Professional Documents
Culture Documents
Morbili Ika
Morbili Ika
Laporan Kasus
MORBILI
Disusun untuk melengkapi tugas Program Internship Dokter Indonesia di Rumah Sakit
Oleh
dr. Siska Wulandari
Pembimbing
Dr. Donna Alfina, Sp.PD
KATA PENGANTAR
Wassalamua’laikum Wr.Wb
Pekanbaru,
Penulis
4
DAFTAR ISI
KESIMPULAN ..................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
Campak atau morbili atau rubeola merupakan infeksi yang umum terjadi pada
anak dan menyebar melalui droplet. Morbili merupakan salah satu penyebab kematian
pada anak-anak meskipun telah ditemukan vaksin terhadap virus campak Penyakit ini
kematian,dengan penurunan jumlah kematian sebesar 75% dari 544.400 pada tahun
2000 menjadi 145.700 pada tahun 2013. Sebelum era vaksinasi, lebih dari 90% anak
cakupan vaksinasi campak sebesar 93,4% dan terdapat kasus campak sebesar 21.893
kasus dengan Sembilan kasus meninggal. Morbili disebabkan oleh virus campak
yang termasuk golongan paramyxovirus yang berada di dalam secret nasofaring dan di
dalam darah. Faktor resiko yang mendukung terjadinya infeksi virus morbili adalah
Morbili memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang masing-
masing memiliki ciri khusus 6-8 Stadium prodormal berlangsung kira-kira 4-5 hari
dengan gejala demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Stadium
erupsi yang berlangsung 4-7 hari setelah stadium prodormal ditandai dengan timbulnya
bercak koplik dan ruam mulai muncul dari belakang telinga menyebar ke wajah,
badan, lengan dan kaki. Stadium konvalensi atau stadium akhir ditandai dengan erupsi
6
yang mulai menghilang. Kematian yang terjadi pada morbili terkait dengan komplikasi
yang terjadi. Sekitar 30% komplikasi dengan jumlah yang lebih banyak terjadi
pada anak usia di bawah lima tahun. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain
pneumonia, infeksi telinga, diare dan ensefalitis. Dengan pemberian vaksinasi campak
pada anak dapat mengurangi jumlah kematian. Vaksin campak dianjurkan untuk
diberikan melalui dua dosis karena sekitar 15% anak gagal mendapatkan imunitas
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS KORBAN
Nama : Tn. A R
Usia : 20 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
ANAMNESIS
Sudah 5 hari pasien demam tinngi SMRS, demam di rasakan terus menerus dan
kadang menggil. Pasien juga mengeluhkan batuk kering dan di sertai pilek namun
tidak di sertai sesak. Sebelum SMRS pasien di ba pergi berobat ke klinik dan
diberikan obat penurun panas dan batuk namun keluhan pasien tidak berkurang. Pasien
juga mengeluhkan nyeri dan gatal pada tenggorokan serta muncul bercak-bercak
kemerahan di wajah, leher, dada samapi tangan dan kaki. Orang tua pasien mengaku
pertama kali muncul di wajah dan menjalar ke leher dada dan semakin lama bercak
kemerahan semakin meluas.bercak tidak bersisik, tidak menonjol, dan tidak terasa
8
panas ataupun gatal. Mata terlihat kemerahan dan berair nafsu makan berkurang. Mual
(+) muntah (-), mimisan(-) gusi berdarah di sangkal. BAB BAK dalam batas normal.
Riwayat penyakit terdahulu: Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini
sebelum nya.
Thorax :
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-/-).
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Auskultasi : S1 S2 regular, bising jantung (-).
Abdomen :
Inspeksi : Datar, tampak makulopapular batas tidak tegas tersebar di
kulit sekitar abdomen, tidak ada jejas atau luka.
Palpasi : Supel
Auskultasi : BU (+) normal.
Ektremitas : Akral hangat, oedem (-/-), tampak macula tersebar banyak di
kaki serta tangan pasien
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah rutin
PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
Darah rutin (24 maret 2018)
- Hemoglobin : 12,7 gr/dl
- Leukosit : 4000 /mm3
- Trombosit : 124.000 /mm3
- Hematokrit : 42,7 %
10
2. Rongent thorax
II. DIAGNOSA
o Observasi febris ec Morbili
dd/ - Dengue
- Rubella
III. RENCANA TERAPI
- IVFD RL 40 gtt/i
- Paracetamol 3x1
O: S : Compos Mentis
TD :110/60 mmHg
N : 94 x/mnt
RR : 18 x/mnt
11
T : 39,2°C
A : observasi febris
O:
S : Compos Mentis
TD :120/60 mmHg
N : 92 x/mnt
RR : 18 x/mnt
T : 38,1°C
A : hypereksia ec morbili
• IVFD RL 30 ggt/i
• inf paracetamol 1000 mg 3x1 fls
• inj. Ranitidine 2x 25 mg
• codein 3x1 tablet
• Cetirizine 2x1
T : 36,0oC
A : hyperpireksia ec morbili
• IVFD RL 30 ggt/i
• inf paracetamol 1000 mg 3x1 fls
• inj. Ranitidine 2x 25 mg
• codein 3x1 tablet
• cetirizine 2x1
• IVFD RL 30 ggt/i
• inf paracetamol 1000 mg 3x1 fls
• inj. Ranitidine 2x 25 mg
• codein 3x1 tablet
• cetirizine 2x1
• acc BLPL
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
anak-anak dan disebabkan oleh virus (WHO, 2004). Virus penyebab penyakit campak
3.2 EPIDEMIOLOGI
Campak merupakan penyakit yang ada diseluruh negara di dunia ini. Campak
dikenal sebagai penyakit yang infeksius sejak 150 juta tahun yang lalu, pada tahun
penyakit campak merupakan penyakit menular dengan masa inkubasi kurang lebih 2
minggu dan setelah infeksi setiap penderitanya akan memiliki kekebalan seumur
hidupnya (WHO, 1999). Pada daerah beriklim sedang penyakit campak biasanya
muncul pada musim semi dan akhir musim dingin sedangkan di daerah yang beriklim
tropis campak lebih banyak terjadi pada musim panas. Campak merupakan penyakit
endemis di daerah metropolitan dan kemungkinan periode untuk terjadi Kejadian Luar
Biasa (KLB) umumnya antara 2-3 tahun, sedangkan pada daerah yang terpencil
interval antar KLB (honeymoon period) umumnya lebih panjang, namun daerah yang
Pada tahun 2009 di Indonesia dilaporkan terdapat 18.055 kasus campak dengan
angka insiden sebesar 0,77 per 10.000 penduduk. Tiga Provinsi dengan Insident Rate
(IR) tertinggi adalah Riau (3,52/10.000 penduduk, Sumatera Barat 2/10.000 penduduk
dan Kalimantan Selatan 1,98 per 10.000 penduduk). Selama periode Januari sampai
14
dengan Desember 2009 di Indonesia telah terjadi 96 kali KLB campak, 2.770
penderita ditemukan saat KLB dengan kematian 42 orang (1,52%). Kelompok umur
tertinggi yang menderita campak adalah umur 5-9 tahun yaitu sebesar 5.698 orang
sedangkan yang paling rendah adalah usia <1 tahun sebanyak 1.890 orang
(Depkes,2009).
3.3 ETIOLOGI
Penyakit campak disebabkan oleh measles virus (MV), genus virus morbili
famili Paramyxoviridae (RNA), jenis morbilivirus yang mudah mati karena panas,
cahaya, ether dan trypsin (Depkes, 2008). Virus akan menjadi tidak aktif pada suhu
37ºC, pH asam atau bila dimasukkan dalam lemari es selama beberapa jam. Dengan
pembekuan lambat maka infeksifitasnya akan hilang. Selama masa prodromal, virus
dapat ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih. Virus campak
hanya dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan hanya dapat aktif pada suhu
Secara umum gejala atau tanda-tanda campak menurut Depkes (2008) adalah:
a. Panas badan biasanya ±38ºC selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu gejala
b. Gejala yang khas adalah adanya koplik’s spot atau bercak putih keabuan dengan
c. Bercak kemerahan/rash yang dimulai dari belakang telinga pada tubuh berbentuk
makulo papular selama tiga hari atau lebih, dalam 4-7 hari akan menyebar keseluruh
tubuh.
campak agak sulit untuk dideteksi, namun pada umumnya manifestasi klinik penyakit
campak terdiri dari tiga fase stadium yaitu fase prodromal, fase erupsi / paraxysmal
dan fase convalescen. Periode sejak terjadinya infeksi sampai munculnya gejala
aureus, atau Streptococcus grup A. Pasien dengan gangguan imunitas seluler (cell
yang umumnya berakibat fatal. Anergi yang berkaitan dengan campak dapat
komplikasi yang jarang terjadi Ensefalomielitis terjadi pada 1-2 per 1000 kasus dan
umumnya timbul 2-5 hari setelah terjadinya ruam. Ensefalitis dini mungkin terjadi
karena infeksi langsung virus pada otak, sedangkan ensefalitis yang timbul kemudian
merupakan komplikasi neurologis lambat yang terjadi pada infeksi campak yang
progresif, dan disusul dengan kematian. SSPE diperkirakan terjadi pada 1 : 1.000.000
kasus campak, rata-rata 8-10 tahun setelah terjadinya campak. Belum ada terapi yang
3.6 PENCEGAHAN
direkomendasikan sebagai vaksin MMR untuk anak berusia 12-15 bulan dan 4-6
tahun. Vaksin measles, mumps, rubella, and varicella (MMRV), vaksin MMR yang
dikombinasi dengan vaksin varisela, merupakan vaksin alternatif yang dapat diberikan
pada anak usia 12 bulan – 12 tahun. Dosis kedua MMR bukan merupakan dosis
penguat (booster) tetapi ditujukan untuk mengurangi angka kegagalan vaksin yang
telah diberikan pertama kali, yaitu sebesar 5%. Kontraindikasi pemberian vaksin
infeksi HIV berat, leukimia, limfoma, terapi kanker, atau pemberian terapi
atau pernah menerima immunoglobulin (dalam jangka waktu 3-11 bulan, tergantung
dosis yang diberikan). Vaksinasi MMR direkomendasikan untuk pasien HIV yang
tidak memiliki gejala imunosupresi berat (total CD4 T limfosit yang rendah sesuai usia
atau kadar CD4 T limfosit yang rendah dibandingkan limfosit total), pasien kanker
anak yang sedang dalam masa remisi yang tidak menerima kemoterapi dalam waktu 3
bulan, anak yang tidak sedang dalam pengobatan terapi imunosupresan kortikosteroid
18
campak harus menerima profilaksis pasca pajanan dengan vaksin campak dalam waktu
3.7 PENATALAKSANAAN
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak harus diberikan cukup
antipiretik antitusif, ekspektoran dan antikonvulsan bila diperlukan. Pada kasus ini
cairan yang dibutuhkan adalah cairan maintenance yang fungsinya adalah untuk
menggantikan air yang hilang lewat urine, tinja,paru, dan kulit. Karena cairan yang
keluar sedikit sekali mengandung elektrolit, maka cairan pengganti terbaik adalah
cairan hipotonik. Pemberian antibiotic dapat dilakukan jika ada indikasi infeksi
sekunder. Selain itu pemberian antibiotic sebagai profilaksis dari infeksi sekunder
berupa ceftriaxone dapat digunakan pada infeksi saluran nafas dan dengan dosis 50-75
KESIMPULAN
Studi kasus dilakukan pada anak perempuan usia 20 tahun. Pada anamnesa, pasien
datang ke RSBHY dengan keluhan timbul bintik- bintik merah mulai pada wajah dan
menyebar ke leher, dada dan seluruh tubuh. Ibu pasien mengatakan di mulut anaknya
i`tu, mata dan bibir anaknya tampak berwarna merah sekali dan berair. Sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami demam. Demam terus menerus
meningkat namun tidak menggigil maupun kejang. Selain itu pasien mengalami gejala
batuk berdahak, dahak kental berwarna putih tanpa bau disertai pilek tanpa disertai
sesak napas. Gejala dan tand`a tersebut adalah gejala yang timbul pada saat pasien
berada dalam masa prodromal yang umumnya timbul antara 4-5 hari dan ditandai
dengan demam 38,4–40,6ºC, timbul gejala koriza yaitu batuk pilek, konjungtivitis, dan
bercak koplik berwarna putih disekitar mulut. Demam sangat tinggi disaat ruam
merata dan menurun dengan cepat setelah 2-3 hari timbulnya erupsi. Sedangkan,
bercak Koplik timbul 2 hari sebelum dan sesudah erupsi kulit, terletak pada mukosa
bukal posterior berhadapan dengan geraham bawah, berupa papul warna putih atau
ekspektoran dan antikonvulsan bila diperlukan. Pada kasus ini cairan yang dibutuhkan
adalah cairan maintenance yang fungsinya adalah untuk menggantikan air yang hilang
lewat urine, tinja,paru, dan kulit. Karena cairan yang keluar sedikit sekali mengandung
elektrolit, maka cairan pengganti terbaik adalah cairan hipotonik. Pemberian antibiotic
20
dapat dilakukan jika ada indikasi infeksi sekunder. Selain itu pemberian antibiotic
sebagai profilaksis dari infeksi sekunder tidak bermanfaat dan tidak dianjurkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
http//www.cdc.gov/measles.
83:441–8.
WHO. (2012). Global measles and rubella strategic plan: 2012–2020. 2012.