Professional Documents
Culture Documents
Laporan p2 Kelompok 2 Musket 2015
Laporan p2 Kelompok 2 Musket 2015
PEMICU 2
MODUL MUSKULOSKELETAL
Kelompok Diskusi 2
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Trigger
A 35-years old housewife came to the clinic with right wrist pain over
the past three months. At the beginning, she felt discomfort on her right
wrist which did not interfere with her activities, but she reported a gradual
onset of pain about 4 weeks ago. She describe the pain as burning located
at the wrist and the base of the right thumb, especially when she tried to lift
her 11-months old son. She also reported some swelling of the right wrist.
Over time, the pain worsened to the point where it hurt all the time, even at
night, and disrupted her daily activities such as cooking, cleaning
(sweeping, swabbing, dusting), carrying groceries, and lifting her son. Her
verbal analogue scale was 4 and 8 during rest and while performing
activities, respectively.
Her physician whom she visited 2 weeks ago recommended over the
counter medication (ibuprofen) and thumb spica splint to manage her
symptoms. She found the thumb spica splint to be cumbersome and
impractical during participation in most household chores and shild minding
activities, and therefore discontinued use.
She reported no past history of upper extremity injury. A systems
review and family health history was unremarkable.
4.3 Keywords
1. 35 years old housewife
2. Swelling of the wrist
3. Burning pain for 3 months
4. Ibuprofen
5. Thumb spica splint
6. Visual analogue scale
2
4.4 Problem Identification
What happened with the 35 years old housewife with swelling and
burning pain for 3 months that cannot treated by ibuprofen and thumb spica
splint.
4.6 Hypothesis
A 35 years old housewife with swelling and burning pain for 3 months
that can not treated by ibuprofen and thumb spica is suffering.
3
c. Manifestasi klinis
d. Patofisiologi
e. Tata laksana
f. Diagnosis
g. Prognosis
4. Carpal Tunnel Syndrome
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Manifestasi klinis
d. Patofisiologi
e. Tata laksana
f. Diagnosis
g. Prognosis
5. Tenosynovitis
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Manifestasi klinis
d. Patofisiologi
e. Tata laksana
f. Diagnosis
g. Prognosis
6. Definisi strain muskulasi
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
6
7
2.2 Nyeri
2.2.1 Definisi Nyeri
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan
suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri.2
2.2.2 Mekanisme Nyeri
Nyeri berdasarkan mekanismenya melibatkan persepsi dan
respon terhadap nyeri tersebut. Mekanisme timbulnya nyeri
melibatkan empat proses, yaitu: tranduksi/ transduction,
transmisi/transmission, modulasi/modulation, dan persepsi/
perception. Keempat proses tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:3
1) Transduksi/Transduction
2) Transmisi/Transmission
3) Modulasi/Modulation
8
dikontrol oleh system saraf pusat dan mentransmisikan impuls
nyeri ini kebagian lain dari system saraf seperti bagian cortex.
Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui
sarafsaraf descend ke tulang belakang untuk memodulasi efektor.
4) Persepsi/Perception
9
Manfaat utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah
dan sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS
tidak banyak bermanfaat karena VAS memerlukan
koordinasi visual dan motorik serta kemampuan
konsentrasi.
10
Numeric Rating Scale (NRS)
Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap
dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada
VAS terutama untuk menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya
adalah keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa
nyeri, tidak memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri
dengan lebih teliti dan dianggap terdapat jarak yang sama antar
kata yang menggambarkan efek analgesik.
11
b. Multi-dimensional
Mengukur intensitas dan afektif (unpleasantness) nyeri
Diaplikasikan untuk nyeri kronis
Dapat dipakai untuk outcome assessment klinis
Skala multi-dimensional ini meliputi 4:
12
The Brief Pain Inventory (BPI)
Adalah kuesioner medis yang digunakan untuk menilai nyeri.
Awalnya digunakan untuk mengassess nyeri kanker, namun
sudah divalidasi juga untuk assessment nyeri kronik.
Memorial Pain Assessment Card
Merupakan instrumen yang cukup valid untuk evaluasi efektivitas
dan pengobatan nyeri kronis secara subjektif. Terdiri atas 4
komponen penilaian tentang nyeri meliputi intensitas nyeri,
deskripsi nyeri, pengurangan nyeri dan mood.
13
aktivitas rekreasi lainnya. Pengkajian nyeri pada geriatri
membutuhkan kekhususan disebabkan hilangnya neuron otak dan
korda spinalis mengakibatkan perubahan yang sering
diinterpretasikan sebagai abnormal pada individu lebih muda.
Kecepatan konduksi saraf menurun antara 5-10% akibat proses
menua, hal ini akan menurunkan waktu respons dan
memperlambat transmisi impuls, sehingga menurunkan persepsi
sensori sentuh dan nyeri. Pengkajian awal nyeri pada geriatri
dapat menggunakan instrumen Nonverbal Pain Indicators (CNPI)5.
Bila pada pasien tersebut terdapat demensia digunakan Pain
Assessment in Advanced DementiaScale (PAINAD)6
3) Nyeri Viseral
Merupakan nyeri yang disebabkan karena adanya peransangan
maupun kerusakan pada organ viseral (organ berongga) atau
organ yang menutupinya seperti pleura parietalis, pericardium,
peritoneum.Adanya masalah dengan organ internal seperti perut,
ginjal , kandung empedu, kandung kemih, dan usus juga dapat
menimbulkan nyeri. Nyeri ini terasa tumpul dan dapat menyebar
ke bagian tubuh yang lain. 9
b. Berdasarkan jenis
1) Nyeri Nosiseptif
Merupakan nyeri yang ditimbulkan oleh mediator nyeri
karena adanya kerusakan jaringan baik somatik maupun viseral.
Adanya kerusakan pada jaringan tersebut memberikan stimulasi
pada nosiseptor baik secara langsung maupun tidak langsung
14
yang akan mengakibatkan pengeluaran mediator iinflamasi dari
jaringan, sel imun, ujung saraf sensorik dan simpatik. 8
2) Nyeri Neurogenik
Merupakan nyeri yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer pada sistem saraf perifer.Hal tersebut dapat disebabkan
oleh cidera pada jalur serat saraf perifer, infiltrasi sel kanker pada
serabut saraf, dan terpotongnya saraf perifer. Sensasi yang
ditimbulkan dapat berupa rasa panas, seperti ditusuk-tusuk,
kadang disertai hilangnya rasa maupun rasa tidak nyaman pada
perabaan.7
3) Nyeri Psikogenik
Merupakan nyeri yang berhubungan dengan adanya
gangguan kejiwaan misalnya cemas ataupun depresi. Nyeri ini
bisa hilang apabila keadaan jiwa pasien telah tenang.7
2) Nyeri Kronik
2) Nyeri Sedang
15
3) Nyeri Berat
2.3 Arthritis
2.3.1 Definisi Arthritis
Arthritis adalah istilah umum untuk peradangan (inflamasi)
dan pembengkakan di daerah persendian. Terdapat lebih dari 100
macam penyakit yang mempengaruhi daerah sekitar sendi. Yang
paling banyak adalah Osteoarthritis (OA), arthritis gout (pirai), arthritis
rheumatoid (AR), dan fibromialgia. Gejala klinis yang sering adalah
rasa sakit, ngilu, kaku, atau bengkak di sekitar sendi.10
16
penduduk berusai diatas 40 tahun mendapatkan prevalensi RA
sebesar 0,5% didaerah kotamadya dan 0,6% didaerah kabupaten.
17
Pada usia 18-44; 7,3% pernah dilaporkan arthritis. Pada
usia 45-64; 30,3%. Pada usia 65 atau lebih; 49,7%. Wanita
26% dan pria 19,1% yang pernah dilaporkan arthritis.14
c. Ras (2010 hingga 2012 di AS)
4 juta Hispanik dewasa pernah dilaporkan arthritis; 5,9 juta
Non-Hispanik kulit hitam; 1,2 juta Non-Hispanik Asia.14.
18
tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena
penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat
badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat
demikian hebatnya.
Poliartritis asimetris, terutama pada sendi perifer, termasuk
sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan
sendi-sendi interfalang distal. Hampir semua sendi diartrodial
dapat terserang.
Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi.
Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoarthritis, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
Arthritis erosif, merupakan ciri khas pada gambaran radiologik
yang memperlihatkan erosi di tepi tulang yang diakibatkan
oleh peradangan sendi yang kronik.
Deformitas, kerusakan struktur penunjang sendi meningkat
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi
jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas
boutunniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas
tangan yang sering dijumpai. Pada laki-laki terdapat protrusi
(tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari
subluksasi metatarsal.
Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerakan ekstensi.
Nodul-nodul rheumatoid, adalah massa subkutan yang
ditemukan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang
dewasa pasien arthritis rheumatoid. Lokasi yang paling sering
dari deformmiras ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau
di sepanjang permukaan ekstensor.
19
dibedakan menjadi faktor sistemik dan faktor biomekanik. Faktor
sistemik meliputi usia, jenis kelamin, suku dan genetik. Sedangkan
faktor biomekanik meliputi cidera, obesitas, dan pekerjaan. Faktor
resiko tersebut akan menyebabkan kerusakan pada daerah sendi
dengan tiga mekanisme, yakni:16
b. Arthritis Rheumatoid
Merupakan penyakit autoimun dimana terjadi peradangan atau
inflamasi di persendian yang menyebabkan pembengkakan, nyeri
dan sering merusak bagian dalam sendi dan sering terjadi pada
orang dewasa.17
20
Reaksi imun rheumatoid arthritis terjadi dalam jaringan
sinovial. Proses fagositosis akan menghasilkan enzim-enzim
dalam sendi yang memecah kolagen sehingga terjadilah edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus
(lesi yang khas pada RA berupa lapisan abnormal jaringan
fibrovascular atau jaringan granulasi). Pannus ini akan
menghancurkan tulang dan menimbulkan erosi tulang sehingga
permukaan sendi yang hilang akan mengganggu gerak sendi.
Rasa nyeri yang timbul disebabkan oleh serabut otot yang
mengalami perubahan degeneratif dengan hilangnya kemampuan
elastisitas pada otot maupun kekuatan kontraksi otot.18
21
sendi yang terlibat, penyakit lain yang menyertai, obat-obatan lain
yang dipakai, dan alergi. Penatalaksanaan setiap individu dengan
OA dimulai dengan edukasi pasien, terapi fisik, pengurangan berat
badan atau pemakaian alat bantu.
• Edukasi pasien
• Latihan Fisik
• Akupunktur
• Biofeedback
• Hipnosis
22
321-1). Penerapan kriteria baru direvisi menghasilkan skor 0-10,
dengan skor 6 memenuhi persyaratan untuk RA yang pasti.
Kriteria klasifikasi baru berbeda dalam beberapa cara dari kriteria
yang ditetapkan lebih tua. Kriteria baru termasuk tes positif untuk
serum anti-cyclic antibodi peptida citrullinated sebagai item, yang
membawa spesifisitas yang lebih besar untuk diagnosis RA dari
tes positif untuk faktor rheumatoid. Kriteria klasifikasi baru juga
tidak memperhitungkan jika pasien memiliki nodul rheumatoid atau
kerusakan sendi radiografi karena temuan ini jarang terjadi di RA
awal. Hal ini penting untuk menekankan bahwa baru 2010 kriteria
ACR-EULAR yang "klasifikasi kriteria" sebagai lawan dari "kriteria
diagnostik" dan berfungsi untuk membedakan pasien pada awal
penyakit dengan kemungkinan tinggi berkembang menjadi
penyakit kronis dengan sinovitis gigih dan sendi kerusakan.
Kehadiran erosi sendi radiografi atau nodul subkutan dapat
menginformasikan diagnosis pada tahap akhir dari penyakit.
23
Diagnosis awal yang bisa dilakukan adalah anamnesis.Hal-hal
yang perlu diketahui dari anamnesis biasanya adalah riwayat
penyakit, gambaran klinis dari pemeriksaan fisik dan bila
memungkinkan ditanyakan hasil dari pemeriksaan radiologis.Nyeri
biasanya merupakan keluhan utama pada penderita osteoartritis.
24
dari N. medianus di tingkat pergelangan tangan, ditandai dengan
bukti peningkatan tekanan dalam terowongan karpal dan penurunan
fungsi saraf di tingkat itu. Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit, kondisi dan peristiwa. Hal ini ditandai dengan
keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan lengan dan disfungsi
otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis, atau
pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis
dan penyakit local. 25
25
3. Waktu pagi atau siang hari perasaan pembengkakan terasa
ketika menggerakkan tangan dengan cepat.
26
berbulan – bulan dan menyebabkan gejala intermiten dan kelainan
elektrofisiologi yang menetap.
3. Pada tahap lanjut, gejala selalu timbul, terutama gejala deficit
sensorik atau motorik karena gangguan pada akson atau disebut
axonotmesis. Degenerasi Wallerian terjadi axon yang terganggu.
Pada selubung jaringan di sekitarnya terjadip enebalan fibrous.
Setelahp embebasan saraf, penyembuhan tergantung pada
regenerasi saraf. Hal tersebut tergantung padaumur, keadaan
polineuropati, dan keparahan penekanan.
27
semua pasien dengan CTS sedang-berat. Dua tipe pendekatan
bedah adalah : open dan endoscopic release. 21
Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada
etiologi, durasi gejala, dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom
adalah suatu penyakit sekunder untuk penyakit endokrin, hematologi,
atau penyakit sistemik lain, penyakit primer harus diobati. Kasus
ringan bisa diobati dengan obat antiinflamasi non steroid (OAINS)
dan menggunakan penjepit pergelangan tangan yang
mempertahankan tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan,
terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang. Kasus
lebih lanjut dapat diterapi dengan injeksi steroid lokal yang
mengurangi peradangan. Jika tidak efektif, dan gejala yang cukup
mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk meringankan
kompresi.29,30
Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu:31
A. Terapi langsung terhadap CTS
a. Terapi konservatif
1. Istirahatkan pergelangan tangan
2. Obat anti inflamasi non steroid
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan.
Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada
malam hari selama 2-3 minggu.
4. Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan
(ROM) latihan dari ekstremitas atas dan leher yang
menghasilkan ketegangan dan gerakan membujur
sepanjang saraf median dan lain dari ekstremitas atas.
Latihan-latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan
dari sistem saraf perifer dirancang untuk gerakan, dan
bahwa ketegangan dan meluncur saraf mungkin memiliki
efek pada neurofisiologi melalui perubahan dalam aliran
pembuluh darah dan axoplasmic. Latihan dilakukan
sederhana dan dapat dilakukan oleh pasien setelah
instruksi singkat.
5. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison
10-25 mg atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg
28
diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan
menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke
arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial
tendon musculus palmaris longus. Sementara suntikan
dapat diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga atau
empat suntikan,. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan
bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali
suntikan. Suntikan harus digunakan dengan hati-hati
untuk pasien di bawah usia 30 tahun.
6. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat
bahwa salah satu penyebab CTS adalah defisiensi
piridoksin sehingga mereka menganjurkan pemberian
piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi
beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin idak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan
neuropati bila diberikan dalam dosis besar. Namun
pemberian dapat berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri.
7. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi
pergelangan tangan.
b. Terapi operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami
perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan
sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada
CTS bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada
tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan
operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan
operasi mutlak dilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila
ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan
operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten.32
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka
dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan
teknik operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik
memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan
jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya
lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan
29
komplikasi operasi seperti cedera pada saraf. Beberapa
penyebab CTS seperti adanya massa atau anomaly maupun
tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik dioperasi
secara terbuka.32
B. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CTS
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya CTS
harus ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan
kekambuhan CTS kembali. Pada keadaan di mana CTS terjadi
akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian
ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya CTS atau mencegah kekambuhannya
antara lain:27
1. Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan
repetitif, getaran peralatan tangan pada saat bekerja.
2. Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural
saat kerja.
3. Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi
gerakan.
4. Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek serta
mengupayakan rotasi kerja.
5. Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang gejala-gejala dini
CTS sehingga pekerja dapat mengenali gejala-gejala CTS
lebih dini.
Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang
sering mendasari terjadinya CTS seperti : trauma akut maupun
kronik pada pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal
ginjal, penderita yang sering dihemodialisa, myxedema akibat
hipotiroidi, akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau
penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis,
tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit
lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan
bertambahnya isi terowongan karpal.27
30
Diagnosis CTS bisa dilakukan dengan menilai gambaran klinisnya
dan dapat diperkuat dengan dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan tersebut dapat berupa:
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
31
Gambar. Phalen’s test
32
Gambar. Torniquet test
33
Gambar. Tinel’s sign
34
11) Pemeriksaan fungsi otonom: Perhatikan penderita,
apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau
licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus
medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa CTS.
d. Pemeriksaan Radiologi
e. Pemeriksaan Laboratorium
35
penderita yang sudah lama menderita CTS penyembuhan post
operatifnya bertahap.
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga
diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali kemungkinan
berikut ini :
a) Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan
terhadap nervus medianus terletak di tempat yang lebih
proksimal.
2.5 Tenosinovitis
2.5.1 Definisi Tinosinoviti
De Quervain syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada
daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus
tendon otot abductor polisis longus dan ekstensor polisis brevis
setinggi radius distal dan jepitan pada kedua tendon tersebut. 34 De
Quervain syndrome ini adalah pada kompartemen dorsal pertama
pada pergelangan tangan.Kompartemen dorsal pertama pada
pergelangan tangan termasuk di dalamnya adalah tendon otot
abduktor polisis longus dan tendon otot ekstensor polisis brevis.
Pasien dengan kondisi yang seperti ini biasanya datang dengan nyeri
pada aspek dorso lateral dari pergelangan tangannya dengan nyeri
yang berasal dari arah ibu jari atau lengan bawah bagian lateral.
Kondisi seperti ini mempunyai respon yang baik terhadap
penanganan non bedah.35
36
Angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif, terutama di
antara orang-orang yang menunjukkan aktivitas yang menggunakan
tangan berulang-ulang, seperti pekerja pemasangan bagian-bagian
mesin tertentu dan sekretaris. 36
Mortalitas tidak berhubungan dengan kondisi penyakit ini.
Beberapa morbiditas yang dilaporkan mungkin terjadi pada pasien
dengan riwayat nyeri progresif di mana berhubungan dengan aktivitas
yang memerlukan penggunaan tangan yang terkena. De Quervain’s
syndrome lebih banyak diderita oleh orang dewasa dibanding pada
anak-anak. 36 Hingga saat ini belum ditemukan adanya korelasi yang
nyata antara insiden de Quervain’s syndrome dengan sejumlah ras
tertentu. Meskipun penyakit seperti ini sering dijumpai pada pria dan
wanita, tetapi de Quervain’s syndrome menunjukkan jumlah yang
signifikan di mana lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
pada pria. Beberapa sumber bahkan memperlihatkan rasio yang
sangat tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, yaitu 8 : 1.
Menariknya, banyak wanita yang menderita de Quervain’s syndrome
selama kehamilannya atau selama periode postpartum. 36
37
kegiatan yang repetitif. Karena itu, de Quervain’s syndrome dapat
36,38
terjadi sebagai hasil dari mikrotrauma kumulatif (repetitif).
Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau
penggunaan berlebih pada jari-jari tangan (overuse)
menyebabkan malfungsi dari tendon sheath. Tendon sheath yang
memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan kualitas
cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi
pergesekan otot dengan tendon sheath karena cairan sinovial
yang berkurang tadi berfungsi sebagai lubrikasi. Sehingga terjadi
proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai inflamasi
dari tendon sheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan
tendon menjadi terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir
seluruh tendon sheath. Terjadilah stenosis atau penyempitan
pada tendon sheathtersebut dan hal ini akan mempengaruhi
pergerakan dari kedua otot tadi. Pada kasus-kasus lanjut akan
terjadi perlengketan tendon dengan tendon sheath. Pergesekan
otot-otot ini merangsang nervus yang ada pada kedua otot tadi
sehingga terjadi perangsangan nyeri pada ibu jari bila digerakkan
yang sering merupakan keluhan utama pada penderita penyakit
ini. 36,39,40,41
Pembungkus fibrosa dari tendon abduktor polisis longus
dan ekstensor polisis brevis menebal dan melewati puncak dari
prosesus stiloideus radius. 38, 42,43
38
Posisi pasien duduk, tangan dan telapak tangan
pasien tersangga bantal. Posisi terapis duduk berhadan
dengan pasien. Tentukan luas area (punggung ibu jari)
untuk menentukan lamanya terapi.Kemudian oleskan gel
yg telah tersedia. Letakkan tranduser ultra sound diatas
punggung ibu jari sambil digerakkan dengan arah
transversal lalu tekan tombol star untu memulai.44
39
pekerjaan mereka karena hal tersebut akan memberikan
kontribusi sebagai onset dari gejala tersebut khususnya pada
pekerjaan yang menggunakan jari-jari tangan. Riwayat penyakit
lain seperti pada rheumatoid arthritis dapat menyebabkan pula
deformitas dan kesulitan menggerakkan ibu jari. Pada kasus-
kasus dini, nyeri ini belum disertai edema yang tampak secara
nyata (inspeksi), tapi pada kasus-kasus lanjut tampak edema
36
terutama pada sisi radial dari polluks. Pada pemeriksaan fisik,
terdapat nyeri tekan pada daerah prosesus stiloideus radius,
kadang-kadang dapat dilihat atau dapat teraba nodul akibat
penebalan pembungkus fibrosa pada sedikit proksimal prosesus
stiloideus radius, serta rasa nyeri pada adduksi pasif dari
pergelangan tangan dan ibu jari.Bila tangan dan seluruh jari-jari
dilakukan deviasi ulnar, penderita merasa nyeri oleh karena
jepitan kedua tendo di atas dan disebut uji Finkelstein positif. 46
40
Gambar 9. Daerah yang nyeri pada de Quervain’s
syndrome (dikutip dari kepustakaan nomor 17)
41
Gambar 11. Tes Finkelstein
42
morbiditas dapat terjadi jika terjadi komplikasi pasca operasi
misalnya adhesi tendo atau subluksasi volar tendon.35
BAB III
KESIMPULAN
43
DAFTAR PUSTAKA
44