Response Rice Mutant Insertion Growth in The Low Nitrogen Conditions

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Lahan Suboptimal

ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id)


Vol. 6, No.1: 46-55 April 2017

Respon Pertumbuhan Padi Mutan Insersi pada Kondisi Nitrogen Rendah

Response Rice Mutant Insertion Growth in the Low Nitrogen Conditions

Ade Nena Nurhasanah1*) dan Satya Nugroho1


1
Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
*)
Jl. Raya Bogor KM 46 Cibinong Bogor 16911
Telp. 021-8754587 Faks. 021-8754588
email: ade_nena@yahoo.com

ABSTRACT

Nitrogen is an essential fertilizer for growing rice because N needed higher than other
nutrients. Therefore, many farmers apply a large amount of nitrogen fertilizer to obtain
high production. Unfortunately, the plant not utilized much and only 50-60 % of the total N
was applied which able to used. It would be lost through a combination of leaching, surface
run-off, denitrification, volatilization and microbial consumption. Thus, the large amount
N fertilizer application increase input cost and damage the environment. To build
sustainable agriculture, the screening of varieties or mutant which is capable of using N
efficiently is necessary. In addition, knowledge of N regulation and mechanisms in plants
needs to be exploited for efficient plant development in the use of N. This study aims to
look at the response of mutant rice plants in the low N conditions and obtain mutant rice
plant candidates which is efficiently in using N. Seventen mutan insertion and Niponbare
as wildtype are used in this experiment. Rice mutant plants were grown hydroponically in
Yoshida solution with different N concentration. Under normal conditions the N
concentration was 1.14 mM/L and in the low N concentration was about 0.114 mM./L.
Parameters was measured in this study were plant height, root length and dry weight. The
results showed that plant height mutant insertion wasnot influenced by N concentration in
nutrient solution. Meanwhile root lenght and dry weight plant parameter are affected by N
consentration. There are mutant insertion plant that have potential and the optimum growth
ability at low N concentration, especially B101. Validation on that mutants will be done in
the next research.
Keys word: mutant, Nitrogen, Niponbare, Rice, Yoshida

ABSTRAK

Nitrogen merupakan pupuk esensial untuk pertumbuhan tanaman padi karena tanaman
membutuhkan N lebih tinggi dibandingkan dengan unsur hara lainnya. Banyak petani yang
memberikan pupuk N ebih banyak untuk memperoleh hasil yang tinggi. Sementara
tanaman hanya mampu menyerap hanya sekitar 50-60% dari pupuk yang diaplikasikan
selebihnya terbawa air irigasi, hilang oleh proses denitrifikasi dan volatilisasi serta
dikonsumsi oleh mikroba. Pemupukan yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
biaya produksi dan merusak lingkungan. Untuk membangun pertanian yang berkelanjutan
maka penapisan varietas atau galur yang mampu menggunakan N secara efisien perlu
dilakukan. Selain itu, pengetahuan mengenai regulasi dan mekanisme N dalam tanaman
perlu dieksploitasi untuk pengembangan tanaman yang efisien dalam penggunaan N.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat respon tanaman padi mutan insersi dalam
konsentrasi N rendah dan memperoleh kandidat tanaman padi mutan insersi yang mampu
47 Nurhasanah et al.: Respon Pertumbuhan Padi Mutan Insersi

menggunakan N secara efisien. Tujuh belas tanaman padi mutan insersi dan Niponbare
selaku galur murni (wildtype) digunakan pada percobaan ini. Padi mutan insersi ditanam
secara hidroponik dalam larutan yoshida dengan konsentrasi N yang berbeda dan 17
tanaman padi mutan serta 1 wildtype, yaitu Nipponbare. Pada kondisi normal konsentrasi
N yang digunakan adalah 1,14 mM/L dan N rendah sebesar 0,114 mM/L. Parameter yang
diukur pada penelitian ini adalah tinggi tanaman, panjang akar dan berat kering tanaman.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tinggi tanaman pada tanaman mutan insersi tidak
dipengaruhi oleh konsentrasi N pada larutan hara. Sedangkan untuk parameter panjang
akar dan berat kering tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi N pada larutan hara. Terdapat
beberapa mutan insersi yang potensial dan mampu tumbuh pada konsentrasi N rendah,
terutama B101. Validasi pada tanaman mutan insersi potensial tersebut akan dilakukan
pada penelitian selanjutnya.
Kata kunci: mutan, Nitrogen, Niponbare, Rice, Yoshida

PENDAHULUAN proses denitrifikasi dan volatilisasi serta


digunakan oleh mikroba. Jadi penggunaan
Padi merupakan tanaman budidaya pupuk yang berlebihan dapat menyebabkan
penting di dunia khususnya Asia. Sebagian kerusakan lingkungan (Duan et al., 2007)
besar penduduk di Asia menjadikan beras dan peningkatan biaya produksi. Oleh
sebagai sumber nutrisi dan energi utama, karena itu penggunaan tanaman padi yang
termasuk di Indonesia. Pada 2011 tingkat mampu menggunakan nitrogen secara
konsumsi beras penduduk Indonesia efisien sangat diperlukan dalam
mencapai 139 kg per kapita (BPS, 2011) mendukung pertanian yang berkelanjutan.
dan tingkat konsumsi ini lebih tinggi Pencarian tanaman padi yang efisien
dibandingkan dengan Malaysia dan dalam penggunaan N perlu dilakukan
Thailand. Upaya diversifikasi pangan pun untuk mendukung pengembangan tanaman
belum berhasil dilakukan karena kebutuhan padi unggul yang efisien dalam
beras semakin meningkat seiring dengan penggunaan N sehingga tidak
peningkatan jumlah penduduk dan pola menimbulkan kerusakan terhadap
konsumsi pangan yang cenderung pada lingkungan. Selain itu, pengetahuan
pola tunggal, yaitu beras (BKP, 2015). mengenai regulasi dan mekanisme N dalam
Sementara itu terjadi penurunan produksi tanaman perlu dikaji lebih dalam agar
padi akibat berkurangnya lahan subur, pengembangan tanaman padi yang efisien
perubahan iklim dan berkurangnya air dalam penggunaan N dapat tercapai.
irigasi. Salah satu upaya yang biasa Proses Nitrogen Use Eficiency
dilakukan untuk peningkatan produksi (NUE) terdapat pada dua fase siklus
pertanian adalah peningkatan input tanaman : pertama, efisiensi dalam
pertanian terutama pupuk. asimilasi meliputi penyerapan N dan
Nitrogen merupakan salah satu asimilasi N. Proses ini terjadi pada fase
pupuk esensial untuk peningkatan produksi vegetatif atau saat pembentukan biomasa.
padi karena merupakan sumber hara yang Pada fase ini N diserap dalam jumlah
memberi dampak nyata terhadap banyak, disimpan dan diasimialsi menjadi
pertumbuhan dan produksi tanaman padi. bentuk asam amino atau senyawa lain yang
Banyak petani yang menggunakan pupuk dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan.
nitrogen ini secara berlebihan agar Pada tanaman padi biasanya fase ini
produksi padi meningkat (Endrizal dan membutuhkan N untuk meningkatkan
Julistia, 2004). Namun, penyerapan pertumbuhan dan jumlah anakan sehingga
nitrogen oleh tanaman hanya 50-60% dari berdampak pada jumlah potensial malai
pupuk yang digunakan. Sisa pemupukan ini yang akan menghasilkan benih. Kedua,
akan terbawa oleh air irigasi, hilang dalam efisiensi dalam penggunaan N yang
Jurnal Lahan Suboptimal, 6(1) April 2017 48

melibatkan proses remobilisasi N dari daun yoshida. Adapun perlakuan pada percobaan
ke batang sebagai sumber persediaan asam ini adalah larutan yoshida dengan
amino pada saat pembungaan dan konsentrasi nitrogen (N) normal dan
pengisian benih (Kant et al. 2011). konsentrasi nitrogen (N) rendah. Sumber
Menurut Shie et al. (2009) mengatakan nitrogen yang digunakan adalah NH4NO3
bahwa NUE ini dapat diartikan sebagai dan konsentrasi nitrogen untuk kondisi N
rasio hasil produksi dengan suplai N yang normal sebesar 1,14 mM/L sedangkan
terdiri dari penyerapan N secara efisien dan untuk kondisi N rendah konsentrasinya
proses fisiologis tanaman dalam 0,114 mM/L.
menggunakan N secara efisien. Benih mutan insersi dikecambahkan
Tanaman padi yang mengalami dalam petridish yang telah diberi tisu atau
kekurangan nitrogen pada fase vegetatif kertas saring. Kemudian ditambah air
akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil untuk mempermudah benih berkecambah.
dan jumlah anakan yang terbentuk Setelah benih berkecambah sekitar 5-7
sangatlah sedikit. Beberapa proses hari, kecambah dipindahkan ke dalam bak
fisiologis yang terkait dengan NUE sudah yang berisi larutan yoshida dengan
dikarakterisasi dengan baik dan gen yang konsentrasi N normal selama 14 hari.
terlibat dalam proses tersebut sudah Selanjutnya tanaman diberi perlakuan
teridentifikasi. Pendekatan forward nitrogen selama 1 minggu. Pada akhir
genetics dengan menggunakan reporter percobaan dilakukan pengukuran tinggi
gene dan mutan insersi transposon AC/Ds tanaman dan panjang akar. Sementara
merupakan salah satu cara untuk untuk parameter berat kering tanaman,
mempelajari dan mengisolasi komponen pengukuran dilakukan setelah tanaman
atau gen yang terlibat dalam merespon dikeringkan dalam oven dengan suhu 60-
stres lingkungan seperti kondisi nitrogen 70 °C selama 5 hari. Tanaman yang sudah
yang rendah (Kant et al, 2011). Selain itu, dikeringkan ditimbang dengan
dari skrining mutan insersi pada perlakuan menggunakan timbangan analitik dalam
tertentu akan diperoleh kandidat mutan satuan miligram.
insersi yang toleran atau resisten terhadap Selain itu, pada penilitian ini
kondisi stress tersebut. dilakukan perhitungan prosentase reduksi
Penelitian ini bertujuan untuk untuk dari masing-masing parameter berdasarkan
melihat respon tanaman padi mutan insersi rumus :
dalam konsentrasi N rendah dan
memperoleh kandidat tanaman padi mutan
yang mampu menggunakan N secara
efisien. Prosentase reduksi ini merupakan
prosentase penyusutan bahan tanaman pada
BAHAN DAN METODE kondisi tidak menguntungkan
dibandingkan pada kondisi normal.
Penelitian dilakukan mulai Juli-
Agustus 2016 di Rumah Kaca HASIL
Laboratorium Genomik dan Perbaikan
Mutu Tanaman Pusat Penelitian Parameter yang diamati pada
Bioteknologi LIPI. Dalam percobaan ini percobaan ini meliputi: tinggi tanaman,
digunakan 17 mutan insersi transposon panjang akar dan berat kering tanaman
AC/Ds dan 1 tanaman galur murni yang dilakukan pada akhir percobaan.
(wildtype), yaitu Nipponbare. Masing- Penggunaan parameter ini karena
masing tanaman mutan insersi ditanam percobaan dilakukan pada fase persemaian.
dengan 10 ulangan. Tanaman tersebut Percobaan yang dilakukan pada fase
ditanam secara hidroponik dalam larutan persemaian merupakan percobaan awal
49 Nurhasanah et al.: Respon Pertumbuhan Padi Mutan Insersi

sehingga tanaman belum menghasilkan konsentrasi N rendah, yaitu B106.


benih dan parameter yng diukur adalah Sedangkan mutan-mutan insersi lainnya
parameter pertumbuhan tanaman. Selain menunjukan tinggi tanaman yang tidak
parameter pertumbuhan sebagai cerminan berbeda pada kedua konsentrasi N tersebut.
dari penyerapan N secara efisien oleh Niponbare yang merupakan galur
tanaman, pengukuran berat kering juga murni dari tanaman mutan insersi ini
dilakukan sebagai gambaran dari memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi
penggunaan dan asimilasi N pada tanaman. pada kondisi N normal. Rata-rata tinggi
Rata-rata parameter pengamatan tersebut tanaman Niponbare pada kondisi N normal
dapat dilihat pada tabel 1. adalah 38 cm sedangkan pada kosentrasi N
rendah adalah 33,31. Jika dibandingkan
Tinggi tanaman dengan tanaman mutan insersi maka
Berdasarkan nilai rata-rata tinggi Niponbare memiliki tinggi tanaman yang
tanaman, diperoleh 1 nomor mutan insersi rendah baik pada konsentrasi N normal
yang mampu tumbuh pada konsentrasi N maupuan N rendah. Tanaman mutan insersi
rendah, yaitu B101. Selain itu, diperoleh B101 merupakan tanaman mutan yang
juga 1 nomor mutan insersi yang memiliki mampu tumbuh pada konsentrasi N rendah
rata-rata tinggi tanaman pada konsentrasi N dan dapat diasumsikan sebagai tanaman
normal lebih tinggi dibandingkan pada yang mampu menyerap N secara efisien.

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman, panjang akar dan berat kering tanaman
Rata-Rata
Berat kering tanaman
No. Mutant Tinggi tanaman (cm) Panjang akar (cm)
(mg)
Normal N Rendah N Normal N Rendah N Normal N Rendah N
1. B78 42,31 41,55 11,85 12,74 114,42 119,64
2. B101 36,27 41,15 10,56 12,52 94,94 112,55
3. B102 35,62 36,88 11,05 12,19 114,09 115,88
4. B105 41,64 41,94 12,68 14,05 118,36 121,35
5. B106 44,29 41,99 12,41 12,34 138,32 135,11
6. B108 41,31 40,98 12,39 12,58 109,94 111,84
7. B109 40,23 40,22 11,66 13,23 121,21 120,92
8. B110 36,41 37,26 9,96 10,06 104,11 111,37
9. B114 43,07 44,12 13 12,93 143,89 146,25
10. B116 43,12 44,44 12,49 13,5 143,11 133,59
11. B118 36,99 39,02 11,81 11,68 99,067 107,82
12. B119 43,68 43,46 11,77 13,36 141,94 148,55
13. B120 42,65 43 12,87 13,03 146,13 144,24
14. B124 43,3 42,83 10,22 12,73 128,7 131,44
15. B127 43,8 42,44 12,67 13,78 144,18 131,91
16. B128 37,82 36,13 10,57 12,47 113,4 120,31
17. B129 45,04 44,08 12,13 12,5 148,04 157,86
18. NB 38 33,31 10,91 11,95 90,97 81,44

Panjang akar berbeda. Tanaman mutan insersi pada


Hasil percobaan ini menunjukan konsentrasi N rendah memiliki panjang
adanya perbedaan panjang akar tanaman akar lebih panjang dibandingkan pada
mutan insersi pada konsentrasi N yang konsentrasi N normal. Panjang akar
Jurnal Lahan Suboptimal, 6(1) April 2017 50

tanaman mutan insersi pada kondisi N baik dalam kondisi N normal maupun N
rendah berkisar antara 10- 14 cm rendah. Terdapat satu tanaman mutan
sedangkan pada kondisi N normal panjang insersi yang memiliki panjang akar paling
akar mutan insersi sekitar 9-13 cm. pendek dibandingkan dengan tanaman
Niponbare yang digunakan dalam mutan insersi lainnya ataupun Niponbare
percobaan ini memiliki panjang akar baik dalam kondisi N normal maupuan
sekitar 11,95 pada kondiri N rendah dan dalam kondisi N rendah, yaitu B110.
10,91 pdada kondisi N normal. Panjang Panjang akar tanaman mutan insersi dapat
akar Niponbare lebih rendah dibandingkan dilihat pada gambar 1.
dengan beberapa tanaman mutan insersi

Gambar 1. Panjang akar tanaman mutan insersi pada perlakuan konsentrasi nitrogen yang berbeda

Berat kering akibat kondisi lingkungan yang kurang


Rata-rata berat kering tanaman pada menguntungkan sangat sedikit
tabel 1. memperlihatkan adanya 5 mutan dibandingkan dengan kondisi normal.
insersi yang memiliki berat kering rendah Pada percobaan ini prosentase
pada konsentrasi N rendah. Sedangkan reduksi tinggi tanaman yang rendah terjadi
mutan insersi lainnya memiliki rata-rata pada 8 tanaman mutan insersi dari 17
berat kering tanaman lebih tinggi pada tanaman mutan insersi yang diuji. Terdapat
konsentrasi N rendah dibandingkan pada 1 mutan insersi yang memiliki prosentase
konsentrasi N normal. Hal ini menunjukan reduksi tinggi tanaman paling rendah
bahwa berat kering beberapa tanaman dibandingkan dengan mutan insersi yang
mutan insersi ini dipengaruhi oleh lain, yaitu B101. Prosentase reduksi tinggi
konsentrasi nitrogen dalam larutan hara. tanaman pada Niponbare selaku galur
murni (wildtype) merupakan prosentase
Prosentase Reduksi reduksi paling tinggi dibandingkan dengan
Tinggi tanaman mutan insersinya. Hal ini menunjukan
Rendahnya prosentase reduksi bahwa penyusutan tinggi tanaman
suatu tanaman menunjukan bahwa Niponbare pada kondisi N rendah
terjadinya penyusutan pada parameter dibandingkan dengan kondisi N normal
yang diukur seperti tinggi tanaman, sangat besar. Prosentase reduksi tinggi
panjang akar dan berat kering sebagai tanaman dapat dilihat pada grafik.
51 Nurhasanah et al.: Respon Pertumbuhan Padi Mutan Insersi

Grafik 1. Prosentase reduksi tinggi tanaman mutan insersi pada perlakuan konsentrasi
nitrogen

Panjang akar penyusutan panjang akar yang terjadi pada


Prosentase reduksi panjang akar kondisi N yang rendah sangat kecil atau
pada 14 mutan insersi menunjukan bahkan tidak terjadi. Dalam kondisi N
prosentase reduksi yang rendah dan 3 rendah tanaman cenderung memanjangkan
mutan insersi lainnya memiliki prosentase akarnya. Menurut Ju et al (2015) respon
reduksi yang tinggi. Sama halnya dengan tanaman serealia seperti padi dan gandum
mutan insersi, Niponbare juga memiliki pada kondisi kekurangan nutrisi adalah
prosentase reduksi panjang akar yang dengan meningkatkan panjang akar dan
rendah. Mutan insersi yang memiliki sistem perakaran untuk memperoleh nitrat
prosentase reduksi panjang akar yang primer yang tidak cukup tersedia dalam
paling rendah adalah B124 kemudian B101 media tanam Prosentase reduksi panjang
dan B128. Hal ini menunjukan bahwa akar dapat dilihat pada grafik 2.

Grafik 2. Prosentase reduksi panjang akar tanaman mutan insersi pada perlakuan
konsentrasi nitrogen

Berat kering tanaman kering tanaman mutan insersi memiliki


Berdasarkan pada grafik 3. prosentase reduksi lebih rendah
prosentase reduksi berat kering tanaman dibandingkan dengan Niponbare. Tanaman
paling tinggi adalah Niponbare. Berat mutan insersi yang memiliki prosentase
Jurnal Lahan Suboptimal, 6(1) April 2017 52

reduksi paling rendah sebesar -17% adalah kering rendah dapat diartikan bahwa
B101. Prosentase reduksi berat kering tanaman-tanaman tersebut memiliki
tanaman mutan insersi yang paling tinggi kemampuan yang baik dalam
setelah Niponbare sebesar 8% adalah mengasimilasi N dan efisien dalam
B127. Beberapa tanaman mutan insersi penggunaannya.
yang memiliki prosentase reduksi berat

Grafik 3. Prosentase reduksi berat kering tanaman mutan insersi pada perlakuan
konsentrasi nitrogen

PEMBAHASAN peningkatan proses fotosintesis


(Chaturvedi, 2005). Konsentrasi nitrogen
Perkembangan tanaman padi secara yang berbeda pada larutan hara tidak
umum terdiri dari dua fase, yaitu fase mempengaruhi pertumbuhan tinggi
vegetatif dan fase generatif. Pada fase tanaman padi mutan insersi selama awal
vegetatif, tanaman akan mengalami proses fase vegetatif sebagaimana terlihat pada
pertunasan, pembentukan daun dan anakan, tabel 1. Hal ini menunjukan bahwa
serta perpanjangan batang tanaman. sebagian besar tanaman padi mutan insersi
Selanjutnya fase generatif ditandai oleh mampu tumbuh dan berkembang baik
proses pembungaan, kemudian dalam kondisi N normal maupun N rendah.
pembentukan malai dan pengisian gabah Hasil yang sama juga diperoleh oleh
(FAPRC, 1995). Kekurangan N merupakan Nasution (2002) bahwa perbedaan takaran
kendala utama untuk pertumbuhan dan pupuk N tidak berpengaruh nyata terhadap
perkembangan tanaman baik vegetatif pertumbuhan fase vegetatif pada tanaman
maupun generatif dan menyebabkan padi, namun terdapat kecenderungan
terjadinya pengurangan hasil dan bahwa pemberian pupuk nitrogen dengan
produktifitas tanaman. (Li et al. 2016). takaran setengah (1/2) bagian akan lebih
Proses penyerapan N oleh akar baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman dipengaruh oleh faktor internal tanaman fase vegetatif daripada takaran
dan eksternal. Faktor internal meliputi pupuk nitrogen penuh.
kondisi fisiologi tanaman, genotipe Walaupun konsentrasi nitrogen
tanaman, jenis tanaman dan kebutuhan tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman
tanaman akan hara tertentu sedangkan namun terdapat 1 mutan insersi yang
faktor eksternal terdiri dari cahaya, suhu, memiliki tinggi tanaman lebih tinggi pada
air dan pH tanah (FAPRC, 1995). konsentrasi N rendah dibandingkan pada
Penyerapan N oleh tanaman padi konsentrasi N normal, yaitu B101. Hal
pada fase vegetatif digunakan untuk yang sama juga dapat dilihat pada
perluasan daun dan berakibat pada prosentase reduksi tinggi tanaman pada
53 Nurhasanah et al.: Respon Pertumbuhan Padi Mutan Insersi

grafik 1. Tanaman mutan insersi B101 daun. Kekurangan N akan mengakibatkan


tidak mengalami penyusutan untuk perluasan areal daun terhambat dan dapat
parameter tinggi tanaman begitu pula menurunkan laju fotosintesis (Chaturvedi,
dengan tanaman mutan insersi B118. 2005). Dengan demikian tanaman akan
Niponbare selaku galur murni (wildtype) mengalami penurunan fotosintat pada
dari tanaman mutan insersi justru memiliki bagian tajuk tanaman dan berat kering
prosentase reduksi tinggi tanaman yang tanaman pun akan menurun. Selain itu,
lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman salah satu mekanisme tanaman dalam
mutan insersi yang diuji. merespon rendahnya hara adalah dengan
Nitrogen merupakan salah satu merombak hasil metabolisme yang
unsur penting dan berkaitan erat dengan kompleks menjadi senyawa sederhana dan
perkembangan akar dan proses respirasi mendistribusikan kembali hara tersebut
(Raun and Jhonson, 1999). Menurut untuk pertumbuhan jaringan-jaringan
Marchsner (1995) akar akan semakin tanaman (Pratama, 2010). Proses tersebut
pendek dan volume akar akan semakin dikenal dengan resorpsi. Proses ini dapat
lebar seiring dengan bertambahnya mengakibatkan terjadinya senescens pada
persediaan nitrogen dalam media tanam. daun tua. Hal tersebut tentunya akan
Dalam konsentrasi N rendah tanaman menurunkan berat kering tanaman pada
melakukan adaptasi dengan fase persemaian. Pada penelitian Shi et al.,
memperpanjang akar dan memperdalam 2009 dengan menggunakan 2 vareitas padi
sistem perakaran sebagai upaya untuk yaitu Guidan4 (GD) sebagai tanaman yang
memperoleh hara terutama hara-hara yang memiliki tingkat NUE tinggi dan
merupakan ion yang bergerak dinamis Nanguang (NG) yang memiliki tingkat
seperti N (Yu et al. 2015). Dalam kondisi NUE rendah dihasilkan bahwa pada
normal tanaman sereal seperti padi dapat kondisi N rendah vareitas GD memiliki
memiliki panjang akar hingga 2 meter berat kering daun dan akar lebih tinggi
(Fageria and Moreira, 2011). dibandingkan dengan varietas NG.
Pada gambar 1 terlihat bahwa pada Pada percobaan ini beberapa
konsentrasi N rendah tanaman memiliki tanaman mutan insersi yang diuji memiliki
akar yang lebih panjang dibandingkan pada rata-rata berat kering tanaman yang tinggi
konsentrasi N normal. Selain itu, data pada konsentrasi N rendah. Hal ini berarti
prosentase reduksi panjang akar bahwa tanaman mutan insersi mampu
menunjukan bahwa sebagian besar menyerap dan menggunakan hara terutama
tanaman mutan insersi memiliki prosentase N lebih efisien pada konsentrasi N rendah
reduksi yang rendah. Beberapa tanaman dibanding pada konsentrasi N normal.
mutan insersi tersebut memiliki prosentase Prosentase reduksi berat kering tanaman
reduksi panjang akar yang lebih rendah mutan insersi jika dibandingksn dengan
dari Niponbare diantaranya adalah B124, Niponbare maka prosentasenya lebih
B128, B101, B119 dan B109. Tanaman rendah. Hal ini menunjukan bahwa
mutan insersi tersebut melakukan adaptasi kemampuan tanaman mutan insersi pada
pada kondisi N rendah dengan proses asimilasi N lebih tinggi
memperpanjang akar agar mampu dibandingkan dengan Niponbare. Pada
menyerap N dan hara lainnya secara grafik 3. prosentase reduksi berat kering
efisien. Berat kering tanama meliputi berat tanaman yang paling rendah dari tanaman
kering akar dan berat kering tajuk. Gardner mutan insersi adalah B101.
et al. (2001) menyatakan bahwa berat
kering tanaman mengambarkan jumlah KESIMPULAN
penyerapan unsur hara dan pemanfaatan
radiasi sinar matahari yang tersedia selama Dari hasil dan pembahasan di atas dapat
pertumbuhan oleh tajuk tanaman terutama disimpulkan bahwa:
Jurnal Lahan Suboptimal, 6(1) April 2017 54

1. Tanaman mutan insersi mampu Fageria and Moreira. 2011. The Role of
menunjukan pertumbuhan yang baik Mineral Nutrition on Root Growth
walaupun dalam konsentrasi N rendah. of Crop Plants, Advances in
Hal ini terlihat dari parameter tinggi Agronomy Vol. 110. Burlington :
tanaman yang tidak berbeda pada Academic Press. p. 251-318.
konsentrasi N rendah maupun N Fan X., Shen Q., Ma Z., Zhu H., Yin X. &
normal. Miller A.J. (2005) A comparison of
2. Respon tanaman mutan insersi dalam nitrat transport in four different rice
konsentrasi N rendah adalah dengan (Oryza sativa L.) cultivars. Science
memperpanjang akar agar mampu in China. Series C, Life Sciences
tumbuh dengan baik. 48: 897–911.
3. Terdapat tanaman mutan insersi yang FAPRC (Food Agriculture Policy Research
potensial dan mampu tumbuh dengan Center). 1995. Science of the Rice
baik pada konsentrasi N rendah, yaitu Plant, volume 2, Physiology.
tanaman mutan insersi B101. Tokyo: Nobunkyo
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L.
UCAPAN TERIMA KASIH Mithcehell, 1985. Fisiologi Tanaman
dan Budidaya. Penerjemah Herawati,
Terima kasih disampaikan kepada 1991. Universitas Indonesia Press,
Jakarta. 728 hal.
kepala Laboratorium Genomik dan
Perbaikan Mutu Tanaman yang telah Ju, C.X., Buresh R.J., Wang Z.Q., Zhang
memberi dukungan dan fasilitas untuk H, Liu L.J., Yang J.C., Zhang J.H.
melakukan penelitian ini. (2015) Root and shoot traits for rice
varieties with higher grain yield and
higher nitrogen use efficiency at
DAFTAR PUSTAKA
lower nitrogen rates application.
BPS. 2011. Kajian Konsumsi Dan Field Crop Res 175: 47–55
Cadangan Beras Nasional 2011. Kant, S., Yong-Mei Bi, S. J. Rothstein.
Badan Pusat Statistik. Jakarta. 2011. Understanding plant response
BKP. 2015. Rencana Strategis Badan to nitrogen limitation for the
Ketahanan Pangan tahun 2015- improvement of crop nitrogen use
2019. Badan Ketahanan Pangan efficiency. Journal of Experimental
Nasional Kementerian Pertanian Botany 62(4): 1499–1509.
Republik Indonesia. Li X, R Zeng and H Liao. 2016. Improving
Chaturvedi I. 2005. Effect of Nitrogen crop nutrient efficiency through
Fertilizer on Growth, Yield and root architecture modifications.
Quality of Hybrid rice (Oryza Journal of Integratif Plant Biology
sativa L.). J Eur Agric 6(4): 611- 58(3) :193-202
618. Marchsner, H. 1995. Mineral Nutrition of
Duan YH, YL Zhang, LY Ye, XR Fan, GH Higher Plant. Second Edition.
Xu, QR Shen. 2007. Responses of London. Academic Press harcout
rice cultivars with different Brace and Comapny Publisher.
nitrogen use efficiency to partial Nasution DF. 2002. Pengaruh takaran
nitrate nutrition. Ann Bot 99: pupuk N dan Waktu Terjadinya
1153–1160. Perendaman Terhadap
Endrizal, B, Julistia. 2004. Efisiensi Pertumbuhan Fase Vegetatif
penggunaan pupuk nitrogen dengan Tanaman Padi [Skripsi]. Indralaya :
penggunaan pupuk organik pada Fakultas Pertanian Universitas
tanaman padi sawah. J PPTP 7(2): Sriwijaya.
118-124. Pratama A.A. 2010. Efisiensi Penggunaan
Nitrogen pada Padi (Oryza sativa
55 Nurhasanah et al.: Respon Pertumbuhan Padi Mutan Insersi

L) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Yu P, Li X, White PJ, Li C (2015) A large


Bogor. and deep root system underlies high
Raun, W. R., dan G. V. Johnson. 1999. nitrogen-use efficiency in maize
Improving Nitrogen Use Efficiency for production. PLoS ONE
Cereal Production. Riview. 10:e0126293
Interpretation. Agron. J 91:357-
363.

You might also like