72 138 1 SM PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No.

1, 2013

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SERTA PENENTUAN KADAR


FLAVONOID DARI EKSTRAK KERING HERBA MENIRAN (Phyllanthus niruri L.)

Krisyanella², Nana Susilawati², dan Harrizul Rivai1


1
Fakultas Farmasi, Universitas Andalas (UNAND), Padang
2
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM), Padang

ABSTRACT
Preparation and characterization of dried herb extract of meniran (Phyllanthus niruri L.) has been done. Dried
extract was made by adding lactose with a certain ratio, with the ratio of extract and lactose are: 1 : ½ (F1); 1 : 1
(F2); 1 : 1½ (F3); 1 : 2 (F4). Characters abserved were specific and non specific character of the dried extract.
Non specific character of dry extract include loss in drying values, real density, compressed density, total ash,
acid insoluble ash content. Specifik characterization extract includes identities, organoleptic, levels of water
soluble exstract the levels of compounds soluble in ethanol and levels of chemical constituents. Dried extract
mode with F3 has better characteristics than the other formulas. The name of the extract is Extractum
Phyllanthus niruri L.Siccum. The extract was in the form of dry powder, dark brown, odor like meniran crude
herb with a strong flavor. Levels of water soluble extract was 55.1077 % b/b ± 11.2218 % b/b while levels of
ethanol-soluble extract 18.7214 % b/b ± 0.6733 % b/b. flavonoid levels of the dried extract was 0.2413 % w/w.

Keywords: Flavonoid, meniran, dried extract

ABSTRAK

Telah dilakukan pembuatan dan karakterisasi ekstrak kering herba meniran(Phyllanthus niruri L.) .
ekstrak kering dibuat dengan penambahan laktosa dengan berbagai perbandingan, dimana perbandingan ektrak
dan laktosa adalah 1:½ (F1); 1:1 (F2), 1:1½ (F3); 1:2 (F4). karakter yang diamati adalah karakterisasi spesifik
dan non spesefik ekstrak kering. Karakter non spesifik meliputi susut pengeringan, Bj Nyata dan Bj Mampat,
kadar abu total dan kadar abu total tak larut asam.karakter spesifik ekstrak meliputi identifikasi, organoleptik,
kadar senyawa larut air, kadar senyawa larut etanol dan kadar kandungan kimia. Dari keempet perbandingan
diatas ternyata ekstrak kering yang dibuat dengan F3 memiliki karakteristik yang paling baik. Identitas dari
ekstrak tersebut adalah extractum Phyllanthus niruri L. Siccum. ekstrak berbentuk serbuk kering, berwarna
coklat tua, berbau khas meniran dengan rasa yang kuat. Kadar senyawa larut air sebesar 55,1077 % b/b ±
11,2218 % b/b. sementara senyawa larut etanol sebesar 18,7214 % b/b ± 0,6733 5 % b/b, Kadar flavonoidnya
sebesar 0,2413 % w/w.

Kata kunci : Flavonoid, meniran, ekstrak kering

\
PENDAHULUAN Meniran merupakan salah satu
tumbuhan obat Indonesia yang telah lama
Bagi sebagian besar masyarakat digunakan secara turun temurun untuk
pedesaan, tanaman meniran dikenal pengobatan (Rivai, et al., 2011). Manfaat
sebagai salah satu tanaman liar yang meniran adalah melancarkan air seni
berkhasiat mengobati. Akan tetapi (diuretik), meningkatkan ketahanan tubuh,
pengetahuan mereka tentang khasiat bisa menurunkan demam, mengobati sakit
meniran hanya sedikit saja. Setelah maag, menghancurkan batu ginjal,
meniran diuji secara klinis oleh tim menghancurkan batu empedu, mengobati
kedokteran dari berbagai belahan dunia, sakit malaria, menghilangkan nyeri haid,
akademisi mengetahui bahwa meniran menurunkan berat badan, menghilangkan
adalah salah satu kekayaan alam yang jerawat, menyembuhkan sakit gigi,
terabaikan selama ini (Sulaksana & mengobati batuk, menyembuhkan luka
Jayusman, 2004).
9
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

bakar, dan mengobati epilepsi (Sulaksana kering yang memenuhi standar Farmakope
& Jayusman, 2004). Herbal Indonesia.
Kandungan lainnya dari meniran
berupa senyawa flavonoid, flavonoid METODE PENELITIAN
adalah senyawa antioksidan yang lebih
kuat dibandingkan dengan vitamin E. Alat dan Bahan
Senyawa ini mampu menstimulir Alat-alat yang digunakan adalah,
(merangsang) kekebalan tubuh. Flavonoid kertas saring, spatel, corong, batang
rutin dan kuersetin dikenal sebagai pengaduk, wadah meserasi (botol gelap),
antikarsinogen (penghambat kanker). cawan penguap, krus porselen, pipet
Selain itu, flavonoid kuersetin terbukti gondok, pipet tetes, beaker glass, gelas
mampu menghambat sintesis histamin ukur, erlenmeyer, labu ukur, desikator,
yang merupakan mediator penting penyakit piknometer, timbangan analitik, penangas
dermatitis alergika (eksim). Meniran juga air, oven, spektrofotometer UV-Vis
terbukti dapat mengurangi kerusakan (Simadzu 1240). Bahan yang digunakan
jaringan pada penderita alergi kulit. adalah herba meniran (Phyllanthus niruri
Nirurin dan kuersetin yang terdapat di L), aquadest, etanol 95%, laktosa, n-
dalam meniran berkhasiat sebagai peluruh heksan, metanol, Aluminium Klorida 10%,
air seni (diuretik). Filantin, hipofilantin, Natrium Asetat 1M, kuersetin.
vitamin K, tanin dan damar berperan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan Prosedur Penelitian
sebagai hepatoprotektor (Kardinan & Pengadaan sampel
Kusuma, 2004). Sampel herba meniran diambil di
Karena pentingnya meniran dalam sekitar kampus Taman Siswa, Padang (Di
pengobatan maka mutu keamanannya dan sepanjang Banda Bakali).
kemanfaatannya harus ditingkatkan
melalui penelitian dan pengembangan. Penyiapan simplisia
Untuk meningkatkan mutu keamanan dan 1. Pengambilan herba meniran
kemanfaatan meniran sebagai obat bahan Tumbuhan diambil secara manual,
alam Indonesia, perlu dilakukan diambil semua bagian dari tumbuhan
standarisasi terhadap bahan bakunya, baik meniran (Phyllanthus niruri L.) yang
yang berupa simplisia maupun yang diatas permukaan tanah, tumbuh tegak,
bentuk ekstrak atau sediaan galenik (Rivai, bercabang-cabang dipanen pagi hari dan
et al., 2011). diambil tumbuhan yang telah dewasa.
Ekstrak kering adalah sediaan dari
tanaman yang diperoleh dengan cara 2. Identifikasi tumbuhan meniran
pemekatan dan pengeringan ekstrak cair Identifikasi tumbuhan dilakukan di
sampai mencapai konsentrasi yang Herbarium Universitas Andalas.
diinginkan menurut cara–cara yang
memenuhi syarat. Pengaturan biasanya 3. Sortasi basah
dilakukan berdasarkan kandungan bahan Dilakukan untuk pemisahan
aktif dengan cara penambahan bahan inert pengotor padat simplisia sebelum
(Badan POM, 2000). pencucian, dengan cara membuang bagian-
Berdasarkan uraian diatas maka bagian yang tidak perlu sebelum
peneliti mengembangkan pembuatan pengeringan, sehingga didapatkan herba
ekstrak kering dari simplisia herba meniran yang layak untuk digunakan, cara ini dapat
(Phyllanthus niruri L.) sebagai ekstrak dilakukan dengan manual.

10
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

4. Pencucian simplisia mL aduk sempurna dan pisahkan kelebihan


Dilakukan untuk menghilangkan heksan, ulangi pencucian sekali lagi
pengotor yang masih melekat pada dengan heksan, baru keringkan pada suhu
simplisia setelah pelaksanaan sortasi ±70⁰C. timbang serbuk ini dan tentukan
basah. Pencucian dilakukan dengan air kadar flavonoid dan karakteristiknya
mengalir dan dalam waktu yang sesingkat (Martin, et al.,1961).
mungkin bertujuan untuk menghilangkan Pembuatan ekstrak kering dapat
pengotor, namun tidak menghilangkan zat dilakukan dengan cara empat perlakuan,
berkhasiat simplisia tersebut. yaitu:
1. Pengeringan dengan laktosa ¹/₂ x berat
5. Pengeringan simplisia ekstrak kental
Dilakukan pengeringan dengan 2. Pengeringan dengan laktosa 1 x berat
cara dikering anginkan atau tidak kena ekstrak kental
cahaya matahari langsung atau pada suhu 3. Pengeringan dengan laktosa 1¹/₂ x berat
kamar ±25⁰C. Pengeringan ini berlangsung ekstrak kental
± 10 hari sampai kadar air ≤ 10 %. 4. Pengeringan dengan laktosa 2 x berat
ekstrak kental
Pembuatan ekstrak kental
Serbuk daun kering herba meniran Karakterisasi ekstrak kering
ditimbang 200 g, Simplisia tadi dimasukan Karakteristik non-spesifik
didalam labu alas bulat 9L, ditambah a. Susut pengeringan
dengan 1000 mL etanol 95% direndam Ekstrak ditimbang sebanyak 2 g
selama 6 jam sambil sesekali diaduk. dan kemudian dimasukan ke dalam botol
Kemudian direfluk selama 6 jam sebanyak timbang dangkal bertutup yang
3 kali pengulangan dengan jenis dan sebelumnya telah dipanaskan pada suhu
jumlah pelarut yang sama. Kemudian 105⁰C selama 30 menit dan telah ditara.
maserat dipisahkan dan dikumpulkan lalu Sebelum ditimbang ekstrak diratakan
diuapkan dengan penguap vakum (Rotary dalam botol timbang, dengan
evaporator) pada suhu dibawah ± 50⁰C. menggoyangkan botol hingga merupakan
Persen rendemen dihitung berdasarkan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai
persentase bobot per bobot (b/b) antara 10 mm. Jika ekstrak yang diuji berupa
rendemen yang didapatkan dengan bobot ekstrak kental, ratakan dengan bantuan
serbuk simplisia yang digunakan (DepKes pengaduk. Kemudian dimasukan ke dalam
RI, 2008). ruang pengering, buka tutupnya, keringkan
pada suhu 105⁰ C selama 30 menit,
Pembuatan ekstrak kering dikeluarkan, lalu masukan ke desikator
Pengeringan ekstrak dapat kemudian timbang. Ulangi perlakuan
dilakukan dengan cara, ambil ekstrak sampai didapatkan bobot yang konstan.
kental yang telah didapatkan masukan Jika ekstrak sulit kering dan mencair pada
kedalam lumpang kemudian keringkan pemanasan, ditambahkan dengan satu
dengan menambahkan laktosa sesuai gram silika pengering yang telah
dengan formula yang direncanakan. ditimbang seksama setelah dikeringkan
Setelah tercampur sempurna tambahkan dan disimpan dalam desikator pada suhu
pelarut heksan ±300 mL untuk tiap 100 g kamar. Campurkan silica tersebut secara
ekstrak, kemudian aduk sempurna rata dengan ekstrak pada saat panas,
beberapa kali selama 2 jam, biarkan kemudian keringkan kembali pada suhu
mengendap dan enap tuangkan cairan. Lalu penetapan hingga bobot tetap (Depkes RI,
campurkan sisa dengan heksan lagi 300 2000).

11
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

𝑆𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 yang telah dikeringkan di udara (Depkes


( 𝑊1 − 𝑊0) − (𝑊2 − 𝑊0) RI, 2000).
= 𝑥 100% 𝑊2 − 𝑊0
𝑊1 − 𝑊0 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑥 100%
𝑊1 − 𝑊0
Dimana , W0 = berat krus kosong Dimana , W0 = berat krus kosong
W1 = berat krus + ekstrak W1 = berat krus + ekstrak
W2 = berat krus + hasil W2 = berat krus + hasil pemijaran
pengeringan
d. Kadar abu yang tidak larut dalam asam
b. Bobot jenis nyata dan bobot jenis Abu yang diperoleh pada penetapan
mampat kadar abu, dididihkan dengan 25 mL asam
Sebanyak 10 gram sampel sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan
dimasukkan ke dalam gelas ukur 25 mL, bagian yang tidak larut dalam asam,
ratakan permukaannya dan catat kemudian saring melalui krus kaca masir
volumenya (Vo) kemudian dilakukan atau kertas saring bebas abu, cuci dengan
hentakan dengan alat tab volumeter sampai air panas, pijarkan hingga bobot tetap,
1250 kali, dan catat volumenya. Bobot timbang. Lalu hitung kadar abu yang tidak
jenis nyata dan bobot jenis mampat dapat larut dalam asam terhadap bahan yang
dihitung dengan rumus: telah dikeringkan diudara (Depkes RI,
𝐵𝐽 𝑁𝑦𝑎𝑡𝑎 2000).
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑠𝑎𝑚
= 𝑊2 − 𝑊0
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑘𝑒𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝐽 𝑀𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑊1 − 𝑊0
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘
= Dimana , W0 = berat krus kosong
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛
W1 = berat krus + ekstrak
Index Carr’s dan Rasio Hausner dihitung W2 = berat krus + hasil
dengan rumus: pemijaran
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 𝐶𝑎𝑟𝑟 ′ 𝑠
𝐵𝐽 𝑀𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 − 𝐵𝐽 𝑁𝑦𝑎𝑡𝑎 Karakteristik spesifik ekstrak
= 𝑥 100% a. Identitas
𝐵𝐽 𝑀𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
𝐵𝐽 𝑀𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 Ekstrak yang diperoleh memiliki
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐻𝑎𝑢𝑠𝑛𝑒𝑟 = identitas yang mendeskripsikan tatanama
𝐵𝐽 𝑁𝑦𝑎𝑡𝑎
dan senyawa identitas ekstrak. Deskripsi
tata nama tanaman meliputi nama ekstrak,
c. Kadar abu total nama latin tanaman (sistematika botani),
Sebanyak 3 g ekstrak yang telah bagian tanaman yang digunakan dan nama
digerus dan ditimbang seksama, tanaman Indonesia.
dimasukkan kedalam krus silikat yang
telah dipijarkan dan ditara, diratakan. b.Organoleptik
Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis Ekstrak yang diperoleh diuji secara
dinginkan dan timbang. Jika cara ini arang organoleptik, menggunakan pengamatan
tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panca indera untuk mendiskripsikan
panas, saring kertas saring bebas abu. bentuk, warna, rasa dan bau dari ekstrak.
Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus
yang sama. Masukkan filtrat kedalam krus, c. Kadar senyawa yang larut dalam air
uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, Sebanyak 5 g ekstrak dimaserasi
timbang, hitung kadar abu terhadap bahan selama 24 jam dengan 100 mL air

12
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

kloroforom LP menggunakan labu W1 = berat sampel yang


bersumbat sambil dikocok selama 6 jam digunakan
pertama dan dibiarkan selama 18 jam W2 = berat cawan + hasil
kemudian disaring. Sejumlah 20 mL filtrat pengeringan
dituang ke dalam cawan penguap yang
telah ditara, kemudian diuapkan pada Penetapan kadar flavonoid ekstrak
penangas air hingga kering. Residu kering herba meniran (Phyllanthus
dipanaskan pada suhu 105⁰C dioven niruri L.)
selama 1 jam, kemudian dimasukan Pembuatan larutan induk
kedalam desikator dan dibiarkan selama 10 a. Larutan Induk Kuersetin (Larutan
menit, kemudian ditimbang. Ulangi Standar)
perlakuan sampai didapatkan bobot yang Ditimbang 10 mg kuersetin,
konstan. Kadar dalam persen senyawa larutkan di dalam labu 10 mL dengan
yang larut dalam air dihitung terhadap metanol sehingga didapatkan konsentrasi
bobot ekstrak awal. 1000 μg/mL.
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑖𝑟
𝑊2 − 𝑊0 100 b. Larutan sampel (2g/10 mL)
= 𝑥 100% Diambil lebih kurang 2 g ekstrak
𝑊1 − 𝑊0 20
Dimana, kering dimasukkan kedalam labu ukur 10
W0 = berat cawan kosong mL kemudian tambahkan metanol sampai
W1 = berat cawan + sampel yang tanda batas lalu dihomogenkan dan
digunakan disaring.
W2 = berat cawan + hasil pengeringan
c. Pembuatan larutan blanko
Sebanyak 1,5 mL metanol
d. Kadar senyawa yang larut dalam etanol dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL,
Sebanyak 5 g ekstrak dimaserasi lalu ditambahkan 0,1 mL AlCL₃ 10%, 0,1
selama 24 jam dengan 100 mL etanol 96% mL Na asetat 1M dan 2,8 mL aquadest,
menggunakan labu bersumbat sambil kemudian dihomogenkan.
dikocok selama 6 jam pertama dan
dibiarkan selama 18 jam, kemudian Penentuan panjang gelombang
disaring cepat untuk menghindari maksimum kuersetin
penguapan etanol. Sejumlah 20 mL filtrat Dari larutan induk kuersetin 1
dituang ke dalam cawan penguap yang mg/mL dipepet 0,8 mL dan dimasukan
telah ditara kemudian diuapkan pada kedalam labu ukur 10 mL. Kemudian
penangas air hingga kering. Residu ditambahkan methanol sampai tanda batas
dipanaskan pada suhu 105⁰C di oven sehingga diperoleh konsentrasi 80 μg/mL
hingga bobot tetap. Kemudian dimasukkan kuersetin. Sebanyak 0,5 mL kuersetin
kedalam desikator dan didibiarkan selama dimasukkan kedalam vial, tambahkan 1,5
10 menit, lalu ditimbang. Ulangi perlakuan mL metanol lalu tambahkan dengan 0,1
sampai didapatkan bobot yang konstan. mL aluminium klorida 10% lalu
Kadar dalam persen senyawa yang larut ditambahkan 0,1 mL natrium asetat 1M
dalam etanol dihitung terhadap bobot dan 2,8 mL aquades, kocok hingga
ekstrak awal. homogen. Diamkan 30 menit, kemudian
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 diukur serapan pada panjang gelombang
𝑊2 − 𝑊0 100 400-800 nm dengan spektrofotometer UV-
= 𝑥 100% Vis.
𝑊1 − 𝑊0 20
Dimana , W0 = berat cawan kosong

13
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

Pembuatan kurva kalibrasi kuersetin Evaluasi Data Hasil Penelitian


Dari larutan induk kuersetin 1 Data yang diperoleh diolah secara
mg/mL dipipet 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mL, statistik. Analisis yang dilakukan yaitu uji
kemudian diencerkan masing-masingnya deskriptif berupa nilai rata-rata, simpangan
dengan metanol dalam labu 10 mL sampai baku dan uji anova satu arah.
tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi
20; 40; 60; 80; 100 μg/mL kuersetin. HASIL DAN PEMBAHASAN
Masing-masing konsentrasi larutan dipipet
0,5 mL dimasukkan kedalam vial, Hasil Karekterisasi Non Spesifik
tambahkan 1,5 mL metanol, lalu Ekstrak Kering Herba Meniran
tambahkan 0,1 mL larutan aluminium 1. Pengeringan dengan laktosa ½ x berat
klorida 10% lalu tambahkan 0,1 mL ekstrak kental
natrium asetat 1 M dan 2,8 mL aquadest. Pada perbandingan 1:½ didapatkan
Kemudian dihomogenkan dan diamkan hasil ekstrak yang tidak dapat kering.
selama 30 menit, dimasukkan kedalam Berarti pada perbandingan 1:½ tidak
kuvet. Ukur serapan pada panjang bagus, dan tidak dapat dilakukan
gelombang maksimum kuersetin yang karakterisasi spesifik dan non-spesifik.
didapat dengan spektrofotometer UV-Vis
dan dari data ini didapatkan kurva 2. Pengeringan dengan laktosa 1 x berat
kalibrasi. dan buat kurva kalibrasi ekstrak kental
sehingga persamaan regresi liniernya dapat 1. Susut pengeringan 7,8957 % b/b ±
dihitung. 0,3061%.
2. Kadar abu total 18,5207 % b/b ±
Penentuan kadar senyawa flavonoid 0,8314%.
dalam larutan sampel 3. Kadar abu tidak larut dalam asam
Diambil lebih kurang 2 g ekstrak 0,01262 % b/b ± 0,001176%.
kering dimasukkan kedalam labu ukur 10 4. Senyawa larut dalam air 65,7014 % b/b ±
mL kemudian tambahkan metanol sampai 7,5025%.
tanda batas lalu homogenkan dan disaring. 5. Senyawa larut dalam 20,3545 % b/b ±
Kemudian pipet 0,5 mL dari larutan 1,1579% .
sampel ekstrak kering 2 g tambahkan 1,5
mL metanol, lalu tambahkan 0,1 mL 3. Pengeringan dengan laktosa 1½ x
larutan aluminium klorida 10%, lalu berat ekstrak kental
tambahkan 0,1 mL natrium asetat 1M dan 1. Susut pengeringan 7,0166 % b/b ±
2,8 mL aquades. Diamkan selama 30 0,8740%.
menit, dimasukkan dalam kuvet. Ukur 2. Bj nyata 0,5198 g/mL dan Bj mampat
serapan pada panjang gelombang 0,5998 g/mL.
maksimum kuersetin dengan 3. Kadar abu total 4,0517 % b/b ± 0,2826%
spektrofotometri UV-Vis. Kadar senyawa 4. Kadar abu tidak larut dalam asam
flavonoid ditentukan dengan persamaan 0,01102 % b/b ± 0,00390%.
regresi dari kurva kalibrasi. Hasil yang 5. Senyawa larut dalam air 55,1089 % b/b ±
diperoleh diperhitungkan dengan faktor 11,2220%.
pengenceran sehingga diperoleh 6. Senyawa larut dalam etanol 18,7214 %
b
konsentrasi flavonoid yang terdapat dalam /b ± 0,6733 %.
ekstrak kering herba meniran.

14
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

4. Pengeringan dengan laktosa 2 x berat perbandingan 1:2 adalah 21,3678 % b/b ±


ekstrak kental 1,0841 % b/b.
1. Susut pengeringan 5,8712 % b/b ±
0,4758%. 5. Kadar flavonoid
2. Bj nyata 0,5878 g/mL dan Bj mampat Kadar flavonoid yang didapat dari
0,7451 g/mL perbandingan ekstrak kental dan laktosa
3. Kadar abu total 3,5362 % b/b ± 0,8630% 1:1 adalah 0,2131 % b/b, pada
4. Kadar abu tidak larut dalam asam perbandingana ekstrak kental dan laktosa
0,01555 % b/b ± 0,03942%. 1:1½ adalah 0,2413 % b/b, sedangkan pada
5. Senyawa larut dalam air 22,3215 % b/b perbandingan ekstrak kental dan laktosa
± 4,3747%. 1:2 adalah 0,1795 % b/b .
6. Senyawa larut dalam etanol 21,3678 %
b
/b ± 1,0841%. Sampel yang digunakan adalah
Phyllanthus niruri L. yang diambil dari
Hasil Karakterisasi Spesifik Ekstrak sepanjang Banda Bakali. Meniran yang
Kering Herba Meniran diambil adalah yang masih muda karena
1. Identitas kandungan senyawa aktifnya masih banyak
a. Nama ekstrak :Extractum Phyllanthus dan pengambilan dilakukan pada pagi hari
niruri L.Siccum (Ekstrak sebelum mengalami fotosintesis, hal ini
kering herba dilakukan agar menyeragamkan waktu
meniran) panen, setelah panen dilakukan sortasi
b. Nama latin :Phyllanthus niruri L. basah, pencucian dengan air mengalir dan
c. Bagian tumbuhan :Batang, daun, biji. pengeringan.
d. Nama tumbuhan :Meniran (Indonesia) Sampel yang digunakan untuk
pengujian ini adalah herba meniran
2. Organoleptis (Phyllanthus niruri L.) yang telah
Ekstrak kering herba meniran dilakukan uji identifikasi di Herbarium
(Phyllanthus niruri L.) yang diperoleh Universitas Andalas (ANDA), jurusan
berupa serbuk kering, yang berwarna biologi FMIPA Universitas Andalas
coklat tua, dengan bau khas simplisia Kampus Limau Manis, Padang, Sumbar,
herba meniran dan rasanya yang kelat. Indonesia dengan hasil specimen
Phyllanthus niruri L. (famili :
3. Kadar sari yang larut dalam air Euphorbiaceae).
Nilai yang diperoleh dari Setelah itu dilanjutkan dengan
perbandingan 1:1 adalah 65,7000 % b/b ± karakterisasi simplisia yang bertujuan
7,5023% b/b. Nilai yang diperoleh dari untuk mendapatkan simplisia yang
perbandingan 1:1½ adalah 55,1077 % b/b ± bermutu baik dan memenuhi standarisasi
11,2218 % b/b. Nilai yang diperoleh dari Materia Medika Indonesia (1978), susut
perbandingan 1:2 adalah 22,3210 % b/b ± simplisia didapatkan sebesar 9,1438 % b/b
4,3746 % b/b. ± 0,0784. Nilai ini menyatakan jumlah
maksimal senyawa yang mudah menguap
4. Kadar senyawa yang larut dalam etanol atau hilang, nilai ini identik dengan kadar
Nilai yang diperoleh dari air jika simplisia tersebut tidak
perbandingan 1:1 adalah 20,3545 % b/b ± mengandung minyak atsiri, herba meniran
1,1579 % b/b. Nilai yang diperoleh dari tidak mempunyai minyak atsiri, dengan
perbandingan 1:1½ adalah 18,7214 % b/b ± demikian simplisia ini dikatakan
0,6733 % b/b. Nilai yang diperoleh dari memenuhi persyaratan karena kadar airnya
tidak melebehi 10%. Hasil uji kadar abu

15
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

total dari simplisia7,0987 % b/b ± 0,5743 % masing-masingnya sebesar 15,1495 g;


dan kadar abu yang tak larut asam sebesar 31,1915 g; 52,9035 g .
0,0927 % b/b ± 0,0269 %. Hasil uji homogenitas variansi
Setelah itu dilanjutkan dengan susut pengeringan ekstrak dengan laktosa
pembuatan ekstrak, sampel yang sudah dengan levene statistic 1,099 dengan sig.
kering dirajang halus dan ditimbang 0,392 > 0,05 berarti Ho diterima atau
sebanyak 200 gram. Ekstrak dibuat dengan variansi dari susut pengeringan ketiga
cara merefluks dengan menggunakan perbandingan ekstrak dengan laktosa sama.
pelarut etanol 95%, karena etanol Dari hasil perhitungan Anova
merupakan pelarut universal yang mana menunjukkan sig. 0,018 < 0,05 yang
dapat melarutkan hampir semua metabolit berarti Ho ditolak artinya rata-rata
sekunder. Maserat yang didapatkan perbandingan ekstrak dan laktosa berbeda.
kemudian diuapkan dengan rotary Perbandingan ekstrak dan laktosa 1:2
evaporator pada suhu dibawah ± 50⁰C, hal mempunyai susut pengeringan lebih kecil
ini bertujuan agar ekstrak tidak rusak yaitu 5,871267 sedangkan 1:1 adalah
sehingga diperoleh ekstrak kental. 7,785733, sedangkan 1: ½ adalah
Sehingga hasil yang diperoleh dari 7,076608. Dari uji lanjut Duncan
merefluks sebanyak 100 g sampel dalam didapatkan bahwa perbandingan ekstrak
3000 mL etanol 95% adalah 116 g ekstrak laktosa 1:2 mempunyai susut pengeringan
kental. berbeda tidak nyata dengan perbandingan
Ekstrak kental yang sudah jadi ekstrak laktosa 1: 1½ namun berbeda nyata
tersebut dilanjutkan dengan pembuatan dengan 1:1.
ekstrak kering, Cara pembuatan ekstrak Ekstrak kering dengan
kering dapat dilakukan dengan cara empat perbandingan ekstrak laktosa 1: 2
perlakuan, yaitu pengeringan dengan mempunyai susut pengeringan lebih kecil
laktosa ½ x berat ekstrak,dengan laktosa artinya, ekstrak kering herba meniran ini
1x berat ekstrak, dengan laktosa 1½ x berat tidak banyak mengandung air dan
ekstrak dan dengan laktosa 2x berat memenuhi parameter umum ekstrak
ekstrak. tumbuhan obat, dimana kadar air dari
Ekstrak kental yang digunakan ekstrak tidak lebih dari 10%. Jadi,
sebanyak 29 g,sedangkan saccharum laktis penambahan laktosa ternyata dapat
yang digunakan pada setiap perlakuan mengeringkan ekstrak kental.
adalah: 14,5019 g (I); 29 g (II); 43,5 g (III) Kadar abu total ekstrak kering
dan 58,0186 g (IV). Penambahan saccarum herba meniran dengan perbandingan 1:1,
laktis ini bertujuan untuk membantu 1:1½ dan 1:2 adalah 18,5207 % b/b ±
mengeringkan ekstrak. Setelah tercampur 0,8314 %; 4,0517 % b/b ± 0,2826 %;
sempurna, kemudian dicuci dengan 3,5362 % b/b ± 0,8630 % b/b. Hasil dari
heksan. Heksan digunakan untuk homogenitas variansi kadar abu total
membebaskan lemak pada ekstrak dengan levene statistic 3,313 dengan sig.
sehingga ekstrak dapat mengumpul dan 0,107 > 0,05 berarti Ho diterima atau
tidak melengket pada lumpang dan mortar. variansi dari susut pengeringan dari ketiga
Kemudian dikeringkan pada suhu ±70⁰C. pengeringan ekstrak dan laktosa sama.
dari hasil pengamatan pengeringan ekstrak Data dari Anova menunjukkan sig.0,000 <
dengan laktosa ½ x berat ekstrak tidak 0,05 berarti Ho ditolak artinya rata-rata
menghasilkan ekstrak kering yang baik perbandingan ekstrak dan laktosa berbeda.
karena ekstraknya masih melengket pada Perbandingan dengan laktosa 1:1 ½ yang
aluminium foil. Sedangkan pada perlakuan mempunyai kadar abu paling kecil yaitu
II, III dan IV didapatkan ekstrak kering 3,051733 sedangkan 1:2 sebesar 3,536200

16
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

dan 1:1 sebesar 18,520767. Dari uji lanjut terendah bahan kimia kandungan ekstrak
Duncan memperlihatkan kadar abu total kering yang terlarut dalam pelarut tertentu.
ekstrak laktosa 1:1 ½ sama dengan 1:2 Data dari Anova menunjukkan sig. 0,002 <
namun berbeda dengan 1:1. 0,05 berarti Ho ditolak artinya rata-rata
Kadar abu total dengan perbandingan ekstrak berbeda.
perbandingan ekstrak dengan laktosa 1:1 ½ Senyawa larut dalam etanol ekstrak
mempunyai kadar abu totalnya lebih kecil kering meniran dengan perbandingan 1:1,
artinya dimana senyawa organik dan 1:1½, 1:2 adalah 20,3545 % b/b ± 1,1579,
turunannya terdestruksi dan menguap 18,7214 % b/b ± 0,673321,3678 % b/b ±
sehingga tinggal unsur mineral dan 1,0841 Hasil dari homogenitas dari
anorganik. senyawa larut dalam etanol dengan levene
Kadar abu tidak larut dalam asam statistic 4,251 dengan sig. 0,071 > 0,05
ekstrak kering meniran dengan berarti Ho diterima atau variansi senyawa
perbandingan 1:1, 1:1½, 1:2 adalah larut dalam etanol dari ketiga
0,01262 % b/b ± 0,001176 %, 0,01102 % perbandingan ekstrak dan laktosa adalah
b
/b ± 0,00390 % b/b, 0,01555 % b/b ± sama. Data yang didapat dari Anova
0,03942 %. Hasil dari homogenitas menunjukkan sig. 0,237 > 0,05 berarti Ho
variansi kadar abu tidak larut dalam asam diterima atau variansi senyawa larut dalam
dengan levene statistic 4,539 dengan sig. etanol dari ketiga perbandingan adalah
0,063 > 0,05 berarti Ho diterima atau sama. Dari uji lanjut Duncan didapatkan
variansi dari kadar abu tidak larut asam bahwa perbandingan ekstrak dan laktosa
dari ketiga perbandingan ekstrak dan pada senyawa larut dalam etanol adalah
laktosa sama. Data hasil dari Anova sama.
menunjukkan sig. 0,689 > 0,05 berarti Ho Setelah dilakukan karakterisasi
diterima atau kadar abu tidak larut asam ekstrak maka kadar senyawa golongan
ketiga perbandingan ekstrak sama. Dari kandungan kimia dapat ditetapkan.
uji lanjut Duncan didapatkan bahwa Penetapan kadar flavonoid menggunakan
perbandingan ekstrak dan laktosa pada spektrofotometri UV-Vis. Sebagai larutan
kadar abu tidak larut asam adalah sama. standar digunakan kuersetin. Kuersetin
Senyawa larut air ekstrak kering merupakan senyawa kelompok flavonoid
meniran dengan perbandingan 1:1, 1:1½, terbesar.
1:2 adalah 65,7014 % b/b ± 7,5025, Analisa dilakukan dengan tahapan
55,1089 % b/b ± 11,2220, 22,3215 % b/b pembuatan larutan standar, yakni dengan
± 4,3747. Hasil dari homogenitas dari menggunakan larutan standar flavonoid
senyawa larut air dengan levene statistic kuersetin, penentuan panjang gelombang
2,283 dengan sig. 0,183 > 0,05 berarti Ho maksimum, pembuatan kurva kalibrasi,
diterima atau variansi senyawa larut air dan penetapan kadar flavonoid sampel.
dari ketiga perbandingan ekstrak dan Pada penentuan panjang gelombang
laktosa adalah sama. Dari uji lanjut maksimum senyawa kuersetin pada
Duncan memperlihatkan kadar senyawa konsentrasi 80μg/mL, didapatkan panjang
larut air ekstrak dan laktosa 1: 1½ sama gelombang maksimum kuersetin 430 nm
dengan 1:1 namun berbeda dengan 1:2. dengan serapan 0,646. Setelah didapat
Senyawa larut air dengan perbandingan panjang gelombang maksimum kemudian
ekstrak dan laktosa 1: 1 yang berarti dibuat kurva kalibrasi larutan standar
ekstrak kering lebih banyak terlarut dalam kuersetin dengan konsentrasi 20, 40, 60,
air dibandingkan dalam etanol. Kadar zat 80, 100 μg/mL. larutan ini diukur
terlarut ini merupakan uji kemurnian yang serapannya pada panjang gelombang 430
dilakukan untuk mengetahui jumLah nm. Dari hasil pengukuran didapatkan data

17
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

0.8
0.6
Absorban
0.4 y = 0.0067x + 0.0556
R² = 0.9943
0.2
0
0 50 100 150
Konsentrasi μg/mL

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Kuersetin

serapan berturut-turut sebagai berikut sehingga diperoleh konsentrasi flavonoid


0,208; 0,309; 0,437; 0,591; 0,734. yang terdapat dalam ekstrak kering herba
Pembuatan kurva kalibrasi kuersetin ini meniran 1:1, 1:1½, 1:2 adalah 0,2015,
berguna untuk membantu menentukan 0,2015, 0,2365; 0,2515, 0,2515; 0,2210;
kadar senyawa flavonoid dalam sampel 0,1655, 0,1835, 0,1895 % b/b dengan nilai
melalui persamaan regresi linier dari kurva rata-rata 0,2131, 0,2413, 0,1795 % b/b.
kalibrasi kuersetin. Dari pengukuran Hasil dari homogenitas variansi
didapat kurva kalibrasi dengan persamaan dengan levene statistik 0,864 dengan sig
regresi y = 0,0556 + 0,0067x dengan harga 0,468 > 0,05 berarti H0 diterima atau
koefisien korelasi (r) yaitu 0,9943 (Gambar variansi dari konsentrasi senyawa
1). flavonoid dari ketiga perbandingan ekstrak
Ekstrak cair yang didapat dari dengan laktosa adalah sama. Data yang
larutan ekstrak kering dengan konsentrasi didapat dari anova menunjukan sig 0,013 <
2g/ 10 mL lalu diukur serapannya pada 0,05 yang berarti H0 ditolak atau variansi
panjang gelombang 430 nm. Nilai serapan dari anova menunjukan perbandingan
ekstrak kemudian dikonversikan dengan ekstrak dan laktosa berbeda. Dari uji lanjut
persamaan regresi linier dari kurva duncan didapatkan bahwa perbandingan
kalibrasi. Hasil pengukuran kandungan ekstrak laktosa pada konsentrasi senyawa
flavonoid dengan menggunakan flavonoid 1:2 mempunyai kandungan
spektrofotometer UV-Vis menunjukan senyawa flavonoid berbeda tidak nyata
bahwa kandungan senyawa flavonoid pada dengan perbandingan 1:1, namun berbeda
ekstrak kering herba meniran pada nyata dengan perbandingan 1:1½.
perbandingan 1:1, 1:1½, 1:2 adalah Ekstrak kering dengan
40,3582, 40,3582, 47,3731; 50,3582, perbandingan ekstrak laktosa 1:1½
50,3582, 44,2388; 33,1940, 36,7761, mempunyai kandungan senyawa flavonoid
37,9701 μg/mL dengan nilai rata-rata 1:1, yang besar artinya ekstrak laktosa lebih
1:1½, 1:2 adalah 42,6965; 48,3184; bangus dibuat pada perbandingan 1:1½.
35,9800 μg/mL.Hasil yang diperoleh
diperhitungkan dengan faktor pengenceran

18
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

KESIMPULAN Rivai, H., Nurdin, H., Suyani, H &


Bakhtiar A., 2011, Pengaruh Cara
Dari data yang diperoleh dalam Pengeringan Terhadap Mutu
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: Herba Meniran (Phyllantus Niruri
1. Ektrak kering herba meniran yang L), Padang: Fakultas Farmasi
dibuat dengan perbandingan ekstrak Universitas Andalas.
dan laktosa 1:½ ternyata tidak Sulaksana, J., & Jayusman, D. I., 2004,
menghasilkan ekstrak kering. Meniran Budi Daya dan
2. Ekstrak kering yang dibuat dengan Pemanfaatan Obat, Jakarta:
perbandingan ekstrak dan laktosa Swadaya.
1:1½ memiliki karakterisasi yang
lebih baik dibandingkan dengan
perbandingan ekstrak dan laktosa1:1,
1:2.
3. Kadar flavonoid tertinggi didapatkan
dari ekstrak kering yang dibuat dengan
perbandingan ekstrak: laktosa 1:1½,
yaitu sebesar 0,241% b/b.

DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI, 2004, Monografi Ekstrak


Tumbuhan Obat Indonesia,
Volume 1, Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI
Depkes RI, 1978, Materia Medika
Indonesia (Jilid 2), Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan.
DepKes RI, 2000, Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
(Edisi 1), Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, Direktorat Pengawasan
Obat Tradisional.
DepKes RI, 2008, Farmakope Herbal
Indonesia (Edisi 1), Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Kardinan. A., & Kusuma. F., 2004,
Meniran Penambah Daya Tahan
Tubuh Alami, Jakarta: Agromedia
Martin E.W., Cook, E.F., Leuallen, E. E.,
Osol, A., Tice, L.F., Van Meter,
C.T. Hoover. J.E., 1961,
Remington‘s Practice of
Pharmacy, Pennsylvania: Mack
Publishing Company.

19
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

20
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013

21

You might also like