Professional Documents
Culture Documents
Kualitas Susu Segar
Kualitas Susu Segar
Safitri
Tanggal Praktikum: 19 April 2017
Tanggal Pengumpulan: 26 April 2017
ABSTRAK
Susu kaya akan nutrisi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan
seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang sangat
dibutuhkan oleh manusia, namun sifat susu yang mudah rusak dapat berakibat
pada perubahan kualitas susu. Kualitas susu sangat dipengaruhi terutama oleh
karakteristik fisik dan kimia susu. Tujuan praktikum ini adalah mengetahui
kualitas susu sapi dan susu kambing segar berdasarkan karakteristik fisik dan
kimia susu. Hasil pengamatan menunjukan bahwa warna, bau, rasa, dan
kekentalan susu kambing lebih tinggi dibandingkan susu sapi. Nilai pH susu
kambing sedikit lebih rendah dibandingkan susu sapi yaitu berkisar antara pH
6,68 – 6,71 pada susu kambing dan pH 6,8 – 6,81 pada susu sapi. Berat jenis susu
kambing yang lebih tinggi dari susu sapi yaitu pada pada susu kambing 1,052 –
1,110 g/ml, sedangkan susu sapi antara 1,050 – 1,054 g/ml. Suhu susu kambing
lebih rendah akibat penyimpanan susu pada suhu rendah yang dilakukan sebelum
pengujian.
Kata Kunci : Kualitas, sifat fisik dan kimia, susu kambing, susu sapi
ABSTRACT
Keywords : Cow milk, goat milk, physical and chemical properties, quality
PENDAHULUAN
Susu merupakan bahan pangan hewani yang cukup banyak diproduksi
dan dikonsumsi di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
produksi susu segar nasional pada tahun 2016 mencapai angka 852.951
Ton/Tahun. Susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang
dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan
(Hadiwiyoto, 1983). Susu yang banyak dijual dan dikenal di pasaran adalah susu
sapi, walaupun sebenarnya susu kambing tidak kalah nilai gizinya dibandingkan
dengan susu sapi, namun karena faktor kebiasaan dan ketersediaannya maka
susu sapi lebih menonjol di pasaran (Sumudhita, 1989).
Susu kaya akan nutrisi karena mengandung zat-zat makanan yang
lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin
yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Secara kimiawi susu normal mempunyai
susunan sebagai berikut: air (87,20%), lemak (3,70%), protein (3,50%), laktosa
(4,90%), dan mineral (0,07%) (Sumudhita, 1989). Terlepas dari itu, susu
memiliki kelemahan yaitu sifat susu yang mudah rusak dapat berakibat pada
perubahan kualitas susu. Kualitas susu sangat dipengaruhi terutama oleh
karakteristik fisik dan kimia susu.
Menurut Hadiwiyoto (1983), mutu atau kualitas susu merupakan
hubungan sifat-sifat susu yang mencerminkan tingkat penerimaan susu tersebut
oleh konsumen. Kualitas susu dapat dilihat dari susunan (kimia) dan keadannya
(fisik). Susunan susu merupakan bahan-bahan yang merupakan bagian dari susu
yang meliputi air, lemak, laktosa, bahan kering dan bahan kering tanpa lemak,
sedangkan keadaan susu dapat dilihat secara fisik yang meliputi kondisi
organoleptik, kebersihan, titik beku, berat jenis dan mikrobiologis susu
(Sumudhita, 1989). Pengujian sifat fisik dan kimia susu segar juga berguna
untuk mencegah adanya pemalsuan susu, karena susu yang dipalsukan akan
mengubah sifat fisik dan kimia susu pada normalnya. Berdasarkan permasalahan
tersebut, praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas susu segar
berdasarkan sifat fisik dan sifat kimia susu.
Susu Segar
Pembacaan skala
Susu Segar
Penuangan ke dalam
mangkuk/cawan petri
Warna
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 1, karakteristik warna pada susu
kambing yaitu putih agak kekuningan. Susu sapi juga memiliki warna putih
kekuningan namun intensitas warna kekuningan pada susu sapi lebih tinggi atau
lebih terlihat jelas. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Diastari dan Agustina
(2013) yang menjelaskan bahwa susu sapi berwarna agak kekuning-kuningan
yang disebabkan oleh karoten, banyaknya karoten dalam susu (warna kuning)
tergantung dari bangsa, spesies, individu, umur, masa laktasi dan pakan hijauan
yang dimakan oleh sapi. Susu kambing memiliki warna yang lebih putih dari susu
sapi. Hal ini dikarenakan kandungan vitamin A pada susu kambing tidak tersusun
sebagai pigmen karotenoid seperti susu sapi. Oleh karena adanya pigmen
karotenoid pada susu sapi maka susu sapi lebih berwarna kuning sedangkan susu
kambing berwarna putih (Blakely & Blade, 1991).
Bau
Hasil pengamatan pada Tabel 1 menunjukan bahwa secara keseluruhan
bau dari susu kambing lebih amis atau lebih tajam dibandingkan dengan susu sapi.
Senyawa aroma yang kurang disukai seperti bau “amis” terdapat di semua susu
segar pada umumnya (Al-Baarri, dkk., 2003). Menurut Park et al. (2007) dari
perspektif perbedaan spesies, representasi kualitatif senyawa aroma dalam susu
domba, kambing dan sapi tidak berbeda, namun dari sudut pandang kuantitatif
kandungan unsur penyusun aroma lebih tinggi pada domba dan susu kambing.
Aroma yang timbul pada susu disebabkan oleh senyawa-senyawa volatil yang
terkandung dalam susu. Belitz et al. (2009) menyatakan bahwa senyawa alkohol
dan keton dapat menciptakan rasa dan aroma pada susu.
Rasa
Berdasarkan data pada Tabel 1, secara keseluruhan diperoleh bahwa susu
sapi dan susu kambing memiliki rasa yang gurih dan agak manis, namun susu
kambing memiliki aftertaste kambing (goaty) yang kuat. Rasa yang timbul pada
susu disebabkan oleh komponen-komponen yang terkandung dalam susu.
Menurut Buckle et al. (1987), air susu memiliki sedikit rasa manis yang
disebabkan oleh laktosa. Rasa gurih pada susu disebabkan oleh komponen lemak
dan protein dalam susu (Mudjajanto, 1995). Munculnya aftertaste kambing pada
susu kambing disebabkan oleh asam-asam lemak yang terkandung di dalamnya.
Menurut Legowo dkk. (2006), asam lemak kaprilat dan asam lemak laurat
merupakan asam lemak yang paling tinggi kandungannya di dalam susu kambing
dan diduga mempunyai kontribusi terhadap aroma dan rasa prengus (goaty) pada
susu kambing.
Nilai pH
Nilai pH yang diperoleh dari hasil pengamatan yaitu berkisar antara pH
6,8 – 6,81 pada susu sapi dan pH 6,68 – 6,71 pada susu kambing. Berdasarkan
SNI 3141.1-2011 yaitu susu segar memiliki pH berkisar antara 6,3-6,8 (Badan
Standardisasi Nasional, 2011). Menurut Jensen dan Patton (1969), nilai pH yang
lebih besar biasanya menunjukkan adanya gangguan pada puting susu seperti
mastitis, sebaliknya jika pH lebih rendah menunjukkan kolustrum atau terjadinya
pengasaman karena aktifitas bakteri.
Suhu
Data pada Tabel 1 menunjukan bahwa suhu susu sapi segar yang
didiamkan di suhu ruang berkisar antara 28 – 30,5°C, sedangkan susu kambing
segar memiliki suhu antara 22 – 28°C. Suhu susu ini diperoleh setelah susu
dibiarkan di suhu kamar. Suhu yang diperoleh sedikit lebih rendah dibandingkan
suhu susu segar dalam suhu ruang pada penelitian Millogo et al. (2014) yaitu 29 –
31°C. Suhu yang lebih rendah disebabkan suhu susu yang masih dingin ketika
dilakukan pengujian, karena sebelumnya susu telah disimpan dalam lemari es.
Perbedaan suhu disebabkan oleh perbedaan jangka waktu pengujian karena suhu
akan meningkat seiring dengan waktu.
Kekentalan
Hasil pengamatan menunjukan bahwa susu kambing memiliki kekentalan
yang sedikit lebih tinggi dari susu sapi. Hasil ini telah sesuai dengan penelitian
Juarez & Ramos (1986) dan Jenness et al. (1974) yang dikutip oleh Park et al.
(2007) yaitu viskositas susu kambing adalah 2,12 Cp, sedangkan viskositas susu
sapi yaitu 2,0 Cp. Kekentalan susu merupakan kontribusi dari keberadaan
kasein/misein dan globula lemak yang terdapat pada susu tersebut, selain itu
ikatan di antara protein dan lemak dapat memberikan pengaruh terhadap
kekentalan, perubahan kasein susu yang mempunyai sifat hidrophilik yang sama
dengan jenis protein lain menyebabkan kekentalan meningkat (Sunarlim, dkk.,
2007).
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Triyanftini, R. Sunarlim, H. Setiyanto, dan Nurjannah. 2000. Pengaruh
Suhu dan Waktu Pasteurisasi terhadap Mutu Susu Selama Penyimpanan.
Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, Vol. 6(1): 45-50.
Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Susu Segar menurut Provinsi, 2009-2016.
Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Sumudhita, M.W. 1989. Air Susu dan Penanganannya. Program Studi Ilmu
Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Udayana,
Denpasar.
Sunarlim, R., S. Hadi, dan P. Masniari. 2007. Pengaruh Kombinasi Starter Bakteri
Lactobacilus bugaricus, Streptococcus thermophillus, dan Lactobacillus
plantarum terhadap Sifat Mutu Susu Fermentasi. Jurnal Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007.
LAMPIRAN