Professional Documents
Culture Documents
1100 2218 1 PB PDF
1100 2218 1 PB PDF
Abstract
In general, people with schizophrenia have damaged reality testing which make them disconnected
from their social environment. Despite being entered in the residual phase, it is still reluctant to
interact with other people and have not productive yet in utilizing his/her capabilities. But the
researchers also saw some people with residual schizophrenic who able to be productive as well
as socialization; it associated with their acceptance to his/her self and its disorders. This study
intended to figure out the image of self-acceptance of people with residual schizophrenia while
they suffered with a large of pressures. This study used a qualitative method with case study
design. The subjects of research were the people with residual schizophrenia with age range of 20
to 40 years old. From the research, it was found that the people with residual schizophrenia that
can be productive and actively involved in social environment effected by the acceptance of
him/herself although the self-acceptance quality was different among subjects
Abstrak
Penderita skizofrenia umumnya mengalami kerusakan reality testing yang membuatnya terputus
dari lingkungan sosialnya walaupun sudah masuk pada fase residual, sehingga masih saja enggan
untuk berinteraksi dengan orang lain dan belum bisa produktif dengan kemampuan yang
dimilikinya. Namun peneliti melihat ada juga penderita skizofrenia residual yang sudah mampu
produktif serta bisa bersosialisasi dengan baik, hal ini terkait dengan penerimaan diri pasien
terhadap diri dan gangguannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran
penerimaan diri orang yang mengalami skizofrenia residual mekipun tekanan yang mereka hadapi
cukup besar. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan rancangan
penelitian studi kasus. Subjek penelitian adalah ODS yang residual dan berada di rentang usia
dewasa (20-40). Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa para subjek yang mengalami gangguan
skizofrenia residual yang terlihat bisa produktif dan kembali aktif dilingkungan sosialnya karena
bisa menerima diri dirinya sendiri meskipun kualitas penerimaan dirinya berbeda pada setiap
subjek.
139
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 139 - 152
relevan, gangguan motorik yang bizzare, lani hidup. Seseorang yang mampu mene-
menarik diri dari lingkungan dan kenya- rima dirinya, maka ia tidak akan takut
taan, masuk kedalam kehidupan fantasi memandang dirinya secara jujur, baik di
yang dipenuh oleh delusi ( waham ) & dalam (hati/pikiran/perasaan) maupun di
halusinasi. luar (perilaku, penampilan), karena kita
Kalau dilihat dari karakter gangguan tidak bisa lari dari diri sendiri, walau
skizofrenia maka orang dengan ski- apapun yang kita lakukan. Penerimaan diri
zoprenia (ODS) akan menghalami banyak ini diperlukan untuk menyatukan tubuh,
hambatan dalam kehidupan sehari-harinya. pikiran dan jiwa. Rogers (dalam Marvin,
Mulai dari pikirannya tidak logis, kesa- 1957:145) telah menyarankan bahwa “self
lahan dalam persepsi dan atensi, ekspresi acceptance is good criterion for progress
emosi yang bermasalah atau tidak tepat in psychotherapy”, yaitu bahwa pene-
nya ekspresi emosi, terganggunya gerakan rimaan diri adalah kriteria yang baik untuk
dan perilaku, tampilan yang tidak terurus, kemajuan dalam psikoterapi.
kotor, bau, rambut acak acakan, menarik Berdasarkan penjelasan sebelumnya,
diri dari lingkungan, aneh, ada halusinasi peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
dan delusi. penerimaan diri penderita skizofrenia
Apalagi jika orang tersebut sudah (ODS) dengan tipe gangguan tipe residual,
memasuki usia dewasa yang lebih banyak atau ODS yang dianggap sudah bisa me-
tuntutannya, baik tuntutan dalam dunia nyesuaikan diri lebih baik diling-kunganya
sosialnya yang dianggap harus mampu dikarenakan banyak simtom yang sudah
bersosialisasi dengan masyarakat dengan tidak muncul atau hanya tersisa sedikit
baik, maupun tuntutan dalam hal lain simtom skizofrenia.
seperti harus mampu membina rumah
tangga, mempunyai anak, bekerja dan lain Penerimaan Diri
sebagainya, yang pada kenyataannya Hurlock (1974) mendefinisikan self
kebanyakan penderita skizofrenia sulit atau acceptance sebagai “the degree to which
bahkan gagal menjalani itu semua karena an individual having considered his
gejala-gejala gangguannya muncul dan personal characteristics, is able and
menghambat aktivitasnya. willing to live with them” yaitu derajat
Penderita gangguan jiwa sering dimana seseorang telah mem-pertim-
mendapat stigma dan diskriminasi yang bangkan karakteristik personalnya, merasa
lebih besar dari masyarakat disekitarnya mampu serta bersedia hidup dengan
dibanding individu yang menderita karakteristiknya tersebut.
penyakit medis lainnya. Hal ini tampak Sedangkan Aderson (dalam Sugiarti,
lebih jelas dialami oleh penderita ski- 2008, p.11) menyatakan bahwa
zofrenia, mereka sering mendapatkan per- penerimaan diri berarti kita telah berhasil
lakuan yang tidak manusiawi, misalnya menerima kelebihan dan kekurangan diri
perlakuan kekerasan, diasingkan, diisolasi apa adanya. Menerima diri berarti kita
atau dipasung. Hal ini membuat pasien telah menemukan karakter diri dan dasar
ODS menjadi sulit untuk mendapatkan yang membentuk kerendahan hati dan
kepercayaan diri lagi saat harus menjalani intergritas.
kehidupan sehari-hari. Dari definisi-definisi diatas, maka
Penerimaan diri dianggap sebagai dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri
ciri-ciri penting kesehatan mental dan juga adalah derajat dimana seseorang telah
sebagai karakteristik aktualisasi diri dan mengetahui karakteristik personalnya baik
ketenangan. Menurut Anderson (dalam itu kelebihan maupun kekurangannya dan
Sugiarti, 2008:6), penerimaan diri sangat dapat menerima karakteristik tersebut
berpengaruh bagaimana seseorang menja-
140
Gambaran Penerimaan Diri (Self-Acceptance) Pada Orang Yang Mengalami Skizofrenia (Vera Permatasari, Witrin Gamayanti)
141
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 139 - 152
diri daripada seseorang yang jukkan kemunduran yang jelas dalam fung-
perspektif dirinya sempit. si pekerjaan dan sosial.
i. Pola asuh yang baik pada masa anak-
anak. Pendidikan di rumah dan 2. Ciri-ciri Skizofrenia
sekolah sangat penting, penyesuaian Menurut DSM-5, kriteria
terhadap hidup, terbentuk pada masa schizophrenia bisa dilihat dari ciri-ciri
kanak-kanak, karena itulah pelatihan berikut ini:
yang baik di rumah maupun sekolah a. Terdapat dua atau lebih simptom
pada masa kanak-kanak sangatlah dengan porsi yang signifikan,
penting. sekurang-kurangnya 1 bulan
j. Konsep diri yang stabil. Hanya konsep 1) Delusi
diri positif yang mampu mengarahkan 2) Halusinasi
seseorang untuk melihat dirinya secara 3) Disorganisasi pembicaraan
tidak konsisten. 4) Disorganisasi perilaku atau katatonik
5) Simtom-simtom negative (hilangnya
3. Dampak Penerimaan Diri motivasi dan ekspresi emosi)
Hurlock (1974) membagi dampak 6) Social Occupational Dysfunction
penerimaan diri menjadi dua kategori:
a. Dalam penyesuaian diri. Mampu b. Sejak terjadinya gangguan beberapa
mengenali kelebihan dan kekurangan- area fungsi sosial terganggu, seperti
nya, memiliki keyakinan diri (self bekerja, relasi interpersonal, pera-
confidence) dan harga diri (self watan diri.
esteem), lebih bisa menerima kritik, c. Ketika serangan pertama kali terjadi
penerimaan diri yang disertai dengan pada periode anak / remaja, maka
rasa aman memungkinkan seseorang mereka akan terganggu dalam hal
untuk menilai dirinya secara lebih interpersonal, akademik dan pekerjaan
realistis sehingga dapat meng-gunakan d. Duration
potensinya secara efektif. 1) Gejala tersebut berlangsung secara
b. Dalam penyesuaian social. Orang yang terus menerus selama 6 bulan.
memiliki penerimaan diri akan merasa 2) Sekurang-kurangnya satu bulan untuk
aman untuk menerima orang lain, simtom pertama, simptom negatif atau
memberikan perhatiannya pada orang ketika fase prodromal atau residual
lain, menaruh minat terhadap orang simtom negative, dua atau lebih
lain, seperti menunjukan rasa empati simtom ini no1-4 berkurang kepa-
dan simpati. rahannya.
PPDGJ III (Pedoman Penggolongan
Skizofrenia dan Diagnosa Gangguan Jiwa) dan ICD-10
1. Definisi Skizofrenia (The International Statistical Classification
Bleuler (dalam Fausiah, 2008, p.122 ) of Diseases and Related Health Problems)
memperkenalkan istilah skizofrenia yaitu pun mengeluarkan ciri-ciri skizofrenia
yang menunjukkan pemisahan antara residual, yaitu:
pikiran, emosi dan perilaku orang yang a. Gejala negatif dari skizofrenia yang
mengalaminya. Arango, Kirkpatrick & menonjol misalnya perlambatan psiko-
Buchanan (dalam Nevid, 2003, p.110) motorik, aktivitas menurun, afek yang
mendefinisikan skizofrenia sebagai penya- menumpul, sikap pasif dan ketiadaan
kit pervasive yang mempengaruhi lingkup inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas
yang luas dari proses psikologi yang atau isi pembicaraan, komunikasi non-
mencakup kognisi, afek dan perilaku. verbal yang buruk seperti dalam
Orang-orang dengan skizofrenia menun- ekspresi muka, kontak mata, modulasi
142
Gambaran Penerimaan Diri (Self-Acceptance) Pada Orang Yang Mengalami Skizofrenia (Vera Permatasari, Witrin Gamayanti)
suara, dan posisi tubuh, perawatan diri emosi yang tidak tepat. Sampai pasien
dan kinerja sosial yang buruk; mengalami gejala psikotik, seorang
b. Sedikitnya ada riwayat satu episode dokter tidak dapat mendiagnosa ski-
psikotik yang jelas di masa lampau zofrenia.
yang memenuhi kriteria untuk b. Tahap akut. Ketika seseorang menga-
diagnosis skizofrenia; lami gejala psikotik seperti halusinasi,
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun delusi, atau perilaku sangat tidak ter-
waktu satu tahun dimana intensitas atur, mereka dikatakan dalam tahap
dan frekuensi gejala yang nyata seperti akut atau tahap aktif skizofrenia.
waham dan halusinasi telah sangat Ketika pasien berada dalam fase aktif,
berkurang (minimal) dan telah timbul maka muncul gejala psikotik. Pasien
simtom negatif dari skizofrenia; dalam fase aktif skizofrenia sering
d. Tidak terdapat dementia atau penyakit perlu obat antipsikotik untuk mengu-
/ gangguan otak organik lain, depresi rangi gejala mereka. Dalam sedikit
kronis atau institusionalisasi yang kasus, gejala dalam fase aktif dapat
dapat menjelaskan disabilitas negatif menghilang tanpa pengobatan.
tersebut. c. Tahap sisa/ residual. Tahap akhir dari
3. Spektrum Schizoprenia dan psikotik skizofrenia disebut tahap residual.
lainnya Fitur dari fase residual sangat mirip
dengan tahap prodromal. Pasien dalam
tahap ini tidak muncul psikotik tetapi
mungkin mengalami beberapa gejala
negatif seperti kurangnya ekspresi
emosional atau energi yang rendah.
5. Etiologi Gangguan
Nevid (2005) mengemukakan
beberapa etiologi/ penyebab skizofrenia
pada seseorang melalui beberapa
perspektif, yaitu:
a. Perspektif Psikodinamika. Menurut
4. Tahapan Skizofrenia pandangan psikodinamika, skizofrenia
Veague (2009) menyatakan terdapat 3 mencerminkan ego yang dibanjiri oleh
tahap dalam skizofrenia, yaitu: dorongan-dorongan seksual primitif
a. Tahap prodromal. Prodromal berasal atau agresi atau impuls yang berasal
dari kata Yunani prodromos, yang dari id. Impuls-impuls tersebut
berarti "sesuatu yang datang sebelum mengancam ego dan berkembang
dan sinyal acara". Dalam istilah medis, menjadi konflik antarpsikis yang kuat.
prodrom mengacu pada gejala awal Dibawah ancaman seperti itu, orang
dan tanda-tanda penyakit yang datang tersebut mundur ke periode awal dari
sebelum gejala khas muncul. Orang tahap oral, yang disebut sebagai
dalam tahap prodromal skizofrenia narsisme primer. Karena ego menjem-
sering mengisolasi diri, banyak tinggal batani hubungan antara diri dengan
sendirian di kamar tidur dan berhenti dunia luar, kerusakan pada fungsi ego
menghabiskan waktu bersama ini berpengaruh terhadap adanya jarak
keluarga atau teman. Mereka mungkin terhadap realistis yang khas
menunjukkan tanda-tanda penurunan skizofrenia. Masukan dari id menye-
motivasi di sekolah atau pekerjaan, babkan fantasi menjadi disalahartikan
kehilangan minat dalam aktivitas, dan sebagai realitas, menyebabkan halu-
143
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 139 - 152
144
Gambaran Penerimaan Diri (Self-Acceptance) Pada Orang Yang Mengalami Skizofrenia (Vera Permatasari, Witrin Gamayanti)
145
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 139 - 152
146
Gambaran Penerimaan Diri (Self-Acceptance) Pada Orang Yang Mengalami Skizofrenia (Vera Permatasari, Witrin Gamayanti)
Menyadari asset diri yang di- siklotimik yang dideritanya membuat satu
milikinya dan merasa bebas untuk menarik kesatuan sehingga Anta lebih mudah
atau melakukan ke-inginan-nya.Anta memahami diri sendiri dan menerima diri.
mengetahui potensi yang ada dalam Menyadari kekurangan tanpa menya-
dirinya, yaitu menulis dan dalam bidang lahkan diri sendiri. Anta meyakini bahwa
IT. Menurut Jersild (1963), orang yang gangguan yang ada dalam dirinya
menerima dirinya mengenali kemam-puan merupakan salah satu rencana yang telah
dirinya dan mereka dapat meng-gunakan Allah siapkan untuk dirinya. Menurut
kemampuan dirinya dengan bebas hadits riwayat at-Tirmidzi dan Ahmad,
walaupun tidak semua dari kemampuannya Rasulullah bersabda “…Ridhahlah
tersebut diinginkan. Anta lebih memilih (terimalah) pembagian yang Allah
untuk mengembangkan kedua potensinya tetapkan bagimu maka kamu akan menjadi
tersebut dibandingkan mengembangkan orang yang paling kaya (merasa
potensi bahasa inggrisnya. kecukupan).” Oleh karena itu dalam diri
Disisi lain, Anta tidak menyadari Anta muncul sikap menerima dan Anta
kelebihan lain yang dimilikinya, yaitu dapat mengambil manfaat dari skizofrenia
bekerja tidak kenal lelah. Kelebihan ini yang dialaminya.
terkait dengan gangguan mood yang Anta menjadi banyak berinteraksi
dimilikinya yaitu gangguan siklotimik.. dengan orang lain, membuat Anta bisa
Orang dengan gangguan siklotimik dapat bangkit dari keterpurukan selama
menjadi seseorang yang sangat produktif skizofrenia karena dengan sering berinter-
dan kreatif, jika kadar manik yang ada aksi tersebut Anta menjadi mendapat du-
didalam dirinya digunakan untuk hal yang kungan sosial dari mereka. Menurut House
bermanfaat. Menurut Davison (2006), pen- (dalam Nurviana, 2009), salah satu bentuk
derita siklotimik sering mengalami ber- dukungan sosial adalah dukungan emo-
bagai periode mood tertekan dan hipo- sional, yaitu mencakup ungkapan empati,
mania. Namun dalam keadaan hipomania, kepedulian dan perhatian terhadap orang
pikiran mereka menjadi tajam dan kreatif yangbersangkutan.
serta produktivitasnya meningkat. Anta berinteraksi dengan para
Begitupun dengan Anta, dengan psikiater dan juga dengan orang-orang
adanya gangguan siklotimik disamping yang terlibat dalam komunitas kesehatan
gangguan skizofrenianya, Anta bisa jiwa. Dalam komunitas tersebut Anta
menghabiskan waktu sepanjang hari untuk mendapat sikap sosial yang positif,
bekerja maupun belajar mengenai masalah sehingga dapat membantu Anta bangkit.
kejiwaan, kepenulisan dan IT yang Karena menurut Hurlock (1974) suatu
merupakan minatnya. Dari modal inilah kelompok social terhadap seseorang
yang membuat Anta melakukan up grading membentuk sikap penerimaan diri orang
mengenai pengetahuannya sehingga lebih tersebut. Jika seseorang telah memperoleh
memahami dirinya. sikap social yang positif, maka ia lebih
Menurut Hurlock (1976), pema- mampu menerima dirinya.
haman terhadap diri merupakan salah satu Dalam Alquran Surat Al-Baqarah
faktor yang menentukan penerimaan diri ayat 153, Allah berfirman "Sungguh akan
seseorang. Semakin seseorang memahami Kami berikan cobaan kepadamu, dan
dirinya, semakin baik pula penerimaan sedikit ketakutan, penyakit, kelaparan,
dirinya. Pemahaman diri itu sendiri di- kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
pengaruhi oleh intelektualitas seseorang. Dan berikanlah berita gembira kepada
Sejak sekolah Anta merupakan anak yang orang-orang yang sabar ".Anta bersabar
berprestasi, selain itu juga keingintahuan atas gangguan yang dialaminya dengan
terhadap ilmu yang tinggi serta gangguan cara terus berobat. Selain itu dengan
147
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 139 - 152
148
Gambaran Penerimaan Diri (Self-Acceptance) Pada Orang Yang Mengalami Skizofrenia (Vera Permatasari, Witrin Gamayanti)
149
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 139 - 152
150
Gambaran Penerimaan Diri (Self-Acceptance) Pada Orang Yang Mengalami Skizofrenia (Vera Permatasari, Witrin Gamayanti)
151
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2016, Vol. 3, No. 1, Hal: 139 - 152
152