Jurnal Pemanfaatan Kapang PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

J. Tek. Ling Vol.10 No.3 Hal.

257 - 263 Jakarta, Sept 2009 ISSN 1441-318X

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT SINGKONG,


KULIT PISANG DAN KULIT KENTANG SEBAGAI BAHAN
PAKAN TERNAK MELALUI TEKNIK FERMENTASI

Sindu Akhadiarto
Peneliti di Pusat Teknologi Produksi Pertanian
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract
Indonesia as an agricultural country have many agriculture waste that usefull for feed
ingredients, contained high energy but low protein. The constraints from the use of those
feed ingredients are that they have low nutrient content, low economic value as feed,
unavailable continously, hard to handle, need certain facility, need high transportation
cost, low storage periode and high toxin contamination. Microbiology can handle those
constraints by the use of microbes, which recently used in feed industry. This reseach
have goal for improving protein contain of cassava peel, bananas peel and potatos peel
which fermented by Aspergillus niger. The methodology done by solid fermentation as
ORTSOM method and IRCHA method.Cassava peel, bananas peel and potatos peel
sterilized by boiling and nitrogen analyzed by Kjeldahl method. The result show that
protein contains of cassava peel, bananas peel and potatos peel increase significantly.
(p<0.05.) and they can be as substrat for Aspergillus niger medium for industry.
Key words : by product, cassava peel, bananas peel, potatos peel, Aspergillus
niger

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pakan adalah salah satu faktor Umumnya, sebagian besar limbah
yang sangat menentukan di dalam usaha limbah pertanian di Indonesia, masih
budidaya ternak, disamping mutu bibit mengandung sumber energi yang cukup
dan tata laksana. Namun, keberhasilan tinggi, namun kandungan nitrogennya
pengembangan berbagai sektor (industri, rendah. Adanya perlakuan fermentasi, bahan-
perumahan, perkebunan dan lain-lain), bahan tersebut berpotensi sebagai bahan
mengakibatkan terjadinya pengurangan pakan ternak, khususnya ruminansia.2)
lahan pertanian dan sumber hijauan pakan
Kendala dari bahan pakan yang
ternak.1) Melihat kondisi tersebut, maka salah
berasal dari limbah adalah : rendahnya
satu pilihan untuk meningkatkan produktivitas
nutrien, tidak ekonomis jika digunakan
ternak adalah memanfaatkan berbagai limbah
sebagai pakan, tidak tersedia terus menerus,
tanaman pangan. Berbagai limbah yang
sulit untuk menangani, memerlukan fasilitas
mempunyai prospek cukup baik dan banyak
tertentu, memerlukan biaya transportasi yang
terdapat dimasyarakat maupun industri
besar dan tidak tahan lama, juga banyak
pangan saat ini, antara lain : limbah kulit
berkontaminasi dengan mikroba beracun3).
singkong, kulit pisang dan kulit kentang.

Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong, ...J. Tek. Ling.10 (3): 257 - 263 257
Mikrobiologi dapat mengatasi beberapa Pemanfaatan mikroba untuk
masalah tersebut dengan menggunakan pengolahan pakan, seperti meningkatkan
mikroba yang akhir-akhir ini mulai digunakan kecernaan selulosa, meningkatkan kadar
dalam industri pakan.4) nitrogen pakan dapat dilakukan melalui
frementasi padat atau semi padat. Cara
Mikrobiologi industri pakan mempunyai
fermentasi ini dianggap sebagai cara yang
peranan dalam memanfaatkan mikroba
mudah dan murah dilakukan.5)
dalam biosintesis komponen aktif sebagai
pemacu perbaikan pakan, pengolahan Beberapa sumber bahan baku pakan
pakan untuk perbaikan nutrisi dan rekayasa dari limbah adalah kulit singkong, kulit kentang
pakan untuk membentuk pakan jenis baru. dan kulit pisang. Secara nutrisi bahan pakan
Beberapa contoh yaitu probiotik, pembuatan tersebut memiliki kandungan protein yang
slow release amonia, pembuatan CH 4 rendah, sehingga perlu dilakukan usaha
inhibitor, dan sebaginya. manipulasi nutrisi untuk meningkatkan nilai
protein bahan pakan tersebut. Manipulasi
Masalah pemanfaatan mikroba dalam
nutrisi tersebut dapat dilakukan dengan cara
industri pakan ternak tersebut adalah
mikrobiologi, yaitu memanfaatkan mikroba
mahalnya teknik pemanenan mikroba dan
yang mampu mengeluarkan enzim dan zat
memerlukan media sehingga tidak ekonomis
lain yang dapat meningkatkan kandungan
untuk dijadikan sebagai pakan atau campuran
nitrogen bahan pakan.6)
pakan. Untuk hal itu diperlukan teknik
khusus melalui manipulasi teknik seperti 1.2. Tujuan
meniru rumen sebagai biofermentor pada
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui
mikrobiologi industri pakan ternak.
peningkatan kandungan protein limbah
Secara umum mikrobiologi industri kulit singkong, kulit kentang dan kulit pisang
pakan ternak memiliki syarat-syarat sebagai melalui fermentasi padat (solid fermetation)
berikut : dengan menggunakan jamur Aspergillus niger,
sehingga berpotensi sebagai pakan ternak.
• Mikroba harus mampu tumbuh cepat
pada substrat. 2. BAHAN DAN METODE
• Mampu memecahkan komponen Penelitian ini dilakukan bekerjasama
seperti lignoselulosa dan tidak mampu dengan Fakultas Peternakan IPB selama
memecahkan organik lainnya yang 8 minggu pada bulan April dan Mei 2007.
bisa dimanfaatkan oleh ternak. Analisis Nitrogen dilakukan di Labororium Ilmu
dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan
• Tidak bersifat parasit bagi lingkungan
IPB. Fermentasi padat skala laboratorium
dan tidak beracun bagi ternak.
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
• Tumbuh baik dalam kondisi aerobik Industri Pakan Fakultas Peternakan IPB.
• Sebaiknya mikroba yang digunakan 2.1. Bahan
berasal dari kelompok jamur karena
Bahan penelitian yang digunakan
mudah sebagai inokulat.
yaitu Kulit singkong, kulit kentang dan kulit
• Hindarkan proses sterilisasi karena pisang serta bahan kimia untuk analisis
memerlukan biaya tinggi nutrisi, mikrobiologi dan fermentasi padat.
Alat yang digunakan yaitu : nampan plastik,
• Menggunakan proses fermentasi
sterilisator, tabung reaksi, gelas ukur, gelas
yang mudah, dan murah serta dapat
kimia, pemanas air, serta alat-alat untuk
dengan mudah dilakukan pemanenan
analisis nitrogen yaitu destilator, pembakar
mikrobanya.
Bunsen dan timbangan mikro Ohause.

258 Akhadiarto, S., 2009


2.2. Metode Penelitian penyebaran pertumbuhan kapang
yang fermentasinya menggunakan
Metode fermentasi padat yang
kapang dalam bentuk tepung (Gambar
dilakukan dalam penelitian ini adalah sesuai
1 dan 2 di Lampiran).
dengan yang disarankan oleh Office de
Recherce Scientifique et Technique Outre- Analisis protein kasar dilakukan
Mer (ORSTOM) dan Institut de Recherce dengan metode Makro Kjeldahl. Prinsipnya
en Chimie Appliquee (IRCHA).7) Metode adalah analisis kadar nitrogen (N) dari bahan
ini secara ekonomi sangat menarik karena Contoh. Ada tiga tahap dalam analisis protein
dapat dikerjakan di pedesaan. Disamping itu kasar ini yaitu :
keuntungan lain dengan metode ini secara
a). Tahap Dekstruksi
terintegrasi dapat mengurangi masalah
transportasi. Seluruh tahap pelaksanaanya Prinsipnya yaitu menghilangkan
dilakukan secara non-aseptik dengan satu kandungan selain Nitrogen dalam bahan dan
buah fermentor yang di modifikasi untuk mengikat Nitrogen dengan menggunakan
aerasi, pH dan pengatur suhu. H 2 SO 4 dan proses pemanasan yang
menghasilkan molekul (NH 4) 2SO 4 yang
Dalam penelitian ini, metode tersebut
berwarna hijau jernih kekuningan. Model
dikerjakan dengan skala kecil yaitu:
rumus kimianya sebagai berikut :
1. Tahap pertama adalah perebusan
bahan substrat yaitu singkong, kulit C,H,O,N,S + H2SO4
pisang dan kulit kentang pada suhu H2SO4H2SO4
75OC selama 10 menit.
2. Setelah dingin masing-masing
substrat di tambahkan larutan yang Dipanaskann Selenium
mengandung sumber nitrogen (urea
dan amonium sulfat), garam-garam
mineral, posphate dan spora jamur
Aspergillus niger. Jumlah yang
diberikannya adalah :
(NH4) 2SO4 + CO2 ­ + H2O
+ SO2 ­
100 - 120 g air, SO4(NH4)2 9g; urea 2.7
g; PO4HK2 5 g dan spora jamur yang
Secara teknis metodenya dilakukan
ditambahkan sebanyak 2 x 107.
dengan cara menimbang terlebih dahulu
3. Nampan plastik dijadikan sebagai contoh kira-kira 0,3 gram (X) dimasukkan
tempat fermentasi, dan fermentasi ke dalam labu dekstruksi dan ditambahkan
dilakukan dalam kondisi kadar air 65% katalis selenium sebanyak 3 sendok kecil
dan pH 4.5 pada suhu 37 OC selama serta 20 ml H2SO 4 pekat teknis secara
sembilan hari. homogen. Campuran tersebut dipanaskan
dengan alat dekstruksi mula-mula pada
4. Hasil fermentasi (substrat dan kapang)
posisi “low” selama 10 menit, kemudian pada
di giling untuk dijadikan tepung (Laru)
posisi “medium” selama 5 menit dan pada
yang bisa ditularkan kembali ke
posisi “high” sampai larutan menjadi hijau
substrat lain.
kekuningan. Proses ini dikerjakan diruang
5. Pengamatan dilakukan terhadap asam.
kadar protein bahan singkong,
b). Tahap Destilasi
kulit pisang dan kulit kentang
setelah mengalami fermentasi oleh Prinsipnya yaitu penyulingan dengan
Aspergillus niger. Diamati juga mereaksikan (NH 4) 2SO 4 dengan NaOH

Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong, ...J. Tek. Ling.10 (3): 257 - 263 259
untuk menghasilkan NH3 sampai semua aktifitas unit enzim dalam mendegradasi
kandungan nitrogennya terikat oleh H2SO4 bahan pada kondisi tertentu pH, suhu dan
atau sebanyak 2/3 dan membentuk kembali lama fermentasi. Hal ini sangat diperlukan
(NH4)2SO4. Model rumus kimianya adalah untuk optimalisasi fermentasi.
sebagai berikut:
Tabel 1. Pengamatan pertama :
(NH4)SO4 + NaOH Na2SO4 + NH4OH Peningkatan Protein Dengan
Fermentasi Padat
NH4OH NH3 + H2O
NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4 Substrat Protein pH Fer- Protein
Substrat mentasi Produk
c). Tahap Titrasi (%) (%)
Prinsipnya yaitu menitar kembali Kulit
1,6 4,5 8,27
kelebihan H2SO4 pada hasil sulingan dengan Singkong
menggunakan larutan NaOH. Proses titrasi Kulit
akan berhenti apabila telah terjadi perubahan 1,0 4,48 6,45
Pisang
warna dari biru kehijauan yang menandakan
titik akhir titrasi. Model rumus kimianya Kulit
5,0 4,53 8,19
adalah sebagai berikut : Kentang

H2SO4 + NaOH Na2SO4 + H2O


Hasil fermentasi pertama dapat
Penentuan kadar protein kasar adalah digunakan sebagai substrat untuk medium
sebagai berikut : pertumbuhan Aspergillus niger. Kemudian
(y – z) x titar NaOH x 14 x 6,25x100% hasil fermentasi tersebut digunakan sebagai
laru (substrat + kapang yang telah digiling)
PK = untuk fermentasi kedua. Pengamatan
Berat Sampel (x) penyebaran pertumbuhan Aspergillus
niger hasil fermentasi kedua seperti pada
Tabel 2. Pengamatan produk fermentasi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan menggunakan produk fermentasi
Hasil pengamatan peningkatan protein sebelumnya atau laru (substrat + kapang yang
pada limbah kulit singkong, kulit kentang dan telah digiling) dilakukan pada pengamatan
kulit pisang dapat dilihat pada Tabel 1. penyebaran pertumbuhan koloni kapang
secara kualitatif dan nilai keasaman (pH)
Pengamatan kandungan protein setelah fermentasi. Parameter tersebut
kasar bahan setelah fermentasi meningkat akan memberikan gambaran efektifitas laru
dibanding dengan sebelum fermentasi. dengan substrat berbeda.
Peningkatan protein kasar untuk kulit
pisang dari 1,0% menjadi 6,45% merupakan Dari hasil pengamatan pada
peningkatan yang cukup signifikan. Begitu fermentasi kedua, terlihat bahwa Laru yang
pula dengan singkong yang meningkat dari menggunakan substrat kulit pisang baik
1,0% menjadi 8,27%. Hal ini disebabkan digunakan pada substrat kentang singkong
karena saat proses fermentasi berlangsung dan kulit pisang. Sedangkan laru singkong
terjadi proses kimia dan fisik terhadap bahan untuk substrat kulit pisang menghasilkan
substrat. Seperti degradasi selulosa, pektin, penyebaran hasil fermentasinya yang
galaktomannan dan sebagainya yang dibantu tidak baik. Demikian pula dengan laru kulit
oleh enzim dari kapang Aspergillus niger. kentang yang difermentasikan ke subsrat
Enzim tersebut merupakan protein yang juga kulit pisang. Secara visual pengamatan
bisa menambah kadar protein kasar bahan kualitatif penyebaran koloni kapang seperti
produk fermentasi.8) Aktifitasnya dilihat dari pada Gambar 2 di Lampiran.

260 Akhadiarto, S., 2009


Tabel 2. Pengamatan kedua : Penyebaran Produk (substrat terfermentasi Aspergillus
niger) sebagai Laru pada Bahan Pakan

Bahan Pakan Laru PH Penyebaran


Kulit Kentang Substrat Kulit Kentang 4,64 ++
Substrat Singkong 4,63 +++
Substrat kulit pisang 4,42 +
Kulit Singkong Substrat Kulit Kentang 4,43 +++
Substrat Singkong 4,30 +++
Substrat kulit pisang 4,21 +
Kulit Pisang Substrat Kulit Kentang 4,49 +++
Substrat Singkong 4,51 +++
Substrat kulit pisang 4,41 +++

Kapang Aspergillus niger diketahui padi untuk menghilangkan kandungan asam


dapat menghasilkan enzim-enzim spesifik pitat yang menjadi penghambat ketersediaan
sesuai dengan komponen dominan nutrien dedak padi, karena Aspergillus niger
substratnya. 9) Secara industri telah dapat menghasilkan enzim pitase yang dapat
diproduksi beberapa hasil fermentasinya melepaskan ikatan asam pitat terhadap mineral
secara murni melalui kapang ini. Hal ini dan protein yang terikat oleh asam pitat
dapat dilakukan karena mudah prosesnya
4. KESIMPULAN
dan mampu menjadi bahan aditif pakan
untuk meningkatkan mutu pakan rendah Kapang Aspergillus niger dapat
nitrogen.10) Sebagai kendala adalah adanya meningkatkan kandungan protein bahan
sifat beracun dari kapang Aspergillus pakan dari limbah kulit singkong, kulit
niger dan dapat menimbulkan penyakit pisang dan kulit kentang secara signifikan.
aspergillosis pada manusia (alergi).11) Peningkatan nutrien tersebut akibat proses
fermentasi yang menghasilkan beberapa
Dari sekian banyak ekspose yang
produk seperti enzim, mineral organik dan
menggunakan kapang ini hanya ada beberapa
pemecahan-pemecahan komponen nutrien
laporan mengenai aspergillosis di Nigeria serta
yang sulit untuk didegradasi.
satu laporan kasus Otomycosis akibat kapang
ini. Akan tetapi produksi mycotoksin harus Bahan limbah pertanian seperti
dikontrol melalui kondisi saat fermentasi.12) kulit pisang dan kulit kentang dapat pula
dijadikan laru sebagai substrat untuk
Bahaya terhadap hewan telah dijelaskan
kapang Aspergillus niger. Penyebaran
karena pengaruh mycotoksin yang dihasilkan
koloni Aspergillus saat fermentasi dengan
oleh Aspergillus niger, seperti kekurangan
menggunakan bahan limbah tersebut adalah
Kalsium dan sifat fisiologis abnormal lainnya
baik dan menyebar rata, sehingga diduga
termasuk kematian yang dapat terjadi
akan dapat terjadi ferementasi yang optimal,
sehubungan dengan produksi oxalic acid
murah dan mudah untuk dilakukan.
atau malformins dari Aspergillus.13) Hal ini pun
telah dikaji tidak berpengaruh secara signifikan Pengaruh dari penggunaan kapang
sebagai pathogen bagi ternak jika dikontrol Aspergillus niger terhadap manusia dan
fermentasinya. Pemanfaatan Aspergillus lingkungannya telah dikaji tidak signifikan,
niger untuk fermentasi bahan pakan telah akan tetapi perlu dikontrol terhadap kondisi
dilaporkan14) dengan menggunakan dedak saat fermentasinya.

Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong, ...J. Tek. Ling.10 (3): 257 - 263 261
DAFTAR PUSTAKA 8. Chalal, D.S., 1985. Solid State
fermentation with Tchoderma reesei for
1. Hanafi, N.D., 2004. Perlakuan silase
Cellulosa production. Appl. Envirnm.
dan amoniasi daun kelapa sawit
Microbiol. 49 : 205-210.
sebagai baku pakan domba. Fakultas
Pertanian Program studi Produksi 9. A d e m a r k , P. , 2 0 0 0 . G a l a c t o -
Ternak Universitas Sumatera Utara. glucomannan Degrading enzymes
from Aspergillus niger. Disertation.
2. Fardiaz, S., 1998. Teknologi Fermentasi.
Faculty of Science. Lund University.
Jurusan teknologi Pangan dan Gizi.
Sweden.
Fakultas Pertanian – IPB. Bogor.
10. Munarso, S. J., 1989. Produksi
3. Donna, M., Amaral-Philips, A.,
Amilase dari kapang Aspergillus
and Hemken, R.W., 1998. Using
awamori var kawachi pada substrat
Byproducts to Feed dairy cattle.
dedak untuk pembuatan tepung beras
Publication. www.ca.uky.edu/agc/asc/
kaya protein.
asc136/asc136.htm.
11. Tcacenco, L., Stefana, J., Serban,
4. El Bousy, A. R. Y., and Van der Poel,
M., Teodore, E., 1997. Glucoxidase
A. F. B., 1997. Poultry Feed Form
from Aspegills niger Immobilized
Waste. Chapmann and Hall Press.
on Collagen Membrane. Romanian
London. UK
Journal of Biological Science. 1-2, p.
5. Senez, J., 1983. Protein Enrichment 38-42. Bucharest.
of Starchy Materials By Solid State
12. Wasay, S. A., Barrington, S.
Fermentations. Proceeding on
and Tokunaga, S., 1998. Using
production and Feeding of Single cell
Aspergillus niger to Bioremediate
Protein. Appl. Sci. Publ. London and
soils contaminated by heavy metals.
New york.
Bioremedation Journal, vol. 2, no. 3 &
6. Galas, E., PYC, R., Romanowska, L., 4, pp 183 – 190.
1997. Hydrolisis and Transformatioon
13. Austwick, P.K.C., 1965. Pathogenity
of Cellulose with Aspergillus niger IBT
of Aspergillus species. pp. 82126. Ln
– 90 Enzymes. Acta Biotechnologica.
L.B. raper and DI.
Vol. 17(1997) no.4 pp. 339-350.
WILEYVCH Verlag Berlin. 14. Refnita, 1990. Pengaruh Penggunaan
Dedak padi yang difermentasi dengan
7. Suryahadi. 1998. Metodologi Penelitian
Aspergillus niger dalam ransum
Bioteknologi Nutrisi Ruminansia.
dengan serat kasar tinggi terhadap
Materi Pelatihan Met & Manajemen
penampilan produksi dan ketersediaan
Bidang Peternakan Universitas
mineral P,Ca dan Mg Ayam Pedaging.
Mataram, NTB.
Tesis Pasca Sarjana IPB, Bogor

262 Akhadiarto, S., 2009


LAMPIRAN

a b c

Gambar 1. Fermentasi substrat kulit pisang (a) kulit kentang (b) singkong (c)

1 2

3 4

Gambar 2. Penyebaran kapang setelah fermentasi dengan menggunakan Laru hasil


fermentasi pertama : Laru kentang substrat kentang (1) Laru singkong ‘
substrat singkong (2) Laru kentang substrat singkong (3) Laru kentang
substrat kulit pisang

Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong, ...J. Tek. Ling.10 (3): 257 - 263 263
JURNAL TEKNOLOGI LINGKUNGAN
ISSN : 1441 - 318X
Akreditasi :
Skep Kepala LIPI No. 1417/D/2006
Kpts Dirjen Dikti Depdiknas RI No. 34/DIKTI/Kep/2003

Alamat Redaksi : Pusat Teknologi Lingkungan


Gedung BPPT II Lantai 20, Telp. 021 3169755 Faks. 021 3169760

Undangan Menulis

JTL, Jurnal Ilmiah Terakreditasi terbit


3X setahun memberi kesempatan bagi
Anda untuk mempublikasikan temuan
dan pemikiran yang berkaitan tentang
penguasaan IPTEK bidang Teknologi
Pengembangan Sumberdaya Alam.

Informasi Pendaftaran
dan Penerimaan Makalah:
Diyono
Gedung II Lantai 20 Telp. 3169755

You might also like