Survei Tentang Manajemen Fisioterapi Pada Pasien Pasca Bedah Torak Dan Abdomen Atas Di Rumah Sakit Tipe A Dan B Di Jawa Dan Bali

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Survei Tentang Manajemen Fisioterapi pada Pasien Pasca Bedah Torak dan Abdomen atas di Rumah Sakit Tipe

A dan B di
Jawa dan Bali

SURVEI TENTANG MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA PASIEN PASCA


BEDAH TORAK DAN ABDOMEN ATAS DI RUMAH SAKIT TIPE A DAN B
DI JAWA DAN BALI

Nur Basuki
Jurusan Fisioterapi, Poltekes Depkes, Surakarta
Jl. Adi Sumarmo, Solomadu Karanganyar, Solo
nurbasuki@yahoo.com

Abstract
The happening of complication paru pasca operation often found in patients after done
operation action in abdomen part on and piston operation. physiotherapy as one of has
character to minimalizing risk the happening of complication lung. Technics physio-
therapy that used in patient pasca operation highly varied and still to be controversy
about technics best to overcome that troubleshoot pasca surgery action. Aim from this
watchfulness detects description about physiotherapy management in patient pasca ope-
ration action abdomen part on and piston operation in this time done at home ill type a
and b at java and balinese. Watchfulness method: a questioner sent to 35 hospital
widespread at Java and Balinese that ask about about reference pattern, patient profile,
technics physiotherapy that given in patient pasca operation abdomen part on and piston
operation. As much as 68,5% from respondent gives response towards this watchfulness.
Data analyzed to use independent t-test and chi-square. Result from this watchfulness is
identificated that fisioterapis doesn't has direct access in patient without get reference
from doctor. Although in the case of physiotherapy technics kind that is given, fisioterapis
only get a little information from doctor. Assumpted that a large part fisioterapis in ope-
rated base in erudition that obtained during follow education from in base in scientific.
More than 50%respondent doesn't has access towards watchfulness result. Technics
breath practice in (deep breating exercise) be technics most commonly used to increase
lung function.

Keywords: Poet Operative, Thorax and Abdomen, PT Management

Pendahuluan cegahan komplikasi paru ini sejak lama, melalui


Komplikasi paru pasca tindakan pem- upaya meminimalisasi perubahan abnormalitas
bedahan masih tetap menjadi perhatian utama patofisiologi yang terjadi pada pasca pembe-
bagi para pakar dalam bidang kesehatan. dahan. Perubahan abnormalitas patofisiologi
Disamping adanya kemajuan dalam tehnologi yang terjadi pada paru ditandai oleh penurunan
maupun manajement dalam tindakan pembe- volume paru terutama adanya penurunan VC
dahan, namun angka kejadian dari komplikasi (Vital Capacity) yang sangat besar yang dapat
paru pada pasien pasca tindakan pembedahan mencapai 40 – 70% dari nilai pre-operativenya.
masih tinggi yaitu berkisar antara 20% s/d Disamping itu juga terjadi penurunan FRC
70% pada pasien pasca tindakan bedah ab- (Functional Residual Capacity) yang mem-
domen bagian atas dan bedah torak (Doyle, punyai efek yang signifikan terhadap fungsi
1999). Adanya komplikasi ini tentunya akan paru, yaitu terjadinya penurunan komplian pa-
meningkatkan angka kesakitan (morbiditas), ru, peningkatan tahanan jalan napas, mem-
kematian (mortalitas) dan memperpanjang ma- percepat kolapsnya paru pada bagian depen-
sa tinggal di rumah sakit (Ephgrave et al, dent dan berkontribusi terhadap abnormalitas
1993). dari pertukaran gas (Nunn, 1990). Penurunan
Fisioterapi sebagai salah satu tenaga FRC ini akan menyebabkan tekanan pleura
kesehatan telah terlibat dalam upaya pen- menjadi lebih besar dari tekanan atmosfer yang
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007 107
Survei Tentang Manajemen Fisioterapi pada Pasien Pasca Bedah Torak dan Abdomen atas di Rumah Sakit Tipe A dan B di
Jawa dan Bali

berakibat tekanan transpulmonary menjadi ne- fisioterapis dalam memberikan fisioterapi pada
gatif. Tekanan negatif ini menyebabkan saluran pasien pasca tindakan pembedahan. Tujuan
napas yang kecil akan menyempit atau bahkan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
menutup (Craig, 1981; Nunn, 1990; Wahba, gambaran tentang manajemen fisioterapi ter-
1991). Penyempitan saluran napas ini ber- kini pada pasien pasca tindakan bedah torak
akibat pada penurunan ventilasi pada area de- dan bedah abdomen bagian di rumah sakit tipe
penden, sehingga mengakibatkan rendahnya A dan B se Jawa dan Bali.
ratio ventilasi/perfusi, sehingga hal ini ber-
pengarug terhadap timbulnya gangguan pertu- Metode Penelitian
karan gas yang pada akhirnya terjadi arterial Desain dari penelitian ini adalah studi
hypoxaemia. Saluran napas kecil yang me- deskriptif berbentuk survei. Subyek dalam pe-
nyempit tadi kadang gagak untuk membuka nelitian ini adalah senior fisioterapist yang
kembali, sehingga akan menimbulkan total bekerja di bangsal bedah pada rumah sakit tipe
kolaps dari paru bagian dependent yang dapat A dan tipe B di Jawa dan Bali. Semua subyek
memunculkan terjadinya syndroma atelectasis yang berpartisipasi dalam penelitian ini diminta
(Craig, 1981). untuk menjawab pertanyaan yang telah di-
Sampai saat ini belum ada data yang susun dalam bentuk kuesener yang telah dipi-
dipublikasikan tentang gambaran manajemen lotkan sebelumnya. Sebanyak 35 fisioterapis
fisioterapi untuk mengurangi terjadinya kom- dari 35 rumah sakit pemerintah telah diminta
plikasi paru pada pasien pasca tindakan bedah untuk berpartisipasi dengan cara mengirimkan
torak dan bedah perut bagian atas di melalui pos berisi tentang surat permohonan
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang berpartisipasi dalam penelitian beserta pen-
dilakukan di Australia dan New Zealand ten- jelasannya, satu set kuesener dan surat per-
tang gambaran fisioterapi manajemen pada nyataan kesediaan berpartisipasi dalam pene-
pasien pasca perasi bedah jantung koroner litian. Dalam penelitian ini tidak ada rumah
ditemukan bahwa fisioterapi berperan baik se- sakit swasta yang dilibatkan. Subyek penelitian
belum maupun sesudah operasi. Beberapa tek- diberi waktu lima minggu untuk melengkapi
nik yang diberikan antara lain: Deep Breathing kuesener ini, kemudian mengirinkannya kem-
Exercise (DBE), Thoracic Expansion Exercise bali ke peneliti melalui amplop berperangko
(TEE), Sustained Maximal Inspriration (SMI), yang telah disediakan.
Active Cycle of Breathing Technigue (ACBT), Tiga minggu dari tanggal dikirimkannya
Incentive Spirometry, Positioning, Latihan Ba- kuesener, seluruh subyek penelitian ditelepon
tuk efektif, Huffing, Forced Expiration Tech- untuk menanyakan apakah sudah menerima
nigue (FET), Intermittent Positive Pressure kuesener dan mengingatkannya untuk mengisi
Breathing (IPPB), Continuous Positive Airway kuesener dan mengirimkannya kembali. Kera-
Pressure (CPAP), Positive Expiratory Pressure hasiaan nama responden sangat dijaga dalam
(PEP) dan Manual Hyperinflation (MH) (Tucker prosedur penelitian ini, masing-masing kuese-
et al, 1996). Tehnik-tehnik tersebut ada yang ner diberi kode, bukannya nama responden
dilakukan sendirian oleh fisioterapis mapun pe- ataupun nama rumah sakit.
rawat, tetapi ada pula yang dilakukan ber- Semua data yang terkumpul dianalisa
sama-sama. Disamping tehnik-tehnik di atas menggunakan bantuan software SPSS 11.0 for
pasien juga diberikan latihan-latihan seperti: windows. Dalam penelitian ini utamanya
latihan pada anggota gerak atas dan bawah, menggunakan analisa statistik deskriptif. Se-
latihan pada leher dan badan, latihan ambulasi, dang untuk membandingkan dua variabel yang
latihan naik tangga, home program serta pem- berbeda digunakan uji statistik inferential de-
berian informasi melalui leaflet. ngan t-test. Nilai probabilitas alfa (p) sama
Disamping belum adanya data tentang dengan 0,05 digunakan untuk menyatakan
gambaran tentang manajemen fisioterapi, be- adanya data statistik yang bermakna.
lum diketahui pula tentang pengaruh dari hasil-
hasil penelitian terkini terhadap para praktisi
108 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007
Survei Tentang Manajemen Fisioterapi pada Pasien Pasca Bedah Torak dan Abdomen atas di Rumah Sakit Tipe A dan B di
Jawa dan Bali

Hasil rumah sakit non-pendidikan, tetapi perbedaan


Data pada penelitian ini dikumpulkan ini tidak bermakna (χ2(1) = 0,491,p = 0,696).
selama tiga bulan dari Maret 2002 sampai de- Kebanyakan responden menyatakan cukup
ngan amei 2003. Dari 35 kuesener yang di- kesulitan dalam mengakses jurnal penelitian
kirimkan, sebanyak 27 kuesener yang telah (44,4%). Sedang responden yang menyatakan
terisi diterima kembali oleh peneliti. Hal ini mudah dalam mengakses jurnal pnelitian hanya
menunjukkan adanya tingkat respon respon- sebesar 7,4%. Responden lainnya menyatakan
den sebesar 69%. sulit (29,6%) dan sangat sulit (18,5%). Res-
ponden yang bekerja di rumah sakit pendidikan
Profil fisioterapis yang bekerja di ru- lebih mudah dalam mengakses jurnal penelitian
mah sakit secara bermakna dibandingkan dengan yang
Mayoritas fisioterapis memiliki kualifi- bekerja di rumah sakit non-pendidikan (χ2(1) =
kasi pendidikan Diploma III Fisioterapi (92,6%) 11,846,p = 0,004).
dan Diploma IV Fisioterapi (7,4%). Tidak di-
temukan perbedaan yang bermakna tentang
level pendidikan antara rumah sakit tpe A dan Profil manajemen fisioterapi sebelum
2
tipe B (χ (1) = 0,270,p = 0,603) atau antara operasi
rumah sakit pendidikan dan non-pendidikan Semua responden melaporkan bahwa
2
(χ (1) = 1,728,p = 0,184). Lebih dari separo mereka melakukan pemeriksaan sebelum mem-
responden(59,3%) melaporkan bahwa mereka berikan terapi. Jenis pemeriksaan yang paling
telah berpengalaman bekerja di bangsal bedah sering dilakukan adalah anamnesis, sedang
selama lebih dari 10 tahun dan 25,9% memiliki auskultasi merupakan pemeriksaan yang paling
pengalaman kurang dari 5 tahun. Sedang lain- jarang dilakukan. Walaupun fisioterapis yang
nya (14,8%) memiliki pengalaman antara lima bekerja di rumah sakit pendidikan lebih sering
dan 10 tahun. Responden yang bekerja di ru- melakukan auskultasi dibandingkan dengan
mah sakit pendidikan yang memiliki pe- fisioterapis yang bekerja di rumah sakit non-
ngalaman kerja lebih dari 10 tahun lebih ba- pendidikan, namun perbedaan ini tidak ber-
nyak dibandingkan di rumah sakit non pen- makna (χ2(1) = 0,400,p = 1,00). Lebih dari se-
didikan, walaupun perbedaan ini tidak ber- paro responden (60%) melaporkan bahwa
makna (χ2(1) = 1,832,p = 0,476). Sehubungan mereka juga menggunakan peralatan dalam
dengan pertanyaan tentang membaca jurnal pemeriksaan. Jenis umum peralatan yang
penelitian, kurang dari separo responden me- digunakan adalah: stethoscope, sphygmoma-
nyatakan tidak pernah membaca jurnal pene- nometer, peak flow meter, pita ukur, spiro-
litian (40,7%). Prosentasi dari responden yang meter dan tes meniup lilin.
membaca jurnal penelitian lebih banyak di ru- Tehnik fisioterapi yang sering digunakan
mah sakit pendidikan dibandingkan dengan sebelum operasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Tehnik fisioterapi untuk meningkatkan volume paru
Sebelum Operasi Sesudah Operasi
Sering Kadang2 Tak Sering Kadang2 Tak
(%) (%) Pernah (%) (%) Pernah
(%) (%)
DBE 100 0 0 100 0 0
MH 0 0 100 0 0 100
CPAP 0 0 100 0 0 100
IS 0 29,4 70,6 5,3 31,6 63,2
DDB 76,5 23,5 0 100 0 0
Jalan 70,6 29,4 0 95 5 0
DBE = Deep Breathing Exercise; MH = Manual Hiperinflasi; CPAP = Continuous Positive Airway
Pressure; IS = Incentive Spirometry; DDB = Duduk Di luar Bed.
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007 109
Survei Tentang Manajemen Fisioterapi pada Pasien Pasca Bedah Torak dan Abdomen atas di Rumah Sakit Tipe A dan B di
Jawa dan Bali

Tabel 2
Tehnik fisioterapi untuk membersihkan jalan napas
Sebelum Operasi Sesudah Operasi
Sering Kadang2 Tak Sering Kadang2 Tak
(%) (%) Pernah (%) (%) Pernah
(%) (%)
ACBT 29,4 47,1 23,5 17,6 47,1 35,3
PD 66,7 33,3 0 70,0 25,0 0
Perkusi 64,7 29,4 5,9 63,2 36,8 0
Vibrasi 76,5 23,5 0 78,9 21,1 0
SC 82,4 17,6 0 85 15 0
FET 55,6 33,3 11,1 52,9 29,4 17,6
Neb 35,3 35,3 29,4 31,6 42,1 26,3
Suction 18,8 50,0 31,3 26,3 52,6 21,1

Profil manajemen fisioterapi sesudah Semua responden melaporkan bahwa rujukan


operasi dari dokter diperlukan dalam treatmen fisio-
Jenis pemeriksan yang dilakukan pada terapi dan rujukan tertulis merupakan jenis
pasca operasi sama dengan sebelum operasi. rujukan yang paling sering dipergunakan. Se-
Demikian pula dengan pelaksanaan auskultasi cara umum sebanyak 40% responden mela-
pada rumah sakit pendidikan lebih sering porkan bahwa mereka menentukan sendiri je-
digunakan dari pada di rumah sakit non- nis terapi yang akan diberikan, sedang 10%
pendidikan, walaupun perbedaan ini juga tidak responden menyatakan dokter yang menen-
bermakna (χ2(1) = 1,111,p = 0,063). tukan jenis terapi. Sedang sisanya 50% mela-
Tehnik fisioterapi ayng digunakan baik porkan bahwa dokter dan fisioterapis bersama-
sebelum maupun sesudah operasi sangat sama menentukan jenis terapi yang dilakukan.
bervariasi. Deep Breathing Exercise (DBE) me-
rupakan tehnik yang paling sering digunakan Diskusi
untuk meningkatkan volume paru diantara lima Menurut Babbie (1990) besarnya respon
tehnik lainnya. Sedang duduk di luar bed ada- dari responden yang bersedia berpartisipasi
lah merupakan tehnik yang paling sering digu- dalam penelitian ini sebesar 69% dapat dika-
nakan juga setelah DBE. Kebalikannya manual takan bahwa penelitian ini memiliki respon
hiperinflation dan CPAP merupakan tehnik yang yang baik dan hal ini mengindikasikan bahwa
tidak pernah dilakukan. sample yang ada representatif untuk populasi
Seperti yang dapat dilihat pada tabel 2, yang sedang diteliti (Babbie, 1990).
latihan batuk efektif merupakan tehnik yang Pemeriksaan adalah merupakan bagian
paling umum digunakan untuk embersihkan penting dari proses fisioterapi. Melalui pemerik-
jalan napas. Lebih dari separo responden mela- saan ini, fisioterapis dapat menentukan daftar
porkan bahwa mereka menggunakan vibrasi masalah yang sangat penting sebagai dasar
dan perkusi pada saat sebelummaupun sesu- untuk menentukan strategi terapi. Dalam survei
dah operasi. Sedangkan ACBT merupakan the- ini semua responden melaporkan bahwa mere-
nik yang paling jarang digunakan. ka melakukan pemeriksaan sebelum membe-
Disamping tehnik untuk meningkatkan rikan terapi. Hal ini menunjukkan bahwa nam-
volume paru dan membersihkan jalan napas, paknya mereka memahami pentingnya mela-
ada beberapa tehnik latihan lain yang diper- kukan pemeriksaan. Tetapi jika dilihat datail
gunakan diantaranya: latihan pada anggota dari pemeriksaan yang dilakukan, auskultasi
gerak atas dan bawah, latihan pada badan dan merupakan pemeriksaan yang paling jarang di-
edukasi pada pasien. lakukan, padahal auskultasi merupakan bagian
penting dari pemeriksaan baik sebelum mau-
110 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007
Survei Tentang Manajemen Fisioterapi pada Pasien Pasca Bedah Torak dan Abdomen atas di Rumah Sakit Tipe A dan B di
Jawa dan Bali

pun sesudah operasi untuk mendapatkan gam- otot tersebut akan lebih dipermudah beker-
baran tentang mukus dan penurunan suara janya untuk meningkatkan inspirasi (Ross &
pernapasan yang menurun yang sering terjadi Dean, 1992). Disamping itu FRC juga lebih
pada pasca operasi bedah torak dan abdomen besar pada posisi duduk tegak dari pada tidur
atas. terlentang. FRC yang optimum berhubungan
Penemuan tentang tehnik fisioterapi erat dengan penurunan penutupan saluran na-
yang digunakan pada pasien pasca bedah to- pas dan memaksimalkan oksigenasi di alveolus.
rak dan abdomen bagian atas pada survei ini Oleh karena itu tidur terlentang harus dihindari
sangat bervariasi. Dari kelima tehnik yang di- dan duduk tegak harus diupayakan untuk men-
gunakan untuk meningkatkan volume paru, cegah penutupan jalan napas dan gangguan
DBE merupakan tehnik yang paling umum dila- pertukaran gas (Craig, 1981; Dean, 1996).
kukan diikuti oleh latihan duduk di luar bed dan Latihan batuk efektif yang dugunakan
ambulasi, urutan selanjutnya adalah incentive oleh fisioterapis dalam upaya untuk member-
sprirometry. Di Indonesia belum ada riset yang sihkan jalan napas biasanya dilakukan bersa-
dipublikasikan yang mendukung tehnik terse- maan dengan incentive spirometry. Dua pene-
but pada pasien pasca bedah torak dan abdo- litian yang meneliti tentang manfaat dari tehnik
men atas. Hasil studi yang dilakukan di luar ini pada pasien pasca operasi bedah abdomen
negeri menunjukkan bahwa pemberian DBE atas menemukan bahwa pemberian latihan
dapat meningkatkan jumlah udara yang batuk efektif dan incentive spirometry menu-
dihirup, memperbaiki distribusi ventilasi melalui runkan insiden dari komplikasi paru pasca ope-
sistem ventilasi kolateral (Menkes & rasi (Celli etal, 1984; Roukema etal, 1988).
Traystman, 1977; Webber & Pryor, 1993). Dalam penelitian ini, latihan batuk efektif meru-
Disamping itu mekanisme peningkatan jumlah pakan tehnik paling umum digunakan untuk
udara yang diinspirasi juga disebabkan oleh membersihkan jalan napas baik sebelum ope-
fenomena interdependecy (Mead et al, 1970). rasi maupun sesudah operasi.
Selama inspirasi alveoli yang sehat akan me- Akan tetapi sangat mengejutkan sekali,
ngembang dan akan menggunakan tenaga ternyata dalam penelitian ini ditemukan bahwa
inflasinya pada alveolus disebelahnya yang da- lebih dari separo responden melaporkan sering
pat membantu untuk re-ekspansi pada alveoli menggunakan perkusi (63,2%) dan vibrasi
yang kolaps (Pryor, 1992). Peneliti lain me- (78,9%) untuk membersihkan jalan napas.
nemukan bahwa pernapasan tidal yang dang- Penggunaan perkusi dan vibrasi pada kasus
kal dan cepat dapat mencetuskan terjadinya pasca bedah merupakan hal yang tidak lazim
kolaps secara bertahap, sedang napas dalam dilakukan, karena dapat mencetuskan nyeri in-
mencapai Total Lung Capacity (TLC) dapat me- cisi dan penurunan saturasi oksigen. Oleh ka-
ngembalikan alveolus yang kolaps (Ferris & rena itu penggunaan tehnik ini tidak dianjurkan
Pollard, 1960). Dua penelitian yang dilakukan pada pasien pasca pembedahan (Gallon, 1992).
pada pasien pasca bedah abdomen atas Postural drainage juga merupakan the-
menemukan bahwa incentive spirometry efektif nik yang sering digunakan untuk member-
untuk mencegah terjadinya komplikasi paru sihkan jalan napas dalam survei ini. 70% res-
pasca operasi jika digunakan bersamaan de- ponden melaporkan menggunakan tehnik ini
ngan tehnik fisioterapi yang lain (Celli etal, pada pasca operasi, namun tidak jelas posisi
1984; Roukema et al, 1988). mana yang dipergunakan. Diasumsikan bahwa
Duduk diluar bed sebagi tehnik yang mereka tidak menggunakan posisi kepala ke-
paling sering kedua dilakukan oleh fisioterapis bawah mengingat posisi ini tidak sesuai untuk
Indonesia untuk meningkatkan volume paru beberapa kasus seperti abdominal distention
didukung oleh beberapa literatur. Pada saat dan gastro-oesophageal reflux (Pryor & Web
duduk tegak, isi abdomen turun kebawah men- ber, 1998). Relevansi penggunaan postural
jauhi diafragma karena pengaruh gravitasi dan drainage pada kasus pasca pembedaahan perlu
otot-otot inspirasi seperti intercostal dan sca- dipertanyakan jika tidak ditemukan mukus yang
leni jadi teregang. Hal ini menyebabkan otot- banyak, mengingat bahwa postural drainage

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007 111


Survei Tentang Manajemen Fisioterapi pada Pasien Pasca Bedah Torak dan Abdomen atas di Rumah Sakit Tipe A dan B di
Jawa dan Bali

effektif untuk membantu membersihkan jalan Daftar Pustaka


napas jika ditemukan mukus yang banyak Babbie, E, “Survey Research Method”, Second
(Lorin & Denning, 1971). Ed, Wadworth Publishing Company,
Hasil survei ini menunjukkan bahwa ru- California, 1990.
jukan medis sangat diperlukan dalam pem-
berian fisioterapi. Hal ini menunjukkan bahwa Celli, B., Rodrigues, K. & Snider, G, “A
fisioterapi tidak mempunyai akses secara lang- controllrd trial of intermittent positive
sung kepada pasien. Selama sistem rujukan pressure breathing, incentive spirometry
masih berlaku di Indonesia, maka variabilitas and deep breathing exercise in preventing
dalam tehnik terapi masih sangat dimung- pulmonary complications after abdominal
kinkan, mengingat bahwa keinginan dokterlah surgery”, American review of respiratory
yang menjadi penyebab dari variabilitas disease, New York, 1984.
tersebut.
Craig, D.B, “Postoperative recovery of
pulmonary function”, Anaesthesia and
Kesimpulan Analgesia, 60 (1), 1981.
Dalam survei tentang gambaran mana-
jemen fisioterapi pada pasien pasca bedah Dean, E, “Body Positioning”, In D. Frownfelter
torak dan abomen atas di rumah sakit tipe A & E.Dean (Eds.), “Principles and practice
dan B se-Jawa dan bali ini ditemukan bahwa of cardio pulmonary physical therapy “,
tehnik fisioterapi yang digunakan sangat ber- third ed, St.Louis, Mosby, 1996.
variasi. Hasil penelitian ini mengindikasikan
bahwa fisioterapis tidak memiliki akses lang- Doyle, R, “Assessing and modifying the risk of
sung pada pasien tanpa mendapatkan rujukan post operative pulmonary complications”,
dari dokter. Walaupun dalam hal jenis tehnik Chest, 115(5), 1999.
fisioterapi yang diberikan, fisioterapis hanya
mendapatkan sedikit informasi dari dokter. Ephgrave, KS, “Postoperative pneumonia: a
Diasumsikan bahwa sebagian besar fisioterapis prospective study of risk factor and
dalam praktiknya mendasarkan pada penge- morbidity”, Surgery, 114(4), 1993.
tahuan yang telah diperolehnya selama meng-
ikuti pendidikan dari pada mendasarkan pada Ferris, B. & Pollard, D, “Effect of deep and
bukti ilmiah terkini. Lebih dari separo respon- quiet breathing on pulmonary
den tidak memiliki akses terhadap hasil pene- compliance”, Journal of clinical
litian terkini. Deep breathing exercise meru- investigation, 39 (Jan), 1960.
pakan tehnik yang paling sering digunakan un-
tuk meningkatkan volume paru, kemudian di- Gallon, A, “The use of percussion”,
ikuti oleh tehnik duduk diluar bed dan ambu- Physiotherapy, 78 (2), 1992.
lasi. Penggunaan tehnik ini didukung oleh be-
berapa penelitian ilmiah yang dilakukan diluar Lorin, MI. and Denning, CR, “Evaluation of
negeri. Dalam kelompok tehnik fisioterapi un- postural drainage by meassurement o
tuk membersihkan mukus, latihan batuk efektif fsputum volume and consistency”,
merupakan tehnik yang paling sering digu- American journal of physical medicine and
nakan. Tehnik ini juga didukung oleh hasil rehabilitations, 50, 1971.
penelitian yang dilakukan di luar negeri. Na-
mun sangat mengejutkan karena banyak juga Mead, J.; Takishima, T. & Leith, D, “Stress
fisioterapis yang menggunakan vibrasi dan per- distribution in lungs: a model of
kusi, mengingat penggunaan tehnik ini tidak pulmonary elasticity”, Journal of
dianjurkan pada pasca operasi apalagi jika spu- appliedPhysiology, 28, 1970.
tumnya sangat sedikit.

112 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007


Survei Tentang Manajemen Fisioterapi pada Pasien Pasca Bedah Torak dan Abdomen atas di Rumah Sakit Tipe A dan B di
Jawa dan Bali

Menkes, H. & Traystman, J, “Collateral after upper abdominal surgery in patients


ventilation”, American review of with non-compromised pulmonary status”,
respiratory disease, 116, 1977. Archieves of surgery, 123(1), 1988.

Nunn, J, “Effect of anaesthesia on respiration”, Tucker, B etal,“The Physiotherapy


British Journal of Anaesthesia, 65, 1990. management of patients undergoing
coronary artery surgery: a qustionnaire
Pryor, J, “Mucocilliary clearance”, In E. Ellis & survey”, Australian journal of
J. Alison (Eds), “Key issues in Physiotherapy, 42(2), 1996.
Cardiorespiratory Physiotherapy”, (pp.
105-130, Butterworth-Heinemann, Webber, BA. & Pryor, JA, “Physiotherapy skills:
Sydney, 1992. technique and adjucts”, In BA Webber and
JA Pryor (Eds), “Physiotherapy for
Roos, J. and Dean, E, “Body Positioning”, In respiratory and cardiac problems”,
C.C. Zadai (Ed.), “Pulmonary management (pp.113-172), Churchil Livingstones,
in physical therapy”, Churchill London, 1993.
Livingstones, New York, 1992.
Wahba, R, “Perioperative functional residual
Roukema, J., Carol, E. & Prins, J, “The capacity”, Canadian journal of
preventions of pulmonary complications Anaesthesia, 38(3), 1991.

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007 113

You might also like