetahuan mengenai penyakit AIDS. Hasil tersebut
pengetahuan baik. menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
Tabulasi silang antara pendidikan dan tingkat pekerja dan tingkat pengetahuan tentang penyakit
pengetahuan responden dibagi dalam kategori AIDS. Ini menggambarkan responden yang bekerja
pendidikan rendah dan tinggi. Hasil uji bivariat khususnya di luar rumah cenderung mempunyai
antara pendidikan dan tingkat pengetahuan hasilnya pengetahuan yang lebih baik dibandingkan yang
didapatkan proporsi pendidikan rendah dengan tidak bekerja.
tingkat pengetahuan kurang lebih besar (94,9%) Tabulasi silang antara keadaan wilayah dan
dari tingkat pengetahuan baik (5,1%). Demikian tingkat pengetahuan responden dibagi dalam kategori
juga sebaliknya proporsi pendidikan tinggi dengan wilayah desa dan kota. Hasil uji bivariat antara
tingkat pengetahuan kurang lebih besar dari tingkat keadaan wilayah dan tingkat pengetahuan hasilnya
pengetahuan baik. didapatkan proporsi wilayah desa dengan tingkat
Hasil analisis secara statistik didapatkan hubungan pengetahuan kurang lebih besar (94,2%) dari tingkat
yang bermakna antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan baik (5,8%). Demikian juga sebaliknya
pengetahuan mengenai penyakit AIDS. Hasil tersebut proporsi wilayah kota dengan tingkat pengetahuan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kurang lebih besar dari tingkat pengetahuan baik.
pendidikan dan tingkat pengetahuan tentang HIV/ Hasil analisis secara statistik didapatkan hubungan
AIDS. Hasil ini menggambarkan semakin tinggi tingkat yang bermakna antara keadaan wilayah dengan tingkat
pendidikan semakin baik pula tingkat pengetahuannya. pengetahuan mengenai penyakit AIDS. Hasil tersebut
Responden yang mempunyai tingkat pendidikan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih baik, keadaan wilayah dan tingkat pengetahuan tentang
demikian juga sebaliknya. Keadaan ini sesuai dengan penyakit AIDS. Ini menggambarkan masyarakat yang
penelitian yang dilakukan oleh Shinta, dkk (2005) tinggal di pedesaan cenderung memiliki pengetahuan
yang mendapatkan pendidikan masyarakat yang yang rendah dibandingkan yang tinggal diperkotaan.
rendah berhubungan dengan tingkat pengetahuan Pengetahuan yang rendah pada masyarakat pedesaan
yang rendah pula. Sebaliknya pada penelitian oleh dikarenakan kehidupan di desa cenderung sedikit/
Situmorang A (1995) yang menyatakan tidak terdapat kurang mendapatkan sumber informasi dibandingkan
hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan di perkotaan. Selain kurangnya informasi, sarana
dengan tingkat pengetahuan yang didapat. dan prasarana di desa untuk mendapatkan akses
Tabulasi silang antara pekerjaan dan tingkat informasi juga masih kurang.
pengetahuan responden dibagi dalam kategori Tabulasi silang antara tingkat pengetahuan
pekerjaan yang tidak bekerja dan bekerja. Hasil uji dan sikap responden dibagi dalam kategori tingkat
bivariat antara pekerjaan dan tingkat pengetahuan pengetahuan rendah dan tinggi. Hasil uji bivariat antara

366
Hubungan antara Karakteristik Responden, Keadaan Wilayah dengan Pengetahuan (Oktarina dkk.)

Tabel 6. Variabel-variabel yang berhubungan dengan pengetahuan HIV/AIDS (Riskesdas 2007)


No Nama Variabel B S.E Sig Exp (B) 95% CI
1. Keadaan wilayah -0,813 0,005 0,000 0,444 0,439–0,448
2. Jenis kelamin 0,217 0,006 0,000 1,242 1,229–1,256
3. Pendidikan 1,786 0,007 0,000 5,966 5,890–6,043
4. Pekerjaan -0,032 0,006 0,000 0,969 0,958–0,979

tingkat pengetahuan dan sikap tersaji pada tabel 5. tinggi cenderung berpengetahuan tentang HIV/AIDS
Hasilnya didapatkan proporsi tingkat pengetahuan baik 6× dibandingkan dengan berpendidikan rendah.
rendah dengan sikap tidak setuju, lebih besar (68,2%) Masyarakat yang bekerja cenderung pengetahuan
dari sikap setuju (31,8%). Demikian juga sebaliknya HIV/AIDS nya tidak berbeda dengan masyarakat yang
proporsi tingkat pengetahuan tinggi dengan sikap tidak tidak bekerja (OR = 1).
setuju, lebih besar dari sikap setuju. Secara statistik
hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap PEMBAHASAN
responden terhadap HIV/AIDS adalah bermakna.
Sebaran responden berdasarkan karakteristik
Analisis multivariat responden menunjukkan sebaran paling banyak pada
Analisis multivariat digunakan untuk jenis kelamin perempuan dengan pendidikan rendah
PHQJLGHQWL¿NDVLYDULDEHOEHEDVLQGHSHQGHQWGHQJDQ dan tidak bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa banyak
memperhitungkan pengaruh variabel-variabel lain perempuan yang diwawancarai saat penelitian ini
secara bersama-sama. Analisis multivariat yang tinggal di rumah. Dan ini terkait juga bahwa karena
digunakan adalah regresi logistik. Tujuan digunakannya mereka banyak tinggal di rumah maka tidak bekerja
model (persamaan) regresi adalah untuk menemukan di luar rumah atau hanya menjadi ibu rumah tangga.
model yang paling baik (WKHEHVWPRGHORI¿W) dan Hal ini sesuai bahwa masyarakat yang tinggal di desa
sederhana yang dapat menggambarkan hubungan kebanyakan masih memiliki pendidikan yang rendah
antara variabel terikat dengan satu set variabel dan tidak bekerja. Hal ini mungkin disebabkan sarana
bebas. pendidikan/sekolah di pedesaan yang masih sangat
Variabel yang akan diikutsertakan dalam analisis kurang sehingga tidak semua masyarakat dapat
multivariat adalah variabel-variabel bebas dengan nilai mengenyam pendidikan.
S”SDGDDQDOLVLVELYDULDW$ODVDQPHPLOLKQLODL Hasil analisis secara statistik didapatkan hubungan
kemaknaan ini adalah untuk menghindari kemungkinan yang bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat
terdapatnya variabel yang tidak bermakna secara pengetahuan mengenai penyakit AIDS. Hasil tersebut
statistik tetapi bermakna secara biologis sehingga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis
harus dimasukkan ke dalam analisis multivariat kelamin dan tingkat pengetahuan tentang penyakit
(Hosmer dan Lemeshow, 1989). AIDS.
9DULDEHOEHEDVGHQJDQQLODLS”\DQJDNDQ Hasil analisis secara statistik didapatkan
diikutsertakan dalam analisis regresi logistik adalah hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan keadaan tingkat pengetahuan mengenai penyakit AIDS. Hasil
wilayah. Secara rinci hasil analisis regresi ganda tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan
tersaji pada tabel 6. antara pendidikan dan tingkat pengetahuan tentang
1LODLVLJQL¿NDQVLPDVLQJPDVLQJIDNWRU” penyakit AIDS. Responden yang mempunyai tingkat
yaitu pada variabel keadaan wilayah, jenis kelamin, pendidikan tinggi cenderung mempunyai pengetahuan
pendidikan, pekerjaan. Masyarakat di wilayah perkotaan yang lebih baik, demikian juga sebaliknya.
cenderung berpengetahuan tentang HIV/AIDS baik Hasil analisis secara statistik didapatkan hubungan
0,4× dibandingkan wilayah desa. Masyarakat dengan yang bermakna antara pekerjaan dengan tingkat
jenis kelamin laki-laki cenderung berpengetahuan pengetahuan mengenai penyakit AIDS. Hasil tersebut
tentang HIV/AIDS baik 1,2× dibandingkan yang jenis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
kelamin perempuan. Masyarakat berpendidikan pekerjaan dan tingkat pengetahuan tentang penyakit

367
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 12 No. 4 Oktober 2009: 362–369

AIDS. Tidak berbedanya pengetahuan HIV/AIDS pekerjaan. Masyarakat di wilayah perkotaan


pada masyarakat bekerja dengan masyarakat yang cenderung berpengetahuan tentang HIV/AIDS baik
tidak bekerja menunjukkan informasi yang diperoleh 0,4× dibandingkan wilayah desa. Masyarakat dengan
tidak bergantung pada lokasi atau tempat bekerja. jenis kelamin laki-laki cenderung berpengetahuan
Sehingga informasi dapat diperoleh dari media cetak, tentang HIV/AIDS baik 1,2× dibandingkan yang jenis
media elektronik dan lain-lain. kelamin perempuan. Masyarakat berpendidikan
Hasil analisis secara statistik didapatkan hubungan tinggi cenderung berpengetahuan tentang HIV/AIDS
yang bermakna antara keadaan wilayah dengan baik 6× dibandingkan dengan berpendidikan rendah.
tingkat pengetahuan mengenai penyakit AIDS. Hasil Masyarakat yang bekerja cenderung pengetahuan
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan HIV/AIDS nya tidak berbeda dengan masyarakat
antara keadaan wilayah dan tingkat pengetahuan yang tidak bekerja (OR = 1). Tidak berbedanya
tentang penyakit AIDS. pengetahuan HIV/AIDS pada masyarakat bekerja
Hasil analisis secara statistik didapatkan dengan masyarakat yang tidak bekerja menunjukkan
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan informasi yang diperoleh tidak bergantung pada
dengan sikap mengenai penyakit AIDS. Hasil tersebut lokasi atau tempat bekerja. Sehingga informasi dapat
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat diperoleh dari media cetak, media elektronik dan
pengetahuan dan sikap tentang penyakit AIDS. lain-lain. Masyarakat yang berpengetahuan tinggi
Pengetahuan merupakan faktor predisposisi cenderung bersikap setuju dibandingkan dengan
terjadinya perubahan sikap (Ajik S, Sarwanto, masyarakat yang berpengetahuan rendah (OR =
1999). Berdasarkan teori adaptasi apabila tingkat 18,6)
pengetahuan baik setidaknya dapat mendorong
Saran
untuk mempunyai sikap dan perilaku yang baik pula
(Widodo, dkk., 2005). Oleh karenanya maka hasil Jika melihat kecenderungan bahwa masyarakat
penelitian ini sesuai dengan teori tersebut. Di samping di wilayah kota yang berpengetahuan HIV/AIDS
itu sesuai dengan penelitian (Haris, KZ, dkk., 2005) lebih rendah dari wilayah desa maka perlu dilakukan
tentang pengetahuan, perilaku ibu rumah tangga treatment kepada masyarakat kota seperti penyuluhan
mengenai artritis Gout, yang menyebutkan bahwa pada anak sekolah, organisasi masyarakat dan
pengetahuan yang rendah memiliki perilaku yang lain-lain oleh Dinas yang terkait.
rendah pula. Dalam penanggulangan HIV/AIDS dan
Akan tetapi disisi lain dengan pengetahuan perencanaan program kesehatan di RS, Puskesmas,
yang salah tentang sesuatu hal akibat penyampaian Klinik dan bahan referensi Survei Kesehatan berbasis
informasi yang kurang tepat, atau kurang lengkap evidence di Indonesia pada masa yang akan datang,
atau terlalu berlebihan atau adanya kepercayaan yang perlu ditingkatkan sumber informasi tentang penyakit
salah di kelompok masyarakat yang berpengaruh HIV/AIDS melalui media cetak, media elektronik
khususnya terhadap informasi HIV/AIDS akan dan lain-lain. Selain itu institusi pendidikan perlu
memunculkan dan berkembang di masyarakat berupa berpartisipasi aktif dengan berupaya untuk
mitos. Mitos yang di maksud di sini adalah persepsi meningkatkan kuantitas dan efektivitas penyampaian
dan kepercayaan masyarakat yang sebenarnya informasi. Dalam hal ini diperlukan juga dukungan
salah. Dalam hal HIV/AIDS mitos adalah persepsi dari pemerintah.
yang salah mengenai HIV/AIDS. Akibat dari muncul
dan berkembangnya mitos terhadap HIV/AIDS akan DAFTAR PUSTAKA
menimbulkan sikap diskriminasi dan stigmatisasi $UL¿Q$Dampak Stigma dan Diskriminasi terhadap
masyarakat terhadap ODHA dan keluarganya. Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, Perhimpunan
Dokter Peduli AIDS Jawa Timur.
KESIMPULAN DAN SARAN Ajik, S, Sarwanto. Pengetahuan Penyakit Menular Seksual
(PMS) dan HIV/AIDS Remaja Pekerja PT Flower
Kesimpulan Indonesia dan Upaya Peningkatannya, Buletin
Pengetahuan HIV/AIDS dipengaruhi oleh Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 3 No. 2, Desember
1999.
faktor keadaan wilayah, jenis kelamin, pendidikan,

368
Hubungan antara Karakteristik Responden, Keadaan Wilayah dengan Pengetahuan (Oktarina dkk.)

Depkes RI, Pusdiknakes & The Ford Foundation, 1997. dalam Program KB di Kotamadya Tanjung Balai,
AIDS dan Penanggulangannya, Studio Driya Media, Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia XXV (6).
Bandung. Shinta, Sukowati S, Sapardiyah S, 2005. Pengetahuan,
Depkes RI, 2008. Riskesdas Indonesia, Jakarta. Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap Malaria di
Haris KZ, dkk., 2005. Pengetahuan dan Perilaku Ibu Daerah Non Endemis di Kabupaten Purworejo Jawa
Rumah Tangga Mengenai Arthritis Gout di Kelurahan Tengah, Jurnal Ekologi Kesehatan IV (2).
Rawasari, Jakarta Pusat, Majalah Kesehatan Situmorang A, dkk., 1995. Pengetahuan dan Sikap Para
Indonesia 55 (1). Pekerja Salon Kecantikan tentang AIDS, Jaringan
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2003. Strategi Epidemiologi Nasional & The Ford Foundation.
Nasional Penanggulangan HIV/AIDS 2003–2007, Widodo AD, dkk., 2005. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan tentang Kehamilan, Persalinan serta Komplikasinya
Rakyat. pada Ibu Hamil Nonprimigravida di RSUPN Cipto
Nasution A, dkk., 1997. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Mangunkusumo, Majalah Kedokteran Indonesia
Keikutsertaan Masyarakat WNI Keturunan Cina 55 (10).

369

You might also like