Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 164

JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

A kr ed i t asi Ju r nal Ilm iah SK No. 167/DIKTI/Kep /2007

Vo l u m e 14

Edisi Khusus Okt ober 2010

Ju r n al Keu an g an d an Per b an k an
Pr o g r am St u d i Keu an g an d an Per b an k an
ISSN: 1410-8089

Volume 14, Edisi Khusus 2010

Ketua Editor
Sugeng Haryanto, SE, MM

Editor Pelaksana
Eko Yuni Prihantono,SE.,ME.
Erni Susana, SH.,MM.
Lita Dwipasari,SE.,MM.
Sari Yuniarti,SE.,MM.
Yusaq Tomo Ardianto,SE.,MM.

Dewan Pakar (Mitra Bestari)


Prof. Djoko Wintoro, Ph.D ......................................................... (Prasetiya Mulya Business School Jakarta)
Prof. Dr. Grahita Chandrarin, Ak, M.Si. ................................................................. (Univ.Merdeka Malang)
Prof. Dr.Imam Ghozali, M.Com,Akt. ............................................................. (Univ.Diponegoro Semarang)
Prof. Kartono Liano, Ph.D. ............................................................. (Mississippi State University, MS-USA)
Prof. Dr.Sugeng Wahyudi, MM. ..................................................................... (Univ.Diponegoro Semarang)
Prof. Supramono, SE.,MBA.,DBA. .................................................. (Univ. Kristen Satya Wacana Salatiga)
Prof. Susumu Ueno, DA, MBA, DBA. ..................................................................(Konan University, Japan)
Prof. Dr. R.Wilopo, M.Si, Akt. ............................................................................... (STIE Perbanas Surabaya)
Ahmad Erani Yustika, M.Sc, Ph.D. ......................................................................... (Univ.Brawijaya Malang)
Dr. Harmono, M.Si. .................................................................................................... (Univ. Merdeka Malang)
Abdul Mongid, M.Ec. ............................................................................................... (STIE Perbanas Surabaya)
Taufik Saleh, SE,M.Si. ............................................................................................................... (Bank Indonesia)
Ri'fat Pasha, SE. ......................................................................................................................... (Bank Indonesia)

Sirkulasi dan Pemasaran


Drs. Totok Subianto, MM.
Agus Santoso

Staf Administrasi
Abdul Kadir
Agus Tukijan

Redaksi menerima sumbangan t ulisan yang relevan dengan pengembangan ilmu bidang Keuangan dan Perbank an.
Tulisan harus asli (bukan plagiat ) hasil pemikiran, penelit ian dan pendapat disert ai acuan/pust aka sebagaimana t ulisan
ilmiah, dan belum pernah dipublikasikan pada penerbit an lain.
Tulisan yang t idak dimuat dalam dua nomor penerbit an bert urut -t urut dianggap t idak memenuhi syarat d an t idak
dikembalikan.
D aftar Isi
KEUANGAN

Perubahan Kinerja Keuangan Privatisasi BUMN .................................................................................................................... 621


Kesi Widjajanti

Kinerja Indeks Saham Sektoral Bursa Efek Indonesia di Era Krisis Keuangan Global 2008 ........................................... 633
Ibnu Khajar

Konsentrasi Kepemilikan Saham, Risiko Perusahaan, Likuiditas Saham, Arus Kas, dan Nilai Perusahaan .............. 641
Parengkuan Tommy

Potensi Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada Pengusaha Binaan Universitas Merdeka Malang 652
Sunardi

Implementasi Transformasi Berbasis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah: Sebuah Gagasan Pemberdayaan Ekonomi 665
Nurhalim Sabang

Insider Ownership, Free Cash Flow, dan Profitability Ratios terhadap Dividend Payout Ratio .................................................. 674
Marnis

PERBANKAN
Persaingan Industri, Sumber Daya Perusahaan, dan Kinerja melalui Partnership Strategy pada Industri Bank
Perkreditan Rakyat ......................................................................................................................................................................... 686
Ni Nyoman Kerti Yasa

Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas melalui Pemasaran Relasional dan Kepuasan Nasabah Bank ....................... 699
I Nyoman Sutama

Analisis Kesenjangan Harapan Nasabah dengan Persepsi Penyedia Jasa atas Kualitas Pelayanan .............................. 707
Mohamad Dimyati

The Influence of Personality, Family, Human Capital of The Bank Manager .................................................................................. 718
Idayanti Nursyamsi S

Hubungan antara Bank Umum dan Microfinance dalam Alokasi Kredit pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah . 776
Christian Herdinata

Penilaian Kinerja Bank Berdasarkan Prinsip Kehati-hatian .................................................................................................. 734


Nur Ida Iriani

Rasio Keuangan CAMEL dan Prediksi Kepailitan pada Bank Umum Swasta Nasional ................................................. 745
Gunarianto
Implementasi Pembiayaan Tanpa Agunan pada Bank Syariah ............................................................................................ 758
Nur Asnawi

Faktor Makro Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Return Saham Perbankan ........................................... 768
Ardi Paminto
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus Oktober 2010, hal. 621 – 632
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

PERUBAHAN KINERJA KEUANGAN PRIVATISASI BUMN

Kesi Widjajanti
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang
Jl. Semeru Raya 4B Semarang

Abstract
This research investigates the effect of privatization the state owned government focus to evaluation the level
successful privatization related with firm finance performance. The objective of this research are measure
financial performance privatized through the compare between performance before and after privatization.
This study uses financial ratio to measure performance financial of privatization. To measure financial perfor-
mance this research use financial ratio analysis base on characteristic profitability, effectivity operation,
effectivity asset, leverage and efficiency operation. The result showed that financial performance increase after
privatization. Ratio of profitability operation (ROS) experienced increase, meanwhile efficiency operation and
decreasing debt ratio to asset. This result imply that the BUMN in Indonesian can improve financial perfor-
mance through privatization with indicate efficiency operation.
Key words : privatization, efficiency, performance, financial ratio

Privatisasi suatu badan usaha milik negara (BUMN) Motif privatisasi tidak hanya untuk merubah
di Indonesia dilakukan diantaranya adalah untuk kepemilikan saja, tetapi lebih menekankan pada
menciptakan efisiensi ekonomi serta membuka pin- pengaruh ke peningkatan efisiensi (Sheifer &Visny,
tu bagi persaingan yang sehat dalam perekono- 1994). Pendapat ini didukung oleh (Galal, Jones,
mian. BUMN yang dapat diprivatisasi adalah Tandon, & Vogelsang, 1992) dan (Meyer & Zucker,
BUMN yang berada di dalam mekanisme pasar, 1989) bahwa untuk meningkatkan optimalisasi aset
yaitu BUMN dengan kriteria: pemilikan saham perusahaan milik pemerintah, maka privatisasi da-
pemerintah minoritas, bergerak dalam bidang usa- pat dipertimbangkan sebagai strategi untuk me-
ha yang kompetitif seperti bidang properti, kon- ningkatkan efisiensi perusahaan. Pendapat yang
struksi, perkebunan, pertambangan, perdagangan, mendukung pernyataan tersebut adalah Beth
keuangan, dan investasi, serta BUMN yang meng- (1996) mengemukakan bahwa secara umum priva-
hasilkan produk dengan basis teknologi cepat tisasi dapat meningkatkan efisiensi. Yang menda-
usang (Master Plan BUMN Tahun 2002-2006). Sejak sari pendapat ini adalah teori property right yang
tahun 1990-an, BUMN-BUMN di Indonesia mulai berpandangan bahwa kepemilikan pemerintah ku-
diprivatisasi. Metode privatisasi yang paling banyak rang efisien dibandingkan kepemilikan swasta
dipilih adalah menjual saham ke publik. (Riphat, 2000). Sementara Star (1988) dan Bozeman

Korespondensi dengan Penulis:


Kesi Wid jaj an t i : Telp.+62 24 670 2757, Fax. +62 670 2272
E-m ail: kesi_w idjajant i@yahoo.com

| 621 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 621 –632

(1987) mengemukakan bahwa kepemilikan meru- aruh peran kompetisi pada performance perusaha-
pakan input yang produktif yang berfungsi meng- an. Vining & Boardman (1992) mengungkapkan
atasi risiko dan mengatur aktivitas manajerial. bahwa pada lingkungan yang kompetitif, per-
Kinerja BUMN merupakan faktor yang sa- usahaan swasta lebih efisien. Sementara Borchen-
ngat menentukan penilaian keberhasilan pengelo- ding, et al. (1982) & Milward & Parker (1983) meng-
laan BUMN. Untuk mengukur kinerja ini maka ha- ungkapkan bahwa di pasar yang kompetitif, tidak
rus dibuat perbandingan antara kinerja masa lalu ada perbedaan yang signifikan tingkat efisiensi pa-
(sebelum privatisasi) dan kinerja saat ini (pasca pri- da perusahaan swasta dan publik. Megginson &
vatisasi), sehingga akan diketahui perubahan yang Netter (2001), meneliti dari 15 studi tentang priva-
dihasilkan dari dua periode yang berbeda terse- tisasi menunjukkan hasil bahwa setelah privatisasi
but. Secara umum, ukuran dari efektivitas privati- perusahaan tersebut kinerjanya menjadi lebih baik.
sasi adalah kinerja perusahaan dan strategic com- Kinerja perusahaan umumnya digunakan
petitiveness. Mereka berpandangan bahwa kinerja sebagai konstruk untuk mengukur dampak dari
perusahaan yang diprivatisasi kinerjanya lebih baik sebuah strategi perusahaan. Kebanyakan studi
daripada perusahaan milik negara dan mereka lebih menggunakan ukuran atau parameter keuangan
competitive jika dibandingkan pada kondisi semula yang diterima secara umum untuk menggambar-
saat perusahaan tersebut dikendalikan oleh peme- kan kinerja perusahaan .Ukuran ukuran tersebut
rintah (Megginson, Nash & Van Randenborgh, 1994; bersifat sangat aggregatif yang dihasilkan melalui
Andrews & Dowling, 1998; D’Souza & Megginson, sebuah proses akuntansi. Dalam penelitian kinerja
1999) dan Sun & Tong ( 2002). Sementara pandang- operating dan financial akan dipandang sebagai
an Jensen (1987) adalah bahwa untuk menciptakan kinerja hasil akhir, yang dapat dihasilkan bila ber-
efektivitas aset diperlukan jangka panjang. Sedang- bagai proses yang mendahuluinya berkinerja baik
kan substansi peningkatan kinerja keuangan dan yang disebut sebagai kinerja proses .
operasi dalam jangka pendek. (Thompson & Wright, Beberapa penelitian empirik tentang kinerja
1995) perusahaan sebelum dan sesudah privatisasi de-
Ukuran untuk menentukan sukses tidaknya ngan menggunakan sampel 85 perusahaan dari
perusahaan selama ini banyak yang mengacu pada 28 industri dan dari berbagai negara yang meng-
ukuran financial. Perusahaan yang unggul dalam gunakan public share offering selama 1990 -1996 dila-
pandangan Hill & Jones (1998) adalah perusahaan kukan oleh Juliet D’Souza & Megginson (1999)
yang mampu menunjukkan kinerja unggul (superi- menemukan bahwa privatisasi secara signifikan
oritas) dalam bidang biaya, kualitas, inovasi, dan dapat meningkatkan kinerja (peningkatan secara
respon yang cepat tanggap terhadap konsumen. signifikan profit, sales, efisiensi operasi dan dividen
Berdasarkan penelitian terdahulu Tatiana di payout dan penurunan secara siknifikan ratio lever-
Ukraine, membuktikan bahwa privatisasi mempu- age, dan penurunan insignificant level karyawan dan
nyai dampak dapat memperbaiki kinerja perusaha- rasio investasi modal). Peneliti awal Bradley, Jarrell
an. Sementara peneliti Munari membuktikan bah- & Kim (1984) juga mengemukakan bahwa per-
wa perusahaan di Italy dan Perancis setelah privati- ubahan kepemilikan dari negara (SOEs) ke swasta
sasi terjadi peningkatan aktivitas R & D. (POEs) akan menyebabkan penurunan utang. Se-
Belum pernah ada kerangka teoritis sebe- mentara hasil penemuan penelitian Megginson, et al.
lumnya tentang pengujian secara menyeluruh dari (1994); Boubakri & Cosset (1998), dimana privatisa-
isu tersebut. Namun ada beberapa penelitian pada si dapat meningkatkan pejualan bersih dan efisiensi
perusahaan swasta dan publik yang meneliti peng- penjualan. Di Inggris, program privatisasi yang

| 622 |
Perubahan Kinerja Keuangan Privatisasi BUMN
Kesi Widjajanti

melibatkan berbagai BUMN dengan tenaga kerja rupakan salah satu motivasi perusahaan melakukan
sekitar 900.000 orang, telah menyulap kerugian ne- privatisasi. Namun terdapat perbedaan temuan
gara sekitar US$ 4,5 miliar per tahun menjadi pene- tentang kinerja perusahaan setelah dilakukan pri-
rimaan pajak sebesar US$ 3 miliar per tahun vatisasi. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa se-
(Viravan, 1992). Namun terdapat beberapa hasil telah privatisasi kinerja perusahaan tidak mening-
penelitian yang berbeda (Djankov, 1999; Eastrin, kat (Peng, 2000 dan Mandel, 2002). Sebaliknya be-
1997; dan Konings, 1999) yang menunjukkan bahwa berapa peneliti lain, seperti Megginson, et al. (1994)
tak ada indikasi sesudah privatisasi BUMN meng- menyatakan bahwa kinerja perusahaan setelah pri-
alami perbaikan kinerja. vatisasi meningkat.
Berdasarkan keputusan pemerintah No. 215 Bertitik tolak pada latar belakang, dan hasil
Tahun 1999 tentang penilaian tingkat kinerja penelitian terdahulu yang kontradiktif, Mardjana
BUMN, meliputi dua aspek penting yaitu aspek (1995) dan Iriawanto (2000) mengungkapkan bah-
kinerja korporasi dan aspek kinerja manajemen, wa masih relatif sedikit penelitian yang mengkaji
yang ditentukan oleh hasil pinilaian terhadap kinerja evalusi kinerja keuangan perusahaan yang berkait-
keuangan, kinerja operasional dan manfaatnya bagi an dengan keberhasilan privatisasi BUMN di Indo-
masyarakat. nesia maka permasalahan kinerja privatisasi mena-
Penilaian kinerja korporasi nilainya ditentu- rik untuk dianalisis. Adapun tujuan penelitian ini
kan oleh gabungan dari hasil penilaian kinerja ke- adalah untuk mengukur dampak privatisasi terha-
uangan dan kinerja operasional. Penilaian kinerja dap kinerja keuangan BUMN di Indonesia. Dam-
keuangan mencakup penilaian indikator kinerja pak kinerja tersebut diukur dengan menggunakan
keuangan, yaitu debt equity ratio,cash ratio,net work- Metode MNR. Namun karena keterbatasan data,
ing capital to total aset, inventory turn over,collection tidak semua indikator yang dipakai pada Metode
period, sales to total aset, return on equity , return on MNR untuk meneliti keberhasilan privatisasi dapat
aset dan net profit margin. Sedangkan penilaian ki- disajikan. Indikator yang digunakan dalam pene-
nerja operasional mencakup productivity growth, litian ini adalah tingkat pengembalian hasil terha-
competitiveness growth, efficiency growth, human re- dap penjualan atau return on sales (ROS), tingkat
sources development, product and business innovation, pengembalian hasil terhadap aset atau return on
serta research and development (R&D). Untuk meng- assets (ROA), tingkat pengembalian hasil terhadap
ukur kinerja ini maka harus dibuat perbandingan ekuitas atau return on equity (ROE), rasio utang ter-
antara kinerja sebelum privatisasi dan kinerja pasca hadap asset atau debt to assets (leverage) dan rasio
privatisasi, sehingga akan dapat diketahui per- efektivitas aset dalam kontribusinya terhadap pen-
ubahan yang dihasilkan dari dua periode yang ber- jualan atau output.
beda tersebut. Hasil penelitian Marwah (2000) un-
tuk kasus di Indonesia menunjukkan adanya per- METODE
bedaan penciptaan nilai pada perusahaan yang di-
privatisasi . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan BUMN yang diprivatisasi di Indone-
Perbaikan kinerja BUMN diharapkan akan
sia selama tahun 1991 sampai dengan tahun 2004.
tercapai setelah dilakukan privatisasi. Untuk meng-
Perusahaan BUMN yang di privatisasi adalah pada
ukur keberhasilan privatisasi, umumnya meng-
industri yang sektor usahanya kompetitif dan sek-
gunakan metode MNR yang diperkenalkan tiga
tor usaha dengan produk yang berteknologi cepat
peneliti privatisasi terkemuka, yaitu Megginson, et
usang.
al. (994). Perbaikan kinerja keuangan BUMN me-

| 623 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 621 –632

Metode pemilihan sampel didasarkan pada diukur dengan perubahan besarnya tingkat pe-
beberapa kriteria tertentu atau dikenal dengan pur- ngembalian hasil terhadap penjualan atau rasio
posive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian return on sales (ROS) yang terdiri dari rasio net
ini bejumlah 5 perusahaan, yakni perusahaan PT. income/sales ( NI/S) dan earning before interest and
Semen Gresik, PT.Telkom, PT. Indosat, PT. Tam- taxes/sales (EBIT/S); (2) rasio efektivitas aset di-
bang Timah dan PT. Aneka Tambang. Kriteria sam- ukur dengan perubahan 2 rasio utama, yaitu ting-
pel, yaitu pertama, BUMN yang diteliti merupakan kat pengembalian hasil terhadap aset atau return
perusahaan dengan ukuran aset besar, kedua on assets (ROA) dan tingkat pengembalian hasil ter-
BUMN yang akan diteliti harus memiliki informasi hadap ekuitas atau return on equity (ROE). Perkem-
keuangan paling tidak untuk dua tahun sebelum bangan rasio ROA diukur dengan rasio EBIT/to-
privatisasi dan dua tahun setelah privatisasi, dan tal asset dan net income/total asset. Sedangkan rasio
ketiga privatisasi yang dilakukan BUMN pada ROE diukur dengan net income/equity: (3) Perubahan
tahap awal dengan metode pelepasan saham per- kemampuan manajemen dalam menghadapi per-
dana ke publik (initial public offering/IPO). saingan diukur dengan rasio efektivitas aset dalam
Penelitian ini bertumpu pada data sekunder kontribusinya terhadap penjualan (sales/total asset,
bersumber dari laporan keuangan perusahaan, sales/fixed assets, dan sales/current assets); (4) untuk
profil dan prospektus perusahaan serta data pen- menunjukkan perkembangan rasio leverage diukur
dukung dari Kementerian BUMN Indonesia, dan dengan rasio utang terhadap aset atau debt to as-
Biro Pusat Statistik . sets (total debt/total asset); long term debt/equity dan
total equity/total leverage: (5) Perubahan rasio efisiensi
Untuk menganalisis kinerja keuangan pri-
operasi diukur dengan (net income/number of em-
vatisasi BUMN di Indonesia, digunakan metode
ployee dan sales/number of employee).
yang dikembangkan oleh Megginson, et al. (1994).
Penilaian perusahaan dimulai dari perhitungan nilai Berdasarkan data indikator-indikator dua
masing-masing variabel rasio keuangan berdasar tahun sebelum privatisasi dan dua tahun setelah
laporan keuangan per Desember dari Badan Usaha privatisasi, didapatkan rata-rata sebelum dan sete-
Milik Negara (BUMN) yang telah melakukan pri- lah privatisasi masing masing indikator untuk tiap
vatisasi dengan cara initial public offering (IPO). Peri- BUMN selanjutnya dilakukan uji statistik Z non-
ode analisis meliputi tahun-tahun sebelum dan se- parametrik Wilcoxon peringkat-bertanda (non-para-
sudah privatisasi. Selanjutnya memasukkan nilai metric wilcoxon signed-rank test).
variabel ke dalam rumus rasio keuangan untuk ma-
sing-masing tahun. Tahap berikutnya adalah me- HASIL
nentukan mean dengan cara menjumlah hasil per- Analisis Rasio Keuangan
hitungan rasio dan membagi dengan jumlah tahun
yang diteliti. Untuk mengukur kinerja perusahaan Untuk mengetahui apakah kinerja BUMN
dalam penelitian ini menggunakan indikator-indi- yang diprivatisasi, semakin efisien, efektif, dan
kator dengan klasifikasi rasio berdasar karakteris- kompetitif, serta dapat menaikkan kinerja keuang-
tiknya. an atau semakin buruk, maka dilakukan analisis
dengan melakukan pengelompokan rasio-rasio ke-
Rasio keuangan yang digunakan mengukur
uangan berdasarkan metode yang digunakan oleh
kinerja adalah sebagai berikut: untuk memberi ja-
Megginson, et al.(1994)
waban tentang seberapa efektif operasi perusahaan
dikelola sehingga menghasilkan keuntungan, Perkembangan rasio-rasio per-kelompok ra-
menggunakan (1) rasio profitabilitas operasi yang sio keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut:

| 624 |
Perubahan Kinerja Keuangan Privatisasi BUMN
Kesi Widjajanti

Perubahan Profitabilitas Operasi tahun sebelum privatisasi hanya sebesar 18%. Hal
ini dapat dijelaskan bahwa satu tahun sebelum pri-
Profitabilitas operasi dalam penelitian ini di-
vatisasi EBIT meningkat tinggi sementara penjualan
ukur dengan perubahan rasio return on sales (ROS),
relatif stabil. EBIT yang tinggi tersebut diduga ka-
yang terdiri dari rasio earning before interest and taxes
rena adanya peningkatan laba sebelum IPO.
(EBIT)/sales dan net income/sales.
Indikasi ini dapat dijelaskan pada NI/S yang
menunjukkan kecenderungan yang serupa dengan
Perubahan Rasio ROS EBIT/S. Hasil ini mendukung penelitian Meggin-
Berdasarkan hasil analisis ROS diperoleh son, et al. (1994) tentang studi yang memfokuskan
perbandingan dan perubahan rata-rata untuk rasio perbandingan kinerja keuangan sebelum dan se-
EBIT/sales dan NI/sales untuk periode 2 tahun sudah privatisasi 61 perusahaan dari 18 negara
sebelum dan 2 tahun sesudah privatisasi (IPO). Per- dan 32 industri yang melakukan privatisasi melalui
kembangan rasio ROS dapat dilihat pada Tabel 1. public sharing offerings (IPO) selama periode 1961
sampai 1990. Hasil mereka menemukan bahwa de-
ngan privatisasi akan memperbaiki kinerja, khusus-
Tabel 1. Perkembangan Profitabilitas ( Rasio ROS)
nya perusahaan menjadi lebih profitable.
Selisih Rata-rata
EBIT/S Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi (“setelah” dikurang
“sebelum”)
BUMN Tahun 2
(t-2)
Tahun 1
(t-1)
Rata-
rata
Tahun 1
(t+1)
Tahun 2
(t+2)
Rata-
rata
Perubahan Rasio Efektivitas Operasi
SGRE 18 186 102 71 34 52 (50)
ISAT 53 51 52 58 58 58 6 Efektivitas operasi diukur dengan perubahan
TLKM 26 28 27 41 27 34 7
TIMH
ANTM
7,5
12
27
10
17
11
36
37
37
31
36.5
34
19.5
23
2 rasio utama, yaitu return on assets (ROA) dan re-
Rata-rata 41.8 42.9 1.1
Selisih Rata-rata
turn on equity (ROE).
NI/S Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi (“setelah” dikurang
“sebelum”)
BUMN Tahun 2 Tahun Rata-rata Tahun 1 Tahun 2 Rata-
(t-2) 1 (t-1) (t+1) (t+2) rata Perubahan Rasio ROA
SGRE 12 130 71 48 22 35 (36)
ISAT 34 33 33.5 44 43 43.5 10
TLKM 16 20 18 30 19 24.5 6.5 Rasio ROA terdiri dari 2 rasio yaitu rasio EBIT/
TIMH 7,5 28 17.6 26 26 26 8.4
ANTM
Rata-rata
11 9 10
29.9
31 23 27
33.3
17
3.4
TA dan NI/TA. Tabel 2 menunjukkan perkem-
bangan rasio ROA untuk 5 BUMN periode 2 tahun
sebelum dan sesudah privatisasi (IPO).
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari sisi EBIT/S
terjadi perbaikan kinerja sesudah IPO kecuali ke-
Tabel 2. Perkembangan Profitabilitas (Rasio ROA)
cuali pada PT. Semen Gresik yang terlihat adanya
Selisih Rata-rata
penurunan rasio yang cukup tajam (50%) . Hasil EBIT/TA Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi (“setelah” dikurang
“sebelum”)
tersebut dapat memberi indikasi privatisasi ber- BUMN
Tahun 2 Tahun 1 Rata- Tahun Tahun 2 Rata-
(t-2) (t-1) rata 1 (t+1) (t+2) rata
dampak positif terhadap kinerja perusahaan, dima- SGRE 12 62 37 13 8 10.5 (26.5)
ISAT 53 49 51 30 25 27.5 (23,5)
na kontribusi rata-rata laba terhadap penjualan se- TLKM 8.7 9.7 9.2 12 8 10 0.8
TIMH 6.4 24.9 15.6 26 22 24 8.4
lama kurun waktu dua tahun setelah privatisasi ANTM 7 5 6 19 14 16.5 10.5
Rata-rata 23.70 17.70 (6)
melalui initial public offering (IPO) mengalami ke- Selisih Rata-rata
NI/TA Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi (“setelah” dikurang
naikan berkisar antara 6-23% dibandingkan dua “sebelum”)
Tahun 2 Tahun 1 Rata- Tahun Tahun 2 Rata-
BUMN
tahun sebelum privatisasi. Dalam kasus PT.Semen (t-2) (t-1) rata 1 (t+1) (t+2) rata
SGRE 8 43 25.5 9 5 7 (18.5)
Gresik terjadi penurunan diduga karena sangat ISAT 34 32 33 23 18 20.5 (12.5)
TLKM 5.4 6.7 6.05 8 6 7 0.95
tingginya return on sales (EBIT/S) satu tahun sebe- TIMH
ANTM
6.4
6
24.9
5
15.64
5.5
19
16
15
11
17
13.5
1.36
8
lum privatisasi yaitu mencapai 186% sementara dua Rata rata 17.14 13 (-4.14)

| 625 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 621 –632

Hasil analisis ROA diperoleh dari perban- Tabel 3 menunjukkan bahwa dari sisi ROE
dingan dan perubahan rata-rata untuk rasio EBIT/ terjadi penurunan sesudah IPO kecuali PT.Aneka
total asset untuk periode 2 tahun sebelum dan 2 Tambang. Hasil ini memberi indikasi privatisasi
tahun sesudah privatisasi (IPO) , menunjukkan ada- berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan ,
nya penurunan rasio pada PT. Semen Gresik dimana rata rata laba bersih terhadap modal sendi-
(26.5%), dan PT. Indosat (23.5%). Kenaikan rasio ri selama kurun waktu dua tahun setelah privatisa-
yang paling menonjol terlihat pada sektor pertam- si melalui IPO mengalami penurunan berkisar an-
bangan, PT. Aneka Tambang (10.5%) yang diikuti tara (0.9% ) – (24.5%) dibandingkan dua tahun
PT. Tambang Timah (8.4%). Sementara untuk rasio sebelum privatisasi. Dalam kasus PT.Aneka Tam-
NI/TA menunjukkan kecenderungan yang sama bang terjadi kenaikan diduga karena NI/E satu
dengan rasio EBIT/TA. Hasil tersebut menunjuk- tahun sesudah privatisasi mengalami peningkatan
kan bahwa ada peningkatan efektivitas pemanfaat- 100% (dari 11% satu tahun sebelum privatisasi men-
an sumber ekonomi yang ada (aset perusahaan) jadi 22 % satu tahun sesudah privatisasi). Hal ini
untuk meningkatkan laba perusahaan yang dila- dapat dijelaskan karena adanya peningkatan laba
kukan manajemen PT.Tambang Timah dan PT. yang tinggi setelah IPO, dimana terjadi
Aneka Tambang, serta PT.Telkom (sampai 2 tahun peningkatan efektivitas pemanfaatan modal sendiri
setelah IPO). Sebaliknya hasil yang lain menunjuk- (equity) untuk meningkatkan laba perusahaan yang
kan bahwa adanya penurunan efektivitas peman- dilakukan manajemen PT Aneka Tambang. Semen-
faatan sumber ekonomi yang ada (aset perusahaan) tara perusahaan yang lain justru menurun, karena
untuk meningkatkan laba perusahaan yang dila- kenaikan laba yang didapat tidak sebanding de-
kukan manajemen pada PT. Semen Gresik dan PT. ngan pemanfaatan modal sendiri (equity).
Indosat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Tabel tersebut menunjukkan bahwa tingkat terdahulu diantaranya Boycko, Shleifer, & Vishny
ROA BUMN di Indonesia sebagian setelah privati- (1993) yang mengemukakan bahwa state-owned en-
sasi hanya mampu meningkatkan berkisar antara terprises (BUMN) sering tidak menguntungkan, ka-
sebagian 0.8% sampai 10.5%. Sebaliknya sebagian rena sebagian besar penyebabnya karena mereka
mengalami penurunan berkisar antara 4.14% smpai dibebani dengan sasaran seperti maximizing employ-
26.5%. ment. Privatisasi mengarah pada manfaat profit
maximization, yang diharapkan dapat meningkat-
kan profitability. Namun juga privatisasi memung-
Perubahan Rasio ROE
kinkan menurunkan laba karena terjadinya per-
Tabel 3 menunjukkan perkembangan rasio ubahan-perubahan struktur kepemilikan yang ber-
ROE yang diukur dengan net income/equity untuk kaitan dengan perubahan manajemen.
5 BUMN periode 2 tahun sebelum dan sesudah Penelitian ini menunjukan hasil yang berbeda-
privatisasi (IPO). beda. Ada perusahaan yang mengalami peningkat-
an ROA, misalnya PT. Aneka Tambang dan PT.
Tabel 3. Perkembangan Profitabilitas (Rasio ROE) Tambang Timah sesuai penelitian terdahulu Meg-
Selisih Rata-rata ginson (1994). Namun ada perusahaan yang meng-
NI/E Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi (“setelah” dikurang
“sebelum”) alami penurunan ROA, misalnya PT. Semen Gresik
BUMN Tahun 2 Tahun 1 Rata- Tahun 1 Tahun 2 Rata-
(t-2) (t-1) rata (t+1) (t+2) rata dan Indosat, hal ini mendukung penelitian Djan-
SGRE 8 55 31.5 12 7 9.5 (22)
ISAT 45 50 47.5 26 20 23 (24,5) kov (1999), yang menunjukkan bahwa tak ada per-
TLKM 13.2 17.6 15.4 17 12 14.5 (0.9)
TIMH 12.9 40.1 26.6 23 22 22.5 (4.05) baikan kinerja sesudah privatisasi. Sementara pe-
ANTM 15 11 13 22 15.31 18.7 5.7
Rata2 26.8 17.6 (9.2) nelitian privatisasi yang dilakukan di Malaysia oleh

| 626 |
Perubahan Kinerja Keuangan Privatisasi BUMN
Kesi Widjajanti

Sun & Tong (2002) yang membandingkan kinerja lum dan 2 tahun sesudah privatisasi (IPO). Hasil
operasi dan finansial dari sampel 24 perusahaan perbandingan rasio S/TA untuk 2 tahun sebelum
sebelum dan sesudah privatisasi, mengukur bahwa dan sesudah IPO terlihat adanya penurunan rasio
terjadi perbaikan kinerja termasuk profitabilitas hampir untuk semua BUMN. Penurunan yang paling
ROS, ROA dan ROE. Hasil mereka sama dengan besar terjadi pada PT. Indosat (51%) . Hasil analisis
hasil penelitian Megginson, et al. (1994) dan rasio S/FA menunjukkan hasil yang hampir sama
D’sauza & Megginson (1999) yang membanding- dengan rasio S/TA kecuali pada PT.Aneka Tam-
kan multi country. bang yang mengalami kenaikan sebesar (25%) dan
PT.Semen Gresik sebesar (8.5%).Rasio S/CA me-
Perubahan Daya Saing Manajemen nunjukkan kenaikan pada PT Telkom (22.95%), se-
dangkan lainnya mengalami penurunan.
Perubahan kemampuan manajemen dalam
Hasil analisis rasio tersebut menunjukkan
menghadapi persaingan dengan industri sejenis
bahwa ada peningkatan efektivitas penggunaan
dalam penelitian ini diukur dengan rasio efektivi-
aset tetap dalam kontribusinya terhadap penjualan
tas aset dalam kontribusinya terhadap penjualan
yang dilakukan manajemen PT.Aneka Tambang,
(sales/total asset, sales/fixed assets dan sales/current as-
PT.Semen Gresik. Sebaliknya hasil yang lain me-
sets). Tabel 4 menunjukkan perkembangan rasio
nunjukkan adanya penurunan efektivitas penggu-
efektivitas aset untuk 5 BUMN periode 2 tahun
naan aset dalam kontribusinya terhadap penjualan
sebelum dan sesudah IPO
perusahaan yang dilakukan manajemen pada PT.
Indosat, PT.Tambang Timah.
Tabel 4. Perkembangan Rasio Efektivitas Aset BUMN Sebelum dan
Sesudah Privatisasi Hasil ini mendukung pandangan Jensen (1987)
bahwa untuk menciptakan laba dari pemanfaatan
Selisih Rata-rata
S/TA Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi (“setelah” dikurang aset tetap diperlukan jangka waktu panjang. Se-
“sebelum”)
BUMN
Tahun 2 Tahun 1 Rata- Tahun 1 Tahun 2 Rata- mentara substansi peningkatan kinerja keuangan
(t-2) (t-1) rata (t+1) (t+2) rata
SGRE 65 33 49 19 23 21 (28) dan operasi dalam jangka pendek (Thompson &
ISAT 100 97 98.5 52 43 47.5 (51)
TLKM
TIMH
33.3
85.6
34.2
89.7
33.75
87.65
29
72
30
60
29.5
66
(4.25)
(21.65)
Wright, 1995). Di samping itu ada pendapat Henry
ANTM
Rata-rata
57 50 53.5
64.48
52 46.4 49.2
42.64
(0.8)
(21.84)
(1999) bahwa investor swasta selalu berusaha me-
S/FA Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi
Selisih Rata-rata
(“setelah” dikurang
lakukan inovasi untuk membuat aset mereka lebih
“sebelum”)
BUMN Tahun 2 Tahun 1 Rata- Tahun 1 Tahun 2 Rata- produktif‘yang diharapkan dapat memaksimalkan
(t-2) (t-1) rata (t+1) (t+2) rata
SGRE 142 196 169 153 202 177.5 8.5 hasil outputnya. Perubahan rata-rata rasio dari la-
ISAT 285 265 275 204 158 181 (94)
TLKM 55.3 48.1 51.7 37 36 36.5 (15.2) ba per total aset merefleksikan produktivitas dari
TIMH 362 315 338.8 232 187 209.5 (129.3)
ANTM 72 66 69 100 88 94 25 aset. Penelitian ini juga mendukung Shleifer &
Rata-rata 180.7 139.7 (41)

S/CA Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi


Selisih Rata-rata Vishny (1994) bahwa secara empiris terdapat peng-
(“setelah” dikurang
“sebelum”) aruh negatif dari privatisasi jika diukur pada jang-
BUMN Tahun 2 Tahun 1 Rata- Tahun 1 Tahun 2 Rata-

SGRE
(t-2)
176
(t-1)
41
rata
108.5
(t+1)
43
(t+2)
105
rata
74 (34.5)
ka pendek dimana the investment might not fit the
ISAT
TLKM
213
207
234
228
223.5
218.5
90
219
105
263
97.5
241
(126)
22.95
winner’s plan, or the government might do the wrong
TIMH 140 139 139.75 127 118 122.5 (17.25)
ANTM 362 296 329 144 127 135.5 (193.5)
investment based on political concerns.
Rata-rata 203.85 134.1 (69.75)

Dari hasil analisis efektivitas aset diperoleh Perubahan Rasio Leverage


perbandingan dan perubahan rata-rata untuk rasio Tabel 5 menunjukkan perkembangan rasio
S/TA,S/FA dan S/CA untuk periode 2 tahun sebe- leverage (LTDE/E,D/TA dan TE/TL) untuk 5 BUMN
periode 2 tahun sebelum dan sesudah IPO.

| 627 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 621 –632

Tabel 5. Perkembangan Rasio Leverage Aset BUMN Sebelum Indosat, PT.Aneka Tambang. Sementara PT.Semen
dan Sesudah Privatisasi
Gresik cenderung mengalami peningkatan risiko
LTD/E Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi
Selisih Rata-rata
(“setelah” dikurang
kerugian yang ditunjukkan dengan meningkatnya
Tahun 2 Tahun 1 Rata- Tahun 1 Tahun 2 Rata-
“sebelum”)
rasio LTD/E dan D/TA. Hasil rasio TE/TL me-
BUMN
SGRE
(t-2)
1
(t-1)
-
rata
1
(t+1)
27
(t+2)
26
rata
26.5 25.5
nunjukkan bahwa adanya peningkatan jaminan ke-
ISAT 6 10 8 3 2 2.5 (5.5)
TLKM 72.9 123.3 98.1 77 83 80 (18.1)
amanan utang dari kreditur pada PT.Indosat (552.5%)
TIMH 40.9 21.2 31.05 2 1 1.5 (29.5 5)
ANTM 96 98 97 25.6 20 22.8 (74.2) dan PT.Aneka Tambang (159.5) dan PT. Telkom
Rata-rata 47.03 26.66 (20.37)
Selisih Rata-rata (265.35%). Sedangkan penurunan jaminan keaman-
D/TA Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi (“setelah” dikurang
“sebelum”) an utang dari kreditur pada PT.Semen Gresik sebe-
Tahun 2 Tahun 1 Rata- Tahun 1 Tahun 2 Rata-
BUMN
(t-2) (t-1) rata (t+1) (t+2) rata sar 365% dan PT.Tambang Timah sebesar 34.35%.
SGRE 10 21 15.5 24 28 26 10.5
ISAT
TLKM
24
58.7
22
61.8
23
60.25
11
50
10
52
10.5
51
(12.5)
(9.25)
Penelitian ini sesuai dengan temuan Meggin-
TIMH
ANTM
50.5
57
38.1
58
44.3
57.5
19
30
30
29
24.5
29.5
(19.8)
(28)
son, et al. (1994) bahwa secara signifikan tingkat
Rata-rata 40.11 28.3 (11.81)
Selisih Rata-rata
utang lebih rendah setelah privatisasi. Penelitian
TE/TL Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi (“setelah” dikurang
“sebelum”)
empiris sebelumnya pada tahun 1994 yang dilaku-
Tahun 2 Tahun 1 Rata- Tahun 1 Tahun 2 Rata-
BUMN
(t-2) (t-1) rata (t+1) (t+2) rata kan oleh Bradley, et al. menunjukkan bahwa per-
SGRE 943 370 656.5 325 257 291 (365.5)
ISAT 320 293 306.5 825 893 859 552.5 ubahan kepemilikan dari negara ke swasta akan
TLKM 70.4 61.9 66.15 425 238 331.5 265.35
TIMH 98.1 162.6 130.35 99 93 96 (34.35) menyebabkan perusahaan untuk menurunkan pro-
ANTM 76 73 74.5 229 240 234.5 159.5
Rata-rata 246.8 362.4 115.6 porsi utang dari struktur modal mereka.

Dari hasil analisis rasio leverage diperoleh per- Perubahan Efisiensi Operasi
bandingan dan perubahan rata-rata dimana untuk
rasio LTD/E terlihat adanya peningkatan rasio pa- Dari hasil analisis rasio efisiensi operasi di-
da PT. Semen Gresik (25.5%), sementara untuk peroleh perbandingan dan perubahan rata-rata un-
BUMN yang lain cenderung mengalami penurunan tuk rasio NI/NE dan S/NE untuk periode 2 tahun
rasio utang. Penurunan utang paling besar dialami sebelum dan 2 tahun sesudah privatisasi (IPO).
oleh PT. Aneka Tambang (74.2%). Tabel 6 menunjukkan perkembangan rasio efisiensi
operasi 5 BUMN.
Untuk rasio D/TA terlihat peningkatan rasio
utang terhadap total aset pada PT. Semen Gresik
(10.5%), sedangkan untuk BUMN lainnya meng- Tabel 6. Perkembangan Rasio Efesiensi Operasi BUMN Sebelum
alami penurunan. Sama seperti rasio LTD/E penu- dan Sesudah Privatisasi
runan utang paling besar dialami oleh PT. Aneka Selisih Rata-rata
Tambang (28%) diikuti PT.Tambang Timah (19.8%). NI/NE Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi (“setelah” dikurang
“sebelum”)
BUMN Tahun 2 Tahun 1 Rata- Tahun 1 Tahun 2 Rata-
Rasio TE/TL mempunyai implikasi yang ber- (t-2) (t-1) rata (t+1) (t+2) rata
SGRE 0.665 9.05 4.857 3.970 2.435 3.203 (1.654)
kebalikan dengan rasio LTD/E . Pada tabel terlihat ISAT
TLKM
13.285
1.160
14.081
1.839
13.683
1.499
20.373
3.481
22.218
2.668
21.296
2.791
7.613
1.292
bahwa ada kecenderungan peningkatan rasio TE/ TIMH
ANTM
0.420
4.049
2.106
0.515
1.263
2.282
2.803
6.655
3.183
5
2.993
5.83
1.73
4.055
TL yang dialami oleh PT.Indosat , PT.Telkom dan Rata-rata 4.72 7.22 2.5
Selisih Rata-rata
S/NE Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi (“setelah” dikurang
PT.Aneka Tambang. Sementara untuk PT.Semen “sebelum”)
Tahun 2 Tahun 1 Rata- Tahun 1 Tahun 2 Rata-
Gresik dan PT.Tambang Timah mengalami penu- BUMN
(t-2) (t-1) rata (t+1) (t+2) rata
SGRE 5.703 6.965 6.334 8.291 10.974 9.633 3.299
runan. ISAT 38.688 42.844 40.766 46.336 52.097 49.2165 8.4505
TLKM 7.114 9.363 8.239 11.754 13.684 12.719 4.48
Hasil analisis rasio tersebut menunjukkan TIMH
ANTM
5.599
35.69
7.603
5.659
6.601
20.673
10.880
21.281
12.379
21.07
11.6295
21.18
5.0285
0.507
Rata-rata 16.52 20.88 4.36
bahwa ada peningkatan risiko kerugian pada PT.

| 628 |
Perubahan Kinerja Keuangan Privatisasi BUMN
Kesi Widjajanti

Hasil perbandingan rasio NI/NE (net income ini dapat dilihat adanya peningkatan sales/number
per number of employee) dan S/NE (sales per number of employee yang meningkat secara signifikan.
per employee) untuk 2 tahun sebelum dan sesudah IPO
terlihat adanya kecenderungan peningkatan rasio.
Hal ini menunjukkan bahwa privatisasi dapat mem- PEMBAHASAN
perbaiki efisiensi operasi. Sebagaimana penelitian Kinerja BUMN secara keseluruhan setelah
empiris yang dilakukan oleh Boardman & Vining privatisasi menunjukkan peningkatan, hal ini dapat
(1989) yang menganalisis kinerja 500 perusahaan dilihat pada peningkatan indikator-indikator seba-
besar yang non US di sektor pertambangan dan gai berikut: peningkatan jaminan utang menduduki
manufaktur pada tahun 1983 yang menemukan tempat utama (TE/TL naik sebesar 115.6 %). Hal
bahwa bahwa private corporation lebih efisien diukur ini mengindikasikan bahwa pasca privatisasi rasio
dari (sales per employee) dibandingkan state own en- utang terhadap aset BUMN menurun, artinya bah-
terprises (BUMN). Demikian juga penelitian ini juga wa bertambahnya nilai utang diikuti bertambah-
mendukung penelitian terdahulu oleh Galal, Jones, nya nilai aset. Selain itu juga
Tandon, & Vogelsang (1992) melalui analisis empiris diikuti dengan peningkatan efisiensi opera-
tentang privatisasi di World Bank yang menyebut- sional (S/Number of employee 4.36%) yang berarti
kan bahwa kinerja perusahaan setelah privatisasi bahwa peningkatan penjualan disertai jumlah kar-
dari 12 perusahaan di Britain, Chile, Malaysia, dan yawan yang berkurang. Sementara tingkat pe-
Mexico efisiensinya meningkat. ngembalian pendapatan atas penjualan meningkat
Selanjutnya pengukuran dengan mengguna- rasio (ROS dengan NI/S meningkat sebesar 3.4%).
kan statistika Z non-parametrik Wilcoxon peringkat- Artinya bahwa jumlah penjualan bertambah diser-
bertanda (non parametric Wilcoxon signed-rank test) tai pendapatan yang bertambah pula.
ditunjukkan pada Tabel 7. Perhitungan hasil analisis perubahan profita-
bilitas berdasar ROS yang diukur dengan indikator
Tabel 7. Perubahan Indikator Kinerja BUMN Indonesia rasio EBIT/S dan NI/S menunjukkan peningkatan
Pascaprivatisasi setelah privatisasi. Sementara analisis perubahan
Selisih Rata-rata
profitabilitas berdasar ROA yang diukur dengan
Rata-rata Rata-rata Uji
Jumlah (“Setelah”
Indikator
Sampel
Sebelum Setelah
dikurang
Statistik Z indikator EBIT/TA dan NI/TA serta profitabilitas
Privatisasi Privatisasi Wilcoxon
“Sebelum”)
Profitabilitas
berdasar ROE yang diukur dengan indikator NI/
ROS EBIT/S
NI/S
5
5
41,8
29,9
42,9
33,3
1,1
3,4
0.674
0.674
E justru mengalami penurunan setelah privatisa-
ROA EBIT/TA
NI/TA
5
5
23,7
17,14
17,7
13
(6)
(4,14)
-0.405
-0.405
si.Untuk hasil analisis perubahan efektivitas
ROE NI/E
Efektivitas
5 26,8 17,6 (9,2) -1.214 berdasar rasio S/TA,S/FA dan S/CA, menunjuk-
S/TA
S/FA
5
5
64,48
180,7
42,64
139,7
(21,84)
(41)
-2.023*
-0.944
kan penurunan setelah privatisasi. Hal ini meng-
S/CA
Leverage
5 203,85 134,1 (69,75) -1.483 indikasikan bahwa setelah dilakukan privatisasi
LTD/E
D/TA
5
5
47,03
40,11
26,66
28,3
(20,37)
(11,81)
-1.214
-1.483
daya saing manajemen mengalami penurunan.
TE/TL
Efisiensi Operasi
5 246,8 362,4 115,6 0.674 Hasil analisis perubahan leverage berdasar rasio
NI/NE 5 4,72 7,22 2,5 1.483 LTD/E dan D/TA menunjukkan penurunan. Pe-
S/NE 5 16,52 20,88 4,36 2.023*
ningkatan jaminan keamanan utang berdasar rasio
TE/TL terjadi setelah privatisasi. Analisis kinerja
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari ke tiga be- perubahan efisiensi operasi berdasar rasio NI/Num-
las indikator yang dipakai untuk mengukur kinerja ber of employee dan S/Number of employee mengalami
BUMN hanya efisiensi operasi yang meningkat se- peningkatan sesudah privatisasi.
cara signifikan setelah privatisasi dilakukan. Hal

| 629 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 621 –632

Secara keseluruhan dengan menggunakan ke Terdapat beberapa faktor yang menyebab-


tiga belas indikator keuangan, hasil penelitian ini kan pengelolaan sebagian besar BUMN tidak efek-
menemukan bahwa privatisasi berperan dalam tif sehingga mengalami kerugian, diantaranya ku-
meningkatkan profitabilitas (ROS) dan efisiensi rang optimalnya pemanfaatan aset perusahaan, hal
operasional dan menurunkan leverage. Penemuan ini dapat dilihat pada Tabel 7, bahwa indikator
ini mendukung penelitian Megginson, et al. (1994) efektivitas aset yang menurun secara signifikan se-
yang mengemukakan bahwa privatisasi akan ber- telah privatisasi dilakukan. Hasil penelitian menun-
dampak pada peningkatan profitabilitas, efisiensi jukkan bahwa efektivitas aset yang diukur dengan
dan penurunan leverage. Namun demikian hasil pe- sales/total aktiva setelah privatisasi menurun secara
nelitian ini juga menemukan adanya penurunan signifikan.
profitabilitas (ROA dan ROE) serta efektivitas aset. Indikasi daya saing belum meningkat ditun-
Sesuai pendapat Irwanto (2006) bahwa privatisasi jukkan pada rasio penjualan terhadap aset justru
berpotensi menurunkan profitabilitas. Hasil ini turun. Hal ini bermakna bahwa bertambahnya pen-
juga mendukung Marwah (2003) yang mengemuka- jualan tetapi nilai aset tetap, atau penjualan tetap
kan bahwa daya saing BUMN masih tergolong ren- tetapi nilai aset berkurang. Pada Tabel 7 efektivitas
dah sehingga tidak memilki kemampuan untuk ber- pengelolaan aset strategis ditunjukkan pada
kompetisi pada persaingan bisnis dalam pasar do- penurunan sales/total asset (21.84%); sales /fixed asset
mestik maupun global. turun 41% dan sales/curent asset turun 69.75%.
Hasil penelitian ini memberikan penjelasan Peningkatan profitabilitas setelah privatisasi
mengapa setelah privatisasi rasio profitabilitas diindikasikan adanya efisiensi operasional yang
mengalami kenaikan tetapi belum mampu menaik- meningkat. Perubahan indikator efisiensi setelah
kan daya saingnya . Hal ini dapat dijelaskan bahwa privatisasi meningkat secara signifikan. Berkurang-
dalam jangka pendek, privatisasi belum mampu nya jumlah tenaga kerja justru dapat meningkatkan
meningkatkan efektivitas asetnya dalam meng- penjualan. Pasca privatisasi kemampuan tenaga ker-
hasilkan penjualan dan keuntungan. Jumlah dana ja dalam menghasilkan penjualan semakin baik. Ini
yang diinvestasikan untuk perluasan kapasitas pro- berarti bahwa privatisasi mendorong peningkatan
duksi, pembenahan jaringan pemasaran, pengem- produktivitas dalam memberikan sumbangan
bangan dan penyempurnaan infrastruktur, dimana terhadap peningkatan keuntungan. Jika produkti-
dalam jangka pendek belum dapat menghasilkan vitas tenaga kerja tinggi maka biaya operasi per-
manfaat maupun keuntungan. Untuk dapat ber- usahaan dapat diturunkan. Biaya operasi perusaha-
tahan di lingkungan yang lebih kompetitif, dilaku- an akan mempengaruhi tingkat profit. Dengan ber-
kan reformasi BUMN dengan merubah misi per- kurangnya biaya operasional akhirnya dapat
usahaan ke arah orientasi pasar. BUMN akan men- meningkatkan laba perusahaan. Sebagaimana
jadi perusahaan baru yang dituntut selalu melaku- ditunjukkan pada hasil penelitian ini bahwa ratio
kan inovasi baru untuk meningkatkan pelayanan return on sales (ROS) mengalami peningkatan.
pelanggan. Untuk dapat mewujudkan inovasi baru
tersebut dibutuhkan investasi besar yang konse-
KESIMPULAN DAN SARAN
kuensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya
operasi yang sangat tinggi, baik yang berkaitan Kesimpulan
dengan pembelanjaan perusahaan maupun yang Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
berkaitan dengan pengeluaran untuk investasi dampak privatisasi terhadap kinerja keuangan
jangka panjang. BUMN di Indonesia. Dampak kinerja tersebut di-

| 630 |
Perubahan Kinerja Keuangan Privatisasi BUMN
Kesi Widjajanti

ukur dengan menggunakan Metode MNR. Secara an umum pada perusahaan BUMN, hendaknya
keseluruhan dari lima BUMN yang diteliti yaitu perusahaan meningkatkan keunggulan daya saing.
(PT.Semen Gresik, PT.Telkom, PT. Indosat, PT. Keunggulan daya saing meningkat ditandai ada-
Timah, dan PT. Antam) memiliki kinerja keuangan nya pengurangan biaya operasional dan adanya
yang lebih baik pasca privatisasi, dengan perincian pengelolaan aset yang optimal. Keunggulan daya
sebagai berikut: profitabilitas operasi (ROS) dan saing ini akan terwujud jika didukung adanya akses
efisiensi operasi naik, dan rasio utang terhadap finansial yang besar untuk pengembangan usaha
aset menurun. perusahaan yang mendorong peningkatan volume
Satu-satunya indikator kinerja yang mening- penjualan.
kat secara signifikan pasca privatisasi adalah efi- Hasil penelitian ini memberikan sumbangan
siensi operasi yang dilihat pada peningkatan sales pemikiran bagi pemerintah pada kebijakan privati-
per number of employee secara signifikan.Walaupun sasi dalam meningkatkan kinerja keuangan BUMN
privatisasi dapat meningkatkan kinerja keuangan yang berbasis efisiensi berdasar justifikasi karakter-
yang diindikasikan adanya peningkatan profitabi- istik rasio keuangan perusahaan. Hasil penelitian
litas operasi, efisiensi operasi dan turunnya lever- ini dapat memberikan penjelasan yang lebih baik
age namun setelah privatisasi perusahaan belum dan spesifik tentang keberhasilan privatisasi dalam
mampu meningkatkan daya saingnya yang diindi- memecahkan masalah berdasar fenomena yang ter-
kasikan adanya penurunan efektivitas operasi kait dengan tingkat daya saing dan kinerja keuang-
(ROA dan ROE) serta efektivitas aset dalam kontri- an perusahaan privatisasi BUMN di Indonesia. Untuk
businya terhadap penjualan. Penurunan efektivitas dapat meningkatkan posisi kompetitifnya diper-
aset pasca privatisasi ditunjukkan pada rasio sales lukan pembenahan BUMN agar dapat memberda-
per total aktiva yang menurun secara signifikan. Se- yakan aset perusahaan sebagai sumber keunggulan
dangkan peningkatan profitabilitas perusahaan sa-
ngat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan da-
lam memperoleh penjualan dengan biaya serendah-
rendahnya atau dengan arti lain bahwa profitabili- DAFTAR PUSTAKA
tas pasca privatisasi meningkat, karena perusahaan
mampu meningkatkan efisiensinya dengan meng- Abeng, T. 2003. Badan Usaha Milik Negara: Privatisasi,
urangi jumlah tenaga kerja dan biaya biaya operasi Tantangan dan Harapan. Konggres XV Ikatan
lainnya. Sarjana Ekonomi Indonesia. Batu Malang.

Penurunan leverage pada perusahaan privati- Bradley, M., Jarrel, G., & Kim, E.H. 1984, On The Existence
sasi menandai adanya peran privatisasi yang dapat of An Optimal Capital Structure: Theory and
menurunkan biaya. Hasil ini memberikan signal Evidence. Journal of Finance, Vol.39, pp.857-878.
bahwa privatisasi dapat menghasilkan peningkatan Boardman & Vining, A.R. 1989. Ownership and
efisiensi operasional perusahaan. Peningkatan Performance in Competitive Environments : A
efisensi akan menstimulasi peningkatan daya saing, Comparison of The Performance of Private, Mixed,
and State-owned Enterprises. Journal of Law and
karena dapat memberikan harga lebih murah pada Economics, Vol.32, pp.1-33.
konsumen.
D’Souza, J. & Megginson, W. L. 1999. The Financial and
Operating Performance of Privatized Firms During
Saran the 1990. The Journal of Finance, Vol. LIV, No.4.
Implikasi penelitian ini adalah untuk dapat
meningkatkan efisiensi yang menjadi permasalah-

| 631 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 621 –632

D’Souza, J. 2001. Determinants of Performance International Empirical Analysis. The Journal of


Improvements in Privatized Firms: The Role of Finance, Vol. XLIX, No.2.
Restructuring and Corporate Governance. AFA
2001 New Orleans. Megginson, W. L. & Netter, J.M, 2001. From State to Market:
A Survey of Empirical Studies on Privatization.
D’Souza, J., & Megginson, W. L. 1999. The Financial and Journal of Economic Literature, Vol. XXXIX (June)
Operating Performance of Privatized Firms During pp.321-389
the 1990s. Journal of Finance, Vol.54, pp.1397-1438.
Na’im, A. 1999. Bagaimana Manajemen Badan Usaha
Firmanzah. 2003. Perubahan Organissai dalam Post Milik Negara (BUMN) Menghadapi Arus
Privatisasi. Usahawan, No.05, Th.XXXII. Privatisasi Dan Restrukturisasi. MEB. Vol XI No
1-2.
Galal, A., Jones, L., Tandon, P., & Vogelsang,I. 1992.
Welfare Consequences of Selling Public Enterprises. Ramamurti, R. 2000. A Multilevel Model Of Privatization
The World Bank. Washington, DC. In Emerging Economies. Academy of Management
Review, Vol.25,No.3, pp.525-550.
Henry, J. 1999. Property Rights, Markets and Economic
Theory: Keynes‘ Versus Neoclassicsm-again. Ruru, B. 2002. Privatisasi BUMN: Antara Kepentingan
Review of Political Economy, Vol.11, pp.151-170. Pemerintah dan Publik. Kementrian BUMN
Indonesia.
Indra, B. 2002. Privatisasi di Indonesia. Teori dan
Implementasi. PPA-FE-UGM-Salemba Empat. Ruru, B. 1998. Reorientasi Pengelolaan BUMN dalam
Jakarta. Upaya Mencari Format Baru Pengelolaan yang
Efisien dan Modern: http://home.indo.net.id/
Irwanto, F. 2006. Masalah Privatisasi BUMN. Kompas. 1 ~hirasps/ BUMN/Br230798.html (23 Nopember
Februari 2006. 2005).
Jensen, M.C. 1987. Agency Costs of Free Cash Flow, Shane, S. & Venkataraman, S. 2000. The Promise of
Corporate Finance and Takeovers. American Entrepreneurship AS A Field of Research. Academy
Economic Review, Vol.76, pp.323-329. of Management Review.
Marwah, M.D. 2003. Restrukturisasi BUMN Di Sun, Q. & Tong, W.H.S. 2002. Malaysia Privatization: A
Indonesia: Privatisasi atau Korporatisasi?. Literata Comprehensive Study. Financial Management.
Lintas Media.
Wiryawan, N, J., & Wiryawan, Z. Z. 2003. Program
Megginson, W., Nash, R., Netter, J., & Schwartz, A. 2000. Privatisasi di Indonesia Dilihat dari Pengalaman
The Long Run Return to Investor in Share Issue Privatisasi di Beberapa Negara lain. Usahawan,
Privatization. Financial Management, pp.67-77. No.03, Th.XXXII, (Maret).
Megginson, W.L. & Netter, J. M. 2001. From State to Wright, M.S.,Robbie , T.K., & Wong, P. 1995. Management
Market: A Survey of Empirical Studies on Buy –outs in The Short and Long Term. Journal of
Privaization. Jounal of Economic Literature, Business Finance & Accounting, Vol.22, pp.461-482.
Vol.XXXIX (June), pp.321-389.
Zahra, S. 1995. Corporate Entrepreneurship and
Megginson, W. L, Robert C. Nash, and Matthias Van Financial Performance: The Case of Management
Randenborgh . 1994 .The Financial and Operating Leverages Buy-outs. Journal of Business Venturing,
Performance of Newly Privatized Firms: An Vol.10, No.3, pp.225-247

| 632 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus Oktober 2010, hal. 633 – 642
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

KINERJA INDEKS SAHAM SEKTORAL BURSA EFEK INDONESIA


DI ERA KRISIS KEUANGAN GLOBAL 2008

Ibnu Khajar
Fakultas Ekonomi UNISSULA
Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang

Abstract
The global financial crisis has negative effect on Indonesian Capital market (IDX). This aims of this research
are, first, to analyze how performance of each sector industry in Indonesian capital market (IDX) compare with
each others. Second, to analyze wich are the best and worst sector industry. The types of this research were
descriptive and explanatory research and the research method with used secondary data and sencus sampling
technique. The samples in this research are all sector industri in IDX. The data collection technique is the
literature study and documentation, while the data analysis technique is one way ANOVA and Kruskal
Wallis. The results of this research indicated that there isn’t defference significance performance between each
sector industri in IDX, with indeks sharpe and CML-line indicate that the best performance is consumer goods
sector and the worst is infrastructure industry sector.
Key words: global financial crisis, performance, indeks sharpe, CML-line

Di akhir tahun 2007, diskusi tentang isu instabilitas Menurut Tandelilin (2001), faktor-faktor
keuangan menghangat seiring dengan meningkat- ekonomi makro secara empiris terbukti mempunyai
nya risiko resesi ekonomi pada perekonomian AS. pengaruh terhadap perkembangan investasi di
Penyebabnya adalah terjadinya krisis di pasar beberapa negara. Krisis keuangan global merupa-
keuangan yang bersumber dari masalah kredit pe- kan salah satu faktor makro ekonomi yang ber-
rumahan berkualitas rendah (Prasetyantoko, 2008). dampak negatif pada kondisi perekonomian suatu
Menjelang akhir triwulan III-2008, perekonomian negara. Krisis keuangan dunia telah berimbas ke
dunia dihadapkan pada satu babak baru yaitu run- perekonomian Indonesia secara nyata sebagaima-
tuhnya stabilitas ekonomi global, seiring dengan na tercermin dalam gejolak di pasar modal dan
meluasnya krisis keuangan ke berbagai negara. Di pasar uang.
penghujung triwulan III-2008, intensitas krisis se- Dampak krisis di pasar modal tercermin pada
makin membesar seiring dengan bangkrutnya bank gejolak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
investasi terbesar AS Lehman Brothers, yang diikuti IHSG mengalami penurunan signifikan pada bebe-
oleh kesulitan keuangan yang semakin parah di rapa bulan terakhir. Puncaknya terjadi pada Rabu
sejumlah lembaga keuangan berskala besar di AS, 8 Oktober 2008, dimana IHSG terkoreksi sebesar
Eropa, dan Jepang (outlook perekonomian Indone- 10,38% hingga menyentuh level 1.451,669. Hal ter-
sia, 2009-2014). sebut mendorong otoritas bursa mensuspen perda-

Korespondensi dengan Penulis:


Ib n u Kh ajar : Telp. +62 24 658 3584 Fax. +62 24 658 2455
E-m ail: ibnukhajar@yahoo.com

| 633 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 633 –640

gangan efek hingga dibuka kembali tanggal 13 uangan global merupakan risiko pasar bersifat sis-
Oktober 2008. Titik terendah dampak krisis pada tematik dan berdampak terhadap seluruh sektor
bulan Nopember, dimana IHSG mencapai titik perekonomian di suatu negara. Potret seluruh sek-
terendah. tor perekonomian di bursa tercermin dalam sektor-
Jones (1996) menyebutkan bahwa risiko pasar sektor industri di Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI
meliputi serangkaian faktor eksogenis yang luas mengklasifikasikan perusahaan yang tercatat di
dari sekuritas itu sendiri seperti: resesi, perang, dalamnya menjadi 10 sektor industri dan potret
perubahan struktural dalam perekonomian, dan kinerjanya tercermin dalam indeks sektoral seba-
perubahan dalam preferensi konsumen. Krisis ke- gaimana Tabel 1.

Tabel 1. Indek Sektoral Semester II Tahun 2008


Bulan
Indek Sektoral
07 08 09 10 11 12
Agriculture 2309 1845 1490 738 804 919
Mining 2995 2577 1833 1094 898 878
Basic Industry 209 197 163 112 114 135
Miscellaneous Industry 412 386 326 200 216 215
Consumer Goods 391 396 381 322 321 327
Property & Real Estate 175 164 142 101 106 103
Infrastructure 655 653 571 407 438 490
Finance 228 225 203 152 151 176
Trade & Service 317 295 261 159 138 148
Sumber: e-Trading, 2010

Masing-masing industri mempunyai karak-


masing-masing indeks jika dibandingkan dengan
teristik yang berbeda antara satu dengan yang lain-
portofolio pasar (IHSG). Apakah ada sektor terten-
nya. Pertanyaan yang muncul adalah apakah krisis
tu yang mempunyai resistensi terhadap krisis dan
keuangan global yang merupakan risiko sistematik
sebaliknya sektor mana yang paling rentan terha-
menimbulkan dampak yang sama besarnya atau
dap krisis keuangan global, inilah permasalahan
tidak pada masing-masing industri tersebut. Jika
yang akan dikaji dalam penelitian ini. Tujuan yang
setiap sektor industri yang di dalamnya tergabung
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin
beberapa perusahaan (emiten) dianggap sebagai
mengukur kinerja saham dalam setiap sektor in-
suatu portofolio, maka secara keseluruhan terda-
dustri di BEI. Sektor mana yang lebih resisten dan
pat 10 portofolio. Kinerja masing-masing portofolio
sektor mana yang tidak resisten terhadap krisis
selama periode krisis keuangan global merupakan
keuangan global.
salah satu proksi indikator dampak krisis terhadap
industri tersebut.
Terdapat beberapa ukuran kinerja porto- HIPOTESIS
folio, seperti: return, risk, dan market based performance Berdasarkan kajian teoritis dan empiris maka
yaitu pengukuran kinerja yang didasarkan pada peneliti mengajukan hipotesis: tidak terdapat per-
saham (Michel & Shaked, 1986). Menarik untuk bedaan kinerja yang signifikan antar sektor industri
diteliti bagaimana kinerja portofolio sektor industri di Bursa Efek Indonesia.
dengan adanya krisis keuangan global, bagaimana

| 634 |
Kinerja Indeks Saham Sektor Bursa Efek Indonesia di Era Krisis Keuangan Global 2008
Ibnu Khajar

METODE toral) yang sama. Pengujian dilakukan dengan ru-


musan hipotesis:
Populasi penelitian adalah seluruh sektor Ho: Seluruh populasi mempunyai rata-rata yang identik
industri yang ada di Bursa Efek Indonesia, meliputi H1: Seluruh populasi tidak mempunyai rata-rata yang identik
10 sektor, yaitu agriculture, mining, basic industry,
miscellaneous industry, consumer goods, property and
Jika probabilitas >0,05 maka Ho diterima dan
real estate, infrastructure, finance, trade and service, dan
seluruh populasi rata-ratanya identik, jika sebalik-
manufacturing. Seluruh populasi dijadikan sampel,
nya yaitu < 0,05 maka H1 diterima artinya seluruh
dengan kata lain metode sampling adalah sensus.
populasi rata-ratanya tidak identik, artinya ada
Penelitian ini ingin mengukur kinerja masing- perbedaan kinerja antara sektor industri di BEI.
masing sektor industri di BEI pada periode krisis (3) Analisis Tukey dan Bonferroni, yaitu lanjutan
selama kurang lebih 1 tahun yaitu bulan Nopember dari ANOVA (langkah-2), yaitu analisis lanjutan
2008 sampai dengan Agustus 2009 yang diukur de- sektor mana saja yang berbeda kinerjanya diban-
ngan indeks Sharpe. Periode tersebut dipilih kare- dingkan sektor yang lain. (4) Analisis non parame-
na krisis keuangan global mulai melanda Indone- trik Kruskall Wallis, langkah ini diambil jika asumsi
sia ditandai dengan merosotnya IHSG dibanding-
uji dalam one way ANOVA tidak terpenuhi. Peng-
kan sebelum krisis yang hampir menyentuh level ujiaan dilakukan dengan rumusan hipotesis:
3.000. Tahun 2009 di bulan maret tepatnya tanggal Ho: Seluruh populasi mempunyai rata-rata yang identik
2 IHSG merosot lagi tinggal 1.256. Selanjutnya pa- H1: Minimal salah satu dari seluruh populasi tidak
da bulan September 2009 bursa sudah mulai pulih mempunyai rata-rata yang identik
kembali ditandai dengan naiknya IHSG pada level
di atas 2.000. Jika asymptotic significance >0,05 maka Ho di-
Penilaian kinerja untuk setiap sektor industri terima dan seluruh populasi rata-ratanya identik,
dilakukan dengan membanding-bandingkan return jika sebaliknya yaitu < 0,05 maka H1 diterima arti-
indeks saham sektoral dan indeks Sharpe masing- nya minimal salah satu dari seluruh populasi rata-
masing sektor. Perbandingan return indeks saham ratanya tidak identik, artinya ada perbedaan ki-
dilakukan dengan menggunakan uji beda statistik, nerja antara sektor industri di BEI.
yaitu one way ANOVA. Jika asumsi dalam ANOVA Perbandingan indeks sharpe setiap sektor in-
tidak terpenuhi maka digunakan uji beda non para- dustri di BEI tidak digunakan uji statistik melainkan
metrik yaitu Kruskall Wallis. Pengujian statistik perbandingan langsung, semakin besar indeks sua-
akan dibantu dengan program SPSS dengan lang- tu sektor semakin baik kinerja begitu pula sebalik-
kah sebagai berikut: (1) pengujiaan homogenitas, nya semakin kecil indeks kinerja semakin buruk.
yaitu untuk melihat apakah sample memenuhi Cara lain dapat juga dilakukan yaitu dengan mem-
asumsi bahwa varian untuk seluruh sampel adalah buat kurva CML masing-masing sektor industri.
sama. Uji dilakukan dengan rumusan hipotesis: Sektor mana yang mempunyai kinerja baik dapat
Ho: varian semua populasi adalah identik dilihat dari garis CML, semakin dekat garis terse-
H1: varian semua populasi adalah tidak identik but dengan sumbu Y maka semakin baik kinerja,
sebaliknya semakin mendekati sumbu X berarti ki-
Jika probabilitas >0,05 maka Ho diterima dan nerja semakin buruk. Formula perhitungan indeks
asumsi terpenuhi, jika sebaliknya yaitu <0,05 maka Sharpe:
H1 diterima dan asumsi gagal terpenuhi. (2) Uji
(Ri - Rf)
ANOVA, yaitu untuk melihat apakah seluruh sam-
Performance(Sharpe) =
pel mempunyai rata-rata (return indek saham sek-
i

| 635 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 633 –640

Ri = Rata-rata return Berdasarkan rata-rata return indeks (Tabel 2),


Rf = Rata-rata tingkat bunga bebas risiko (tingkat bunga SBI) maka sektor dengan rata-rata return indeks terting-
ói = Standart deviasi return
gi adalah miscellaneous industry dan yang terburuk
adalah infrastructure. Jika komposit (IHSG) dijadi-
Adapun langkah-langkah perhitungan seba- kan benchmark, maka terdapat 6 sektor yang kiner-
gai berikut: pengumpulan data indeks saham sek- janya lebih baik dibandingkan kinerja pasar yaitu
toral harian; (2) perhitungan return indeks saham sektor miscellaneous industry, mining, agriculture,
sektoral, dengan formula: manufacturing, basic industry dan finance. Sektor
(Indeks t  Indeks t -1 )
yang kinerjanya di bawah kinerja pasar ada 4 yaitu
Re turn indeks  consumer goods, property, trading dan infrastructure.
Indeks t -1

(3) Perhitungan return bebas risiko (Rf), yaitu me- One Way ANOVA dan Kruskall Wallis
rupakan tingkat bunga rata-rata SBI harian; (4) Per-
hitungan standart deviasi untuk masing-masing Output SPSS menunjukkan bahwa asumsi
sektor industri dengan formula sebagai berikut: variance seluruh sampel adalah identik tidak terpe-
nuhi sebagaimana Tabel 3.
2

SD 
 (Return indeks - Rata - rata return indeks) Tabel 3. Test of Homogenity of Variances
(n - 1)
Levene Statistic df1 df2 Sig
(5) Hasil perhitungan dari langkah nomor 2, 3, dan
75,142 8 1215 0,000
4 dimasukkan ke dalam formula indeks sharpe.

HASIL Berdasarkan output Tabel 3, tingkat signifi-


kansi <0,005 sehingga H1 diterima, artinya variance
Return Indeks dan Rata-Rata Saham Sektoral
seluruh populasi tidak identik sehingga homogeni-
Berdasarkan indeks saham sektoral harian tas gagal dipenuhi akibatnya one way ANOVA tidak
pada periode krisis, kemudian dilakukan perhi- bisa digunakan. Alternatif adalah digunakan uji non
tungan return indeks dan dirata-rata hasilnya seba- parametrik Kruskal Wallis. Setelah diolah dengan
gaimana Tabel 2. program SPSS output Kruskal Wallis sebagaimana
Tabel 4.
Tabel 2. Rata-Rata Return Indeks Sektoral
Tabel 4. Uji Statistik
Rata-Rata Return
Sektor
(%)
Composite 0,293 Uji Indeks
Agriculture 0,373 Chi-Square 2,094
Mining 0,385 df 8
Basic Industry 0,324 Asymp. Sig 0,978
Miscellaneous Industry 0,498
Consumer Goods 0,276 Output Kruskall Wallis menunjukkan
Property & Real Estate 0,245
asymp.sig. 97,8% artinya > tingkat signifikasi 5%,
Infrastructure 0,221
Finance 0,296 sehingga H0 diterima artinya kinerja antar sektor
Trade & Service 0,244 industri di BEI tidak berbeda secara signifikan.

| 636 |
Kinerja Indeks Saham Sektor Bursa Efek Indonesia di Era Krisis Keuangan Global 2008
Ibnu Khajar

Indeks Sharpe (IS) dihitung. Tabel 6 menunjukkan IS masing-masing


sektor di BEI.
Perhitungan IS memerlukan tiga macam in-
put data yaitu rata-rata return indeks saham
Tabel 6. Indeks Sektoral
sektoral, tingkat keuntungan bebas risiko (BI rate),
dan standar deviasi return indeks saham sektoral. Sektor IS (%)
Composite 0,1442
Agriculture 0,1208
Standar Deviasi Indeks Saham Sektoral Mining 0,1104
Basic Industry 0,1702
Berdasarkan indeks saham sektoral harian Miscellaneous Industry 0,1539
pada periode krisis, kemudian dilakukan perhi- Consumer Goods 0,1703
tungan standar deviasi (SD), maka nilai SD masing- Property & Real Estate 0,1336
masing sektor sebagaimana Tabel 5. Infrastructure 0,0878
Finance 0,1170
Trade & Service 0,1181
Tabel 5. Standar Deviasi Return Indeks Sektoral

Sektor Standar Deviasi (%) Sektor yang mempunyai IS terbaik adalah


Composite 1,882 sektor consumer goods dan yang terburuk adalah
Agriculture 2,909 infrastructure (Tabel 6). Jika IS composite dijadikan
Mining 3,289 benchmark, maka terdapat 4 sektor yang IS lebih
Basic Industry 1,776 tinggi yaitu sektor manufacturing, basic industry,
Miscellaneous Industry 3,095
consumer goods, dan miscellaneous industry. Sektor
Consumer Goods 1,496
Property & Real Estate 1,672
yang IS lebih buruk ada 6, yaitu: property and real
Infrastructure 2,268 estate, agriculture, trading, finance, mining dan
Finance 2,343 infrastucture.
Trade & Service 1,881

Berdasarkan SD return indeks (Tabel 5),


Grafik CML
maka mining yang paling berisiko dan consumer Grafik CML dapat dibuat berdasarkan rata-
goods paling tidak berisiko. Jika composite dijadikan rata return indeks saham sektoral dan standar de-
benchmark, maka terdapat 5 sektor yang SD lebih viasinya. Data untuk menggambar CML masing-
tinggi dibandingkan pasar yaitu sektor mining, masing sektor sebagaimana Tabel 6. Berdasarkan
miscellaneous industry, agriculture, finance, dan in- data dalam Tabel 6 grafik CML setiap sektor indus-
frastructure. Sektor yang SD lebih baik dibanding- tri dapat digambar sebagaimana Gambar 1.
kan pasar yaitu trade and service, basic industry, prop- Berdasarkan grafik CML masing-masing sek-
erty and real estate, dan consumer goods. tor, maka sektor yang mempunyai kinerja terbaik
adalah sektor manufaktur dan yang terburuk ada-
Indeks Sharpe Sektor Industri lah infrastructure. Jika composite dijadikan benchmark,
maka terdapat 4 sektor berkinerja lebih baik yaitu
Berdasarkan return indeks saham sektoral manufaktur, consumer goods, basic industry dan mis-
harian pada periode krisis, tingkat keuntungan be- cellaneous industry. Sektor yang lebih buruk ada 6,
bas risiko dan standar deviasi return, maka IS dapat yaitu: property, trading, finance, agriculture, mining
dan infrastucture.

| 637 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 633 –640

Ket: 1= composite (IHSG), 2 = agriculture, 3 = basic industry, 4 = consumer goods, 5 = finance, 6 = miscellaneous industry, 7 = mining, 8 =
infrastructure, 9 = property, 10 = trading.

Gambar 1. Garis CML masing-masing sektor

PEMBAHASAN tri di BEI secara statistik mempunyai kinerja yang


sama. Di latar belakang masalah telah disampaikan
Sebagaimana dalam latar belakang masalah
bahwa IHSG menyusut hingga 50% pada saat kri-
bahwa IHSG terkoreksi hampir lebih dari 50% ka-
sis, hal ini berarti setiap sektor mengalami penu-
rena adanya krisis keuangan global. Penelitian ini
runan kinerja yang sama-sama buruknya antar sek-
ingin mengetahui lebih terperinci sektor-sektor
tor industri tersebut. Temuan ini mengarahkan
mana saja yang paling parah dampaknya dan mana
peneliti pada kesimpulan krisis keuangan global
yang resisten akibat krisis. Indikator yang digu-
merupakan faktor risiko sistematis, artinya dampak
nakan untuk mengevaluasi seberapa kuat dampak
krisis menyebar ke seluruh sektor di BEI. Seluruh
krisis terhadap bursa adalah return indek sektoral
sektor industri di BEI terkena dampak dari krisis.
dan indeks sharpe (IS).

Indeks Sharpe dan CML


Return Indek Sektoral
Secara statistik menunjukkan bahwa tidak
Berdasarkan nilai return indeks sebagaimana
ada perbedaan kinerja yang signifikan antar sektor
Tabel 2, menunjukkan adanya perbedaan antar sek-
industri BEI karena krisis. Namun perlu diingat
tor industri tersebut. Sektor miscellaneous industry
bahwa untuk menilai kinerja suatu investasi tidak
mempunyai kinerja terbaik, karena memiliki nilai
boleh hanya satu aspek yaitu return. Berbicara
return tertinggi, yaitu 0,5% dan terendah sektor
investasi tidak terlepas dari dua apek yang selalu
infrastruktur dengan return 0,2%.
muncul yaitu risiko dan return. IS merupakan
Setelah dilakukan uji statistik yaitu dengan ukuran kinerja yang menggabungkan dua aspek
uji kruskall wallis ternyata tidak ada perbedaan penting dalam investasi yaitu return dan risiko.
yang signifikan antar sektor. Seluruh sektor indus-

| 638 |
Kinerja Indeks Saham Sektor Bursa Efek Indonesia di Era Krisis Keuangan Global 2008
Ibnu Khajar

Penelitian ini mencoba menganalisis lebih artinya paling minimal dampaknya. Sektor tersebut
lanjut untuk mengetahui sektor-sektor mana yang mempunyai IS 0,1703% dan grafik CML paling ting-
paling buruk kinerjanya karena krisis dan sektor- gi dan terdekat sumbu Y. Sektor consumer goods
sektor mana yang paling konsisten terhadap krisis meliputi makanan dan minuman, rokok, farmasi,
dengan menggunakan IS. Berdasarkan Tabel 6 ter- kosmetik dan barang keperluan rumah tangga dan
nyata sektor manufaktur kinerjanya terbaik de- peralatan rumah tangga. Pada saat terjadi krisis
ngan IS, yaitu 0,21% dan sektor infrastruktur paling volume kegiatan ekonomi dunia memang meng-
buruk dengan IS 0,09%. Jika pasar sebagai bench- alami kontraksi, namun kebutuhan masyarakat
mark, sektor manufaktur tetap lebih baik dan infra- akan obat-obatan, makanan dan minuman, kos-
struktur lebih buruk. metik dan keperluan rumah tangga tetap saja ada.
Temuan ini juga didukung oleh garis/grafik Orang yang sakit tetap membeli obat tanpa mem-
CML masing-masing sektor. Berdasarkan Gambar perdulikan kondisi ekonomi sedang krisis. Masya-
1 garis CML yang paling dekat dengan sumbu X rakat tetap membutuhkan makanan dan minuman
merupakan garis sektor industri BEI dengan kiner- tanpa memperdulikan kondisi eknomi krisis.
ja terburuk, sedangkan garis CML yang relatip de- Masyarakat tetap saja membeli kebutuhan dan
kat dengan sumbu Y adalah mempunyai kinerja keperluan rumah tangga tanpa memperdulikan
terbaik. Garis CML yang paling dekat dengan sum- apakah kondisi ekonomi krisis atau tidak.
bu X adalah sektor infrastruktur, sedangkan yang Karakteristik produk yang mengakibatkan barang
paling dekat dengan sumbu Y adalah sektor manu- tersebut tetap dibutuhkan masyarakat meskipun
faktur. kondisi krisis tidak banyak berakibat pada pen-
jualan perusahaan. Profitabilitas tidak banyak ter-
Berdasarkan indek sharpe dan garis CML
pengaruh sehingga harga saham juga tidak banyak
maka sektor yang paling rentan terkena dampak
terpengaruh. Minimalnya penurunan saham pada
krisis adalah sektor infrastruktur, artinya paling
beberapa sub sektor consumer goods akibat krisis
besar dampaknya. Sektor tersebut mempunyai IS
tercermin pada nilai IS yang relatif tinggi diban-
0,09% dan grafik CML paling rendah dan terdekat
dingkan sektor-sektor lain dan grafik CML yang
dengan sumbu X. Sektor infrastruktur meliputi
tinggi terdekat dengan sumbu Y. Dua kondisi ter-
energi, jalan tol, pelabuhan, bandara dan sejenis-
sebut menuntun kita pada kesimpulan bahwa ki-
nya, telekomunikasi, transportasi dan kontruksi
nerja sektor consumer goods adalah terbaik di era
non bangunan. Pada saat terjadi krisis volume ke-
krisis keuangan global.
giatan ekonomi dunia mengalami kontraksi. Aki-
batnya permintaan terhadap energi mengalami
penurunan sehingga saham-saham sektor energi KESIMPULAN DAN SARAN
harganya turun. Penurunan aktivitas ekonomi juga
Kesimpulan
berimbas pada kegiatan transportasi, telekomuni-
kasi sehingga saham dari sub sektor tersebut juga Penelitian ini bertujuan mengukur kinerja sa-
mengalami penurunan. Turunnya saham dari be- ham dalam setiap sektor industri di BEI. Sektor
berapa sub sektor sebagai akibat krisis akhirnya mana yang lebih resisten dan sektor mana yang
bermuara pada turunnya indek sektor infrastruktur tidak resisten terhadap krisis keuangan global.
yang tercermin pada IS dan grafik CML yang rendah Dari hasil perhitungan dengan indeks sharpe dan
dan disimpulkan mempunyai kinerja yang rendah. grafik CML menujukkan sektor consumer goods ada-
Sektor yang paling resisten terhadap lah paling tahan dan resisten terhadap krisis se-
dampak krisis adalah sektor consumer goods, dangkan sektor infrastuktur paling tidak resisten
terhadap krisis. Krisis keuangan global merupakan

| 639 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 633 –640

risiko sistematis yang berdampak ke seluruh aspek Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi
perekonomian suatu negara. 2. BPFE. Yogyakarta.

Jones, C.P. 1996. Invesments Analysis and Management. John


Wiley & Sons, INC. Canada.
Saran
Khajar, I. 2007. Pengantar Manajemen Keuangan. Unissula
Di era krisis investasi saham di sektor indus- Press. Semarang.
tri consumer goods lebih aman dan menguntungkan
dibandingkan sektor yang lain. Dua model peng- Khajar, I. 2009. Pengantar Pasar Modal Dilengkapi dengan
Sistem Transaksi On-Line dan Pasar keuangan
ukuran kinerja selain indeks sharpe yaitu Treynor, Syari’ah. Unissula Press. Semarang.
dan Jensen dapat digunakan untuk mengukur ki-
nerja portofolio untuk menambah ketajaman anali- Khajar, I. 2003. Analisis Pengaruh Karakteristik
Keuangan terhadap Market Based Performances
sis evaluasi kinerja. pada Industri Manufaktur yang Go Publik di Bursa
Efek Jakarta Periode 1994-2000. Jurnal Ekonomi &
Bisnis Ekobis, Vol.4, No.2, Juli 2003, Hal.181-200.
DAFTAR PUSTAKA Madura, J. 1992. Internasional Financial Management. By
Bapepam, 1999. Cetak Biru Pasar Modal Indonesia 2000- Info Access Distribution Pte Ltd. Singapore 1440.
2004, Departemen Keuangan Republik Indonesia,
Modigliani, F. & Modigliani, L. 1997. Risk-Adjusted
Jakarta.
Performance. The Journal of Portofolio Management,
Fabozzi, F. J. 1995. Investment Management. Prentice Hall. Winter, pp.45-54.
Englewood Cliffs. New Jersey 07632. Prasetyantoko, A. 2008. Bencana Finansial Stabilitas sebagai
Haugen, R.A. 1993. Modern Investment Theory. Third Barang Publik. Kompas Penerbit Buku. Jakarta.
Edition. Englewood Cliffs, New Jersey 07632.
Stutzer, M. 2000. A Portofolio Performance Indeks.
Husnan, S. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Association for Invesment Management Research,
Sekuritas. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. May/June, pp.52-61.

Tandelilin, E. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen


Portofolio. BPFE.Yogyakarta.

| 640 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edusi Khusus Oktober 2010, hal. 641 – 651
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

KONSENTRASI KEPEMILIKAN SAHAM, RISIKO PERUSAHAAN,


LIKUIDITAS SAHAM, ARUS KAS, DAN NILAI PERUSAHAAN

Parengkuan Tommy
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Manado
Jl. Kampus Unsrat Bahu Manado, 95115

Abstract
The purpose of this study was to analyze the effect of the actions property, enterprise risk, liquidity file, free
cash flow of value to the company. This study used the explanatif design or explanatory (confirmative). The
population is all companies within the manufacturing industry Go Public category. For the sampling, through
sampling technique judgment. The results showed: 1. The concentration of stock ownership significant effect
on firm value, but otherwise no significant Free Cash Flow, 2. Not significantly affect the risk of companies
with enterprise value and also no significant effect on free cash flow. 3. Liquidity of shares significant effect on
firm value, but no significant effect on free cash flow. 4. Significant free cash flow to firm value.
Key words: concentration, risk, liquidity, diversification, firm value.

Dalam teori keagenan, struktur kepemilikan dibe- teori ini adalah teori keagenan dari Jensen & Mec-
dakan atas dua bentuk yaitu struktur kepemilikan kling (1976) yang berasumsi bahwa terdapat pemi-
saham yang terkonsentrasi artinya terdapat bebe- sahan yang jelas antara agen (manajemen) dan prin-
rapa pemegang saham yang memiliki saham dalam sipal (pemilik perusahaan) atau dengan asumsi
jumlah yang relatif besar dibanding pemegang sa- struktur kepemilikan yang tersebar. Sedangkan
ham lainnya sehingga menguasai perusahaan dan teori struktur kepemilikan saham piramidal dari
struktur kepemilikan saham yang tersebar dalam Almeida & Wolfenzon (2006) berangkat dari asum-
arti tidak terdapat pemegang saham yang memiliki si struktur kepemilikan saham yang terkonsentrasi.
saham dalam jumlah yang relatif besar dibanding Bentuk kepemilikan piramidal banyak terjadi di
pemegang saham lainnya. Hal ini sesuai dengan negara-negara yang rendah perlindungannya ter-
pendapat dari Bolton & Thadden (1998), ada dua hadap investor. Teori ini menyatakan pada kondisi
alternatif untuk mendisain struktur kepemilikan kepemilikan piramidal maka terjadi konsentrasi
saham, yaitu ownership concentration dan ownership kepemilikan baik dikontrol langsung atau tidak oleh
dispersion. suatu keluarga atau kelompok bisnis. Perusahaan
Berangkat dari kondisi perusahaan-perusa- dengan tipe kepemilikan ini, biaya keagenan men-
haan berbasis kepemilikan keluarga atau kelompok jadi rendah karena adanya keselarasan kepenting-
bisnis. Perbedaan mendasar dari landasan kedua an antara pemilik dan manajemen. Konsentrasi ke-

Korespondensi dengan penulis:


Paren g k u an To m m y : Telp/Fax +62 431 838 652
E-m ail: t om m yparengkuan_3577@yahoo.com

| 641 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus,Oktober 2010: 641 –651

pemilikan akan memberikan dua dampak penting, saham namun dalam penelitian ukuran dari likui-
jika dilihat dari pengaruhnya pada nilai perusaha- ditas bermacam-macam. Chollete & Naes (2006),
an. Pertama, jika berdasarkan pemikiran biaya ke- menggunakan empat dimensi likuiditas saham
agenan, maka bentuk ini menghasilkan biaya ke- yang disarankan oleh Harris (1990) yaitu width,
agenan yang rendah, sehingga akan memaksimal- depth, immediacy and resiliency. Width, mengukur
kan nilai perusahaan. Kedua, jika berdasarkan pe- biaya persaham dari likuiditas. Depth, adalah jum-
mikiran perlindungan investor, maka bentuk ini lah saham yang dapat diperdagangkan pada ting-
menghasilkan ketidakpercayaan dari pasar atas kat harga tertentu. Immediacy, menangkap seberapa
perusahaan, sehingga tidak akan memaksimalkan cepat suatu jumlah saham dapat diperdagangkan
nilai perusahaan. Perlindungan investor yang ren- pada tingkat biaya tertentu. Resiliency, adalah suatu
dah berarti pemegang saham dominan dapat men- ukuran dari kemampuan untuk memperdagangkan
ciptakan kebijakan atau keputusan yang tidak me- saham yang hanya berdampak kecil pada harganya.
maksimalkan nilai perusahaan (hubungan negatif Untuk masalah arus kas bebas, pihak manaje-
antara konsentrasi kepemilikan dan nilai perusaha- men perusahaan dengan struktur kepemilikan sa-
an). Ketiga, karakteristik perusahaan dan industri ham yang terkonsentrasi akan memperkecil arus
akan mempengaruhi struktur kepemilikan yang ter- kas bebas dengan cara mempertinggi dividen yang
konsentrasi. dibagikan. Hubungan penting lainnya adalah hu-
Pada dasarnya risiko adalah penyimpangan bungan kepemilikan saham oleh manajemen de-
dari yang diharapkan dengan apa yang terjadi. ngan keputusan dividen. Han, et al. (1999) berpen-
Menurut Gordon, et al. (1989) risiko terbagi atas dapat bahwa jika insider ownership (kepemilikan sa-
dua bagian yaitu risiko pasar (risiko sistematis) dan ham oleh manajemen) semakin tinggi maka mereka
risiko akuntansi (yang dapat dianalisis dengan va- secara alamiah akan cenderung mengalokasi sum-
riabilitas pada dividend payout ratio, laba, beta akun- berdaya perusahaan sesuai kepentingan mereka
tansi). dengan cara menahan lebih banyak kas dalam
Temuan dari Mackay & Moeller (2007) jelas perusahaan.
menunjukkan adanya hubungan antara risiko dan Perusahaan dengan arus kas bebas yang be-
nilai perusahaan. Hubungan antara risiko dan nilai sar menunjukkan kemampuan pembiayaan inter-
perusahaan lewat maksimalisasi harga saham, di- nal yang tinggi. Ini berarti bahwa perusahaan me-
sampaikan oleh MigFerreira & Laux (2007) yang miliki likuiditas keuangan yang tinggi sehingga da-
berpendapat bahwa risiko dapat menjadi ukuran pat meminimalkan risiko kebangkrutan.
dari keinformatifan suatu harga saham akibat good Pengukuran dasar arus kas bebas melibatkan
corporate governance dan kualitas keputusan inves- dua eleman penting, yaitu laba setelah bunga dan
tasi. pajak serta pembayaran dividen. Konsep ini akan
Likuiditas saham yang digunakan dalam ke- memberikan pemahaman dan dasar analisis atas
uangan, umumnya menyangkut kemampuan untuk keterkaitan besaran perusahaan, arus kas bebas
memperdagangkan sejumlah besar aset secara dan nilai perusahaan dalam model penelitian. Chi
cepat, dengan biaya rendah, dengan sedikit peng- & Lee (2005) berpendapat semakin tinggi arus kas
aruhnya pada harga (Downing, et al., 2005). Bebe- bebas maka semakin tinggi kualitas corporate gov-
rapa pendapat mengemukakan pentingnya volume ernance sehingga semakin tinggi nilai perusahaan.
perdagangan saham dalam konteks likuiditas sa- Tingginya corporate governance menunjukkan
ham, sehingga banyak peneliti yang mengukur li- baiknya pengelolaan perusahaan. Hal ini dikare-
kuiditas berdasarkan analisis volume perdagangan nakan semakin tinggi nilai corporate governance

| 642 |
Konsentrasi Kepemilikan Saham, Resiko Perusahaan, Likuiditas Saham, Arus Kas, dan Nilai Perusahaan
Perangkuan Tommy

berarti semakin tinggi profesionalisme manajemen, uji atau mengkonfirmasi hubungan atau pengaruh
meningkatnya hubungan perusahaan dengan pi- antar variabel atau konstruk.
hak konsumen dan pihak luar perusahaan, dan se- Populasi adalah seluruh perusahaan dalam
makin tingginya sifat-sifat seperti transparansi, kategori industri manufaktur yang go public di Bur-
akuntabilitas, dan responsibilitas. Di mata pasar sa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini mengguna-
atau investor, tingginya corporate governance akan kan sampel sebesar 113 perusahaan selang periode
meningkatkan nilai saham. Jadi dapat dikatakan 2001-2007. Penggunaan jumlah sampel yang konsis-
bahwa semakin tinggi arus kas bebas maka sema- ten sepanjang periode penelitian karena untuk men-
kin tinggi nilai perusahaan di pasar.. jaga konsistensi data yang merupakan gabungan
Dalam penelitian-penelitian keuangan pasar antara time series dan crosssection. Untuk teknik
modal, terdapat banyak proksi yang digunakan untuk pengambilan sampel, menggunakan judgement sam-
menaksir nilai perusahaan. Salah satu proksi yang pling. Pada penelitian ini, perusahaan yang menjadi
penting dan banyak digunakan adalah Tobin’s Q. sampel harus memiliki syarat: terdaftar secara te-
Rasio Tobin’s Q sanggup untuk mengukur peluang rus menerus selang periode 2001-2007, data laporan
investasi yang menguntungkan dari suatu perusa- audit dari auditor independen tersedia selang pe-
haan.Menurut Ogden, et al. (2003) rasio Tobin’s Q riode penelitian, dan perusahaan aktif membayar
merupakan suatu ukuran yang baik atas penilaian dividen.
pasar terhadap kemampuan manajemen untuk Jenis data yang digunakan pada penelitian ini
menciptakan peluang investasi yang menguntung- adalah data rasio (data dengan nol mutlak), sedang-
kan dan juga merupakan suatu ukuran efektivitas kan sumber data adalah data sekunder yaitu data
manajemen. dari BEI, Biro Pusat Statistik, Bank Indonesia, dan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan sumber lain yang relevan dengan penelitian. Pada
menganalisis pengaruh konsentrasi kepemilikan penelitian ini menggunakan skala pengukuran data
saham, risiko perusahaan, likuiditas saham, dan arus rasio. Data rasio ini akan memiliki rentang negatif
kas bebas terhadap nilai perusahaan manufaktur yang dan positif, misalnya: laba operasi dapat bernilai
go public di Indonesia. negatif maupun positif. Variabel dalam penelitian
ini diklasifikasikan sebagai berikut: variabel ekso-
HIPOTESIS gen yang terdiri dari: konsentrasi kepemilikan sa-
H 1 : Konsentrasi kepemilikan saham, risiko perusa- ham (X1), risiko sistematis perusahaan (X2), likui-
haan, likuiditas saham, berpengaruh signifikan ditas saham (X3). Variabel endogen intervening
terhadap arus kas bebas pada perusahaan ma- berupa arus kas bebas (Y1). Variabel endogen bebas
nufaktur yang go public di Indonesia. berupa nilai perusahaan (Y2).

H 2 : Konsentrasi kepemilikan saham, risiko perusa- Berdasarkan klasifikasi variabel dan kerang-
haan, likuiditas saham, dan arus kas bebas ber- ka konseptual maka variabel didefinisikan sebagai
pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan berikut:
manufaktur yang go public di Indonesia.
Konsentrasi Kepemilikan Saham
METODE
Pada penelitian ini konsentrasi kepemilikan
Penelitian ini menggunakan rancangan eks- saham didefinisikan sebagai tingkat konsentrasi
planatif atau eksplanatory (konfirmatif). Rancangan kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang
ini digunakan karena penelitian ini melakukan meng- saham utama (yang memiliki minimal saham sebe-
sar 5%) dari total saham beredar suatu perusahaan.

| 643 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus,Oktober 2010: 641 –651

Untuk ukuran konsentrasi kepemilikan sa- atau lebih model yang dibandingkan oleh si pene-
ham adalah total kepemilikan saham 5% dibagi jum- liti (Ghozali, 2004). Model biasanya digambarkan
lah saham yang beredar di suatu perusahaan. dengan lingkaran dan anak panah yang menun-
jukkan hubungan kausalitas. Nilai goodness-of-fit di-
hitung dengan membandingkan nilai regresi yang
Likuditas Saham
diprediksi oleh model dengan matriks korelasi ha-
Pada penelitian ini, likuiditas saham didefi- sil observasi variabel. Analisis jalur, didasari pada
nisikan sebagai besarnya saham (jumlah saham) dua asumsi utama yaitu (a) semua hubungan kau-
yang diperdagangkan di lantai bursa pada akhir salitas didasarkan pada teori (teori menjadi acuan
tahun. Untuk ukuran atau proksi yang digunakan untuk memasukkan atau menghilangkan hubungan
adalah perputaran saham (share turnover). Perputar- kausalitas), (b) hubungan kausalitas dalam model
an saham adalah volume transaksi saham suatu dianggap linier. Penggunaan analisis jaringan (path
perusahaan pada akhir tahun / jumlah saham yang analysis) disebabkan karena variabel yang dianalisis
beredar di akhir tahun. bersifat observed artinya dapat diukur secara lang-
sung. Salah satu kelebihan dari analisis jaringan
Arus Kas Bebas adalah kemampuannya untuk mengukur pengaruh
atau hubungan tidak langsung dari adanya variabel
Untuk pengukuran arus kas bebas meng- antara.
gunakan pendekatan laba setelah bunga dan pajak
atau laba bersih - dividen tunai yang dibayarkan
perusahaan. HASIL
Deskripsi Variabel Konsentrasi Kepemilikan
Risiko Perusahaan Saham

Risiko perusahaan adalah risiko sistematis Untuk distribusi variabel konsentrasi


(beta) yang diperoleh dari hasil regresi return akhir kepemilikan saham, dapat dilihat pada Tabel 1.
bulan suatu perusahaan dengan indeks harga sa-
ham gabungan. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Konsentrasi Kepemilikan
Distribusi Frekuensi (Dalam %)
Keterangan
Nilai perusahaan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
<40 % 7 4 7 6 4 6 6
Pada penelitian ini, nilai perusahaan didefi- 40.1 s/d 50 7 6 8 6 4 3 4
50.1 s/d 60 14 19 14 12 14 13 14
nisikan sebagai total nilai ekuitas yang dimiliki per- 60.1 s/d 70 21 18 19 22 19 17 13
usahaan pada tahun tertentu (satuannya %). Se- > 70 % 51 53 52 54 59 61 63
Total 100 100 100 100 100 100 100
dangkan untuk ukuran dari nilai perusahaan meng-
gunakan rasio Tobin’s Q yaitu = nilai pasar saham
biasa + nilai buku hutang/total aset (satuannya %). Konsentrasi kepemilikan pada perusahaan
Teknik Analisis Data manufaktur yang terdaftar di BEI sangat tinggi.
Kepemilikan yang terkonsentrasi di atas 50.1%
Analisis yang digunakan adalah analisis jalur.
memiliki persentase di atas 80%. Sedangkan di
Analisis jalur (path analysis) merupakan pengem-
bawah 50 % rata rata sebesar 20 %. Kondisi ini
bangan dari model regresi yang digunakan untuk
cukup stabil selang periode tahun 2001 s/d 2007.
menguji kesesuaian dari matriks korelasi dari dua

| 644 |
Konsentrasi Kepemilikan Saham, Resiko Perusahaan, Likuiditas Saham, Arus Kas, dan Nilai Perusahaan
Perangkuan Tommy

Deskripsi Variabel Likuiditas Saham akan cenderung lebih tidak pasti daripada Tobin’s
q yang rendah. Tobin’s q yang tinggi menunjukkan
Untuk distribusi variabel konsentrasi kepe-
perusahaan merupakan high-growth firms.
milikan saham, ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Likuiditas Saham Deskripsi Variabel Arus Kas bebas
Distribusi Frekuensi (Dalam %)
Keterangan
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Untuk distribusi variable arus aks bebas, di-
<1 % 84 88 71 64 100 75 66 tunjukkan pada Tabel 4.
1.1 s/d 3 6 8 12 14 0 10 9
3.1 s/d 5 4 2 10 12 0 4 9
5.7 s/d 7 4 1 3 5 0 4 4
>7% 2 1 4 5 0 7 12
Tabel 4. Distribusi Frekuensi FCF
Total 100 100 100 100 100 100 100 Distribusi Frekuensi (Dalam %)
Keterangan
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
<1milyar 42 24 37 50 33 29 16
Likuditas saham pada perusahaan manufak-
1.1 s/d 100 M 44 52 48 37 54 57 65
tur yang terdaftar di BEI sangat rendah. Perban- 101 s/d 500M 6 13 8 9 7 8 9
dingan antara saham yang diperdagangkan dan 501 s/d 1 4 4 4 0 4 4 7
triliun
beredar sangat kecil. Sebagian besar data menun- > 1 triliun 4 7 3 4 2 2 3
jukkan bahwa kebanyakan likuiditas saham di ba- Total 100 100 100 100 100 100 100
wah 1 %. Ada beberapa argumen yang dapat men-
jelaskan rendahnya likuiditas saham ini.
Arus kas bebas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI cukup kecil. Sebagian besar
Deskripsi Variabel Nilai Perusahaan memiliki arus kas bebas di bawah 1 milyard atau
ratusan jutaan rupiah. Jika arus kas bebas sekecil
Untuk distribusi variabel nilai perusahaan,
ini maka perusahaan memiliki kemampuan yang
ditunjukkan pada Tabel 3.
kecil untuk mengakumulasi modal sendiri. Akumu-
lasi modal sendiri ini justru sangat penting bagi
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) kelangsungan hidup perusahaan di masa depan.
Distribusi Frekuensi (Dalam %)
Keterangan
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Deskripsi Variabel Risiko Sistematis Perusahaan
<0.5 % 7 12 11 0 1 1 2
0.5 s/d 1 50 48 48 56 56 55 42 (Beta)
1.1 s/d 1.5 28 28 26 26 22 24 27
1.6 s/d 2.1 9 6 12 12 8 7 12 Untuk distribusi risiko sistematis perusaha-
> 2.1% 6 6 4 6 13 13 17
Total 100 100 100 100 100 100 100 an, dapat dilihat pada Tabel 5.

Nilai perusahaan yang diproksi oleh rasio


Tabel 5. Distribusi Frekuensi Risiko Sistematis Perusahaan
Tobin’s Q, menunjukkan sebagian besar perusaha-
an manufaktur yang terdaftar di BEI memiliki nilai Distribusi Frekuensi (Jumlah dan %)
Keterangan
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Tobins Q di bawah 1. Tobin’s q digunakan sebagai ≥ -1 19 0 0 2 2 2 3
ukuran tingkat keuntungan yang diharapkan -0.9 s./d -0.5 12 2 3 4 11 9 9
-0.4 s/d 0 14 49 56 32 48 45 58
perusahaan dari kesempatan investasi yang akan +0.1 s/d 1 33 49 41 59 35 43 29
datang dan sebagai proksi dari tingkat ketidakpas- >1 22 1 1 4 4 1 1
tian dari pendapatan yang akan diperoleh perusa- Total 100 100 100 100 100 100 100

haan. Perusahaan dengan Tobin’s q yang tinggi

| 645 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus,Oktober 2010: 641 –651

Hasil menunjukkan bahwa kebanyakan per- tidak sensitif atas market force.
usahaan manufaktur memiliki risiko sistematis per-
usahaan di bawah 1. Ini berarti bahwa return sa-
Koefisien Regresi
hamnya tidak sensitif terhadap pergerakan pasar.
Hal ini dapat dijelaskan karena banyak perusahaan Terdapat 7 tujuh jalur yang dihipotesiskan
manufaktur yang bersifat tertutup. Artinya: ling- dalam model. Jalur ini mencerminkan hipotesis
kup operasinya kebanyakan lokal sehingga relatif yang akan diuji, lengkapnya seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Path Analysis


Regression
Weight S.E. C.R. P Keterangan
Estimate
AKB KKS -735.387 1027.670 -.716 .474 Tidak Signifikan
AKB LIS 903367.281 450863.416 2.004 .045 Signifikan
AKB RSP -21810.678 12104.737 -1.802 .072 Tidak Signifikan
NP KKS .006 .002 3.066 .002 Signifikan
NP RSP .009 .022 .415 .678 Tidak Signifikan
NP LIS -.016 .823 -.019 .985 Tidak Signifikan
NP AKB .000 .000 3.572 *** Signifikan
Ket: AKB: arus kas bebas; NP: nilai perusahaan; RSP: risiko perusahaan; LIS: likuiditas saham; KKS: konsentrasi
kepemilikan saham

Untuk melihat secara keseluruhan koefi- probabilitas sebesar 0.474 yang berarti hipotesis
sien jalur untuk pengaruh langsung maupun peng- ditolak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
aruh tidak langsung, dapat dilihat pada Gambar 1. konsentrasi kepemilikan saham berpengaruh tidak
348.30 signifikan terhadap arus kas bebas perusahaan
kks manufaktur yang go public di Indonesia.
-735.39 .01 Pengaruh risiko sistimatis perusahaan terha-
-.18 284946010000.00 .95
Z1
1
Z2
1
dap arus kas bebas
2.46 -21810.68
.01 .00
-.11 rsp akb np Hasil penelitian menunjukkan nilai critical ra-
tio sebesar -1.802, dan tingkat signifikansi atau pro-
903367.28 -.02
.00 babilitas sebesar 0.072 yang berarti hipotesis ditolak.
.00 Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa risiko
lis
sistimatis perusahaan berpengaruh tidak signifikan
Gambar 1. Pengaruh Langsung Maupun Tidak Langsung terhadap arus kas bebas perusahaan manufaktur
yang go public di Indonesia.

Pengujian hipotesis
Pengaruh likuiditas saham terhadap arus kas
Pengaruh konsentrasi kepemilikan saham bebas
terhadap arus kas bebas
Hasil penelitian menunjukkan nilai critical ra-
Hasil penelitian menunjukkan nilai critical tio sebesar 2.004, dan tingkat signifikansi atau pro-
ratio sebesar -0.716, dan tingkat signifikansi atau babilitas sebesar 0.045 yang berarti hipotesis diteri-

| 646 |
Konsentrasi Kepemilikan Saham, Resiko Perusahaan, Likuiditas Saham, Arus Kas, dan Nilai Perusahaan
Perangkuan Tommy

ma. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa li- wa likuiditas saham berpengaruh tidak signifikan
kuiditas saham berpengaruh signifikan terhadap terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go pub-
arus kas bebas perusahaan manufaktur yang go public lic di Indonesia.
di Indonesia.
PEMBAHASAN
Pengaruh arus kas bebas terhadap nilai perusahaan Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Saham
Hasil penelitian menunjukkan nilai critical ratio terhadap Arus Kas Bebas
sebesar 3,572, dan tingkat signifikansi atau proba- Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi
bilitas sebesar 0.000 yang berarti hipotesis diterima kepemilikan saham berpengaruh tidak signifikan
pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian terhadap arus kas bebas perusahaan manufaktur
dapat dinyatakan bahwa arus kas bebas berpeng- yang go public di Indonesia.
aruh signifikan secara positif terhadap nilai perusa-
Hal ini berarti bahwa perubahan dalam kon-
haan manufaktur yang go public di Indonesia.
sentrasi kepemilikan saham tidak menyebabkan
perubahan nyata atas arus kas bebas perusahaan.
Pengaruh konsentrasi kepemilikan saham
Kajian terhadap dampak konsentrasi kepe-
terhadap nilai perusahaan
milikan saham dengan arus kas bebas kebanyakan
Hasil penelitian menunjukkan nilai critical didasari pada keterkaitannya dengan dividen dan
ratio sebesar 3.066, dan tingkat signifikansi atau laba. Secara singkat arus kas bebas adalah arus kas
probabilitas sebesar 0.002 yang berarti hipotesis bersih dikurangi dividen. Sehingga kecilnya arus
diterima pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan de- kas bebas akan mengurangi alokasi dana pada in-
mikian dapat dinyatakan bahwa konsentrasi kepe- vestasi masa depan karena kepemilikan internal
milikan saham berpengaruh signifikan secara posi- (karena konsentrasi kepemilikan) lebih suka mem-
tif terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go bagi dividen. Hasil studi ini konsisten dengan pen-
public di Indonesia. dapat Demsetz & Villalonga (2001) bahwa tidak
terjadi peristiwa yang menghubungkan antara arus
Pengaruh risiko sistimatis perusahaan terhadap kas bebas dengan konsentrasi kepemilikan. Jika
nilai perusahaan Brown & Caylor (2004), berpendapat besarnya pay-
Hasil penelitian menunjukkan nilai critical out free cash flow akan mengurangi kemampuan ma-
ratio sebesar 0.415, dan tingkat signifikansi atau najemen untuk menginvestasi pada proyek yang
probabilitas sebesar 0.678 yang berarti hipotesis NPV negatif. Namun hasil temuan menunjukkan
ditolak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa argumen yang bertolak belakang. Hal ini bisa terja-
risiko sistimatis perusahaan berpengaruh tidak di karena ketidaktahuan dari pemilik atas prospek
signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur dari suatu proyek investasi. Bagaimana logikanya?
yang go public di Indonesia. Pada dasarnya semakin terkonsentrasi kepemilikan
saham maka semakin kuat keinginan pemilik untuk
mengurangi arus kas bebas dengan meminta dividen.
Pengaruh likuiditas saham terhadap nilai
Namun jika pihak manajemen mampu menyakin-
perusahaan
kan untuk mengalokasikan dana itu untuk melaku-
Hasil penelitian menunjukkan nilai critical kan investasi dan jika pihak pemilik tidak memiliki
ratio sebesar -0.019, dan tingkat signifikansi atau informasi yang cukup signifikan atas proyek terse-
probabilitas sebesar 0.985 yang berarti hipotesis but maka besar kemungkinan arus kas bebas akan
ditolak. Dengan demikian dapat dinyatakan bah- dialihkan ke rencana investasi.

| 647 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus,Oktober 2010: 641 –651

Hasil studi ini menolak hasil penelitian Brown Pengaruh Likuiditas Saham terhadap Arus Kas
& Caylor (2004) dengan dasar pemikiran bahwa Bebas Perusahaan
dengan tersedianya peluang investasi yang pros-
pektif maka manajemen (proksi atas konsentrasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan saham) akan menginginkan tersedia- likuiditas saham berpengaruh signifikan
nya sumber pendanaan internal yang lebih besar secara positif terhadap arus kas bebas
untuk membiaya proyek investasinya (positif) se- perusahaan manufaktur yang go public di Indone-
hingga arus kas bebas akan disukai dalam jumlah sia. Hal ini sesuai dengan pendapat dari hasil studi
yang besar. Namun tanpa peluang investasi yang penelitian Habib & Ljungqvist (2000), meneliti
prospektif maka akan rasional bagi manajemen tentang firm value and managerial incentives: a sto-
untuk membaginya dalam bentuk dividen atau chastic frontier approach menemukakan bahwa ln
mencicil hutang. Perusahaan (negatif) sehingga (sales) terhadap performance (Tobins Q) berpengaruh
arus kas bebas akan kecil, sehingga dapat memicu signifikan dan positif. Ln (sales)2 terhadap perfor-
hubungan yang tidak signifikan akan konsentrasi mance berpengaruh signifikan dan negatif. Sigma
kepemilikan saham dengan arus kas bebas. 1 terhadap performance berpengaruh signifikan dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko negatif. R/D/k terhadap performance berpengaruh
perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap signifikan dan positif. Adv/k terhadap performance
arus kas bebas perusahaan manufaktur yang go berpengaruh signifikan dan positif. Capex/k
public di Indonesia. Hasil studi ini menolak hasil terhadap performance berpengaruh signifikan dan
studi Turnbull (1997) dengan dasar pemikiran bah- positif. Y/sales terhadap performance berpengaruh
wa perubahan dalam risiko sistematis perusahaan signifikan dan negatif. K/sales terhadap performance
tidak secara nyata menyebabkan perubahan dalam berpengaruh signifikan dan negatif. leverage
arus kas bebas perusahaan. Argumen ini bisa dije- terhadap performance berpengaruh signifikan dan
laskan dengan konsep manajemen laba. Menurut negatif. Cost of capital terhadap performance
konsep ini maka perusahaan atau manajemen dapat berpengaruh signifikan dan negatif. Sic-2 industry
mengatur alokasi laba untuk waktu mendatang baik growth terhadap performance berpengaruh signifikan
secara legal (misalnya: penggunaan metode FIFO dan positif. Pada penelitian ini digunakan ratio Q*
dan LIFO yang akan mempengaruhi pola biaya per- yang diestimasi berdasarkan tehnik ekonometrik
sediaan dan lain-lain) maupun secara ilegal (de- yang disebut stochastic frontier analysis.
ngan cara menambah atau mengurangi laba secara
sengaja). Hal ini akan menyebabkan risiko sistema- Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Saham
tis menjadi tidak signifikan terhadap arus kas be-
terhadap Nilai Perusahaan
bas.
Argumen lainnya bahwa risiko sistematis Hasil penelitian menunjukkan bahwa kon-
dipakai oleh investor untuk memberikan dampak sentrasi kepemilikan saham berpengaruh signifikan
pada return saham bukan pada arus kas bebas. secara positif terhadap nilai perusahaan manufak-
Karena return saham disebabkan pada capital gain tur yang go public di Indonesia. Hasil penelitian
(market yield) sedangkan arus kas bebas pada re- mendukung temuan Pivovarsky (2003) meneliti
turn operasi (operation yield). tentang hubungan antara konsentrasi kepemilikan
saham dengan kinerja pada perusahaan yang me-
lakukan privatisasi di Ukraina. Temuannya me-
nunjukkan konsentrasi kepemilikan saham berhu-
bungan positif dengan kinerja baik untuk perusaha-

| 648 |
Konsentrasi Kepemilikan Saham, Resiko Perusahaan, Likuiditas Saham, Arus Kas, dan Nilai Perusahaan
Perangkuan Tommy

an kecil maupun perusahaan besar dan konsisten (1999) bahwa porsi kepemilikan atas cash flow yang
dengan peningkatan kinerja untuk semua ukuran. besar akan mengurangi likuditas (saham) dan mem-
Konsentrasi kepemilikan saham dari kepemilikan buat harga pasar menjadi signal informasi yang
domestik positif/tidak signifikan terhadap kinerja lemah terhadap nilai perusahaan dan porsi kepemi-
perusahaan. Konsentrasi kepemilikan saham oleh likan atas cash flow yang besar akan mencakup biaya
perusahaan investasi dan non-state holding company risk bearing dan biaya likuiditas.
terhadap kinerja perusahaan: tidak signifikan. Pe-
milihan metode privatisasi adalah exogenous terha- Pengaruh Arus Kas Bebas terhadap Nilai
dap kinerja perusahaan saat ini. Perusahaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus
Pengaruh Risiko Perusahaan terhadap Nilai kas bebas berpengaruh dan signifikan terhadap ni-
Perusahaan lai perusahaan. Ini berarti semakin besar arus kas
bebas maka semakin tinggi nilai perusahaan dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko semakin rendah arus kas bebas maka semakin ren-
perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap dah nilai perusahaan. Arus kas bebas yang tinggi
nilai perusahaan manufaktur yang go public di In- menunjukkan perusahaan tersebut memiliki sur-
donesia. Ini berarti bahwa perubahan dalam risiko plus dana internal yang tinggi. Surplus ini akan
perusahaan tidak menyebabkan perubahan yang meningkatkan kemampuan perusahaan dalam hal
signifikan atas nilai perusahaan. membayar atau melunasi kewajiban jangka pendek
dan panjangnya. Tingginya kemampuan untuk me-
lunasi kewajiban ini menunjukkan kemampuan
Pengaruh Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan
yang tinggi bagi perusahaan dalam menghadapi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuidi- kesulitan keuangan di masa depan. Tingginya ke-
tas saham berpengaruh tidak signifikan terhadap mampuan untuk menghadapi kesulitan keuangan
nilai perusahaan manufaktur yang go public di Indo- atau risiko kebangkrutan akan mendapat respon
nesia. Hal ini berarti bahwa perubahan likuiditas positif dari investor di pasar. Perusahaan dengan
saham tidak menyebabkan perubahan yang nyata risiko kebangkrutan yang rendah akan menyebab-
atas nilai perusahaan. Argumen ini dapat dijelas- kan rendahnya risiko investasi dari investor. Per-
kan dengan beberapa kajian, yaitu: pertama, kajian usahaan dengan risiko investasi yang rendah sangat
price adjustment delays, kajian ini berfokus pada disukai oleh investor karena capital gain yang diper-
asumsi bahwa pasar modal telah efisiensi kuat. oleh dapat lebih tinggi. Jadi semakin tinggi arus
Artinya informasi langsung diserap oleh pasar dan kas bebas maka semakin tinggi kemampuan keuangan
memberikan tingkat penyesuaian yang sangat ce- perusahaan dan semakin tinggi nilai perusahaan.
pat sehingga tidak ada abnormal return. Walaupun Hal ini juga sesuai dengan pendapat Kim & Lee (2000)
saham memiliki likuiditas saham yang tinggi na- dan Fazzari et al. (2000).
mun terjadi atas informasi yang dikandung oleh
saham tersebut maka akan menimbulkan bias pada KESIMPULAN DAN SARAN
nilai perusahaan. Hal sesuai dengan hasil penelitian Kesimpulan
Graham (2004) yang menyatakan perubahan likui-
ditas tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Kedua, Penelitian ini bertujuan menguji dan
argumen less informative signal of value, ini menun- menganalisis pengaruh konsentrasi kepemilikan
jukkan harga saham tidak memberikan signal atas saham, risiko perusahaan, likuiditas saham, dan
nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan Bebchuk arus kas bebas terhadap nilai perusahaan manufak-

| 649 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus,Oktober 2010: 641 –651

tur yang go public di Indonesia. Berdasarkan te- Oleh karena konsentrasi kepemilikan saham
muan dapat disimpulkan bahwa semakin terkon- berpengaruh pada nilai perusahaan, maka
sentrasi kepemilikan saham maka semakin kuat te- disarankan pemilik saham utama (ultimate share-
kanan dari pemegang saham kepada manajemen holder) untuk selalu menjaga citra dan kinerja dalam
untuk memaksimalkan nilai perusahaan (kesejajar- mengontrol manajemen agar mau bertindak sesuai
an kepentingan). Artinya pemegang saham akan dengan keinginan pemegang saham. Oleh karena
memaksa pihak manajemen untuk selalu membuat struktur modal dan arus kas bebas mempengaruhi
keputusan yang menguntungkan pemegang saham. nilai perusahaan. Maka disarankan agar pihak
Semakin tingginya konsentrasi kepemilikan maka manajemen untuk berusaha menjaga keseimbangan
pengawasan dari pemegang saham akan semakin antara penggunaan modal sendiri maupun hutang.
kuat dalam mengontrol kinerja manajerial. Berda- Penggunaan utang yang efisien pada pembiayaan
sarkan konsep non stationary risk, jika risiko sistema- proyek-proyek investasi menguntungkan akan
tis tidak stationary maka akan bias return yang me- meningkatkan nilai perusahaan.
rupakan hasil prediksi. Jika return bias maka akan
memberikan dampak langsung pada firm value, ka-
rena elemen dari return adalah harga saham dan DAFTAR PUSTAKA
harga saham adalah elemen penting dari nilai pasar
saham yang sangat berdampak pada nilai perusa-
Baek, J.S., Kang, J.K., & Park, K.S. 2004. Corporate
haan. Jadi jika risiko tidak sistematis tidak stasio- Governance and Firm Value: Evidence From The
ner maka hubungannya dengan nilai perusahaan Korean Financial Crisis. Working Paper, January,
akan tidak signifikan. Berdasarkan konsep price pp.1-7.
adjustment delays berfokus pada asumsi pasar modal Breadley, R.A. & Myers, S.C. 2003. Principles of Corporate
efisiensi kuat. Walaupun saham memiliki likuiditas Finance. International Edition. USA: Mc Graw Hill.
saham yang tinggi namun terjadi delay atas infor-
Chi, J. & Lee, D.S. 2005. The Conditional Nature of The
masi, maka akan menimbulkan bias pada nilai per-
Value of Corporate Governance. Working Paper
usahaan. (June), No.6, pp.1-24.

Saran Chollete, L. & Naes, R. 2006, Pricing Implication of Shared


Variance in Liquidity Measures. Working Paper.
Oleh karena industri manufaktur adalah ke- Norges Bank Norway, pp.1-26.
lompok terbesar yang go public sehingga kontribusi Goldreich, D., Hanke, B., & Nath, P. 2004. The Price Of
terhadap variasi indeks harga saham gabungan Future Liquidity: Time-Varying Liquidity In The
(IHSG) menjadi dominan. Karena itu, diperlukan Us. Treasury Market. Working Paper. London
perhatian khusus dari pemerintah dalam hal ini Business School, pp.1-44.
BAPEPAM dan pengelola bursa efek di Indonesia Mackey T.B. 2006, Essays on Corporate Diversification
dengan cara, jika industri saham manufaktur me- and Firm Value, Dissertation, Ohio State
miliki kecenderungan menurun, sebaiknya diambil University, pp.1-111
langkah suspend (dihentikan sementara perdaga- Ogden, J.P., Jein, F.C., & O’connor, P.F. 2003. Advance
ngannya) seperti yang dilakukan oleh pengelo pa- Corporate Finance, Policies and Strategies. Prentice
sar modal di beberapa negara lain. Hal ini bertujuan Hall.
supaya tidak berdampak pada jatuhnya IHSG. Ronald, A.C., Mansi, S.A., & Reeb, D.M. 2003. Founding
Langkah seperti ini juga dapat ditempuh untuk Family Ownership and The Agency Cost of Debt.
menghindari jatuhnya IHSG sebagai dampak krisis Journal of Financial Economics, Vol.68. pp.263-285.
global saat ini.

| 650 |
Konsentrasi Kepemilikan Saham, Resiko Perusahaan, Likuiditas Saham, Arus Kas, dan Nilai Perusahaan
Perangkuan Tommy

Rony, M. & Roberts, M.R. 2006. Free Cash Flow, Signaling Scott, R. 2005. Over-Investment of Free Cash Flow. Working
and Smoothing: Lessons from Dividend Policy of Paper. University Of Pennsylvania, Wharthon
Public and Private Firms. Working Paper. Cornell School. November 10, pp.1-48.
University, pp.1-50.

| 651 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus Oktober 2010, hal. 652 – 664
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

POTENSI KREDIT USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)


PADA PENGUSAHA BINAAN UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

Sunardi
Program D-III Keuangan dan Perbankan Universitas Merdeka Malang
Jl. Terusan Raya Dieng 62-64 Malang

Abstract
The big part of SME in Merdeka University’s surroundings are mostly in the area of Pisang Candi and
Karang Besuki. The activity / business primarily are Trade, Restaurant and Hotels/Inn. The form of corpora-
tion which are owned by SME: 99% are individual corporation and 1% has owned formal corporation. The
problem that faced are 26,4% financial capital, 11% less of customers, and 10% strict competition. Based on
net income and the capability of paying the credit, SME 223 are those which have income below Rp.1000.000,00
per month; and the capability of paying credit is under Rp.500.000,00 per month.
Key words: SME, potential exertion, capability of paying credit.

Belakangan ini muncul semangat baru bagi segenap meningkatkan prosentase alokasi kredit, memberi-
pihak yang menggeluti UMKM telah berketetapan kan subsidi pada bunga pinjaman kredit sehingga
hati untuk menjadikan UMKM sebagai motor per- tidak memberatkan para pengusaha koperasi dan
tumbuhan ekonomi di masa depan. Pernyataan ini UMKM, membuat kerangka peraturan agar UMKM
paling tidak telah menjadi kesadaran baru bagi ka- dan koperasi lebih hidup, mendirikan biro kredit
langan pelaku UMKM di kawasan Asia Pacific seba- sehingga tingkat suku bunga bisa diturunkan, me-
gai mana mereka dikemukakan di depan para Men- nurunkan risiko jaminan bank dengan memperce-
teri yang membidangi UMKM forum APEC yang pat proses persertifikasian tanah serta mendorong
bertemu di kota Christchurch New Zealand tahun agar Bank Pembangunan Daerah (BPD) diharapkan
1999. Pengalaman, keyakinan dan harapan inilah yang bisa memberikan kredit yang lebih besar pada ma-
kemudian menggelora menjadi semangat yang te- syarakat (Republika Online, 2006).
rus didengungkan hingga saat ini (Sutrisno, 2000). Perkembangan UMKM secara nasional yang
Menko Kesra Aburizal Bakrie menyampaikan terus berkembang juga sejalan dengan
bahwa ada tiga strategi dalam memajukan UKM perkembangan UMKM di Kota Malang. Secara
yaitu memperbaiki investasi, mempercepat proses kuantitatif perekonomian kota Malang sangat
investasi, dan memberikan akses yang mudah da- ditopang oleh keberadaan sektor Industri,
lam perolehan kredit. Perbankan diharapkan bisa Perdagangan dan Jasa. Kondisi tersebut secara

Korespondensi dengan Penulis:


Su n ard i : Telp.+62 341 568 395 Ext . 544.
E-mail: jkpunm er@yahoo.co.id

| 652 |
Petensi Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pada Pengusaha Binaan UNMER

kuantiatif dilihat dari jumlah usaha disektor indus- perasi dan UMKM di situasi perekonomian Indone-
tri berjumlah 601 Unit atau 40,44%, untuk sektor sia di saat krisis membuktikan bahwa mereka mam-
perdagangan berjumlah 419 atau 28,20% dan sektor pu menjadi tulang punggung perkonomian nasi-
jasa berjumlah 208 atau 14 % dari jumlah unit usaha onal. Geliat UMKM yang mampu bersaing bukan
sebanyak 1486 unit (BAPPEKO Malang, 2005). Se- berarti luput dari masalah.
cara kuantitatif jumlah UMKM yang teridentifikasi
di Kota Malang berjumlah 888 unit atau 59,8 % dari
1486 unit dengan berbagai jenis usahanya. UMKM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
yang berada di Kota Malang tersebar di berbagai Dalam upaya peningkatan peranan Usaha
kecamatan dengan penyebaran UMKM tertinggi Mikro, Kecil dan Menengah dalam perekonomian
berada di Kecamatan Klojen berjumlah 222 atau nasional dibutuhkan pengetahuan yang kompre-
25 %, Kecamatan Blimbing berjumlah 197 atau hensif tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
22,18%, Kecamatan Blimbing berjumlah 197 atau Hal pertama yang penting adalah memahami pe-
22,18%, Kecamatan Sukun dan Kecamatan Kedung ngertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
kandang berjumlah 88 atau 9,91%. (Disperindakop itu sendiri. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Me-
Malang, 2005). nengah yang selanjutnya disebut (UMKM) berda-
Saat ini UMKM di sekitar perguruan tinggi sarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/39/
dan binaan perguruan tinggi di kota Malang telah PBI/2005, Usaha Mikro adalah usaha produktif mi-
demikian banyak tersebar di seluruh kampus de- lik keluarga atau perorangan Warga Negara Indo-
ngan berbagai jenis usaha baik di sektor perdagang- nesia, secara individu atau tergabung dalam kope-
an maupun jasa. Berkenaan dengan program pe- rasi dan memiliki hasil penjualan secara individu
ngembangan UMKM di Kota Malang, maka tujuan paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah)
penelitian ini adalah ingin mengetahui: (1) Karak- pertahun. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi
teristik UMKM di sekitar perguruan tinggi di kota rakyat yang berskala kecil memenuhi kriteria se-
Malang dilihat dari penyebaran lokasi, badan usa- bagai berikut: Memiliki kekayaan bersih paling
ha, aspek legalitas usaha UMKM; (2) Potensi dan nilai banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah),
tambah ekonomi yang dihasilkan oleh UMKM di- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
lihat dari omset produksi dan pendapatan perbulan atau Memiliki hasil penjualan tahunan paling ba-
berdasarkan jenis usaha; (3) Permasalahan-perma- nyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) milik
salahan yang dihadapi oleh UMKM dalam menja- warga negara Indonesia. Usaha Menengah adalah
lankan usaha melalui pendekatan sosioekonomi; usaha dengan kriteria sebagai berikut: Memiliki
(4) Akses UMKM terhadap industri keuangan di kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200.000.000,-
kota Malang dilihat dari kebutuhan modal, ke- sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,-
mampuan membayar dan jaminan usaha. tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
Selama ini terdapat dua polemik yang ber- Milik warga negara Indonesia, berdiri sendiri dan
kembang, pihak UMKM merasa kesulitan memper- bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
oleh fasilitas dana dari bank yang bisa membantu perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau afiliasi baik
mengembangkan usaha mereka, di sisi lain pihak langsung maupun tidak langsung dengan usaha be-
perbankan merasa kesulitan dalam memperoleh sar. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan
debitur yang benar-benar dipercaya mampu me- usaha yang tidak berbadan hukum dan atau badan
ngembalikan kredit yang dia ajukan. Eksistensi Ko- usaha yang berbadan hukum.

| 653 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 652 –664

POTENSI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH hanya lima persen. UMKM juga memberikan kon-
(UMKM) tribusi 57 persen pengadaan barang-barang dan
jasa. UMKM juga memberikan sumbangan sebesar
Keberadaan UMKM memiliki potensi yang 19 persen bagi ekspor Indonesia ke sejumlah nega-
sangat penting dan strategis dalam perekonomian ra tujuan. Sementara kontribusinya bagi pertum-
nasional. Karena selain memiliki jumlah yang besar, buhan ekonomi sebesar dua sampai empat persen.
UMKM juga menyebar hingga ke pelosok pedesa-
an. Berdasarkan data sampai dengan Desember
2005, jumlah unit usaha di seluruh Indonesia seba- PERMASALAHAN USAHA MIKRO KECIL
nyak 42.391.243. unit. Indonesia. dengan jumlah DAN MENENGAH (UMKM)
pelaku usaha di Indonesia pada tahun 2005 menca-
pai 42.391.243 unit usaha. Dari jumlah tersebut, se- Kehadiran UMKM memiliki potensi yang sa-
banyak 99,99 % di antaranya adalah UMKM, dima- ngat penting dan strategis dalam perekonomian
na 99,85 % di antaranya adalah usaha mikro. Se- nasional. Karena selain memiliki jumlah yang besar,
dang jumlah usaha berskala menengah sebanyak UMKM juga menyebar hingga ke pelosok pedesa-
62.000 atau 15 %, dan usaha besar hanya 0.001 % an. Berdasarkan data sampai dengan bulan Desem-
atau berjumlah 2.243 saja. Kontribusi UMKM juga ber 2005 jumlah UMKM yang bergerak diberbagai
amat jelas., usaha mikro mampu menyerap tenaga bidang usaha yang secara nasional sebesar
kerja sebanyak 120 juta atau 90,72 % dari lapangan 42.389.000 unit usaha atau 99,9 % dari struktur du-
pekerjaan yang ada. Sementara Usaha kecil dan nia usaha yang berada di Indonesia. Dengan jumlah
menengah menyerap 12 juta atau 9,07 % dan usaha UMKM sebesar 42.389.000 unit usaha mampu me-
besar hanya menyerap 280 ribu atau 0,21 % dari nyerap tenaga kerja sebesar 120.000.000 atau 90,72
lapangan kerja yang tersedia. Namun kondisi %dari daya serap lapangan kerja nasional.
tersebut berbalik dengan dengan penyaluran kre- (Depkop, 2005). Namun dibalik potensi yang dimi-
dit dari dunia perbankan dengan jumlah unit usaha liki tersebut UMKM juga menghadapi berbagai ma-
yang besar, usaha mikro hanya mampu menyerap salah, baik yang diakibatkan dari faktor ekternal dan
kucuran kredit perbankan Rp. 3 trilliun, sedangkan internal UMKM itu sendiri.
usaha besar yang hanya 0.001 % dari jumlah unit Berdasarkan hasil survei yang dilakukan
usaha mampu menyerap kucuran kredit sebesar Bank Rakyat Indonesia tentang UMKM di Indone-
Rp. 630. trilliun. (Depkop, 2005). sia dapat digambarkan masalah-masalah yang di-
Berdasarkan realitas ini, memfokuskan pe- hadapi oleh UMKM adalah sebagai berikut: 1) Per-
ngembangan ekonomi rakyat terutama pada usaha modalan, Pemasaran, IT, Sumber Daya Manusia.
mikro merupakan hal yang sangat strategis untuk 2) Daya saing dan pertumbuhan UMKM masih ren-
mewujudkan broad based development atau develop- dah. (Rudjito, 2003). Sementara menurut M Taufik
ment through equity. (Ismawan, 2003). Sementara dalam Fornas UKM dan Swisscontact, Jakarta: 14
fakta lain yang menunjukkan potensi UMKM dike- Januari 2004 khusus menyoroti masalah permo-
mukakan oleh Aburizal Bakri (Republika Online, dalan yang dialami oleh UMKM yaitu rata-rata ti-
2005) antara lain: UMKM memiliki sumbangan dak memiliki agunan meski usahanya berprospek
yang sangat berarti bagi perekonomian Indone- cukup baik. Padahal, bagi bank, kondisi usaha yang
sia. Diantara 42 juta pengusaha yang ada di dalam bagus saja tidak cukup karena agunan harus beru-
negeri, 99,9 persennya merupakan UMKM. Mayo- pa sertifikat atau aset lain; UMKM rata-rata usaha-
ritas kesempatan kerja yang ada di dalam negeri nya bagus, tetapi tidak layak dibiayai bank sesuai
berasal dari UMKM, sedangkan pengusaha besar aturan bank (bankable).

| 654 |
Petensi Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pada Pengusaha Binaan UNMER

Permasalahan UMKM lain yang sama juga PERAN LEMBAGA KEUANGAN TERHADAP
disampaikan oleh Harian Suara Merdeka, 16 Agus-
PENGEMBANGAN UMKM
tus 2005 menyatakan bahwa Persoalan yang sejak
dahulu mengimpit usaha mikro, kecil, dan mene- Pengembangan UMKM melalui permodalan
ngah (UMKM) cenderung klasik yaitu: sumber da- dilakukan karena beberapa alasan yaitu: UMKM
ya manusia, pasar, dan permodalan. Presiden Susi- telah mempunyai kegiatan ekonomi produktif se-
lo Bambang Yudhoyono dalam Dialog dengan Ma- hingga kebutuhannya adalah pengembangan dan
hasiswa Program Doktor Manajemen Bisnis IPB peningkatan kapasitas bukan penumbuhan, sehing-
“Peningkatan Daya Saing Bisnis dan Iklim Investasi ga lebih mudah dan pasti. Apabila kelompok ini
pada Era Transisi Demokrasi” di Jakarta tanggal diberdayakan secara tepat, mereka akan secara
1 April 2006 menyatakan bahwa masalah utama mudah berpindah menjadi sektor usaha kecil. Seca-
yang dihadapi oleh UMKM antara lain lemahnya ra efektif mengurangi kemiskinan yang diderita oleh
permodalan, daya saing, produktivitas, dan pertum- mereka sendiri, maupun membantu pemberdayaan
buhan usaha. rakyat kategori fakir miskin, serta usia lanjut dan
Menurut Ismawan (2003) berbagai jenis muda. Gambar 1 memperlihatkan peran strategis
masalah yang dihadapi oleh UMKM terutama pada dari usaha mikro (oleh World Bank disebut eco-
industri kecil dan industri kecil rumah tangga, se- nomically active poor) dalam mengurangi kemiskinan.
bagai berikut:
The Elder Poor

Tabel 1. Permasalahan yang Dihadapi IKR dan IK Economically Active Poor Small Scale
The Poorest
(Usaha Mikro) Business
Jenis Masalah IKR IK
1. Masalah modal 40,48% 36,63% The Younger Poor
2. Pengadaan bahan baku 23,75% 16,76%
3. Pemasaran 16,96% 4,43%
Gambar 1. Peran Strategis Usaha Mikro (Economically Active
4. Teknik produksi dan manajemen 3,07% 26,89%
Poor) dalam Mengurangi Kemiskinan
5. Persaingan 15,74% 17,36%
Sumber : Data sekunder BPS, diolah (2008)
Ket : IKR : Industri Kecil Rumah Tangga
IK : Industri Kecil Masyarakat lapisan bawah pada umumnya
nyaris tidak tersentuh (underserved) dan tidak di-
anggap memiliki potensi dana oleh lembaga keuangan
Berdasarkan berbagai uraian, dapat disim- formal, sehingga menyebabkan laju perkembangan
pulkan permasalahan klasik UMKM secara spesifik ekonominya terhambat pada tingkat subsistensi
setidaknya terdapat empat permasalah­an internal, saja. Kelompok masyarakat ini dinilai tidak layak
yang merupakan problem klasik yang dihadapi bank (not bankable) karena tidak memiliki agunan,
UKM. Keempat permasalahan internal tersebut serta diasumsikan kemampuan mengembalikan
adalah: (1) terbatasnya penguasaan dan pemilikan pinjamannya rendah, kebiasaan menabung yang
aset produksi, terutama permodalan; (2) rendah- rendah, dan mahalnya biaya transaksi. Akibat asumsi
nya kemampuan SDM; (3) ditinjau dari konsentrasi tersebut, maka aksesibilitas dari pengusaha mikro
pekerjaan sumberdayanya, pengembangannya ter- terhadap sumber keuangan formal rendah, sehing-
hambat oleh konsentrasi rakyat di pedesaan yang ga kebanyakan mereka mengandalkan modal apa
bergerak pada sektor pertanian; (4) kelembagaan adanya yang mereka miliki.
usaha belum berkembang secara optimal dalam pe-
nyediaan fasilitas bagi kegiatan ekonomi rakyat.

| 655 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 652 –664

PENGEMBANGAN UMKM untuk meningkatkan fokus pembinaan agar lebih


terarah. Melakukan pusat transformasi pembinaan
Pemerintah di berbagai negara, pada umum-
UKM agar menjadi sebuah industri jasa yang dapat
nya mendukung UMKM. Hal tersebut dilakukan
dilakukan oleh swasta secara profesional melalui
mengingat kontribusinya yang signifikan atas
pasar. Dengan penetapan jangka waktu yang cukup
lapangan kerja, inovasi dan pertumbuhan. Dukung-
akan terjadi proses pengguliran program secara
an pemerintah tersebut bertujuan memajukan sek-
berkelanjutan, bukan sekedar pengguliran dana.
tor UMKM, agar bergairah dan tumbuh secara di-
Hadirnya dukungan non finansial akan mengawal
namis. Namun demikian, biasanya dukungan pe-
proses dinamika klaster yang tidak terpaku pada
merintah terhadap UMKM tersebut, tidak berjalan
pengembangan jenis industri yang ada, sehingga
secara optimal. Setidaknya ada tiga hal yang me-
eksistensi UMKM di dalam klaster dapat terus me-
nyebabkan peran negara kurang memuaskan da-
nanggapi setiap perubahan.
lam pemberdayaan UMKM. Pertama, relevansi
pembinaan terhadap UMKM terbatas. Maksudnya Kebijakan makro bisa ditransfer ke dalam
penyediaan jasa berlandaskan pandangan sempit tataran mikro, skala usaha UMKM) umumnya me-
tentang kebutuhan UMKM, yaitu lebih banyak di- lalui mekanisme dukungan perkuatan pada tataran
tentukan dari sisi pemberian layanan (supply driven) individu. Pada tataran individu, kebijakan du-
dan bukan karena pengetahuan tentang apa yang kungan perkuatan ini dapat dibedakan menjadi du-
diperlukan UMKM. Kedua, jangkauan sasaran ter- kungan keuangan (finansial) dan dukungan bukan
batas. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan pa- keuangan (non-finansial). Proses transmisi du-
da subsidi dan ketentuan jenis bantuan pemerintah kungan perkuatan pada tataran individu ke tataran
terhadap UMKM. Akibatnya jumlah perusahaan mikro memerlukan alat berupa proses inovasi dan
yang menerima bantuan menjadi terbatas, terutama pemberdayaan, agar sasaran pelaku yaitu UMKM
oleh jumlah dana yang dianggarkan pemerintah. dapat antisipatif dan responsif terhadap kebijakan
Ketiga, kesinambungan yang lemah. Kemacetan pada tataran meta, makro dan meso. Dengan demi-
program yang tengah dijalankan terjadi akibat ke- kian efektifitas pemberdayaan UMKM ditentukan
tergantungannya pada dana pemerintah dan sifat oleh keselarasan dan sinergi kebijakan di tataran
mekanisme pemberian bantuan, akibatnya fatal ke- meta, makro, mikro, dan meso.
tika bantuan dana dihentikan atau seringkali hanya
berlaku untuk sekali saja. METODE
Pendekatan pengembangan UKM dengan
Penelitian ini dilakukan dengan menggu-
membuat fokus sasaran adalah sentra dimulai oleh
nakaan desain penelitian survei. Dimana dalam pe-
Badan Pengembangan Sumberdaya Koperasi dan
laksanaan penelitian ini dilakukan melalui analisis
Pengusaha Kecil dan Menengah (BPS-KPKM) pada
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif ter-
tahun anggaran 2001 yang lalu. Pada dasarnya pen-
hadap jawaban masalah yang berada di lapangan
dekatan ini adalah memberikan perkuatan untuk
melalui pemilihan sampel dengan metode purpo-
menjaga dinamika sentra agar tumbuh menjadi
sive sampling. Pengamatan dilakukan pada populasi
klaster bisnis UMKM melalui perkuatan tiga kom-
penelitian yakni UMKM binaan Unmer Malang. Je-
ponen yaitu: dukungan non finansial, advokasi,
nis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini ada-
dan dukungan finansial sebagai penggerak awal.
lah data primer berupa penyebaran kuesioner ke
Prinsip dasar pembinaan UMKM melalui strategi
lokasi UMKM, karakteristik yang meliputi jenis
klaster bisnis dengan pengembangan dukungan
dan badan usaha UMKM, distribusi pendapatan
non finansial dan finansial antara lain: tujuannya
UMKM, permasalahan yang dihadapi UMKM.

| 656 |
Petensi Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pada Pengusaha Binaan UNMER

Sedangkan data sekunder berupa data-data UMKM sampling. Data sekunder diperoleh melalui pe-
di wilayah Malang sebagai pembanding yang dike- ngumpulan data dari dokumen surat kabar, maja-
luarkan instansi terkait. Penelitian ini dilakukan lah, internet dan dari kajian pustaka. Tahap keempat,
di wilayah sekitar kampus Unmer dengan pertimbang- analisis terhadap data primer dan data sekunder
an karena Unmer Malang memiliki UMKM binaan yang dilakukan berdasarkan tujuan penelitian. Untuk
yang berada disekitar kampus. Secara kuantitatif menganalisis data, digunakan spreadsheet (untuk ta-
jumlah UMKM sekitar kampus berjumlah 618 unit. bulasi data) dan SPSS (untuk analisis data). Tahap
Berdasarkan pada perumusan masalah dan tujuan kelima, kesimpulan hasil kajian akan dibuat berda-
penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian sarkan analisis dan penilaian data yaitu: potensi,
ini yakni melakukan pemetaan UMKM di sekitar masalah dan peluang usaha yang dihadapi oleh
kampus Unmer Malang. Dalam penelitian ini ter- UMKM di sekitar kawasan Unmer Malang. Jenis
dapat beberapa variabel penelitian yang akan di- data yang digunakan dalam penelitian ini bersum-
amati yaitu jenis usaha, badan usaha, pendapatan, ber beberapa data yang dikelompokkan ke dalam
berbagai permasalahan, kebutuhan permodalan, data sekunder dan data primer yang diperoleh da-
pengunaan modal, kemampuan bayar, barang ja- ri kajian lapangan . Data sekunder berasal dari
minan yang melekat atau dihadapi oleh UMKM informasi, pemberitaan, dokumen tentang UMKM
baik di sekitar perguruan tinggi ataupun binaan. dan program pengembangan UMKM yang dida-
Populasi dalam penelitian ini adalah UMKM yang patkan dari berita terbaru, surat kabar, majalah,
berada di wilayah sekitar Unmer Malang. Pemilih- jurnal, internet dan lain-lain sumber pustaka. Sum-
an sampel dilakukan melalui pembagian wilayah ber data primer merupakan data yang dikumpul-
dengan metode purposive sampling. kan melalui pendataan langsung kepada responden
Untuk mendapatkan hasil kajian UMKM UMKM yang telah dilaksanakan pada bulan Mei
yang komprehensif, maka dalam penelitian ini di- hingga Juni 2006. data primer meliputi jenis usaha,
laksanakan dalam lima tahap, yaitu: Tahap pertama, legalitas usaha, pendapatan, masalah yang diha-
identifikasi terhadap isu dan masalah yang terjadi dapi, kemampuan membayar dan ketersedian ba-
pada UMKM yang diperoleh dari koran, majalah rang jaminan. Dalam upaya untuk memperoleh da-
sains, jurnal, informasi melalui internet, dan lain- ta primer dilakukan dengan metode penelitian la-
lain. Isu dan masalah yang ada kemudian dilanjut- pangan (field research) dengan teknik pengumpulan
kan dengan rumusan tujuan dan sasaran penelitian data sebagai berikut: kuesioner, yaitu daftar perta-
yaitu untuk memperoleh potensi, hambatan dan yaan terstruktur yang ditujukan pada usaha mikro,
peluang usaha UMKM khususnya di kawasan seki- kecil dan menengah yang telah terpilih sebagai sam-
tar Unmer Malang. Tahap kedua, perancangan pe- pel penelitian. Kuesioner dalam penelitian ini ter-
ngumpulan informasi atau data yang diperlukan dapat dua sifat yaitu pertanyaan terbuka dan per-
untuk penelitian ini. Tahap ini merupakan tahap tanyaan terbuka dengan isian. Pertanyaan tertutup
perancangan pengumpulan data primer (yaitu data merupakan pertanyaan dengan dua pilihan jawab-
responden UMKM sekitar kawasan Unmer dan an iaitu merupakan pertanyaan yang paling seder-
data sekunder (yaitu data dokumen tertulis tentang hana dengan kemungkinan jawapan ya atau tidak.
database UMKM di Kota Malang). Tahap ketiga, pe- Pertanyann terbuka merupakan pertanyaan yang
ngumpulan data primer dan data sekunder. Data memberikan kesempatan pada responden untuk
primer didapatkan daripada penelitian lapangan menyatakan pendapat. Adapun teknik analisis data
melalui kuesioner terhadap sampel UMKM sekitar yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif
Unmer Malang. Pengumpulan data primer meng- dan kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan de-
gunakan kuesioner mengikuti metoda purposive ngan mengunakan alat kuantitatif sederhana seperti

| 657 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 652 –664

tabel silang (cross table), rata-rata dan distribusi fre- Berdasarkan Gambar 2 dapat dijelaskan bah-
kuensi data dari UMKM. Analisis kuatitatif ini ber- wa UMKM binaan Universitas Merdeka Malang
tujuan untuk melihat berberapa indikator UMKM. adalah, Kalisongo terdapat (9%), UMKM Karang
Untuk memeperoleh gambaran mengenai potensi Besuki (32%), UMKM , Gading terdapat (26%)
dan permasalahan yang dihadapi dari UMKM UMKM,dan Pisang Candi terdapat (33%).UMKM.
digunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini Dari sebaran lokasi usaha, UMKM sekitar
diaplikasikan melalui survei lapangan dengan me- Universitas Merdeka Malang, mayoritas ada di wi-
ngunakan kuesioner terhadap UMKM yang terpi- layah Pisangcandi dan Karang Besuki. Hal ini dise-
lih sebagai sampel penelitian melalui analisis kuan- babkan karena kedua kelurahan ini merupakan dae-
titatif dan kualitatif digunakan untuk mendiskrip- rah kos-kosan dan dekat dengan lokasi Perguruan
sikan secara rinci peristiwa atau keadaan yang se- Tinggi lain, sehingga banyak UMKM di daerah ter-
sungguhnya yang terjadi pada UMKM. Terhadap sebut. Di kelurahan Karang Besuki merupakan sen-
data yang telah dianalisis tersebut, maka dilakukan tra industri beton (pot, nisan dan sebagainya) yang
pengabungan analisis kualitatif dan kuantitatif de- ada pada satu wilayah tersebut. Sedangkan wilayah
ngan mengunakan prinsip komplementer atau sa- Pisang Candi merupakan tempat yang dekat dengan
ling melengkapi dalam pembahasan masalah pene- Unmer Malang, sehingga UMKM terpusat di wila-
litian dengan keragaman data. Melalui kombinasi yah ini. Sebaliknya untuk wilayah desa Kalisongo
diharapkan menjadi suatu strategi yang cocok un- terdapat 9 % binaan Unmer, hal ini dikerenakan
tuk memahami UMKM di lapangan. desa Kalisongo yang wilayah geografisnya terjauh
diantara keempat kelurahan bianaan Unmer, dan
dusamping itu wilayah tersebut kegiatan usaha pen-
HASIL
duduk masih terfokus pada sektor pertanian .
Hasil pemetaan UMKM, dengan mendapat-
kan data 618 UMKM dari berbagai bidang usaha.
Jenis Usaha dan Badan Usaha
Apabila dikelompokkan, meliputi: Wilayah
UMKM/lokasi Usaha. Lokasi usaha UMKM binaan
Unmer Malang meliputi Kelurahan Kalisongo, Ka- UMKM berdasarkan bidang usaha dapat
rang Besuki, Gading dan Pisang Candi, jumlah dijelaskan dalam Tabel 2.
UMKM di masing-masing kelurahan seperti pada
Gambar 2. Tabel 2. Bidang Usaha UMKM
No Bidang Usaha Jumlah %
1 Tekstil, barang dari kulit & alas kaki 17 3
2 Barang dari kayu & hasil hutan lainnya 5 1
3 Kertas dan barang cetakan 6 1
4 Semen dan barang galian bukan logam 8 1
5 Logam dasar besi dan baja 5 1
6 Perdagangan 231 37
7 Hotel / penginapan 98 16
8 Restoran 114 18
9 Angkutan jalan raya 2 0
10 Jasa Penunjang Angkutan 19 3
11 Komunikasi 65 11
12 Jasa hiburan dan kebudayaan 14 2
Gambar 2. Penyebaran Lokasi UMKM Binaan Universitas 13 Jasa Perorangan dan RT 34 5
Merdeka Malang Total 618 100

| 658 |
Petensi Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pada Pengusaha Binaan UNMER

Unmer Malang sebagian besar bergerak pada sek-


BENTUK USAHA
KELOMPOK/PERORANGAN
tor perdagangan (37%), restoran (18%), pengina-
pan (16%) dan hanya sebagian kecil bergerak di
1%
bidang jasa penunjang angkutan (3%), jasa hiburan
dan kebudayaan (2%) dan tekstil dan barang dari
kulit dan alas kaki (3%). Hal ini menggambarkan
99%
bahwa sektor perdagangan, restoran dan pengina-
Usaha Perorangan pan merupakan sektor yang dominan bagi usaha
Usaha Kelompok
di sekitar kampus, mengingat dari ketiga sektor
usaha inilah yang dinilai sesuai dengan kebutuhan
konsumen di lingkungan kampus. Kondisi sebalik-
Gambar 3. Bentuk Badan Usaha
nya terjadi pada sektor usaha di bidang tektil dan
barang dari kulit, jasa hiburan, jasa angkutan. Ke-
Berdasarkan data Tabel 2 tersebut dapat di- tiga sektor usaha tersebut kurang diminati oleh peng-
kelompokkan bahwa bidang usaha UMKM binaan usaha UMKM, karena ketiga usaha tersebut mem-

Tabel 3. Pendapatan Per Bulan UMKM Binaan dan sekitar Universitas Merdeka Malang
Penghasilan Per Bulan
Jenis Usaha Tidak <Rp 1 1 –2,5 2,5-5 5-7,5 7,5-10 10- 15- 20jt- > 25 Total
ada data Jt jt jt jt jt 15jt 20jt 25jt jt
Tekstil, barang dari Kulit 1 9 4 2 1 0 0 0 0 0 17
Prosentase 2,9% 4% 2,5% 2% 2,2% 0% 0% 0% 0% 0% 2,8%
Barang dari kayu & hasil 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0 5
olahan 2,9% 0,9% 0,6% 1% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0,8%
Prosentase
Kertas dan Barang 0 3 1 0 1 0 0 0 0 0 6
cetakan Prosentase 0% 1,3% 0,6% 0% 2,2% 0% 0% 0% 0% 0% 1%
Semen dan Barang Logam 0 2 0 1 0 1 2 0 0 2 8
Prosentase 0% 0,9% 0% 0,6% 0% 4,5% 9,1% 0% 0% 50% 1,3%
Logam dasar besi 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 5
Prosentase 2,9% 0,4% 0,6% 1% 0% 0% 4,5% 0% 0% 0% 0,8%
Perdagangan 11 80 55 40 29 8 7 0 1 0 231
Prosentase 32,4% 53,9% 34,6% 40% 64,4 36,4% 31,8 0% 20% 0% 37,4%
% %
Hotel dan Penginapan 1 60 26 7 1 2 1 0 0 0 98
Prosentase 2,9% 26,9% 16,4% 7% 2,2% 9,1% 4,5% 0% 0% 0% 15,9%
Restoran Prosentase 4 30 31 22 9 7 6 1 3 1 114
11,8% 13,5% 19,5% 22% 20% 31,8% 27,3 25% 60% 25% 18,4%
%
Angkutan Jalan Raya 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2
Prosentase 0% 0% 0,6% 1% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0,3%
Jasa Penunjang Angkutan 1 8 6 1 0 1 2 0 0 0 19
Prosentase 2,9% 3,6% 3,8% 1% 0% 4,5% 9,1% 0% 0% 0% 3,1%
Komunikasi Prosentase 6 19 17 14 2 2 2 1 1 1 65
17,6% 8,5% 10,7% 14% 4,4% 9,1% 9,1% 25% 20% 25% 10,5%
Jasa Hiburan Prosentase 3 3 6 0 1 0 0 1 0 0 14
8,8% 1,3% 3,8% 0% 2,2% 0% 0% 25% 0% 0% 2,3%
Jasa Perorangan & Rmh 5 6 10 10 1 0 1 1 0 0 34
Tangga Prosentase 14,7% 2,7% 6,3% 10% 2,2% 0% 4,5% 25% 0% 0% 5,5%
Jumlah 34 223 159 100 45 22 22 4 5 4 618
Prosentase 5,5% 36,1% 25,7% 16,2 7,3% 3,% 3,6% 0,6% 0,8% 0,6% 100%
%

| 659 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 652 –664

butuhkan investasi yang besar, di samping itu pula tel dan Penginapan (16,4%). Dari kenyataan
memerlukan perijinan yang lebih rumit jika diban- menggambarkan bahwa UMKM yang bergerak di
ding dengan usaha yang lainnya, sehingga bagi bidang usaha perdagangan, penginapan/kos dan
pengusaha UMKM kurang tertarik di bidang usaha rumah makan secara mayoritas memiliki
tersebut. Jika ditinjau dari badan usaha yang dimi- pendapatan terkecil jika dibandingkan dengan
liki terdapat 99% UMKM merupakan usaha per- sektor usaha yang lain, kondisi ini dikarenakan
orangan dan 1% usaha kelompok, hal ini membuk- ketiga sektor usaha yang dijalankan oleh UMKM
tikan bahwa UMKM belum memiliki badan usaha masih berskala mikro dan bersifat perorangan.
yang besifat legal formal, sehingga akan berdam- Sedangkan Jenis usaha yang kurang diminati
pak pada terhambatnya usaha mereka, karena akan masyarakat adalah jenis usaha angkutan jalan raya
menghadapi kendala jika berhubungan dengan pi- sebanyak (0,3%), jenis usaha logam dasar besi
hak lain seperti lembaga keuangan formal (bank) sebanyak 0,8%), jenis usaha barang dari kayu &
maupun lembaga lainnya. hasil olahan UMKM (0,8%) serta jenis usaha kertas
dan barang cetakan sebanyak (1%), justru
Pendapatan Per Bulan UMKM menghasilkan pendapatan yang lebih besar, hal ini
dikarenakan usaha tersebut di samping padat
Pendapatan per bulan UMKM wilayah Univer-
modal yang memerlukan investasi yang besar dan
sitas Merdeka Malang dapat dilihat dalam Tabel 3.
Apabila dilihat dari jenis usaha dengan tentunya risiko yang besar pula tetapi juga sudah
dikelola secara baik.
pendapatan per bulan, yang paling banyak adalah
jenis usaha Perdagangan dengan pendapatan per
bulan <Rp.1.000.000 (35,9%), kemudian Hotel dan Permasalahan yang Dihadapi
Penginapan (26,9%) dan Restoran (13,5%). Urutan Apabila dilihat dari masalah yang sedang
berikutnya adalah pendapatan per bulan
dihadapi UMKM, maka dapat dilihat pada Tabel 4.
Rp.1.000.000-Rp.2.500.000 dengan jenis usaha
Perdagangan (34,6%), Restoran (19,5%) dan Ho-

| 660 |
Petensi Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pada Pengusaha Binaan UNMER

Tabel 4. Masalah yang Dihadapi UMKM Binaan Universitas Merdeka Malang

Masalah

sistem produksi /teknis


dampak policy /politik
layanan kurang puas

Pengaruh pasar
sepi pelanggan

force majour
persaingan

Total
Modal
No Jenis Usaha

1 Tekstil, barang dari kulit & alas kaki 8 0 0 1 2 0 2 0 17


2 Barang dari kayu & hasil hutan lainnya 3 0 0 1 0 0 0 0 5
3 Kertas dan barang cetakan 3 0 0 0 1 0 1 0 6
4 Semen dan barang galian bukan logam 0 1 0 2 3 0 2 0 8
5 Logam dasar besi dan baja 4 0 0 0 0 0 0 0 5
6 Perdagangan 55 27 0 42 6 0 0 1 231
7 Hotel / penginapan 11 2 0 1 1 0 2 0 98
8 Restoran 38 26 1 9 6 1 0 0 114
9 Angkutan jalan raya 0 0 0 0 0 0 0 1 2
10 Jasa Penunjang Angkutan 10 2 0 0 2 0 2 0 19
11 Komunikasi 18 5 0 4 5 0 7 0 65
12 Jasa hiburan dan kebudayaan 6 1 0 0 1 0 0 0 14
13 Jasa Perorangan dan RT 7 4 0 2 1 0 3 0 34
Jumlah 163 68 1 62 28 1 19 2 618
Prosentase 26.4 11.0 0.2 10.0 4.5 0.2 3.1 0.3 100

Masalah yang dihadapi oleh UMKM mayo- penambahan modal untuk pengembangan usaha
ritas adalah masalah modal usaha 26,4%. Urutan dikarenakan masih sulitnya UMKM untuk meng-
kedua masalah yang dihadapi adalah sepi pelang- akses permodalan dilembaga keuangan/perbank-
gan 11% dan persaingan 10%. Berdasarkan jenis an yang disebabkan oleh pemenuhan persyaratan
usaha, usaha perdagangan mengalami masalah bank teknis. Berkurangnya jumlah mahasiswa PTS
modal, persaingan dan sepi pelanggan. Usaha res- berakibat semakin ketatnya tingkat persaingan
toran menghadapi masalah modal, sepi pelanggan harga antar pemilik usaha di sekitar kampus untuk
dan persaingan. Sedangkan masalah yang sedikit menjaringpelanggan.
dihadapi oleh UMKM adalah dampak politik, la-
yanan dan force major. Hal ini konsisten dengan Kemampuan dalam Mengembalikan Pinjaman
kondisi riil, bahwa dampak politik tidak berpeng-
aruh terhadap kelangsungan usaha UMKM. Apabila dilihat dari kemampuan membayar
Masalah adalah permodalan usaha, persaingan dan pinjaman, data UMKM dijelaskan dalam Tabel 5.
sepinya pelanggan, sepinya pelanggan. Masalah

| 661 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 652 –664

Tabel 5. Kemampuan Mengembalikan Pinjaman

Penghasilan per bulan

Penghasilan dibawah

Rp. 10.000.000 - Rp.

Rp. 15.000.000 - Rp.

Rp. 20.000.000 - Rp.


Rp. 1.000.000 –

Rp. 2.500.000 –

Rp. 5.000.000 –

Rp. 7.500.000 –
Rp. 10.000.000
tidak ada data

Rp. 2.500.000

Rp. 5.000.000

Rp. 7.500.000

lebih dari Rp.


15.000.000

20.000.000

25.000.000

25.000.000

Total
Rp. 1 jt

Tidak terdata 31 179 97 59 23 17 10 2 2 2 422


Rp. 2.500 - Rp. 50.000 0 11 7 7 0 0 1 0 0 0 26
Rp. 50.000 - Rp. 100.000 2 9 10 7 4 1 3 0 0 0 36
Rp. 100.000 - Rp. 250.000 1 13 25 10 5 0 4 1 1 0 60
Rp. 250.000 - Rp. 500.000 0 8 13 12 7 4 2 1 1 2 50
Rp. 500.000 - Rp.1.000.000 0 2 6 2 3 0 0 0 1 0 14
Rp. 1.000.000 - Rp.2.500.000 0 1 1 2 2 0 2 0 0 0 8
Rp. 2.500.000 - Rp. 5.000.000 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 2
Jumlah 34 223 159 100 45 22 22 4 5 4 618
Prosentase 5.5 36.1 25.7 16.2 7.3 3.6 3.6 0.6 0.8 0.6 100

Berdasarkan Tabel 5, kemampuan memba- Jaminan yang Dimiliki


yar pinjaman UMKM yang paling banyak 223
UMKM adalah UMKM yang mempunyai pengha- Jika dilihat dari kepemilikan jaminan, mayo-
silan per bulan di bawah Rp.1.000.000 dengan ke- ritas UMKM tidak memiliki jaminan., seperti dalam
mampuan membayar antara Rp.100.000 sampai gambar berikut:
Rp.250.000,-. Urutan kedua dalam jumlah nominal
kemampuan membayar pinjaman adalah UMKM JAMINAN YANG DIMILIKI
yang mempunyai penghasilan per bulan Rp.1.000.000-
9% 2%
Rp.2.500.000 dengan jumlah kemampuan Rp.250.000 7% 36%
sampai Rp.500.000,-. Sedangkan UMKM yang
1%
mempunyai penghasilan per bulan Rp.20.000.000- 1%
44%
Rp.25.000.000, kemampuan membayar pinjaman Sertifikat tanah / rumah
adalah Rp.500.000-Rp.1.000.000,- Akta Juab beli
Petok D
Dari kemampuan membayar di bawah Rp. BPKB Kend araa n
Jaminan barang bergerak
1.000.000; menunjukkan bahwa sebenarnya UMKM tidak ad a jaminan
Lain lain (SK Peg awai, Ijazah, dll)
tersebut dalam strata kelompok usaha mikro, dari
kelompok usaha mikro jika ditinjau dari segi jamin- Gambar 4. Jaminan yang Dimiliki UMKM Binaan dan Sekitar
an, maka UMKM tersebut belum memiliki jaminan UNMER Malang
yang sesuai dengan ketentuan perbankan dan mu-
dah ditebak, jika menginginkan tambahan modal UMKM yang memiliki jaminan sertifikat tanah/
akan mengalami kendala di bank teknisnya. rumah 36%, jaminan akta jual beli 1%, jaminan Petok
D 1%, jaminan BPKB Kendaraan 44%, jaminan barang

| 662 |
Petensi Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pada Pengusaha Binaan UNMER

bergerak 7%, jaminan SK Pegawai/Ijazah 2% dan gunakan lebih ditingkatkan. Dengan mengguna-
tidak ada jaminan 9%. Jadi mayoritas UMKM meng- kan sampel yang semakin besar sehingga mende-
gunakan jaminan BPKB dan sertifikat tanah/rumah kati populasi yang ada akan semakin memberikan
untuk pinjaman. Jaminan tambahan yang dimiliki gambaran sebenarnya dari populasi tersebut. Selain
oleh UMKM terbesar adalah berupa BPKB, dengan itu untuk penelitian selanjutnya kedalaman dalam
demikian jika UMKM memerlukan tambahan pen- analisa lebih ditingkatkan, sehingga penelitian le-
danaan di lembaga perbankan maka akan diklasi- bih memberikan hasil yang optimal.
fikasikan sebagai usaha mikro dan hanya menda-
patkan tambahan modal untuk modal kerja saja,
DAFTAR PUSTAKA
bukan untuk investasi, sehingga UMKM akan kesu-
litan untuk pengembangan usahanya.
Anonymous. 2006. Kajian Efektifitas Pemanfaatan Program
Bantuan Perkuatan untuk UMK. Deputi Bidang
KESIMPULAN DAN SARAN Pengkajian Sumberdaya UKMK. Kementerian
Kesimpulan Negara Koperasi & UKM,. Jakarta.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk me- Bank Indonesia, 2005. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/
ngetahui potensi UMKM dan permasalahan yang 39/PBI/2005 Tanggal 18 Oktober 2005 tentang
dihadapi serta kemampuan membayar pinjaman, Pemberian Bantuan Teknis dalam Rangka
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan
jika UMKM tersebut mendapatkan pinjaman dari Menengah.
lembaga keuangan. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa, lokasi UMKM tersebar di wi- Bakrie, A. 2006. Republika Online. 14 Februari 2006. Jakarta
layah Pisangcandi, Gadingkasri dan Kaslisongo, Bappeko. 2005. Kajian Potensi Usaha Kecil dan Menengah
sebagian besar usaha UMKM adalah bergerak pada Kota Malang.
sektor penginapan (rumah kos), perdagangan serta
Depkop. 2005. Buku Pedoman Manajemen Sederhana Usaha
rumah makan. Adapun permasalahan yang diha- Kecil dari Departemen Koperasi dan PPK.
dapi adalah permodalan, turunnya pelanggan dan
Disperindakop. 2005. Basis Data Usaha Mikro Kecil dan
ketatnya persaingan.
Menengah Kota Malang.
Jaminan yang dimilki merupakan jaminan
Rachman, S.T. 2008. UMKM Peran dan Upaya
pokok, sedangkan jaminan tambahan masih berupa
Pengembangan. www.umkm. wordpress.com/
BPKB, akta jual beli dan sebagian berupa sertipikat. 2 00 8 /07 /17 /umkm-p era n-da n-up a ya -
Pendapatan bersih per bulan, sebagian besar masih pengembangan (di-download tgl.28 Januari 2008).
diabawah Rp. 1.000.000; dan hanya sebagian kecil
Retnadi, D. 2007. Peran Kredit UMKM 2007, Peluang dan
yang memiliki penghasilan diatas Rp. 2.500.000; Tantangan. www.indomp3z.us/archive/index.php. (Di-
perbulan. Adapun kemampuan dalan mengembali- download tgl. 28 April 2008).
kan pinjaman rata-rata hanya dibawah Rp. 500.000;
Rudjito. 2003. Sinergi Kebijaksanaan dalam Mendorong
perbulan. Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Lokakarya “Mendorong Pertumbuhan Usaha Kecil
Saran dan Menengah yang Sehat dan Berdaya Saing”.
Jakarta
Penelitian ini mempunyai bebarapa kele-
mahan antara lain menggunakan sampel penelitian Subandi, S. 2008. Potensi Pengembangan Permodalan
UMKM dari Pinjaman Perbankan. Deputi Bidang
yang kurang, sehingga tidak dapat menggambar-
Pengkajian Sumberdaya UMKM. Kementerian
kan keadaan populasi secara menyeluruh. Sebaik- Negara Koperasi dan UKM. Jakarta.
nya penelitian selanjutnya jumlah sampel yang du-

| 663 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 652 –664

Soetrisno, N. 2000. Kewirausahaan dalam Pengem- Wiryono. 2004. Penelitian Manfaat Kredit Mikro Untuk
bangan UKM di Indonesia. Ekonomi Kerakyatan UKM. Disertasi. Fakultas Bidang Keahlian Ekonomi
Dalam Kancah Globalisasi. Deputi Bidang Pembangunan. Fakultas Ekonomi Universitas
Pengkajian Sumberdaya UKMK Kementerian Padjajaran. Bandung.
Koperasi dan UKM. Jakarta.

| 664 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus Oktober 2010, hal. 665 – 673
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

IMPLEMENTASI TRANSFORMASI BERBASIS USAHA MIKRO KECIL


DAN MENENGAH: SEBUAH GAGASAN PEMBERDAYAAN
EKONOMI PEDESAAN

Nurhalim Sabang
Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka Kompleks UNJ Jakarta

Abstract
Fails of Small and Medium Enterprises (SMEs), in implementing its the business is they have cold feet if deals
with big entrepreneur. Any partnership pattern for the entrepreneur circle still be job activity pattern that is
properly is suspected. They still worrying with kaksud is mastered by it in small by big si. But in its the bottom
concept incubator pattern leads to effort pengentasan of effort for SMEs, towards independence. Penguasan
management by itself door to grab market will be open; so can be mentioned that incubator pattern can sustain
activity they to give main bases which is sturdy and do not assist with contributions or fund loans from the top
of downwards. Incubator pattern in technical applying in field about image of enableness focused at trouble-
shooting SMEs, that are: funding, marketing, human resources management, and management.
Key words: Small and Medium Enterprises(SMEs), economic rural.

Berbagai program pemerintah untuk memperkecil Keberadaan UMKM dalam tatanan pereko-
angka kemiskinan sudah diterapkan namun belum nomian nasional merupakan unsur utama ketahan-
ada yang benar-benar membuahkan hasil secara an ekonomi. Bakri (2005) mengatakan bahwa dengan
signifikan. Di antaranya program pemerintah da- membangun usaha kecil dan menengah sama
lam pengentasan kemiskinan seperti Program Kom- dengan membangun ekonomi Indonesia; katakan-
pensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar dan Mi- lah satu UMKM memperkerjakan lima orang maka
nyak (PKPS-BBM), Subsidi Langsung Tunai (BLT), 20 juta UMKM dapat menyerap lebih dari 100 juta
pemberian beras untuk rakyat miskin (Raskin), tenaga kerja. Selain UMKM merupakan unsur uta-
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), maupun pro- ma dalam pelayanan ekonomi rakyat kecil yang
gram Nasional Pemberdayaan Masyarakat merupakan kelompok rakyat terbesar sekaligus ber-
(PNPM). Seharusnya pemerintah dapat melihat se- peran dalam menciptakan lapangan kerja, peme-
cara jeli ketika terjadinya krisis moneter; pada saat rataan serta turut mendorong pertumbuhan per-
itu hanya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ekonomian dan juga penyangga berbagai macam
yang masih bertahan; namun UMKM belum men- aspek ekonomi dan masyarakat yang tidak dapat
dapat perhatian yang serius dari pemerintah. dilakukan oleh kelompok usaha besar. Sesuai sifat-

Korespondensi dengan Penulis:


Nu r h ali m Sab an g : Telp. +62 21 472 1227, Fax.+62 21 470 6285
E-m ail: nurhalim.sabang@yahoo.co.id

| 665 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Desember 2010: 665 – 673

nya, UMKM memiliki daya tahan tinggi terhadap Dalam teori-teori konvensional, pertum-
berbagai gejolak ekonomi yang sering tidak dapat buhan ekonomi sangat ditentukan oleh ketersedia-
direspon secara tepat oleh usaha skala besar. an dan kualitas dari input-input produksi seperti
Secara umum sesuai fakta empiris diketahui tenaga kerja, modal, teknologi, bahan baku, kewi-
bahwa hampir semua kegiatan usaha kecil di Indo- rausahaan dan energi. Tetapi faktor-faktor produk-
nesia dalam kegiatan operasionalnya selalu meng- si ini lebih dominan untuk prospek pertumbuhan
alami kesulitan dalam hal permodalan, pemasaran, jangka panjang. Sedangkan untuk jangka pendek
sumber daya manusia, dan proses pengolahan ma- (www.ktin.org.id) lebih dipengaruhi oleh faktor-
najemen yang dianggap sebagai kelemahan faktor jangka pendek yaitu: (1) Kebijakan pemerin-
UMKM. Inilah empat penyakit yang rata-rata di- tah yang saling tumpang tindih yang sifatnya ad
derita oleh UMKM dan hingga sekarang sulit un- hoc, tidak konsisten dan sering bertentangan de-
tuk diobati. Hal ini lebih disebabkan UMKM tidak ngan kebijakan-kebijakan sebelumnya. (2) Sarana
berdiri sendiri, melainkan saling terkait satu sama infrastruktur yang terbatas. (3) Biaya produksi
lain. Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masya- yang terus meningkat; hal ini disebabkan karena
rakat yang serba tradisional banyak mempengaruhi semakin bertambahnya pungutan birokrasi dan pa-
timbulnya kelemahan-kelemahan tersebut. jak yang dibebankan. (4) Tingkat produktivitas
yang rendah. Ada tiga penyebab utama yakni: kua-
litas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah,
TRANSFORMASI EKONOMI
kapasitas produksi yang masih rendah dan masih
Di negara-negara berkembang seperti In- kecilnya aliran kredit perbankan, investasi baik da-
donesia, proses pertumbuhan ekonomi merupakan lam dan luar negeri. (5) Tingkat kewirausahaan
suatu hal yang hingga pada saat ini masih menjadi nasional yang masih rendah; hal ini tercermin dari
perhatian berbagai kalangan elit politik, ekonom, rendahnya inovasi yang dilakukan oleh pengusaha-
pemerintah, rakyat dan kaum cendikiawan. Per- pengusaha. (6) Lingkungan keamanan yang masih
tumbuhan ekonomi suatu negara merupakan suatu belum stabil beserta rendahnya kepastian hukum
hal yang pantas senantiasa dikaji secara terus mene- dalam negeri.
rus, karena hal ini merupakan titik mula dari proses Perubahan struktur ekonomi umumnya dise-
pembangunan ekonomi yang juga akan membawa but dengan transformasi yang dapat didefinisikan
suatu perubahan mendasar dalam struktur ekono- sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling ter-
mi suatu negara. Maka dapat dinyatakan bahwa kait antara satu dengan yang lainnya, mengintegra-
antara pertumbuhan ekonomi dan perubahan sikan berbagai sektor perekonomian. Perdagangan
struktur ekonomi dalam periode jangka panjang merupakan hal yang salah satu sektor vital dalam
menjadi pemicu gerak pertumbuhan ekonomi. pembangunan bangsa, terutama dalam hal ekspor
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari dua dan impor menuju pasar bebas. Kemudian diarah-
sisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan pada sisi per- kan untuk mendukung proses pembangunan dan
mintaan agregat atau dapat juga dari sisi penawar- pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Transformasi
an agregat. Pada sisi permintaan terdapat pening- ekonomi yang dimaksud itu adalah upaya restruk-
katan masyarakat, perusahaan dan pemerintahan turisasi membentuk sistem ekonomi baru yang me-
secara simultan. Sedangkan dari segi penawaran- ninggalkan masa perorangan (individualisme) dan
nya juga mengalami peningkatan volume dari fak- menggantikan dengan paham kebersamaan dan
tor produksi yang digunakan seperti tenaga kerja, masa kekeluargaan (mutualism dan brotherhood).
modal dan tanah. Proses transformasi struktural ekonomi akan
mencapai taraf tercepat bila pergeseran pola per-

| 666 |
Implementasi Transformasi Berbasis Usaha Mikro Kecil dan Menengah ...
Nurhalim Sabang

mintaan domestik ke arah output industri manu- besar Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (2)
faktur diperkuat oleh perubahan yang serupa da- Kredit Usaha kecil: kredit yang diberikan kepada
lam komposisi perdagangan luar negeri atau ekspor. nasabah usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih
Oleh karena itu, ikut sertanya dalam perdagangan maksimal Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
dunia turut memberikan peran terhadap negara. di luar tanah dan bangunan tempat usaha atau yang
Di dalam negara berkembang sendiri, banyak ne- memiliki hasil penjualan maksimal Rp. 1.000.000.
gara yang mengalami proses transformasi ekonomi 000,00 (satu milyar rupiah) per tahun dengan plafon
yang cukup pesat, namun dengan pola dan proses kredit maksimum sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima
yang berbeda satu dengan yang lainnya; (www. ratus juta rupiah). (3) Kredit Usaha Menengah: kre-
ktin.org.id) hal ini disebabkan oleh: (1) kondisi dit yang diberikan kepada pengusaha di luar usaha
struktur awal ekonomi dalam negeri suatu negara mikro dan usaha kecil atau kepada pengusaha yang
yang awalnya sudah memiliki industri-industri da- kriterianya akan ditetapkan kemudian dengan pla-
sar akan mengalami proses industrialisasi yang lebih fon di atas Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
pesat. (2) Besarnya pasar dalam negeri merupakan sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar
salah satu faktor insentif bagi pertumbuhan ke- rupiah).
giatan ekonomi dengan adanya skala ekonomis dan Pada era krisis tahun 1998, keberadaan UMKM
efisiensi dalam proses produksi. (3) Pola distribusi sangatlah membantu menggerakkan roda pereko-
pendapatan suatu negara. (4) Karakteristik, yaitu nomian masyarakat miskin. Hal ini tercatat dalam
cara pelaksanaan dan strategi pengembangan suatu seluruh unit usaha yang ada, sebanyak 39.767.202
industri. (5) Keberadaan Sumber Daya Alam (SDA) yang terdiri dari perusahaan-perusahaan kecil
ada kecenderungan negara yang memiliki kekaya- 39.704.661 (99,84%), perusahaan menengah 60.449
an sumber daya alam tidak mampu melakukan (0,15%) dan perusahaan besar 2.097 (0,11%). Pada
diversifikasi ekonomi. (6) Kebijakan perdagangan tahun 1988 angka-angka tersebut telah berubah
luar negeri yang dipilih oleh suatu negera baik ter- menjadi, seluruh perusahaan besar menjadi
tutup ataupun terbuka. 36.815.409, terdiri dari perusahaan kecil 36.761.689
(99,85%), perusahaan menengah 51.889 (0,14%) dan
USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH perusahaan besar 1.831 (0,01%) (Riyanti, 2003). Hal
ini membuktikan bahwa UMKM ialah unit usaha
(UMKM) yang mampu bertahan pada masa tersulit pereko-
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) nomian Indonesia.
menurut kesepakatan bersama Menko Kesra Salah satu pakar ekonomi kerakyatan, Adi
selaku Ketua Komite Penanggulangan Kemiskinan Sasono menyatakan bahwa UMKM terbukti mem-
dengan Gubernur Bank Indonesia tentang Penang- beri kesempatan kerja yang lebih luas dibanding-
gulangan Kemiskinan melalui Pemberdayaan dan kan dengan investasi asing dan berbagai unit usaha
Pengembangan Usaha Mikro, kecil dan Menengah slaka besar lainnya (Media BPR, 2006). Hal ini kare-
(No.11/KEP/MENKO/KESRA/ IV/2002-No.4/2/ na Usaha Mikro Kecil dan Menengah memiliki ke-
KEP.GBI/2002 tgl 22 April 2002 sebagai berikut: unggulan dalam bidang yang memanfaatkan sum-
(1) Kredit Usaha Mikro: kredit yang diberikan ke- ber daya alam dan padat karya seperti: pertanian
pada nasabah usaha mikro, baik langsung maupun tanaman pangan, perkebunan, peternakan, per-
tidak langsung yang dimiliki dan dijalankan oleh ikanan, perdagangan dan restoran. Usaha mene-
penduduk miskin atau mendekati miskin dengan ngah memiliki keunggulan dalam penciptaan nilai
kriteria penduduk miskin menurut Badan Pusat tambah di sektor jasa seperti hotel, keuangan, per-
Statistik (BPS) dengan plafon kredit maksimal se- sewaan, jasa perusahaan dan kehutanan.

| 667 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Desember 2010: 665 – 673

Usaha-usaha kecil ini dapat dikembangkan Gambaran analogi tersebut dapat disimpul-
melalui perusahaan-perusahaan kecil yang baru, kan bahwa inkubator secara umum merupakan sua-
sehingga dapat memacu terbukanya lapangan kerja tu tempat atau alat suasana atau lingkungan atau
baru. Selain itu karena komponen unit usaha ham- sistem dengan kondisi, temperatur, kelembaban
pir tersebar di seluruh sektor ekonomi maka kontri- dan aliran udara yang secara sengaja dibuat sede-
businya terhadap penciptaan kerja dan sumber mikian rupa sehingga sesuatu yang ditempatkan
pendapatan, khususnya berdaya pada daerah pe- di inkubator tersebut akan mengalami pertumbuh-
desaaan dan bagi rumah tangga berpendapatan ren- an yang baik. Prinsip inilah yang kemudian diadop-
dah, maka tidak dapat dipungkiri UMKM memang si dalam konsep ekonomi untuk mengembangkan
sangat penting keberadaannya (Tambun, 2002) kegiatan suatu bisnis. Pengusaha kecil dan mene-
Dalam era perdagangan bebas, UMKM me- ngah yang sulit berkembang, kurang maju padahal
miliki peranan baru yang lebih penting lagi yaitu menyimpan potensi yang memungkinkan untuk
sebagai salah satu faktor utama pendorong per- maju dan berkembang, dibantu atau diberi bantuan
kembangan dan pertumbuhan ekspor non-migas dengan pola inkubator (inkubasi) sehingga mengala-
dan sebagai industri penghubung yang membuat mi pertumbuhan dan kemampuan beroperasi lebih
komponen-komponen spare parts untuk Usaha optimal dengan mensinergikan seluruh stakeholder.
Besar (UB) lewat keterkaitan produksi, misalnya Pada umumnya kegagalan pengusaha kecil
dalam bentuk subcontracting. Menurut Newly In- dalam menjalankan bisnisnya ialah merasa takut
dustrializing Cuntries (NICS) pun UMKM di negara- dan minder jika berhadapan dengan pengusaha be-
negara berkembang dengan tingkat pendapatan sar. Pola kemitraan apapun bagi kalangan pengusa-
menengah dari rendah juga mempunyai peranan ha kecil masih merupakan pola kerja yang patut
penting dalam pertumbuhan ekspor dan bisa ber- dicurigai. Mereka masih khawatir dengan maksud
saing di pasar domestik terhadap barang-barang dikuasainya si kecil oleh si besar; si kecil bakal dija-
impor maupun di pasar global. dikan semacam sub-ordinasi bagi kepentingan si
besar. Namun dalam pola inkubator konsep dasarnya
mengarah pada upaya pengentasan usaha kecil dan
INKUBATOR DALAM MENINGKATKAN menengah menuju kemandirian. Justru faktor
bimbingan pengelolaan usaha dan manajemen me-
PEMBERDAYAAN UMKM rupakan prioritas, karena dari sinilah kemandirian
Melalui pola inkubator merupakan salah satu akan tercapai. Selanjutnya penguasan manajemen
solusi yang dianggap paling tepat selama ini. Inku- dengan sendirinya pintu untuk merebut pasar akan
bator inilah diharapkan mampu meningkatkan terbuka. Sehingga dapat disebutkan bahwa pola
pemberdayaan UMKM sebagai solusi kongkret inkubator dapat menopang kegiatan mereka dari
pengentasan kemiskinan demi mencapai kesejah- bawah (memberikan landasan uatama yang kokoh)
teraam bersama. Di bidang kesehatan dikenal ada- dan bukan membantu dengan sumbangan-sumbang-
nya alat bantu bagi bayi yang lahir prematur. Bayi an atau pinjaman-pinjaman dana dari atas ke bawah.
yang lemah akibat lahir terlalu dini itu dimasukkan Berdasarkan uraian tersebut menurut Ka-
ke dalam kotak inkubator yang memiliki suhu dan darisms (1997) secara garis besar lembaga inkuba-
kondisi lebih baik bila dibandingkan dengan di tor sebagai alternatif pemberdayaan usaha kecil
alam terbuka. Dengan demikian bayi bisa tumbuh berperan penting yang bertujuan untuk: (1) menu-
sehat sampai kemudian bila sudah dianggap cukup, runkan atau memperkecil jumlah usaha kecil baru
bayi yang lahir prematus itu dapat dikeluarkan dari yang ambruk di tengah jalan terutama pada saat
kotak inkubator tersebut. awal yang berarti sekaligus meningkatkan jumlah

| 668 |
Implementasi Transformasi Berbasis Usaha Mikro Kecil dan Menengah ...
Nurhalim Sabang

bisnis baru. (2) Turut menyiapkan sejumlah bisnis busan nafas UMKM, merupakan salah satu jawab-
terpadu agar siap bertarung di pasar bebas dalam annya. Langkah ini sangat penting karena LKM
suatu persaingan yang sehat. Lembaga inkubator dapat berfungsi memberikan dukungan modal bagi
dapat berperan sebagai jembatan terhadap penemuan- UMKM dalam rangka mengembangkan usahanya,
penemuan baru, pengembangan hasil penelitian sehingga bisnis mereka berjalan lancar dan bertam-
yang sudah terbukti bermanfaat terutama yang di- bah besar. Secara otomatis akan berdampak pada
selenggarakan oleh suatu lembaga pendidikan atau pertumbuhan ekonomi secara agregat pada tataran
Litbang. Dalam kegiatan seperti ini, lembaga inku- nasional. Melalui LKM para pengusaha diberikan
bator dapat berperan sebagai mediator antara lem- akses untuk dapat melakukan aktivitas keuangan,
baga-lembaga pendidikan atau Litbang dengan baik akses pembiayaan maupun jasa keuangan lain-
lingkungan produksi dan pasar. (3) Turut mengem- nya sehingga memungkinkan mereka dapat mela-
bangkan kegiatan usaha yang bermuatan tekno- kukan kegiatan yang produktif dan mengembang-
logi. Mengembangkan usaha kecil yang semula ber- kan usahanya.
pola serba tradisional menjadi maju dan modern. Sementara itu, bila mempelajari sepak terjang
(4) Mendorong dan memberikan daya tarik bagi Asian Development Bank (ADB) dan mengamati ki-
timbulnya budaya wiraswasta dan wirausaha da- prah LKM di sejumlah negara, menurut Krisnamuk-
lam masyarakat. (5) Memanfaatkan secara lebih op- ti (2003) dapat menarik benang merah bahwa UMKM
timal para tenaga terdidik lewat penyerapan tena- lainnya seperti memberi kontribusi positif pada
ga mereka dan perluasan lapangan kerja, di sam- alokasi sumber daya, promosi pemasaran, dan
ping menambahan omzet usaha sehingga mening- adopsi teknologi dan pembangunan, khususnya ba-
katkan volume usaha dan mengembangkan kegiat- gi para pengusaha UMKM. Kemudian LKM juga
an ekonomi di mana lembaga inkubator berperan. dapat berperan dalam pengembangan sistem ke-
(6) Bagi kalangan usaha yang kreatif lembaga inku- uangan secara menyeluruh melalui integrasi pasar
bator dapat menumbuhkan inovasi-inovasi baru keuangan dan peningkatan jangkauan layanan
yang lebih menguntungkan karena mampu men- yang sama ini belum terakses baik pada UMKM.
jangkau pasar lebih luas.
LKM menempati posisi strategis dalam pe-
Setelah membahas tujuan dari pola inkubator ngembangan UMKM keberadaaannya di tengah
tersebut berikut ini penerapan teknis di lapangan para pengusaha mikro seperti oase di tengah pa-
tentang gambaran pemberdayaan yang terfokus dang pasir. Sebab sebagai lembaga keuangan yang
pada pemecahan masalah UMKM, yaitu: pendana- memfokuskan diri pada pelayanan terhadap peng-
an, pemasaran, SDM, dan pengelolaan yang dapat usaha UMKM, LKM saat ini masih kurang dirasa
dijabarkan sebagai berikut. keberadaannya, baik dari sisi kuantitas maupun
kualitas. Menurut hasil penelitian oleh Investment
Permodalan Peran Lembaga Keuangan Mikro Business Advisory Service (IBAS), dari 42 juta UMKM,
(LKM) hanya sekitar 13% yang lebih terakses ke
perbankan, sedangkan 87% masih mengandalkan
Kompleksnya persoalan menghantui UMKM;
modal sendiri (www.pnm.co.id). Sementara Tam-
hambatan modal merupakan penyakit yang paling
bunan (2002) menyatakan bahwa terdapat sekitar
akut; dengan demikian sangat logis bila lebih mem-
39% juta usaha mikro atau sekitar 98% dari seluruh
fokuskan pembahasan dan meracik obat anti pe-
usaha di Indonesia yang masih menunggu akses
nyakit masalah permodalan. Mengatasi masalah
LKM. Merujuk catatan dari LKM (non bank) yang
permodalan, mensinergikan LKM diantara hem-
berjumlah sekitar 9000 unit, pinjaman yang tersa-

| 669 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Desember 2010: 665 – 673

lurkan kepada masyarakat baru berjumlah Rp. 2,53 era persaingan global. Membangun human capital
triliun (Bisnis Indonesia, 2003). Artinya, pelaku butuh waktu dan kerja keras serta perjuangan.
usaha yang terakses oleh sumber pembiayaan mi- Bangsa kita membutuhkan human capital yang mem-
kro baru 6,65%. Jumlah tersebut masih sangat kecil, punyai karakter kuat, bermental positif, dan ber-
sebab hanya melayani 2,5 juta dari 39 juta pengusa- etika dalam berkerja serta menjunjung tinggi nilai
ha mikro. Oleh sebab itu, berdasarkan kajian Me- moral dan kejujuran. Reengineering human capital atau
negkop & UKM, untuk mendukung target pertum- rekayasa modal manusia adalah perencanaan pem-
buhan ekonomi paling tidak dibutuhkan 8000 unit bangunan konstruktif terhadap modal bangsa yaitu
LKM baru agar mampu melayani masyarakat mis- manusia. Meminjam bahasa Sharif (1993) (Kompas,
kin yang berjumlah hampir 40 juta jiwa. 17 April 2007) rekayasa mencakup empat hal, yakni
fasilitas fisik (technoware), keterampilan, keahlian,
bahkan kreativitas manusia (human ware). Dalam
Pemasaran dengan Country Marketing
mewujudkan human capital yang bersifat integral,
Management (CMM) setidaknya ada empat elemen yang harus diperha-
Country Marketing Management (CMM) ber- tikan.
tugas sebagai marketing agent dan pelaku bisnis Pertama, pendidikan umum; tetapi pendidik-
dalam melakukan penetrasi pasar ekspor. Ia juga an umum ini membutuhkan investasi yang cukup
mempunyai peran sebagai ujung tombak dalam besar. Sekarang ini UUD 1945 sudah menentukan
penetrasi pasar luar negeri melalui kegiatan pro- besarnya anggaran pendidikan, yaitu minimal 20%
mosi yang didukung oleh pemerintah. Integrasi dari APBN dan APBD. Jumlah ini ternyata masih
pasar nasional UMKM merupakan fokus yang belum terealisasi sepenuhnya. Pentingnya pengeta-
harus mereka satukan dalam tujuan meningkatkan huan human capital dan dampak investasi dalam
daya saing Indonesia di era perdagangan bebas. human capital telah menjadi perhatian utama.
Dibantu oleh BPEN DEPGAG, CMM menyusun Kedua, sikap dan perilaku dalam kaitannya
dan melakukan program promosi ekspor ke luar dengan etos kerja. Elemen ini menitikberatkan pa-
negeri. Bisa saja BPEN DEPDAG berfungsi seba- da budaya disiplin untuk meraih kesuksesan. Kerja
gai konsultan dan business developer yang secara kon- keras serta kejujuran merupakan titik fokus yang
tinyu menganalisis pasar dan mencari peluang, be- harus dibangun, selain itu juga harus memiliki op-
serta menjaga kualitas barang agar tetap baik dan timisme untuk maju agar kita bisa meninggalkan
bermutu. Pengontrol jalannya proses kerja CMM permasalahan dan memasuki era baru dengan
agar tidak keluar dari standar kerja. CMM meru- transformasi ekonomi berbasis pada pemberdaya-
pakan perusahaan swasta yang mempunyai otoritas an ekonomi kerakyatan.
untuk mengembangkan produk UMKM secara Ketiga, keterampilan teknis yang berkaitan
terintegrasi yang bergerak sejalan dengan UMKM dengan alat-alat dan energi. Elemen ini berkaitan
dan BPEN DEPAG untuk mempersiapkan sektor dengan perkembangan teknologi yaitu sistem
perdagangan UMKM menuju pasar bebas. peralatan untuk mengolah lahan. Penggunaan
sistem peralatan ini sangat meningkatkan produk-
Peningkatan Kualitas SDM dengan tifitas kerja manusia dan bersifat hemat tenaga
Reengineering Human Capital kerja, seperti dikaitkan dalam teori Increasing Re-
turn to Scale dalam teori ekonomi mikro dengan
Variabel krusial yang berperan sebagai pe- adanya teknologi maka output akan bertambah
laku pembangunan dan pengentasan kemiskinan lebih dari input yang ditambahkan.
adalan human capital, terutama dalam menghadapi

| 670 |
Implementasi Transformasi Berbasis Usaha Mikro Kecil dan Menengah ...
Nurhalim Sabang

Keempat, kewiraswastaan. Kaum wiraswasta lah keberadaan LKMS bukan merupakan solusi per-
ini menjadi perggerak ekonomi dengan inovasinya masalahan ekonomi kerakyatan.
yang menghubungkan dunia teknik dengan pasar.
Ciri utama wiraswasta adalah motif memperoleh Pilar II: Prinsip
resiko, tapi kegiatannya didorong oleh motif mem-
peroleh keuntungan, dalam hal ini jiwa nasionalis UMKM harus menjalankan fungsi dan akti-
harus tetap dipertahankan; yang lebih mengun- vitasnya dengan prinsip sebagai patokan menjalan-
tungkan kepentingan bangsa dalam mengkonsum- kan operasional; adapun prinsipnya, yaitu: (1)
si daripada mengejar equilibrium konsumen yang Building financially and sustainable institution. Agar
lebih menguntungkan pihak luar negeri. UMKM dapat melayani banyak orang dan keber-
adaannya dapat dirasa, maka UMKM harus terus-
menerus atau konsisten dalam operasional. (2)
Measure impact. Pengaruh dari kebaradaan UMKM
Peningkatan Pengelolaan UMKM Melalui
harus dapat diukur agar dapat dilakukan evaluasi
Pilar-Pilar Manajemen
secara objektif untuk memperbaiki kinerja UMKM
Secara ideal (das sollen) peran UMKM sa-
ngat strategis dalam mengembangkan sendi-sendi Pilar III: Model
perekonomian rakyat. Tetapi melihat realita (das
UMKM dapat beroperasi dengan beberapa
sein) sungguh ironis, sepak terjang UMKM masih
model, yaitu: (1) Business of the society. Bentuk ini
banyak kekurangan, termasuk masalah pengelola-
mendasarkan diri pada mobilisasi bisnis yang
an. Oleh karena itu, perlu adanya konsep pilarisasi
bertolak dari kemampuan yang dimiliki oleh ma-
manajemen pada UMKM dalam memasuki per-
syarakat itu sendiri. (2) Business with the society.
dagangan bebas. Untuk mengembangkan LKMS
Bentuk ini berdasarkan diri pada pemanfaatan
yang ideal, perlu adanya optimalisasi terhadap
kelembagaan masyarakat yang telah ada, baik for-
pilar-pilar UMKM itu sendiri; mulai dari kaidah
mal maupun non formal. Jenis kerjasama bersifat
dasar sampai kepada maksimalisasi kinerja seperti
saling menguntungkan atau simbiosis mutualisme.
berikut ini.
(3) Business for the society. Bentuk ini mendasarkan
diri pada sisi manfaat UMKM bagi masyarakat se-
Pilar I: Syarat kitar. Dalam melakukan programnya diharapkan
Dalam menjalankan kegiatannya, LKMS ha- UMKM dapat menjadi mata air kehidupan
rus memenuhi beberapa syarat, yaitu: (1) UMKM
harus berstatus legal-formal agar keberadaannya Pilar IV: Strategi
diakui di tengah-tengah masyarakat. (2) UMKM
Ada bebarapa strategi dalam pengembangan
harus menguntungkan baik bagi masyarakat mau-
UMKM, yaitu: (1) Pengakuan dan perlindungan,
pun bagi UMKM itu sendiri dalam jangka panjang.
hal ini diwujudkan melalui kerangka regulasi yang
(3) UMKM harus dapat menjangkau kebutuhan
jelas bagi usaha kecil; sehingga terwujud UMKM
permodalan pada UMKM dan jenis usaha lainnya.
yang dilindungi, diakui, dan diapresiasi. (2) Pe-
Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi oleh nguatan dan peningkatan kapasitas praktik dan penge-
LKMS pada saat melakukan operasi. Dapat diba- lolaan. Dalam hal ini UMKM harus dapat menye-
yangkan bila keberadaan LKMS tidak legal, tidak suaikan diri; pengembangan meliputi teknologi,
transparan, tidak menguntungkan, dan tidak men- manajemen, pemasaran, dan sebagainya. (3) Penguat-
jangkau akses permodalan maka yang terjadi ada- an dan peningkatan sumber daya finansial. Hal ini

| 671 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Desember 2010: 665 – 673

terkait dengan sumber dan sekunder, yaitu dana masalahan modal pada UMKM dalam mening-
untuk kegiatan UMKM yang tidak dari UMKM katkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan masuk
yang bersangkutan. ke dalam perdagangan bebas akan terwujud.
Perlu diketahui bersama bahwa tanpa stra-
tegi, sebuah organisasi seperti sebuah kapal tanpa PENUTUP
kemudi, berputar-putar dalam lingkaran. Orga-
Masalah kemiskinan merupakan bagian dari
nisasi yang demikian seperti pengembara tanpa tu-
patologi sosial kebangsaan yang menjadi kendala
juan tertentu, dalam hal ini tidak terkecuali LKMS.
dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Demi-
kian halnya dengan bangsa Indonesia ini, dimulai
Pilar V: Elemen Kunci dari masa penjajahan, orde lama, orde baru hingga
Kabinet Indonesia Bersatu terkesan belum efektif
Elemen-elemen kunci yang harus dipenuhi dalam merumuskan sebuah metode atau cara yang
oleh UMKM, yaitu: (1) Menyediakan berbagai jenis dapat mengurangi angka kemiskinan masyarakat.
pelayanan dagang yang relevan dengan kebutuhan Fenomena kemiskinan semakin mencolok setelah
masyarakat. (2) Menggunakan prosedur dan tumbangnya Orde baru dengan munculnya krisis
mekanisme yang kontekstual dan fleksibel ter- ekonomi tahun 1997 yang pada akhirnya Indone-
hadap kondisi agar mudah dijangkau oleh masya- sia mengalami krisis multidimensional ditambah
rakat yang membutuhkan pelayanan. beban hutang luar negeri yang jumlahnya amat
besar. Hal ini disebabkan oleh pola pembangunan
Pilar VI: Ciri kapitalis yang mendudukkan modal sebagai crusial
UMKM harus berciri sosial dengan dasar ke- variable. Selain itu, faktor bencana alam yang melan-
bersamaan dan berciri ekonomi dengan beprinsip da beberapa kawasan di Indonesia membuat masya-
ekonomi berupa prosedur dan kriteria perbankan. rakat Indonesia semakin terpuruk dengan minim-
Kebersamaan diawali dari saling mengenal, saling nya jumlah pangan maupun sandang. Keberadaan
membantu, dan menerapkan perhitungan ekonomi. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam
Prinsip ekonomi mengandung empat unsur: (1) tatanan perekonomian nasional merupakan unsur
Unit kegiatannya menguntungkan. (2) Pembuka- utama ketahanan ekonomi. Hal ini karena UMKM
annya sederhana tetapi dapat dengan mudah di- memiliki keunggulan dalam bidang yang meman-
gunakan untuk pemeriksaan dan pengawasan. (3) faatkan sumber daya alam dan padat karya seperti:
Adanya otonomi dalam mengambil keputusan. pertanian tanaman pangan, perkebunan, peterna-
kan perikanan, perdagangan dan restoran. Melalui
pola inkubator diharapkan mampu meningkatkan
Pilar VII: Kualifikasi
pemberdayaan UMKM sebagai solusi kongkret
Pentingnya bagi UMKM untuk mengenal pengentasan kemiskinan demi mencapai kesejah-
lingkungan geografisnya; oleh karena itu UMKM teraam bersama.
harus memenuhi kualifikasi, diantaranya: (1) Me-
miliki jaringan kerja yang kuat. (2) Fungsi sebagai
penyalur dana berjalan dengan baik. (3) Memahami DAFTAR PUSTAKA
kebutuhan daerah dan bisnis masyarakat setempat.
Bakri, A. 2005. Merebut Hati Rakyat. Jakarta: Gramedia.
Apabila ketujuh pilar tersebut dapat diopti-
Curry, A.J. 2001. Memahami Ekonomi Internasional. Jakarta:
malisasikan dengan baik, serta disadari oleh se-
Word Trade Press.
genap UMKM di Indonesia penulis berasumsi per-

| 672 |
Implementasi Transformasi Berbasis Usaha Mikro Kecil dan Menengah ...
Nurhalim Sabang

Edward, D. 2006. Efek Bola Salju PKS. Bandung: Syamil. Rahardjo, D. 2006. Menuju Indonesia Sejahtera: Solusi
Konkret Pengetasan Kemiskinan. Jakarta: Khanata,
Effendi, S. & Mubyarto. 2005. Daulat Rakyat Versus Daulat Pustaka LP3ES Indonesia.
Pasar. Yogyakarta: PUSTEP-UGM.
Riyanti, B.P.D. 2003. Kewirausahaan Dilihat Dari Sudut
Ismawan, B. 2003. Merajut Kebersamaan dan Kemandirian Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT.
Bangsa Melalui Keuangan Mikro, Untuk Gramedia.
Menanggulangi Kemiskinan dan Menggerakkan
Ekonomi Rakyat. Rustiadi, E. 2008. Agropolitan Strategi Pengembangan Pusat
Pertumbuhan Pada Kawasan Pedesaan. Bogor:
Kadarisms, H. 1997. Pedoman Pengentasan Usaha Kecil Crestpent Press.
Menengah dan Koperasi. Jakarta: PT. IBEC.
Tambunan, T.T. 2001. Transformasi Ekonomi Indonesia.
Kompas. 2007. Laporan Akhir Tahun Bidang Ekonomi Krisis Jakarta: Salemba Empat.
Ekonomi 1998, Tragedi Tak Terlupakan.
________. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia.
Krisnamurthi, B. 2003. Pengembangan Keuangan Mikro dan Jakarta: Salemba Empat.
Penanggulangan Kemiskinan.
http://www.ekonomir akyat.or g/edis i_20/
Media BPR. No. 11. Agustus-September 2006. “Dinamika artikel_6.htm
UMKM”.
http://www.ebizzasia.com/0218-2004/
Mendegkop dan UKM. 2003. No.11/KEP/MENKO/ enterprize,0218,01html
KESRA/IV/2002-No.4/2/KEP. GBI/2002
Tanggal 22 April 2002. www.pnm.co.id

Rachbini, D.J. 2001. Pembangunan Ekonomi Sumber Daya www.ktin.org.id


Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. www.wikipedia.co.id

| 673 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus Oktober 2010, hal. 674 – 685
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

INSIDER OWNERSHIP, FREE CASH FLOW, DAN PROFITABILITY


RATIOS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO

Marnis
Fakultas Ekonomi Universitas Riau, Pekanbaru
Jl. Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Pekanbaru, 28293

Abstract:
Companies that are in a stable industry and generate cash will pay relatively high dividends. Meanwhile,
companies that are in rapidly growing industries tend to pay lower dividends. Some experts argue that the
company deemed dividend distribution will provide a ‘signal’ (signaling information content) to investors on
the future of the information content of corporate profits. Distribution of dividends corresponding value or
even above the value expected by the investors will be regarded as a positive signal indicating the company’s
profitability and ultimately will react positively to the company’s stock price to increase the dividend given
the previous company. The purpose of this research is the implementation: 1). To determine whether insider
ownership, free cash flow, and profitability ratios simultaneously and partial effect on the company’s dividend
payout ratio at the Indonesian Stock Exchange (BEI), 2). To determine the dominant variables affecting the
company’s dividend payout ratio at the Indonesian Stock Exchange (BEI). Research was conducted on all
companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2004-2008. The population of this study is
a company that went public on the Indonesian Stock Exchange during the years 2004-2008 in the amount of
393 companies from nine different industry classifications.
Key words: insider ownership, free cash flow, and profitability ratios, dividend payout ratio.

Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang ber- signaling content) kepada investor terhadap kan-
beda dalam keputusan pendanaannya diantaranya dungan informasi masa depan terhadap laba per-
adalah pemberian atas dividen atau menahannya usahaan. Pembagian nilai dividen yang sesuai atau
dalam bentuk laba ditahan (retained earning) untuk bahkan di atas nilai yang diharapkan oleh investor
investasi yang dapat mempercepat pertumbuhan. akan dianggap sebagai suatu sinyal positif yang
Perusahaan yang berada di dalam industri yang menunjukkan profitabilitas perusahaan dan pada
stabil dan menghasilkan kas akan membayarkan akhirnya akan bereaksi positif pada harga saham
dividen yang relatif tinggi. Sedangkan perusahaan- perusahaan terhadap kenaikan dividen yang dibe-
perusahaan yang berada di dalam industri yang rikan perusahaan sebelumnya.
tumbuh dengan cepat cenderung membayarkan Dalam pemberian dividen ini, perusahaan
dividen yang lebih rendah. Beberapa ahli berpen- akan dihadapkan dengan beberapa pihak yang
dapat bahwa dividen yang dibagikan perusahaan berbeda kepentingan yaitu pemegang saham, ma-
dianggap akan memberikan ‘sinyal’ (information najer, dan kreditur. Pemegang saham akan meng-

Korespondensi dengan Penulis:


M ar n i s: Telp.+62 761 632 66, Fax. +62 761 63279
E-m ail:jkpunmer@yahoo.co.id

| 674 |
Insider Ownership, free Chas Flow, dan Profitability...
Marnis

harapkan penerimaan dividen yang tinggi untuk an untuk mengurangi konflik keagenan ini disebut
pengembalian atas investasinya di dalam perusaha- biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenan yang
an. Manajer selaku perwakilan dari pemegang sa- timbul karena adanya konflik kepentingan antara
ham seharusnya dapat meningkatkan kekayaan pe- pemegang saham (shareholders) dan manajemen di-
megang saham, tetapi manajer mungkin memiliki sebut dengan agency cost of equity. Sedangkan biaya
tujuan-tujuan lain yang bertentangan dengan peme- keagenan yang timbul karena perbedaan kepen-
gang saham seperti meningkatkan pertumbuhan tingan antara pemegang saham (shareholders) dan
perusahaan, tujuan pribadi, ataupun penghasilan kreditur (bondholders) disebut dengan agency cost
tambahan (persequisite). of debt.
Begitu juga hubungan kepentingan antara Dividen sebagai salah satu kebijakan penda-
pemegang saham dan kreditur. Pemegang saham naan, akan memberikan kepastian kepada stock-
melalui manajernya mempunyai kendali atas kepu- holder terhadap pendapatannya dan mengurangi
tusan-keputusan yang mempengaruhi profitabilitas biaya agensi dari ekuitas (agency cost of equity) sehu-
dan risiko perusahaan. Bertambahnya risiko yang bungan dengan tindakan persequites yang dilakukan
harus diterima debitur atas pengembalian utang- manajemen terhadap arus kas perusahaan yang ber-
nya terhadap setiap investasi baru yang dilakukan arti berkurangnya biaya monitoring.
pemegang saham dan manajer akan menyebabkan Tujuan dilaksanakannya penelitian ini untuk
meningkatnya tingkat pengembalian yang diminta mengetahui apakah insider ownership, free cash flow,
dari utang perusahaan yang berarti jatuhnya nilai dan profitability ratios berpengaruh secara simultan
dari utang yang masih belum jatuh. Jika investasi dan parsial terhadap dividend payout ratio serta un-
yang dilakukan berhasil, pemegang saham akan tuk mengetahui variabel dominan yang mempeng-
mendapatkan keuntungan karena tingkat pe- aruhi dividend payout ratio pada perusahaan di Bursa
ngembalian terhadap kreditur sudah ditentukan Efek Indonesia (BEI).
sebelumnya, dan jika investasi gagal kreditur akan
ikut menanggung kerugiannya. Hubungan keagen-
an di atas akan menimbulkan potensi konflik ke- HIPOTESIS
pentingan yang dikenal konsep konflik keagenan H1: Diduga secara bersama-sama insider ownership,
(agency theory). free cash flow, net profit margin, total assets turn
Hubungan keagenan (agency relationship) ter- over dan return on equity berpengaruh signifikan
jadi ketika satu atau lebih individu menyewa indi- terhadap dividend payout ratio.
vidu atau organisasi lain, yang disebut sebagai H2: Diduga insider ownership berpengaruh signifikan
agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mende- terhadap dividend payout ratio.
legasikan kewenangan untuk membuat keputusan H3: Diduga free cash flow berpengaruh signifikan
kepada agen tersebut. Dalam manajemen keuang- terhadap dividend payout ratio.
an keagenan utama terjadi antara (1) pemegang
H4: Diduga net profit margin berpengaruh signifikan
saham dan manajer (2) manajer dan pemilik utang.
terhadap dividend payout ratio.
Untuk membatasi konflik kepentingan ini, perusa-
haan dapat mendorong manajer dengan menimbul- H 5 : Diduga total assets turn over berpengaruh
kan biaya monitoring (monitoring cost) yang memba- signifikan terhadap dividend payout ratio.
tasi penyimpangan aktivitas yang dilakukan mana- H6: Diduga return on equity berpengaruh signifikan
jer. Biaya-biaya yang timbul karena adanya kegiat- terhadap dividend payout ratio.

| 675 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 674 – 685

METODE Adapun daftar nama perusahaan sampel da-


pat dilihat pada Tabel 2.
Penelitian ini dilakukan pada seluruh per-
usahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Data yang digunakan untuk kepentingan pe-
selama periode 2004-2008. Populasi dari penelitian nelitian ini berupa data sekunder yaitu data in-
ini sejumlah 393 perusahaan dari 9 klasifikasi in- sider ownership, free cash flow, dividend cash, serta data
dustri yang berbeda. Perusahaan yang menjadi profitability ratio diperoleh dari laporan keuangan
sampel adalah sebanyak 19 perusahaan dengan konsolidasi setelah proses audit melalui auditor
menggunakan metode purposive sampling, yaitu independen yang telah dilaporkan di Bursa Efek
pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria ter- Indonesia dan dipublikasikan.
tentu. Kriteria yang diterapkan ditunjukkan pada Penelitian ini menggunakan lima variabel be-
proses pemilihan sampel (Tabel 1). bas (independen) dan satu variabel terikat (depen-
Tabel 1. Proses Pemilihan Sampel
den). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah insider ownership, free cash flow, net profit mar-
Jumlah
Keterangan gin, total assets turn over, dan return on equity yang
Sampel
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun dihitung dari laporan keuangan konsolidasi tahu-
393
2004- 2008 nan dari sampel yang terpilih. Adapun operasiona-
2. Perusahaan yang secara continue terdaftar di
lisasi variabel ditunjukkan pada Tabel 3.
BEI selama kurun waktu 2004-2008 dan
267
mempunyai data laporan keuangan yang
lengkap
3. Perusahaan yang mempunyai data insider
129
ownership periode 2004-2008
4. Perusahaan yang membagikan dividend cash
19
secara continue dari tahun 2004-2008
Sampel 19

Tabel 2. Daftar Nama Perusahaan Sampel


No. Nama Perusahaan Kode Sektor
1 PT. Aneka Tambang Tbk ANTM Mining and Mining Services
2 PT. Astra Agro Lestari Tbk AALI Agriculture, Forestry and Fishing
3 PT. Astra International Tbk ASII Automotive and Allied Products
4 PT Astra Autoparts Tbk AUTO Automotive and Allied Products
5 PT. Bank Central Asia Tbk BBCA Banking
6 PT. Bank Negara Indonesia Tbk BBNI Banking
7 PT. Berlian Laju Tanker Tbk BLTA Transportation Services
8 PT. Citra Turbindo Tbk CTBN Metal and Allied Products
9 PT. Gudang Garam Tbk GGRM Tobacco Manufacturers
10 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk HEXA Wholesale
11 PT. International Nickel Indonesia Tbk INCO Mining and Mining Services
12 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF Food and Beverages
13 PT. Kimia Farma Tbk KAEF Pharmaceuticals
14 PT. Lautan Luas Tbk LTLS Wholesale
15 PT. Lion Mesh Prima Tbk LMSH Metal and Allied Products
16 PT. Lion Metal Works Tbk LION Metal and Allied Products
17 PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk RALS Whole Sale and Retail Trade
18 PT. Tiga Raksa Satria Tbk TGKA Whole Sale and Retail Trade
19 PT. United Tractors Tbk UNTR Automotive and Allied Products

| 676 |
Insider Ownership, free Chas Flow, dan Profitability...
Marnis

Tabel 3. Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala Pengukuran


Rasio pembayaran dividen adalah
rasio yang menunjukkan
persentase laba perusahaan yang
dibayarkan kepada pemegang
Dividend Payout saham secara tunai yang didapat =
Rasio
Ratio (DPR) dari dividen tahunan dibagi
(Atmaja, 2003: 284)
dengan laba tahunan, atau
dividen per lembar saham dibagi
laba per lembar saham Horne
(2007).
IO merupakan hak kepada =
Insider Ownership
pengelola untuk memiliki saham Rasio
(IO) (Nuringsih dalam Ruchbianto,
(Asnawi & Wijaya, 2005)
2009)
FCF adalah arus kas yang benar-
benar tersedia untuk
didistribusikan kepada seluruh
investor (pemegang saham dan
pemilik utang) setelah

Free Cash Flow perusahaan menempatkan = Rasio
(FCF) seluruh investasinya pada aktiva
(Pradessya, 2006)
tetap, produk-produk baru, dan
modal kerja yang dibutuhkan
untuk mempertahankan operasi
yang sedang berjalan (Brigham &
Houston, 2006).
Net profit margin atau margin
laba bersih adalah rasio yang
Net Profit Margin =
digunakan untuk mengukur Rasio
(NPM)
jumlah laba bersih tiap penjualan (Atmaja, 2003)
(Brigham & Houston, 2006)
Rasio yang menunjukkan
Total Assets Turn perputaran total aktiva diukur = Rasio
Over (TATO) dari volume penjualan (Harahap,
(Halim, 2007)
2006).
Rasio yang menunjukkan berapa
Return On Asset persen laba bersih diperoleh bila =
Rasio
(ROE) diukur dari modal pemilik
(Halim, 2007)
(Harahap, 2006)

| 677 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 674 – 685

Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu tertinggi dimiliki oleh PT. Aneka Tambang Tbk
dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah pada tahun 2007 yaitu 46.18% yang disebabkan pe-
data terbebas dari masalah multikolinearitas, hete- ningkatan arus kas operasi yang dimiliki per-
roskedasitas, dan autokorelasi. Uji asumsi klasik usahaan hingga 265% pada tahun 2007 atau 3.5 kali
penting dilakukan untuk menghasilkan estimator peningkatan arus kas dari tahun sebelumnya yang
yang linier tidak bias dengan varian yang mini- disertai dengan peningkatan total asset 65% dari
mum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang tahun sebelumnya. Free cash flow terendah dimiliki
berarti model regresi tidak mengandung masalah. oleh PT. Ramayana Lestari sentosa pada tahun
2005. Hal ini kemungkinan disebabkan penurunan
HASIL arus kas operasi di saat yang bersamaan peningkat-
an dividen perusahaan, sehingga arus kas bebas
Deskriptif keseluruhan data dalam penelitian bernilai negatif. Arus kas bebas yang bernilai ne-
dapat dilihat pada Tabel 4. gatif tidak selalu berarti buruk (Brigham & Hous-
Dari data Tabel 4 dapat dilihat nilai data ter- ton, 2004). Ada kemungkinan perusahaan sedang
kecil dan terbesar serta standar deviasi dari masing- melakukan investasi pada aktiva operasi untuk
masing variabel. Rata-rata insider ownership adalah mendukung pertumbuhannya. Tidak ada yang sa-
1.95% dengan standar deviasi 5.72. Insider owner- lah dengan pertumbuhan jika menyebabkan terja-
ship tertinggi adalah 25.62% yang dimiliki oleh PT. dinya arus kas yang negatif dalam jangka pendek.
Lion Mesh Prima Tbk pada tahun 2004. Pada saat Net profit margin atau rasio laba bersih
itu, sebanyak 14.09% saham dimiliki oleh Komisa- perusahaan memiliki rata-rata 12.62% dengan stan-
ris; 11.49% saham dimiliki oleh presiden direktur dar deviasi 11.14. Net profit margin tertinggi dimiliki
perusahaan, dan sisanya 0.03% saham dimiliki oleh oleh PT. International Nickel Tbk (INCO) yaitu
direktur perusahaan. Insider ownership terendah pa- sebesar 50.43% pada tahun 2007. Jika dibandingkan
da tingkat 0.00001% dimiliki oleh PT. United Trac- dengan perusahaan sampel yang lain, tiap tahun-
tor Tbk pada tahun 2006. Pada saat itu, hanya seba- nya PT. Inco juga memiliki NPM tertinggi. Hal ini
nyak 340 jumlah saham dari total keseluruhan berarti PT. Inco sangat baik dalam menghasilkan
2,851,808,100 yang dimilik oleh presiden direktur laba bersih dari tiap penjualan yang dihasilkannya.
perusahaan. Sedangkan NPM terendah ada pada PT. Tiga Raksa
Rata-rata arus arus kas bebas (free cash flow) Satria Tbk pada tahun 2004 yaitu 0.19%. Hal ini
yang dimiliki perusahaan adalah 8.01% dari total disebabkan rendahnya net income atau laba sesudah
asset dengan standar deviasi 8.32. Free cash flow pajak perusahaan di tahun 2004.

Tabel 4. Statistik Deskriptif


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Insider Ownership 95 .00001 25.62 1.95 5.72
Free Cash Flow 95 -6.026 46.18 8.01 8.32
Net Profit Margin 95 .19 50.43 12.62 11.14
Total Asset Turn-over 95 7.49 311.22 115.97 66.49
Return on Equity 95 1.64 84.60 20.94 12.75
Dividend Payout Ratio 95 .795 893.65 45.76 93.16
Valid N (listwise) 95

| 678 |
Insider Ownership, free Chas Flow, dan Profitability...
Marnis

Total assets turn over memiliki rata-rata tingkat DPR PT. Tiga Raksa Tbk. DPR terendah
115.97% dengan standar deviasi 66.49. TATO ter- ada pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu
tinggi dimiliki oleh PT. Tiga Raksa Satria Tbk pada sebesar 0.795% pada tahun 2005. Hal ini disebab-
tahun 2005 sebanyak 311.12% yang membuktikan kan penurunan earning after tax perusahaan sebesar
bahwa perusahaan efisien dalam menggunkan akti- 67.94% jika dibandingkan dengan tahun 2004. Pada
vanya. TATO terendah dimiliki oleh PT. Bank Cen- Tabel 5 dapat dilihat nilai rata-rata variabel peneli-
tral Asia Tbk (BCA) pada tahun 2007 yaitu 7.49%. tian setiap tahunnya.
Hal ini ditandai dengan penurunan pendapatan bu-
nga bersamaan dengan peningkatan total asset se-
Hasil Pengujian Asumsi Klasik
hingga rasio perputaran aktiva menjadi menurun
dari tahun sebelumnya. Tujuan dilakukannya uji asumsi klasik pada
Rata-rata return on equity adalah 20.94% de- data adalah untuk mengetahui sejauhmana validi-
ngan standar deviasi 93.16. ROE tertinggi adalah tas model yang digunakan dalam model linear ber-
84.60% yang dimiliki oleh PT. International Nickel ganda yang mengindikasikan tidak terjadinya mul-
Tbk (INCO) pada tahun 2007. Hal ini disebabkan tikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
peningkatan net income sebanyak 56% atau 2x dari
tahun 2006 dan sekaligus menunjukkan bahwa PT. Uji Normalitas Data
Inco memiliki kemapuan yang baik dalam meng-
Pengujian dilakukan dengan analisis grafik
hasilkan laba dengan menggunakan ekuitas yang
menggunakan Normal Probability Plot. Setelah
dimilikinya. Sedangkan ROE terendah ada pada
dilakukan outlier pada model penelitian, diketahui
PT. Tiga Raksa Satria pada tahun 2004 yaitu sebesar
grafik normal probability plot yang baru dimana
1.64% yang disebabkan net income yang masih ren-
terlihat bahwa data tersebar di sekeliling garis
dah pada tahun tersebut.
lurus (tidak terpencar jauh dari garis lurus) yang
Dividend payout ratio merupakan persentase
berarti data sudah berdistribusi normal dan per-
dividen yang dibagi dengan EAT. Rata-rata DPR
syaratan normalitas terpenuhi.
yang dibagikan perusahaan adalah 45.76% dengan
standar deviasi 93.16. DPR tertinggi adalah
893.65% yang dimiliki oleh PT. Tiga Raksa Satria Uji Autokorelasi
Tbk pada tahun 2004. Dengan pembayaran divi- Uji autokorelasi dilakukan dengan perban-
dend cash yang normal, tetapi net income perusahaan dingan antara hasil uji Durbin Watson terhadap
yang terlalu rendah akan meningkatkan rasio pem- nilai tabel yang terdiri atas batasan bawah (dl) dan
bayaran dividen yang menyebabkan tingginya

Tabel 5. Fluktuasi Rata-Rata Nilai Variabel Setiap Tahun (Data dalam %)

Tahun
Variabel Penelitian
2004 2005 2006 2007 2008
Dividend Payout Ratio 73.925 35.97 41.05 37.94 39.918
Insider Ownership 1.9682 1.9502 1.9487 1.9412 1.9419
Free Cash Flow 10.08 5.832 8.866 9.386 5.897
Net Profit Margin 13.28 11.55 12.24 13.76 12.29
Total Assets Turn Over 111.6 117.8 114.3 118.3 111.6
Return On Equity 20.74 18.31 18.17 24.27 23.22

| 679 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 674 – 685

batasan atas(du) dengan tingkat signifikan (á=0,05). disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada
Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa Ho model penelitian.
diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak terda- Penentuan Model Penelitian
pat autokorelasi dalam model regresi.
Penelitian menggunakan model analisis re-
gresi berganda yaitu indeks yang menunjukkan
Uji Multikolinearitas hubungan masing-masing variabel independen ter-
Uji multikolinearitas dilakukan untuk me- hadap variabel dependen. Hasil analisis regresi
ngetahui hubungan korelasi antar variabel bebas. berganda dengan metode enter untuk model anali-
Suatu model yang baik seharusnya tidak terjadi sis dapat dilihat pada Tabel 6.
korelasi sempurna atau mendekati sempurna di-
antara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya Tabel 6. Hasil Analisis Regresi dengan Metode Enter
multikolinearitas adalah koefisien korelasi variabel Unstandardized
tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar Coefficients
Model t Sig.
Std.
atau tidak terhingga. Untuk menguji multikoli- B
Error
nearitas dilakukan dengan melihat tolerance dan (Constant) 9.681 7.094 1.365 .176
variance inflation factor (VIF) pada model regresi. Insider Ownership -1.364 .362 -3.766 .000
Dari hasil pengujian multikolinieritas kelima vari- Free Cash Flow -1.010 .257 1.365 .000
abel penelitian diketahui bahwa nilai tolerance lebih Net Profit Margin .854 .371 2.299 .024
Total Assets Turn-over .159 .047 3.341 .001
dari 0.10 (T > 0.10) dan nilai Variance Inflation Fac- Return on Equity .128 .272 .469 .640
tor kurang dari 10 (VIF < 10). Maka dapat disimpul-
kan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antarvariabel Persamaan regresi yang dihasilkan adalah:
bebas. Y = 9.681-1.364X1+1.01X2+0.854X3+0.159X4+0.128X5
DPR = 9.681 - 1.364 IO - 1.01 FCF + 0.854 NPM +
Uji Heteroskedastisitas
0.159 TATO + 0.128 ROE
Scatterplot
Deteksi adanya heteroskedastisitas dilaku- Dari persamaan regresi tersebut, konstanta
kan dengan melihat pola-pola titik pada grafik re- adalah 9.681. Hal ini berari bahwa rata-rata divi-
gresi. Dengan menggunakan grafik scatterplot sete- dend payout ratio (DPR) sebesar 9.681 jika
lah dilakukan outlier didapatkan titik-titik tidak X1=X2=X3=X4= X5=0
membentuk pola yang jelas. Sebagaimana terlihat,
titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, jadi tidak terdapat heteroskedastisitas Pengujian Hipotesis
dalam model regresi. Pengujian hipotesis pertama akan dilakukan
dengan uji F, yaitu untuk mengetahui apakah secara
Uji Statistik Spearman’s Rho simultan (bersama-sama) variabel bebas mampu
menjelaskan variabel terikat. Pengujian hipotesis-
Dari hasil output uji statistik spearman’s rho
hipotesis selanjutnya akan dilakukan dengan uji t,
dapat dilihat bahwa korelasi antara variabel X1 ,
yaitu menguji apakah variabel bebas mampu men-
X2, X3, X4, X5 dengan unstandardized residual memiliki
jelaskan variabel terikat secara parsial (individual).
nilai signifikansi lebih dari 0.05, maka dapat

| 680 |
Insider Ownership, free Chas Flow, dan Profitability...
Marnis

Pengujian Hipotesis Pertama (H1)/(Uji F) Pengujian Hipotesis Kedua (H2)


Pengujian H1 dilakukan untuk mengetahui Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai thitung
apakah secara bersama-sama insider ownership, free terletak pada daerah penolakan Ho yaitu -3.766 <
cash flow, net profit margin, total assets turn over dan re- ttabel yaitu -1.988 dengan probabilitas 0.000 dibawah
turn on equity berpengaruh signifikan terhadap divi- level probabilitas 0.05. Maka keputusan yang
dend payout ratio dengan membandingkan nilai ftabel diambil adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Hal
dan fhitung. Hasil pengujian F statistik pada Tabel 7. ini berarti insider of ownership secara parsial
Dari perhitungan diketahui bahwa nilai fhitung berpengaruh signifikan terhadap dividend payout
terletak pada daerah penolakan Ho yaitu 7.107 > ratio.
ftabelyaitu 2.326 dengan level of significant sebesar
Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)
0.000, dibawah 5%. Maka keputusan yang diambil
adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai thitung
insider ownership, free cash flow, profit margin, total terletak pada daerah penolakan Ho yaitu -3.928 <
assets turn over dan return on equity secara simultan ttabel yaitu -1.988 dengan probabilitas 0.000 pada
berpengaruh signifikan terhadap dividend payout level probabilitas 0.05. Maka keputusan yang
ratio (Y). diambil adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Hal
ini berarti free cash flow secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap dividend payout ratio.
Uji t
Untuk melakukan pengujian hipotesis kedua
sampai dengan keenam digunakan uji t untuk ma- Pengujian Hipotesis Keempat (H4)
sing-masing variabel bebas Tabel hasil dari penguji-
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa nilai
an dapat dilihat pada Tabel 8.
thitung terletak pada daerah penolakan Ho yaitu
2.299 > ttabel yaitu 1.988 dengan probabilitas 0.024

Tabel 7. Nilai Ftabel (ANOVA)

Sum of
Model df Mean Square F Sig.
Squares
1. Regression 12148.630 5 2429.726
2. Residual 28034.329 82 341.882 7.107 .000
Total 40182.960 87

Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji t Statistik


Variabel thitung ttabel Sig
Insider Ownership -3.766 .000
Free Cash Flow -3.928 .000
Net Profit Margin 2.299 -1.988 > X > 1.988 .024
Total Assets Turn-over 3.341 .001
Return on Equity .469 .640

| 681 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 674 – 685

lebih kecil dari pada level probabilitas 0.05. Maka gin, total assets turn over dan return on equity terhadap
keputusan yang diambil adalah Ho ditolak dan Ha dividend payout ratio adalah 30.2%. Sedangkan sisa-
diterima. Hal ini berarti net profit margin secara nya 69.8% dijelaskan oleh variabel lain.
parsial berpengaruh signifikan terhadap dividend Selain itu, adjusted R2 atau nilai R2 yang dise-
payout ratio. suaikan adalah sebesar 0.26. Adjusted R2 biasanya
dipakai untuk mengukur sumbangan pengaruh jika
Pengujian Hipotesis Kelima (H5)
dalam regresi menggunakan lebih dari dua variabel
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa nilai independen (Priyatno, 2009). Hal ini berarti sum-
thitung terletak pada daerah penolakan Ho yaitu bangan pengaruh variabel insider ownership, free cash
3.341 > ttabel yaitu 1.988 dengan probabilitas 0.001 flow, net profit margin, total assets turn over dan re-
lebih kecil dari level probabilitas 0.05. Maka turn on equity terhadap dividend payout ratio adalah
keputusan yang diambil adalah Ho ditolak dan Ha 26%. Sisanya, 74% dipengaruhi oleh variabel lain.
diterima. Hal ini berarti total assets turn over secara
parsial berpengaruh terhadap dividend payout ratio.
PEMBAHASAN
Pengujian Hipotesis Keenam (H6) Dari hasil penelitian uji hipotesis, secara si-
Dari Tabel 8 diketahui bahwa nilai thitung ter- multan variabel insider ownership, free cash flow, profit
letak pada daerah penerimaan Ho yaitu 0.469 < margin, total assets turn over dan return on equity ber-
ttabel yaitu 1.988 dengan probabilitas 0.640 pada level pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio
probabilitas 0.05. Maka keputusan yang diambil yang dibuktikan fhitung > ftabel yaitu 7.001 > 2.326.
adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti Hasil yang diperoleh konsisten dengan hasil pe-
return on equity secara parsial tidak berpengaruh nelitian yang diperoleh Pradessya (2006) dan Dhai-
terhadap dividend payout ratio. lamy (2006) dimana faktor-faktor yang meng-
indikasikan agency cost yaitu insider ownership dan
Koefisisen Determinasi (R2 dan adjusted R2) free cash flow berpengaruh secara simultan terhadap
dividend payout ratio. Hasil penelitian Sumardi (2009)
Nilai R2 atau yang biasa disebut R square me-
juga membuktikan bahwa secara simultan faktor-
nunjukkan koefisien determinasi yang mengukur
faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio ya-
persentase sumbangan variabel independen terha-
itu current ratio, net profit margin, dan return on invest-
dap variabel dependen. Hasil perhitungan koefisi-
ment terbukti berpengaruh terhadap DPR.
en determinasi atau R2, adjusted R2 dan standard
error of the estimate (SEE) dapat dilihat pada Tabel 9. Uji parsial yang dilakukan pada setiap vari-
abel insider ownership, free cash flow, profit margin,
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai koefi-
total assets turn over dan return on equity terhadap
sien determinasi atau R2 adalah sebesar 0.302. Hal
variabel dividend payout ratio setelah dilakukan out-
ini berarti persentase sumbangan pengaruh va-
lier membuktikan hanya variabel return on equity
riabel insider ownership, free cash flow, net profit mar-
yang tidak berpengaruh signifikan. Hal ini berbeda

Tabel 9. Hasil Perhitungan R2, Adjusted R2, dan Standard Error Of The Estimate (SEE)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


1 .550a) .302 .260 18.49005308

| 682 |
Insider Ownership, free Chas Flow, dan Profitability...
Marnis

dengan hasil penelitian Baruno & Endriani dalam cash flow sebesar -1.01. Nilai tersebut menunjukkan
Sulystianti (2008) yang meneliti pengaruh rasio- bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel
rasio keuangan terhadap dividend payout ratio pada independen free cash flow dengan variabel depen-
industri telekomunikasi di BEI tahun 2000-2004. den dividend payout ratio. Kondisi ini dapat dijelas-
Hasil penelitiannya membuktikan bahwa salah satu kan jika terjadi kenaikan free cash flow 1% maka DPR
rasio keuangan, yaitu return on equity (ROE) mem- juga akan mengalami penurunan sebesar 1.01%.
punyai pengaruh terhadap dividend payout ratio. Ti- Uji t terhadap net profit margin menunjukkan
dak signifikannya return on equity terhadap divi- pengaruh yang signifikan dengan dividend payout
dend payout ratio kemungkinan dapat disebabkan ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan peneli-
dengan adanya korelasi antara return on equity dan tian Sumardi (2009) dimana secara parsial NPM
kekayaan dari pemegang saham, sehingga pe- berpengaruh terhadap DPR dan menunjukkan arah
megang saham kemungkinan lebih memilih return hubungan yang positif dengan koefisien 0.854. Se-
dari pada pembagian dividen untuk mengurangi cara teori, net profit margin menunjukkan kemampu-
pembayaran pajak dari biaya modalnya. an perusahaan menghasilkan laba dari penjualan-
Uji t terhadap insider ownership menunjukkan nya. Sejalan dengan hasil penelitian uji t yang me-
pengaruh signifikan yang negatif. Koefisien insider miliki hubungan positif terhadap DPR, semakin
ownership adalah -1.364 yang berarti semakin tinggi NPM maka semakin baik perusahaan meng-
banyak kepemilikan saham yang dimiliki oleh in- hasilkan laba bersih yang akan meningkatkan ke-
sider yakni komisaris dan direktur, maka semakin mampuan pembayaran dividen.
kecil rasio pembayaran saham atau kecenderungan Uji t terhadap total assets turn over menunjuk-
untuk menahan pembayaran dividen. Penelitian kan pengaruh yang signifikan dengan dividend pay-
terdahulu yang membuktikan hubungan antara out ratio dengan koefisien 0.159. Hasil penelitian
insider ownership dan dividend payout ratio masih ini berbeda dengan penelitian Kusumah (2007), di-
berbeda-beda dengan arah hubungan yang mana berdasarkan uji regresi berganda, terbukti
berbeda pula. Pradessya (2006) menunjukkan ada- total assets turn over tidak berpengaruh secara par-
nya hubungan yang positif antara insider ownership sial dengan dividend payout ratio. Secara teori, arah
dan dividend payout ratio, berbeda dengan penelitian hubungan yang positif antara TATO dengan DPR
Suhartono (2004) dalam Dhailamy yang menyebut- menunjukkan semakin besar nilai tingkat perputar-
kan perusahaan yang mempunyai insider yang an aset perusahaan akan semakin efisien pengguna-
tinggi, akan memiliki rasio pembayaran dividen an asset tersebut dan akan mempercepat pengem-
yang rendah. Sedangkan Kusumah (2007) membuk- balian dana dalam bentuk kas yang diharapkan
tikan tidak adanya pengaruh antara insider owner- dapat mendorong perusahaan membagikan divi-
ship dan dividend payout ratio. den kepada pemegang saham.
Uji t terhadap free cash flow menunjukkan peng-
aruh yang signifikan terhadap dividend payout ra- KESIMPULAN DAN SARAN
tio. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil pe- Kesimpulan
nelitian Kusumah (2007) yang meneliti sektor Food
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahas-
and Beverage di BEI dan membuktikan bahwa free
an yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari
cash flow berpengaruh secara parsial terhadap divi-
penelitian adalah: 1). Dari hasil pengujian hipotesis
dend payout ratio. Sedangkan penelitian yang dila-
pertama (Uji F), terbukti adanya pengaruh simul-
kukan Pradessya (2006) membuktikan tidak ada
tan antara insider ownership, free cash flow, net profit
pengaruh secara parsial antara variabel free cash flow
margin, total assets turn over, return on equity terhadap
dengan DPR. Nilai koefisien regresi variabel free

| 683 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 674 – 685

dividend payout ratio dimana Ha diterima yang di- Dhailamy, A.F. 2006. Pengaruh Insider Ownership dan
buktikan dengan (7.107) > (2.326). Risiko Pasar pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2003.
Pengujian secara parsial (Uji T), membuktikan bahwa Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
diantara 5 variabel yang digunakan, yang dapat www.rac.uii.ac.id. 09-06-2009.
menjelaskan hubungan dengan dividend payout ra-
Fama, F. Eugene, & Jensen, M.C. 1983. Agency Problems
tio adalah insider ownership (kepemilikan insider),
and Residual Claims. Journal of Law & Economics,
free cash flow (arus kas bebas), net profit margin, dan Vol. XXVI (June 1983). www.ssrn.com. 31-05-2009.
total assets turn over. Sedangkan return on equity ter-
Febryani, A. & Zulfadin, R. 2003. Analisis Kinerja Bank
bukti tidak memiliki hubungan dengan dividend pay-
Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia. Kajian
out ratio karena < , 2). Dari hasil peneli- Ekonomi dan Keuangan, Vol.7, No. 4, Jakarta.
tian dapat dilihat bahwa diantara variabel indepen-
den, yang paling dominan mempengaruhi dividend Halim, A. 2007. Manajemen Keuangan Bisnis. Bogor: Ghalia
Indonesia.
payout ratio adalah variabel yang mempunyai koefi-
sien yang terbesar adalah insider ownership dengan Han, K.C. 1995. The Effects of Reverse Splits on The
koefisien -1.364. Liquidity of The Stock. Journal of Financial and
Quantitative Analysis, Vol.30, No.1.

Harahap, S.S. 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan.


Saran Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
1). Bagi para investor yang mengharapkan Jensen, M.C. 1986. Agency Costs of Free Cash Flow,
pembagian dividen cash dari investasi saham yang Corporate Finance, and Takeovers. American
dilakukan di pasar modal, sebaiknya memperhati- Economic Review, Vol.76, No.2 (May), pp. 323-329.
www.ssrn.com. 31-05-2009.
kan besarnya insider ownership (kepemilikan insi-
der), free cash flow, net profit margin, dan total assets _________. & Meckling,W.H. 1976. Theory of the Firm:
turn over dan return on equity, sedangkan return on Managerial Behavior, Agency Costs and
Ownership Structure. Journal of Financial
equity dapat diabaikan karena tidak memiliki
Economics, Vol. 3, No. 4(October), pp. 305-360.
pengaruh yang signifikan terhadap dividend pay- www.ssrn.com. 31-05-2009.
out ratio (DPR), 2). Untuk peneliti selanjutnya yang
Keown, A. J. 2003. Foundations of Finance: The Logic and
membahas topik mengenai kebijakan dividen, se-
Practice of Financial Management. New Jersey:
baiknya tidak hanya mengukur kebijakan dividen Prentice Hall.
dari dividen cash tetapi dapat menambahkan bentuk-
bentuk kebijakan pembagian dividen yang lain se- Kusumah, I.T.H. 2007. Pengaruh Faktor-Faktor Agency Costs
terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan
perti dividen saham (stock dividend), pembelian Manufaktur Sektor Food and Beverage Go Public di
kembali saham (repurchase of stock) dan pemecahan Bursa Efek Jakarta. Universitas Kristen Petra. http:/
saham (stock split) dan juga dapat menambahkan /dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_8297.html. 26-
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebijakan 10-09.
dividen seperti kebijakan hutang, risiko pasar. Pradessya, P. 2006. Pengaruh Insider Ownership, Dispersion
of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets,
DAFTAR PUSTAKA dan Tingkat Pertumbuhan terhadap Kebijakan
Dividen. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Asnawi, S. K. & Wijaya, C. 2005. Riset Keuangan Pengujian- www.rac.uii.ac.id. 09-06-2009.
Pengujian Empiris. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Priyatno, D. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS
17. Yogyakarta: Andi Offset.
Brigham, E.F. & Houston, J.F. 2006. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan (Buku 1, 2). Jakarta: Salemba Empat.

| 684 |
Insider Ownership, free Chas Flow, dan Profitability...
Marnis

Ruchbianto, S. 2009. Analisis Kebijakan Hutang, Susanti, Arozzy, M.F., & Setyawan. 2005. Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, dan Free Cash Flow Harga, Volume Perdagangan dan Volatilitas
dalam Menentukan Kebijakan Dividen pada Harga Saham pada Bid-Ask Perusahaan yang
Perusahaan Non Manufaktur yang Terdaftar di Melakukan Stock Split. Usahawan, Edisi No 10 TH
Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Riau. XXXIV, hal.36.
Pekanbaru.
Van Horne, J.C. & Wachowicz Jr, J.M. 2007. Prinsip–Prinsip
Sulistyanti, E. 2008. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Manajemen Keuangan (Buku 1). Jakarta: Salemba
Leverage, dan Harga Saham terhadap Jumlah Empat.
Dividen Tunai. Tesis. Universitas
Muhammadiyah. Surakarta.

Sumardi. 2009. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi


Dividend Payout Ratio pada perusahaan
Kelompok LQ45 di BEI. Tesis. Universitas Riau.
Pekanbaru.

| 685 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010, hal. 686 – 698
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

PERSAINGAN INDUSTRI, SUMBER DAYA PERUSAHAAN,


DAN KINERJA MELALUI PARTNERSHIP STRATEGY
PADA INDUSTRI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Ni Nyoman Kerti Yasa


Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
Jl. P.B Sudirman – Denpasar

Abstract
The background of this research is the phenomena of increasing competition intensity and corporate resource
limitation in the industry of Bank Perkreditan Rakyat (BPR) in Bali. These phenomena will decrease the
performance achievement of BPR compared to other micro financial institutions. It is expected to overcome the
problem of performance achievement degradation by implementing partnership strategy.This research aimed
at analyzing the role of partnership strategy implementation in improving the corporate performance achieve-
ment which is based on industrial competition intensity and resource limitation. There are for variables being
analyzed in this study namely industrial competition intensity, corporate resource limitation, partnership
strategy implementation, and corporate performance. There were 105 BPR from different regencies in Bali
province selected as samples based on Kracjie and Morgan Table. The statistic analysis used to analyze the
hypothesis was Structural Equation Model (SEM).The main finding of this research shows that the increasing
industrial competition intensity may decrease the corporate performance; however, this negative effect can be
reduced if the institution can implement partnership strategy firmly. Furthermore, the negative effect of
corporate resource limitation on the degradation of corporate performance can be diminished by building
strong partnership. Thus, BPRs are expected to strengthen the implementation of partnership strategy by
building better cooperation with investor, customers, and competitors.
Key words: industrial competition intensity, limited corporate resources, implementation of partnership
strategy, and corporate performance.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang merupakan dengan harapan. Pencapaian kinerja BPR di Bali
salah satu bentuk lembaga keuangan mikro juga dapat dilihat pada tingkat pertumbuhan usahanya.
berusaha mencapai kinerja yang baik. BPR di Pro- Pertumbuhan usaha BPR di Bali pada tahun 2007
vinsi Bali berjumlah 143 buah. Semua BPR itu juga menunjukkan peningkatan yang cenderung tetap
mempunyai harapan untuk mencapai kinerja yang dari tahun ke tahun. Dalam lima tahun terakhir
baik, tetapi realita yang ada tidaklah selalu sama rata-rata pertumbuhan aset BPR tercatat 23,66%,

Korespondensi dengan Penulis:


Ni Ny o m an Ker t i Yasa: Telp. +62 815 568 9999
E-m ail: manraikert i@yahoo.co.id

| 686 |
Persaingan Industri, Sumber Daya Perusahaan, & Kinerja Melalui Partnership Strategy pada Industri BPR
Ni Nyoman Kerti Yasa

sedangkan kredit tumbuh sebesar 23,54%. Kegiatan positif dengan jangkauan (outreach) daerah dan seg-
penghimpunan dana dari masyarakat juga menun- men konsumen. Semakin tinggi tingkat persaingan
jukkan pertumbuhan yang konstan, yaitu rata-rata maka manajemen organisasi semakin dituntut
pertumbuhan dalam lima tahun terakhir tercatat untuk mengelola usahanya menjadi berorientasi
sebesar 21,75%, sedangkan loan deposit ratio (LDR) konsumen dan memperhatikan perubahan faktor
berkisar 114%. lingkungan (Pearce & Robinson, 2000; Porter, 1996).
Tingkat LDR mencerminkan bahwa persai- Dalam hal ini faktor lingkungan yang memengaruhi
ngan pada industri perbankkan semakin mening- perusahaan adalah lingkungan industri.
kat. Pertumbuhan jumlah aset BPR di Bali terjadi Lingkungan industri merupakan bagian dari
karena BPR sudah melakukan linkage program (anta- lingkungan bisnis eksternal yang dapat memenga-
ra lain dalam bentuk pemberian modal, informasi, ruhi pencapaian kinerja suatu perusahaan selain
peningkatan kompetensi sumber daya manusia) lingkungan makro. Lingkungan makro terdiri atas
dengan bank umum. Selain itu BPR yang ada di faktor ekonomi, ekologi, hukum, politik, sosial
Provinsi Bali juga selalu berusaha melakukan pem- budaya, dan teknologi. Di samping itu, pencapaian
binaan kepada para nasabah dalam bentuk mem- kinerja perusahaan juga dipengaruhi oleh lingku-
berikan pelatihan manajemen dan membagi infor- ngan internal yang terdiri atas struktur organisasi,
masi pasar. Kebijakan linkage program merupakan budaya organisasi, dan sumber daya perusahaan
salah satu dari partnership strategy yang dijalankan (Wheelen & Hunger, 2000).
oleh BPR. Dengan mengoperasionalkan partnership Isu adanya keterbatasan sumber daya pada
strategy, BPR akan mendapatkan manfaat dari penelitian Edelman et al. (2002) termasuk keterba-
bentuk kerja sama itu. Manfaat dari partnership tasan sumber daya manusia (business skill dan inter
strategy untuk meningkatkan kinerja perusahaan, personel skill) dan keterbatasan sumber daya organi-
sudah pernah dilakukan oleh Lee, et al. (2007). sasi juga ditemukan pada BPR di Bali. BPR di Bali
Hasil penelitian Lee, et al. menyatakan bahwa kerja juga menghadapi tekanan dari persaingan di antara
sama dengan pemasok, kerja sama dengan konsu- BPR itu sendiri. Apalagi ditambah dengan lembaga
men, dan kerja sama yang terjadi lintas fungsi di keuangan mikro lainnya yang menjadi pesaing
dalam perusahaan akan dapat menaikkan kinerja. BPR, seperti LPD dan Koperasi Simpan Pinjam. Di
Partnership strategy merupakan strategi yang dapat samping itu, BPR di Bali juga harus menghadapi
mengatasi tekanan persaingan dalam suatu persaingan dengan bank asing, bank pemerintah,
industri, termasuk tekanan persaingan di industri dan bank swasta lainnya yang berlomba-lomba me-
BPR. nangani kredit mikro. Standard Chartered Bank
Persaingan antara BPR dengan sesama BPR (Stanchart Bank) yang merupakan market leader
ataupun dengan lembaga keuangan lainnya seperti dalam kredit mikro dan adanya kredit tanpa agu-
dengan Lembaga Perkreditan Desa (LPD), bank nan (KTA) sampai dengan Rp 300 juta juga menjadi
umum komersial, koperasi, dan pegadaian akan pesaing BPR di Bali. Begitu juga Bank Artha Graha
memengaruhi kemampuan BPR untuk mencapai dan Bank BNI mengeluarkan produk dengan ke-
keuntungan. Berkaitan dengan persaingan dalam mudahan kredit tanpa agunan.
lembaga keuangan mikro untuk mencapai keun- BPR di Bali harus selalu mengantisipasi kon-
tungan, Schafer, Siliversstovs, & Terberger (2005) disi persaingan yang semakin ketat dengan meng-
dalam penelitian mereka menemukan persaingan operasionalkan strategi bisnis yang tepat. Selama
berkorelasi negatif dengan profitabilitas dan ting- ini strategi-strategi yang sudah diterapkan oleh
kat bunga pinjaman, namun persaingan berbanding BPR di Bali antara lain dengan memberikan

| 687 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 686 – 698

pelayanan yang baik kepada nasabahnya dan mela- pemasok produknya, penyedia jasanya, pesaing-
kukan kerja sama dengan pemasok, nasabah, dan nya (strategi aliansi), dan distributornya (Webster,
pesaingnya, seperti beberapa bank umum dan PT. 1992). Partnership strategy dipilih untuk mengisi
Permodalan Nasional Madani (PNM) selaku celah penelitian yang ada didasari dengan bebe-
pemasok dana yang akan disalurkan dan dengan rapa pertimbangan, sebagai berikut. (1) Kondisi
UMKM selaku nasabahnya serta beberapa BPR persaingan bisnis BPR di Bali cukup tinggi. Feno-
lainnya selaku pesaingnya. Kerjasama pada in- mena bisnis ini dapat menyebabkan kinerjanya
dustri BPR dapat dilakukan antara BPR dengan akan menurun. Untuk menghilangkan tekanan dari
pemasok, nasabah, dan pesaingnya. persaingan industri yang ada maka partnership stra-
Kondisi yang serupa atau mirip dengan isu tegy dapat beroperasi dengan cara mengajak para
bisnis yang ada pada BPR di Bali pernah diteliti pemasok, konsumen, dan pesaing yang ada untuk
oleh Metts. Metts (2007) menemukan adanya bekerja sama, sehingga persaingan yang cukup
keterkaitan antara tekanan persaingan industri, tinggi dapat dikurangi (Zineldin, 1995). Penurunan
proses pembuatan strategi dan kinerja SME. Pene- intensitas kekuatan persaingan akan membawa
litian yang dilakukan saat itu juga memfokuskan dampak positif terhadap kinerja. (2) Pemilihan part-
pada variabel tekanan persaingan industri yang nership strategy ini juga untuk mengatasi karak-
sesuai dengan salah satu isu bisnis yang sedang teristik BPR yang memiliki keterbatasan sumber
dihadapi oleh BPR di Bali. Penelitian Metts (2007) daya perusahaan terutama sumber daya manusia
menggunakan proses pembuatan strategi sebagai (SDM) dan sumber daya organisasi. Kerja sama
variabel antara (intervening) yang diduga mem- yang dilakukan dengan pemasok akan dapat
punyai peranan dalam mengurangi tekanan per- mengatasi keterbatasan sumber dana yang akan
saingan industri. Ternyata hasil penelitiannya, disalurkan kepada nasabah. (3) Dengan mengope-
menunjukkan bahwa proses pembuatan strategi rasionalkan partnership strategy akan memunculkan
mampu mengurangi pengaruh negatif dari ketat- konsep sinergi, yaitu berupa hasil yang dicapai
nya persaingan industri terhadap kinerja, namun dengan melakukan kerja sama akan jauh lebih
pengaruh persaingan industri terhadap kinerja besar dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
secara total tetap negatif. kalau perusahaan bekerja secara sendiri-sendiri.
Hasil penelitian dari Metts (2007) ini mem- (4) Selain itu, partnership strategy juga dipilih oleh
berikan celah penelitian untuk diteliti kembali. BPR dalam rangka menyongsong era globalisasi,
Ternyata proses pembuatan strategi (dalam bentuk yaitu perusahaan-perusahaan yang ada terutama
aktivitas pengamatan lingkungan, pengambilan ke- perusahaan ukuran kecil dan menengah seharus-
putusan adaptif, dan strategi manufaktur) hanya nya melakukan kerja sama untuk memperkuat diri-
mampu mengurangi dampak negatif dari tekanan nya dalam mencapai keunggulan bersaing. (5) Pemi-
persaingan industri terhadap kinerja, namun belum lihan partnership strategy ini juga didukung dengan
mampu menghilangkan pengaruh negatif dari beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan
tekanan persaingan industri terhadap kinerja. Oleh oleh Won et al. (2007) dan Kim (2006) yang menun-
karena itu, penelitian ini mencoba menawarkan jukkan hasil bahwa partnership strategy mampu
solusi, yaitu dengan mengoperasionalkan partner- memberikan pengaruh positif terhadap kinerja.
ship strategy. Partnership strategy merupakan strategi Penerapan partnership strategy tidak hanya
yang diperlukan perusahaan untuk lingkungan didorong untuk mengatasi tekanan dari persai-
bisnis global, di mana sebuah perusahaan perlu ngan industri, tetapi juga karena faktor internal
memiliki jaringan yang luas dengan pemain- perusahaan seperti adanya keterbatasan sumber
pemain bisnis lainnya, mencakup, antara lain, daya. Keterbatasan sumber daya terutama

| 688 |
Persaingan Industri, Sumber Daya Perusahaan, & Kinerja Melalui Partnership Strategy pada Industri BPR
Ni Nyoman Kerti Yasa

keterbatasan SDM dan sumber daya organisasi Dari penelitian sebelumnya juga menjelaskan
merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki bahwa yang menjadi variabel dependen selalu ki-
oleh BPR di Bali. Oleh karena itu, pada penelitian nerja perusahaan, hanya pengukuran kinerjanya
ini juga akan ditambahkan variabel keterbatasan yang bermacam-macam. Variabel kinerja pada pe-
sumber daya perusahaan sebagai variabel yang nelitian sebelumnya diukur dengan indikator ki-
memengaruhi intensitas penerapan partnership nerja yang berbeda-beda; ada yang mengukur
strategy. Partnership strategy juga sudah diterapkan dengan kinerja inovasi (Centidamar & Ulusoy,
oleh BPR yang ada di Bali. Selama ini BPR di Bali 2008), kinerja keuangan (Edelman, 2002), kinerja
melakukan kerja sama dengan pihak pemasok, marketing dan kinerja keuangan (Alexander &
nasabah, dan pesaing. Pemasok dari BPR di Bali, Colgate, 1998), dan kinerja supply chain (Lee et al.,
yaitu beberapa bank umum. 2007), serta kinerja keuangan, operasi dan
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, da- organisasi (Metts, 2007).
pat diketahui bahwa sudah banyak penelitian yang Penelitian ini mengembangkan hubungan
berkaitan dengan partnership strategy, namun semua variabel intensitas persaingan industri, keterba-
penelitian itu hanya meneliti hubungan partnership tasan sumber daya perusahaan, partnership strategy
strategy dengan kinerja, belum ada yang menghu- dan kinerja serta mengisi celah penelitian Metts
bungkan partnership strategy dengan persaingan in- (2007) dan Edelman et al. (2002). Celah penelitian
dustri, sumber daya perusahaan, dan kinerja. Metts (2007), yaitu tidak mampunya aktivitas
Menurut teori yang ada, partnership strategy dipilih manajerial berupa pembuatan strategi menghilang-
untuk diimplementasikan, dilatarbelakangi karena kan pengaruh negatif dari tekanan persaingan
perusahaan memiliki keterbatasan sumber daya industri terhadap kinerja, sedangkan celah peneli-
perusahaan, lingkungan persaingan yang sangat tian Edelman et al. (2002) menunjukkan hasil bah-
ketat, dan keinginan untuk mencapai kinerja yang wa strategi inovasi tidak mampu secara nyata me-
semakin meningkat. naikkan kinerja SME kalau perusahaan tersebut
Salah satu peneliti, yaitu Zineldin membe- memiliki keterbatasan sumber daya. Dengan de-
rikan perhatian yang begitu besar terhadap varia- mikian, peneliti ingin mengisi celah tersebut de-
bel partnership strategy karena Zineldin melakukan ngan menawarkan satu solusi, yaitu mengope-
penelitian tentang partnership strategy pada tahun rasionalkan partnership strategy. Dengan masuknya
1995, tahun 1996, tahun 1998, dan tahun 2005. partnership strategy diharapkan memperlemah
Hanya penelitian yang dilakukan terus berkem- tekanan persaingan industri dan keterbatasan sum-
bang, yaitu pada tahun 1995 Zineldin meneliti ten- ber daya serta meningkatkan kinerja perusahaan
tang interaksi dan hubungan antara bank dengan lebih baik.
nasabahnya, kemudian dilanjutkan dengan men- Adapun yang menjadi motivasi penelitian,
cari apa benefit dan bagaimana siklus hidup dari adalah sebagai berikut. Pertama, mengkaji feno-
interaksi dan hubungan bank dengan nasabahnya mena yang terjadi di Provinsi Bali, yaitu BPR
(1996), kemudian dilanjutkan pada tahun 1998 mengimplementasikan partnership strategy dalam
meneliti tentang kecenderungan partnership strategy rangka mengatasi tekanan dari persaingan industri
ke arah ecological, serta tahun 2005 meneliti tentang dan karakteristik yang dimiliki berupa sumber
customer relation management (CRM) sebagai strategi daya perusahaan yang terbatas. Kedua, menguji
bersaing pada industri perbankan di Swedish. Part- konsistensi penelitian Zineldin (1995) yang menya-
nership strategy yang diteliti hanya fokus kepada takan bahwa yang mendorong perusahaan mela-
kerja sama dengan konsumen, belum meneliti kerja kukan partnership adalah karena memiliki keter-
sama dengan pemasok atau stakeholder lainnya. batasan sumber daya (termasuk SDM dan sumber

| 689 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 686 – 698

daya organisasi), persaingan yang ketat, dan ke- H4 : Keterbatasan sumber daya perusahaan yang
inginan mencapai kinerja yang tinggi. Ketiga, ada- semakin meningkat, akan menurunkan
nya research gap dari Metts (2007) tentang pengaruh kinerja perusahaan.
persaingan industri terhadap kinerja melalui pem- H5 : Implementasi partnership strategy yang
buatan strategi, yang menunjukkan hasil walaupun semakin meningkat akan menyebabkan
sudah dilakukan pembuatan strategi, ternyata tingkat kinerja perusahaan semakin mem-
pengaruh total persaingan industri terhadap kinerja baik.
tetap negatif, mendorong penelitian ini mengem-
bangkan pengujian pengaruh mediasi dari partner-
Sebagai salah satu lembaga keuangan mikro
ship strategy terhadap kinerja. Keempat, belum ada
yang memiliki karakteristik sering mendapat
penelitian yang meneliti bagaimana hubungan
antara tekanan dari persaingan industri, keterba- tekanan dari lingkungan persaingan dan memiliki
sumber daya perusahaan yang terbatas, maka im-
tasan sumber daya perusahaan, intensitas imple-
plementasi partnership strategy akan dapat menghi-
mentasi partnership strategy, dengan kinerja peru-
sahaan. langkan pengaruh negatif dari karakteristik terse-
but menjadi positif dan juga dapat menaikkan
pencapaian kinerja perusahaan. Hipotesis 6 sampai
HIPOTESIS dengan hipotesis 7 berhubungan dengan imple-
Bagian ini menggambarkan sebuah model mentasi partnership strategy yang diproposisikan
hipotesis dari pengujian pengaruh intensitas per- berdasarkan pengaruh tidak langsung dari inten-
saingan industri dan keterbatasan sumber daya sitas persaingan industri dan keterbatasan sumber
perusahaan terhadap kinerja melalui implementasi daya perusahaan.
partnership strategy dengan mengidentifikasi hubu- H6 : Implementasi partnership strategy mampu ber-
ngan yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini. peran positif terhadap hubungan intensitas
Hubungan antara intensitas persaingan industri persaingan industri dengan kinerja peru-
dan keterbatasan sumber daya perusahaan ter- sahaan.
hadap kinerja di mediasi oleh partnership strategy H7 : Implementasi partnership strategy mampu
diuji. Pemilihan variabel-variabel ini mengem- berperan positif terhadap hubungan keter-
bangkan penelitian sebelumnya oleh Zineldin batasan sumber daya perusahaan dan kiner-
(1995, 1996,1998, dan 2005), Edelman et al. (2002), ja perusahaan.
Barrratt (2004), Kim (2006), Lee et al. (2007) dan
Metts (2007).
METODE
H1 : Intensitas persaingan industri yang sema-
kin tajam, akan mengintensifkan imple- Kalau dilihat dari sifat permasalahannya, ter-
mentasi partnership strategy. masuk jenis penelitian kausalitas, yaitu bertujuan
menguji hubungan kausalitas antara variabel inten-
H2 : Intensitas persaingan industri yang sema-
sitas persaingan industri, keterbatasan sumber
kin tajam, akan menurunkan tingkat kinerja
daya perusahaan, implementasi partnership strategy,
perusahaan.
dan kinerja BPR. Ditinjau dari sudut pandang pe-
H3 : Keterbatasan sumber daya perusahaan yang
neliti dalam hubungannya dengan objek yang dite-
semakin meningkat, akan mengintensifkan
liti, maka jenis penelitian yang digunakan adalah
implementasi partnership strategy.
jenis penelitian eksplanatoris. Dilihat dari proses
pengumpulan datanya penelitian ini termasuk

| 690 |
Persaingan Industri, Sumber Daya Perusahaan, & Kinerja Melalui Partnership Strategy pada Industri BPR
Ni Nyoman Kerti Yasa

penelitian observasional dengan pendekatan ret- akan diukur dengan menggunakan persepsi dari
rospective, yaitu berusaha mengumpulkan data dari direktur utama BPR dengan menggunakan skala
fenomena yang telah muncul tanpa ada intervensi Likert lima tingkat, yaitu dari sangat tidak setuju
peneliti. = 1, tidak setuju = 2, cukup setuju = 3, setuju = 4,
Penelitian ini akan dilakukan di Provinsi Bali. dan sangat setuju = 5. Untuk mengukur indikator
Provinsi Bali terdiri atas delapan kabupaten, yaitu variabel keterbatasan sumber daya perusahaan
Kabupaten Badung, Buleleng, Tabanan, Jembrana, akan diukur dengan menggunakan persepsi direk-
Gianyar, Bangli, Klungkung, dan Karangasem, tur utama BPR terhadap keterbatasan SDP yang
serta satu kota, yaitu Kota Denpasar. dimiliki dengan skala Likert 5 tingkat, (sangat
tidak setuju = 1, tidak setuju = 2, cukup setuju = 3,
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
setuju = 4, sangat setuju = 5). Untuk variabel kinerja
BPR di Bali. Jumlah BPR tersebut pada tahun 2008
BPR, seperti tingkat CAR, NPL, ROA dan LDR
adalah sebanyak ± 143 buah. Tiap-tiap BPR akan
akan diukur dengan menggunakan skala rasio,
diwakili oleh satu responden yang memiliki jabatan
yang selanjutnya akan dikonversi ke dalam skala
direktur utama BPR. Alasan pemilihan manajemen
interval empat tingkat berdasarkan klasifikasi dari
level atas (dalam hal ini direktur utama BPR) kare-
BI dengan kriteria tidak sehat (TS) = 1, kurang
na menurut teori manajemen strategis dan realita
sehat (KS) = 2, cukup sehat (CS) = 3, sehat (S) = 4.
yang ada, yang berhak membuat strategi adalah
Pengukuran variabel akan dilakukan pada periode
manajemen level atas.
bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009.
Ukuran sampel penelitian ini adalah seba-
Penelitian ini menggunakan dua jenis data,
nyak 105 buah BPR. Penentuan ukuran sampel pada
yaitu: data primer, yaitu data yang diperoleh dari
penelitian ini memakai tabel ukuran sampel untuk
pengisian kuesioner oleh manajemen level atas
ukuran populasi tertentu dari Krejcie dan Morgan
dalam hal ini adalah direktur utama BPR di Bali.
(1970) dalam Sekaran (2003). Pada tabel ukuran
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari
sampel untuk ukuran populasi tertentu dari Krejcie
sumber lain yang mendukung penelitian. Data
dan Morgan (1970) ditampilkan bahwa untuk jum-
penelitian diperoleh dari Perbarindo dan Bank
lah populasi 140 maka ukuran sampelnya sebanyak
Indonesia (BI) dalam bentuk laporan keuangan,
103. Pada penelitian ini jumlah populasi adalah se-
laporan tahunan, laporan hasil penelitian.
banyak 143, mendekati angka jumlah populasi 140,
maka jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
105 buah. Jumlah sampel dipilih secara proporsional dua cara, yaitu: kuesioner, dilakukan dengan me-
pada industri BPR yang ada di delapan kabupaten, nyebarkan kuesioner kepada para responden
yakni Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng, untuk menjawab dan memberikan persepsi mereka
Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupa- tentang pertanyaan yang berkaitan dengan pene-
ten Gianyar, Kabupaten Bangli, Kabupaten Klung- litian ini. Wawancara, dilakukan kepada direktur
kung, Kabupaten Karangasem dan satu kota yaitu utama BPR guna mendapatkan informasi untuk
Kota Denpasar. Jadi, teknik pengambilan sampel memperluas wawasan objek studi, mengiden-
yang dipilih adalah dengan cara pengambilan tifikasi permasalahan, dan mengonfirmasi hasil
sampel acak non proporsional (non proportionate analisis/pembahasan.
random sampling). Proses uji hipotesis pengaruh persaingan in-
Indikator variabel dari variabel intensitas dustri dan sumber daya perusahaan terhadap
persaingan industri, keterbatasan sumber daya kinerja melalui partnership strategy pada industri
perusahaan dan implementasi partnership strategy BPR di Provinsi Bali, menggunakan pendekatan

| 691 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 686 – 698

permodelan SEM. Oleh karena itu, terlebih dahulu tivariat dengan Structural Equation Modelling (SEM).
digambarkan model persamaan struktural yang SEM memungkinkan seorang peneliti fenomena
menjelaskan hubungan kausalitas antara variabel yang bersifat multi dimensi (multiindikator) dan
eksogenus terhadap variabel endegenus. Pengujian berjenjang (Ferdinand, 2002).
hipotesis penelitian ini menggunakan analisis mul-

HASIL
Hasil Pengujian Asumsi SEM
Tabel 1. Hasil Pengujian Asumsi Linieritas

Variabel Bebas Variabel Terikat Hasil Pengujian ( = 0,05) Keputusan

Intensitas persaingan industri (X1) Implementasi Partnership Model linier signifikan Linier
Strategy (Y1)
Keterbatasan sumber daya Implementasi Partnership Model linier signifikan Linier
perusahaan (X2) Strategy (Y1)
Intensitas persaingan industri (X1) Kinerja perusahaan (Y2) Semua Model non signifikan Linier
Keterbatasan sumber daya Kinerja perusahaan (Y2) Semua Model non signifikan
perusahaan (X2) Linier
Implementasi Partnership Strategy (Y1) Kinerja perusahaan (Y2) Model linier signifikan Linier

Hasil Analisis SEM dan Pengujian Hipotesis empiris. Hasil pengujian goodness of fit overall model,
guna mengetahui apakah model hipotetis didukung
Model teoretis pada kerangka konseptual
oleh data empiris, disajikan pada Gambar 1.
penelitian, dikatakan fit jika didukung oleh data

Gambar 1. Hasil Pengujian Goodness of Fit Overall Model

| 692 |
Persaingan Industri, Sumber Daya Perusahaan, & Kinerja Melalui Partnership Strategy pada Industri BPR
Ni Nyoman Kerti Yasa

Hasil pengujian Goodness of Fit Overall berda- telah terbukti bahwa variabel yang diamati dapat
sarkan Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa dari mencerminkan faktor yang dianalisis. Dengan dila-
ketujuh kriteria hampir seluruhnya menunjukkan kukan uji keseluruhan kesesuaian model (uji good-
model baik, terutama dilihat dari CMIN/DF dan ness of fit dan uji kausalitas regression weight) telah
RMSEA, oleh karena itu model layak untuk terbukti bahwa model keseluruhan fit dan hubu-
digunakan. ngan kausalitas yang dibangun dapat teruji.

Hasil Pengujian Hipotesis Pengaruh Intensitas Persaingan Industri


Tabel 3 menyajikan hasil pengujian hipotesis terhadap Implementasi Partnership Strategy
pengaruh langsung. Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa
intensitas persaingan industri mempunyai penga-
PEMBAHASAN ruh signifikan terhadap implementasi partnership
strategy. Hasil ini dibuktikan dengan adanya nilai
Dari hasil perhitungan validitas dan reliabi- p-value yang diperoleh sebesar 0,008 yang lebih
litas, masing-masing indikator telah mampu meng-
kecil dari 0,05. Hubungan antara variabel intensitas
ukur dimensi dan konsep yang diujinya dan antara
persaingan industri dengan variabel implementasi
konsep yang satu dan yang lain bersifat bebas. partnership strategy menunjukkan adanya pengaruh
Dengan dilakukannya analisis faktor konfirmatori
positif yang ditandai dengan adanya inner weight
(uji goodness of fit dan uji signifikansi bobot faktor)
sebesar 0,433. Hasil ini dapat diartikan bahwa
semakin tinggi intensitas persaingan industri maka
semakin intensif implementasi partnership strategy
Tabel 2. Hasil Pengujian Goodness of Fit Overall Model pada industri BPR di Bali.
Hasil penelitian ini mendapat dukungan dari
Kriteria Cut-of value Hasil Model Keterangan
penelitian empiris yang dilakukan oleh Zineldin
Khi Kuadrat Kecil 293.041 Model Baik (1998), bahwa suatu perusahaan sebaiknya mela-
p-value 0,05 0.160 Model Baik kukan kerja sama dengan lingkungannya, seperti
CMIN/DF  2,00 1.085 Model Baik dengan pemasok, distributor, maupun pesaing, ka-
GF I 0,90 0.825 Model Kurang Baik
AGFI 0,90 0.790 Model Kurang Baik rena aktor-aktor lingkungan itulah juga yang me-
TLI 0,95 0.943 Model Kurang Baik nentukan intensitas persaingan suatu industri.
CFI 0,95 0.936 Model Kurang Baik Kerja sama ini digalang dalam rangka membuat
RMSEA  0,08 0.029 Model Baik
persaingan itu menjadi lebih sehat. Selain Zineldin,

Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis Pengaruh Langsung

Variabel Bebas Variabel Terikat Koefisien p-value Keterangan


Jalur

Intensitas persaingan industri (X1) Implementasi Partnership Strategy (Y1) 0.433 0.008 Signifikan
Keterbatasan sumber daya perusahaan (X2) Implementasi Partnership Strategy (Y1) 0.410 0.014 Signifikan
Intensitas persaingan industri (X1) Kinerja perusahaan (Y2) -0.553 0.009 Signifikan
Keterbatasan sumber daya perusahaan (X2) Kinerja perusahaan (Y2) -0.505 0.018 Signifikan
Implementasi Partnership Strategy (Y1) Kinerja perusahaan (Y2) 0.897 0.009 Signifikan

| 693 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 686 – 698

peneliti Wills (1994), juga menambahkan bahwa ke- nilai p-value sebesar 0,009 yang lebih kecil dari 0,05.
cepatan perubahan dari lingkungan persaingan Hubungan antara variabel intensitas persaingan in-
dan teknologi mengharuskan perusahaan bersikap dustri dengan variabel kinerja perusahaan menun-
lebih fleksibel, yaitu dengan melakukan kerja sama jukkan adanya pengaruh negatif yang ditandai
dengan pihak lainnya. Dari kerja sama ini juga dengan adanya inner weight sebesar -0,553. Hasil
akan memberikan benefit dan nilai yang lebih besar ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi intensitas
dalam jangka panjang kepada pihak-pihak yang persaingan industri maka semakin menurun kinerja
melakukan kerja sama tersebut. Selanjutnya Ma- perusahaan pada industri BPR di Bali.
son et al. (2007), juga melalui penelitian juga men- Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
dukung bahwa persaingan itu mendorong peru- yang dilakukan oleh Metts (2007), yang menga-
sahaan untuk melakukan kolaborasi baik secara takan bahwa semakin ketat tekanan dari persa-
vertikal maupun horizontal. ingan industri maka kinerja yang dapat dicapai
oleh suatu perusahaan akan menurun.
Pengaruh Keterbatasan Sumber Daya
Perusahaan terhadap Implementasi Pengaruh Keterbatasan Sumber Daya
Partnership Strategy Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan keterba- Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa
tasan sumber daya perusahaan mempunyai penga- variabel keterbatasan sumber daya perusahaan
ruh yang signifikan terhadap implementasi partner- mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
ship strategy. Hasil ini dibuktikan dengan adanya kinerja perusahaan. Hasil ini dibuktikan dengan
nilai p-value sebesar 0,014 yang lebih kecil dari adanya nilai p-value sebesar 0,018 yang lebih kecil
0,050. Hubungan antara variabel keterbatasan dari 0,05. Hubungan antara variabel Keterbatasan
sumber daya perusahaan dengan variabel imple- sumber daya perusahaan dengan variabel Kinerja
mentasi partnership strategy menunjukkan adanya perusahaan menunjukkan adanya pengaruh negatif
pengaruh positif yang ditandai dengan adanya yang ditandai dengan adanya inner weight sebesar
inner weight sebesar 0,410. Hasil ini dapat diartikan -0,505. Hasil ini dapat diartikan bahwa semakin
bahwa semakin tinggi keterbatasan sumber daya tinggi keterbatasan sumber daya perusahaan maka
perusahaan maka semakin intensif implementasi semakin menurun kinerja perusahaan pada industri
partnership strategy pada industri BPR di Bali. BPR di Bali.
Hasil penelitian ini mendapat dukungan dari Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
penelitian empiris yang dilakukan Wills (1994), yang dilakukan Edelman, et al. (2002) yang me-
yang menunjukkan hasil bahwa sumber daya peru- nunjukkan hasil bahwa sumber daya perusahaan
sahaan yang terbatas perlu disiasati dengan menja- pada perusahaan ukuran kecil di Amerika yang
lin kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti kerja sifatnya sangat terbatas membawa dampak pada
sama keuangan dengan pemasok. pencapaian kinerja yang rendah. Selain dari pene-
litian yang dilakukan oleh Edelmen, et al. (2002),
Pengaruh Intensitas Persaingan Industri penelitian dari Power & Hahn (2002), dengan judul
terhadap Kinerja Perusahaan skill and resource based competitive methods: impact on
firm performance menunjukkan sumber daya peru-
Variabel intensitas persaingan industri mem- sahaan yang terbatas akan membatasi juga pilihan
punyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dan jumlah dari metode bersaing yang dapat digu-
perusahaan. Hasil ini dibuktikan dengan adanya nakan untuk mencapai kinerja yang tinggi. Hasil

| 694 |
Persaingan Industri, Sumber Daya Perusahaan, & Kinerja Melalui Partnership Strategy pada Industri BPR
Ni Nyoman Kerti Yasa

penelitian ini artinya memperkuat hasil penelitian- Pengaruh Intensitas Persaingan Industri
nya Edelman et al. (2002), yaitu keterbatasan sum- terhadap Kinerja Perusahaan secara Tidak
ber daya menyebabkan kinerja yang dapat dicapai
Langsung melalui Implementasi Partnership
akan rendah.
Strategy

Pengaruh Implementasi Partnership Strategy Hasil penelitian ini juga menunjukkan penga-
ruh tidak langsung intensitas persaingan industri
terhadap Kinerja Perusahaan.
terhadap kinerja perusahaan melalui implementasi
Implementasi partnership strategy mempunyai partnership strategy. Hasil pengolahan data SEM
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja peru- dengan menggunakan program AMOS menunjuk-
sahaan. Hasil ini dibuktikan dengan adanya nilai kan bahwa pengaruh tidak langsung dari variabel
p-value sebesar 0,009 yang lebih kecil dari 0,05. intensitas persaingan industri terhadap kinerja pe-
Hubungan antara variabel implementasi partner- rusahaan melalui implementasi partnership strategy
ship strategy dengan variabel kinerja perusahaan sebesar 0,388. Hasil ini mengindikasikan bahwa
menunjukkan adanya pengaruh positif yang ditan- intensitas persaingan industri berpengaruh signifi-
dai dengan adanya inner weight sebesar 0,897. Hasil kan dan positif terhadap kinerja perusahaan mela-
ini dapat diartikan bahwa semakin intensif imple- lui implementasi partnership strategy. Intensitas per-
mentasi partnership strategy maka semakin tinggi saingan industri yang signifikan terhadap kinerja
kinerja perusahaan pada industri BPR di Bali. perusahaan melalui implementasi partnership strate-
Hasil penelitian ini mendapat dukungan dari gy artinya intensitas persaingan industri yang bia-
penelitian empiris yang dilakukan oleh Lee, et al. sanya menurunkan kinerja tetapi dengan meng-
(2007), yang menunjukkan hasil bahwa dengan me- implementasikan partnership strategy mampu mem-
laksanakan partnership strategy baik dengan pema- buat intensitas persaingan industri semakin turun,
sok, konsumen maupun partnership di dalam peru- sehingga secara tidak langsung intensitas persa-
sahaan ternyata mampu menaikkan kinerja. Duku- ingan industri berpengaruh positif dan signifikan
ngan terhadap hasil penelitian ini juga datang dari terhadap kinerja perusahaan.
peneliti yang lain seperti Kim (2006), yang menya-
takan bahwa praktik supply chain management Pengaruh Keterbatasan Sumber Daya
(SCM) dan integrasi memiliki efek terhadap Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan
kemampuan bersaing dan pada akhirnya terhadap
secara Tidak Langsung melalui Partnership
kinerja perusahaan. Ada peneliti yaitu Matopoulos,
et al. (2007) menyatakan hal yang bahwa bentuk
Strategy
partnership strategy seperti supply chain collaboration Hasil pengolahan data SEM dengan menggu-
signifikan penting diterapkan pada industri produk nakan program AMOS menunjukkan bahwa penga-
pertanian. Dari penelitiannya dapat dikatakan ruh tidak langsung dari variabel keterbatasan sum-
bahwa implementasi partnership strategy juga harus ber daya perusahaan terhadap kinerja perusahaan
melihat jenis industrinya agar memberi efek yang melalui implementasi partnership strategy sebesar
positif. 0,368. Hasil ini mengindikasikan bahwa keterba-
tasan sumber daya perusahaan berpengaruh signi-
fikan dan positif terhadap kinerja perusahaan
melalui implementasi partnership strategy. Pengaruh
keterbatasan sumber daya perusahaan yang signi-
fikan terhadap kinerja perusahaan melalui

| 695 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 686 – 698

implementasi partnership strategy artinya keter- di Bali melakukan kerja sama dengan nasabah
batasan sumber daya perusahaan yang biasanya dalam bentuk melakukan kontak secara rutin,
menurunkan kinerja tetapi dengan mengim- memberikan pendidikan dan pelatihan manajemen,
plementasikan partnership strategy mampu membuat dan membagi informasi pasar. Semua hal itu
keterbatasan sumber daya semakin turun, sehing- diharapkan memberikan nilai bagi nasabah sehing-
ga secara tidak langsung keterbatasan sumber ga kemampuan nasabah dalam melunasi kreditnya
daya perusahaan berpengaruh positif dan signifi- bisa lebih lancar. Kondisi itu akan dapat memberi
kan terhadap kinerja perusahaan. pengaruh positif terhadap pencapaian kinerja BPR.
Dari pembahasan hipotesis 1 sampai dengan Pengaruh negatif dari intensitas persaingan
7, dapat disimpulkan bahwa implementasi partner- industri terhadap pencapaian kinerja BPR di Bali
ship strategy dapat memberikan pengaruh positif akan semakin berkurang. Hal itu terjadi karena
terhadap pencapaian kinerja walaupun perusahaan BPR sudah menjalin kerja sama dengan para pesa-
menghadapi ancaman dari lingkungan industri ingnya sehingga intensitas persaingan dapat menu-
(intensitas persaingan yang ketat) dan kelemahan run dan menciptakan kondisi persaingan yang
dari lingkungan internal (keterbatasan sumber kondusif.
daya perusahaan). Kondisi ini dapat dilihat dari Pengaruh negatif dari keterbatasan sumber
pengaruh langsung intensitas persaingan industri daya perusahaan terhadap pencapaian kinerja peru-
dan keterbatasan sumber daya perusahaan terha- sahaan juga berkurang dengan diimplementasi-
dap kinerja adalah negatif, sedangkan pengaruh kannya partnership strategy. Hal itu terjadi karena
intensitas persaingan industri dan keterbatasan kerja sama yang dilakukan, baik dengan pemasok,
sumber daya perusahaan terhadap kinerja melalui konsumen, maupun pesaingnya akan menye-
partnership strategy adalah positif. Inilah yang men- babkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan
jawab permasalahan utama yaitu implementasi semakin kuat. Sumber daya yang semakin kuat
partnership strategy mampu mengatasi intensitas akan berdampak positif terhadap pencapaian
persaingan industri dan keterbatasan sumber daya kinerja.
perusahaan.
Saran
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disa-
Kesimpulan rankan kepada para manajer sebagai berikut:
Penelitian ini mengembangkan hubungan dengan memerhatikan hasil penelitian bahwa pe-
variabel intensitas persaingan industri, keterbatas- ngaruh intensitas persaingan industri dan keterba-
an sumber daya perusahaan, partnership strategy dan tasan sumber daya perusahaan baik secara lang-
kinerja. Implementasi partnership strategy pada sung maupun tidak langsung terhadap pencapaian
industri BPR di Bali ternyata mampu meningkatkan kinerja perusahaan melalui implementasi d, maka
kinerja dan mengurangi pengaruh negatif dari keempat variabel penelitian tersebut harus di-
intensitas persaingan industri dan keterbatasan pandang sebagai suatu sistem yang saling terkait.
sumber daya perusahaan. Pengaruh positif dari Dengan adanya bukti-bukti empiris bahwa
implementasi partnership strategy terhadap kinerja intensitas persaingan industri dan keterbatasan
perusahaan terutama didukung oleh implementasi sumber daya berpengaruh terhadap kinerja, maka
partnership strategy dengan nasabah. Berdasarkan dalam pengelolaan industri BPR seharusnya selalu
temuan penelitian yang ada, maka sebaiknya BPR mengamati perubahan intensitas persaingan dan

| 696 |
Persaingan Industri, Sumber Daya Perusahaan, & Kinerja Melalui Partnership Strategy pada Industri BPR
Ni Nyoman Kerti Yasa

sumber daya yang dimiliki jika ingin meningkatkan Gray, C. 2006. Absorptive Capacity, Knowledge
kinerja. Management and Innovation in Entrepreneurial
Small Firms. International Journal of Entrepreneurial
Dengan adanya bukti empiris bahwa Behavior & Research, Vol.12, No.6, pp.345-360.
implementasi partnership strategy, khususnya part-
Hunger, J. D. & Wheelen, T.L. 2000. Strategic Mana­gement
nership strategy dengan nasabah berpengaruh ter- an Business Policy. Ninth Edition. New Jersey:
hadap kinerja, maka keadaan ini berimplikasi bah- Prentice Hall Upper Saddle River.
wa dalam pengelolaan industri BPR di Bali kebi-
Inglis, R., Clive, M., & Sammut, P. 2006. Corporate
jakan melakukan kerja sama dengan nasabah dapat
Reputation and Organizational Performance: An
ditingkatkan, demikian juga kerja sama dengan Australian Study. Managerial Auditing Journal,
pemasok dan pesaing. Vol.21, No.9, pp.934-947.

Khandekar, A. & Sharma, A. 2006. Managing Human


DAFTAR PUSTAKA Resource Capabilities for Sustainable Competitive
Advantage. Education + Training, Vol.47, No.89,
Alexander, N. & Colgate, M. 1998. The Evolution of pp.628-639.
Retailer, Banker and Customer Relationships: A
Conceptual framework. International Journal of Retail Kim, S.W. 2006. Effect of Supply Chain Management
& Distribution Management, Vol.26, No.6, pp.225- Practices, Integration and Competition Capability
236. on Performance. Supply Chain Management: An
International Journal. Vol.11, No.3, pp.241-248.
Bank Indonesia. 2007. Kajian Ekonomi Reguler Provinsi
Bali, Desember, 2007. Krejcie, R. & Morgan, D. 1970. Determining Sample Size
for Research Activities. Educational and
Bank Indonesia. 2007. Penjelasan Umum Penilaian Tingkat Psychological Measurement, Vol.30, pp.607-610.
Kesehatan Bank.
Lee, C.W., Kwon I.W.G., & Severence, D. 2007. Relationship
Bank Indonesia. 2008. Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Between Supply Chain Performance and Degree of
Provinsi Bali. Maret 2008. Linkage Among Supplier, Internal Integration, and
Customer. Supply Chain Management : An
Bretherton, P. & Chaston, I. 2006. Resource Dependency
International Journal, Vol.12, No.6. pp.444- 452.
and SME Strategy: An Empirical Study. Journal of
Small Business and Enterprise Development, Vol.12, Lee. J. & Miller. D. 1996. Strategy Environment and
No.2, pp.274-289. Performance in Two Technological Context
Contingency Theory in Korean. Organization
Cetindamar, D. & Ulusoy, G. 2008. Innovation
Studies. Vol. 17.
Performance and Partnerships in Manufacturing
Firms in Turkey. Journal Manufacturing Technology Lemke, F,. Goffin, K., & Szwejczewski, M. 2003.
Management, Vol.19, No.3, pp.332-345. Investigating the Meaning of Supplier-
Manufacturer Partnerships. International Journal of
Edelman, L. F., Candida, G. B. & Tatiana, M. 2002. The
Physical Distribution & Logistics Management,
Mediating Role of Strategy on Small Firm
Vol.33, No.1, pp.12-35.
Performance. Journal of Business Venturing. pp.1-
50. Low, W. & Cheng, S. 2006. A Comparison Study of
Edelman, L. F., Candida, G. B. & Tatiana, M. 2002. The Manufacturing Industry in Taiwan and China:
Managers’ Perceptions of Environment,
Impact of Human and Organizational Resources
Capability, Strategy and Performance. Asia Pacific
on Small Firm Strategy. Journal of Small Business
and Enterprise Development, Vol 9. No.12. pp.236- Business Review, Vol.12, No.1. January, pp.19-38.
244. Manville, G. 2007. Implementing a Balanced Scorecard
Framework in a Not for Profit SME. International
Ferdinand, A. 2002. Structural Equation Modeling dalam
Journal of Productivity & Performance Management,
Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Vol.56, No.2, pp.162-169.

| 697 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 686 – 698

Metts, G. A. 2007. Measuring the Effectiveness of Tan, B., Chang, H.C., & Lee, C.K. 2007. Relationships Among
Managerial Action in SMEs. Management Research Industry Environment, Diversification Motivations
New. Vol.30, No.12, pp. 892-914. and Corporate Performance. International Journal of
Commerce and Management, Vol.17, No.4, pp.326-
Pearce II, J.A. & Robinson Jr, R.B. 2000. Strategic 346.
Management: Formulation, Implementation and
Control. 7 Th. Edition, USA: Richard D Irwin Inc. Webster, F.E. 1992. The Changing Role of Marketing in
the Corporation. Journal of Marketing. Vol.56, pp.1-
Porter, M. 1996. Competitive Strategy: Techniques for 17.
Analyzing Industries and Competitors. New York: The
Free Press. A Division of Macmillan, Inc. Wood, E. H. 2006. The Internal Predictors of Business
Performance in Small Firm. Journal of Small Business
Power, T. L. & Hahn, W. 2002. Skill and Resources Based and Enterprise Development, Vol.13, No.3, pp.441-
Competitive Methods : Impact on Firm 453.
Performance. Journal of Services Marketing, Vol.16,
No.2, pp.113-124. Zineldin, M. 1995. Bank-Company Interaction and
Relationship: Some Empirical Evidence.
Sousa, S.D., Elaine., M.A. & Rodrigues, A.G .2006. International Journal of Bank Marketing, Vol.13, No.2,
Performance Measures in English Small and pp.30-40.
Medium Enterprises: Survey Results.
Benchmarking : An International Journal, Vol.13, Zineldin, M. 1998. Towards an Ecological Collaborative
No.12, pp.120-134. Relationship Management. European Journal of
Marketing, Vol.32, No. 11/12, pp.1138-1164.
Tambunan, T. 2006. Development of Small & Medium
Enterprises in Indonesia from the Asia Pacific Zineldin, M. 2005. Quality and Customer Relationship
Perspective. Jakarta: LPFE-Usakti. Management (CRM) as Competitive Strategy in
The Swedish Banking Industry. The TQM
Magazine, Vol.17, No.4. pp.329-344.

| 698 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010, hal. 699 – 706
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS MELALUI


PEMASARAN RELASIONAL DAN KEPUASAN NASABAH BANK

I Nyoman Sutama
Fakultas Ekonomi Universitas Samawa Sumbawa
Jl.Yos Sudarso No.9, Sumbawa Besar 84313

Abstract
The competitive advantage in financial institutions emphasizes trust and loyalty from the customers. Service
quality can be used as measurement in achieving competitive advantage. Good service quality can improve
customer loyalty and becomes reliable strategy to attract new customers. The research took place in BNI Bank
(Sumbawa Branch) with population of 57,758 customers and sample of 160 people. The sample is taken by
using proportional random sampling technique. The research variables consist of service quality (tangible,
reliable, responsiveness, assurance, empathy) as exogenous variable, bank-customer relationship (harmony,
acceptance, participation, simplicity), satisfaction (the entire service, comparison between financial service
with other services, the intention to get similar service) and loyalty (trust, psychological commitment, switch-
ing cost, word-of-mouth, cooperation) as endogenous variables. The data analysis used to prove the correlation
among constructs uses structural equation modelling (SEM). The research concludes that the relationship
marketing can be improved by providing good service quality. Good service quality and relationship with
customers will be able to improve customer satisfaction. Customer loyalty will be shaped if customer gets high
satisfaction and bank is able to provide good service and build good relationship.
Key words: service quality, relationship marketing, satisfaction, loyalty

Masyarakat sebagai konsumen atau pasar yang nasabah baru. Nasabah yang loyal pada suatu pro-
dituju oleh industri perbankan memiliki berbagai duk jasa akan dapat menimbulkan kepuasan se-
pertimbangan dalam memilih usaha jasa perban- hingga melakukan pembelian lebih dari sekali, hal
kan yang digunakannya. Menyadari bahwa pada ini akan sangat menguntungkan perusahaan karena
dekade terakhir ini, peningkatan kualitas layanan nasabah tidak akan melirik perusahaan jasa yang
yang ditawarkan semakin mendapatkan banyak lain, dalam proses loyalitas tersebut kemungkinan
perhatian bagi perusahaan. Hal ini disebabkan besar akan terjadi promosi gratis dalam bentuk
karena kualitas layanan dapat digunakan sebagai word-of-mouth yang dilakukan oleh nasabah yang
alat untuk mencapai keunggulan kompetitif, loyal kepada nasabah baru lainnya. Implementasi
dengan adanya peningkatan kualitas layanan yang kualitas layanan yang dilakukan oleh perusahaan
baik maka dapat menimbulkan suatu loyalitas na- yang bergerak di bidang jasa adalah dengan mem-
sabah, kemungkinan besar akan dapat menarik berikan kualitas layanan yang terbaik bagi nasabah

Korespondensi dengan Penulis:


I Ny o m an Su t am a: Telp./Fax. +62 371 625848
E-m ail: yprat am a468@gmail.com

| 699 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 699 – 706

dengan tujuan untuk menciptakan loyalitas nasa- Layanan yang baik merupakan daya tarik
bah. Bisnis perbankan merupakan bisnis jasa yang yang besar bagi para pelanggan, sehingga sering
berdasarkan pada asas kepercayaan sehingga ma- digunakan oleh pelaku bisnis sebagai alat promosi
salah kualitas layanan menjadi faktor yang menen- untuk menarik minat pelanggan. Program pelayan-
tukan dalam keberhasilan usaha. an kepada nasabah dengan bertitik tolak dari kon-
Untuk tetap dapat unggul dalam persaingan, sep kepedulian kepada konsumen terus dikem-
bank harus dapat memberikan pelayanan dengan bangkan sedemikian rupa sehingga sekarang ini
kualitas yang tinggi, nasabah akan membandingkan program layanan telah menjadi salah satu alat
harapannya dengan kualitas yang mereka peroleh utama dalam melaksanakan strategi pemasaran
dari bank. Parasuraman, et. al (2002), memublika- untuk memenangkan persaingan. Kepedulian
sikan model kualitas jasa yang membahas masalah/ kepada pelanggan dalam manajemen modern telah
pokok penting yang akan dapat menghasilkan dikembangkan menjadi suatu pola pelayanan yang
kualitas jasa yang diharapkan oleh konsumen, terbaik yang sering disebut dengan layanan prima
model yang dimaksud menggambarkan deviasi (service excellence).
antara harapan konsumen dengan kinerja produk, Perkembangan konsep dan pengukuran
yaitu (a) deviasi antara persepsi manajemen peru- kualitas layanan telah maju dengan pesat, salah
sahaan dengan harapan konsumen, pada umumnya satu yang mengembangkan adalah Pasuraman,
manajemen perusahaan tidak dapat selalu mema- Zeithaml, & Berry (1985). Terdapat 5 (lima) dimen-
hami secara penuh keinginan konsumen. (b). si pokok yang berkaitan dengan kualitas layanan,
Deviasi antara kualitas jasa yang sesungguhnya yaitu: tangibles, reliability. responsiveness, assurance,
dengan persepsi manajemen perusahaan, standar dan empathy.
kualitas pelaksanaan tidak dipenuhi/ditaati dengan Menurut Kotler (2003) pemasaran relasional
baik dan benar walaupun manajemen perusahaan adalah praktik membangun hubungan jangka
telah memahami keinginan konsumen. (c). Deviasi panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak
antara pelaksana penyampaian jasa dengan standar kunci pelanggan, pemasok, penyalur guna mem-
kualitas jasa. (d). Deviasi antara komunikasi ekster- pertahankan preferensi dan bisnis jangka panjang,
nal dengan pelaksana penyampaian jasa, biasanya sedangkan Bruhn (2003) mendefinisikan pemasar-
konsumen akan banyak dipengaruhi oleh adanya an relasional berhubungan dengan bagaimana
iklan dari perusahaan. (e) Deviasi antara jasa yang sebuah perusahaan mampu membangun keakraban
diharapkan dengan jasa yang didapatkan oleh dengan konsumennya, untuk dapat membangun
konsumen. hubungan yang akrab, maka sebuah perusahaan
Bank di dalam melaksanakan pekerjaannya harus memperhatikan tiga dimensi attribute utama,
haruslah mengutamakan kualitas, implementasi yaitu: harmony, adanya hubungan yang harmonis
dari kualitas merupakan penampilan dari produk dengan saling memahami peran baik perusahaan
atau kinerja, sebagai bagian utama dari strategi maupun konsumen, acceptance, adanya hubungan
perusahaan guna meraih keunggulan yang terus- yang saling menerima berdasarkan atas kejelasan
menerus. Keunggulan suatu produk jasa sangat di- dari maksud dan tindakan yang diambil masing-
pengaruhi oleh kualitas dan keunikan (quality and masing pihak, participation simplicity, kemudahan
uniqueness) yang ditampilkan oleh produk yang untuk saling berhubungan dengan meniadakan
bersangkutan dan biasanya diukur dengan deviasi batasan-batasan yang bersifat birokrat maupun
yang ada dibandingkan dengan harapan dan ke- administratif.
inginan dari nasabah.

| 700 |
Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Melalui Pemasaran Relasional & Kepuasan Nasabah Bank
I Nyoman Sutama

Tujuan pemasaran relasional menurut Chan 1.525 orang dan sebanyak 557 orang nasabah
(2003) menemukan pelanggan baru, menemukan deposito serta nasabah giro sebanyak 1.084 orang
customer lifetime value (CLV), dan memperbesar nasabah. Metode pengambilan sampel yang digu-
CLV pada masing-masing kelompok. Ada lima nakan dalam penelitian ini untuk memperoleh sam-
prinsip yang berkaitan dengan pemasaran rela- pel penelitian dilakukan dengan proportional ran-
sional yaitu: marketing is like going to the moon, mar- dom sampling. Dalam penelitian ini jumlah anggota
keting is about market, not market sharing, marketing is sampel yang digunakan 160 anggota sampel
about process, not promotional factices, marketing is sebagai responden (10 × jumlah indikator 16 =
quality not quantitative, Marketing is everybody’s job. 10×16 = 160 ). Hal ini sesuai dengan pendapat Hair,
Baloglu (2002) memberikan penjelasan bah- et al. (1995) menemukan bahwa ukuran sampel yang
wa loyalitas mencakup dua komponen penting, ya- sesuai untuk SEM adalah 100-200,
itu loyalitas sebagai perilaku (behavior) dan loyalitas Klasifikasi variabel penelitian dibedakan
sebagai sikap (attitude). Kombinasi dari kedua menjadi: variabel bebas (X1), berupa faktor-faktor
komponen ini menghasilkan empat situasi kemung- kualitas layanan, variabel intervening berupa
kinan loyalitas, yakni : spurious loyalty, true loyalty, pemasaran relasional (Y1) dan variabel kepuasan
low loyalty dan latent loyalty dimana loyalitas diukur (Y2) tidak bebas berupa loyalitas nasabah (Y3).
dengan lima dimensi yaitu: trust, psychological com- Penelitian yang baik memiliki proses analisis
mitment, switching cost, word-of-mouth dan co-opera- data yang dirancang dengan sebaik-baiknya untuk
tion. tujuan penelitian, berdasarkan tujuan penelitian ini
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan maka metode analisis data yang digunakan dalam
hubungan antara kualitas pelayanan terhadap loya- penelitian ini dikelompokkan menjadi dua jenis
litas melalui pemasaran relasional dan kepuasan analisis yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis
nasabah bank. SEM.

METODE HASIL
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Analisis Deskriptif Variabel Kualitas Pelayanan
nasabah Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang Analisis deskriptif secara umum gambaran
Sumbawa yaitu sebanyak 57.758 orang nasabah, tentang kualitas layanan dapat dilihat dalam Tabel
yang terdiri dari nasabah tabungan sebanyak 1 rata-rata tanggapan responden.
54.612 orang nasabah, nasabah kredit sebanyak

Tabel 1. Rata-rata Tanggapan Responden terhadap Kualitas Pelayanan Nasabah Bank BNI Cabang Sumbawa

X1 .1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1


Kategori
f % f % f % f % f % f %
Sangat tidak setuju - - - - - - - - - -
Tidak setuju - - 2 1 - - 1 1 5 3 2 1,4
Netral 6 4 4 2 5 3 7 5 5 3 5 3,2
Setuju 20 12 25 16 22 14 27 17 19 12 23 14,4
Sangat setuju 134 84 129 81 133 83 125 77 131 82 130 81
j um lah 160 100 160 100 160 100 160 100 160 100 160 100
R ata-rata 4,80 4,78 4,80 4,75 4,7

| 701 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 699 – 706

Kualitas pelayanan merupakan ukuran peme- Pemasaran Relasional (Y.1) adalah usaha
nuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang menarik, mengukuhkan dan mempertahankan
bersifat dinamis berhubungan langsung dengan ha- serta meningkatkan hubungan dengan pelanggan
rapan nasabah. Berdasarkan atas hasil pengolahan atas dasar saling menguntungkan melalui pertu-
data dari 160 orang responden dalam penelitian karan nilai kepada pelanggan. Berdasarkan atas
ini (Tabel 1) kualitas layanan secara keseluruhan hasil pengolahan data dari 160 orang responden
memperoleh hasil rata-rata 4,78, hal ini menun- dalam penelitian ini (Tabel 2) ternyata 135 res-
jukkan sebagian besar (81,9%) responden mem- ponden (84%) yang menyatakan sangat setuju, 17
berikan jawaban terhadap kualitas layanan pada responden (11%) yang menyatakan setuju, 7 res-
Bank BNI Cabang Sumbawa termasuk sangat setu- ponden (4%) yang menyatakan netral dan 1 res-
ju, hal ini sebagai indikasi bahwa semua dimensi ponden (1%) yang menyatakan tidak setuju ter-
kualitas layanan dapat diterima sangat baik oleh hadap dimensi relasional namun secara keselu-
nasabah. ruhan memperoleh skor rata-rata skor 4,75, hal ini
Analisis secara umum gambaran tentang menunjukkan responden memberikan jawaban
pemasaran relasional nasabah Bank BNI cabang sangat setuju terhadap pemasaran relasional pada
Sumbawa dapat dilihat dalam Tabel 2. Bank BNI Cabang Sumbawa. Hasil perhitungan uji
deskriptif tentang kepuasan ditunjukkan pada
Tabel 3.

Tabel 2. Tanggapan Responden terhadap Pemasaran Relasional Nasabah Bank BNI Cabang Sumbawa

Y 1.1 Y 1.2 Y1 .3 Y1
Kat egori
f % f % f % f %
Sangat tidak setuju - - - - - - - -
Tidak setuju 4 3 - - 3 2 1 1
Netral 8 5 7 4 6 3 7 4
Setuju 15 9 20 13 20 13 17 11
Sangat setuju 133 83 133 83 131 82 135 84
jumlah 160 100 160 100 160 100 160 100
Rata-rata 4,74 4,70 4,74 4,75

Tabel 3. Tanggapan Responden terhadap Variabel Kepuasan (Y2)

Y 2.1 Y2.2 Y2.3 Y2


Kategori
f % f % f % f %
Sangat tidak setuju - - - - - - - -
Tidak setuju - - 1 - - - -
Net ral 6 4 2 1 7 4 5 3
Setuju 27 17 26 16 21 13 25 16
Sangat setuju 127 79 132 83 132 83 130 81
jumlah 160 100 160 100 160 100 160 100
Rat a-rata 4,75 4,81 4,78 4,78

| 702 |
Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Melalui Pemasaran Relasional & Kepuasan Nasabah Bank
I Nyoman Sutama

Kepuasan pelanggan merupakan suatu ke- Analisis SEM


adaan dimana pelanggan bisa membandingkan
Berdasarkan hasil pemgolahan data dihasil-
antara harapan dengan kenyataan yang diterima
kan indeks-indeks kesesuaian model (goodness of
pelanggan. Berdasarkan atas hasil pengolahan data
fit) yang disajikan pada Gambar 1.
dari 160 orang responden dalam penelitian ini
(Tabel 3) diperoleh 131 responden (81%) yang
memberikan tanggapan sangat setuju, 25 respon- Pengujian Hipotesis
den (16%) memberikan tanggapan setuju, 5 Hasil-hasil analisis memberikan kesimpulan
responden (3%) memberikan tanggapan netral, bahwa model struktural evaluasi ini memiliki ke-
namun kepuasan secara keseluruhan memperoleh layakan yang dapat diterima, sehingga model ini
skor rata-rata 4,78 menunjukkan jawaban terhadap menjadi model akhir yang akan dibahas melalui
kepuasan secara umum pada Bank BNI Cabang pengujian hipotesis pada model struktural berhu-
Sumbawa ditanggapi sangat setuju. Hasil perhi- bungan dengan hasil uji koefisien regresi pada se-
tungan uji deskriptif tentang loyalitas ditunjukkan tiap jalur yang dihasilkan, dijelaskan pada Tabel
pada Tabel 4. 5.
Loyalitas pelanggan merupakan ukuran pe-
menuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan
PEMBAHASAN
yang bersifat dinamis berhubungan langsung
dengan harapan nasabah. Berdasarkan atas hasil Pola hubungan antara variabel eksogen
pengolahan data dari 160 orang responden dalam dengan variabel endogen telah banyak dilakukan
penelitian ini (Tabel 4) loyalitas secara keseluruhan penelitian terdahulu dengan beberapa objek
memperoleh hasil 132 responden (82%) yang me- penelitian yang beragam. Kontribusi tangibles, reli-
nyatakan tanggapan sangat setuju, 19 responden ability, responsiveness, assurance dan empathy terhadap
(12%) yang menyatakan tanggapan setuju, 10 res- kualitas pelayanan menunjukkan adanya kontribusi
ponden (6%) yang menyatakan tanggapan netral, antara kedua variabel. Hal ini sesuai dengan temu-
namun secara keseluruhan memperoleh rata-rata an Parasuraman, Zeithaml, & Berry (1980). Berda-
skor sebesar 4,70 hal ini menunjukkan responden sarkan kontribusinya yang paling besar kontri-
memberikan jawaban sangat setuju terhadap per- businya adalah responsiveness, sedangkan yang pa-
nyataan tentang loyalitas pada Bank BNI Cabang ling rendah assurance hal ini berbeda dengan
Sumbawa.

Tabel 4. Rekapitulasi Tanggapan Responden terhadap Variabel Loyalitas (Y3)

Y 3.1 Y3.2 Y 3.3 Y 3.4 Y3.5 Y3


K ategori
f % f % f % f % f % f %
Sangat tidak setuju - - - - - - - - - - - -
Tidak setuju - - - - - - - - - - - -
Netral 8 5 10 6 8 5 5 3 19 12 10 6
Setuju 20 13 22 14 25 16 18 11 9 6 19 12
Sangat setuju 132 82 128 80 127 79 137 86 132 82 131 82
Jumlah 160 100 160 100 160 100 160 100 160 100 160 100
Rat a-rata 4,76 4,75 4,70 4,80 4,70 4,70

| 703 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 699 – 706

d 2 1 d 2 2 d 2 3

.2 6 .4 5 .4 8
y 1 1 y 1 2 y 1 3 -.2 0

9
. 67
.5

.6
1
.3 0
r e la s i

.5 5
e r1

.5 3

d 1 1 x 1 1
.2 9

.2 9
y 3 1 e 1

. 5 0
- .2 1
.7

4
d 1 2 x 1 2 .4 6

.5
3

8
y 3 2 e 2 .3 3
.7

.6
1

.69
. 6 5 . 4 5
d 1 3 x 1 3
.8 1 .33 l oy a l
.67
s erv q ua l y 3 3 e 3

.3 9
5 .7
- .5 3 .6 2 .5 3 .3 0
.4 2
.75 y 3 4 e4 - .2 2
d1 4 x 14 .7 2
er 4
.5 6
- .4 1
.52 y 3 5 e 5

d 1 5 x 1 5
.3 3
.3 2

e r2 p ua s .3 3
.5 6

.7 8 .7 2 H a s il U ji K e la ya ka n M o d e l
.4 2C hi S q u a r e = 8 8 . 4 6 9
.6 2 .3 2 .52 D e r a ja t B- .e2 b3 a s = 8 7
y 2 1 -.2 4
y 2 2 y 2 3 P r o b a b ilit a s = .4 3 6
C M I N /D F = 1 .0 1 7
G F I =.9 3 9
d 3 1
d 3 2 d 3 3 A G F I = .9 0 4
C F I = .9 9 8
T LI =.998
R M S E A =.010

Gambar 1. Hasil Model Struktural Evaluasi

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Uraian Keputusan


Evaluasi

1 Dimensi: tangibles, reliable, responsiveness, assurance, empathy, berkontribusi pada kualitas layanan. Diterima
2 Layanan keseluruhan, layanan dibanding dengan jasa sejenis, keinginan mencari layanan serupa, Diterima
berkontribusi pada kepuasan,.
3 Harmony, acceptance, participation simplisity berkontribusi pada pemasaran relasional Diterima
4 Trust, Psychological Commitment, Switching cost, Word-of-Mouth dan Co-operation berkontribusi pada Diterima
loyalitas nasabah
5 Kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan nasabah BNI Cabang Sumbawa. Diterima
6 Kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan melalui pemasaran relasional nasabah BNI Cabang Diterima
Sumbawa
7 Kualitas layanan berpengaruh terhadap Pemasaran Relasional nasabah BNI Cabang Sumbawa Diterima
8 Pemasaran Relasional berpengaruh terhadap loyalitas nasabah BNI Cabang Sumbawa. Diterima
9 Pemasaran Relasional berpengaruh terhadap kepuasan nasabah BNI Cabang Sumbawa. Diterima
10 Kepuasan nasabah berpengaruh terhadap loyalitas nasabah BNI Cabang Sumbawa. Diterima
11 Kualitas layanan berpengaruh terhadap loyalitas nasabah BNI Cabang Sumbawa. Diterima
12 Kualitas layanan berpengaruh terhadap loyalitas nasabah melalui Pemasaran Relasional BNI Cabang Diterima
Sumbawa.
13 Kualitas layanan berpengaruh terhadap loyalitas melalui Kepuasan nasabah BNI Cabang Sumbawa. Diterima

| 704 |
Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Melalui Pemasaran Relasional & Kepuasan Nasabah Bank
I Nyoman Sutama

penelitian Donnelly, et al. (1995) yang menemukan kuat pengaruhnya dengan loyalitas dibandingkan
tangibles secara relatif tidak penting. pemasaran relasional dengan loyalitas. Kepuasan
Layanan keseluruhan dibandingkan dengan berpengaruh terhadap loyalitas melalui kepuasan
jasa sejenis, keinginan mencari pelayanan serupa, dalam penelitian ini menemukan koefisien path
berkontribusi pada kepuasan, dalam penelitian ini yang menghubungkan kepuasan dengan loyalitas
pelayanan keseluruhan memiliki kontribusi paling lebih besar dibandingkan dengan koefisien path
kuat. Hal ini mendukung penelitian Andresson yang menghubungkan kualitas layanan dengan
(1994) dan Fornel (1996). loyalitas.
Hasil analisis pemasaran relasional menun-
jukkan bahwa harmony, acceptance, participation sim- KESIMPULAN DAN SARAN
plicity, berkontribusi pada pemasaran relasional, Kesimpulan
tetapi yang paling kuat memberikan kontribusi
adalah participation simplicity. Hal ini sesuai dengan Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
Bruhn (2003) bahwa kualitas pelayanan berpe- hubungan antara kualitas pelayanan terhadap loya-
ngaruh terhadap kepuasan, sedangkan yang paling litas melalui pemasaran relasional dan kepuasan
kuat memengaruhi kepuasan adalah pemasaran nasabah bank. Berdasarkan hasil analisis penelitian
relasional. dan pembahasan dapat disimpulkan dimensi tan-
gibles, reliability, responsiveness, assurance dan empa-
Kualitas pelayanan mempunyai pengaruh
thy berkontribusi positif pada kualitas layanan
sangat kuat terhadap pemasaran relasional teruta-
bank. Dimensi pelayanan keseluruhan berkontri-
ma dari dimensi responsiveness dibandingkan de-
busi positif pada kepuasan nasabah. Dimensi har-
ngan pengaruh kualitas layanan terhadap kepuas-
mony, acceptance dan participation simplicity berkon-
an. Pemasaran relasional berpengaruh terhadap
tribusi positif pada pemasaran relasional. Dimensi
loyalitas, sedangkan dimensi yang lebih dominan
trust, psychological commitment, switching cost, word-
memengaruhi loyalitas participation simplicity.
of-mouth, dan co-operation berkontribusi positif pada
Pemasaran relasional berpengaruh terhadap ke-
loyalitas nasabah. Kualitas pelayanan berpengaruh
puasan dalam penelitian ini berbeda dengan Para-
positif terhadap kepuasan nasabah. Kepuasan nasa-
suraman, et al. (1980) yang tidak memasukkan
bah bisa meningkat apabila pihak bank dapat mem-
variabel relasional dalam memengaruhi kepuasan,
berikan kualitas pelayanan yang baik. Kualitas
sedangkan trust, psychological commitment, switch-
pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan
ing cost, word-of-mouth dan cooperation, berkontribusi
melalui pemasaran relasional. Kualitas pelayanan
pada loyalitas. Hasil ini mendukung penelitian
berpengaruh positif terhadap pemasaran relasional.
Baloglu (2002). Kepuasan berpengaruh terhadap
loyalitas, dengan dimensi pelayanan secara kese- Hasil uji model struktural menerangkan bah-
luruhan secara dominan memengaruhi loyalitas. wa pemasaran relasional berpengaruh langsung
Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas terhadap loyalitas nasabah. Pemasaran relasional
dalam penelitian ini menemukan kualitas pela- berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah.
yanan mempunyai pengaruh yang kuat dibanding- Kepuasan nasabah berpengaruh langsung terhadap
kan dengan pemasaran relasional Hasil ini mendu- loyalitas nasabah . Kualitas pelayanan berpengaruh
kung temuan Caruana, et al (2000) Furlerton & langsung terhadap loyalitas nasabah. Kualitas pela-
Taylor (2002). Kualitas pelayanan berpengaruh ter- yanan berpengaruh positif terhadap loyalitas mela-
hadap loyalitas melalui pemasaran relasional dalam lui pemasaran relasional. Kualitas pelayanan ber-
penelitian ini menemukan kualitas pelayanan lebih pengaruh positif terhadap loyalitas melalui
kepuasan nasabah.

| 705 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 699 – 706

Saran Brady, M.K. & Robertson, C.J. 2001. Searching for a


Consensus on The Antecedent Role of Service
Bank dapat mempertahankan dan mening- Quality and Satisfaction: An Exploratory Cross
katkan kualitas pelayanan yang dapat membentuk National Study. Journal of Business Research, Vol.51.
pp.53-60.
pemasaran relasional, kepuasan dan loyalitas baik
secara langsung maupun tidak langsung, karena Brady, M.K & Cronin, J.J. 2001. Some Thoughts on
apabila terjadi penurunan kualitas pelayanan ber- Conceptualizing Perceived Service Quality A
Hierarchical Approach. Journal of Marketing,
dampak pada penurunan terhadap pemasaran
Vol.65, pp.34-60.
relasional dan kepuasan yang berujung menurun-
nya loyalitas nasabah baik dalam waktu dekat Bruhn, M. 2003.Management of Customer Relationship.
maupun dalam jangka panjang. Sebaliknya apabila Edisi Pertama. New Jersey. Prentice Hall.
dapat meningkatkan kualitas pelayanan maka Caruana, A. & Malta, M. 2002. Service Loyalty, The Effects
berpeluang terjadi peningkatan dari nasabah yang of Service Quality and The Mediating Role of
telah puas akan meningkat menjadi nasabah yang Customer Satisfaction. European Journal of
Marketing, Vol.36. 7/6 ABI/INORM Global.
setia dan nasabah seperti ini kelak akan merupakan
aset perusahaan jangka panjang guna memperta- Chan, S. 2003. Relationship Marketing: Inovasi
hankan kelangsungan hidup perusahaan. Pemasaran yang Membuat Pelanggan Bertekuk
Lutut. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan
dengan menambah pengujian terhadap aspek Cronin, J.J. & Taylor, S.A. 1992 Measuring Service Quality:
A Re-examination and Extension. Journal of Marketing,
tingkat kepentingan (importance rating) dan tingkat
Vol.56. pp.56-58.
kinerja yang dirasakan (performance rating) sebagai
skor pembobotan penilaian persepsi nasabah ter- Farrell, A., Souchon, A., & Durden, G. 2001. Service
hadap kualitas pelayanan dan kepuasan nasabah. Quality Enhancement: The Role of Employees
Service Behaviors. http:www,abs,aston.ac.uk.

Fullerton, G. & Taylor. 1992. Mediating, Interactive, and


DAFTAR PUSTAKA
Non-Linier Effects in Service Quality, and
Arun, S. & Thomas. F, 2000. Stafford the Effect of Retail Satisfaction with Service Research Canadian.
Atmospherics on Customers Perception of Sales Journal of Administrative Sciences, Vol.19, No.2,
People and Customer Persuasion: An Empirical pp.124-136.
Investigation. Journal of Business Research, Vol.49,
No.2, pp.183-192. Griffin, J. 2002, Customer Loyalty How to earn it, How To
Keep It. Kentucky: McGraw Hill.
Bank Indonesia. 2008. Statistik Ekonomi Daerah Nusa
Tenggara Barat. Edisi Oktober. Vol.8, No.9. Gronroos, C. 1997. Marketing Service, The Case of Missing
Product. Journal of Business and Industrial
Boulding, W., Stallin, R., Kalra, A., & Zeithaml, V.A. Marketing,Vol,13.pp.4-5.
1993. A Dynamic Process Model of Service Quality
from Expectations to Behavioural Intentions.
Journal of Marketing Research, Vol.30, pp.7-27.

| 706 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010, hal. ... – ...
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

ANALISIS KESENJANGAN HARAPAN NASABAH DENGAN


PERSEPSI PENYEDIA JASA ATAS KUALITAS PELAYANAN

Mohamad Dimyati
Fakultas Ekonomi Universitas Jember
Jl. Kalimantan 37 Jember

Abstract
The purpose of this research are to examine the existence of kesenjangan between the expectation of customers
and the perception of management on the quality of service at the DSP Bank in Jember regency. The service
quality dimentions examined in this research are tangibles, reliability, responsiveness, assurance, and empa-
thy. The total sample size was 120 respondents (99 are customer and 21 are employee). The models of analysis
used in the research are kesaenjangan analysis and Mann-Whitney test. The results of analysis show that the
expectation of customer on the quality of service at the DSP Bank in Jember regency for the dimentions of
tangibles and empathy on average is higher than the perception management. Whereas for the dimentions of
reliability, responsiveness, and assurance on average is lower higher than the perception management. The
results of significancy test with Mann-Whitney test suggest that research hypothesis for the dimention of
reliability, responsiveness and assurance in accepted. This means there is a kesenjangan between customer
expectation and the management perception. Whereas research hypothesis for the dimentions of tangibles and
empathy in rejected. This means there is not is a kesenjangan between customer expectation and the manage-
ment perception.
Key words: customer expectation, service quality, tangibles, reliability, responsiveness, assurance, empathy

Saat ini kualitas pelayanan dalam dunia perbankan di sisi lain manajemen perbankan juga mempunyai
mulai menjadi kebutuhan utama bagi nasabah. Se- persepsi tersendiri mengenai harapan nasabahnya.
makin meningkatnya kebutuhan nasabah akan Nasabah selalu berharap untuk mendapatkan
kualitas pelayanan khususnya jasa perbankan, maka kualitas pelayanan yang terbaik dalam segala hal
perlu kiranya dilakukan penelitian di bidang pe- yang berkaitan dengan proses transaksi perbankan.
pelayanan perbankan. Proses transaksi jasa per- Namun di sisi lain manajemen perbankan sebagai
bankan antara nasabah dengan bank, di satu sisi pemberi jasa perbankan kepada nasabah, mungkin
nasabah sebagai pelanggan internal perbankan mempunyai penilaian yang berbeda dengan apa
akan selalu berharap untuk mendapatkan kualitas yang diharapkan oleh nasabah tersebut.
pepelayanan yang terbaik dari perbankan, namun

Korespondensi dengan Penulis:


M o h am ad Di m y at i: Telp. +62 331 337 990/ Fax. +62 331 332 150
E-mail: dim _ekounej@yahoo.co.id

| 707 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: ... – ....

Persaingan antar dunia perbankan dalam Ada banyak model yang dapat digunakan
memberikan jasa pelayanan kepada nasabahnya, untuk menganalisis kualitas jasa. Pemilihan ter-
membuat hampir semua bank saling membenahi hadap suatu model tergantung pada tujuan analisis,
diri agar dapat memberikan kualitas jasa yang me- jenis perusahaan dan situasi pasar. Parasuraman,
muaskan bagi nasabahnya. Oleh karena itu mana- Zeithalm & Berry (1985) melakukan penelitian me-
jemen perbankan harus menyadari bahwa bagai- ngenai customer perceived quality pada empat industri
manapun kuatnya bank yang mereka kelola, tidak jasa, yaitu retail banking, credit card, securities broker-
akan dapat terhindar dari persaingan. Persaingan age, dan product repair dan maintenance. Mereka
ini antara lain dalam hal mendapatkan nasabah, mengidentifikasikan 5 (lima) macam kesenjangan
karyawan dengan kualitas tertentu serta kegunaan kualitas jasa yang memungkinkan kegagalan pe-
penyimpanan dan peminjaman merupakan realitas nyampaian jasa. Kelima kesenjangan tersebut ada-
dalam dunia perbankan. Keadaan ini mendorong lah sebagai berikut: (1) kesenjangan antara harapan
setiap bank untuk melakukan kegiatan secara lebih konsumen dan persepsi manajemen atas harapan
efektif dan efisien. Salah satunya adalah PT. Bank konsumen–gap 1. (2) Kesenjangan antara persepsi
Danamon Indonesia, Tbk mulai berbenah diri manajemen mengenai harapan konsumen dan
untuk menghadapi persaingan tersebut. Bank spesifikasi kualitas jasa–gap 2. (3) Kesenjangan
Danamon sebagai perusahaan yang bergerak di antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian
bidang jasa dituntut untuk selalu memberikan jasa–gap 3. (4) Kesenjangan antara penyampaian jasa
kepuasan terhadap nasabahnya, baik dari segi pela- dengan komunikasi eksternal-gap 4. (5) Kesen-
yanan maupun dari segi produk yang ditawarkan. jangan antara jasa yang dirasakan dan jasa yang
Kualitas pelayanan besar kontribusinya ter- diharapkan-gap 5.
hadap kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, Model kualitas jasa dari Parasuraman et.al
komunikasi dari mulut ke mulut, pangsa pasar dan tersebut dikenal dengan nama model SERVQUAL
profitabilitas. Hal ini diperkuat dengan hasil (singkatan dari service quality). Model SERVQUAL
banyak studi yang menunjukkan bahwa pangsa tersebut cukup populer dan hingga kini banyak
pasar, ROI (return on investment) dan perputaran digunakan acuan dalam riset pemasaran. Model
aset (asset turnover) sangat terkait dengan persepsi tersebut berkaitan erat dengan model kepuasan
terhadap kualitas barang dan jasa suatu peru- pelanggan yang sebagian besar didasarkan pada
sahaan, oleh sebab itu masalah kualitas jasa perlu pendekatan diskonfirmasi. Pendekatan ini dite-
mendapatkan perhatian yang besar. Kualitas ada- gaskan bahwa bila kinerja pada suatu atribut (at-
lah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan tribute performance) meningkat lebih besar daripada
suatu yang harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi harapan (expectations) atas atribut yang bersaing,
kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau maka kepuasan akan meningkat (Tjiptono, 2002).
kinerja merupakan bagian utama strategi peru- Model SERVQUAL meliputi analisis ter-
sahaan dalam meraih keunggulan yang berkesi- hadap lima kesenjangan yang berpengaruh terha-
nambungan, baik sebagai pemimpin pasar ataupun dap kualitas jasa. Model SERVQUAL dibangun atas
sebagai strategi untuk terus tumbuh. Keunggulan asumsi bahwa konsumen membandingkan kinerja
suatu produk jasa adalah tergantung dari keunikan atribut jasa dengan standar ideal atau sempurna
serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, untuk masing-masing atribut tersebut, bila kinerja
apakah sudah sesuai dengan harapan dan keingin- melampaui standar, maka persepsi atas kualitas
an pelanggan (Supranto, 2001). jasa keseluruhan akan meningkat. Model ini meng-
analisis kesenjangan antara dua variabel pokok,

| 708 |
Analisis Kesenjangan Harapan Nasabah dengan Persepsi Penyedia Jasa atas Kualitas Pelayanan
Mohamad Dimyati

yakni jasa yang diharapkan dan jasa yang dipersep- dental sampling digunakan dalam pengambilan
sikan atau dirasakan. sampel penelitian nasabah pada masing-masing
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unit bank DSP. Sedangkan purposive sampling digu-
terdapat tidaknya kesenjangan (kesenjangan) seca- nakan untuk pengambilan sampel pihak manajemen
ra signifikan antara harapan nasabah dengan per- unit-unit bank DSP dengan syarat: responden pihak
sepsi penyedia jasa mengenai harapan nasabah atas manajemen yang diambil pada masing-masing unit
kualitas pelayanan yang ditawarkan oleh Bank bank DSP sebanyak tiga responden yaitu cluster
Danamom Simpan Pinjam (DSP) di Jember. manager, operation officer dan teller. Hal ini didasar-
kan pada alasan bahwa cluster manager merupakan
responden yang bertindak sebagai pengambil
HIPOTESIS
keputusan, operation officer yang mengoperasikan
Terdapat kesenjangan secara signifikan dan menjalankan seluruh kegiatan dalam DSP dan
antara harapan nasabah dengan persepsi penyedia teller merupakan karyawan yang langsung berha-
jasa mengenai harapan nasabah atas kualitas pepe- dapan dalam melayani kebutuhan nasabah.
layanan yang ditawarkan oleh Bank Danamon Selanjutnya dalam menentukan jumlah sam-
Simpan Pinjam (DSP) di Jember. pel nasabah dari setiap unit ditentukan dengan
rumus sebagai berikut (Natsir, 2000):
METODE Nh
nh  n
Jenis penelitian ini adalah penelitian penje- N
lasan (explanatory research). Metode pengumpulan
datanya menggunakan metode survei yang penye- Keterangan:
lidikannya dilakukan untuk memperoleh fakta dari nh = jumlah sampel tiap unit
gejala yang ada dan mencari keterangan secara Nh = jumlah populasi tiap unit
faktual, dan informasi dikumpulkan dari jawaban N = populasi seluruh unit
n = sampel yang diambil
responden yang dijadikan objek penelitian dengan
memberikan kuesioner.
Penelitian ini menggunakan data primer dan Hasil perhitungan jumlah sampel tersebut
data sekunder. Populasi adalah seluruh nasabah diperoleh 99 orang yang menjadi responden dalam
dan pihak manajemen unit-unit Bank Danamon penelitian ini.
Simpan Pinjam (DSP) di Jember. Sampel penelitian Variabel yang dianalisis dalam penelitian
adalah nasabah dan pihak manajemen unit-unit DSP terdiri dari dua variabel, yaitu harapan nasabah
di Jember. Sampel yang direncanakan pada pene- atas kualitas pelayanan yang diberikan oleh DSP
litian ini sebanyak 120 orang yang mengacu pen- di Jember dan persepsi penyedia jasa terhadap
dapat Roscoe untuk menentukan ukuran sampel harapan atas kualitas pelayanan yang diberikan
berdasarkan pada aturan berikut (Sekaran, 2006): oleh DSP di Jember. Harapan nasabah atas kualitas
(1) ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari jasa yang diberikan oleh DSP di Jember adalah ting-
500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian. (2) kat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian
Sampel dipecah ke dalam sub-sampel: (pria/wani- atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
ta), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kate- keinginan nasabah. Kualitas jasa berpusat pada
gori adalah tepat. upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan nasa-
Metode pengambilan sampel ini mengguna- bah serta ketepatan penyampaian untuk mengim-
kan metode accidental dan purposive sampling. Acci- bangi harapan nasabah. Persepsi penyedia jasa

| 709 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: ... – ....

terhadap harapan nasabah atas kualitas pelayanan jumlah keseluruhan responden. Berdasarkan umur
adalah merupakan persepsi penyedia jasa menge- responden, menunjukkan bahwa nasabah sebagian
nai keyakinan nasabah sebelum mencoba atau besar adalah lebih dari 41 tahun, yakni sebanyak
membeli jasa DSP di Jember yang dijadikan stan- 49 orang atau 49,5% dari jumlah keseluruhan res-
dar atau acuan dalam menilai kinerja jasa. persepsi ponden nasabah, sedangkan umur nasabah terkecil
penyedia jasa atas harapan atas kualitas pelayanan. adalah umur 21 sampai 30 tahun yakni 20 orang
Kualitas pelayanan dalam penelitian ini terdiri atas atau 20,2% dari jumlah keseluruhan responden.
lima dimensi yakni: tangibles, reliability, responsive- Umur kurang dari 17-20 tahun adalah nol. Penge-
ness, assurance dan empathy. Tangibles meliputi lompokan responden berdasarkan pekerjaan me-
fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan, dan sarana nunjukkan bahwa nasabah sebagian besar adalah
komunikasi, misalnya berupa bangunan kantor, wiraswasta, dengan jumlah 35 orang atau 35,3%
fasilitas ATM dan lain-lain. Reliability, yakni ke- dari jumlah keseluruhan responden, sedangkan
mampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan jumlah nasabah yang terkecil adalah nasabah yang
dengan segera/tepat waktu, akurat dan memuas- mempunyai profesi lain-lain yaitu sejumlah 20 or-
kan. Responsiveness, yakni keinginan para staf untuk ang atau 20,2%, nasabah dengan profesi pegawai
membantu para nasabah dan memberikan pela- negeri berjumlah 30 orang atau 30.3%, karyawan
yanan dengan tanggap, yang akhirnya akan mem- swasta terdapat 24 orang atau 24.2% dari jumlah
berikan respons yang positif. Assurance, mencakup keseluruhan responden, dan karyawan tidak be-
keamanan, dan sifat dapat dipercaya para staf, kerja dan mahasiswa adalah nol.
bebas dari risiko, bahaya atau keragu-raguan. Em- Uji validitas dilakukan pada seluruh instru-
pathy, meliputi kemudahan dalam melakukan hu- men penelitian untuk nasabah. Berdasarkan uji
bungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi validitas untuk dimensi tangibles, reliability, respon-
dan memahami kebutuhan pelanggan (nasabah). siveness, assurance dan empathy menunjukkan semua
Skala pengukuran variabel menggunakan skala variabel adalah valid pada tingkat ±=5%.
Likert lima alternatif jawaban mulai dari sangat
Uji validitas dilakukan pada seluruh instru-
setuju sampai dengan sangat tidak setuju dengan
men penelitian untuk penyedia jasa. Berdasarkan
skor 5 sampai dengan 1. Model analisis menggu-
uji validitas untuk dimensi tangibles, reliability, re-
nakan analisis kesenjangan dengan menggunakan
sponsiveness, assurance dan empathy menunjukkan
instrumen SERVQUAL. Kemudian dilanjutkan
semua variabel adalah valid pada tingkat ±=5%.
dengan uji signifikansi statistik dengan menggu-
Hasil uji reliabilitas instrumen menunjukkan
nakan uji Mann-Whitney (U-Test).
bahwa reliabilitas seluruh instrumen yang diguna-
kan adalah cukup baik (chronbach alpha >0,6) untuk
HASIL kelima dimensi yaitu tangibles, reliability, responsive-
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ness, assurance dan empathy.
di Danamon Simpan Pinjam (DSP) Jember, maka Hasil uji reliabilitas pada responden penye-
dapat diketahui karakteristik responden nasabah dia jasa menunjukkan bahwa reliabilitas seluruh
berdasarkan jenis kelamin, umur, dan pekerjaan. instrumen yang digunakan adalah cukup baik
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis (chronbach alpha >0,6) untuk kelima dimensi yaitu
kelamin nasabah sebagian besar adalah laki-laki, tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan em-
dimana terdapat 57 orang atau 57,6% dari jumlah pathy.
keseluruhan responden, sedangkan jenis kelamin Analisis kesenjangan dimaksudkan untuk
perempuan terdapat 42 orang atau 42,4% dari mengetahui kesenjangan yang terjadi antara

| 710 |
Analisis Kesenjangan Harapan Nasabah dengan Persepsi Penyedia Jasa atas Kualitas Pelayanan
Mohamad Dimyati

harapan nasabah dengan persepsi penyedia jasa pernyataan yang ada dalam dimensi tangibles ter-
DSP mengenai harapan nasabah atas kualitas dapat 2 pernyataan yang mempunyai kesenjangan
pelayanan Bank DSP di Jember. Hasil analisis ke- negatif (rata-rata skor harapan nasabah lebih tinggi
senjangan antara harapan nasabah dengan persepsi daripada rata-rata skor persepsi penyedia jasa) dan
penyedia jasa untuk masing-masing dimensi 3 pernyataan yang mempunyai kesenjangan positif
kualitas dapat dilihat pada Tabel 14 sampai dengan (rata-rata skor harapan nasabah lebih rendah dari-
Tabel 18. Berdasarkan data kelima tabel tersebut pada rata-rata skor persepsi penyedia jasa). Per-
dapat diketahui rata-rata skor harapan nasabah nyataan yang mempunyai kesenjangan negatif
dan persepsi penyedia jasa serta hasil kesenjangan adalah meliputi pernyataan : tersedianya sarana
untuk masing-masing dimensi beserta kesenjangan penunjang (ruangan, tempat parkir, toilet serta
untuk masing-masing pernyataan yang ada dalam media perbankan lainnya) yang nyaman dan bersih
setiap dimensi kualitas. (-0,258), tersedianya produk yang mampu meme-
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa rata- nuhi kebutuhan nasabah (pinjaman dengan agu-
rata skor harapan nasabah untuk dimensi tangibles nan, pinjaman tanpa angsuran, tabungan deposito)
lebih tinggi daripada rata-rata skor persepsi pe- (-0,505). Sedangkan pernyataan yang mempunyai
nyedia jasa yang ditunjukkan dengan kesenjangan kesenjangan positif meliputi pernyataan: DSP perlu
negatif (-0,108). Akan tetapi jika dilihat dari 5 buah memiliki fasilitas perbankan dan peralatan

Tabel 1. Kesenjangan antara Harapan Nasabah dan Persepsi Penyedia Jasa Mengenai Harapan Nasabah atas Kualitas Pelayanan
pada Bank DSP untuk Dimensi Tangibles

Harapan Nasabah Persepsi Penyedia Jasa Kesenjangan


Item
(1) (2) (2-1)

Dimensi Tangibles 3,806 3,914 - 0,108


1 3,495 3,714 + 0,219
2 3,687 3,429 - 0,258
3 4,071 4,381 + 0,310
4 4,172 3,667 - 0,505
5 3,606 4,381 + 0,775

Tabel 2. Kesenjangan antara Harapan Nasabah dan Persepsi Penyedia Jasa Mengenai Harapan Nasabah atas Kualitas Pelayanan
pada Bank DSP untuk Dimensi Reliability

Harapan Nasabah Persepsi Penyedia Jasa Kesenjangan


Item
(1) (2) (2-1)

Dimensi Reliability 3,864 4,202 + 0,338


1 3,556 4,190 + 0,634
2 4,162 4,619 + 0,457
3 3,616 3,810 + 0,194
4 4,121 4,190 + 0,069

| 711 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: ... – ....

elektronik berteknologi tinggi dan modern yang dari 4 buah pernyataan yang ada dalam dimensi
dapat menunjang aktivitas perbankan (+0,219), pe- responsiveness terdapat 1 pernyataan yang mempu-
nampilan busana staf (petugas pepelayanan) yang nyai kesenjangan negatif (rata-rata skor harapan
rapi dan sopan (+0,310), adanya penyajian secara nasabah lebih rendah daripada rata-rata skor per-
menarik mengenai informasi produk atau pela- sepsi penyedia jasa). Pernyataan yang mempunyai
yanan (brosur, poster, koran, spanduk) (+0,775). kesenjangan negatif adalah pernyataan DSP
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa rata- sebaiknya berusaha memahami kebutuhan nasabah
rata skor harapan nasabah untuk dimensi reliabil- (- 0,355), sedangkan pernyataan yang mempunyai
ity lebih rendah daripada rata-rata skor persepsi kesenjangan positif adalah meliputi: petugas atau
penyedia jasa yang ditunjukkan dengan kesen- karyawan DSP sebaiknya dapat dengan segera
jangan positif (+0,338). Hal ini juga bisa diketahui memberikan penanganan terhadap keluhan
dari 4 buah pernyataan yang ada dalam dimensi nasabah (+0,596), karyawan sebaiknya tanggap
reliability semua pernyataan mempunyai kesenja- terhadap kondisi nasabah selama pelaksanaan tran-
ngan positif (rata-rata skor harapan nasabah lebih saksi perbankan berlangsung (+0,227), karyawan
rendah daripada rata-rata skor persepsi penyedia sebaiknya selalu bersikap cepat dan teliti dalam
jasa), Pernyataan yang mempunyai kesenjangan melayani transaksi (+0,417).
positif meliputi pernyataan: pelayanan terhadap Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa rata-
nasabah yang ditawarkan oleh DSP dilakukan rata skor harapan nasabah untuk dimensi assur-
dengan cermat dan baik (+0,634), prosedur pela- ance lebih rendah daripada rata-rata skor persepsi
yanan yang diberikan sesuai dengan waktu yang penyedia jasa yang ditunjukkan dengan kesenja-
dijanjikan (+0,457), karyawan dapat berkomunikasi ngan positif (+0,255). Akan tetapi jika dilihat dari
dengan baik dalam memberikan pelayanan kepada 4 buah pernyataan yang ada dalam dimensi assur-
nasabah (+0,457), karyawan terampil dan cakap ance terdapat 1 pernyataan yang mempunyai ke-
dalam memberikan pelayanan kepada nasabah senjangan negatif (rata-rata skor harapan nasabah
(+0,069). lebih tinggi daripada rata-rata skor persepsi pe-
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa rata- nyedia jasa) dan 3 pernyataan yang mempunyai
rata skor harapan nasabah untuk dimensi respon- kesenjangan positif (rata-rata skor harapan nasabah
siveness lebih rendah daripada rata-rata skor per- lebih rendah daripada rata-rata skor persepsi pe-
sepsi penyedia jasa yang ditunjukkan dengan nyedia jasa). Pernyataan yang mempunyai kesen-
kesenjangan positif (+0,233). Akan tetapi jika dilihat jangan negatif adalah pernyataan petugas DSP

Tabel 3. Kesenjangan antara Harapan Nasabah dan Persepsi Penyedia Jasa Mengenai Harapan Nasabah atas Kualitas Pelayanan
pada Bank DSP untuk Dimensi Responsiveness

Harapan Nasabah Persepsi Penyedi a Jasa Kesenjangan


Item
(1) (2) (2-1)

Dimensi Responsiveness 3,922 4,155 + 0,233


1 3,737 4,333 + 0,596
2 4,212 3,857 - 0,355
3 3,535 3,762 + 0,227
4 4,202 4,619 + 0,417

| 712 |
Analisis Kesenjangan Harapan Nasabah dengan Persepsi Penyedia Jasa atas Kualitas Pelayanan
Mohamad Dimyati

sebaiknya bersikap profesional dan memiliki terdapat 3 pernyataan yang mempunyai kesenja-
kemampuan yang sangat tinggi dalam melayani ngan negatif (rata-rata skor harapan nasabah lebih
nasabah (-0,410), sedangkan pernyataan yang tinggi daripada rata-rata skor persepsi penyedia
mempunyai kesenjangan positif adalah meliputi jasa) dan 2 pernyataan yang mempunyai kesenja-
pernyataan terjaminnya rasa aman pada nasabah ngan positif (rata-rata skor harapan nasabah lebih
dalam melakukan transaksi (+0,965), kemampuan rendah daripada rata-rata skor persepsi penyedia
DSP benar-benar dapat menguasai informasi jasa). Pernyataan yang mempunyai kesenjangan
tentang produk dengan baik (+0,221), produk yang negatif adalah meliputi pernyataan terjalinnya
ditawarkan DSP diharapkan memiliki kelebihan hubungan yang dekat dan akrab antara karyawan
dan menarik bagi nasabah (+0,387). dan nasabah, serta karyawan mampu memper-
Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa rata- lakukan nasabah dengan penuh perhatian (-0,112),
rata skor harapan nasabah untuk dimensi empathy karyawan DSP dapat memahami setiap keinginan
lebih tinggi daripada rata-rata skor persepsi pe- dan mau menerima keluhan-keluhan nasabah (-
nyedia jasa yang ditunjukkan dengan kesenjangan 0,896), karyawan DSP dapat berkomunikasi
negatif (-0,151). Akan tetapi jika dilihat dari 5 buah dengan nasabah dengan penuh kesabaran (-0,745),
pernyataan yang ada dalam dimensi empathy sedangkan pernyataan yang mempunyai kesenja-

Tabel 4. Kesenjangan antara Harapan Nasabah dan Persepsi Penyedia Jasa Mengenai Harapan Nasabah atas Kualitas Pelayanan
pada Bank DSP untuk Dimensi Assurance

Harapan Nasabah Persepsi Penyedia Jasa Kesenjangan


Item
(1) (2) (2-1)

Dimensi Assurance 3,912 4,167 + 0,255


1 4,172 3,762 - 0,410
2 3,606 4,571 + 0,965
3 3,636 3,857 + 0,221
4 4,232 4,619 + 0,387

Tabel 5. Kesenjangan antara Harapan dan Persepsi Penyedia Jasa Mengenai Harapan Nasabah atas Kualitas Pelayanan pada
Bank DSP untuk Dimensi Empathy

Harapan Nasabah Persepsi Penyedia Jasa Kesenjangan


Item
(1) (2) (2-1)

Dimensi Empathy 3,941 3,790 - 0,151


1 3,636 3,524 - 0,112
2 4,182 3,286 - 0,896
3 3,556 4,238 + 0,682
4 4,364 3,619 - 0,745
5 3,960 4,286 + 0,326

| 713 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: ... – ....

ngan positif adalah meliputi pernyataan karyawan diterima dan H alternatif (HA) ditolak dan jika
DSP diharapkan selalu siap untuk membantu nilai pada kolom asymptotic significance / proba-
nasabah setiap saat (+0,682), petugas pelayanan bilitas <0,05 maka Ho ditolak dan H alternatif (HA)
selalu sopan dan ramah pada saat melayani nasa- diterima (Santoso, 2008). Rangkuman hasil uji Mann
bah (+0,326). – Whitney untuk menguji hipotesis penelitian yang
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat diajukan (HA) melalui lima dimensi kualitas
kesenjangan secara signifikan antara harapan nasa- pelayanan dapat dilihat di Tabel 6.
bah dengan persepsi penyedia jasa mengenai harap- Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa ter-
an nasabah atas kualitas pelayanan yang ditawar- dapat tiga nilai asymptotic significance untuk dimensi
kan oleh Bank DSP di Jember. Oleh karena itu kualitas pelayanan (reliability asymptotic significance
model analisis yang digunakan untuk menguji hipo- = 0,001, responsiveness asymptotic significance = 0,004
tesis 1 tersebut adalah uji statistik non parametrik dan assurance asymptotic significance = 0,002) lebih
yaitu uji Mann – Whitney yang disebut juga sebagai kecil dari  0,05 (asymptotic significance/proba-
uji U. Uji Mann–Whitney merupakan suatu alat ana- bilitas<  0,05), sehingga dinyatakan signifikan.
lisis yang digunakan untuk menguji signifikan hi- Hal ini berarti bahwa Ho ditolak, dan hipotesis
potesis komparatif dua sampel independen (tidak penelitian (Ha) diterima. Dengan kata lain bahwa
berhubungan satu dengan yang lain) bila datanya untuk dimensi reliability, responsiveness dan assur-
berbentuk ordinal (Sugiyono, 2008). Uji ini diguna- ance terdapat kesenjangan secara signifikan antara
kan untuk menguji apakah dua kelompok inde- harapan nasabah dengan persepsi penyedia jasa
penden telah ditarik dari populasi yang sama, mengenai harapan nasabah atas kualitas pelayanan
dengan dua sampel yang berukuran tidak sama Bank DSP di Jember, sedangkan untuk dua dimensi
dan pemberian jenjang didasarkan pada skor gabu- yang lain nilai asymptotic significance (tangibles as-
ngan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini ymptotic significance = 0,339 dan empathy asymptotic
dilakukan dengan uji dua sisi dengan mengguna- significance = 0,108) lebih besar dari  0,05 (asymp-
kan taraf signifikansi (  = 0,05). Kriteria penilaian totic significance/ probabilitas >  0,05), sehingga
dengan membandingkan antara nilai pada asymp- dinyatakan tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa
totic significance (z – tailed)/probabilitas untuk uji Ho diterima dan hipotesis penelitian yang diajukan
dua sisi dengan nilai =0,05. Jika nilai pada kolom (Ha) ditolak. Dengan kata lain bahwa untuk
asymptotic significance/probabilitas >0,05 maka Ho dimensi tangibles dan empathy tidak terdapat ke-
senjangan secara signifikan antara harapan nasa-
bah dengan persepsi penyedia jasa mengenai hara-
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Mann – Whitney antara pan nasabah atas kualitas pelayanan Bank DSP di
Harapan Nasabah dengan Persepsi Penyedia Jasa Jember. Sedangkan apabila dilakukan Uji Mann–
Mengenai Harapan Nasabah atas Kualitas Pelayanan Whitney secara keseluruhan dari lima dimensi (tan-
Bank DSP dalam Lima Dimensi Kualitas Pelayanan gibles, reliability, responsiveness, assurance dan empa-
Asymptotic
thy) nilai probabilitas = 0,004 lebih kecil dari
Dimensi Kualitas
Significance
 (0,05)  0,05, sehingga dinyatakan signifikan.
Tangibles 0,339 0,05
Reliability 0,001 0,05 PEMBAHASAN
Responsiveness 0,004 0,05
Hasil analisis menunjukkan bahwa antara
Assurance 0,002 0,05
harapan nasabah dengan persepsi penyedia jasa
Empathy 0,108 0,05
mengenai harapan nasabah atas kualitas pelayanan

| 714 |
Analisis Kesenjangan Harapan Nasabah dengan Persepsi Penyedia Jasa atas Kualitas Pelayanan
Mohamad Dimyati

Bank DSP di Jember untuk dimensi reliability, res- jemen atas kualitas pelayanan DSP yang dibentuk
ponsiveness dan assurance terdapat kesenjangan dari informasi, kebutuhan pribadi dan pengalaman
secara signifikan, sedangkan untuk dimensi tan- yang berbeda.
gibles dan empathy tidak terdapat kesenjangan Berdasarkan hasil analisis kesenjangan untuk
secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing item pernyataan dalam setiap
terdapat perbedaan penilaian yang signifikan atas dimensi terdapat kesenjangan negatif (harapan
kualitas pelayanan Bank DSP di Jember menurut nasabah lebih tinggi daripada persepsi manajemen)
nasabah dan menurut penyedia jasa, sedangkan dan kesenjangan positif (harapan nasabah lebih
untuk dimensi tangibles dan empathy meskipun tidak rendah daripada persepsi manajemen). Jadi untuk
terjadi kesenjangan secara signifikan antara ha- item-item pernyataan yang mempunyai kesen-
rapan nasabah dengan persepsi penyedia jasa, na- jangan negatif, pihak manajemen harus mening-
mun secara rata-rata untuk kedua dimensi ini ha- katkan kualitas pelayanan yang telah diberikan
rapan nasabah lebih tinggi daripada persepsi kepada nasabahnya selama ini. Item-item pernya-
penyedia jasa. taan yang mempunyai kesenjangan positif, pihak
Kenyataan berdasarkan temuan penelitian di manajemen harus mempertahankan kualitas pela-
Bank DSP Jember, kesenjangan ini timbul sebagai yanan yang telah diberikan kepada nasabahnya
akibat kurangnya interaksi antara pihak mana- selama ini, dan harus selalu memonitor perkem-
jemen DSP dengan nasabahnya dan belum adanya bangan harapan nasabah dengan memperhatikan
penelitian yang berorientasi pada kualitas pelayan- perkembangan kualitas pelayanan DSP di Jember
an Bank DSP di Jember, sehingga dalam mende- agar dalam mendesain kualitas pelayanan di masa
sain kualitas pelayanan pihak manajemen DSP lebih mendatang sesuai dengan harapan nasabahnya.
banyak mengacu pada persepsi manajemen, Hal ini perlu dilakukan karena harapan nasabah
padahal seharusnya dalam mendesain kualitas atas kualitas pelayanan dari waktu ke waktu akan
pelayanan manajemen DSP harus banyak mengacu selalu berubah seiring dengan adanya perubahan
pada harapan nasabah, sebagaimana telah dikata- informasi, kebutuhan dan pengalaman mereka.
kan bahwa kualitas harus dimulai dari kebutuhan
pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan KESIMPULAN DAN SARAN
(Kotler, 2006). Hal ini berarti bahwa citra kualitas
yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang Kesimpulan
pihak penyedia jasa (manajemen DSP), melainkan Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada
berdasarkan sudut pandang pelanggan (nasabah). tidaknya kesenjangan secara signifikan antara
Oleh karena itu dalam usaha untuk memperkecil harapan nasabah dengan persepsi penyedia jasa
kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen mengenai harapan nasabah atas kualitas pelayanan
DSP dan nasabahnya, maka dalam mendesain yang ditawarkan oleh Bank Danamon Simpan
pelayanan dapat dilakukan dengan cara riset kon- Pinjam (DSP) di Jember. Hasil penelitian menun-
sumen untuk menyerap harapan nasabah mengenai jukkan bahwa harapan nasabah atas kualitas pela-
kualitas pelayanan DSP dengan mengedarkan kue- yanan Bank DSP di Jember, untuk dua dimensi kua-
sioner pelayanan setiap periode tertentu, menga- litas pelayanan yang diteliti yaitu tangibles dan
dakan dialog dengan nasabah dan melakukan pe- empathy secara rata-rata lebih tinggi dibandingkan
nelitian perilaku pegawai dengan cara mengamati dengan persepsi penyedia jasa mengenai harapan
pelaksanaan pelayanan. Kegiatan-kegiatan terse- nasabah, sedangkan tiga dimensi kualitas pela-
but diharapkan dapat memperkecil perbedaan yanan lainnya yaitu reliability, responsiveness dan
antara harapan nasabah dengan persepsi mana- assurance secara rata-rata lebih rendah diban-

| 715 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: ... – ....

dingkan dengan persepsi penyedia jasa mengenai jemen, maka manajemen DSP harus meningkatkan
harapan nasabah. kualitas pelayanan kepada nasabahnya dengan
Terdapat kesenjangan secara signifikan pela- berusaha menciptakan kondisi-kondisi sebagai
yanan Bank DSP di Jember, dengan persepsi mana- berikut ini: (1) meningkatkan kualitas pepelayanan
jemen DSP mengenai harapan nasabah untuk yang diberikan DSP kepada nasabahnya dengan
dimensi reliability, responsiveness, dan assurance. Hal cara: pemberian pepelayanan yang ditawarkan
tersebut terjadi karena adanya perbedaan penilaian oleh DSP terhadap nasabahnya dilakukan dengan
yang signifikan atas kualitas pelayanan DSP di cermat dan baik, prosedur pepelayanan yang
Jember, menurut nasabah dan menurut manajemen diberikan DSP sesuai dengan waktu yang telah di-
DSP. Perbedaan ini timbul sebagai akibat dari janjikan, meningkatkan kesediaan karyawan untuk
kurangnya interaksi antara pihak manajemen DSP dapat berkomunikasi dengan baik dalam membe-
dengan pihak nasabahnya, serta belum adanya rikan pepelayanan kepada nasabah DSP, serta
penelitian yang berorientasi pada kualitas pela- mendorong karyawan untuk selalu terampil dan
yanan DSP di Jember, sehingga pihak manajemen cakap dalam memberikan pepelayanan kepada
DSP, dalam mendesain kualitas pelayanan di lem- nasabah. (2) Meningkatkan kemauan atau
baganya lebih banyak mengacu pada persepsi kesediaan para staf atau karyawan untuk mem-
manajemen dan kurang memahami harapan bantu nasabah dan memberikan pepelayanan
nasabahnya. dengan cepat yang meliputi: segera mengendali-
kan dan memberikan pemecahan secara cepat jika
Untuk dimensi tangibles dan empathy tidak
terjadi suatu kesalahan yang tidak diharapkan, me-
terdapat kesenjangan secara signifikan, yang
mahami kebutuhan nasabah, kesenjangan terhadap
berarti untuk kedua dimensi ini tidak terdapat per-
kondisi nasabah selama pelaksanaan transaksi per-
bedaan penilaian yang signifikan atas kualitas pe-
bankan berlangsung dan selalu bersikap cepat dan
layanan DSP di Jember, menurut pihak nasabah
teliti dalam melayani transaksi. (3) Meningkatkan
dengan pihak manajemen DSP. Akan tetapi mana-
sikap profesional karyawan atau staf DSP dan me-
jemen DSP, harus tetap memperhatikan dua
ningkatkan kemampuan karyawan dalam melayani
dimensi ini, karena hasil penelitian menunjukkan
nasabah, memberikan rasa aman pada nasabah
bahwa harapan nasabah untuk dua dimensi ini
dalam melakukan transaksi, karyawan mampu
secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan
memberikan informasi tentang produk DSP
persepsi manajemen.
dengan baik dan mudah dipahami oleh nasabah.

Saran
DAFTAR PUSTAKA
Pihak manajemen DSP seharusnya perlu me-
Agustina, L. 2004. Analisis Perbedaan Antara Harapan
mahami harapan nasabahnya terutama pada tiga Mahasiswa Atas Kualitas Pepelayanan Jasa
dimensi kualitas pelayanan yakni reliability, respon- Pendidikan Tinggi di Politeknik Negeri Jember.
siveness dan assurance, dalam rangka untuk menye- Skripsi. FE Universitas Jember.
suaikan kesenjangan yang terjadi antara harapan Dimyati, M. 2001. Analisis Kesenjangan antara Harapan
nasabah dan persepsi manajemen DSP dengan me- Mahasiswa dan Pengguna Lulusan dengan
ningkatkan komunikasi antara penyedia jasa Persepsi Manajemen Mengenai Harapan
dengan nasabah mengenai spesifikasi kualitas pe- Mahasiswa dan Pengguna Lulusan atas Kualitas
Pepelayanan Jasa Pendidikan Tinggi di Fakultas
layanan yang ditujukan kepada nasabah.
Ekonomi Universitas Jember. Tesis. Program Pasca
Untuk menyesuaikan kesenjangan yang ter- Sarjana Universitas Airlangga. Surabaya.
jadi antara harapan nasabah dengan persepsi mana-

| 716 |
Analisis Kesenjangan Harapan Nasabah dengan Persepsi Penyedia Jasa atas Kualitas Pelayanan
Mohamad Dimyati

Gaspersz, V. 1997. Membangun Tujuh Kebiasaan Kualitas Implikasi Strategik. Jurnal Manajemen Prasetiya
dalam Praktek Bisnis Global. Jakarta: Gramedia Mulya, Vol.1, No.1, hal.1-9.
Pustaka Utama Bekerja Sama dengan Vincent
Foundation Jakarta. Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi
Empat. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Kotler, P. & Amstrong, G. 2006. Principles of Marketing 7e.
Edisi Bahasa Indonesia Jilid I dan II. Jakarta: Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan
Prenhalindo. untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nasution, M.N. 2004. Manajemen Jasa Terpadu. Bogor:
Ghalia Indah. Tjiptono, F. 2002. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi.

Parasuraman, A., Valeria A. Zeithaml, and Leonard L. __________. 2000. Total Quality Management. Yogyakarta:
Berry. 1985. A Conceptual Model of Service Quality Andi.
and Its Implications For Future Research. Journal
Widayat & Amirullah. 2002. Riset Bisnis. Jakarta: Graha
of Marketing Vol. 49 (Fall), PP 41-50.
Ilmu
Pawitra, T. 1993. Kepuasan Pelanggan Sebagai
Zeithaml, Valerie, A., Bitner, M.J. 2003. Service Marketing.
Keunggulan Daya Saing Konsep, Pengukuran dan
The Mc-Graw Hill Companies, Inc. New York.

| 717 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus Oktober 2010, hal. 718 – 725
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

THE INFLUENCE OF PERSONALITY, FAMILY, HUMAN CAPITAL


OF THE BANK MANAGER

Idayanti Nursyamsi S
Department of Management, Faculty of Economics, Hasanuddin University
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Makassar 90245

Abstract
Objective of the research was to analyze the variables of personality, family, and human capital of the bank
manager on banking sector in Makassar, particularly on the state banks. Performance of the bank manager was
analyzed using t-test to analyze the different comparison of the workforces in banking organization, male and
female managers. Furthermore, it described that the research used 102 bank managers from 5 banks in Makassar.
Result of the research made different contribution between male and female managers and human capital
variable give fact that female managers are comparable to the male managers.
Key words: personality, family, human capital gender

Gender discrimination has still prevailed in dif- tant part of the development strategies, which
ferent aspects of life in the world, even much strive for developing all people, both man and
progress in gender equality has occurred for the woman. In order to get out of poverty and im-
last decades. Properties and discrimination are prove standard of living, White (2010) describes
diverse in various countries and regions. None of that Moslem, particularly the women, in
the developing countries apply such equality be- Bangladesh have capabilities to explore their abili-
tween man and woman in having rights for law, ties in gender political side as well as in political
social, and economy. Such gender gap has spread sector, to greater extent and more experienced.
out, for instance, in getting access to and control Different workforces will create better
over the resources, economy chance, authority, and work opportunities between men and women, as
political rights. well as the managers in recognizing the existing
Therefore, gender equality becomes the ba- threat, with their capabilities and expertise in prob-
sic issue of development. Equality will increase lem-solving and decision-making processes. Study
capability of the country to develop, diminish pov- on the role of the female managers showed posi-
erty, and run the governing effectively. For that tive relation to the organization performance. The
reason, increasing gender equality is the impor- dimensions include background of education and

Korespondensi dengan Penulis:


Id ay an t i Nu r sy am si S: Tlp./Fax. + 62 411 587 218
E-mail : jurkubank@yahoo.com

| 718 |
The Influence of Personality, Family, Human Capital of The Bank Manager
Idayanti Nursyamsi S

functional background toward capability of the stimulus to organize behavior and direct to a given
company to innovate and improve its performance direction. It is a way taken by someone in response
as a whole (Bantel & Jackson, 1989; Hambrick et to a situation or how to take preferable action over
al., 1996). specific situation or person. Personality is deeply
View of gender was proposed by Handayani rooted in the individual, describing behavior in
& Sugiarti (2006), who described about gender facing diverse situation, which might not change
inequalities that manifested in various forms of drastically in a short time, as well as making one-
injustice, for example; (1) subordination, in which self different with others.
this opinion implies that women are not impor- Further review about the bank manager, the
tant to get involved in political decision-making more important thing to be reviewed is the family
process; (2) marginalization concept as gender-in- of each bank manager. So that it can be under-
justice process in economy sector, governmental stood that responsibility of the family would sup-
policy, faith, and knowledge assumption; (3) more port the career progress of the bank manager. In
work load; (4) discrimination against women po- Rahmatia (2004) suggested that the important role
sition in organization. of family as observed by the previous research-
Human Resources are the most important ers, for instance, Liff & Ward (2001) and Still (1997),
assets of a company or organization. Employees gave contribution about how empower women in
would have greater potencies if they are managed organization, particularly which related to the
properly and correctly, but in contrast, they would banking organization and other industries
become the burden if they are not well-managed. (Greenhaus & Parasuraman, 1999; Griffith & Mac
Qualified Human Resources will become the Bridge King, 1998; Ragins & Sundstrom, 1989;
power for the management and support the per- Swiss, 1996). Responsibility for family will keep
formance of a company or organization in order existed and dominate the women (Greenhaus &
to achieve the goals. Concerning with the problem, Parasuraman, 1999; Hochschild, 1997). Such re-
human resources management plays important sponsibilities depend on the required time and
role in a company or organization and it becomes how to set aside the time (Greenhaus & Parasu-
the internal power in competing with other com- raman, 1999). It was supported by Korabik & Rosin
petitors. Pfeffer in Herlina (1998) stated that in (1995) who found out that woman who has chil-
some companies, competitive superiority could be dren and works lesser than woman who has no
achieved by not only depended on technology, children. A number of women in senior position
patent right as well as strategic position, but also have married and have children (Griffith & Mac
more emphasized on how the company manage Bridge King, 1998; Wirth, 2001). It is possible for
its Human Resources. Heterogeneity (different woman to reach success by combining family and
workforces) in characteristics of the organization career (Wolcott & Glezer, 1995).
team occurs in managing the Human Resources Managers on top management require spe-
(Hambrick, et al., 1996). cific knowledge and expertise as attached in the
Review about manager could not be taken theory of human capital, which described that in-
off the manager’s personality, both man and vestment on knowledge and expertise will make
woman. A research on personality is an interest- more profits (Becker, 1993). Education, training
ing thing. Everyone has his/her own personality and development are factors, which could increase
pattern and different quality as well as quantity. productivity. All factors, which could improve in-
Parkinson (2004) suggested that personality is a dividual knowledge and expertise, are human capi-

| 719 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus Oktober 2010: 718 – 725

tal including investment accumulation such as edu- METHOD


cational activities, job training, and migration.
Description about population of the research,
Furthermore, the banking sector in Makassar male and female managers who work in banking
has 61 banks, which divided into State General sector, is given. Numbers of male and female man-
Banks, South Sulawesi Bank, National-Private Ge- agers were 161 and 66, respectively. It showed that
neral Bank, Syariah General Bank, BPR Conven- population of male managers in banking was
tional, and BPR Syariah as described in Table 1. greater than female managers. Positions of these
managers are spread over on cash/unit manager,
Table 1. Types of Bank in Makassar in October 2006 departmental manager, division manager, and
Name of Bank Numbers branch manager.
State General Bank 4
Method in taking the sample was multi stage
Regional Development Bank 1
National-Private General Bank 20 random sampling, in which technique in taking the
Syariah General Bank 6 sample through several steps (Sigit, 2002). Steps
BPR Conventional 23
in taking the samples are as follow :
BPR Syariah 7
Total 61 Numbers of population on the chosen-five
Source : Bank of Indonesia, Makassar, 2006 banking sector were 227 managers. By consider-
ing that the numbers of population were known,
the used sample could be referred to Slovin’s for-
Diverse phenomena as described above
mula. Slovin’s formula was quoted from Umar
showed that the complex problems in banking sec-
(2004) as follow :
tor in improving the performance, particularly at
the managerial level of human resources. Refer- N
n
ring to diverse theoretical review and phenom- 1  N e 2
ena as described above, some formulations of the Notes :
problem include whether difference between male n = Number of samples
managers and female managers has been observed N = Number of population
e = Percentage of inaccurate allowance (precision) due to
from personality, family, and human capital vari-
mistake in taking the sample is still tolerable
ables in banking sector in Makassar.
Objective of the research was to analyze dif-
Number of sample for male manager is :
ference between male and female managers by
comparing personality, family, and human capital 161
n  61.68  62
variables. 1  1610.10 2

HYPOTHESIS Number of sample for female manager is :


It is supposed that some differences existed 66
n  39.38  40
between male and female managers as viewed 1  660.10 2
from personality, family, and human capital vari-
ables in banking sector in Makassar.
Therefore, number of samples in the research
was 102 managers.

| 720 |
The Influence of Personality, Family, Human Capital of The Bank Manager
Idayanti Nursyamsi S

Technique of Analysis  Consciousness is the personality dimen-


sion, which refers to someone who is
Difference test of t-test is used to determine
considered responsible, reliable, dili-
whether these two-unrelated samples have differ-
gent, and achievement-oriented.
ent average. Difference test of t-test applied by
comparing difference between both average val-  Emotional Stability is the personality di-
ues with the standard error from the average dif- mension, which refers to someone who
ference of the two samples, which can be expressed is able to sustain stress, cool, has self-
as follow : confidence, and feels secure.
 Openness to Experience is the personal-
Average of the first sample – average of the second sample ity dimension, which refers to someone
t =
Standard error for average difference of the two samples who is considered imaginative, fond of
something new, sensitive, and intellec-
tual.
Standard error of difference in average val-
ues has been distributed normally. So, objective
of such difference test of t-test is comparing aver- Family factors include responsibility of the
age of these two-unrelated groups. Do these two bank manager for his/her family members. This
groups have the same average values or different definition was suggested by Engel, Blackwell, and
values significantly (Gozali, 2006). Analysis of the Miniard (1994). Family motivated the manager to
difference test (t-test) was applied in this research strive for fulfilling necessities of his/her family.
to describe differences between male and female Indicators for measuring family variables, which
managers who work in banking sector in Makassar. include support from his/her couple, job priority,
Differences are needed to be seen from personal- family’s priority, responsibility for their children,
ity, family, and human capital variables. and age of their children.
Human Capital is capabilities of the bank
Operational of the Variables manager, which include education, experience,
training, and development. All of these are invest-
Personality is capability of the bank man- ment over knowledge and expertise that would
ager to act and interact with others in doing his/ be beneficial for the human themselves (Becker,
her jobs. Personality is usually measured using 1975; 1996; Kicker, 1996; Madsen, Neergaard,
Myres Briggs Type Indicator (MBTI). According Ulhoi, 2003). The higher human capital of the man-
to the description above, this research measure the ager, the better success of career he/she will get.
personality using five indicators, such as :
 Extraversion is the personality dimen-
RESULT
sion, which refers to someone who is
considered friendly, talkative and firm, In looking for the answers over the proposed
as well as associable. hypothesis, difference test analysis between male
 Agreeableness is the personality dimen- and female managers was conducted, which was
sion, which refers to someone who is adopted from five-observed state banks in
considered cooperative, kind-hearted, Makassar. This research examined 40 female mana-
warm-hearted, and trustworthy. gers and 62 male managers. The researcher con-
ducted difference test in order to find out any sig-
nificant difference between male and female man-

| 721 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus Oktober 2010: 718 – 725

agers toward the observed variables based on per- Based on Table 3 above, it showed that out
sonality, family, and human capital factors. Result of 5 indicators, 2 indicators were insignificant and
of such test on five indicators of personality is 3 indicators were significant, which had signifi-
given in Table 2. cant level of 0.1. This showed absolute difference
Based on Table 2 above, it showed that out of the family variable for couple’s support indica-
of 5 indicators, 4 indicators were insignificant and tor between male and female managers as seen
1 indicator was significant, which had significant from the mean values of each indicator, but out of
level of 0.1. This showed absolute personality diffe- these 5 indicators, three indicators were signifi-
rence between male and female managers. It can cantly different, such as couple’s support, family
be seen from the mean values of each indicator, priority, and responsibility for children. These
but out of these 5 indicators, there was only one were shown by higher values of the t-count than
indicator, which was significantly different, the t-table or the significance value was lower than
emotional stability indicator. It was shown by 0.05. This result showed that the couple’s support
higher values of the t-count than t-table or the signifi- is really required by the manager. While for fam-
cance value was lower than 0.05. It showed different ily priority, female managers gave priority to fam-
emotional stability between male and female manag- ily indicator in comparison with male managers,
ers. Male managers could sustain stress, stay calm, while for responsibility for the children, male
and self-confidence, better than female managers. managers were reliable for the household, there-
fore, they assumed greater responsibilities than
Result of the difference test on five indica-
female managers.
tors of family is given in Table 3.
Table 2. Difference Test on Personality between Male and Female Managers
Male Female
Indicator Manager Manager t-count Sig Description
n Mean Mean n
Extraversion 62 4.24 4.20 40 -0.364 0.717 Insignificant
Agreeableness 62 4.35 4.53 40 1.608 0.112 Insignificant
Consciousness 62 4.15 4.15 40 0.036 0.971 Insignificant
Emotional Stability 62 3.95 4.25 40 2.286 0.025 Significant
Openness 62 3.98 3.95 40 -0.279 0.781 Insignificant
t-table = + 1.968

Table 3. Difference Test on Family Between Male and Female Managers

Male Female
Indicator Manager Manager t-count Sig Description
n Mean Mean n
Couple’s support 62 3.79 4.15 40 1.968 0.050 Significant
Family Priority 62 3.60 3.55 40 1.992 0.047 Significant
Job priority 62 3.77 4.00 40 1.325 0.189 Insignificant
Responsibility for 62 4.18 4.45 40 2.109 0.044 Significant
Children
Age of Child 62 3.68 3.83 40 0.934 0.353 Insignificant
t-table = + 1.968

| 722 |
The Influence of Personality, Family, Human Capital of The Bank Manager
Idayanti Nursyamsi S

Result of the difference test on five indica- Further explanation showed that male managers
tors of human capital is given in Table 4. are more calm, self-supporting, and more oriented
Based on Table 4 above, it showed that all to duties. But, due to having higher level of sensi-
indicators were insignificant difference. It showed tivity, female manager is usually able to recognize
that human variable indicator for both male and and motivate their employees, as well as work out
female managers were absolutely insignificant dif- a closer cooperation with their employees and tend
ference. This can be seen from mean values of each to be more democratic and participative in com-
indicator on human capital, as well as t-count and parison with male manager. It means that based
t-table values with the significance level of 0.05. on personality variable, both male and female
managers could achieve the best performance.
DISCUSSION Answer for hypothesis about difference of
family factor between male and female managers,
In response the hypothesis, which suggested which partially can be observed from result of the
any difference between male and female manag- difference test analysis. In family variable, there
ers in banking sector in Makassar as viewed from were 3 (three) significant differences between male
personality, family, and human capital variables and female managers. Related to the problem, dif-
of the bank managers in Makassar, therefore, it ferences were existed in indicator of couple’s sup-
can partially be observed from previous result of port, family priority, and responsibility for chil-
difference test analysis. dren. Based on result of difference test analysis
Based on result of the difference test analy- for the couple’s support showed significant dif-
sis, it showed that personality indicator of both ference between male and female managers (t-
male and female manager implied significant in- count > t-table) or the significant value is lower
fluence on the emotional stability indicator. But, than 0.05. According to the culture, male manager
for personality indicators of extraversion, agree- has to make a living for his family due to the re-
ableness, consciousness, and openness to experi- sponsible fall on him. While, female manager is
ence, it didn’t show any significant differences assumed as complement of the family. In general,
between male and female managers, as seen from female manager plays her role as spouse. Based
4 indicators and only 1 indicator that showed sig- on result of difference test analysis, it proved that
nificant difference for emotional stability. The dif- female manager requires more supports from her
ference was on personality of the female manag- couple in order to develop her career due to the
ers, who are more sensitive and rely on feeling, as marriage status.
well as more oriented to outcomes (SWA, 2006).

Table 4. Difference Test on Human Capital between Male and Female Managers
Male Female
Indicator Manager Manager t-count Sig Description
n Mean Mean n
Education 62 2.71 2.70 40 -0.069 0.945 Insignificant
Training 62 4.15 4.03 40 -0.769 0.444 Insignificant
Experience 62 4.24 4.33 40 0.598 0.548 Insignificant
Development 62 4.21 4.23 40 0.111 0.913 Insignificant

t-table = + 1.968

| 723 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus Oktober 2010: 718 – 725

Answer for hypothesis about difference of higher career. Therefore, it is expected to elimi-
human capital between male and female manag- nate discrimination for male and female managers
ers, which partially can be observed from result in developing their careers.
of the difference test analysis. Based on result of
the analysis, it did not show any significant dif- CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS
ference between male and female managers. It can
be seen from the significance value of 0.05, mean Conclusions
value of each indicator, as well as t-count and t- This research contributed insignificant dif-
table values. Related to the problem, however, ference between male and female managers in
result of the analysis showed insignificant differ- doing their jobs, but each of them indicated that
ences for education, training, experience, and de- both male and female managers have deserved for
velopment indicators between male and female leader position.
managers. This research proved that both male and fe-
For education indicator, it proved insignifi- male managers concern with their families. In par-
cant difference between male and female manag- ticular, female manager plays multi-roles by bal-
ers. It means that based on the education indica- ancing career and family factors.
tor, both male and female managers have compa- Based on human capital factor, there was
rable qualification and competence. These were not insignificant difference between male and female
only for education indicator, but the training in- managers. It means that both male and female
dicator as well. It means that based on the train- managers work better.
ing indicator, both male and female managers have
comparable qualification and competence. Besides
that they are able to make decision and solve the
Suggestions
problem effectively, as well as do the jobs. Also, This research proved that both male and fe-
experience indicator showed insignificant differ- male managers should have specific personalities,
ence between male and female managers. It means which conform to the job scope as required in the
that based on the experience indicator, both male banking sector, such as creative and artistic in
and female managers have comparable qualifica- doing their jobs, intellect, and competent in mak-
tion and competence, as shown by relatively longer ing decision.
working period, so that their capabilities to adapt This research showed that family indicator
to changes and develop the company will be bet- has positive and significant influence on the suc-
ter developed, both for male and female manag- cess in career of the bank manager. Therefore, it
ers. The next indicator is development indicator, is suggested to the bank practitioners to be more
which showed insignificant difference between concerned and recognize their bank managers by
male and female managers. It means that based providing equal and greater opportunities to both
on the development indicator, both male and fe- male and female managers.
male managers have comparable qualification and
It is recommended to the banking practitio-
competence, as shown by their capabilities to de-
ners to affirm the career line as stated by the bank-
velop their skills, for instance, in speaking, listen-
ing management, so that male and female manag-
ing, writing, leading, motivating, attitude, and
ers of the banks will have clarity about their ca-
loyalty. Related to these, both male and female
reers.
manager have greater opportunity to achieve

| 724 |
The Influence of Personality, Family, Human Capital of The Bank Manager
Idayanti Nursyamsi S

REFERENCES Kicker, B.F. 1966. The Historical Roots Of The Concept Of


Human Capital. The Journal of Political Economy,
Bank Indonesia. 2006. Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Vol.74, No.5, pp.481-499.
Sulawesi Selatan. Makassar.
Madsen, H. 2003. Knowledge Intensive Entrepreneurship
Bantel, K. & Jackdon, S. 1989. Top Management and and Human Capital. Journal Of Small Business and
Innovations In Banking: Does The Composition Enterprise Development, Vol.10, No.4, pp.426-434.
Of The Top Team Make A Difference ? Strategy
Manage Journal, Vol.10, pp.107-124. Parker, S., Pascall, G., & Evetts, J. 1998. Jobs For The Girls
? Change and Continuity For Women In High
Becker, G.S. 1993. Human Capital. The University Of Street Bank. Women in Management Review, Vol.13,
Chicago Press, Chicago, IL. No.14, pp.156-161.
Engel, J. F., Blackwell, R.D., & Miniard, PW. 1994. Perilaku Parkinson, M. 2004. Personality Questionnaires. Memahami
Konsumen. Jilid 1. Edisi Keenam. Cetakan Pertama Kuesioner Kepribadian. PT. Tiga Serangkai. Solo.
Bina Rupa Aksara. Jakarta.
Rahmatia. 2004. Pola dan Efisiensi Konsumsi Wanita
Handayani & Sugiarti. 2006. Konsep dan Teknik Penelitian Pekerja Perkotaan Sulawesi Selatan Suatu Aplikasi
Gender. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. UPT. Model Rumah Tangga untuk Efek Human Capital
Universitas Muhammadiyah Malang. dan Sosial Capital. Disertasi. Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.
Hambrick, D.C. & Pettigrew, A. 2001. Upper Echelons :
Donald Hambrick On Executives and Strategy. SWA and Business Digest. Edisi April 2006.
Acad Manage Exec, Vol.15, No.3, pp.36-47.
White, S.C. 2010. Women’s Empowerment and Islam in
Hambrick, D.C., Cho, T.S., Chen, M.J. 1996. The Influence Bangladesh. Journal of Women’s Studies International
of Top Management Team Heterogeneity on Firm’s Forum. University of Bath. United Kingdom..
Competitive Moves. Adm Sci Q, Vol.41, pp.659-84.

| 725 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010, hal. 776 – 733
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

HUBUNGAN ANTARA BANK UMUM


DAN MICROFINANCE DALAM ALOKASI KREDIT
PADA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

Christian Herdinata
Program Studi International Business Management
Fakultas Ekonomi Universitas Ciputra Surabaya
Jl. Waterpark, Boulevard Citra Land 60216, Surabaya

Abstract
Small Medium Enterprises (SMEs) always complains the tightness of entrance (acceptability) looks for exter-
nal fund especially source of fund from banking. Economics report of Indonesia done by Indonesia Bank to note
that ratio LDR commercial bank in the year 2007 showing far number under 100 % that is 69,2 %, while ratio
LDR BPR more than 100 % that is 109,73 %. This thing express that public fund mustered by commercial
bank still remaining to be able to be channeled in credit, while BPR has gone beyond from fund which ought to
be channeled in the form of credit. This thing has given indication that already happened fails in allocation of
credit. Therefore, in this research based on review critical literature and idea is indicated happened because
business scale is determining pattern the relation of microfinance and function of intermediation experiences
fails in executing allocation of credit efficiently. Therefore, need to construct relation between commercial bank
and microfinance to SMEs in order not to invite asimetris of information so that allocation of credit becomes
efficient.
Key words: Small Medium Enterprises (SMEs), allocation of credit, ratio LDR

Berdasarkans laporan perekonomian Indonesia sebesar 109,73 persen. Hal ini mencerminkan bah-
yang dilakukan oleh Bank Indonesia mencatat wa dana masyarakat yang terhimpun masih belum
bahwa rasio LDR bank umum pada tahun 2007 me- mencukupi bila dibandingkan dengan permintaan
nunjukkan angka jauh di bawah 100 persen (<100%) jumlah kredit yang tinggi (Tabel 1). Hal ini me-
yaitu sebesar 69,2 persen. Hal ini mencerminkan nunjukkan bahwa sebenarnya BPR sebagai lembaga
bahwa bank umum hanya menyalurkan sebesar keuangan mikro (microfinance) membutuhkan dana
69,2 persen dari dana simpanan masyarakat yang yang besar untuk dapat disalurkan bagi UMKM
disalurkan untuk kredit (Tabel 1). Di sisi lain, rasio yang masih membutuhkan kredit dalam jumlah
LDR BPR lebih dari 100 persen (>100%) yaitu yang besar, padahal bank umum sebenarnya masih

Korespondensi dengan Penulis:


Ch r ist ian Herd in at a: Telp. + 62 31 745 1699, Faks. +62 31 745 1698
E-m ail: christ ian.herdinat a@ciput ra.ac.id

| 726 |
Hubungan antara Bank Umum & Microfinance dalam Alokasi Kredit ...
Christian Herdinata

memiliki 30,8 persen dana masyarakat yang tersisa. mengamati indikator kinerja bank umum dan BPR
Persoalannya saat ini, yaitu: mengapa dana yang selama tahun 2000-2007 tampak adanya gejala rasio
dimiliki oleh bank umum tidak disalurkan ke BPR LDR pada bank umum berada di bawah 100 persen,
yang masih membutuhkan dana untuk dapat sedangkan LDR pada BPR bertahan di atas 100
disalurkan ke UMKM. Selanjutnya, apabila persen (Tabel 1 dan Tabel 2). Hal ini menunjukkan

Tabel 1. Indikator Kinerja Bank Umum

Indikator Utama 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Total Asset (triliun Rp) 1.030,5 1.099,7 1.112,2 1.196,2 1.272,3 1.469,8 1.693,5 1.986,5

DPK (triliun Rp) 699,1 797,4 835,8 888,6 963,1 1.127,9 1.287,0 1.510,7

Kredit (triliun Rp) 320,5 358,6 410,3 477,2 595,1 730,2 832,9 1.045,7

LDR (kredit/DPK,%) 45,8 45,0 49,1 53,7 61,8 64,7 64,7 69,2

NII (triliun Rp) 2,9 3,1 4,0 3,2 6,3 6,2 7,7 8,9

ROA (%) 0,9 1,4 1,9 2,5 3,5 2,6 2,6 2,8

NPLs Gr oss (%) 18,8 12,1 8,1 8,2 5,8 8,3 7,0 4,6

NPLs Net (%) 5,8 3,6 2,1 3,0 1,7 4,8 3,6 1,9

CAR (%) 12,7 20,5 22,5 19,4 19,4 19,5 20,5 19,2

Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia, 2007

Tabel 2. Indikator Kinerja BPR

Indikator 2003 2004 2005 2006 2007

Jumlah BPR 2.141 2.158 2.009 1.880 1.817

Total Asset (miliar Rp) 12.635 16.707 20.393 23.045 27.741

DPK (miliar Rp) 8.868 11.161 13.178 15.771 18.719

Kredit (miliar Rp) 8.985 12.149 14.654 16.948 20.540

LDR (Kredit/DPK,%) 101,32 108,85 111,20 107,46 109,73

NPL Gross (%) 7,96 7,59 7,97 9,73 7,98

CAR (%) - - 19,34 19,50 23,38

Sumber: Laporan Perekonomian Indonesia, 2007

| 727 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 726 – 733

bahwa bank umum masih enggan menyalurkan Bank umum mempunyai peluang lebih
kreditnya ke sektor riil dan lebih suka menempat- besar dalam mencari dana dari berbagai sumber
kan dananya ke aset finansial seperti SBI (Sertifikat dibanding microfinance. Semakin besar skala usaha
Bank Indonesia) atau aset likuid lainnya, sekalipun maka semakin elastis permintaan dana (Sunarto,
dengan margin yang kecil atau bahkan sebagian 2002). Apabila terjadi peningkatan sedikit saja
margin negatif, yang penting aman. Fenomena ini beban dana (cost of fund) maka akan memberikan
memperlihatkan bahwa bank umum masih trauma dorongan bagi usaha skala besar mencari sumber
atas risiko kredit macet dan memilih mengambil dana alternatif yang lebih murah. Debitur yang
risiko kecil dengan konsekuensi keuntungan mengalami peningkatan usaha akan cenderung
rendah (low risk, low return). Maka persoalan yang pindah (switching) dari kreditor (bank) kecil ke
muncul, yaitu: apakah fungsi intermediasi bank kreditor (bank) besar. Gejala ini merupakan sesuatu
umum di Indonesia telah atau sedang menurun. yang wajar sebagai proses peningkatan status
usaha (graduation). Bilamana usaha besar telah
Skala Usaha Menentukan Pola Hubungan memperoleh reputasi tinggi selama proses seleksi
kredit dan terbuka peluang memperoleh dana
Microfinance dan Bank Umum
publik (misalnya: obligasi) dengan beban lebih
Bank Umum cenderung mengalokasikan murah dari beban dana dari kredit, maka usaha
kredit dalam jumlah yang besar kepada usaha besar akan menawarkan obligasi ke pasar modal.
menengah dan besar, sebaliknya microfinance Sementara itu, UMKM menghadapi hambatan
mengalokasikan kredit dalam jumlah yang besar dalam memperoleh berbagai sumber dana
kepada usaha kecil, mikro, dan menengah eksternal antara lain karena alasan klasik yaitu
(UMKM). Alasan utama hal ini terjadi karena kurang agunan, prosedur rumit, dan informasi
terkait dengan biaya transaksi (Sunarto, 2002). asimetris.
Bank umum berhadapan dengan skala ekonomis,
yaitu makin kecil plafon kredit yang disalurkan
Fungsi Intermediasi pada Persoalan
maka makin tinggi pula persentase biaya transaksi
Kegagalan Pasar Keuangan
atau semakin tidak efisien. Di sisi lain, bank umum
yang berskala nasional dan internasional dapat Kegagalan pasar keuangan terjadi bilamana
lebih mudah melakukan diversifikasi geografis gagal melaksanakan alokasi kredit secara efisien.
dalam hal sumber dana dan penyaluran kredit Pasar kredit dalam aktivitasnya menyimpang dari
dengan suku bunga yang relatif murah, sedangkan pasar kredit yang ideal dalam pasar persaingan
microfinance bersifat lokal dimana sulit melakukan sempurna karena hadirnya biaya transaksi,
diversifikasi geografis sehingga peluang mencari informasi asimetris, dan risiko finansial. Sejak
dana murah menjadi sulit dan cenderung Stiglitz & Weis (1981) menyampaikan kesimpulan
memberikan suku bunga yang lebih mahal bahwa informasi yang asimetris antara kreditor
(Sunarto, 2002). Oleh karena itu, microfinance harus (penyandang dana) dan debitur (peminjam)
mampu menciptakan keunggulan yang unik dalam menciptakan yang disebut penjatahan kredit (credit
hal kecepatan dan pelayanan dalam memberikan rationing), persoalan kegagalan pasar keuangan
informasi bagi UMKM. Hal ini dapat dicapai semakin menarik untuk diteliti. Penjatahan kredit
karena akses dengan UMKM sangat dekat yang berarti pemberian kredit lebih rendah dari
sehingga informasi dapat disampaikan dengan harapan UMKM dapat menyebabkan under-invest-
lebih cepat dan murah bila dibandingkan bank ment UMKM yang selanjutnya menghambat
umum (Ferry & Nessori, 2000). perkembangan UMKM. Peminjam potensial

| 728 |
Hubungan antara Bank Umum & Microfinance dalam Alokasi Kredit ...
Christian Herdinata

mungkin memiliki insentif untuk menyembu- aset tersebut terutama didorong oleh peningkatan
nyikan kemungkinan ingkar janji (understate their kredit sebesar 3,6 triliun (21,2 persen) menjadi Rp
default risk) pada saat alokasi kredit. Persoalan 20,5 triliun, sejalan dengan peningkatan DPK
credit rationing tidak akan menghambat perkem- sebesar Rp 2,9 triliun (18,7 persen) dapat dilihat
bangan UMKM jika dapat memperoleh dari sumber pada Tabel 2. Dengan perkembangan tersebut, LDR
dana lain. Microfinance merupakan salah satu BPR meningkat dari 107,5 persen menjadi 109,7
lembaga keuangan yang berperan penting dalam persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan LDR
alokasi kredit. Kofi Annan-The United Nations Bank Umum (Tabel 2). Permintaan kredit tetap me-
Secretary General mengatakan tentang microfinance ningkat meskipun suku bunga kredit yang dita-
sebagaimana dikutip (Wibisono, 2006) mengung- warkan relatif tinggi. Relatif tingginya cost of fund
kapkan bahwa microfinance has proved is value as yang harus ditanggung oleh BPR berdampak pada
weapon against poverty and hunger. It really can change tingginya suku bunga kredit BPR yang dikenakan
people live for the better especially the lives of those who kepada nasabah, yakni sebesar 22,7 persen per
need it most”. Gambar 1 menunjukkan gambaran tahun (sumber: Laporan Perekonomian Indonesia,
dari kegagalan pasar yang terjadi dalam micro- 2007). Namun faktor pertimbangan utama nasabah
finance (Wibisono, 2006). BPR untuk mengajukan kredit adalah pelayanan
dan kecepatan sehingga tingginya suku bunga
Perbandingan Alokasi Kebijakan Kredit bagi kredit tidak memengaruhi minat nasabah BPR. Di
sinilah letak permasalahan yang terjadi dimana na-
UMKM
sabah BPR yang mayoritas adalah UMKM meng-
Total aset BPR pada tahun 2007 meningkat hadapi pilihan yang sulit, yaitu di satu sisi ingin
4,7 triliun (20,4 persen) dari posisi tahun sebelum- memperoleh bunga kredit yang rendah tetapi tidak
nya menjadi Rp 27,7 triliun (Tabel 2). Peningkatan tersedia, di sisi lain mengharapkan mendapatkan

MFI have an incentive not to


Donor
monitor in order to save cost

Entrepreneurs privately
choose low return project to
enjoy private benefit Microfinance
Institution

Allocate the grand


or loan for their
business
Small (formal/informal)
Entrepreneurs local leader

Gambar 1. Market Failure in Microfinance

| 729 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 726 – 733

pelayanan dan kecepatan dalam penyaluran kredit, tersebut (Berry, et al. 2001). Usaha besar
tetapi dikenakan bunga yang tinggi. Sungguh mempunyai peluang mencari dana dari berbagai
tragis fenomena yang terjadi bagi UMKM yang ada sumber. Sementara itu, UMKM menghadapi
di Indonesia. Hal ini terjadi karena adanya infor- hambatan dalam memperoleh berbagai sumber
masi yang asimetris antara pemasok dana (pihak dana eksternal. Usaha kecil memiliki karakteristik
bank) dengan pemakai dana (UMKM) dan belum informasi yang samar-samar (Berger & Udell,
adanya kerjasama antara bank umum dan BPR 2000). UMKM jarang memiliki catatan historis yang
dalam kebijakan kredit bagi UMKM. konsisten (keuangan, pemasaran, dan produksi)
Upaya pengembangan UMKM mencakup dan juga tidak terbiasa membuat business plan. Per-
bantuan teknis, penyediaan informasi, dan soalan informasi asimetris terjadi antara UMKM
kegiatan penelitian. Bantuan teknis dilakukan dengan kreditor, sehingga kondisi ini membuat
dalam bentuk pelatihan kepada perbankan dan kreditor berpersepsi bidang usaha yang diajukan
Business Development Service Provider (BDSP), serta untuk dibiayai memiliki risiko tinggi dari yang
program pilot project pengembangan UMKM. Se- seharusnya. Oleh karena itu, kreditor tidak mampu
mentara itu, penyediaan informasi utama dilaku- membedakan antara debitur yang baik (honest) dan
kan melalui bazar intermediasi, seminar, talk show, debitur yang tidak baik (dishonest), yang berakibat
sosialisasi, dan uploading Sistem Informasi Pola pemberian kredit menjadi tidak optimal. Hal ini
Usaha Kecil (SIPUK) ke dalam Data dan Informasi membuat pemerintah campur tangan dalam ber-
Bisnis Indonesia (DIBI). Adapun kegiatan pene- bagai bentuk seperti program kredit atau kredit
litian yang telah dilakukan untuk menunjang pe- bersubsidi sebagai kebijakan kredit bagi UMKM
ngembangan UMKM, antara lain : (i) identifikasi untuk meningkatkan kemampuan usaha yang dija-
peraturan pemerintah daerah dan pemerintah lankan. Tetapi dalam pelaksanaannya justru kredit
pusat dalam rangka pengembangan UMKM; (ii) mengalir kepada kelompok yang kaya, sehingga
Identifikasi dan pengembangan produk unggulan akhirnya kurang mencapai pada sasaran kelompok
sektor UMKM; (iii) identifikasi pola pembiayaan usaha yang sesungguhnya membutuhkan kredit
usaha (lending model) yang berpotensi untuk tersebut.
dikembangkan; dan (iv) penyediaan data base
UMKM yang potensial untuk dibiayai oleh bank
Membina Hubungan antara Bank dan UMKM
yang akan didiseminasikan melalui website (sumber:
Laporan Perekonomian Indonesia, 2007). Dari Relasi bank didefinisikan sebagai hubungan
semua program pengembangan UMKM melalui antara bank dan pelanggannya yang lebih luas dari
berbagai upaya yang dilakukan apakah telah men- sekadar transaksi keuangan yang ditawarkan
jawab kesulitan terhadap permasalahan kebijakan bank, baik produk simpanan (giro, tabungan, depo-
kredit bagi UMKM ? sito, dll) dan kredit serta jasa lainnya (Ongena &
Secara umum banyak penelitian empiris Smith, 2000). Relasi bank muncul karena interaksi
dengan orientasi pengembangan ilmu dan kebijak- terus menerus antara bank dengan kliennya mela-
an dalam bidang keuangan dan perbaikan selama lui transaksi tersebut. Dalam interaksi tersebut,
lebih dari tiga dekade terakhir berkesimpulan bah- bank menghimpun dan mempelajari informasi
wa UMKM senantiasa mengeluh untuk pintu ma- yang bersifat pribadi atau informasi yang belum
suk (aksesbilitas) mencari dana eksternal khusus- diketahui publik dari kliennya dan informasi ling-
nya sumber dana dari bank. Secara khusus bebe- kungan sekitar sehingga mempermudah untuk me-
rapa penelitian di Indonesia yang disebarluaskan ngetahui prospek usaha klien, aliran kas dan
secara internasional juga mendukung kesimpulan perilaku kliennya, khususnya tentang prospek

| 730 |
Hubungan antara Bank Umum & Microfinance dalam Alokasi Kredit ...
Christian Herdinata

pembayaran pinjamannya. Berger & Udell (2001) kondisi kesehatan usaha yang menurun (Elsas &
mengungkapkan keuntungan kedekatan relasi Krahnen, 1998). Selain itu, melalui relasi bank ada
bank dan kliennya untuk mengatasi masalah tambahan informasi yang baru dimana sebuah bank
asimetris yang secara potensial membawa kesa- dapat melakukan penyesuaian syarat-syarat kredit
lahan dalam alokasi kredit. Keunggulan informasi yang lebih lunak bilamana debitur membuktikan
yang dapat diperoleh dalam proses interaksi terse- kesediaan dan kemampuan memenuhi kewajiban
but berupa informasi yang bersifat kualitatif dari dalam jumlah dan waktu yang ditetapkan. Boot &
berbagai aspek perbankan dan lingkungan sekitar Thakor (2000) menunjukkan bahwa fleksibilitas
yang sulit diungkapkan melalui sarana informasi syarat kredit menyangkut suku bunga dan agunan
formal dalam organisasi bank, tetapi hal itu ber- dapat disesuaikan dengan kondisi yang lebih baik
beda dengan pengertian kolusi bank dan kliennya pada saat bank dapat melihat kemajuan usaha debi-
yang mempunyai implikasi negatif. tur atau nasabah.
Hubungan yang terbina dengan pihak bank
mempunyai peran yang spesial dalam menciptakan Grameen Bank: Sebuah Model dari
manfaat bagi nasabah. Hubungan yang terbina Permodalan di Bangladesh
dengan baik akan mengungkapkan informasi yang
positif. Studi sejumlah peristiwa atau event stud- Muhamad Yunus, pendiri Grameen Bank
ies” yang dijelaskan oleh Ongena & Smith (2000) (GB) berkata suatu hari kata pelopor perkreditan
tentang pengumuman kredit dari bank mengung- untuk rakyat kecil ini, cucu-cucu kita harus pergi
kapkan informasi positif bagi investor perusahaan ke museum untuk melihat seperti apa kemiskinan
yang tercatat di pasar modal. Dalam hal ini bank itu. Grameen Bank telah menyalurkan kredit
memiliki peran penting dalam mengungkapkan sebesar US$ 5,72 miliar kepada 6,6 juta rakyat
informasi atau inside information bagi perusahaan miskin di Bangladesh dan menjangkau 70 ribu desa
publik. Bank berperan sebagaimana orang dalam (sumber: Tempo 23/7/2008). Grameen Bank
yang bisa melihat “isi perut” usaha debitur yang didirikan pada tahun 1974 untuk melawan arus
tidak bisa diamati publik. Dengan demikian bank bank konvensional: kredit tanpa agunan. Kelom-
memiliki peranan dalam mengatasi masalah infor- pok sasaran GB adalah penduduk termiskin dan
masi asimetris yang membuat harga saham peru- buta huruf yang landless. Muhamad Yunus melalui
sahaan publik cenderung berada di harga yang GB memberikan kredit dan membimbing agar
wajar. kredit tersebut dapat dikembalikan bahkan sampai
uang kredit itu dapat berputar untuk membantu
Nasabah membangun reputasi (nama baik)
penduduk miskin lainnya. Ia meniru modus para
melalui kredit yang berulang-ulang (repeated loan)
pelepas uang (rentenir) yaitu mengakomodasi
yang diikuti dengan pemenuhan kewajiban mem-
debitur dengan sistem door to door dalam menjaring
bayar kepada pihak bank dengan baik dan hal ini
nasabah dan punya fleksibilitas yang tinggi dalam
telah meningkatkan posisi nama baik nasabah
operasinya (tidak birokratis).
seperti yang dituturkan Rondriquez (2000) dalam
kajian teori empiris. Di sisi lain, manfaat relasi Fleksibilitas semacam ini diperlukan di Bang-
dengan bank yaitu untuk kepentingan jangka pan- ladesh dimana 67 persen penduduknya buta huruf.
jang, dimana penyertaan bank pada perusahaan Kredit tanpa agunan memiliki risiko tinggi, oleh
debitur mengurangi berbagai kendala keuangan karena itu GB mematok suku bunga sama dengan
perusahaan karena bank lebih mudah menye- pasar. Berbeda dengan rentenir yang dominan
diakan likuiditas (Gonzales, 2000). Bank masih mau memberi kredit konsumtif dan ekspansif, tetapi
memberikan kredit kepada klien sekalipun dalam GB tidak ekspansif dan hanya mengenal tiga jenis

| 731 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 726 – 733

kredit, antara lain: kredit untuk menciptakan BPR agar tercipta sinergi untuk memberikan solusi
pendapatan produktif, kredit membangun rumah, terbaik bagi akses alokasi kredit bagi UMKM.
dan kredit musiman untuk tanaman musiman. Informasi asimetris yang terjadi antara pihak bank
Plafon kredit setiap peminjam tetap dijaga yaitu dan UMKM dalam pola hubungan alokasi kredit
terendah senilai 50 taka (>US $ 1) dan tertinggi 60 memerlukan adanya relasi bank dengan UMKM.
ribu taka (US $ 1.500) (sumber: Tempo 23/7/2008). Hal ini dapat terjadi melalui interaksi yang terus
Angka-angka ini menunjukkan komitmen GB pada menerus antara bank dengan kliennya. Dalam
penduduk miskin, selain itu menjaga praktik bank interaksi tersebut, bank menghimpun dan mem-
agar terhindar dari kredit macet. GB menanamkan pelajari informasi yang bersifat pribadi atau infor-
disiplin kepada para peminjam yang dibentuk per masi yang belum diketahui publik dari kliennya
kelompok, dimana jika ada anggota kelompok me- dan informasi lingkungan sekitar, sehingga mem-
nunggak, anggota kelompok lain ikut bertanggung permudah untuk mengetahui prospek usaha klien,
jawab sehingga kinerja salah satu anggota mem- aliran kas dan perilaku kliennya, khususnya tentang
bawa konsekuensi kredibilitas kelompok. Muha- prospek pembayaran pinjamannya. Kerjasama
mad Yunus tidak mengambil bentuk koperasi, teta- antara bank umum dan BPR dalam alokasi kredit
pi semangat berkoperasi mewarnai operasional bagi UMKM diperlukan karena di satu sisi BPR
GB, antara lain: terdapat anggota dan rapat anggo- telah memiliki relasi yang baik dengan para
ta, tanggung jawab dan ada rasa memiliki, keber- nasabah dalam hal ini UMKM tetapi masih keku-
samaan, loyalitas, serta demokrasi. Cara ini bisa rangan dana dalam penyaluran kreditnya, sedang-
menekan kredit macet hingga 2 persen. Dengan kan bank umum memiliki dana besar yang ter-
demikian, Muhamad Yunus berhasil memberdaya- kumpul dari masyarakat tetapi memiliki ketakutan
kan ekonomi rakyat yaitu Pertama, GB secara nyata terhadap alokasi kredit bagi UMKM sebagai impli-
meletakkan mekanisme demokrasi ekonomi secara kasi dari kredit yang macet. Oleh karena itu mutlak
riil. Ini diwujudkan dalam bentuk akses yang sama diperlukan sinergi antara bank umum dan BPR
setiap orang terhadap kredit. Kedua, operasional sehingga dapat menjalankan fungsi dari perbankan
GB hidup dalam konteks sosial yang demokratis. sebagai lembaga intermediasi.
Ketiga, kelompok sasaran dibina intensif mulai dari
pengarahan tentang tanggung jawab kredit, cara DAFTAR PUSTAKA
pengembalian, beserta kewajiban pembayaran
Bank Indonesia. 2007. Perekonomian Indonesia.
bunga.
Berger & Udell. 2001. The Effect Market Size Structure on
Competition. The Case of Small Bank Lending.
PENUTUP
Boot, A.W. 2000. Relationship Banking: What Do We
UMKM menghadapi pilihan yang sulit, yaitu Know? Journal of Financial Intermediation, Vol.9,
di satu sisi ingin memperoleh bunga kredit yang pp.7-25.
rendah tetapi tidak tersedia, di sisi lain meng-
Elsas & Krahnen. 1998. Is Relationship Lending Special?
harapkan mendapatkan pelayanan dan kecepatan
Evidence from Credit-file Data in Germany. Journal
dalam penyaluran kredit, tetapi dikenakan bunga of Banking and Finance, Vol.22, pp.1283-1316.
yang tinggi. Hal ini terjadi karena adanya infor-
Ferry & Nessori. 2000. Bank-firm Relationships and
masi yang asimetris antara pemasok dana (pihak
Allocative Efficiency in North-Eastern and Central
bank) dengan pemakai dana (UMKM) dan di sisi Italy and The South. Journal of Banking and Finance,
lain belum ada kerja sama antar bank umum dan Vol.24, 1067-1095.

| 732 |
Hubungan antara Bank Umum & Microfinance dalam Alokasi Kredit ...
Christian Herdinata

Gonzales-Vega C. 2000. Innovative Approaches to Rural Institution In Indonesian. Univ. of Cologne


lending : Financiera Calpian in El Salvador. Ohio- Development Centre, Germany.
State University.
Sunarto, H. 2002. Relasi Bank: Mengatasi Kegagalan
Houston, J.F & Christopher, M. J. 2001. Do Relationships Alokasi Dana dalam Pengembangan UMKM.
Have Limuits? Banking Relationships, Financial Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Dian Ekonomi), Vol.VIII
Contraints, and Investment. Journal of Business, No.3.
Vol.74, No.3, pp.347-374.
Ongena & Smith. 2001. The Duration of Bank
Kashyap. 2000. What Do a Million Observations on Bank Relationships. Journal of Financial Economic, Vol.61,
Say About The transmission of Monetary Policy? pp.449-475.
American Economic Review, Vol.9, pp.407-428.
Petersen, M.A. & Rajan, R.G. 1999. The Benedit of
Rondriquez-Meza, J.L. 2000. Group and Individual Micro Lending Relationships: Evidence from Small
credit Contracts: A Dynamic Numerical Analisis. Ohio Business Data. Journal of Finance, Vol.49,pp.3-37.
State University.
Wibisono, 2006. Lending Group and The Truts of Telling
Seibel & Parhusip. 1998. Attaining Outreach with In Micro Finance. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,Vol.9,
Sustainability: A Case Study of a Private Microfinance No.1.

| 733 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010, hal. 734 – 744
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

PENILAIAN KINERJA BANK BERDASARKAN


PRINSIP KEHATIAN-HATIAN

Nur Ida Iriani


Jurusan Manajemen Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Jl. Telaga Warna Block C Malang

Abstract
This research included a qualitative descriptive study. The study focused on the financial data. Bank Danamon
in three-years period of 2006 until 2008. Based on the survey results revealed that the level of liquidity as
shown by the PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. during the period of 2006-2008 were on a healthy liquidity
criteria. This was shown in the LDR growth rate under the maximum limit set by Bank Indonesia amount to
110%. While the level of solvency as shown by the PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. during the period of
2006-2008 decreased. CAR level always down to show the weak ability of solvency from 2006 until 2008.
However, the level of CAR, which was owned. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Was still higher than the
minimum requirements set by Bank Indonesia amounting to 8%. The Quality of Productive Assets owned by
PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. NPEA and evaluated from the NPL during the period of 2006-2008 was
above average of BUSND. This showed the efforts of PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. in implementing
prudential banking (precautionary principle) had been done well.
Key words: bank performance, prudential banking

Pertengahan tahun 1990 sistem finansial di Indo- bank bermasalah tersebut antara lain: Bank Andro-
nesia telah didominasi oleh sektor perbankan. De- meda, Bank Amrico, Bank Astria Raya, Bank Citra,
regulasi perbankan pada waktu itu, telah mengu- dan lain-lain. Namun tindakan likuidasi yang dila-
rangi pangsa pasar bank-bank pemerintah menja- kukan terhadap bank swasta tidak berhenti sampai
dikan bank swasta nasional memiliki prospek lebih di situ, pada pertengahan April 1998 pemerintah
dalam meningkatkan akumulasi kekayaan melalui kembali menghentikan operasi tujuh bank yang
penyaluran kredit dan penghimpunan dana dari kinerjanya dinilai kurang baik dan menempatkan
masyarakat. Komposisi penguasaan pasar berubah tujuh bank lainnya di bawah pengawasan BPPN
begitu memasuki tahun 1998, menyusul dikeluar- (Tarmidzi, 2003).
kannya kebijakan pemerintah yang melikuidasi 16 Setelah dilakukan likuidasi terhadap bank-
bank swasta nasional pada bulan November tahun bank swasta nasional tersebut, kepercayaan ma-
1997 sebagai dampak dari krisis moneter. Bank- syarakat terhadap bank terutama swasta menjadi

Korespondensi dengan Penulis:


Nu r Id a Ir ian i: Telp. +62 341 565 500; Fax. +62 341 565 522
E-mail: nurida_unit ri@yahoo.com

| 734 |
Penilaian Kinerja Bank Berdasarkan Prinsip Kehatian-Hatian
Nur Ida Iriani

menurun drastis, hal ini diindikasikan dari penarik- tial banking regulation yang mengisyaratkan akan
an dana masyarakat secara besar-besaran (bank pengelolaan keuangan perbankan yang sehat.
rush) utamanya dari bank swasta nasional. Akibat Kinerja merupakan hal penting yang harus
dari pemindahan dana tersebut, maka pada per- dicapai, karena kinerja merupakan cerminan dari
tengahan 1998 dan 1999 pangsa pasar bank swasta kemampuan bank dalam mengelola dan mengalo-
nasional mengalami penurunan hingga 41% dan kasikan sumber dayanya. Sedangkan prinsip
39%. Sementara itu dalam pada periode yang sama, kehati-hatian adalah salah satu asas terpenting
bank pemerintah justru mengalami kenaikan men- yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank
jadi 47% dan 48% sekaligus memimpin dalam hal dalam menjalankan kegiatan usahanya yang men-
penguasaan pangsa pasar dana, hal ini disebabkan cakup aspek likuiditas, rentabilitas, dan solva-
karena kecenderungan pemindahan dana masya- bilitas, serta kualitas aset dan kecukupan modal
rakat dari bank swasta ke bank milik pemerintah. yang nantinya bisa dijadikan penilaian terhadap
Di sisi lain, meski menghadapi tekanan aki- kinerja suatu bank. Prudential banking merupakan
bat krisis global yang dampaknya semakin meluas, suatu prinsip yang tidak boleh terpisahkan dalam
kinerja perbankan sepanjang tahun 2008 justru upaya suatu bank untuk mengelola sumber daya-
relatif stabil. Meningkatnya fungsi pengawasan nya yang nantinya diharapkan menghasilkan suatu
dan kerjasama dengan otoritas terkait yang bentuk kinerja yang baik dan tentunya secara kon-
disertai dengan penerbitan peraturan oleh Bank sisten.
Indonesia dan pemerintah cukup efektif menjaga Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
ketahanan perbankan dari implikasi negatif dari perkembangan kinerja keuangan dan menilai
gejolak pasar keuangan tersebut. Perbankan ber- kinerja Bank Danamon apakah telah merefleksikan
hasil meningkatkan fungsi intermediasinya dan prinsip kehati-hatian sebagaimana yang telah
melaksanakan proses konsolidasi perbankan disyaratkan.
dengan hasil yang positif (laporan pengawasan
perbankan).
METODE
Bank merupakan suatu lembaga yang berpe-
ran sebagai perantara keuangan antara pihak yang Studi ini merupakan rangkuman dari suatu
memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak penelitian deskriptif kualitatif dengan objek pene-
yang memerlukan dana (deficit unit) serta sebagai litian berupa laporan keuangan tahunan Bank Dana-
lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas mon, yang difokuskan pada periode 2006–2008.
pembayaran. Bank juga mempunyai peranan seba- Pengumpulan data dilakukan melalui teknik doku-
gai pelaksana kebijakan moneter dan pencapaian mentasi. Analisis data dalam penelitian ini dilaku-
stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan kan dalam beberapa tahap yaitu: pertama, melaku-
perbankan yang sehat, transparan dan dapat kan analisis kinerja keuangan bank dengan meng-
dipertanggungjawabkan. gunakan analisis rasio keuangan pada laporan
keuangan PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, sela-
Tujuan fundamental bisnis perbankan adalah
ma periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.
memperoleh keuntungan optimal dengan jalan
Teknik-teknik perhitungan rasio yang digunakan
memberikan layanan jasa keuangan kepada masya-
dalam analisis keuangan bank dimaksudkan untuk
rakat. Untuk itu penting bagi setiap bank untuk
mengetahui hubungan timbal balik yang ada
senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat
antara bank assets, bank liabilities, dan bank capital
dengan selalu menunjukkan kinerja yang baik, ter-
yang selanjutnya untuk mengetahui tingkat likui-
utama dengan tetap memenuhi ketentuan pruden-
ditas, rentabilitas, dan solvabilitas dari suatu bank.

| 735 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 734 – 744

Indikator tersebut sangat diperlukan bagi berbagai Kredit


LDR  x 100%
pihak yang berkepentingan terhadap bank yang Dana Pihak Ketiga
bersangkutan dalam keputusan-keputusan yang
akan diambilnya (Mulyono, 1999). Adapun jenis-
jenis analisis rasio keuangan perbankan yang digu- LAR adalah rasio yang digunakan untuk
nakan meliputi: pertama, analisis rasio likuiditas mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjuk-
adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui kan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban- kredit dengan menggunakan total asset yang dimi-
kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang liki bank (Dendawijaya, 2005). Dengan kata lain,
sudah jatuh tempo dengan menggunakan aktiva rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar
lancar yang tersedia (Sunarti, 2008). Suatu bank kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan
dikatakan likuid jika bank yang bersangkutan besarnya total aset yang dimiliki bank. Rasio ini
dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat dapat dirumuskan dengan:
membayar kembali dana yang telah yang telah Jumlah Kredit yang Diberikan
LAR  x 100%
dihimpun dari para deposannya, serta dapat me- Jumlah Asset
menuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa
terjadi adanya penangguhan (Mulyono, 1999).
Rasio likuiditas yang digunakan dalam menilai Kedua, analisis rasio rentabilitas, yaitu suatu
kinerja bank meliputi: quick ratio, loan to deposit ra- rasio yang digunakan untuk menganalisis atau
tio (LDR), dan loan to asset ratio (LAR). mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas
yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Den-
Quick Ratio, yaitu rasio yang menunjukkan
dawijaya, 2005). Rasio rentabilitas meliputi: return
kemampuan bank untuk membayar kembali sim-
on assets (ROA), return on equity (ROE), beban ope-
panan para deposannya dengan alat-alat paling
rasional pendapatan operasional (BOPO), dan net
likuid yang dimiliki oleh suatu bank (Mulyono,
profit margin (NPM).
1999). Rasio ini dirumuskan dengan persamaan:
ROA merupakan rasio profitabilitas yang
Cash Asset menunjukkan perbandingan antara laba dengan
Quick Ratio  x 100%
Total Deposit total aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efi-
siensi pengelolaan aset yang dilakukan bank
LDR yaitu rasio antara seluruh jumlah kredit (Riyadi, 2004). Rasio ini dirumuskan dengan:
yang diberikan bank dengan dana yang diterima Laba Sebelum Pajak
ROA  x 100%
oleh bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemam- Total Aktiva
puan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandal-
kan kredit yang diberikan sebagai sumber likui- ROE yaitu rasio yang menunjukkan perban-
ditasnya (Dendawijaya, 2005). Artinya, seberapa dingan antara laba bersih bank dengan modal
jauh kemampuan bank dalam memberikan kredit sendiri. Rasio ROE merupakan indikator yang amat
kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban penting bagi para pemegang saham dan calon in-
bank untuk segera memenuhi permintaan deposan vestor untuk mengukur kemampuan bank dalam
yang ingin menarik kembali uangnya yang telah memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan
digunakan bank untuk memberikan kredit. Rasio pembayaran dividen. Kenaikan dalam rasio ini ber-
ini dirumuskan dengan: arti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang
bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan

| 736 |
Penilaian Kinerja Bank Berdasarkan Prinsip Kehatian-Hatian
Nur Ida Iriani

menyebabkan kenaikan harga saham bank. Rasio DER adalah rasio yang digunakan untuk
ini dapat dirumuskan dengan: mengukur kemampuan bank dalam menutup seba-
gian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka pan-
Laba Bersih
ROE x 100% jang maupun jangka pendek dengan dana yang
Modal Sendiri
berasal dari modal bank sendiri (Dendawijaya,
2005). Rasio ini dapat digambarkan dengan per-
BOPO adalah rasio perbandingan antara samaan:
biaya operasional dengan pendapatan operasional.
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efek- Jumlah Utang
DER  x 100%
tivitas bank dalam menekan biaya operasional Jumlah Modal Sendiri
sebagai usaha optimalisasi pendapatan operasional
(Riyadi, 2004), rasio ini dapat diwakili dengan
Kualitas aktiva produktif adalah semua
persamaan:
aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki
Total Beban Operasional bank dengan maksud untuk memperoleh pengha-
BOPO  x100%
Total Pendapatan Operasional silan sesuai dengan fungsinya. Pengelolaan dana
dalam aktiva produktif merupakan sumber penda-
patan bank yang digunakan untuk membiayai ke-
NPM adalah rasio yang menggambarkan
seluruhan biaya operasional bank, termasuk biaya
tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank
tenaga kerja, dan biaya operasional lainnya. Kom-
dibandingkan dengan pendapatan yang diterima
ponen aktiva produktif menurut Dendawijaya
dari kegiatan operasionalnya (Dendawijaya, 2005).
(2005) terdiri atas kredit yang diberikan, penem-
Rasio ini dirumuskan dengan:
patan pada bank lain, surat-surat berharga, dan
Laba Bersih penyertaan modal. Rasio-rasio yang digunakan un-
NPM  x100%
Pendapatan Operasional tuk mengukur kualitas aktiva produktif yaitu:
Pertama, Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan
Ketiga, analisis rasio solvabilitas adalah (APYD) terhadap Aktiva Produktif, dimana sema-
analisis rasio yang digunakan untuk mengukur ke- kin kecil rasio ini maka akan semakin baik kualitas
mampuan bank dalam memenuhi kewajiban jang- aktiva produktif yang dimiliki oleh bank. Rasio
ka panjangnya atau kemampuan bank untuk merupakan perbandingan antara APYD dengan
memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likui- aktiva produktif. Kedua, Rasio pemenuhan penyi-
dasi (Dendawijaya, 2005). Rasio solvabilitas yang sihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yaitu
digunakan dalam menilai kinerja bank ini meliputi: rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen
capital adequacy ratio (CAR), debt to equity ratio bank dalam menentukan besarnya PPAP yang telah
(DER), earning asset (kualitas aktiva produktif), dan dibentuk (PPAPYD) terhadap PPAP yang wajib
non-performing loan (NPL). dibentuk (PPAPWD). Semakin besar rasio ini maka
memungkinan bank dalam kondisi bermasalah
CAR adalah rasio kinerja bank untuk meng-
semakin kecil karena semakin besar PPAP yang
ukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
telah dibentuk (PPAPYD) dari PPAP yang wajib
menunjang aktiva yang mengandung atau meng-
dibentuk (PPAPWD). Rasio ini merupakan perban-
hasilkan risiko (Sunarti, 2008). Rasio ini dapat diru-
dingan antara PPAYD dengan PPAPW. Ketiga,
muskan dengan:
rasio Aktiva Produktif Bermasalah (APB)/non per-
Modal forming earning assets (NPEA) yaitu rasio yang digu-
CAR  x 100%
Aktiva Tertimbang menurut Resiko nakan untuk menunjukkan kemampuan manajemen

| 737 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 734 – 744

bank dalam mengelola aktiva produktif ber- metode time series approach dan cross section approach.
masalah terhadap total aktiva produktif. Semakin Pendekatan time series dilakukan dengan memban-
tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas aktiva dingkan rasio keuangan Bank Danamon selama
produktif yang menyebabkan PPAP yang tersedia tiga periode berjalan yaitu tahun 2006 sampai
semakin besar maka kemungkinan suatu bank dengan tahun 2008. Sedangkan cross section approach
dalam kondisi bermasalah semakin besar. Aktiva dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan
produktif bermasalah adalah aktiva produktif selama periode berjalan dengan rata-rata Bank
dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan Umum Swasta Nasional (BUSN).
macet. Analisis rasio likuiditas menunjukkan bahwa:
Non performing loan (NPL) yaitu rasio yang Pertama, pada perhitungan quick ratio terhadap
digunakan untuk menunjukkan kemampuan mana- laporan keuangan tahunan PT. Bank Danamon In-
jemen bank dalam mengelola kredit bermasalah donesia, Tbk setiap tahunnya selalu mengalami pe-
yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini ningkatan. Hal ini ditunjukkan dari persentase
maka akan semakin buruk kualitas kredit bank quick ratio pada tahun 2006, di mana tingkat quick
yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah se- ratio mencapai 9,88% kemudian meningkat menjadi
makin besar maka kemungkinan suatu bank dalam 10,06% pada tahun 2007 dan meningkat lagi
kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam menjadi 14,36% pada tahun 2008. Adapun hasil
hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain.
Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas Tabel 1. Perhitungan Quick Ratio
Kurang lancar, Diragukan, dan Macet. Besarnya
rasio ini dapat dirumuskan dengan: Periode

Kredit Bermasalah Instrumen


NPL  x 100% 2006 20 07 2008
Total Kredit
Cash Assets
Kas 832.583 1 .237.518 4.161.520
Kedua, menilai kinerja bank dari hasil perhi- Giro pada BI 3.949.723 3 .976.039 2.820.413
Giro Pada Bank Lain
tungan analisis rasio keuangan bank. Ketiga, meni-
Rupiah 273.139 3 23.257 354.890
lai penerapan prinsip kehati-hatian (prudential bank- Valuta Asing 301.013 2 77.416 3.285.261
ing) melalui interpretasi dari hasil proses perban- Jumlah cash assets (1) 5.356.458 5 .814.230 10.622.08
4
dingan rasio keuangan pada PT. Bank Danamon Deposit
Indonesia Tbk, selama periode tahun 2006 sampai Giro
Rupiah 3.3 96.069 3 .923.019 4.678.786
dengan 2008. Keempat, memberikan solusi sebagai Valuta Asing 1.8 12.071 2 .671.697 2.215.236
langkah akhir dari prosedur penilaian kinerja Tab ungan
Rupiah 9.7 12.196 11 .395.097 11.937.66
dengan memahami masalah-masalah keuangan Valuta Asing - - 9
yang dihadapi oleh PT. Bank Danamon Indone- Simpanan 909.724
sia, Tbk. selama periode tahun 2006 sampai dengan Rupiah 32.7 01.939 32 .423.313
Valuta Asing 6.5 71.981 7 .390.739 47.051.39
2008. 7
7.176.266
Jumlah d eposit (II) 54.1 94.256 57 .803.865 73.969.07
HASIL 8
Quick ratio (I/II) x 9,88% 10,06% 14,36%
Hasil penelitian ini merupakan analisis terha- 100%)
dap objek penelitian, yang dilakukan dengan

| 738 |
Penilaian Kinerja Bank Berdasarkan Prinsip Kehatian-Hatian
Nur Ida Iriani

Kedua, pada perhitungan LDR menunjukkan katan sebesar 3,16%. Peningkatan ini dikarenakan
dalam tiga tahun berturut-turut mengalami per- semakin bertambahnya jumlah kredit yang dibe-
kembangan yang fluktuatif. Pada tahun dasar yaitu rikan hingga 26,58% dibandingkan tahun 2007.
tahun 2006 LDR bank mencapai 75,96%, kemudian Meskipun dari sisi aset telah menambah jumlah aset
pada tahun 2007 naik menjadi 88,81%, dan pada mencapai sekitar 107 triliun rupiah, namun pening-
tahun 2008 sedikit mengalami penurunan menjadi katan yang terjadi pada pos kredit sangat meme-
87,85%. ngaruhi kenaikan LDR pada tahun 2008. Adapun
Ketiga, pada perhitungan LAR, menunjuk- hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
kan bahwa tingkat LAR selalu mengalami pening- Selain dari sisi likuiditas, hasil penelitian beri-
katan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 LAR men- kutnya adalah dari sisi rasio rentabilitas. Adapun
capai 50,16%, kemudian meningkat sebesar 57,42% hasil rasio rentabilitas menunjukkan bahwa: perta-
pada tahun 2007 dan meningkat lagi sebesar ma, pada perhitungan ROA setiap tahunnya selalu
60,58% di tahun 2008. Kenaikan LAR pada tahun mengalami perkembangan yang cenderung fluk-
2007 disebabkan oleh peningkatan jumlah kredit tuatif (naik-turun). Pada tahun 2006 ROA sebesar
yang diberikan hingga sekitar 10 triliun rupiah 2,56%, kemudian pada tahun 2007 ROA mengalami
atau 24,71% dari periode sebelumnya. Pada tahun peningkatan sebesar 1,15%. Hal ini disebabkan
berikutnya tingkat LAR masih mengalami pening- oleh peningkatan total aktiva yang dimiliki sebesar
8,94%. Di samping itu, manajemen PT. Bank
Danamon Indonesia, Tbk. berhasil menghasilkan
Tabel 2. Perhitungan Loan to Deposit Ratio laba sebelum pajak penghasilan yang naik hingga

Periode
Instrumen
2006 2007 2008 Tabel 3. Perhitungan Loan to Asset Ratio
Kredit yang
diberikan 36.857.162 44.260.389 55.985.655 Periode
Instrumen
Rupiah 4.307.631 7.076.663 8.997.467 2006 2007 2008
Valuta Asing Kredit yang
Jumlah 41.164.793 51.337.05 64.983.122 diberikan: 36.857.162 55.985.655 7.076.663
Rupiah 44.260.389 4.307.631 8.997.467
Dana pihak Valuta Asing
ketiga Jumlah kredit 41.164.793 51.337.052 64.983.122
Giro 3.396.069 3.923.019 4.678.786 yang diberikan (I)
Rupiah 1.812.071 2.671.697 2.215.236 Jumlah Aset (II) 82.072.687 89.409.827 107.268.363
Valuta Asing LAR ((I/II) x 50,16% 57,42% 60,58%
Tabungan 9.712.196 11.395.097 11.937.669 100%)
Rupiah - - 909.724
Valuta Asing Tabel 4. Perhitungan Return on Assets
Simpanan 32.701.939 32.423.313 47.051.397
Rupiah 6.571.981 7.390.739 7.176.266 Periode
Valuta Asing Instrumen
2006 2007 2008
Jumlah dana 54.194.256 57.803.865 73.969.078
pihak ketiga Laba Sebelum Pajak 2.103.241 3.313.525 2.677.837
(II) Penghasilan (I)
LDR ((I/II) x 75,96% 88,81% 87,85% Total Aktiva (II) 82.072.687 89.409.827 107.268.363
100%) ROA ((I/II) x 100%) 2,56% 3,71% 2,50%

| 739 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 734 – 744

57,54% atau sekitar 1,2 triliun rupiah. Peningkatan rasional. Pada tahun 2007 tingkat BOPO mengalami
ROA sebesar 1,15% menunjukkan bahwa bank ber- penurunan sebesar 5,1% dari tahun 2006 menjadi
hasil meningkatkan profitabilitas menjadi 3,71% 75,40%. Penurunan ini disebabkan karena pening-
dari total aktiva yang dimiliki. Pada periode selan- katan pendapatan operasional lebih tinggi diban-
jutnya, yakni tahun 2008 tingkat perkembangan dingkan peningkatan beban operasional. Hal ini
ROA mengalami penurunan yang cukup signifikan, mengindikasikan bahwa bank telah mengoptimal-
bahkan tingkat ROA pada periode ini lebih rendah kan sumber dayanya secara efektif dan efisien.
daripada tahun dasar (tahun 2006). Tingkat ROA Kemudian pada tahun berikutnya, tingkat perkem-
pada tahun 2008 turun hingga 2,5%. Hal ini dikare- bangan BOPO lebih besar daripada tahun 2007.
nakan peningkatan total aktiva berbanding terbalik Apabila dicermati, yang menyebabkan BOPO naik
dengan total laba sebelum pajak penghasilan yang dibandingkan sebelumnya adalah meningkatnya
turun hingga 19,18% dari total laba sebelum pajak jumlah beban operasional hingga 37,93%, namun
yang dihasilkan pada tahun 2007. hal ini cukup wajar karena meskipun beban opera-
Kedua, pada perhitungan ROE menunjukkan sional meningkat tetap diimbangi dengan pening-
bahwa perkembangan ROE pada periode berjalan katan pendapatan operasional.
juga cenderung mengalami perkembangan yang Keempat, pada perhitungan NPM menunjuk-
fluktuatif. Pada tahun 2006 ROE mencapai 17,34%, kan peningkatan pada tahun 2007 yaitu sebesar
kemudian tahun 2007 mengalami peningkatan 4,53%. Peningkatan tersebut disebabkan karena pe-
sebesar 6,06%. Peningkatan ini disebabkan pening- ningkatan pendapatan operasional diiringi dengan
katan laba yang mencapai 56,45% pada tahun 2007. meningkatnya laba sebesar 56,45% atau sekitar 819
Hal ini mengindikasikan naiknya pendapatan divi- miliar rupiah. Kemudian pada tahun 2008 tingkat
den bagi setiap pemegang saham dan meningkat- rasio NPM mengalami penurunan sebesar 5,62%
nya kepercayaan masyarakat. Peningkatan ROE ini karena menurunnya perolehan laba sebesar 20,62%
juga memberi arti bahwa tingkat profitabilitas atau sekitar 467,9 miliar rupiah, meskipun pada
bank semakin baik, tetapi tingkat perkembangan pos pendapatan operasional mengalami pening-
ROE pada tahun 2008 justru mengalami penurunan.
Hal ini diakibatkan karena menurunnya perolehan
laba sebesar 20,62% atau sekitar 467,9 miliar ru- Tabel 6. Perhitungan BOPO
piah dari laba yang dihasilkan pada tahun 2007
(Tabel 5). Periode
Instrumen
Ketiga, pada analisis terhadap BOPO menun- 2006 2007 2008
jukkan bahwa pendapatan operasional terus me- Beban Operasional
ningkat seiring dengan meningkatnya beban ope- Jumlah beban bunga 5.758.518 5.662.297 6.841.478
Jumlah beban 4.193.949 4.861.386 7.674.346
operasional lainnya
Jumlah Beban 9.952.467 10.523.683 14.515.824
Tabel 5. Perhitungan Return on Equity Operasional (I)
Pendapatan Operasional
Periode Jumlah pendapatan 11.962.147 13.490.011 16.118.989
Instrumen bunga
2006 2007 2008 Jumlah pendapatan 401.432 466.111 822.896
operasional lainnya
Laba Setelah Pajak (I) 1.450.913 2.269.976 1.802.004 Jumlah Pendapatan 12.363.579 13.956.122 16.941.885
Modal Inti (II) 8.368.811 9.699.663 10.239.753 Operasional (II)
ROE ((I/II) x 100%) 17,34% 23,40% 17,60% BOPO ((I/II) x 100%) 80,50% 75,40% 85,68%

| 740 |
Penilaian Kinerja Bank Berdasarkan Prinsip Kehatian-Hatian
Nur Ida Iriani

katan sebesar 21,39% dibandingkan pendapatan nunjukkan perbandingan utang yang mencapai
tahun sebelumnya. delapan kali lipat dari modal inti yang dimiliki,
Selain dari sisi likuiditas dan rentabilitas, sehingga apabila hanya menggunakan modal inti
hasil penelitian ini juga mencakup analisis rasio dari saja untuk menutupi seluruh utangnya, jelas modal
sisi solvabilitas. Adapun hasil rasio solvabilitas me- inti yang dimiliki bank tidak akan cukup. Pada
nunjukkan bahwa: pertama, pada perhitungan CAR tahun 2007 DER mengalami penurunan sebesar
mengindikasikan bahwa perkembangan CAR menjadi 810,09%. Hasil ini menunjukkan adanya
selama tiga tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan tingkat solvabilitas. Pada tahun 2008
penurunan. Pada tahun 2007 CAR menurun sekitar DER kembali meningkat hingga 134,16% menjadi
1,23% dari tahun 2006. Kemudian pada tahun 2008 944,25%. Angka ini bahkan lebih besar daripada
CAR juga menurun mencapai 13,38%. Jadi selama tahun 2006. Peningkatan ini disebabkan oleh
tiga tahun terakhir pencapaian CAR tertinggi ter- peningkatan utang sebesar 23,05% tidak sebanding
dapat pada tahun 2006. dengan peningkatan jumlah modal inti bank yang
hanya 5,57%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
Kedua, pada perhitungan DER cenderung
tingkat solvabilitas menurun pada tahun 2008.
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada
tahun 2006 DER mencapai 867,87%. Angka ini me- Hasil penelitian terakhir adalah ditinjau dari
sisi penilaian kualitas aktiva produktif. Pertama,
penilaian terhadap rasio APYD terhadap aktiva
produktif, dengan semakin kecil rasio ini maka
Tabel 7. Perhitungan Net Profit Margin
akan semakin baik kualitas aktiva produktif yang
Periode dimiliki oleh bank. Rasio pada tahun 2006 dan 2007
PT. Bank Danamon
Indonesia 2006 2007 2008
menunjukkan angka yang masih di bawah rata-
rata BUSND. Pada tahun 2008, rasio ini mengalami
Laba Setelah Pajak 1.450.913 2.269.976 1.802.004
Pendapatan
peningkatan mencapai 2,78%, namun peningkatan
Operasional ini juga diiringi peningkatan yang lebih tinggi pada
Jumlah pendapatan 11.962.147 13.490.011 16.118.989 rata-rata BUSND, sehingga pada tahun 2008
bunga
Jumlah pendapatan
kondisi rasio APYD terhadap aktiva produktif
401.432 466.111 822.896
operasional lainnya berada di atas rata-rata.
Jumlah Pendapatan 12.363.579 13.956.122 16.941.885 Rasio yang kedua, yakni perbandingan
Operasional (II)
NPM ((A/I) x 100%) 11,73% 16,26% 10,64% PPAPYD dengan PPAPWD, yang menunjukkan
tahun 2006 tingkat perkembangan rasio sebesar
107,66%, sedangkan untuk tahun 2007 dan 2008

Tabel 8. Perkembangan Capital Adequacy Ratio

PT. Bank Periode


Danamon Tabel 9. Perhitungan Debt to Equity Ratio
Indonesia 2006 2007 2008
Periode
Total Modal 10.975.522 12.226.119 9.494.651 Instrumen
2006 2007 2008
Total ATMR 53.824.614 63.820.832 70.982.984
Kredit dan Pasar Jumlah Utang (I) 72.630.760 78.576.382 96.689.295
CAR untuk Risik o 20,39% 19,16% 13,38% Modal Inti (II) 8.368.811 9.699.663 10.239.753
Kredit dan Pasar DER ((I/II) x 867,87% 810,09% 944,25%
(A : B) 100%)

| 741 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 734 – 744

rasio ini semakin meningkat, masing-masing aktiva produktif mengalami peningkatan diban-
sebesar 114,47% dan 160,94%. Keadaan yang dingkan tahun 2006, sedangkan tahun 2008
berbeda jika dibandingkan dengan rata-rata rasio meningkat menjadi 1,63%. Apabila dibandingkan
BUSND yang selama tiga tahun terakhir kondisi- dengan rata-rata NPEA BUSND jauh lebih baik
nya naik turun. Pada tahun 2006 dan 2007 posisi karena tingkat NPEA yang dimiliki PT. Bank
PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. Di bawah rata- Danamon Indonesia, Tbk dalam kurun waktu tiga
rata BUSND. Akan tetapi pada tahun 2008 tahun terakhir selalu di atas rata-rata. Hal ini me-
menunjukkan angka yang di atas rata-rata karena nunjukkan bahwa bank mampu mengoptimalkan
tingkat rata-rata rasio BUSND pada tahun 2008 sumber daya yang ada untuk memperketat dan
turun dibandingkan tahun 2007. menjalankan aktivitas perbankan yang berlan-
Rasio yang ketiga dalam penilaian kualitas daskan prinsip kehati-hatian dengan baik.
aktiva produktif (KAP) adalah non performing earn- Kemudian rasio yang terakhir dalam penilai-
ing assets (NPEA) yang merupakan perbandingan an terhadap KAP adalah NPL yang merupakan
dari aktiva produktif yang bermasalah (aktiva pro- perbandingan antara jumlah kredit yang berma-
duktif dalam kolektibilitas: kurang lancar, diragu- salah (kredit dalam kolektibilitas: kurang lancar,
kan, dan macet) dengan total aktiva produktif yang diragukan, dan macet) dengan total kredit. Pada
dimiliki. Pada tahun 2006 tingkat NPEA adalah tahun 2006 tingkat NPL sebesar 3,32% yang berarti
sebesar 1,80% yang berarti aktiva produktif yang dari total kredit yang diberikan ada 3,32% kredit
bermasalah yang dimiliki bank sebesar 1,80% dari yang bermasalah. Pada tahun 2007 tingkat perkem-
total aktiva produktif yang dimiliki. Pada tahun bangan NPL mengalami penurunan menjadi 2,27%
2007 tingkat NPEA mengalami penurunan menjadi yang berarti tingkat kualitas kredit yang diberikan
1,40% yang berarti tingkat kualitas aktiva produk- semakin baik. Penurunan NPL dikarenakan menu-
tif meningkat. Peningkatan tingkat kualitas aktiva runnya jumlah kredit yang bermasalah sedangkan
produktif ini disebabkan oleh turunnya jumlah jumlah kredit meningkat. Kondisi tahun 2008
aktiva produktif yang bermasalah dan pada jumlah menunjukkan sedikit peningkatan tingkat kredit

Tabel 10. Perbandingan Kualitas Aktiva Produktif

2006 2007 2008


Jenis Rasio
Danamon BUSND Danamon BUSND Danamon BUSND
Kualitas aktiva produktif
APYD terhadap Aktiva Produktif di atas 2,91% 2,43% 2,42% 2,03% 2,78% 2, 97%
rata2 (0,48%) (0,39%) 0,19%
APYD terhadap Aktiva Produktif di 107,66% 123,48% 114,47% 141, 48% 160,94% 121,45%
bawah rata2 (15,82%) (27,01%) 39,49%
PPAPYD terhadap PPAPWD di atas rata2
(di bawah rata2)
NPEA di atas rata2 (di bawah rata2) 1,80% 2,04% 1,40% 1,55% 1,63% 2, 37%
0,24% 0,15% 0,74%
NPL di atas rata2 (di bawah rata2) 3,32% 3,69% 2,27% 2,61% 2,33% 2, 73%
0,37% 0,34% 0,4%

| 742 |
Penilaian Kinerja Bank Berdasarkan Prinsip Kehatian-Hatian
Nur Ida Iriani

yang bermasalah yang ditandai dengan pening- produktif yang akan terjadi dengan usaha mem-
katan tingkat rasio NPL. bentuk suatu cadangan atau penyisihan aktiva
produktif yang lebih besar dari yang telah terjadi
PEMBAHASAN (diwajibkan). Kepatuhan terhadap prinsip kehati-
hatian juga tecermin pada tingkat NPEA dan NPL.
Penerapan prinsip kehati-hatian dalam Pada tingkat NPEA, upaya PT. Bank Danamon
penelitian ini bisa dilihat pada perkembangan Indonesia, Tbk. dalam menjaga kualitas aktiva pro-
kinerja dari bank tersebut selama tiga tahun ter- duktif selama tiga tahun terakhir cukup baik karena
akhir. Pada aspek likuiditas, pelaksanaan prinsip kualitas aktiva produktif yang bermasalah bisa
kehati-hatian bank perlu ditingkatkan lagi meng- ditekan. Hal ini terbukti pada tingkat NPEA yang
ingat pos-pos pembentuk rasio-rasio likuiditas selalu berada di atas rata-rata NPEA BUSND lain-
salah satunya berasal dari dana dari masyarakat. nya.Tingkat NPL bank juga telah meningkatkan
Pada perhitungan rasio-rasio likuiditas sebelumnya kualitas kredit yang diberikan. Hal ini ditunjukkan
bisa dilihat bahwa dari tahun ke tahun dana dari pada tingkat NPL yang turun dan posisinya juga
masyarakat ini semakin meningkat, sehingga pe- di atas rata-rata tingkat NPL BUSND lainnya.
ningkatan ini perlu diimbangi dengan peningkatan Pengelolan kredit yang baik seperti yang ditunjuk-
kehati-hatian dalam menempatkan aktiva berisiko kan pada tingkat NPL mengindikasikan bahwa
(kredit). pihak manajemen selalu menjaga prinsip kehati-
Perkembangan LDR dan LAR persentasenya hatian dalam menjalankan aktivitas perbankan
bisa dikatakan selalu meningkat meskipun untuk khususnya dalam hal penyaluran kredit.
LDR pada tahun 2008 mengalami sedikit penurunan
(Tabel 10). Pada aspek solvabilitas, dari indikator- KESIMPULAN DAN SARAN
indikator penilaian kinerja yang dijadikan untuk
menilai solvabilitas bank selalu bergerak turun, Kesimpulan
sehingga bisa dikatakan tingkat solvabilitas masih Penelitian terhadap penilaian kinerja bank
rendah. Hal ini ditunjukkan pada penurunan CAR berdasarkan prinsip kehati-hatian melalui analisis
selama tiga tahun terakhir yang berarti pihak keuangan perbankan menghasilkan beberapa
manajemen agar lebih berhati-hati dalam mengan- kesimpulan di antaranya: pertama, tingkat likuiditas
tisipasi risiko pasar dan kredit. Pada penilaian DER selama periode tahun 2006-2008 ditinjau dari
tingkat kehati-hatian agar lebih ditingkatkan, tingkat quick ratio menunjukkan adanya peningkat-
dikarenakan pada perhitungan rasio DER sebelum- an kemampuan likuiditas. Demikian juga dengan
nya, jumlah utang yang dimiliki mencapai sembilan tingkat likuiditas yang dilihat dari LDR yang
kali lipat. Sehingga manajemen wajib untuk berada pada kriteria likuiditas yang sehat. Kedua,
menjaga prinsip kehati-hatian dalam menjaga rasio rentabilitas yang diukur dengan ROA dan
kepercayaan yang telah diberikan oleh masya- BOPO menunjukkan kinerja selama periode tahun
rakat. 2006-2008 berada di atas rata-rata BUSND. Ketiga,
Dalam rangka melaksanakan ketentuan- telah terjadi penurunan tingkat solvabilitas yang
ketentuan Bank Indonesia mengenai prinsip kehati- ditunjukkan pada turunnya tingkat rasio CAR
hatian, pihak bank telah melakukan pembentukan selama tahun 2006-2008. Keempat, besarnya KAP
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Pada yang dilihat dari NPEA dan NPL selama periode
perhitungan rasio PPAPYD dengan PPAPWD tahun 2006-2008 berada di atas rata-rata BUSND.
menunjukkan bahwa manajemen bank telah Ini menunjukkan upaya PT. Bank Danamon Indo-
berhati-hati dalam mengantisipasi risiko aset nesia, Tbk. dalam melaksanakan prinsip kehati-

| 743 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 734 – 744

hatian telah dilakukan dengan baik. Keenam, pem- DAFTAR PUSTAKA


bentukan cadangan dalam mengantisipasi risiko
Almilia, L. S. & Herdiningtyas, W. 2005. Analisis Rasio
aktiva produktif telah dilaksanakan dengan baik. CAMEL terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah
Hal ini ditunjukkan pada rasio pemenuhan PPAP pada Lembaga Perbankan Perioda 2000-2002.
yang lebih besar dari yang diwajibkan (PPAPWD) Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.7, No.2, pp.13-
selama periode tahun 2006-2008 sehingga tingkat 14.
kehati-hatian masih terjaga dengan baik. Bank Indonesia. 2009. Indonesian Banking Statistics, Vol.7,
No. 2, Januari 2009. Jakarta: Bank Indonesia.
Saran Dendawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bank diharapkan lebih meningkatkan ke-
mampuan solvabilitasnya dengan cara meningkat- Djaja, A. 2008. Penerapan Prinsip Kehati-hatian/
Prudential Banking terhadap Pemberian Kredit
kan kecukupan modal dalam mengantisipasi penu-
di PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. dalam Rangka
runan aktiva yang disebabkan oleh kerugian-keru- Good Corporate Governance. Tesis. Pascasarjana
gian bank dari penempatan aktiva yang berisiko. Universitas Indonesia.
Sehingga tingkat perkembangan CAR bisa semakin
Haryotomo, H. 2010. Peranan Bank Indonesia dalam
banyak mengingat CAR merupakan salah satu indi- Penegakan Asas Prudential Banking melalui
kator penting yang menjadi bentuk pengawasan Kewajiban Penerapan Manajemen Risiko pada
pelaksanaan prudential banking yang ditetapkan Bank Umum. Tesis. Pascasarjana Universitas
oleh Bank Indonesia. Sebaiknya dalam menyalur- Indonesia.
kan kredit juga diimbangi dengan besarnya Johnshyn, P. 2009. Analysis of The Principle of Prudential
suntikan dana pihak ketiga untuk menjaga kemam- Banking Credit Distribution Proportions in Bank
puan likuiditas bank agar kondisi keuangan bank Mandiri (Persero), Tbk. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Bengkulu.
tetap sehat, sehingga jika sewaktu-waktu terjadi
kondisi yang mengakibatkan terjadinya rush oleh Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta:
deposan, bank masih bisa bertahan. PT.Radja Grafindo Persada.

Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi


Keempat. Yogyakarta: Liberty.

Saputro, G.H. 2008. Prosedur Pengelolaan Kredit kepada


Nasabah yang Mengedepankan Asas Prudential
Banking (Studi Kasus PD. BPR Djoko Tingkir
Sragen).

Wardani, G. 2005. Penetapan Prudential Banking Sebagai


Upaya Meminimalisir Risiko Kredit pada PT. Bank
Tabungan Nebara (Persero) Cabang Malang.
Tugas Akhir. Universitas Muhammadiyah Malang.

| 744 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus Oktober 2010, hal. 745 – 757
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

RASIO KEUANGAN CAMEL DAN PREDIKSI KEPAILITAN


PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL

Gunarianto
Fakultas Ekonomi Universitas Widya Gama Malang
Jl. Borobudur No.35 Malang, 65128

Abstract
This research is aimed at obtaining empirical evidence and clearance of the phenomenons CAMEL have
differences between bankrupt banks and unbankrupt banks at the national public private. This research in-
cludes explanatory research to test financial ratio capability CAMEL, in predicting bankruptcy at national
private public banks in Indonesia. Financial report applied on the bankrupt banks is financial report that was
taking place two years before bankruptcy, while the one applied on the unbankrupt banks suiting with financial
report period of bankrupt banks. Analysis means applied to test the hypothesis is discriminant analysis using
direct method. Research results explain that CAMEL has significant difference simultaneously between bank-
rupt banks and unbankrupt banks. CAMEL, having significant difference partially between bankrupt banks
and unbankrupt banks are PPAP, ROE, NIM, BOPO and LD. CAMEL, in rentability aspect (earnings), NIM,
is the dominant ratio in differentiating bankrupt banks and unbankrupt banks. 4) Prediction result of several
differentiating variables CAMEL can be used to predict bankruptcy accurately and stable. Other result using
cut-off point model is discriminant function obtained by CAMEL can differentiate and predict banks having
financial problems.
Key words: capital, assets quality, management, earnings, liquidity, CAMEL, bankruptcy

Kondisi bank yang diprediksi bermasalah ditinjau langkah antisipatif untuk mencegah terjadinya ke-
dari status suatu bank yaitu pailit atau tidak pailit. pailitan.
Bank yang berstatus pailit adalah bank yang berada Wilopo (2001) melakukan penelitian tentang
pada situasi legal bankruptcy dimana perusahaan di- prediksi kebangkrutan bank dengan menggunakan
nyatakan pailit secara sah berdasarkan Undang- 13 rasio keuangan model CAMEL, besaran atau
Undang Kepailitan. (Brigham & Gapensky, 1997). size bank yang diukur dengan aset dan variabel
Terjadinya penutupan usaha bank pada dasarnya dummy berupa kredit lancar dan manajemen. Sam-
merupakan langkah terakhir yang diambil oleh pi- pel diambil secara cluster pada akhir tahun 1996
hak otoritas moneter karena memang bank terse- terdiri dari 7 bank terlikuidasi dan 87 bank tidak
but sudah tidak dapat diselamatkan lagi. Yang terlikuidasi, pada akhir tahun 1997 diambil sampel
menjadi pertanyaan adalah bagaimana dan apa sebanyak 16 bank terlikuidasi dan 70 bank tidak
yang dapat digunakan untuk mengetahui tanda- terlikuidasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tanda awal kepailitan bank sehingga dengan secara keseluruhan tingkat prediksi variabel yang
mengetahuinya maka dapat dilakukan langkah- digunakan cukup tinggi, tetapi jika dilihat dari tipe

Korespondensi dengan Penulis:


Gu n ar ian t o : Telp. +62 341 492 282 Ext .135 Fax. +62 341 496 919
E-mail: gun_uw g@yahoo.co.id

| 745 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 745 – 757

kesalahan yang terjadi tampak bahwa kekuatan rasio keuangan. Sampel yang diambil adalah 16
prediksi untuk bank yang dilikuidasi 0% karena perusahaan yang masih listed dan 16 perusahaan
dari sampel bank yang dilikuidasi, semuanya di- yang sudah delisted dari BEJ periode 1999–2002.
prediksikan tidak dilikuidasi. Hasil penelitian ini Hasil penelitian dengan menggunakan discriminant
tidak mendukung hipotesis yang menyatakan analysis dan logistic regression sama-sama menghasil-
bahwa rasio keuangan model CAMEL, besaran kan rasio likuiditas sebagai rasio yang memegang
atau size bank dan kepatuhan terhadap Bank Indo- peranan penting dalam membedakan kelompok
nesia dapat digunakan untuk memprediksi ke- perusahaan yang pailit dan tidak pailit untuk simu-
gagalan bank di Indonesia. lasi satu tahun sebelum pailit. Beberapa peneliti
Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Almilia masih menggunakan metode discriminant analysis
& Herdiningtyas (2003), dalam penelitiannya yang karena kemampuannya dalam memprediksi ke-
menggunakan analisis rasio CAMEL untuk mem- bangkrutan perusahaan masih cukup akurat.
prediksi kondisi bermasalah pada lembaga per- Sulianita (2003) menggunakan metode disicri-
bankan periode 2000-2002. Rasio CAMEL yang di- minant analysis untuk menganalisis kesulitan ke-
gunakan terdiri dari 11 rasio pengukur tingkat ke- uangan dan kemungkinan kebangkrutan pada in-
sehatan bank yaitu CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP dustri perbankan yang go public di Bursa Efek Ja-
terhadap aktiva produktif, pemenuhan PPAP, karta untuk periode 1997 – 2000, dengan menggu-
ROA, ROE, NIM, BOPO dan LDR. Dengan meng- nakan 12 rasio keuangan perbankan. Hasilnya me-
gunakan model regression logistic, penelitian ini tode ini dapat mengidentifikasikan secara akurat
menghasilkan 7 rasio yang mampu membedakan kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan dan
kondisi bank bermasalah dan tidak bermasalah, kebangkrutan pada industri perbankan. Penelitian
yaitu CAR, APB, NPL, PPAP terhadap aktiva pro- yang mendukung penggunaan metode discriminant
duktif, ROA, NIM dan BOPO. analysis juga dilakukan oleh Wibowo yang peneli-
Metode statistik yang digunakan untuk tiannya membandingkan hasil klasifikasi analisis
memprediksi kepailitan perusahaan terus berkem- diskriminan dan regresi logistik pada pengklasifi-
bang. Diawali pada tahun 1968, Altman memperke- kasian data respon biner. Hasilnya analisis diskri-
nalkan metode statistik discriminant analysis untuk minan lebih dianjurkan untuk digunakan apabila
memprediksi kepailitan perusahaan. Pada akhir variabel prediktornya bersifat terus menerus dan
tahun 1980, Ohlson menggunakan metode logistic campuran antara terus menerus dengan kategori,
regression untuk melakukan penelitian mengenai karena akan menghasilkan ketepatan yang lebih
rasio-rasio keuangan yang dapat dijadikan indika- tinggi dibandingkan regresi logistik.
tor untuk melihat kepailitan suatu perusahaan, Penelitian-penelitian yang ada cukup bera-
yaitu: total liabilities/total assets, working capital/total gam dalam hal rasio keuangan dan metode statistik
assets, dan current liabilities/current assets. yang digunakan. Alasan utama digunakannya rasio
Muliaman, et al. (2003), melakukan penelitian keuangan karena laporan keuangan lazimnya berisi
untuk mendapatkan bukti empiris mengenai faktor- informasi-informasi penting mengenai kondisi dan
faktor keuangan yang mampu membedakan peri- prospek perusahaan tersebut di masa mendatang.
laku bank yang masuk kelompok pailit dan tidak Rasio keuangan (financial ratio) lebih banyak digu-
pailit serta untuk mendapatkan alat uji statistik nakan daripada menggunakan angka-angkanya
yang terbaik untuk digunakan dalam memprediksi langsung karena dengan cara ini kita bisa menda-
kepailitan. Mereka menggunakan rasio likuiditas, patkan perbandingan yang mungkin terbukti lebih
profitabilitas dan solvabilitas, yang terdiri dari 26 berguna daripada angka-angka aslinya. (Horne &
Wachowiczs, 2005).

| 746 |
Rasio Keuangan Camel dan Prediksi Kepailitan pada Bank Umum Swasta Nasional
Gunarianto

CAMEL merupakan metode untuk menentu- ini, karena pada tingkat akurasinya lebih baik di-
kan tingkat kesehatan bank yang meliputi lima kri- bandingkan dengan regresi logistik. Meskipun pe-
teria, yaitu: permodalan (capital), kualitas aset (as- nelitian tentang kepailitan ini telah banyak dilaku-
sets quality), manajemen (management), rentabilitas kan, tetapi nampaknya akan terus berlanjut karena
(earnings) dan likuiditas (liquidity). Tingkat kesehat- perkembangan perekonomian yang lebih cepat
an bank yang ditentukan menggunakan rasio berubah sehingga akan menarik minat peneliti un-
CAMEL ini diatur dalam SE Bank Indonesia nomor tuk menjawab pertanyaan tentang apakah faktor-
30/2/UPPB tanggal 30 April 1997 junto SE Bank faktor yang dapat digunakan untuk memprediksi
Indonesia nomor 30/UPPB tanggal 19 Maret 1998, kepailitan masih tetap sama untuk kondisi yang
yang selanjutnya disempurnakan dalam Peraturan berbeda.
Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 Tujuan penelitian ini adalah untuk menda-
April 2004 dan Surat Edaran Bank Indonesia patkan bukti empirik dan untuk menemukan keje-
nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang lasan fenomena mengenai perbedaan rasio keuang-
sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum an CAMEL yang signifikan secara parsial dan si-
yang melaksanakan kegiatannya secara konven- multan antara bank yang pailit dan tidak pailit,
sional. Tingkat kesehatan bank dapat diartikan se- mendapatkan bukti empiris mengenai rasio ke-
bagai kemampuan suatu bank untuk melakukan uangan CAMEL yang dominan dalam membeda-
kegiatan operasional perbankan secara normal.dan kan bank yang pailit dan tidak pailit, untuk menje-
mampu memenuhi semua kewajibannya dengan laskan kemampuan hasil prediksi dari beberapa
baik dengan cara-cara yang sesuai dengan per- variabel pembeda pada rasio keuangan CAMEL
aturan perbankan yang berlaku. (Triandaru & dalam memprediksi kepailitan pada bank umum
Budisantoso, 2006). swasta nasional.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian ter-
dahulu dalam hal penggunaan rasio keuangan
HIPOTESIS
yang menjadi variabel prediksi, obyek penelitian
dan periode penelitian. Alasan yang mendasari H 1 : Rasio keuangan CAMEL mempunyai perbe-
penggunaan rasio keuangan CAMEL untuk mem- daan yang signifikan secara simultan antara
prediksi kepailitan bank pada penelitian ini adalah bank yang pailit dan tidak pailit pada bank
penggunaan rasio keuangan yang sama untuk jenis umum swasta nasional di Indonesia.
perusahaan yang berbeda merupakan tindakan H 2 : Rasio keuangan CAMEL mempunyai perbe-
yang kurang berhati-hati, karena bentuk laporan daan yang signifikan secara parsial antara
keuangan dan rasio-rasio yang digunakan tidak bank yang pailit dan tidak pailit pada bank
langsung dapat dibandingkan antar industri, apa- umum swasta nasional di Indonesia.
lagi untuk jenis industri yang berbeda, sedangkan H 3 : Rasio keuangan CAMEL dalam aspek renta-
CAMEL merupakan rasio yang secara resmi diatur bilitas merupakan rasio yang dominan dalam
oleh Bank Indonesia untuk menentukan tingkat membedakan bank yang pailit dan tidak pailit
kesehatan suatu bank, sehingga dengan menggu- pada bank umum swasta nasional di Indone-
nakan rasio keuangan CAMEL maka akan diketa- sia.
hui apakah faktor keuangan penentu tingkat kesehat-
H4: Beberapa variabel pembeda pada rasio keuang-
an bank ini juga bisa digunakan untuk mempredik-
an CAMEL dapat digunakan untuk mempre-
si kepailitan bank.
diksi kepailitan pada bank umum swasta nasi-
Analisis diskriminan akan digunakan sebagai onal di Indonesia.
alat untuk memprediksi kepailitan dalam penelitian

| 747 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 745 – 757

METODE rasio keuangan yang terdapat dalam model CAMEL,


terdiri dari: (1) permodalan (capital), meliputi : X1=
Penelitian ini dirancang untuk menjelaskan
KPMM ; X2= KP; X3= APYD. (2) Kualitas aktiva (as-
pengaruh dan kemampuan variabel bebas berupa
sets quality), meliputi X4= APYDAP; X5= NPA; X6=
rasio-rasio keuangan CAMEL yang terdiri dari ra-
PPAP. (3) Rentabilitas (earnings), meliputi: X7 =
sio kewajiban penyediaan modal minimum
ROA; X8= ROE; X9= NIM; X10= BOPO; X11= FBI. (4)
(KPMM), komposisi permodalan (KP), aktiva pro-
Likuiditas (Liquidity): X12= LDR
duktif yang diklasifikasikan (APYD), aktiva pro-
duktif yang diklasifikasikan dibandingkan aktiva Populasi penelitian ini adalah seluruh bank
produktif (APYDAP), non performing assets (NPA), umum swasta nasional di Indonesia yang terdaftar
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), dalam direktori Bank Indonesia periode 2002 –
return on assets (ROA), return on equity (ROE), net 2007. Sampel dalam penelitian ini merupakan non-
interest margin (NIM), biaya operasional probability sampling. Teknik pengambilan sampel
pendapatan operasional (BOPO), fee based income yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil
(FBI) dan loan to deposit ratio (LDR) terhadap vari- pengambilan sampel secara purposive sampling ini
abel terikat berupa kondisi pailit dan tidak pailit diperoleh sampel yang akan diteliti sebesar 45 bank
pada bank umum swasta nasional di Indonesia. umum swasta nasional di Indonesia, yang terdiri
dari 8 bank yang pailit dan 37 bank tidak pailit.
Penelitian ini bermaksud untuk menguji ke-
mampuan rasio keuangan dalam memprediksi ke-
pailitan bank. Oleh karena yang diteliti adalah bank HASIL
maka rasio-rasio yang digunakan adalah rasio-rasio
yang terdapat dalam CAMEL. Penggunaan rasio
Berdasarkan data rata-rata rasio keuangan
keuangan CAMEL dalam penelitian ini dilakukan
CAMEL (Tabel 1) menunjukkan rata-rata rasio
dengan pertimbangan bahwa rasio ini merupakan
KPMM untuk seluruh sampel adalah 25,555, se-
rasio yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam
dangkan untuk bank pailit 16,655 dan bank tidak
menentukan tingkat kesehatan bank.
pailit 27,479. Dari data ini terlihat bahwa bank yang
Tempat penelitian adalah bank umum swasta pailit memiliki KPMM di bawah rata-rata dan bank
nasional di Indonesia periode 2004–2007 yang ter- yang tidak pailit memiliki KPMM di atas rata-rata.
daftar dalam direktori Bank Indonesia. Pemilihan KPMM di bawah rata-rata memperlihatkan kurang-
objek penelitian ini didasarkan atas beberapa per- nya kemampuan bank yang pailit dalam memenuhi
timbangan: (a) bank tersebut dalam kegiatannya kewajiban modal minimumnya. Namun demikian
mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap dalam hal kewajiban memenuhi modal minimum
keseimbangan perekonomian di Indonesia. (b) Jum- yang ditentukan Bank Indonesia, baik antara bank
lah bank umum swasta nasional saat ini 70,96% pailit dan tidak pailit patuh pada ketentuan bahwa
dari jumlah keseluruhan bank umum. (c) Sudah me- KPMM minimal 8%, ditunjukkan dengan rata-rata
nerbitkan laporan keuangan yang dipublikasikan rasio KPMM paling rendah adalah 16,655.
sesuai format yang ditentukan Bank Indonesia.
Rata-rata rasio KP untuk seluruh sampel ada-
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah lah 1866,744, sedangkan untuk bank pailit 686,605
kepailitan pada bank umum swasta nasional di dan bank tidak pailit 2121,946. Dari data ini terlihat
Indonesia yang merupakan variabel kategori, be- bahwa bank yang pailit memiliki KP di bawah rata-
rupa kelompok bank yang pailit dan tidak pailit rata dan bank yang tidak pailit memiliki KP di atas
periode 2004–2007. Variabel bebas yang digunakan rata-rata. Rasio KP ini memperlihatkan komposisi
untuk memprediksi kepailitan bank terdiri dari 12 permodalan antara modal inti dibandingkan de-

| 748 |
Rasio Keuangan Camel dan Prediksi Kepailitan pada Bank Umum Swasta Nasional
Gunarianto

ngan modal pelengkap dan modal pelengkap tam- klasifikasikan meningkat tetapi tetap dibagi de-
bahan. Namun demikian dalam hal komposisi per- ngan permodalan yang cukup tinggi.
modalan, meskipun bank pailit berada di bawah Rata-rata rasio APYDAP untuk seluruh sam-
rata-rata tetapi modal inti yang dimilikinya masih pel adalah 2,091, sedangkan untuk bank pailit 1,455
di atas 100%, berarti semua bank umum swasta dan bank tidak pailit 2,229. Dari data ini terlihat
nasional mempunyai modal inti yang lebih besar bahwa bank yang pailit memiliki APYDAP di
daripada modal pelengkap dan modal pelengkap bawah rata-rata dan bank yang tidak pailit memi-
tambahan. liki APYD di atas rata-rata. Rasio APYDAP ini
Rata-rata rasio APYD untuk seluruh sampel memperlihatkan kemampuan bank dalam me-
adalah 15,796, sedangkan untuk bank pailit 9,346 ngelola aktiva produktifnya dibandingkan dengan
dan bank tidak pailit 17,190. Dari data ini terlihat jumlah aktiva produktif. Semakin tinggi rasio
bahwa bank yang pailit memiliki APYD di bawah APYDAP maka memperlihatkan semakin tinggi
rata-rata dan bank yang tidak pailit memiliki APYD risiko aktiva produktif yang diklasifikasikan. Pada
di atas rata-rata. Rasio APYD ini memperlihatkan rasio ini, bank yang pailit memperlihatkan kondisi
kemampuan bank dalam mengelola aktiva produk- yang lebih baik dibandingkan bank yang tidak pailit.
tifnya dibandingkan dengan modal yang dimili- Rata-rata rasio NPA untuk seluruh sampel
kinya. Aktiva produktif yang diklasifikasikan me- adalah 1,682, sedangkan untuk bank pailit 1,072
rupakan aktiva produktif yang diberikan bobot se- dan bank tidak pailit 1,813. Dari data ini terlihat
suai dengan tingkat risikonya. Semakin tinggi rasio bahwa bank yang pailit memiliki NPA di bawah
APYD maka memperlihatkan semakin tinggi risiko rata-rata dan bank yang tidak pailit memiliki NPA
aktiva produktif yang diklasifikasikan. Pada rasio di atas rata-rata. Rasio NPA ini memperlihatkan
ini, bank yang pailit memperlihatkan kondisi yang perbandingan aktiva produktif bermasalah dengan
lebih baik dibandingkan bank yang tidak pailit. total aktiva produktifnya. Aktiva produktif ber-
Kondisi ini bisa terjadi karena rata-rata semua masalah terdiri dari aktiva dalam posisi kurang
bank memiliki modal inti yang cukup tinggi, se- lancar, diragukan dan macet. Semakin tinggi rasio
hingga walaupun jumlah aktiva produktif yang di- NPA maka memperlihatkan semakin tinggi risiko

Tabel 1. Rata-Rata Rasio Keuangan pada Bank Pailit dan Tidak Pailit
Variabel Rata-Rata Bank Pailit Rata-Rata Bank Tidak Pailit Rata-Rata Total Sampel
Independen
KPMM (X1) 16,655 27,479 25,555
KP (X2) 686,605 2121,946 1866,774
APYD (X3) 9,346 17,190 15,796
APYDAP (X4) 1,455 2,229 2,091
NPA (X5) 1,072 1,813 1,682
PPAP (X6) 87,285 138,827 129,664
ROA (X7) 0,785 1,890 1,694
ROE (X8) -17,212 12,552 7,260
NIM (X9) 3,170 6,487 5,897
BOPO (X10) 94,216 84,696 86,388
FBI (X11) 8,077 5,889 6,278
LDR (X12) 51,405 71,488 67,917

Sumber : Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia, 2008.

| 749 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 745 – 757

aktiva produktif yang bermasalah. Pada rasio ini, ROE di atas rata-rata. Rasio ROE ini memperlihat-
bank yang pailit memperlihatkan kondisi yang le- kan kemampuan bank dalam mengelola modal
bih baik dibandingkan bank yang tidak pailit. Bagi yang dimiliki untuk menghasilkan laba sesudah pa-
bank yang tidak pailit, risiko kredit bermasalahnya jak. Semakin tinggi rasio ROE maka memperlihat-
lebih tinggi dibandingkan bank yang pailit. kan semakin bagus kemampuan bank dalam me-
Rata-rata rasio PPAP untuk seluruh sampel ngelola modalnya untuk menghasilkan keuntung-
adalah 129,664 sedangkan untuk bank pailit 87,285 an. Pada rasio ini, bank yang tidak pailit mempunyai
dan bank tidak pailit 138,827. Dari data ini terlihat kemampuan menghasilkan laba yang lebih tinggi
bahwa bank yang pailit memiliki PPAP di bawah dibandingkan dengan bank yang pailit. Kemam-
rata-rata dan bank yang tidak pailit memiliki PPAP puan menghasilkan laba yang rendah, membuat
di atas rata-rata. Rasio PPAP ini memperlihatkan keuntungan yang diterima bank kecil atau bahkan
kemampuan bank memenuhi jumlah PPAP yang merugi.
diwajibkan. Semakin tinggi rasio PPAP maka mem- Rata-rata rasio NIM untuk seluruh sampel
perlihatkan kemampuan bank memenuhi PPAP adalah 5,897, sedangkan untuk bank pailit 3,170
yang diwajibkan semakin bagus. Pada rasio ini, dan bank tidak pailit 6,487. Dari data ini terlihat
bank yang pailit memperlihatkan kondisi yang ku- bahwa bank yang pailit memiliki NIM di bawah
rang baik karena bank yang pailit rata-rata tidak rata-rata dan bank yang tidak pailit memiliki NIM
bisa memenuhi kewajibannya untuk memenuhi di atas rata-rata. Rasio NIM ini memperlihatkan
PPAP sesuai yang diharuskan, sedangkan bagi bank kemampuan bank dalam mengelola aktiva produk-
yang tidak pailit PPAP yang dibentuk bahkan me- tifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga. Se-
lebihi yang diwajibkan. makin tinggi rasio NIM maka memperlihatkan se-
Rata-rata rasio ROA untuk seluruh sampel makin bagus kemampuan bank dalam mengelola
adalah 1,694, sedangkan untuk bank pailit 0,785 aktiva produktifnya untuk menghasilkan keun-
dan bank tidak pailit 1,890. Dari data ini terlihat tungan. Pada rasio ini, bank yang tidak pailit mem-
bahwa bank yang pailit memiliki ROA di bawah punyai kemampuan menghasilkan laba yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bank yang pailit. Ke-
rata-rata dan bank yang tidak pailit memiliki ROA
di atas rata-rata. Rasio ROA ini memperlihatkan mampuan menghasilkan laba yang rendah, mem-
buat keuntungan yang diterima bank kecil atau
kemampuan bank dalam mengelola asetnya untuk
bahkan merugi.
menghasilkan laba sebelum pajak. Semakin tinggi
rasio ROA maka memperlihatkan semakin bagus Rata-rata rasio BOPO untuk seluruh sampel
kemampuan bank dalam mengelola asetnya untuk adalah 86,388 sedangkan untuk bank pailit 94,216
menghasilkan keuntungan. Pada rasio ini, bank dan bank tidak pailit 84,696. Dari data ini terlihat
yang tidak pailit mempunyai kemampuan meng- bahwa bank yang pailit memiliki BOPO di atas
hasilkan laba yang lebih tinggi dibandingkan de- rata-rata dan bank yang tidak pailit memiliki BOPO
ngan bank yang pailit. Kemampuan menghasilkan di bawah rata-rata. Rasio BOPO ini memperlihat-
laba yang rendah, membuat keuntungan yang kan kemampuan bank dalam mengendalikan beban
diterima bank kecil atau bahkan merugi. operasional dari pendapatan operasional yang di-
terimanya. Semakin tinggi rasio BOPO maka mem-
Rata-rata rasio ROE untuk seluruh sampel
perlihatkan bahwa kurangnya kemampuan bank
adalah 7,260, sedangkan untuk bank pailit -17,212
dalam mengendalikan beban operasionalnya se-
dan bank tidak pailit 12,552. Dari data ini terlihat
hingga dapat berakibat kecilnya pendapatan yang
bahwa bank yang pailit memiliki ROE jauh di ba-
diterima. Pada rasio ini, bank yang tidak pailit lebih
wah rata-rata dan bank yang tidak pailit memiliki
bisa mengendalikan beban operasionalnya

| 750 |
Rasio Keuangan Camel dan Prediksi Kepailitan pada Bank Umum Swasta Nasional
Gunarianto

seminimal mungkin sehingga lebih menguntung- swasta nasional di Indonesia dengan menggunakan
kan dibandingkan bank tidak pailit. uji wilk’s lambda diketahui bahwa nilai wilk’s lambda
Rata-rata rasio FBI untuk seluruh sampel ada- sebesar 0,581, chi-square sebesar 20,084, df 12; sig-
lah 6,278 sedangkan untuk bank pailit 8,077 dan nificance sebesar 0,066. Hasil uji ini menunjukkan
bank tidak pailit 5,899. Dari data ini terlihat bahwa bahwa z-score yang dihasilkan dengan 12 variabel
bank yang pailit memiliki FBI di atas rata-rata dan independen secara simultan dapat membedakan
bank yang tidak pailit memiliki FBI di bawah rata- bank yang pailit dan tidak pailit, pada tingkat sig-
rata. Rasio FBI ini memperlihatkan kemampuan nifikan 10% (0,066 < 0,1)
bank dalam menghasilkan pendapatan lain di luar Koefisien determinasi dihitung dari nilai ca-
pendapatan bunga. Semakin tinggi rasio FBI maka nonical correlation (CR) yang dikuadratkan menjadi
meperlihatkan semakin bagus kemampuan bank CR2. Nilai CR2 ini digunakan untuk mengetahui
dalam menghasilkan pendapatan lain di luar pen- seberapa besar variable terikat dapat dijelaskan
dapatan bunga. Pada rasio ini, bank yang pailit oleh variabel bebas menghasilkan besarnya canoni-
ternyata mempunyai kemampuan menghasilkan la- cal correlation adalah 0,630. Jadi besarnya CR2 yang
ba yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank merupakan koefisien determinasi adalah (0,647)2=
yang tidak pailit. Kondisi ini bisa terjadi kemung- 0,4186 atau 41,86%. Artinya ke-12 rasio keuangan
kinan karena bank yang tidak pailit lebih fokus CAMEL yang digunakan secara simultan atau ber-
meraih pendapatan bunga yang memberikan keun- sama-sama mempengaruhi pailit dan tidak pailit-
tungan yang lebih besar bagi bank. nya bank umum swasta nasional sebesar 41,86%,
Rata-rata rasio LDR untuk seluruh sampel sedangkan sisanya sebesar 58,14% dipengaruhi
adalah 67,917, sedangkan untuk bank pailit 51,405 oleh faktor lain di luar model.
dan bank tidak pailit 71,488. Dari data ini terlihat Pengujian terhadap hipotesis 2 yang menya-
bahwa bank yang pailit memiliki LDR di bawah takan rasio keuangan CAMEL mempunyai perbe-
rata-rata dan bank yang tidak pailit memiliki LDR daan yang signifikan secara parsial antara bank
di atas rata-rata. Rasio LDR ini menunjukkan ting- yang pailit dan tidak pailit pada bank umum swasta
kat kemampuan bank dalam menyalurkan dana nasional di Indonesia. Pengujian dengan meng-
pihak ketiga yang dihimpun kepada kredit yang gunakan test of equity of group means, memberikan
diberikan. Semakin tinggi rasio LDR maka mem- hasil bahwa secara parsial sebagian besar variabel
perlihatkan semakin bagus kemampuan bank da- tidak signifikan, artinya tidak semua dan sebagian
lam menyalurkan dana pihak ketiga yang dimili- besar variabel independen yang digunakan dalam
kinya ke dalam bentuk kredit yang diberikan. Na- penelitian ini tidak dapat membedakan secara
mun dalam hal likuiditas, rasio LDR yang terlalu signifikan kelompok bank yang pailit dan tidak
tinggi sampai di atas 100% dapat mengganggu li- pailit. Variabel yang signifikan pada tingkat
kuiditas bank. Tetapi hasil rasio LDR menunjukkan signifikan 10% adalah PPAP (X6) dengan nilai F
bahwa dana pihak ketiga yang dimiliki bank tidak sebesar 3,735 dan signifikan 0,06, ROE (X8) dengan
pailit tersalurkan sebesar 71,488%, ini menjelaskan nilai F sebesar 5,162, signifikan 0,028, NIM (X9) de-
bahwa kemampuan penyaluran kredit yang lebih ngan nilai F sebesar 10,835 dan signifikan 0,002,
baik dibandingkan bank yang pailit. BOPO (X10) dengan nilai F sebesar 3,265, signifikan
Pengujian terhadap hipotesis 1 yang menya- 0,078 dan LDR (X12) dengan nilai F sebesar 5,319
takan bahwa rasio keuangan CAMEL mempunyai dan signifikan 0,26. Sedangkan 7 variabel lainnya
perbedaan yang signifikan secara simultan antara secara parsial tidak signifikan karena mempunyai
bank yang pailit dan tidak pailit pada bank umum tingkat signifikan di atas 10%, yaitu KPMM (X1),

| 751 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 745 – 757

KP (X2), APYD (X3), APYDAP (X4), NPA (X5), ROA tidak pailit adalah 0,386. Karena jumlah data antara
(X7) dan FBI (X11). kelompok pailit dan tidak pailit tidak sama, maka
Pengujian terhadap hipotesis 3 yang menya- untuk menghitung cutting score (Zcu) dipergunakan
takan bahwa rasio keuangan CAMEL dalam aspek rumus sebagai berikut :
rentabilitas (earnings) merupakan rasio yang do-
Na.Za + Nb.Zb
minan dalam membedakan bank yang pailit dan Zcu =
tidak pailit pada bank umum swasta nasional di Na + Nb

Indonesia, diperoleh hasil pengujian dengan meng- (8) (-1,785) + (37) (0,386)
gunakan test of equity of group means, dengan kriteria Zcu =
( 8 + 37 )
yang digunakan adalah jika variabel bebas tersebut
mempunyai nilai F ratio lebih besar dibandingkan = 0,002
variabel lainnya dan tingkat signifikansi di bawah
level of significance maksimal 10%, maka variabel Berdasarkan nilai cutting score (Zcu), jika sua-
tersebut merupakan variabel yang dominan dalam tu bank yang mempunyai nilai Zn<0,002 maka
membedakan bank yang pailit dan tidak pailit. bank tersebut masuk dalam kelompok bank yang
Variabel yang mempunyai nilai F ratio lebih besar pailit dan sebaliknya jika suatu bank mempunyai
dibandingkan variabel lainnya dan signifikan pada nilai Zn>0,002 maka masuk dalam kelompok bank
0,002 adalah variabel X9 yaitu NIM. yang tidak pailit.
Selain test of equity of group means, variabel Hasil klasifikasi yang dijelaskan pada perhi-
yang dominan juga dapat diketahui dari structure tungan classification result digunakan untuk me-
matrix dimana jika variabel tersebut mempunyai ngetahui kemampuan model dsikriminan dalam
nilai fungsi paling besar dibandingkan variabel mengklasifikasikan secara benar kelompok bank
lainnya maka variabel tersebut merupakan vari- pailit dan tidak pailit. Hasil klasifikasi dua kelom-
abel yang dominan dalam membedakan bank yang pok bank umum swasta nasional ke dalam kelom-
pailit dan tidak pailit. Hasil uji structur matrix dike- pok bank pailit dan tidak pailit memperlihatkan
tahui bahwa variabel yang paling besar nilainya bahwa secara umum model diskriminan ini mampu
yaitu 0,591 dan berada pada urutan paling atas mengklasifikasikan secara benar sebanyak 91,1%
adalah variabel NIM. Hasil yang memberikan NIM dari kasus yang diteliti. Model diskriminan hanya
sebagai variabel dominan dalam structur matrix ini gagal mengklasifikasikan 1 bank atau 12,5% dari
sama dengan hasil yang dilakukan pada test of eq- yang seharusnya masuk kelompok pailit ternyata
uity of group mean. masuk ke dalam kelompok tidak pailit. Selain itu
Pengujian hipotesis 4 yang menyatakan bah- model hanya gagal mengklasifikasikan 3 bank atau
wa hasil prediksi dari beberapa variabel pembeda 8,1% dari yang seharusnya masuk kelompok tidak
pada rasio keuangan CAMEL dapat digunakan pailit ternyata masuk ke dalam kelompok pailit.
untuk memprediksi kepailitan pada bank umum Dengan demikian maka keanggotaan kelompok
swasta nasional di Indonesia, diperoleh hasil peng- secara benar telah diprediksi sebesar 87,5% untuk
ujian sebagai berikut: cutting score digunakan untuk bank yang pailit dan 91,9% untuk bank yang tidak
menentukan pengelompokan bank ke dalam ke- pailit.
lompok bank pailit dan tidak pailit, untuk itu diper- Agar z-score dapat digunakan untuk mem-
lukan data group centroid yang hasilnya diketahui prediksi kepailitan pada bank umum swasta nasi-
rata-rata group centroid untuk kelompok bank pailit onal, maka terlebih dulu ditentukan nilai cut-off
adalah -1,785, sedangkan untuk kelompok bank point yang merupakan titik potong untuk menge-

| 752 |
Rasio Keuangan Camel dan Prediksi Kepailitan pada Bank Umum Swasta Nasional
Gunarianto

tahui posisi suatu bank apakah dalam kondisi pailit, (138,827) - 0,457 (1,890) + 0,010 (12,552) + 0,187
tidak pailit atau sedang mengalami kesulitan ke- (6,487) - 0,069 (84,696) + 0,025 (5,889) + 0,015
uangan. Nilai cut-off point ini ditentukan dengan (71,488)
cara menghitung rata-rata rasio keuangan CAMEL Z = - 0,006
pada kedua kelompok bank pailit dan tidak pailit
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
yang masuk dalam fungsi diskriminan untuk
menjelaskan bahwa rata-rata kelompok bank yang
menghasilkan nilai Z score, kemudian dihitung ni-
pailit menghasilkan nilai Z sebesar –1,918 dan rata-
lai Z score untuk masing-masing kelompok (Alt-
rata bank tidak pailit menghasilkan nilai Z sebesar
man, 1968). Hasil perhitungan dan pengujian de-
–0,006. Dapat disimpulkan jika suatu bank memiliki
ngan cut-off point adalah pada Tabel 2.
nilai Z di bawah –1,918 maka bank tersebut masuk
dalam kelompok bank pailit dan jika suatu bank
Tabel 2. Rata–Rata Rasio Keuangan CAMEL Setiap Kelompok memiliki nilai Z di atas –0,006 maka bank tersebut
Rasio CAMEL Bank yang Pailit Bank Tidak Pailit masuk dalam kelompok bank yang tidak pailit.
KP (X2) 16,6550 27,4794
APYD (X3) 686,6050 2121,9400
Sedangkan jika suatu bank memiliki nilai Z antara
APYDAP (X4) 9,3462 17,1908 –1,918 sampai dengan –0,006 maka bank tersebut
NPA (X5) 1,4550 2,2291
PPAP (X6) 1,0725 1,8137
masuk dalam grey area yaitu area yang menunjuk-
ROA (X7) 87,2850 138,8278 kan bahwa bank tersebut berada dalam keadaan
ROE (X8) 0,7850 1,8908 antara pailit dan tidak pailit atau sedang dalam
NIM (X9) -17,2125 12,5524
BOPO (X10) 3,1700 6,4875 kondisi kesulitan keuangan.
FBI (X11) 94,2162 84,6964
LDR (X12) 8,0775 5,8897 Dari hasil klasifikasi berdasarkan nilai Z pre-
Rata-rata 51,4050 71,4881 diksi, maka diketahui bahwa terdapat 10 bank da-
lam kelompok pailit, 25 bank dalam kelompok tidak
Fungsi diskriminan untuk menghasilkan Z score, pailit dan 10 bank dalam kelompok grey area atau
sebagai berikut : dalam kesulitan keuangan.
Z = 2,888 - 0,005 X1 + 0,000 X2 + 0,052 X3 - 0,536 X4 +
0,399 X5 + 0,007 X6 - 0,457 X7 + 0,010 X8 + 0,187 PEMBAHASAN
X9 - 0,069 X10 + 0,025 X11 + 0,015X12 Berdasarkan hasil pengujian secara simultan
diperoleh nilai wilk’s lambda sebesar 12 rasio ke-
Selanjutnya dihitung Z score dari masing- uangan CAMEL mempunyai perbedaan yang sig-
masing kelompok bank yang pailit dan tidak pailit, nifikan secara simultan pada tingkat signifikansi
sebagai berikut : 10% antara bank yang pailit dan tidak pailit pada
bank umum swasta nasional di Indonesia.
Z score untuk kelompok bank pailit (0)
Dari nilai CR2 menghasilkan 12 rasio keuang-
Z = 2,888 - 0,005 (16,655) + 0,000 (686,605) + 0,052 an CAMEL yang digunakan secara simultan mem-
(9,346) – 0,536 (1,455) + 0,399 (1,072) + 0,007 pengaruhi pailit dan tidak pailitnya bank umum
(87,285) - 0,457 (0,785) + 0,010 (-17,212) + 0,187 swasta nasional sebesar 41,86%, sedangkan sisanya
(3,170) - 0,069 (94,216) + 0,025 (8,077) + 0,015 sebesar 58,14% dipengaruhi oleh faktor lain di luar
(51,405) model.
Z = - 1,918 Hasil pengujian ini konsisten dengan peneli-
Z score untuk kelompok bank tidak pailit (1) tian yang dilakukan oleh Arif (2000), Almilia &
Z = 2,888 - 0,005 (27,479) + 0,000 (2121,946) + 0,052 Herdiningtyas (2003) dan penelitian Muliaman, et
(17,190) – 0,536 (2,229) + 0,399 (1,813) + 0,007 al. (2003), yang dalam penelitiannya memberikan

| 753 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 745 – 757

hasil bahwa rasio keuangan CAMEL dan rasio-rasio Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga
keuangan perbankan dapat membedakan kondisi secara parsial yang diperlihatkan pada tabel test of
bank yang bermasalah/pailit dan tidak bermasalah/ equity of group means, dari 12 variabel yang diguna-
tidak pailit. kan sebagai variabel prediktor ternyata hanya ter-
Di sisi lain hasil penelitian ini tidak konsisten dapat 5 variabel yang signifikan dalam membeda-
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilopo kan bank yang pailit dan tidak pailit, yaitu PPAP,
(2001), dimana rasio keuangan CAMEL tidak mem- ROE, NIM, BOPO, dan LDR, sedangkan variabel
punyai perbedaan signifikan secara simultan antara yang dominan adalah variabel NIM dengan nilai
bank yang pailit dan tidak pailit. Penelitian ini juga F paling besar yaitu 10,835 dan tingkat signifikansi
tidak konsisten dengan hasil penelitian yang paling rendah yaitu 0,002.
dilakukan oleh Sulianita (2003) yang dalam pene- Hasil yang ditunjukkan dalam structure ma-
litiannya menggunakan variabel independen yang trix juga memperlihatkan bahwa variabel NIM me-
berbeda dengan rasio keuangan CAMEL yaitu be- rupakan variabel yang dominan dalam membeda-
rupa rasio EAGLES yang dikemukakan oleh Vong kan bank pailit dan tidak pailit, dibuktikan dengan
(1995) terdiri dari 6 aspek. Hasil analisis data men- kedudukannya pada peringkat pertama sebagai
dukung hipotesis 1 dan terbukti kebenarannya bah- variabel yang dominan.
wa rasio keuangan CAMEL mempunyai perbedaan Hasil penelitian ini konsisten dengan pene-
yang signifikan secara simultan antara bank yang litian terdahulu yang obyeknya adalah industri
pailit dan tidak pailit. perbankan, tetapi tidak sejalan dengan penelitian
Pembahasan hasil uji hipotesis 2 kriteria yang yang obyeknya industri di luar perbankan. Peneliti-
digunakan adalah jika mempunyai wilk’s lambda an yang dilakukan pada industri perbankan meng-
kecil, F ratio besar dan level of significance maksimal hasilkan profitabilitas sebagai variabel yang domin-
10%. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial an dalam membedakan bank yang pailit dan tidak
yang diperlihatkan pada tabel test of equity of group pailit, sedangkan penelitian dengan obyek peneliti-
means, dari 12 variabel yang digunakan sebagai va- an di luar industri perbankan rata-rata menghasil-
riabel prediktor ternyata terdapat 5 variabel yang kan rasio likuiditas sebagai rasio yang dominan
signifikan dalam membedakan bank yang pailit dalam membedakan kondisi bangkrut dan tidak
dan tidak pailit, yaitu PPAP, ROE, NIM, BOPO bangkrut. Perbedaan hasil penelitian ini kemung-
dan LDR, sedangkan 7 variabel lain yang tidak kinan besar disebabkan perbedaan obyek yang di-
signifikan adalah KPMM, KP, APYD, APYDAP, teliti dimana rasio keuangan yang digunakan untuk
NPA, ROA, dan FBI. industri perbankan dengan rasio keuangan untuk
Hasil penelitian ini menarik karena pada pe- industri di luar perbankan tentu berbeda, yang
nelitian sebelumnya variabel PPAP ini tidak pernah pada akhirnya membuat hasil penelitian juga ber-
masuk sebagai variabel yang secara parsial mem- beda. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
punyai perbedaan yang signifikan dalam mem- hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
bedakan bank yang pailit dan tidak pailit, sehingga Rodliyah (2003), yang menghasilkan rasio likuiditas
hasil penelitian ini tidak konsisten dengan pene- dan permodalan sebagai variabel yang dominan.
litian-penelitian sebelumnya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
Variabel bebas yang tidak mempunyai per- disimpulkan bahwa hipotesis 3 dalam penelitian
bedaan yang signifikan secara parsial terdiri dari ini dapat diterima karena variabel NIM yang meru-
7 variabel yaitu KPMM, KP, APYD, APYDAP, pakan variabel yang masuk dalam aspek earnings
NPA, ROA, dan FBI. atau profitabilitas terbukti menjadi variabel yang

| 754 |
Rasio Keuangan Camel dan Prediksi Kepailitan pada Bank Umum Swasta Nasional
Gunarianto

dominan dalam membedakan bank pailit dan tidak NIM, BOPO, FBI dan LDR secara simultan mampu
pailit. memprediksi kepailitan bank dengan akurat dan
Pembahasan hasil uji hipotesis 4 dalam fungsi stabil.
diskriminan, dihasilkan secara simultan telah ter-
bukti signifikan hasil prediksi mampu mengklasi-
KESIMPULAN DAN SARAN
fikasikan bank ke dalam kelompok pailit dan tidak
pailit secara akurat, sedangkan dengan uji press’s Kesimpulan
Q terbukti bahwa model yang digunakan stabil, Penelitian ini bertujuan untuk menguji ke-
sehingga dapat disimpulkan untuk uji keakuratan mampuan rasio keuangan dalam memprediksi ke-
dan kestabilan, model terbukti akurat dan stabil pailitan bank. Oleh karena yang diteliti adalah bank
untuk digunakan. maka rasio-rasio yang digunakan adalah rasio-
Klasifikasi bank memberikan hasil bahwa rasio yang terdapat dalam CAMEL. Hasil penguji-
model diskriminan ini mampu mengklasifikasikan an terhadap hipotesis 1 dengan menggunakan me-
secara benar sebanyak 91,1% dari kasus yang dite- tode langsung terbukti bahwa rasio keuangan CAMEL
liti. Model diskriminan hanya gagal mengklasifika- yang terdiri dari rasio KPMM, KP, APYD,
sikan 1 bank atau 12,5% dari yang seharusnya ma- APYDAP, NPA, PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, FBI,
suk kelompok pailit ternyata masuk ke dalam ke- dan LDR mempunyai perbedaan yang signifikan
lompok tidak pailit. Selain itu model hanya gagal secara simultan antara bank yang pailit dan tidak
mengklasifikasikan 3 bank atau 8,1% dari yang pailit pada bank umum swasta nasional di Indonesia.
seharusnya masuk kelompok tidak pailit ternyata Hasil pengujian hipotesis 2 diketahui hanya
masuk ke dalam kelompok pailit. Dengan demikian terdapat 5 variabel yang signifikan dalam mem-
maka keanggotaan kelompok secara benar telah bedakan bank yang pailit dan tidak pailit yaitu
diprediksi sebesar 87,5% untuk bank yang pailit PPAP, ROE, NIM, BOPO, dan LDR, sedangkan 7
dan 91,9% untuk bank yang tidak pailit. variabel lainnya tidak signifikan. Hasil pengujian
Penelitian ini secara terperinci memberikan terhadap hipotesis 3, terbukti bahwa rasio keuang-
hasil pengklasifikasian bank ke dalam kelompok an CAMEL dalam aspek rentabilitas merupakan
pailit, tidak pailit dan dalam kesulitan keuangan rasio yang dominan dalam membedakan bank
dengan menggunakan titik cut-off point. Hasil pre- yang pailit dan tidak pailit pada bank umum swasta
diksi terhadap 45 sampel bank umum swasta nasi- nasional di Indonesia. Variabel yang dominan ada-
onal di Indonesia, mengelompokkan 10 bank dalam lah variabel NIM yang merupakan rasio pengukur
kondisi pailit, 25 bank dalam kondisi tidak pailit earnings atau profitabilitas. Hasil penelitian ini kon-
dan 10 bank dalam kondisi sedang mengalami ke- sisten dengan penelitian terdahulu yang obyeknya
sulitan keuangan. Hasil menarik diperoleh dari pe- adalah industri perbankan, tetapi tidak sejalan de-
nelitian ini, yaitu terdapat 10 bank yang sedang ngan penelitian yang obyeknya industri di luar per-
menghadapi kesulitan keuangan, yang jika tidak bankan. Penelitian yang dilakukan pada industri
segera diatasi akan kemungkinan besar terjadi pai- perbankan menghasilkan profitabilitas sebagai
lit. Dengan ditentukannya titik cut-off point dan variabel yang dominan dalam membedakan bank
dibandingkan dengan hasil klasifikasi seperti yang yang pailit dan tidak pailit, sedangkan penelitian
diperlihatkan pada tabel classification result maka dengan obyek penelitian di luar industri perbankan
terbukti bahwa fungsi diskriminan dengan meng- rata-rata menghasilkan rasio likuiditas sebagai ra-
gunakan 12 rasio keuangan CAMEL yaitu KPMM, sio yang dominan dalam membedakan kondisi pai-
KP, APYD, APYDAP, NPA, PPAP, ROA, ROE, lit dan tidak pailit. Hasil pengujian terhadap hipo-

| 755 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 745 – 757

tesis 4, terbukti bahwa rasio keuangan CAMEL nya.


dapat digunakan untuk memprediksi kepailitan pa- Keterbatasan penelitian ini berupa penggu-
da bank umum swasta nasional di Indonesia secara naan level of significance yang maksimal, data ke-
akurat dan stabil. Model diskriminan yang dihasil- uangan 2 tahun sebelum pailit dan tidak semua
kan mampu mengklasifikasikan secara benar seba- aspek CAMEL dipergunakan, maka disarankan pa-
nyak 91,1% dari kasus yang diteliti. Model diskri- da peneliti selanjutnya, dapat melengkapi keku-
minan hanya gagal mengklasifikasikan 1 bank atau rangan yang merupakan keterbatasan penelitian
12,5% dari yang seharusnya masuk kelompok pailit ini sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat.
ternyata masuk ke dalam kelompok tidak pailit.
Selain itu model hanya gagal mengklasifikasikan
3 bank atau 8,1% dari yang seharusnya masuk ke- DAFTAR PUSTAKA
lompok tidak pailit ternyata masuk ke dalam ke-
Abiwodo., 2000, Pengaruh Modal, Kualitas Aktiva
lompok pailit. Dengan demikian maka keanggota-
an group secara benar telah diprediksi sebesar Produktif, Rentabilitas dan Likuiditas terhadap
Rasio Laba Bersih Industri Perbankan yang Go
87,5% untuk bank yang pailit dan 91,9% untuk bank Public di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Program Pasca
yang tidak pailit. Hasil prediksi terhadap 45 sampel Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.
bank umum swasta nasional di Indonesia,
Almilia, L. S. 2006. Prediksi Kondisi Financial Distress
mengelompokkan 10 bank dalam kondisi pailit, 25
Perusahaan Go Public Dengan Menggunakan
bank dalam kondisi tidak pailit dan 10 bank dalam Analisis Multinomial Logit. Jurnal Ekonomi dan
kondisi sedang mengalami kesulitan keuangan. Bisnis, Vol.XII, No.1, hlm.1-20.

Almilia, L. S. & Kristijadi, E. 2003. Analisis Rasio


Keuangan untuk Memprediksi Financial Distress
Saran
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Kondisi perekonomian baik nasional mau- Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia,
Vol.7, No.2, hlm.1–27.
pun internasional yang dapat berubah sewaktu-
waktu menuntut pihak manajemen bank untuk Almilia, L.S. & Herdiningtyas, W. 2003. Analisis Rasio
selalu tanggap dan bertindak cepat dalam mengha- Keuangan CAMEL terhadap Prediksi Kondisi
dapi kemungkinan buruk yang terjadi. Disarankan Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode
2000–2002. Jurnal Ekonomi Akuntansi, Fakultas
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pe- Ekonomi, Universitas Kristen Petra.
ringatan dini, jika terjadi penurunan yang berturut-
turut pada aspek rentabilitas maka pihak manaje- Altman, E. I. 1968. Financial Ratios, Discriminant
Analysis and The Prediction of Corporate
men harus segara tanggap mengatasinya dan men- Bankrupcty. Journal of Finance, Vol.XXIII, No.4,
cari solusi agar terhindar dari kepailitan. pp.589-609.
Masyarakat atau nasabah sebaiknya perlu Angelina, L. 2004. Perbandingan Early Warning Systems
mengetahui dan memahami bahwa Bank Indone- (EWS) untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank
sia mewajibkan semua bank untuk mempublikasi- Umum di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan
kan laporan keuangan secara periodek yang dapat Perbankan.
diakses melalui internet maupun publikasi di kan- Arif, W. 2000. Pengembangan Model Z Score untuk
tor pelayanan. Disarankan dengan pemahaman Mengidentifikasi Kesulitan Keuangan dan
atas laporan keuangan yang ada maka masyarakat Kemungkinan Kebangkrutan Industri Perbankan
atau nasabah dapat mengetahui kinerja bank tem- di Indonesia. Tesis. Program Pasca Sarjana
Universitas Brawijaya. Malang.
pat mereka menyimpan dan mempercayakan dana-

| 756 |
Rasio Keuangan Camel dan Prediksi Kepailitan pada Bank Umum Swasta Nasional
Gunarianto

Bank Indonesia. 2004. Peraturan Bank Indonesia nomor 6/ Sulianita, L. 2003. Analisis Kesulitan Keuangan dan
10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dan Surat Edaran Kemungkinan Kebangkrutan Berdasarkan Aspek-
Bank Indonesia nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei Aspek Penilaian Kinerja Keuangan. Tesis. Program
2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.
Umum yang Melaksanakan Kegiatannya secara
Konvensional. Bank Indonesia. Jakarta. Triandaru, S. & Budisantoso, T. 2006. Bank dan Lembaga
Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Muliaman. 2003. Indikator Kepailitan di Indonesia An
Additional Early Warning Tools Pada Stabilitas Sistem __________. Undang-Undang Kepailitan. 2003. Jakarta:
Keuangan, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Redaksi Sinar Grafika.
Perbankan Bank Indonesia. Jakarta.
Wilopo. 2001. Prediksi Kebangkrutan Bank. Jurnal Riset
Muliaman. 2004. Model Prediksi Kepailitan Bank Umum di Akuntansi Indonesia, Vol.4, No.2, hlm.184–198.
Indonesia. Direktorat Penelitian dan Pengaturan
Perbankan Bank Indonesia. Jakarta.

Rodliyah, S. 2003. Penerapan Analisis Diskriminan


Altman untuk Memprediksi Tingkat
Kebangkrutan (Studi Kasus pada Perusahaan
Tekstil dan Produk Tekstil yang Tercatat di BEJ).
Program Studi Akuntansi UMM.

| 757 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus Oktober 2010, hal. 758 – 767
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN TANPA AGUNAN PADA BANK


SYARIAH

Nur Asnawi
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Malang
Jl. Gajayana No.50 Malang

Abstract:
These research results show that the process of the implementation of implan financing consish: offered financ-
ing, engagement MOU, agreement of committee financing, opening of customers account, agreement and
clearance. The process of this implementation is very fast and the evaluation of the committee financing is also
not too difficult, until the analysis is used by BSM office of assistant branch Pasuruan is 5C+6A by the pattern
channeling to firm or agency, and the financing is done collectively. All of the a procedurs have been estab-
lished by the implementation of the implan financing so that it can give ease to customers.
Key words: collateral, implan financing

Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 menyebab- Salah satu instrumen ekonomi Islam adalah
nya buruknya kinerja perbankan di Indonesia, baik bisnis yang menerapkan konsep profit and loss sharing
itu dari kinerja keuangan maupun persoalan yang atau bagi hasil. Konsep ini diterapkan untuk menjawab
lain. Dan dari hasil analisis dijelaskan bahwa bank permasalahan sistem bunga yang dikategorikan se-
konvensional lebih banyak terkena dampak krisis bagai riba. Oleh karena itu, organisasi bisnis Islam
tahun 1997 daripada bank syariah. harus dilakukan dengan berlandaskan prinsip
Pasca krisis tahun 1997 tersebut, berangsur- syirkah (kemitraan usaha) dan mudharabah (pemba-
angsur perbankan syariah menunjukkan perkemba- gian hasil) (Muhammad, 2005)
ngannya. Perkembangan ini selain disebabkan oleh Pada tahun 2006 perbankan syariah sudah
perkembangan internal dunia perbankan juga ti- mengeluarkan pembiayaan tanpa agunan, salah
dak terlepas dari pengaruh perkembangan ekster- satunya Bank Syariah Mandiri melalui programnya
nal dunia perbankan. Seperti sektor riil dalam per- BSM Implan yang merupakan pembiayaan konsu-
ekonomian, politik, hukum, dan sosial. Seiring de- mer dalam satuan valuta rupiah yang diberikan
ngan perkembangan perdagangan dunia, maka oleh bank kepada karyawan tetap perusahaan de-
perkembangan perbankan semakin pesat pula, ngan limit pembiayaan hingga Rp 25 juta. Tetapi
karena disebabkan perkembangan perdagangan dengan ketentuan yang baru sesuai dengan
dan daya pikir masyarakat akan bank syariah. SE.No.11/002/PEM tangal 7 Januari 2009,

Korespondensi dengan penulis:


Nu r A sn aw i : Telp./Fax.: +62 341 558 881
E-mail: caksispdim @gmail.com

| 758 |
Imlementasi Pembiayaan Tanpa Agunan pada Bank Syariah
Nur Asnawi

ketentuan pembiayaan tanpa agunan dengan limit PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
hingga Rp.100 juta per nasabah. Pasuruan sudah diluncurkan mulai tahun akhir
Hal ini karena Bank Syariah Mandiri menya- 2006. Setelah adanya produk pembiayaan implan
dari bahwa sulitnya mendapatkan kredit tanpa tersebut nasabah yang hadir untuk melakukan
agunan mulai dirasakan banyak pihak. Saat ini, pembiayaan semakin banyak. Hal ini membuktikan
memang banyak sekali penawaran kredit tetapi bahwa respon masyarakat terhadap pembiayaan
untuk mendapatkan kredit tanpa agunan membu- multiguna yang diberikan Bank Syariah Mandiri
tuhkan proses yang sulit. Namun produk pembiaya- Kantor Cabang Pembantu Pasuruan adalah baik.
an implan ini masih belum bisa diterapkan di semua Menurut data yang peneliti ambil menyebut-
kantor cabang PT. Bank Syariah Mandiri, karena kan bahwa khusus untuk bank syariah, pinjaman
tergantung pada tingkat profitabilitas dan kinerja tanpa agunan dikenal dengan istilah al-qhardul
keuangan masing-masing kantor cabang. hasan yang umumya diberikan kepada pengusaha
Secara prinsip, seharusnya pembiayaan yang kecil yang baru tumbuh selain KUR yang diberikan
diberikan oleh bank syariah kepada kalangan nasa- bank syariah. Proses mendapatkan KUR tanpa agun-
bah diharuskan memiliki jaminan bahwa dana ter- an berdasarkan syariah sangat tidak mudah
sebut akan dikembalikan kepada bank sesuai dilakukan di Indonesia dan juga sangat jarang jika
perjanjian. Keberadaan agunan digunakan untuk dibandingkan dengan KUR dengan agunan. Bahkan,
mencegah masalah yang kemungkinan akan terjadi kredit yang diluncurkan oleh BSM sebagaimana
di hari selanjutnya.Namun, sejujurnya pihak per- yang telah diuraikan juga memerlukan proses yang
bankan tidak mengharapkan eksekusi atas jaminan sulit.
tersebut. Namun dengan perkembangan sistem keuang-
Terdapat berbagai bentuk jaminan yang da- an syariah yang semakin kompleks juga akan me-
pat diberikan pihak nasabah kepada perbankan nyebabkan kredit tanpa agunan tersebut mudah
untuk memperoleh kepercayaan bank baik berupa untuk didapatkan dan juga terkait dengan pengelo-
kebendaan maupun non kebendaan, antara lain: laan pembiayaan pada sektor kecil semakin mudah.
tagihan atas penjualan produk, L/C, kontrak pro- Dengan demikian untuk mendapatkan pembiayaan
yek yang sedang dikerjakan, serta penjaminan. Ke- tanpa agunan (BSM implan) memerlukan proses
beradaan agunan pada perbankan syariah disesuai- yang sulit, meskipun mudah itupun hanya terbatas
kan dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Bank pada sektor usaha kecil saja. Tetapi jika proses da-
Indonesia. Namun, keberadaan agunan seringkali lam mendapatkan pembiayaan implan sulit, pada
menjadi permasalahan terutama apabila tidak me- kenyataannya PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
miliki agunan yang dapat dijaminkan untuk mem- Cabang Pembantu Pasuruan justru didatangi ba-
peroleh pinjaman. Oleh karena itu pihak perbankan nyak nasabah yang mengajukan kredit dan berha-
syariah akan melakukan penyeleksian nasabah sil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskri-
guna menghindari terjadinya non performing financ- psikan pelaksanaan pembiayaan tanpa agunan pa-
ing yang berlebihan. Fungsi dari jaminan ini seba- da bank syariah
gai aspek safety bagi perbankan dan juga bentuk
ikatan kepercayaan. METODE
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pem- Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Syariah
bantu Pasuruan sudah didirikan pada tanggal 1 Mandiri Kantor Cabang Pembantu (BSM KCP) Pa-
Agustus 2003 sebagai pengembangan dari BSM Ca- suruan yang kegiatannya melakukan pembiayaan
bang Malang. Produk pembiayaan implan pada implan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif

| 759 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 758 – 767

dengan pendekatan deskriptif. Tehnik pengumpul- dan pengulasan kembali sehingga dapat ditarik
an data menggunakan teknik dokumentasi sebagai kesimpulan tentang analisis pelaksanaan pembiaya-
sarana untuk mendapatkan data tentang jumlah an implan.
nasabah, data pembiayaan implan, laporan keuang-
an, serta data-data lainnya yang mendukung serta HASIL
dengan teknik wawancara secara langsung kepada
pihak bank tentang pembiayaan implan yang ter- Pelaksanaan Pembiayaan Implan
kait dengan prosedur pelaksanaan, tujuan, pengen- Berdasarkan wawancara yang peneliti laku-
dalian, risiko, prinsip-prinsip pembiayaan, kredit kan pada Bapak Jumartono selaku Asisten Marke-
macet pembiayaan implan. Langkah-langkah tek- ting, pembiayaan implan mulai diluncurkan di BSM
nik analisis data dalam penelitian ini adalah: (1) KCP Pasuruan adalah mulai 19 April 2006. Pem-
data reduksi, dengan cara mengumpulkan, merang- biayaan implan adalah pembiayaan konsumer da-
kum dan memilih hal-hal yang pokok kemudian lam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepa-
memfokuskan pada data pelaksanaan pembiayaan da karyawan tetap perusahaan/instansi yang pe-
implan. ngajuannya dilakukan secara massal. Jangka waktu
Data reduksi yang diambil adalah mengenai pembiayaan implan ini adalah maksimal 5 tahun
skema pembiayaan, syarat-syarat yang dibutuhkan dengan limit pembiayaan hingga 50 juta per calon
dalam pembiayaan, tujuan, akad dan prosedur- nasabah dan batasan per instansi maksimal 100
prosedur yang harus dilalui para nasabah untuk juta. Jika lebih dari 100 juta maka perizinannya juga
pengajuan pembiayaan implan dan lain-lain. Sete- harus ke kepala BSM KCP Malang. Instansi/per-
lah itu baru diketahui apakah pelaksanaan pembiaya- usahaan yang menjadi sasaran pasar pembiayaan
an implan itu membawa kemudahaan bagi nasabah implan adalah lembaga pemerintahan, BUMN/
atau tidak. (2) Data display yang peneliti gunakan BUMD, lembaga pendidikan, dan perusahaan mul-
adalah dengan menguraikan secara singkat jawab- tinasional atau perusahaan besar yang sudah go public.
an yang diberikan oleh bank terkait dengan pelak- Pembiayaan yang paling dominan di BSM
sanaan pembiayaan implan dan membahas secara KCP Pasuruan ini adalah pembiayaan akad mura-
cermat. (3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi. bahah, dan di dalam akad murabahah ini termasuk
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersi- pembiayaan implan, karena pembiayaan implan ini
fat sementara, dan akan berubah jika ditemukan menggunakan 2 akad yaitu untuk pembelian ba-
bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap rang menggunakan akad wakalah wal murabahah dan
pengumpulan data berikutnya. Tetapi bila kesim- untuk memperoleh manfaat atas jasa menggunakan
pulan yang dikemukakan pada tahap awal didu- akad wakalah wal ijarah.
kung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten Dalam akad wakalah wal murabahah pelapor-
saat peneliti ke lapangan mengumpulkan data, ma- annya dijadikan satu dalam akad murabahah, tapi
ka kesimpulan yang dikemukakan merupakan ke- 90% dari akad murabahah tersebut dari pembiayaan
simpulan yang kredibel (Sugiono, 2008). implan konsumtif tanpa agunan dengan
Setelah data dibahas, maka peneliti menyaji- akad(wakalah wal murabahah). Total nasabah yang
kan data berupa teori-teori yang sesuai dengan pembiayaan pada BSM KCP Pasuruan ditunjukkan
permasalahan, setelah itu dianalisis, ditafsirkan pada Tabel 1.

| 760 |
Imlementasi Pembiayaan Tanpa Agunan pada Bank Syariah
Nur Asnawi

Tabel 1. Posisi Akad Pembiayaan per 30 November 2009 persyaratannya, antara lain: foto kopi KTP (suami/
istri), foto kopi kartu keluarga, foto kopi akte nikah/
Total
Jenis Akad cerai, foto kopi slip gaji 3 bulan terakhir, asli SK
Nasabah
Akad Murabahah terakhir/sertifikat hak milik + PBB + IMB (izin
a.Pembiayaan Murabahah 60 mendirikan bangunan) bagi perusahaan, dan surat
b. Pembiayaan Implan Konsumtif 540 persetujuan suami/istri (bila sudah menikah) atau
Akad Mudharabah 381 surat pernyataan (bila belum menikah)
Talangan Haji 538
Perjanjian MOU (Memorandum of Understanding)
Prosedur Pelaksanaan Pembiayaan Implan Perjanjian MOU ini adalah perjanjian ker-
Sama halnya dengan bank atau lembaga ke- jasama pembiayaan BSM Implan yang dilakukan
uangan pada umumnya yang memiliki prosedur oleh BSM KCP Pasuruan dengan perusahaan/ins-
pembiayaan, pada BSM KCP Pasuruan juga telah tansi.
memiliki prosedur pembiayaan implan yang ter-
tulis dalam uraian dan secara sistematis. Adapun Persetujuan Komite Pembiayaan
prosedur dalam melaksanakan pembiayaan implan Setelah perjanjian MOU disetujui oleh ben-
(konsumtif) tanpa agunan adalah sebagai berikut: dahara perusahaan, maka akan diserahkan kepada
analis pembiayaan dengan persetujuan komite
Penawaran Pembiayaan Implan pembiayaan.
Cara mengenalkan produk kepada masyara-
kat adalah dengan melakukan penawaran lewat Pembukaan Rekening Nasabah
brosur kepada sejumlah perusahaan/koperasi/ins- Setelah proses persetujuan komite pembiaya-
tansi yaitu dengan proses solitasi. an, maka masing-masing nasabah datang sendiri
Sebelum melakukan solisit, account officer ke BSM KCP Pasuruan untuk pembukaan rekening.
akan memilih dan membidik pasar yang mempu- Rekening ini atas nama individu bukan nama per-
nyai prospek yang bagus. Untuk mengetahui in- usahaan/instansi.
dustri-industri yang memiliki prospek yang bagus
untuk dibiayai bank mengikuti pedoman dan arah- Penandatanganan Akad
an dari kantor pusat terhadap sektor-sektor indus- Penandatanganan akad ini digunakan oleh
tri apa yang menarik untuk dibiayai atau sektor BSM KCP Pasuruan untuk mengetahui tujuan calon
industri apa yang harus dijauhi. Hal ini sesuai de- nasabah mengajukan pembiayaan, apakah untuk
ngan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Ju- keperluan konsumtif (menggunakan akad mura-
martono pada hari Kamis tanggal 7 Januari 2010 bahah) atau untuk memperoleh manfaat atas jasa
selaku asisten pemasaran BSM KCP Pasuruan. seperti: biaya pendidikan anak (menggunakan akad
ijarah). Nasabah menandatangani akad wakalah wal
Permohonan Pembiayaan Implan murabahah bila tujuannya untuk pembelian barang.
Permohonan pembiayaan dilakukan secara Menandatangani akad wakalah wal ijarah untuk
tertulis kepada customer service dengan mengisi form memperoleh manfaat atas jasa dengan melampirkan
pengajuan pembiayaan. Dalam proses permohonan bukti masuk sekolah jika tujuan untuk biaya pendi-
pembiayaan ini calon nasabah harus menyertakan dikan.

| 761 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 758 – 767

Persetujuan dibiayai, hanya ada 2 nasabah yang mengalami kre-


dit macet. Dua orang ini berasal dari perusahaan/
Di dalam proses persetujuan ini, pihak bank
intansi yang berbeda. Hal ini disebabkan karena
akan menghubungi bendahara perusahaan/instansi
nasabah tersebut di PHK dari perusahaan nasabah
tersebut. Adapun langkah dalam proses persetuju-
tersebut bekerja. Tapi yang bertanggung jawab
an adalah: (1) akad yang telah ditandatangani di-
atas angsuran pembiayaan nasabah tersebut adalah
periksa oleh BSM KCP Pasuruan. (2) Pihak BSM
bendahara gaji/penanggung jawab di perusahaan/
KCP Pasuruan memberikan surat persetujuan dan
instansi tersebut, walaupun masih ditangguhkan
kuasa untuk ditandatangani bendahara gaji. (3)
dengan janji akan dibayar. Bendahara perusahaan/
Memberikan surat kuasa pendebetan rekening, tan-
instansi tersebut bisa melunasi angsuran nasabah
da terima uang oleh nasabah, surat sanggup
tersebut dengan mengambilkan dari asuransi jiwa
(askep/promes) yang ditandatangani masing-ma-
dari nasabah tersebut atau anggaran perusahaan/
sing calon nasabah. (4) Seluruh surat tersebut di-
instansi tersebut.
tandatangani dengan dibubuhi materai dan dise-
rahkan lagi ke bagian komite pembiayaan.
PEMBAHASAN
Pencairan Implementasi Pembiayaan Tanpa Agunan
Sebelum terjadinya pencairan, maka dilaku- Secara teori cara untuk pengajuan pembiaya-
kan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap semua an implan adalah dengan secara kolektif/massal,
kelengkapan dan persyaratan yang telah ditentu- dan jumlah minimum pengajuan pembiayaan se-
kan, termasuk persyaratan tambahan yang didis- besar 100 juta per perusahaan/instansi dan harus
posisikan oleh Komite Pembiayaan. Setelah semua mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan
persyaratan telah lengkap maka pencairan baru da- oleh Bank Syariah Mandiri yang telah ditetapkan
pat dilakukan. Adapun syarat dari proses pencairan pada SE No.8/017/PEM, tanggal 19 April 2006
adalah nasabah telah menandatangani akad pem- yang telah dijelaskan oleh Bapak Jumartono pada
biayaan dan surat-surat yang disyaratkan telah tanggal 23 Desember 2009.
lengkap. Setelah peneliti melakukan penelitian di BSM
Pencairan dilakukan secara kolektif ke reke- KCP Pasuruan, disana ternyata juga mematuhi/
ning masing-masing nasabah dan maksimal 100 juta menggunakan prosedur atau langkah-langkah se-
per perusahaan. Pencairan dapat dilakukan dengan suai dengan surat edaran tersebut. Beberapa pihak
tiga cara, yaitu: transfer ke rekening giro penjual, yang terkait langsung dengan proses pelaksanaan
transfer ke rekening Tabungan BSM tiap nasabah, pembiayaan implan pada BSM KCP Pasuruan ada-
dan/atau transfer ke rekening giro perusahaan/ lah bagian pemasaran, analis pembiayaan, komite
kopkar/instansi di bank berdasarkan kuasa dari pembiayaan (meliputi kepala BSM KCP Pasuruan),
masing-masing nasabah. dan bagian operasional (persetujuan dan filling).
Adapun prosedur atau langkah-langkah dalam
Kredit Macet Pembiayaan Implan melakukan pembiayaan implan:

Berdasarkan wawancara yang peneliti laku-


Permohonan Pembiayaan Implan
kan dengan Bapak Jumartono selaku asisten pema-
saran pada tanggal 24 Desember 2009, bahwa Permohonan pembiayaan dilakukan dilaku-
selama ini kredit macet dalam pembiayaan implan kan dengan mengisi form pembiayaan implan yang
tidak terlalu banyak, dari sekitar 600 nasabah yang dilakukan secara kolektif. Jika dalam suatu per-

| 762 |
Imlementasi Pembiayaan Tanpa Agunan pada Bank Syariah
Nur Asnawi

usahaan/koperasi ada lima calon nasabah/kar- haan/instansi sepakat untuk menetapkan pokok-
yawan yang ingin melakukan pembiayaan, maka pokok kerjasama untuk penyaluran pembiayaan
ada lima form pembiayaan yang harus diisi oleh dengan syarat-syarat dan ketentuan yang meliputi:
masing-masing nasabah/karyawan. Kelima calon fasilitas pembiayaan, jangka waktu perjanjian, jang-
nasabah/karyawan tersebut harus datang sendiri ka waktu pembiayaan, kewajiban perusahaan, ke-
ke BSM KCP Pasuruan dan tidak boleh diwakilkan. wajiban bank, pajak dan biaya lainnya.
Adapun hal-hal yang dilakukan dalam proses per-
mohonan pembiayaan implan: (1) nasabah meng-
ajukan permohonan pembiayaan dengan mengisi Persetujuan Komite Pembiayaan
formulir pembiayaan implan yang diisi oleh setiap Sebelum dilakukan persetujuan oleh komite
calon nasabah tetapi pengajuannya secara kolektif/ pembiayaan, maka pembiayaan yang akan di-
kelompok. (2) Nasabah menyerahkan formulir ajukan tersebut harus dianalisis oleh analis pembiaya-
pembiayaan beserta kelengkapannya antara lain an, apakah pembiayaan yang diajukan calon nasa-
kepada bagian pemasaran dengan perantara cus- bah layak untuk dibiayai atau tidak.
tomer service. (3) Bagian pemasaran menerima for- Pada BSM KCP Pasuruan analis pembiayaan
mulir permohonan pembiayaan melalui customer ser- menerapkan prinsip pembiayaan yang tertuang da-
vice dan semua bukti atau kelengkapan yang disya- lam analisis 5C, skor pada BSM-Financing Risk Rat-
ratkan. (4) Bagian pemasaran memeriksa semua ing (working paper) dan kondisi internal pihak BSM
kelengkapan dan identitas diri calon nasabah. (5) KCP Pasuruan itu sendiri. Adapun yang dianalisis
Mengirim formulir permohonan pembiayaan dan oleh analis pembiayaan adalah:
foto kopi semua bukti dan kelengkapan ke komite
pembiayaan untuk mendapatkan persetujuan.
Karakter Perusahaan
Perjanjian MOU (Memorandum of Terdiri dari lembaga/perusahaan yang bo-
nafiditasnya dapat dipercaya, seperti lembaga pe-
Understanding)
merintah, BUMN/BUMD, perusahaan PMA/mul-
Perjanjian MOU ini adalah perjanjian kerjasa- tinasional atau perusahaan besar yang telah masuk
ma pembiayaan BSM Implan yang dilakukan oleh bursa/go public.Tetap diyakini kontinuitas dan
BSM KCP Pasuruan dengan perusahaan/instansi. profitabilitas perusahaan serta dikaji lebih dalam
Perjanjian MOU ini diisi oleh bendahara instansi/ tentang prospek uasaha perusahaan serta dibatasi
perusahaan yang bertugas sebagai penangung jawab tujuan penggunaannya. Perusahaan telah ber-
pada instansi/perusahaan tersebut untuk meng- operasi/berjalan minimal 5 tahun dan 2 tahun ter-
akomoditir pembiayaan implan pada karyawan ins- akhir berdasarkan profil.
tansi tersebut.
Perjanjian MOU ini berisi bahwa perusahaan Karakter Koperasi Karyawan
telah merekomendasikan/mengijinkan karyawan
untuk menikmati fasilitas pembiayaan untuk Terdiri dari koperasi karyawan dari lembaga/
pembelian barang/jasa konsumtif (halal) melalui perusahaan. Telah berbadan hukum berarti ang-
bank. Perjanjian MOU ini ditandatangani oleh garan dasar/anggaran rumah tangga telah menda-
kepala perusahaan/instansi dengan kepala BSM pat mengesahan dari instansi yang berwenang se-
KCP Pasuruan. suai ketentuan dalam undang-undang koperasi. Se-
lama 2 tahun terakhir kinerjanya baik/profil. Ber-
Di dalam perjanjian MOU ini bahwa kedua
pengalaman mengelola kegiatan simpan pinjam.
belah pihak yaitu BSM KCP Pasuruan dan perusa-

| 763 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 758 – 767

Akte pendirian/anggaran dasar perusahaan/kop- Pembukaan Rekening Nasabah


kar telah mendapat pengesahan dari pejabat yang
Jika nasabah setuju dan pembiayaan implan
berwenang dan telah memiliki perijinan/legalitas
tersebut juga disetujui oleh Komite Pembiayaan,
usaha lainnya seperti SIUP, TDP dan NPWP
maka nasabah yang telah disetujui dianjurkan un-
tuk membuka rekening di BSM KCP Pasuruan atas
Karakter Calon Nasabah nama individu/bukan perusahaan. Pembukaaan
Karakter yang harus dimiliki meliputi: jujur, rekening dan penandatanganan akad bisa dilaku-
bertanggung jawab, terbuka, tepat janji, dan kon- kan dalam waktu yang bersamaan.
sisten.
Penandatanganan Akad
Pembiayaan Penandatanganan akad ini digunakan oleh
Meliputi untuk apa pembiayaan implan ini BSM KCP Pasuruan untuk mengetahui tujuan calon
digunakan dan banyaknya jumlah tanggungan ke- nasabah mengajukan pembiayaan, apakah untuk
luarga keperluan konsumtif (menggunakan akad wakalah
wal murabahah) atau untuk memperoleh manfaat
atas jasa seperti: biaya pendidikan anak (menggu-
Modal (Capital) nakan akad wakalah wal ijarah). Akad ini ditanda-
Meliputi gaji calon nasabah tiap bulannya, tangani oleh kepala cabang pembantu BSM KCP
asuransi apa saja yang diikutsertakan oleh perusa- Pasuruan dan masing-masing nasabah/bukan per-
haan/instansi kepada karyawannya dalam hal ini usahaan/instansi.
adalah calon nasabah, serta usaha sampingan calon
nasabah.
Persetujuan

Jaminan (Collateral) Di dalam proses persetujuan ini, pihak bank


akan memberikan surat persetujuan dan kuasa
Tidak ada jaminan, hanya jaminan dari ins- yang harus ditandatangani oleh bendahara gaji/
tansi/perusahaan yang merekomendasikan calon yang bertanggung jawab dengan nasabah. Surat
nasabah. Tapi jika perusahaan itu adalah perusaha- persetujuan ini harus dibawa pulang dan harus
an swasta maka harus menyertakan IMB dan PBB diserahkan/dikembalikan kepada BSM KCP
untuk mengetahui legalitas perusahaan. Pasuruan pada waktu proses pencairan.

Kondisi (Condition) Pencairan


Meliputi pegawai/karyawan tetap (masa Sebelum terjadinya pencairan, maka dilaku-
kerja minimal 2 tahun, termasuk masa kerja sebe- kan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap semua
lum diangkat menjadi pegawai tetap di perusahaan kelengkapan dan persyaratan yang telah ditentu-
saat ini), usia pemohon minimal 21 tahun, belum kan, termasuk persyaratan tambahan yang didi-
menikmati fasilitas pembiayaan serupa dari pem- sposisikan oleh komite pembiayaan. Setelah semua
beri pembiayaan lain, dan memperoleh rekomen- persyaratan telah lengkap maka pencairan baru da-
dasi dari perusahaan/instansi untuk memperoleh pat dilakukan. Adapun syarat dari proses pencairan
pembiayaan melalui bank. adalah nasabah telah menandatangani akad pem-

| 764 |
Imlementasi Pembiayaan Tanpa Agunan pada Bank Syariah
Nur Asnawi

biayaan dan surat-surat yang disyaratkan telah biasanya pihak BSM KCP Pasuruan baru bisa meni-
lengkap. lai dari karakter calon nasabah tersebut. (3) Meng-
Pencairan dilakukan secara kolektif ke reke- gunakan BI checking untuk mengetahui riwayat
ning masing-masing nasabah dan maksimal Rp.100 pembiayaan yang telah diterima oleh nasabah be-
juta per perusahaan. Biasanya dalam proses pen- serta status nasabah yang ditetapkan oleh BI apa-
cairan ini para nasabah datang semua ke BSM KCP kah nasabah tersebut termasuk dalam Daftar Hi-
Pasuruan, jika dalam 1 perusahaan/instansi ada 10 tam Nasional (DHN) atau tidak. Apakah nasabah
orang nasabah, jadi ke 10 orang itu harus datang tergolong nasabah yang aktif atau macet selama
semua, dan kalau ada yang tidak bisa datang, harus melakukan pembiayaan di bank lain. Bank check-
membuat surat kuasa untuk pengambilan uang ke- ing, dalam hal ini dilakukan secara personal antara
pada bendahara gaji dengan dibubuhi dengan ma- sesama officer bank, baik dari bank yang sama mau-
terai 6000. pun dari bank yang berbeda. Salah satu tujuannya
adalah untuk mengetahui apakah nasabah mem-
punyai tunggakan pinjaman di bank lain atau tidak.
Prosedur Pembiayaan Implan
Dalam teorinya Kasmir (2001) menyebutkan
Capacity
ada beberapa prinsip pembiayaan/penilaian kredit
yang dilakukan yaitu analisis 5C (character, capac- Kapasitas nasabah digunakan untuk menge-
ity, capital, collateral, condition), analisis 7P (person- tahui kemampuan nasabah dalam bekerja termasuk
ally, party, purpose, prospect, payment, profitability, kemampuan dalam menghasilkan kas atau setara
protection) dan studi kelayakan yang meliputi aspek- kas. Dalam hal ini, bank harus memperhatikan go-
aspek yang terkait. longan nasabah pada perusahaan/koperasi terse-
Setelah peneliti melakukan penelitian pada but, misalnya: Kalau PNS ada golongan IA, IIA
BSM KCP Pasuruan menyebutkan bahwa dalam dan kalau anggota koperasi ada jabatannya sebagai
menganalisis penilaian pembiayaan, pihak bank apa dan sebagainya.
menggunakan analisis yang telah dikembangkan Selain kemampuan nasabah pihak bank juga
sendiri, tetapi tetap berpedoman pada teori terse- memperhatikan kemampuan perusahaan/instansi
but, dan inti dari analisis yang dilakukan oleh bank yang akan melakukan pembiayaan implan antara
adalah sama. Analisis ini sering disebut dengan lain: kemampuan nasabah, status nasabah pada per-
analisis 5C+6A dan aspek internal yang meliputi usahaan tersebut, golongan pegawai, nasabah
komposisi dan kualitas SDM. Berikut ini penulis mempunyai pekerjaan sampingan atau tidak, ke-
jelaskan tentang analisis 5C+6A dan aspek internal. mampuan instansi/perusahaan/koperasi, kualitas
organisasi, bidang usaha yang dijalankan, dan
struktur organisasi
Character
Kemampuan calon nasabah dan kemampuan
Karakter nasabah merupakan gerbang utama perusahaan sangat menentukan dalam pelunasan
yang harus ditempuh dalam proses pembiayaan. pembiayaan nasabah tersebut. Jangan sampai calon
Untuk mengetahui baik buruknya karakter nasa- nasabah tersebut menggunakan uang yang nasabah
bah, Bank Syariah Mandiri KCP Pasuruan, mela- terima dengan berlebih-lebihan, agar nasabah ter-
kukan hal-hal sebagai berikut: (1) melakukan verifi- sebut dapat melunasi pembiayaannya dengan tepat
kasi data. (2) Melakukan wawancara dengan waktu.
bendahara perusahaan. Dari proses wawancara ini

| 765 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 758 – 767

Capital biayaan calon nasabah, seperti keadaan ekonomi


yang akan mempengaruhi adanya kredit macet na-
Analisis modal digunakan untuk mengetahui
sabah dalam melakukan angsuran pembiayaan
keyakinan nasabah terhadap usahanya sendiri.
implan. Misalnya: status nasabah sudah menikah
Oleh karena itu, untuk kepentingan tersebut BSM
apa belum, jumlah yang menjadi tanggungan dari
KCP Pasuruan juga harus melakukan pengecekan
nasabah tersebut. Kondisi lain bisa dilihat dari: ca-
terhadap slip gaji yang asli dan surat keterangan
kap hukum, pegawai/karyawan tetap (masa kerja
kepada calon nasabah anggota perusahaan/kope-
minimal 2 tahun, termasuk masa kerja sebelum di-
rasi. Apakah gaji yang diterima oleh calon nasabah
angkat menjadi pegawai tetap di perusahaan saat
tiap bulan cukup atau tidak untuk angsuran pem-
ini), usia pemohon minimal 21 tahun dan pada saat
biayaan. Dan hal ini digunakan pihak Bank Syariah jatuh tempo fasilitas usia maksimal 55 tahun dan
Mandiri untuk menentukan jumlah angsuran nasa- belum pensiun, belum menikmati fasilitas pembiaya-
bah tiap bulan yang disetujui. Analisis ini dilakukan an serupa dari pemberi pembiayaan lain, memper-
terhadap calon nasabah dan perusahaannya yaitu oleh rekomendasi dari perusahaan/instansi untuk
meliputi: (1) Modal perusahaan, yang terdiri dari memperoleh pembiayaan melalui bank.
tempat usaha bersifat strategis atau tidak, kenda-
Selain metode 5C tersebut, pihak BSM KCP
raan, mesin dan peralatan bersifat sederhana atau
Pasuruan ini juga menggunakan skor untuk menilai
modern, serta tenaga kerja yang dimiliki berkuali-
analisis pembiayaan yang disebut BSM-Financing
tas atau tidak. (2) Modal nasabah, yang terdiri dari
Risk Rating yang terdiri dari 6A, meliputi: aspek
pengecekan keaslian slip gaji, terutama berkaitan
yuridis, aspek manajemen, aspek teknis/produksi,
dengan jumlah gaji yang diterima calon nasabah
aspek keuangan, aspek pemasaran, dan aspek
tersebut, tanggungan asuransi jiwa, total pengha-
agunan.
silan setiap bulan yang dapat dilakukan dengan
wawancara, berkaitan dengan pekerjaan samping- Selain menggunakan analisis 5C dan 6A ter-
an calon nasabah. sebut, dalam memberikan pembiayaan implan ba-
gian analis juga mempertimbangkan faktor inter-
Collateral nal di BSM KCP Pasuruan sendiri, yaitu: komposisi
SDM, dalam hal ini BSM KCP Pasuruan memper-
Jaminan utama adalah keyakinan tentang ke-
timbangkan portofolio pembiayaan yang akan di-
mauan dan kemampuan dari pihak bank terhadap
ambil dengan jumlah SDM yang ada, kualitas SDM,
nasabah yang diberi pembiayaan. Bagi BSM KCP
dalam hal ini BSM KCP Pasuruan juga mempertim-
Pasuruan yang dijadikan jaminan adalah rekomen-
bangkan kualitas SDM yang ada dengan mengede-
dasi dari perusahaan/instansi calon nasabah terse-
pankan prinsip profesionalisme.
but bekerja.
Analisis yang dilakukan oleh analis pembiaya-
Jika perusahaan itu adalah perusahaan swas-
an implan dilakukan dengan seksama dan semudah
ta maka pihak BSM KCP Pasuruan akan meminta
mungkin. Hal ini terbukti dengan banyaknya calon
SHM (Sertifikat Hak Milik), PBB dan IMB untuk
nasabah yang berhasil mengajukan pembiayaan
mengetahui legalitas dan menjamin calon nasabah
implan. Dari 545 calon nasabah, hanya 5 orang ca-
yang akan mengajukan pembiayaan.
lon nasabah saja yang ditolak dalam pembiayaan
Condition implan. Kelima calon nasabah tersebut ditolak ka-
rena masih mempunyai pembiayaan di bank lain
Analisis diarahkan untuk mengetahui kondisi dan riwayat pembiayaannya juga kurang lancar.
sekitar yang secara langsung maupun tidak lang- Berarti yang diterima dalam pembiayaan implan
sung berpengaruh terhadap pengangsuran pem- periode 30 November 2009 adalah 540 orang.

| 766 |
Imlementasi Pembiayaan Tanpa Agunan pada Bank Syariah
Nur Asnawi

KESIMPULAN DAN SARAN Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti


dengan pelaksanaan pembiayaan implan, peneliti
Kesimpulan
memberikan saran supaya pelaksanaan pembiaya-
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi- an implan ini juga dikaitkan dengan nasabah yang
kan pelaksanaan pembiayaan tanpa agunan pada telah melakukan pembiayaan implan.
bank syariah. bahwa analisis pelaksanaan pem-
biayaan implan pada BSM KCP Pasuruan adalah DAFTAR PUSTAKA
dengan menggunakan analisis 5C+6A dan aspek Anonymous, 2008. Kehadiran Kredit Tanpa Agunan Bank
internal bank yang meliputi komposisi dan kualitas Syariah Membawa Angin Segar. http://
SDM dalam hal ini BSM KCP Pasuruan memper- www.vibiznews.com. Diakses tanggal 3 Oktober
2009.
timbangkan portofolio pembiayaan yang akan di-
ambil dengan jumlah SDM yang ada, kualitas SDM, Arifin, Z. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah.
dalam hal ini BSM KCP Pasuruan juga memper- Jakarta: AlvaBet.
timbangkan kualitas SDM yang ada dengan mengede- Djalaluddin, A. 2007. Manajemen Qur’ani Menerjemahkan
pankan prinsip profesionalisme. Idarah Ilahiyah dalam Kehidupan. Malang: UIN
Press.
Pelaksanaan pembiayaan implan pada BSM
KCP Pasuruan menggunakan pola penyaluran, Izzan, A. & Tanjung, S. 2006. Referensi Ekonomi Syariah
yaitu pihak BSM KCP Pasuruan hanya sebagai Ayat –Ayat Al-Qur’an yang Berdimensi Ekonomi.
penyalur saja, dan yang bertanggung jawab adalah Bandung: Rosda.
perusahaan/instansi tempat karyawan itu bekerja. Karim, A. 2006. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan.
Hal tersebut dilaksanakan dengan mudah, karena Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
persyaratannya juga mudah, sehingga pelaksanaan Karim, H. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
pembiayaan implan ini membawa kemudahan bagi Persada.
nasabah.
Kasmir, 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja
Saran Grafindo Persada.

Karena Bank Syariah Mandiri sudah lama Mohammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
berada di Indonesia, dengan segala kualitasnya
berusaha tetap menjadi bank yang diminati banyak Mohammad. 2005. Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis
nasabah. Oleh karena itu dalam segala proses yang Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
dilakukan harus memberikan kemudahan bagi na- Munir, M. & Djalaluddin. 2006. Ekonomi Qur’ani Doktrin
sabah. Image ini harus tetap dijaga supaya nasabah Reformasi Ekonomi dalam Al-Qur’an. Malang: UIN
tidak merasa disulitkan sehingga nasabah akan Press.
melakukan transaksi di bank lain. Syafi’i, M. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Adapun cara pengendalian pembiayaan im- Gema Insani.
plan adalah dengan prinsip kehati-hatian, antara Sudarsono, H. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
lain: mematuhi setiap prosedur agar semua prose- Deskripsi dan Ilustrasi.Yogyakarta: Ekonisia
dur berjalan sesuai yang telah ditetapkan, penyele- Kampus Fakultas Ekonomi UII.
saian kredit bermasalah dapat dikendalikan de- Sulhan & Siswanto. 2008. Manajemen Bank Konvensional
ngan jaminan asuransi jiwa atau asuransi lainnya dan Syariah. Malang: UIN Malang Press.
yang kiranya dibutuhkan dalam menghindari kre-
Wirdyaningsih. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia.
dit bermasalah. Jakarta: Kencana Prenada Media.

| 767 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, Edisi Khusus Oktober 2010, hal. 768 – 778
Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

FAKTOR MAKRO EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN


EKONOMI DAN RETURN SAHAM PERBANKAN

Ardi Paminto
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
Jl. Tanah Grogot No. 1 Samarinda

Abstract
The objective of research is to analyse influence of variables inflation, interest rate and exchange rate to
economic growth and banking stock return. Data which analysed is combination of time series and cross
section, quarterly during year 2008-2009 with sample company of bank which listed in index of LQ45 during
two year continously. Statistic method used is linear regression and path analysis. Inflation and exchange rate
of US$ have significancty effect to economic growth. By partial the exchange rate variable have dominant
influence, Inflation have an effect on positive and significant to economics growth rate of SBI has strong
correlation to inflation, because has multicolinerity hence released from model. The interest rate of SBI directly
do not have an effect to economic growth.Variables inflation, interest rate, exchange rate of US$, and economic
growth have simultaneously influence to banking stock return. By partial analysis,inflation has an significant
effect to banking stock return. Exchange rate show the existence of influence of significant and its correlation is
negative. Influence of enonomic growth to stock return generally result of research conclude there is positive
influence, but this research give different result, economic growth have an significant effect to banking stock
return, and its influence is negative. Inflation and exchange rate have an indirect effect to stock return through
variable economic growth. Indirect influence of exchange rate variable is bigger.
Key words : inflation, interest rate, exchange rate, economic growth, stock return

Kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indone- Kondisi makro ekonomi Indonesia selama
sia antara lain dengan mengendalikan tingkat suku tahun 2008 dan 2009 relatif lebih baik dibandingkan
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kebijakan ini negara-negara lain, tingkat pertumbuhan ekonomi-
diharapkan bisa mengendalikan laju inflasi dan nya walaupun mengalami penurunan dibanding
sekaligus mendorong investasi, produksi dan tahun 2007 namun masih lebih tinggi dibandingkan
konsumsi. Bank Indonesia juga mempunyai tugas negara-negara maju seperti Amerika Serikat,
mengendalikan nilai tukar valuta asing. Pengenda- Jepang dan Singapura. Tingkat pertumbuhan
lian ini diharapkan bisa menstabilkan nilai rupiah ekonomi Indonesia tahun 2007 sebesar 6,3%, tahun
dan juga mengendalikan inflasi. Kebijakan-kebi- 2008 sebesar 6,1%, dan tahun 2009 sebesar 4,5%.
jakan moneter tersebut pada akhirnya diharapkan Kondisi keuangan dunia pada periode itu ju-
bisa mendorong pertumbuhan sektor riil dan per- ga berdampak terhadap kondisi moneter di In-
tumbuhan ekonomi.

Korespondensi dengan Penulis:


A r d i Pam in t o : Telp. + 62 541 749 067
E-mail : ardipam int o@ym ail.com

| 768 |
Faktor Ekonomi Terhadap PertumbuhanEkonomi...
Ardi Paminto

donesia. Berdasar data variabel makro ekonomi yang stabil biasanya dapat berdampak positif men-
Indonesia menunjukkan bahwa tingkat inflasi pada dorong pertumbuhan kinerja perusahaan, dan se-
triwulan 1 tahun 2008 sebesar 7,1 %, terus mening- lanjutnya akan mendorong kenaikan harga saham
kat dan puncaknya sebesar 12,1% pada triwulan 3 yang bersangkutan. Namun demikian, kinerja per-
tahun 2008, triwulan berikutnya relatif mengalami usahaan belum tentu berkorelasi positif dengan
penurunan dan pada triwulan 4 tahun 2009 berada return saham perusahaan yang bersangkutan. In-
pada tingkat 2,8%. Nilai tukar Rp/USD juga meng- formasi kinerja perusahaan kadang lambat sampai
alami gejolak, triwulan 1 tahun 2008 rata-rata Rp kepada investor, sehingga dalam pengambilan ke-
9.260,00, naik dan mencapai puncaknya yaitu Rp putusan membeli atau menjual saham investor lebih
11.630 pada triwulan 1 tahun 2009 dan menurun mengandalkan faktor-faktor makro ekonomi.
kembali menjadi Rp 9.471,00 pada triwulan 4 tahun Return sekuritas biasanya didefinisikan seba-
2009. BI rate pada tahun 2007 rata-rata 8,6%, tri- gai tingkat pengembalian yang diharapkan inves-
wulan 1 tahun 2008 sebesar 11, 5%, meningkat men- tor. Jika memiliki saham maka returnnya berupa
jadi 12,1% pada triwulan 2, pada periode selanjut- dividen dan capital gain atau kenaikan harga saham.
nya relatif terus mengalami penurunan dan pada Penelitian yang menghubungkan variabel makro
triwulan 4 tahun 2009 menjadi 6,5%. dengan return saham telah cukup banyak dilaku-
Berdasar data pertumbuhan ekonomi Indo- kan. Penelitian yang dilakukan Lestari (2005) me-
nesia dan gambaran perkembangan kondisi mone- nunjukkan bahwa variabel makro yang terdiri dari
ter, sekilas ada keterkaitan dengan pertumbuhan inflasi, interest, dan kurs berpengaruh cukup
ekonomi. Jika ekonomi mengalami pertumbuhan signifikan terhadap fluktuasi harga saham. Auliyah
biasanya juga menggambarkan bahwa perusahaan- & Hamzah (2006) melakukan penelitian yang me-
perusahaan mengalami pertumbuhan dan sangat nunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel-vari-
mungkin akan berdampak pada harga dan return abel karakteristik perusahaan, industri, dan ekono-
saham perusahaan yang bersangkutan. Benarkah mi makro yang berpengaruh terhadap return saham
variabel-variabel moneter dan inflasi berpengaruh syariah. Sedangkan jika dikaitkan dengan beta sa-
terhadap pertumbuhan ekonomi dan kinerja saham ham, maka variabel yang berpengaruh signifikan
tentu perlu pengujian secara ilmiah. yaitu cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan
Investasi adalah komitmen untuk menanam- Produk Domestik Bruto (PDB).
kan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan un- Penelitian ini bertujuan menguji kembali dan
tuk memperoleh keuntungan di masa datang. In- mengeksplorasi lebih lanjut keterkaitan variabel
vestasi bisa dilakukan secara langsung di sektor moneter dan inflasi terhadap pertumbuhan ekono-
riil dengan cara mendirikan usaha dagang atau ma- mi dan return saham pada industri yang berka-
nufaktur, dan bisa juga secara tidak langsung yaitu rakteristik berbeda dengan penelitian sebelumnya.
membeli surat berharga berupa saham atau obli- Variabel yang diuji yaitu inflasi,tingkat bunga SBI,
gasi yang dikeluarkan perusahaan yang berusaha Kurs Dollar US, pertumbuhan ekonomi dan return
di sektor riil tersebut. Guna memperoleh keun- saham. Obyek penelitian yaitu perusahaan-per-
tungan tentu investor akan memilih perusahaan usahaan perbankan yang termasuk dalam Indeks
yang masa depannya bagus, sehingga harga saham- Saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Peneliti ter-
nya akan meningkat pada waktu yang akan datang. tarik pada obyek industri perbankan dengan per-
Perusahaan akan menghasilkan keuntungan timbangan bahwa industri keuangan relatif sensitif
dan berkembang jika kondisi ekonomi makro men- terkait dengan kinerja variabel-variabel moneter
dukung. Pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi yang atau makro ekonomi. Perbedaan lain dengan pene-
rendah, tingkat bunga yang rendah, dan nilai tukar litian sebelumnya, dan juga merupakan ketertari-

| 769 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 768 – 778

kan untuk menguji keterkaitan variabel-variabel ekonomi makro akan sangat berguna dalam pem-
moneter, makro ekonomi dan return saham yaitu buatan keputusan investasi yang menguntungkan.
kondisi rentang waktu, periode 2008 dan 2009 di- Tandelilin (2001) menyatakan ada 4 (empat)
mana kondisi pasar uang dan pasar modal sedang variabel ekonomi makro yang perlu diperhatikan
terkena dampak krisis keuangan global. investor, yaitu (1) Produk Domestik Bruto (PDB),
(2) Tingkat Pengangguran, (3) Inflasi, dan (4) Ting-
HUBUNGAN INFLASI, TINGKAT BUNGA, KURS, kat Bunga. Kenaikan PDB merupakan indikasi ter-
jadi pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan eko-
DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
nomi membaik, maka daya beli masyarakat me-
Bank Indonesia adalah bank sentral di Indo- ningkat, dan biasanya akan diikuti meningkatnya
nesia yang berdasar UU No. 23 tahun 1999 bertu- penjualan dan keuntungan perusahaan-perusahaan.
juan untuk mencapai dan memelihara kestabilan Suatu negara jika tingkat pengangguran menurun
nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yaitu kestabilan berarti semakin besar angkatan kerja yang mem-
nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang tercer- peroleh kesempatan kerja, berarti semakin besar
min dalam tingkat inflasi, dan kestabilan nilai ru- kapasitas operasi ekonomi yang dimanfaatkan. Jika
piah terhadap mata uang negara lain yang tercer- hal ini terjadi tentu bisa berdampak positif bagi
min dalam nilai tukar valuta asing atau kurs. Di pekerja itu sendiri untuk meningkatkan pendapat-
bidang moneter Bank Indonesia berwenang mene- an, dan juga berdampak positif bagi perusahaan
tapkan sasaran-sasaran moneter dengan memper- dan juga pasar modal. Inflasi adalah kecenderung-
hatikan sasaran laju inflasi, dan juga melakukan an terjadinya kenaikan harga barang dan jasa seca-
pengendalian moneter dengan cara operasi pasar ra keseluruhan di masyarakat. Jika inflasi tinggi
terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta maka akan mengakibatkan penurunan daya beli
asing. Selain itu Bank Indonesia dapat melakukan uang. Sebaliknya jika tingkat inflasi suatu negara
pengendalian moneter dengan cara penetapan menurun dan rendah, maka hal ini akan merupa-
tingkat diskonto. Tingkat diskonto yaitu tingkat kan sinyal yang positif bagi investor dan perkem-
bunga tertentu yang diberlakukan oleh Bank Indo- bangan harga saham. Tingkat bunga SBI yang ting-
nesia dalam operasi pasar terbuka. Dengan demi- gi biasanya akan terepleksi dalam tingkat bunga
kian ukuran kinerja moneter akan bisa tercermin kredit yang tinggi, dan hal ini berarti biaya permo-
dalam tingkat bunga, nilai tukar atau kurs valuta dalan yang ditanggung dunia usaha menjadi sema-
asing, dan tingkat inflasi. Jika tingkat bunga ren- kin membesar. Di samping empat variabel tersebut,
dah, nilai tukar stabil dan inflasi inflasi bisa diken- Tandelilin (2001) menambahkan variabel ekonomi
dalikan, maka diharapkan berdampak kepada ke- makro lain yang berkorelasi dengan profitabilitas
giatan usaha dan pertumbuhan ekonomi. perusahaan, yaitu kurs rupiah, anggaran defisit,
investasi swasta, dan neraca perdagangan dan
HUBUNGAN VARIABEL MAKRO EKONOMI pembayaran.
TERHADAP RETURN SAHAM Hirt & Block (2003) menjelaskan bahwa un-
tuk melakukan penilaian suatu perusahaan, analis
Pasar modal merupakan salah satu indikator
fundamental bisa melakukan secara “top-down”,
keberhasilan ekonomi suatu negara. Jika pasar mo-
yaitu analisis ekonomi, analisis industri, dan anali-
dal berkembang, maka biasanya diikuti dengan pe-
sis perusahaan. Analisis dan peramalan aktivitas
tumbuhan investasi, peningkatan kesempatan kerja
ekonomi yang akurat diharapkan dapat digunakan
dan pendapatan masyarakat. Kemampuan inves-
untuk memprediksi pasar saham dan mengidikasi-
tor dalam memahami dan memprediksikan kondisi
kan industri apa yang prospeknya baik. Variabel-

| 770 |
Faktor Ekonomi Terhadap PertumbuhanEkonomi...
Ardi Paminto

variabel aktivitas ekonomi antara lain kebijakan tian secara simultan menunjukkan pengaruh yang
ekononomi pemerintah, kebijakan fiskal, kebijakan signifikan antara kurs rupiah terhadap dollar AS
moneter, inflasi, pertumbuhan ekonomi dan kebi- dan tingkat suku bunga SBI terhadap indeks harga
jakan pemerintah. Analisis industri digunakan un- saham sektor aneka industri. Pengujian secara par-
tuk mengetahui jenis industri apa yang diharapkan sial menunjukkan bahwa kurs rupiah terhadap
mempunyai prospek yang baik dan menguntung- dollar AS berpengaruh signifikan yang searah ter-
kan di masa yang akan datang. Setelah melakukan hadap indeks harga saham sektor aneka industri.
analisis ekonomi dan industri, maka akan dilaku- Tingkat suku bunga SBI berpengaruh signifikan
kan analisis perusahaan. Analisis ini digunakan un- terhadap indeks harga saham sektor industri,
tuk menentukan perusahaan mana dalam industri namun pengaruhnya berlawanan (korelasi negatif).
yang dipilih yang berprospek baik. Penelitian lain, Paminto (2009) dengan alat
Idayanti (2004) melakukan kajian dengan ten- analisis regresi menghubungkan tingkat suku
tang pengaruh kebijakan moneter terhadap per- bunga SBI, nilai tukar dollar AS dan tingkat inflasi
tumbuhan ekonomi pasca krisis di Indonesia. Hasil serta indeks harga saham LQ45, dengan menggu-
penelitian menunjukkan bahwa inflasi untuk jangka nakan data periode 2006 dan 2007 memberikan
pendek memiliki pengaruh negatif dan signifikan kesimpulan bahwa: (1) Tingkat bunga SBI, nilai
terhadap pertumbuhan ekonomi, sedang dalam tukar dollar AS, dan tingkat inflasi secara bersama-
jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan. sama berpengaruh sangat signifikan terhadap in-
Kurs dalam jangka pendek berpengaruh negatif deks harga saham LQ45; (2) Analisis parsial me-
terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien nunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI terhadap
-2,430468 dan dalam jangka panjang juga berpeng- indeks saham LQ45 berpengaruh dominan dan
aruh negatif dan. Variabel moneter lainnya yaitu berkorelasi negatif; (3) Nilai tukar dollar AS terha-
tingkat bunga SBI. Tingkat bunga SBI dikaitkan dap indeks saham LQ45 menunjukkan pengaruh
dengan pertumbuhan ekonomi mempunyai peng- yang tidak signifikan; (4) Inflasi terhadap indeks
aruh negatif signifikan, sedang dalam jangka pan- saham LQ45 berpengaruh signifikan dengan ko-
jang berpengaruh negatif namun tidak signifikan. relasi positif.
Yatmiko (2006) melakukan penelitian dimana Berdasarkan kajian teori dan dukungan kaji-
variabel makro berupa Kurs dan Tingkat Bunga an empiris yang telah diuraikan sebelumnya, ke-
SBI dikaitkan indeks saham sektor aneka industri rangka konsep penelitian ditunjukkan pada
di BEJ (periode Juni 2004 – Juni 2005). Hasil peneli- Gambar 1.

INFLASI

PDB RETURN
SAHAM

SBI

KURS

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

| 771 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 768 – 778

HIPOTESIS masuk dalam indeks LQ45 yaitu Bank BCA, Bank


Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, dan Bank Danamon.
H 1 : Inflasi, tingkat bunga, dan kurs berpengaruh
Return saham dihitung sendiri oleh penulis berda-
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
sar data sekunder berupa harga penutupan setiap
Indonesia.
akhir triwulan. Data diambil dari laporan triwulan
H 2 : Inflasi, tingkat bunga, kurs, dan pertumbuhan Bursa Efek Indonesia.
ekonomi berpengaruh signifikan terhadap re-
Alat analisis yang digunakan yaitu regresi
turn saham perbankan.
linier dengan analisis jalur. Koefisien jalur (path)
H 3 : Inflasi, tingkat bunga, dan kurs berpengaruh adalah koefisien regresi yang dihitung dari basis
tidak secara langsung terhadap return saham yang telah diset dalam angka baku atau Z-score.
perbankan melalui variabel antara pertumbuh- Koefisien jalur yang distandarkan (stadardized coef-
an ekonomi. ficient beta) digunakan untuk menjelaskan besarnya
pengaruh (bukan memprediksi) variabel eksogen
terhadap variabel endogen (Riduan & Kuncoro, 2008).
METODE Persamaan struktural yang digunakan sebagai
Ada 5 (lima) variabel yang dianalisis dalam berikut :
penelitian ini yaitu inflasi, tingkat bunga, kurs, per-
tumbuhan ekonomi, dan return Saham. Inflasi yaitu
tingkat kenaikan harga-harga barang dan jasa seca- PDB = 1 Inf + 2 SBI + 3Kurs+ e
ra umum di Indonesia.Tingkat bunga dioperasi- Return = 1 PDB + 2Inf + 3SBI + 4 Kurs+ e
onalkan sebagai tingkat bunga Sertifikat Bank In- Keterangan :
donesia (SBI). Kurs yaitu harga dollar Amerika Se- PDB = Pertumbuhan Ekonomi
rikat dinyatakan dalam rupiah. Pertumbuhan eko- Inf = Inflasi
nomi adalah pertumbuhan Produk Domestik Bruto SBI = Tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia
yang mana merupakan jumlah nilai tambah produk Kurs = Nilai tukar US Dollar diukur dengan rupiah
dan jasa secara Nasional. Return saham diopera- Return = Return saham bank dalam indeks LQ45
sionalkan sebagai capital gain, yaitu persentase ke-
naikan harga saham perusahaan-perusahaan bank Guna memberikan hasil analisis yang lebih baik
yang tercatat dalam indeks LQ45 di Bursa Efek maka data seharusnya memiliki pola seperti distri-
Indonesia. busi normal, yakni distribusi data dengan bentuk
lonceng (bell shaped), tidak menceng ke kiri atau ke
Inflasi, tingkat bunga SBI, kurs, dan pertum-
kanan. Jika sebaran data tidak normal, perlakuan
buhan ekonomi yang diperlukan dalam penelitian
yang dimungkinkan antara lain menambah jumlah
ini ialah data sekunder times series periode triwulan
data, menghilangkan data yang dianggap penye-
1 sampai dengan triwulan 4 selama 2 tahun, yaitu
bab tidak normal, transpormasi data, atau data di-
tahun 2008 dan 2009. Data diambil dari dukumen
terima apa adanya jika memang dianggap tidak
Bank Indonesia yang diakses melalui website BI
normal dan tidak perlu dilakukan berbagai treat-
(www.bi.go.id). Data return saham perbankan
ment (Santosa, 2004).
yang tercatat dalam indeks LQ45. Bank adalah lem-
baga kepercayaan, dan berdasar kajian teori stabi- Asumsi model regresi linear klasik adalah
litas dan besar kecilnya berpengaruh terhadap risi- bahwa tidak terdapat multikolinearitas, heteroske-
ko dan return saham. Berdasar pertimbangan dastisitas, dan autokorelasi. Uji multikolinearitas
tersebut maka bank yang dijadikan sampel dan bank digunakan untuk mendeteksi ada tidak korelasi
yang selama tahun 2008 dan 2009 berturut-turut tinggi antar variabel eksogen. Gejala adanya multi-

| 772 |
Faktor Ekonomi Terhadap PertumbuhanEkonomi...
Ardi Paminto

kolinearitas antara lain bisa dilihat angka pengaruh Namun setelah diuji normalitas ada kecenderungan
bersama dan parsialnya, bila nilai R2 tinggi tetapi distribusi data tidak normal. Pada variabel return
secara parsial hanya sedikit yang signifikan atau ada 2 (dua) nilai ekstrim atau outlier (ZRETURN >
korelasi parsialnya rendah. Deteksi multikolineari- 2,5) dan akhirnya dikurangi dua sehingga menjadi
tas lain yaitu apabila korelasi antara dua variabel 38 sampel.
bebas lebih tinggi dibanding korelasi salah satu Berdasar pengolahan data dengan menggu-
atau kedua variabel bebas tersebut dengan variabel nakan bantuan program statistik SPSS, pengaruh
terikat. Multikolinearitas menjadi serius bila korelasi variabel inflasi, tingkat bunga SBI, dan kurs US$
antara dua variabel bebas melebihi 0,8. (Kuncoro, terhadap pertumbuhan ekonomi diperoleh hasil
2007). Bisa juga dengan cara melihat nilai VIF (Vari- bahwa R square sebesar 0,912 namun secara parsial
ance Inflation Factor), jika nilai VIF > 10 maka terjadi hanya satu variabel eksogen/bebas (Kurs) yang
gejala multikolineritas yang tinggi (Ghozali, 2005). berpengaruh signifikan. Selanjutnya korelasi antar
Asumsi kritis model regresi linear klasik variabel bebas (SBI dan inflasi adalah 0,696) lebih
adalah bahwa gangguan ui semuanya mempunyai besar daripada korelasi antara variabel bebas (in-
varians yang sama, jika asumsi ini tidak dipenuhi flasi) dengan variabel terikat (pertumbuhan ekono-
maka ada heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mi) yaitu sebesar 0,645. Sesuai ketentuan dalam
mendeteksi adannya heteroskedastisitas yaitu de- asumsi klasik maka ada masalah multikolinearitas.
ngan melihat nilai prediksi variabel dependent yaitu Berkenaan dengan hal tersebut, maka variabel SBI
ZFRED dengan residual SRESID. Jika tidak terjadi dikeluarkan dari model dan dianalisis kembali.
pola tertentu atau menyebar secara acak serta ter- Uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin-
sebar di atas atau di bawah angka 0 sumbu Y maka Watson adalah 1,888 berada daerah penerimaan
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi Ho atau dU (1,72) <d (1,888) < 4-dU (2,28) sehingga
(Ghozali, 2005). disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai Variabel bebas Pertumbuhan Ekonomi (PDB)
korelasi antara anggota serangkaian observasi yang memiliki nilai VIF> 10 sehingga ada masalah mul-
diurutkan menurut waktu. Model regresi linear tikolinearitas. Namun karena secara parsial semua
klasik mengasumsikan bahwa tidak autokorelasi variabel eksogen berpengaruh signifikan (Sig < 05)
dan untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dila- dan secara teori korelasi antar variabel eksogen
kukan melalui uji Durbin-Watson. Berdasarkan tersebut akan tetap ada di masa mendatang maka
jumlah variabel dan observasi, nilai dU dan dL dapat variabel PDB tetap dipertahankan dalam model.
dilihat pada Tabel Durbin-Watson. Gujarati (1978) menyatakan jika tujuan analisis re-
gresi adalah peramalan, semakin tinggi R2 semakin
HASIL
baik peramalan, tetapi ini hanya benar jika koline-
Analisis yang digunakan dalam penelitian aritas diantara variabel bebas (eksogen) dalam
adalah regresi linear berganda dan analisis jalur. sampel tertentu juga tetap akan ada di masa yang
Analisis pengaruh inflasi, tingkat bunga SBI, dan akan datang.
kurs US$ terhadap pertumbuhan ekonomi meng- Uji heteroskedastisitas tidak terjadi pola
gunakan data time series sebanyak 8 triwulan. Se- tertentu dan data menyebar secara acak serta
dangkan untuk analisis pengaruh inflasi, tingkat tersebar di atas atau di bawah angka 0 sumbu Y
bunga SBI, kurs US$, dan pertumbuhan ekonomi maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
terhadap return saham menggunakan data kombi- regresi. Selanjutnya uji autokorelasi menunjukkan
nasi time series dan cross section, delapan twiwulan nilai Durbin-Watson adalah 1,939 berada daerah
dan lima perusahaan sehingga jumlah sampel 40.

| 773 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 768 – 778

penerimaan Ho atau dU (1,79) < d (1,939) < 4-dU signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
(2,21) sehingga disimpulkan tidak terjadi auto- Koefisien negatif berarti bahwa jika kurs valuta
korelasi. asing (US$) naik maka pertumbuhan ekonomi akan
Berdasar kerangka konsep yang diajukan turun. Berdasarkan kajian teori, kenaikan nilai
dan hasil regresi, maka pengaruh langsung dan tukar valuta asing akan mendorong terjadinya
tidak langsung variabel eksogen terhadap variabel inflasi di dalam negeri, dan selanjutnya berdampak
endogen ditampilkan pada Tabel 1. kepada daya beli masyarakat dan akhirnya bisa
berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi.
Variabel kedua yang berpengaruh terhadap
PEMBAHASAN pertumbuhan ekonomi adalah tingkat inflasi. Hasil
Pengaruh Variabel Inflasi, Tingkat Bunga, dan penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kurs terhadap Pertumbuhan Ekonomi
pertumbuhan ekonomi. Nilai standardized coefficients
Pengaruh inflasi dan kurs US$ secara beta 0,617 dan tingkat signifikansi 0,007. Koefisien
bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi korelasi hasil penelitian ini bertentangan dengan
sangat signifikan. R-Square sebesar 0,901 berarti tiga penelitian Idayanti dimana dalam penelitiannya
variabel tersebut mampu menjelaskan perubahan menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif
pertumbuhan ekonomi sebesar 90,1% dan sisanya dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
sebesar 9,9% dipengaruhi variabel lain di luar Hal ini bisa terjadi karena kondisi ekonomi dan
model yang diajukan, dan nilai Sig F-Change sebesar moneter saat penelitian berbeda. Idayanti
0,003 menunjukkan bahwa pengaruhnya sangat melakukan penelitian berdasar data tahun 1999 –
signifikan. Secara parsial masing-masing variabel 2003 atau pasca krisis moneter 1997/1998. Krisis
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan moneter saat itu berawal dari krisis di Thailand
ekonomi. dan merambat ke beberapa negara Asia Tenggara
Di antara dua variabel tersebut, kurs mem- termasuk Indonesia. Terjadinya penarikan dana
punyai pengaruh dominan, nilai standardized coeffi- besar-besaran dari perbankan, permintaan valuta
cients beta -0,697 dan tingkat signifikansi 0,004. asing meningkat cepat, dan banyak bank di Indo-
Penelitian ini menggunakan data triwulan I – IV nesia yang kondisinya tidak sehat, maka dampak-
periode 2008-2009, dan hasilnya sejalan dengan nya memicu naiknya tingkat bunga dan nilai tukar
penelitian Idayanti (2004), bahwa kurs untuk valuta asing, dan inflasi di Indonesia. Inflasi yang
jangka pendek memiliki pengaruh negatif dan tinggi akhirnya berpengaruh pada turunnya pertum-

Tabel 1. Pengaruh Variabel Eksogen terhadap Variabel Endogen

Variabel Bebas Variabel Variabel Antara Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung
(Eksogen) Terikat
Coefficients Beta Sig. Coefficients Beta
(Endogen)
INF PDB 0,617 0,007
KURS PDB -0,697 0,004
INF Return PDB 0,553 0,040 -0,584
SBI Return -0,445 0,027
KURS Return PDB -0,810 0,009 0,749
PDB Return -1,160 0,006
Sumber: Data sekunder, diolah (2009).

| 774 |
Faktor Ekonomi Terhadap PertumbuhanEkonomi...
Ardi Paminto

buhan ekonomi, selanjutnya pasca krisis inflai mu- namun tidak signifikan. Seperti dijelaskan sebelum-
lai menurun dan pertumbuhan ekonomi mulai nya bahwa penelitian ini menggunakan data saat
membaik kembali. Sedangkan kondisi krisis mone- Indonesia sedang menghadapi krisis moneter 2008
ter tahun 2008 pemicunya relatif berbeda dengan dan masa mulai pemulihan di tahun 2009. Tingkat
tahun 1998. Berawal dari Amerika, bangkrutnya bunga sempat tinggi hingga mencapai 12,1% pada
sejumlah lembaga keuangan memicu turunnya har- triwulan kedua tahun 2008 dan terus berangsur
ga saham di negara tersebut dan akhirnya memicu turun hingga menjadi 6,5% pada triwulan keempat
turunnya indeks dan harga saham-saham di berba- tahun 2009. Korelasi tingkat bunga SBI adalah posi-
gai negara termasuk Indonesia. Indeks harga saham tif, hal ini bisa terjadi karena turunnya tingkat bunga
turun signifikan, inflasi triwulan pertama tahun tidak secara langsung menurunkan tingkat bunga
2008 sempat naik menjadi 12% dan setelah itu ber- kredit. Bank Indonesia sudah berupaya menurun-
angsur-angsur relatif mengalami penurunan hingga kan tingkat bunga, namun karena resiko kredit ma-
2009. Awal tahun 2008 pertumbuhan ekonomi ma- sih relatif tinggi, sehingga tingkat bunga kredit
sih positif walaupun cenderung turun. Krisis mone- masih bertahan tinggi, biaya modal bagi dunia usa-
ter 2008 memang sempat mengganggu ekspor, na- ha masih tinggi dan akhirnya tingkat pertumbuhan
mun karena jumlah penduduk Indonesia besar dan ekonomi cerderung rendah. Saat tingkat bunga cer-
masih didukung dengan daya beli yang relatif ting- derung turun dan terlihat bahwa pertumbuhan
gi sehingga produksi dan konsumsi produk dalam ekonomi juga masih rendah.
negeri relatif tidak menurun secara drastis, sehing-
ga pertumbuhan ekonomi masih positif dan lebih Pengaruh Inflasi, Tingkat Bunga SBI, Kurs
baik dibanding negara-negara maju seperti Ameri-
US$, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap
ka dan Jepang. Penelitian ini dilaksanakan berda-
Return Saham
sar data saat sedang krisis (2008) dan pasca krisis
(2009), berdasarkan data yang diolah terlihat se- Analisis pengaruh inflasi, tingkat bunga, kurs
arah hubungan antara inflasi dengan pertumbuhan US$, dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-
ekonomi. Hasil analisis memang menunjukkan bah- sama terhadap return saham perbankan menunjuk-
wa antara inflasi dan pertumbuhan berkorelasi po- kan hasil signifikansi 0,000. Hasil ini mengindikasi-
sitif dan signifikan. kan bahwa empat variabel tersebut secara bersama-
Variabel tingkat bunga SBI dikeluarkan dari sama berpengaruh sangat signifikan terhadap re-
model karena masalah multikolinearitas, tingkat turn saham perbankan. Nilai R-square 0,540, hal ini
bunga SBI berkorelasi kuat dengan Inflasi. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan keempat
menunjukkan bahwa Bank Indonesia terbukti bisa variabel tersebut dalam menjelaskan perubahan
mengendalikan inflasi melalui kebijakan suku bunga. return saham sebesar 54%, sedangkan 56% sisanya
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa tingkat dipengaruhi variabel-variabel lain yang tidak
bunga berpengaruh positif namun tidak signifikan. dimasukkan dalam model.
Standardized coefficients beta tingkat bunga SBI ter- Dibandingkan dengan penelitian sebelum-
hadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,165 dan nya, nilai R-square sebesar 0,540 adalah lebih baik.
tingkat signifikansinya 0,510. Relatif berbeda de- Lestari (2005) melakukan penelitian tentang peng-
ngan penelitian Idayanti, dimana hasil kajiannya aruh variabel makro terhadap return saham di Bur-
menyimpulkan bahwa tingkat bunga SBI dikaitkan sa Efek Jakarta dengan pendekatan beberapa mo-
dengan pertumbuhan ekonomi mempunyai peng- del. Variabel makro yang digunakan yaitu tingkat
aruh negatif signifikan dengan koefisien -1,032986, bunga, inflasi, dan kurs valuta asing. Pertama meng-
sedang dalam jangka panjang berpengaruh negatif gunakan model regresi linear berganda klasik,

| 775 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 768 – 778

hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh semua va- hingga mulai terjadi pemulihan. Jika inflasi naik
riabel makro tersebut tidak ada yang signifikan, makadaya beli masyarakat turun dan akhirnya ki-
namun semua memiliki tanda koefisien negatif. nerja perusahaan-perusahaan di sektor riil juga
Selanjutnya dengan model autoregressive, yaitu de- ikut menurun. Selanjutnya jika kinerja saham per-
ngan memasukkan unsur kelambanan, return usahaan-perusahaan sektor riil menurun sangat
periode t-1 ditambahkan sebagai variabel indepen- mungkin investor mengalihkan investasinya ke
den. Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk time- sektor keuangan. Dengan demikian merupakan hal
lag 1 sampai 3 bulan ternyata variabel makro ber- yang wajar dalam perusahaan bank inflasi ber-
pengaruh cukup signifikan terhadap fluktuasi har- korelasi positif dengan return saham.
ga saham. Uji keterkaitan kurs terhadap return saham
Auliyah & Hamzah (2006) memasukkan kurs menunjukkan adanya pengaruh yang sangat sig-
US$ dan Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai nifikan, standardized coefficient -0,810 dan tingkat
variabel makro. Hasil analisis menunjukkan bahwa signifikansi sebesar 0,009. Koefisien bertanda
pengujian secara parsial tidak ada satupun karak- negatif artinya jika nilai tukar US$ apresiasi maka
teristik perusahaan, industri dan ekonomi berpeng- return saham menurun, sebaliknya jika nilai tukar
aruh secara signifikan terhadap return saham syariah. US$ depresiasi maka return saham meningkat. Be-
berapa penelitian pembanding, kesimpulannya ada
Penelitian pembanding lainnya mengguna-
yang bertolak belakang ada juga yang mendukung.
kan kinerja pasar saham dengan pendekatan indeks
Penelitian Paminto (2009) dengan data periode bu-
harga saham. Yatmiko (2006) melakukan penelitian
lanan 2006-2007 menyimpulkan bahwa nilai tukar
dimana variabel makro berupa kurs dan tingkat
dollar AS terhadap indeks saham LQ45 berpeng-
bunga SBI dikaitkan indeks saham sektor aneka
aruh positif namun tidak signifikan. Auliyah &
industri di BEJ (periode Juni 2004 – Juni 2005). Hasil
Hamzah (2006) melakukan penelitian sampel
penelitian secara simultan menunjukkan pengaruh
sebanyak 30 perusahaan besar yang termasuk da-
yang signifikan antara kurs dollar US dan tingkat
lam Jakarta Islamic Index (JII) dan periode peneli-
suku bunga SBI terhadap indeks harga saham sek-
tian 5 tahun yaitu periode 2001 – 2005, hasil analisis
tor aneka industri. Penelitian lain, Paminto (2009),
menunjukkan bahwa pengujian secara parsial kurs
dengan menggunakan data bulanan pada periode
berpengaruh tidak signifikan terhadap return sa-
sebelum krisis moneter (2006 dan 2007), memberi- ham syariah. Jika harga valuta asing cenderung
kan kesimpulan bahwa tingkat bunga SBI, nilai tu- meningkat maka akan mendorong investor untuk
kar dollar AS, dan tingkat inflasi secara bersama- membeli dan investasi di luar negeri dalam bentuk
sama berpengaruh sangat signifikan terhadap in- valuta asing. Selanjutnya jika perusahaan-perusa-
deks harga saham LQ45, R-Square 0,837 dengan haan perbankan diprediksi menurun kinerjanya,
tingkat significant F Change 0,000. maka return saham perbankan cenderung turun.
Analisis parsial menunjukkan bahwa inflasi Berdasar uraian tersebut wajar bila kurs dan re-
berpengaruh signifikan terhadap return saham turn saham berkorelasi negatif.
perbankan, dengan tingkat signifikansi 0,040, dan Beberapa penelitian yang menghubungkan
standardized coefficients 0,553. Tandelilin (2001) me- variabel tingkat bunga dan return saham antara lain
nyatakan bahwa peningkatan inflasi relatif meru- Yatmiko (2006) yang mana pengujian secara parsial
pakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal. menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI ber-
Namun dalam penelitian ini hubungan antara infla-
pengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
si dan return saham adalah positif. Hal ini bisa ter-
sektor industri, namun pengaruhnya berlawanan
jadi karena obyek penelitian ini khusus perusahaan
(korelasi negatif). Paminto (2009), hasil analisisnya
perbankan dan dilakukan pada saat krisis moneter

| 776 |
Faktor Ekonomi Terhadap PertumbuhanEkonomi...
Ardi Paminto

secara parsial menunjukkan bahwa tingkat suku Pengaruh Inflasi, Tingkat Bunga SBI, Kurs US$
bunga SBI terhadap indeks saham LQ45 berpe- secara tidak langsung terhadap Return
ngaruh dominan dan berkorelasi negatif, dengan
Saham melalui Pertumbuhan Ekonomi
tingkat signifikansi 0,000, dan standardized coeffi-
cients -1,337. Walaupun obyek dan waktu penelitian Hasil analisis menunjukkan bahwa inflasi,
berbeda, hasil penelitian sebelumnya ternyata men- dan kurs masing-masing secara parsial berpeng-
dukung penelitian ini, dimana tingkat bunga SBI aruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
berpengaruh signifikan terhadap return saham per- variabel kurs berpengaruh dominan dan berkore-
bankan. Standardized coefficients beta sebesar -0,445 lasi negatif. Variabel inflasi, tingkat bunga, dan
dan tingkat signifikansi di bawah 5%, yaitu 0,027. kurs ditambah variabel pertumbuhan ekonomi di-
Bagi perusahaan termasuk perbankan, kenaikan kaitkan dengan return saham terbukti masing-ma-
tingkat suku bunga tentu akan meningkatkan biaya sing variabel secara parsial juga berpengaruh signi-
permodalannya, dan dalam jangka pendek tentu fikan, dan variabel pertumbuhan ekonomi berpe-
tidak bisa dengan mengubah harga jual atau ting- ngaruh dominan dan berkorelasi negatif terhadap
kat bunga kreditnya sehingga dampaknya dipre- return saham. Karena pengaruh langsung semua
diksi akan menurunkan kinerja perusahaan. Dengan variabel eksogen terhadap variabel endogen ada-
demikian para investor akan merespon negatif, lah signifikan, maka variabel inflasi dan kurs ber-
tingkat bunga naik maka return saham menurun. pengaruh tidak langsung terhadap return saham
melalui variabel pertumbuhan ekonomi. Besaran
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap
return saham umumnya hasil penelitian menyim- pengaruh tidak langsung variabel kurs adalah lebih
pulkan ada pengaruh positif. Jika pertumbuhan besar di mana coefficient beta sebesar 0,749 sedang
inflasi sebesar -0.584.
ekonomi naik maka kinerja pasar modal naik, seba-
liknya jika pertumbuhan ekonomi menurun maka
kinerja pasar modal juga akan mengalami penurun- KESIMPULAN DAN SARAN
an. Namun hasil penelitian ini memberikan hasil Kesimpulan
yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh
sangat signifikan terhadap return saham perbank- Penelitian ini bertujuan menguji kembali dan
an, dan arah pengaruhnya negatif. Standardized mengeksplorasi lebih lanjut keterkaitan variable
coefficients beta sebesar -1,160 dan tingkat signifi- makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, tingkat
kansi 0,006. Hal yang demikian bisa saja terjadi bunga dan kurs terhadap pertumbuhan ekonomi dan
khususnya karena periode penelitian saat sedang return saham pada industri perbankan. Berdasar-
terjadi krisis moneter menuju arah pemulihan. In- kan hasil analisis yang menghubungkan variabel
vestor dalam membeli saham lebih mempertim- inflasi, tingkat bunga SBI, kurs US$ terhadap per-
bangkan tentang kondisi yang akan terjadi. Saat tumbuhan ekonomi dan return saham perusahaan
kondisi krisis dan pertumbuhan ekonomi rendah perbankan menunjukkan pengaruh inflasi dan kurs
namun jika investor memprediski kondisi yang US$ terhadap pertumbuhan ekonomi sangat sig-
akan datang membaik maka harga saham akan nifikan. Secara parsial pengaruh kurs terhadap per-
naik. Saat pertumbuhan ekonomi masih rendah tumbuhan ekonomi signifikan negatif. Inflasi ber-
maka harga saham sudah naik duluan dan return pengaruh positif dan signifikan terhadap pertum-
saham tinggi. Dengan demikian hubungan antara buhan ekonomi. Tingkat bunga SBI tidak berpeng-
pertumbuhan ekonomi dan return saham berkore- aruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi, di-
lasi negatif. keluarkan dari model karena berkorelasi kuat dengan
inflasi. Pengaruh inflasi, tingkat bunga, kurs US$,

| 777 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | PERBANKAN
Vol. 14, Edisi Khusus, Oktober 2010: 768 – 778

dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama ________. Laporan Neraca Pembayaran Indonesia Realisasi
terhadap return saham perbankan menunjukkan ha- Triwulan IV tahun 2009, Jakarta : Bank Indonesia.
http://www.bi.go.id
sil signifikansi.
Analisis parsial menunjukkan bahwa inflasi ________. IDX Statistic 1st Quarter 2008 – 4th Quarter 2009.
Jakarta: Bursa Efek Indonesia, http://www.idx.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return co.id
saham perbankan. Kurs menunjukkan adanya
pengaruh signifikan dan korelasinya negatif. Peng- Auliyah, R. & Hamzah, A. 2006. Analisa Karakteristik
Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro
aruh pertumbuhan ekonomi terhadap return saham
terhadap Return dan Beta Saham Syariah di Bursa
umumnya hasil penelitian menyimpulkan ada peng- Efek Jakarta. Hasil Penelitian. Simposium Nasional
aruh positif, namun hasil penelitian ini memberikan Akuntansi di Padang 23-26 Agustus 2006.
hasil yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi ber-
Hirt, G. A & Block, S. B. 2003. Fundamentals of Investment
pengaruh sangat signifikan terhadap return saham Management. Seventh Edition. New York :
perbankan, dan arah pengaruhnya negatif. Vari- McGraw-Hill Irvin.
abel inflasi dan kurs berpengaruh tidak langsung
Idayanti, I. 2004, Pengaruh Variabel Moneter terhadap
terhadap return saham melalui variabel pertumbuh- Pertumbuhan Ekonomi Pasca Krisis di Indonesia
an ekonomi. (Periode Januari 1999 – Desember 2003). http://
www.pdfqueen. com/

Saran Kuncoro, M. 2007. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi


untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi Ketiga. Yogyakarta
Berdasar data triwulan tahun 2008-2009, : UPP STIM YKPN.
variabel inflasi, tingkat bunga, kurs, dan pertum- Lestari, M. 2005. Pengaruh Variabel Makro terhadap
buhan ekonomi mampu menjelaskan perubahan Return Saham di Bursa Efek : Pendekatan
return saham perbankan sebesar 54%, sisanya sebe- Beberapa Model. Hasil Penelitian. Simposium
sar 46% dipengaruhi variabel lain yang tidak di- Nasional Akuntansi VIII di Solo 15-16 September
2005.
masukkan dalam model. Untuk itu perlu ditambah-
kan variabel-variabel lain yang diduga berpeng- Paminto, A. 2009. Pengaruh Tingkat Bunga (SBI) dan
aruh terhadap return saham perbankan. Biasanya Nilai Tukar Valuta Asing (Dollar AS) terhadap
Inflasi dan Indeks Saham LQ45. Forum Ekonomi.
korelasi pertumbuhan ekonomi dan return saham Samarinda: Fakultas Ekonomi.
adalah positif. Namun dengan obyek perbankan
dan waktu selama krisis moneter 2008 dan 2009 Riduwan & Kuncoro, E.A. 2008. Cara Menggunakan dan
Memakai Analisis Jalur. Cetakan Kedua. Bandung :
penelitian ini menghasilkan korelasi negatif, ber-
Alfabeta.
pengaruh signifikan dan dominan. Untuk itu perlu
diuji konsistensi hubungan tersebut dengan sampel Tandelilin, E. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen
lebih besar dan periode yang lebih banyak. Portofolio. Edisi Pertama Cetakan Pertama.
Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.

Yatmiko, S. 2006. Pengaruh Nilai Kurs Rupiah Per Dollar


DAFTAR PUSTAKA AS dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Indeks Harga
Saham Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Jakarta
________. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1999 tentang (Periode Juni 2004 – Juni 2005). http://
Bank Indonesia. dspace.widyatama.ac.id.
________. Undang-undang RI No. 23 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-undang RI No. 23 Tahun
2004.

| 778 |

You might also like