SK.55-AJ.206-Penyelenggara Angkutan Pemukiman PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 71

PERATURAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI

JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI


NOMOR : SK.55/AJ.206/BPTJ-2017
TENTANG
PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PERMUKIMAN DI WILAYAH JAKARTA,
BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK,


TANGERANG DAN BEKASI,

Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor


PM 32 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak
Dalam Trayek, telah mengatur Angkutan Pemukiman
yang merupakan bagian dari Pelayanan Angkutan
Orang Dengan Tujuan Tertentu;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a,
perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengelola
Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan
Bekasi tentang Penyelenggaraan Angkutan
Permukiman Di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 260, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5594);
3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan;
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 103
Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi;
6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun
2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di
Jalan Dengan Kendaraan Umum;
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 46 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan
Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak
Dalam Trayek sebagaimana diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 28 Tahun
2015;
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 32 Tahun
2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang
Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam
Trayek;
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 66 Tahun
2016 tentang Pendelegasian Wewenang Menteri
Perhubungan Kepada Kepala Badan Pengelola
Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan
Bekasi.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI


JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN BEKASI
TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PERMUKIMAN
DI WILAYAH JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG DAN
BEKASI.

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :


1. Angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang
dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan di ruang lalu lintas jalan;
2. Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum
yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan
keberangkatan, menaikan dan menurunkan orang
dan/atau barang serta, perpindahan moda angkutan;
3. Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang
menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang
dengan Kendaraan Bermotor Umum;
4. Penumpang adalah orang yang berada di Kendaraan
selain Pengemudi dan awak Kendaraan
5. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan
yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang
dengan dipungut bayaran;
6. Mobil Bus Besar adalah Kendaraan bermotor angkutan
orang yang beratnya lebih dari 8.000 (delapan ribu)
kilogram sampai dengan 16.000 (enam belas ribu)
kilogram, panjang lebih dari 9.000 (sembilan ribu)
milimeter sampai 12.000 (dua belas ribu) milimeter, lebar
tidak lebih 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter dan
tinggi kendaraan tidak lebih 4.200 (empat ribu dua ratus)
milimeter dan tidak lebih dari 1,7 (satu koma tujuh) kali
lebar kendaraan;
7. Mobil Bus Sedang adalah Kendaraan bermotor angkutan
orang yang beratnya lebih dari 5.000 (lima ribu) kilogram
sampai dengan 8.000 (delapan ribu) kilogram, panjang
maksimal 9.000 (sembilan ribu) milimeter lebar tidak
lebih 2.100 (dua ribu seratus) milimeter dan tinggi
kendaraan tidak lebih 1,7 (satu koma tujuh) kali lebar
kendaraan;
8. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengelola
Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan
Bekasi (Jabodetabek);
9. Direktur adalah Direktur Lalu Lintas dan Angkutan
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek.

Pasal 2

Peraturan ini dibuat dengan maksud dan tujuan sebagai


pedoman dalam penyelenggaraan angkutan permukiman di
wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

Pasal 3

Ruang lingkup pengaturan dalam peraturan ini meliputi:


a. Perizinan Angkutan Permukiman.
b. Standar pelayanan angkutan permukiman;
c. Standar spesifikasi teknis angkutan permukiman.

Pasal 4

(1) Angkutan Permukiman merupakan pelayanan


angkutan tidak dalam trayek yang melayani dari
kawasan permukiman ke beberapa titik tujuan pusat
kegiatan;
(2) Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pusat perkantoran, pusat perdagangan,
dan/atau kawasan industri.

Pasal 5

Angkutan Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal


4 wajib memenuhi pelayanan sebagai berikut :
a. khusus mengangkut penumpang dari kawasan
permukiman ke pusat kegiatan;
b. memiliki waktu perjalanan tetap dan teratur yang
ditentukan oleh perusahaan angkutan;
c. tidak singgah di terminal;
d. tidak menaikkan penumpang dalam perjalanan;
e. tarif dikenakan perpenumpang perjalanan;
f. kendaraan yang digunakan untuk pelayanan angkutan
permukiman meliputi :
1) mobil bus besar ; dan/atau
2) mobil bus sedang.
g. kendaraan menggunakan tanda nomor kendaraan
bermotor dengan warna dasar kuning dengan tulisan
hitam.
Pasal 6

Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan angkutan


permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. dilengkapi tanda khusus berupa stiker dengan huruf
kapital dan tebal dengan tulisan yang menyatakan
nama kawasan ”PERMUKIMAN” yang ditempatkan pada
badan kendaraan sebelah kiri dan kanan;
b. logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada
pintu depan bagian tengah sebelah kiri dan kanan;
c. tanda jati diri pengemudi yang ditempatkan pada
dashboard kendaraan, yang dikeluarkan oleh masing-
masing perusahaan angkutan;
d. dilengkapi dokumen kendaraan telah memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan;
e. dilengkapi dokumen perjalanan yang sah, berupa Surat
Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Kartu Uji dan Kartu
Pengawasan;
f. mencantumkan nomor telepon layanan pengaduan
masyarakat yang diletakkan pada bagian dalam dan
bagian luar kendaraan.

Pasal 7

(1) Untuk menyelenggarakan angkutan permukiman,


perusahaan angkutan umum wajib memiliki Izin
Penyelenggaraan Angkutan Permukiman.
(2) Pemberian Izin dikenakan biaya sebagai Penerimaan
Negara Bukan Pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 8

Perusahaan Angkutan Umum sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7 harus berbentuk badan hukum sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku yang meliputi :
a. Badan Usaha Milik Negara;
b. Badan Usaha Milik Daerah;
c. Perseroan Terbatas; atau
d. Koperasi.

Pasal 9

(1) Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman diberikan


oleh Kepala Badan.
(2) Untuk memperoleh Izin Penyelenggaraan Angkutan
Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat(1),
Perusahaan Angkutan Umum wajib memenuhi
persyaratan :
a. memiliki paling sedikit 5 (lima) kendaraan bermotor
dengan dibuktikan dengan STNK atas nama
perusahaan dan Surat Tanda Bukti Lulus Uji Berkala
Kendaraan Bermotor;
b. Memiliki tempat penyimpanan kendaraan (pool);
c. Menyediakan fasilitas pemeliharaan kendaraan
(bengkel) yang dibuktikan dengan dokumen
kepemilikan atau perjanjian kerjasama dengan pihak
lain;
d. Memperkerjakan pengemudi yang memiliki Surat Izin
Mengemudi (SIM) Umum sesuai golongan Kendaraan.

Pasal 10
(1) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 berupa
dokumen kontrak dan/atau kartu elektronik yang
terdiri atas :
a. surat Keputusan Izin Penyelenggaraan Angkutan
Permukiman;
b. surat pernyataan kesanggupan untuk memenuhi
kewajiban melayani angkutan sesuai dengan izin
yang diberikan; dan
c. kartu pengawasan.
(2) Surat keputusan Izin Penyelenggaraan Angkutan
Permukiman dan surat pernyataan kesanggupan untuk
memenuhi kewajiban melayani angkutan sesuai dengan
izin yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan huruf b diberikan kepada Pimpinan
Perusahaaan Angkutan Umum dan Berlaku selama 5
(lima) tahun.
(3) kartu pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c merupakan dokumen perizinan yang melekat
pada setiap kendaraan Bermotor Umum dan wajib
diperbaharui setiap 1 (satu) tahun sejak diterbitkan
kartu pengawasan.

Pasal 11

(1) Surat keputusan Izin Penyelenggara Angkutan


Permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) huruf a meliputi :
a. surat keputusan izin, paling sedikit memuat :
1) nomor surat keputusan;
2) jenis pelayanan;
3) nama perusahaan;
4) nomor induk perusahaan;
5) nama pimpinan perusahaan;
6) alamat perusahaan;
7) masa berlaku izin.
b. surat keputusan pelaksanaan izin, paling sedikit
memuat :
1) nomor surat keputusan;
2) jenis pelayanan;
3) nama perusahaan;
4) jumlah kendaraan yang diizinkan;
5) masa berlaku izin;
6) asal dan tujuan.
c. lampiran surat keputusan berupa daftar kendaraan,
paling sedikit memuat :
1) nomor surat keputusan;
2) nama dan domisili perusahaan;
3) merk pabrik;
4) tahun pembuatan;
5) daya angkut orang;
6) asal dan tujuan;
7) nomor rangka kendaraan bermotor;
8) nomor uji berkala kendaraan bermotor.
(2) Surat pernyataan kesanggupan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b ditandatanggani
pemohon di atas meterai yang dibubuhi cap/stempel
perusahaan.
(3) Kartu pengawasan (KP) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf c, paling sedikit memuat :
1) nomor surat keputusan;
2) nomor induk kendaraan;
3) nama perusahaan;
4) masa berlaku Kartu Pengawasan;
5) asal dan tujuan;
6) tanda nomor kendaraan;
7) nomor rangka kendaraan bermotor;
8) nomor uji kendaraan bermotor;
9) daya angkut orang;
10) daya angkut bagasi;
(4) Surat Keputusan Izin, Surat Pelaksanaan Keputusan
Izin, Kartu Pengawasan (KP), sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran keputusan ini.

Pasal 12

Perusahaan angkutan umum yang telah mendapat Izin


Penyelenggaraan Angkutan Permukiman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 wajib :
a. mengoperasikan kendaraan sesuai dengan izin yang
diberikan;
b. mematuhi ketentuan standar pelayanan minimal;
c. melaksanakan sistem manajemen keselamatan;
d. menerbitkan bukti pembayaran kepada pengguna jasa;
e. melaporkan kegiatan penyelenggaraan angkutan
permukiman setiap tahun kepada Kepala Badan;
f. melaporkan apabila terjadi perubahan susunan
kepengurusan badan hukum atau domisili badan
hukum.

Pasal 13
(1) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal
12, Perusahaan angkutan umum yang telah mendapat
Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman harus
melengkapi dan memenuhi persyaratan:
a. Standar Pelayanan;
b. Standar Spesifikasi Teknis Kendaraan.
(2) Standar Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. Keamanan, kendaraan harus dilengkapi dengan :
1) GPS (Global Positioning System) atau peralatan
yang mempunyai fungsi sejenis;
2) Kamera Perekam (CCTV);
b. Keselamatan, meliputi pengaturan mengenai:
1) Kondisi fisik, Kompetensi dan Jam Istirahat
pengemudi;
2) Pengecekan kelaikan kendaraan.
c. Kenyamanan, harus memenuhi ketentuan :
1) Faktor muat penumpang;
2) Konfigurasi Tempat Duduk;
3) Stiker Pengaduan Penumpang (151);
4) Fasilitas Pengisian baterai telepon genggam;
5) Lampu Penerangan Interior;
6) Toilet.
d. Keterjangkauan, kendaraan harus dilengkapi
dengan :
1) Display Elektronik;
2) Rincian waktu operasi.
e. Kesetaraan, Perusahaan menyediakan pelayanan
bagi penyandang disabilitas.

f. Keteraturan, pelayanan dilakukan dengan


memberikan:
1) Waktu operasi yang pasti sesuai permintaan
penumpang di permukiman yang dilayani;
2) Alat pembayaran elektronik.
(3) Standar Spesifikasi Teknis Kendaraan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. desain dan kinerja bus;
b. aksesibilitas penumpang di dalam bus;
c. interior kendaraan, sistem keluar dan masuk;
d. komunikasi;
e. fasilitas untuk penumpang dengan kebutuhan
khusus; dan
f. kompartemen pramudi.
(4) Rincian Standar Pelayanan dan Standar Spesifikasi
Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum
dalam Lampiran keputusan ini.

Pasal 14

Permohonan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dapat berupa:
a. Izin bagi pemohon baru;
b. Pembaharuan masa berlaku Izin, terdiri dari:
1) Pembaharuan masa berlaku Izin Penyelenggaraan
Angkutan Permukiman;
2) Pembaharuan masa berlaku kartu pengawasan.
c. Perubahan dokumen Izin, terdiri atas:
1) Perubahan (penambahan/pengurangan) asal tujuan
pelayanan;
2) Penambahan kendaraan;

3) Penggantian dokumen perizinan yang hilang atau


rusak;
4) Perubahan pengurus perusahaan;
5) Penggantian kendaraan atau peremajaan kendaraan.

Pasal 15

(1) Permohonan Izin angkutan permukiman bagi pemohon


baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a
diajukan kepada Kepala Badan dengan melengkapi:
a. Akta pendirian perusahaan dan/atau perubahan
terakhir;
b. Bukti pengesahan sebagai badan hukum dari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
c. Tanda Daftar Perusahaan;
d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan;
e. Surat keterangan domisili perusahaan yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;
f. Memiliki dan/atau menguasai tempat penyimpanan
kendaraan (pool) yang memenuhi persyaratan teknis
dan memiliki izin dari Pemerintah Daerah yang
ditunjukan dengan Surat Izin Tempat Usaha (SITU);
g. Surat Pernyataan Kesanggupan untuk memenuhi
seluruh kewajiban sebagai pemegang Izin
peyelenggaraan angkutan permukiman, bermaterai
dan ditandatangani pimpinan perusahaan;
h. Surat Pernyataan Kesanggupan untuk memiliki
dan/atau bekerjasama dengan pihak lain yang
mampu menyediakan fasilitas pemeliharaan
kendaraan bermotor.

i. Perjanjian kerjasama dengan pengelola permukiman


yang akan dilayani;
j. Perjanjian kerjasama dengan pengelola tempat
parkir kendaraan di tujuan perjalanan.
(2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dinilai telah memenuhi persyaratan, Kepala
Badan memberikan surat persetujuan.
(3) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menjadi dasar bagi pemohon untuk dipergunakan
dalam proses pengajuan penerbitan Surat Tanda Nomor
Kendaraan Umum oleh dinas yang membidangi sarana
dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sesuai
domisili perusahaan.
(4) Rekomendasi penerbitan Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK) Umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diterbitkan paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
(5) Setelah mendapatkan Surat Tanda Nomor Kendaraan
Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3), untuk
kendaraan baru cukup menyampaikan Salinan
Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) kendaraan bermotor
dan STNK Angkutan Umum dan untuk kendaraan
bukan baru harus melampirkan Salinan STNK
Angkutan Umum dan kartu lulus uji berkala.
(6) Setelah dipenuhinya STNK Angkutan Umum dan SRUT
untuk kendaraan baru dan Salinan STNK Angkutan
Umum dan kartu lulus uji berkala untuk kendaraan
bukan baru, dinas yang membidangi sarana dan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan pada lokasi
asal dan tujuan pelayanan menerbitkan surat
pengantar realisasi penerbitan izin kepada Kepala
Badan.

(7) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, Kepala
Badan menerbitkan Surat Keputusan Izin
Penyelenggaraan Angkutan Permukiman beserta Kartu
Pengawasan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
dokumen permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterima secara lengkap.
(8) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak memenuhi persyaratan, Kepala Badan
menerbitkan surat penolakan disertai alasan paling
lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen permohonan
diterima secara lengkap.

Pasal 16

(1) Permohonan pembaharuan masa berlaku izin


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b angka
1) diajukan kepada Kepala Badan Pengelola, dilengkapi
dengan laporan pelayanan angkutan permukiman yang
izinnya diperbaharui.
(2) Permohonan perpanjangan masa berlaku izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan
persyaratan administratif.
(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) antara lain:
a. Surat permohonan pembaharuan masa berlaku izin:
b. Salinan surat keputusan Izin Penyelenggaraan
Angkutan Permukiman yang telah dimiliki;
c. Salinan STNK yang masih berlaku atas nama
perusahaan; dan

d. Salinan buku lulus uji berkala kendaraan yang


masih berlaku.
(4) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, Kepala
Badan memberikan Surat keputusan Izin
Penyelenggaraan Angkutan Permukiman yang telah
diperbaharui paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
dokumen permohonan diterima secara lengkap.
(5) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak, Kepala
Badan memberikan Surat Penolakan disertai alasan
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen diterima
permohonan diterima secara lengkap.

Pasal 17

(1) Permohonan pembaharuan masa berlaku Kartu


Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf b angka 2) diajukan kepada Kepala Badan dengan
dilengkapi persyaratan administratif.
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) antara lain:
a. Surat permohonan pembaharuan masa berlaku
kartu pengawasan;
b. Salinan surat keputusan Izin penyelenggaran
angkutan permukinan yang telah dimiliki;
c. Salinan STNK yang masih berlaku atas nama
perusahaan; dan
d. Salinan bukti lulus uji berkala kendaraan yang
masih berlaku.

(3) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, Kepala
Badan memberikan Kartu Pengawasan yang telah
diperbaharui paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
dokumen permohonan diterima secara lengkap.
(4) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak, Kepala
Badan memberikan Surat Penolakan disertai alasan
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen diterima
permohonan diterima secara lengkap.

Pasal 18

(1) Permohonan perubahan dokumen izin untuk


perubahan asal-tujuan lintas pelayanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 huruf c angka 1) diajukan
kepada Kepala Badan,dilengkapi dengan persyaratan
administratif, antara lain:
a. Surat permohonan perubahan asal-tujuan lintas
pelayanan;
b. Salinan Surat Keputusan Izin penyelenggaraan
angkutan permukinan yang telah dimiliki;
c. Perjanjian kerjasama dengan pengelola
permukiman yang akan dilayani;
d. Perjanjian kerjasama dengan pengelola tempat
parkir kendaraan di tujuan perjalanan.
(2) Untuk permohonan penambahan asal-tujuan lintas
pelayanan, dalam hal permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dinilai telah memenuhi
persyaratan, Kepala Badan memberikan surat
persetujuan.

(3) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


menjadi dasar bagi pemohon untuk dipergunakan
dalam proses pengajuan penerbitan Surat Tanda Nomor
Kendaraan Umum oleh dinas yang membidangi sarana
dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sesuai
domisili perusahaan.
(4) Rekomendasi penerbitan Surat Tanda Nomor
Kendaraan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diterbitkan paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
(5) Setelah mendapatkan Surat Tanda Nomor Kendaraan
Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3), untuk
kendaraan baru cukup menyampaikan Salinan SRUT
kendaraan bermotor dan STNK Angkutan Umum dan
untuk kendaraan bukan baru harus melampirkan
Salinan STNK Angkutan Umum dan kartu lulus uji
berkala.
(6) Setelah dipenuhinya Surat Tanda Nomor Kendaraan
Umum dan SRUT untuk kendaraan baru dan Salinan
STNK dan kartu lulus uji berkala untuk kendaraan
bukan baru, dinas yang membidangi sarana dan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan pada lokasi
asal dan tujuan pelayanan baru menerbitkan surat
pengantar realisasi penerbitan izin kepada Kepala
Badan.
(7) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, Kepala
Badan menerbitkan Surat Keputusan Izin
Penyelenggaraan Angkutan Permukiman beserta Kartu
Pengawasan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
dokumen permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterima secara lengkap..

(8) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) tidak memenuhi persyaratan, Kepala Badan
menerbitkan surat penolakan disertai alasan paling
lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen permohonan
diterima secara lengkap.

Pasal 19

(1) Permohonan perubahan dokumen izin untuk


penambahan kendaraan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 huruf c angka 2) diajukan kepada Kepala
Badan, dilengkapi dengan laporan pelayanan angkutan
permukiman yang dilayani.
(2) Permohonan penambahan kendaraan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan persyaratan
administratif.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
antara lain:
a. Surat permohonan penambahan kendaraan;
b. Salinan Surat Keputusan Izin penyelenggaraan
angkutan pemukinan yang telah dimiliki;
c. Salinan surat keterangan domisili perusahaan.
(4) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, Kepala
Badan memberikan Surat Persetujuan Penambahan
Kendaraan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
dokumen permohonan diterima secara lengkap.
(5) Dalam hal permohonan yang diajukan pemohon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak, Kepala
Badan memberikan Surat Penolakan disertai alasan
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen
permohonan diterima.
(6) Surat persetujuan penambahan kendaraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar
bagi pemohon untuk dipergunakan dalam proses
pengajuan persetujuan atau rekomendasi penguningan
oleh dinas yang membidangi sarana dan prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan sesuai domisili pemohon.
(7) Surat Persetujuan atau rekomendasi penguningan plat
nomor sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diterbitkan
paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
(8) Setelah mendapatkan tanda nomor kendaraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), untuk kendaraan
baru hanya menyampaikan Salinan SRUT kendaraan
bermotor dan Salinan STNK.
(9) Untuk kendaraan bukan baru harus melampirkan
Salinan STNK dan Salinan kartu lulus uji berkala.
(10) Dalam hal permohonan disetujui, Kepala Badan
memberikan Izin Penyelenggaraan Angkutan
Permukiman beserta Kartu Pengawasan paling lama 7
(tujuh) hari kerja sejak diterimanya dokumen secara
lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 20

(1) Permohonan perubahan untuk penggantian dokumen


izin yang hilang atau rusak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 huruf c angka 3) diajukan kepada
Kepala Badan, dilengkapi dengan laporan kehilangan
dokumen dari pihak Kepolisian Republik Indonesia atau
dokumen perizinan yang rusak.

(2) Permohonan penggantian dokumen perizinan yang


hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi
dengan:
a. Surat permohonan penggantian dokumen yang
hilang atau rusak;
b. Salinan Surat Keputusan Izin Penyelenggaraan
Angkutan Permukiman yang telah dimiliki dan
masih berlaku;
c. Surat dari Kepolisian untuk dokumen yang hilang
dan bukti pengumuman terhadap dokumen yang
hilang di media massa;
d. Melampirkan bukti dokumen yang rusak.
(3) Dalam hal permohonan disetujui, Kepala Badan
memberikan dokumen penggantian perizinan paling
lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya dokumen
secara lengkap.

Pasal 21

(1) Permohonan perubahan pengurus perusahaan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c angka
4) diajukan kepada Kepala Badan, dilengkapi dengan
laporan perubahan pengurus perusahaan.
(2) Permohonan perubahan pengurus perusahaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilengkapi
dengan:
a. Akte perubahan badan hukum yang telah
mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia;
b. Salinan Surat Keputusan Izin Penyelenggaraan
Angkutan Permukiman yang telah dimiliki;

c. Surat keterangan domisili perusahaan dikeluarkan


oleh instansi yang berwenang;
d. Surat pernyataan kesanggupan untuk memenuhi
seluruh kewajiban sebagai pemegang Izin
Penyelenggaraan Angkutan Permukiman.
(3) Dalam hal permohonan disetujui, Kepala Badan
memberikan dokumen penggantian perizinan paling
lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya dokumen
secara lengkap berupa:
a. Surat Keputusan Izin Penyelenggaraan Angkutan
Permukiman;
b. Surat keputusan pelaksanaan Izin Penyelenggaraan
Angkutan Permukiman;
c. Lampiran surat keputusan pelaksanaan Izin
Penyelenggaraan Angkutan Permukiman;
d. Kartu pengawasan kendaraan.
(4) Sebelum Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan kepada
pemohon, terlebih dahulu wajib menyerahkan Izin
Penyelenggaraan Angkutan Permukiman yang lama.

Pasal 22

(1) Permohonan penggantian kendaraan atau peremajaan


kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf c angka 5) diajukan kepada Kepala Badan
dilengkapi dengan persyaratan administratif.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Surat permohonan penggantian kendaraan atau
peremajaan kendaraan;

b. Salinan Surat Keputusan Izin Penyelenggaraan


Angkutan Permukiman;
c. Salinan STNK kendaraan pengganti;
d. Salinan kartu bukti lulus uji berkala kendaraan
pengganti.
(3) Dalam hal permohonan disetujui, kepada Kepala Badan
memberikan dokumen penggantian perizinan paling
lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanaya dokumen
secara lengkap, berupa:
a. Lampiran Surat Kerja keputusan pelaksanaan Izin
Penyelenggaraan Angkutan Permukiman;
b. Kartu pengawasan kendaraan.
(4) Sebelum Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan,
pemohon wajib terlebih dahulu menyerahkan Izin
Penyelenggaraan Angkutan Permukiman yang lama.

Pasal 23

(1) Pemberian Izin Penyelenggaraan Angkutan


Permukiman, dilaksanakan melalui:
a. Lelang; atau
b. Seleksi.
(2) Pemberian Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman
melalui pelelangan sebagaimana dimaksud ayat (1)
diberikan kepada yang telah memenuhi persyaratan
administratif.
(3) Pemberian Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman
melalui seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b diberikan setelah memenuhi persyaratan
administrasi dan dilakukan untuk:

a. Perusahaan Angkutan Umum yang telah memiliki


izin diwilayah tersebut;
b. Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Angkutan
Permukiman.

Pasal 24

(1) Pelelangan pembukaan layanan baru atau penambahan


jumlah kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
23 diumumkan melalui website, papan pengumuman,
dan/atau media massa paling lambat 90 (sembilan
puluh) hari sebelum pendaftaran pelelangan.
(2) Pengumuman pelelangan pembukaan layanan baru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada
Rencana kebutuhan kendaraan angkutan permukiman
(3) Pengumuman pelelangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh Kepala Badan.
(4) Pengumuman pelelangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) paling sedikit memuat:
a. Lokasi kota yang akan dilayani;
b. Jumlah kebutuhan kendaraan;
c. Jenis kendaraan dan spesifikasi kendaraan;
d. Standar pelayanan minimal.
(5) Berdasarkan penilaian terhadap pemenuhan
persyaratan administrasi dan pemenuhan standar
pelayanan minimal, dilakukan pemilihan pemenang
yang mempunyai nilai tertinggi.
(6) Pemenang pelelangan terhadap pembukaan layanan
baru sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu)
diumumkan melalui website, papan pengumuman
dan/atau media massa.
(7) Terhadap pemenang pelelangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) diberikan Izin Penyelenggaraan Angkutan
Permukiman yang berupa dokumen kontrak dan/atau
kartu elektronik.

Pasal 25

(1) Direktur melakukan penilaian persyaratan administrasi


dan teknis terhadap persyaratan masing-masing
pemohon dan melaporkan hasilnya kepada Kepala
Badan.
(2) Terhadap penilaian persyaratan administrasi dan teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Badan
memberikan persetujuan atau penolakan izin kepada
pemohon paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah
permohonan diterima.
(3) Kepala Badan memberikan penolakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disertai dengan alasan serta
rekomendasi penyempurnaan kepada pemohon.

Pasal 26

Pelanggaran terhadap peraturan ini diberikan sanksi sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 27

Direktur melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan


Peraturan ini.
Pasal 28

Perusahaan Angkutan Umum yang saat ini


menyelenggarakan kegiatan Angkutan Permukiman tetap
beroperasi dan wajib menyesuaikan dengan Peraturan ini
dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
Peraturan ini b0erlaku efektif.

Pasal 29

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Januari 2017

KEPALA BADAN PENGELOLA


TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK,
TANGERANG DAN BEKASI

ttd

ELLY ADRIANI SINAGA

SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada:


1. Menteri Perhubungan;
2. Kepala Kepolisian Republik Indonesia;
3. Gubernur DKI Jakarta;
4. Gubernur Jawa Barat;
5. Gubernur Banten;
6. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan;
7. Direktur Jenderal Perhubungan Darat;
8. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi di wilayah Jabodetabek;
9. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota di wilayah Jabodetabek.
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI
JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TENGERANG DAN BERKASI
NOMOR : SK.55/AJ.206/BPTJ-2017
TANGGAL : 10 Januari 2017

I. STANDAR PELAYANAN ANGKUTAN PERMUKIMAN

Nilai/Ukuran/
No. Jenis Uraian Fungsi Indikator Keterangan
Jumlah

1. KEAMANAN
a. GPS (Global Penanda lokasi kendaraan Sebagai Ketersediaan. Harus
Positioning pada saat dioperasikan instrumen untuk tersedia.
System) meningkatkan
tingkat
keamanan baik
untuk
penumpang
mupun
kendaraan/
pengemudi itu
sendiri

b. Kamera Perekam Kamera yang merekam Sebagai perekam Ketersediaan. Harus


(CCTV) kegiatan di dalam Bus pada kegiatan di tersedia.
saat beroperasi dalam kendaraan
pada saat
beroperasi yang
berfungsi untuk
meningkatkan
keamanan atau
pada saat ada
barang
penumpang yang
tertinggal
Nilai/Ukuran/
No. Jenis Uraian Fungsi Indikator Keterangan
Jumlah

2. KESELAMATAN
a. Pengemudi Pengemudi dalam keadaan Sebagai bukti Sehat. Surat
1) Kondisi fisik sehat fisik dan mental. pengemudi keterangan
dalam keadaan berbadan
sehat sehat dari
dokter setiap 6
(enam) bulan
sekali

2) Kompetensi. Pengemudi memiliki Sebagai bukti Telah Mengikuti


pengetahuan mengenali pengemudi mengikuti pelatihan/pen
rute pelayanan, tanggap mengerti etika pelatihan. yegaran paling
darurat, dan pelayanan. berlalulintas sedikit 1 (satu)
kali dalam
setahun.

3) Jam Istirahat Pengemudi wajib istirahat Wajib menjaga Kondisi Diterapkannya


paling lama 15 (limabelas) agar kondisi pengeudi , jam istirahat
menit setelah pengemudi tetap prima. pengemudi.
mengemudikan kendaraan prima.
selama 2 jam berturut-
turut.

b. Pengecekan Prosedur pengecekan Untuk SOP Harus tersedia


kelaikan kelaikan kendaraan memastikan pemeriksaan. untuk setiap
kendaraan sebelum beroperasi. bahwa kendaraan.
sebelum kendaraan dalam
beroperasi. siap guna
operasi (SGO).
Nilai/Ukuran/
No. Jenis Uraian Fungsi Indikator Keterangan
Jumlah

3. KENYAMANAN
a. Kapasitas Jumlah penumpang sesuai Agar tersedia Jumlah Paling tinggi
angkut dengan kapasitas angkut / ruang gerak yang penumpang 95% sesuai
daya angkut sesuai dengan nyaman bagi terangkut. kapasitas
yang tertera dibuku uji. penumpang pada angkut pada
saat berada pada saat peak hour
dalam
kendaraan.

b. Konfigurasi Konfigurasi tempat duduk Untuk Terpasang Harus


tempat duduk penumpang pada memberikan terpasang dan
kendaraan 2.2 (dua kanan kenyamana pada berfungsi
dan dua kiri) dengan penumpang. dengan baik
recleaning seat (RS)

c. Stiker Terpasangnya stiker Untuk Terpasang Terpasang


pengaduan (151) pengaduan untuk memberikan
menginformasikan kepada informasi
penumpang nomor pengaduan
pengaduan konsumen 151 konsumen pada
penumpang.

d. Fasilitas Terdapat fasilitas yang Dipergunakan Terpasang Harus


pengisian baterai dapat dipergunakan untuk oleh penumpang terpasang dan
telepon mengisi daya baterai untuk mengisi berfungsi
genggam/ telepon genggam/ daya baterai dengan baik
handphone handphone (kontak listrik) telepon genggam

e. Lampu Terdapat lampu penerangan Digunakan Terpasang Harus


penerangan yang digunakan untuk untuk terpasang dan
interior membaca pada malam hari kepentingan berfungsi
penumpang pada dengan baik
saat malam hari
Nilai/Ukuran/
No. Jenis Uraian Fungsi Indikator Keterangan
Jumlah

f. Toilet Terpasangnya toilet untuk Untuk dapat Terpasang Harus


penumpang dipergunakan terpasang dan
pada kondisi berfungsi
tertentu. dengan baik

4. KETERJANGKAUAN
Display Elektronik Display informasi kepada Memberikan Terpasang Harus
penumpang kemudahan terpasang dan
informasi bagi berfungsi
penumpang dengan baik

Rincian Waktu Untuk menjamin Sebagai Tersedia Harus tersedia


Operasi keteraturan pedoman pada
saat waktu
pengoperasian

5. KESETARAAN
Pelayanan prioritas Pemberian prioritas Diberikan bagi Kemudahan Terlayani
(Ramp Door) naik/turun kendaraan penumpang
penyandang
cacat, manusia
usia Ianjut,
anak-anak,
maupun wanita
hamil.
Nilai/Ukuran/
No. Jenis Uraian Fungsi Indikator Keterangan
Jumlah

6. KETERATURAN
Waktu operasi Waktu operasi sesuai Untuk menjamin Ketersediaan Harus tersedia
dengan permintaan kebutuhan
masyarakat dikawasan penumpang
permukiman

Mesin electronic Mesin electronic data Alat untuk Terpasang Harus


data capture (EDC) capture (EDC) untuk menunjang terpasang dan
pembayaran sistem berfungsi
pembayaran dengan baik
elektronik
(cashless)
II. STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS ANGKUTAN PERMUKIMAN

NILAI/UKURAN
NO JENIS URAIAN KET.
/JUMLAH/LETAK

1. DISAIN DAN KINERJA BUS

a. Umur maksimum Umur maksimum kendaraan yang Maks. 10 tahun


kendaraan diizinkan untuk penyelenggaraan
angkutan permukiman

b. Tampilan kendaraan 1) Warna cat untuk seluruh badan Warna merah hati dengan kode cat warna Catatan:
kendaraan SN-IK Ungu Tua R3/R298 Standar terbatas
pada desain livery
(stripping dan
warna) dan lay out
dan tidak
mengatur badan
karoseri
2) Branding/nama Jabodetabek Residence Connexion

3) Nama perusahaan operator (Operated By: PO……………………….)

c. Persyaratan teknis 1) Rangka Landasan - konstruksi menyatu, terpisah, atau


kendaraan bermotor sebagian menyatu sebagian terpisah
dengan badan kendaraan

- Dapat menahan seluruh beban getaran


dan goncangan Kendaraan berikut
muatannya sebesar JBB atau JBKB

- Tahan terhadap korosi

- Dilengkapi dengan alat pengait di bagian


depan dan bagian belakang kendaraan
bermotor
2) Motor Penggerak - daya untuk mendaki jalan tanjakan
dengan sudut kemiringan minimum 8
(motor bakar, motor listrik, (delapan derajat) dengan kecepatan
kombinasi motor bakar dan motor minimum 20 km/jam pada segala
listrik) kondisi jalan;

- Motor penggerak dapat dihidupkan dari


tempat duduk pengemudi;

- Motor penggerak kendaraan bermotor


tanpa kereta gandengan atau kereta
tempelan harus memiliki perbandingan
antara daya dan berat total kendaraan
berikut muatannya paling sedikit
sebesar 4,50kw setiap 1.000 (seribu)
kilogram dari JBB atau JBKB;

- Motor penggerak pada kendaraan


bermotor yang digunakan untuk
menarik kereta gandengan, kereta
tempelan, bus tempel dan bus gandeng,
harus memiliki perbandingan antara
daya dan berat total kendaraan berikut
muatannya paling sedikit sebesar 5,50
(lima koma lima puluh) kw setiap 1.000
(seribu) kilogram dari JBB atau JBKB

- Dilengkapi dengan pre-cleaner asupan


udara dan pemisah air untuk sistem
bahan bakar transmisi. Termasuk
semua sumber energi / bahan bakar,
seperti bensin, listrik, gas, hybrid, dll.
Akselerasi : 0-50km/h ≤30 detik,
interpretasi akselerasi diukur dari bus
tanpa muatan pada jalan . Test
dilakukan dengan mengambil angka
rata-rata percepatan dari test setiap
arah yang dilakukan pada 2 arah di
dalam periode 30 menit per arahnya.
Jarak perjalanan terjauh tanpa
pengisian kembali bahan bakar ≥350km.

3) Sistem Pembuangan - Dirancang dan dibuat dari bahan yang


cukup kuat
(manifold, peredam suara, dan pipa
pembuangan) - Arah pipa pembuangan dibuat dengan
posisi yang tidak mengganggu pengguna
jalan lain

- Asap dari hasil pembuangan tidak


mengarah pada tangki bahan bakar atau
roda sumbu belakang kendaraan
bermotor

- Pipa pembuangan tidak melebihi sisi


samping atau sisi belakang kendaraan
bermotor

- Pipa pembuangan harus diarahkan ke


atas, belakang atau sisi kanan disebelah
belakang ruang penumpang dengan
sudut kemiringan tertentu terhadap
garis tengah kendaraan bermotor.
Sistem pembuangan harus diarahkan ke
arah belakang pada sisi kanan, untuk
mobil bus.

- Emisi gas buang diukur berdasarkan


kandungan polutan yang dikeluarkan
kendaraan bermotor. Kandungan
polutan tidak melebihi ambang batas
yang ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang lingkungan hidup

- Insulasi kompartemen : non-flammable


(anti api), material insulasi harus
melindungi terhadap kebisingan dan
panas. Material tahan api harus sesuai
dengan ISO 3795 atau standar yang
setara dengannya.

4) Sistem Penerus Daya - Dapat dikendalikan dari tempat duduk


pengemudi
(Otomatis, manual, kombinasi
otomatis dan manual) - Kendaraan Bermotor dapat bergerak
maju dengan 1 (satu) atau lebih tingkat
kecepatan

- Kendaraan Bermotor dapat bergerak


mundur

5) Sistem Roda-roda - Ban – ban hidup harus memiliki adhesi


yang cukup, baik pada jalan kering
(roda – roda dan sumbu roda) maupun jalan basah. Rancangan sumbu
roda dan/atau gabungan sumbu roda
berikut roda – rodanya harus
memperhatikan kelas jalan yang akan
dilalui

6) Sistem Suspensi - Sistem suspensi harus mampu menahan


beban, getaran, dan kejutan. Suspensi
udara/ Air suspension termasuk
kapasitas kneeling . LB (Large
Bus)/LBDD (Large Bus Double Decker)
Air suspension. ECAS (Electronically
Controlled Air Suspension) termasuk self-
levelling. Kneeling pada pintu depan
≥60mm drop/lift, control oleh pengemudi
dengan indikator /drive-off protection.
Waktu kneel atau naik <8 detik

7) Sistem Alat Kemudi - Sistem alat kemudi harus dapat


digerakkan dan kemudi atau stang
(roda kemudi/stang kemudi dan kemudi dirancang dan dipasang dengan
batang kemudi) tidak membahayakan pengemudi.

- Sistem alat kemudi yang dilengkapi


dengan tenaga bantu harus dapat
menurunkan kinerjanya menjadi sistem
alat kemudi tanpa tenaga bantu atau
manual apabila kendaraan bermotor
tersebut bergerak dengan kecepatan
tinggi

8) Sistem Rem - Kemampuan rem kendaraan harus lulus


(passed) standar uji rolling brake di
pusat pengujian kendaraan bermotor.

- Sistem rem kendaraan mobil


penumpang harus memenuhi standar
sesuai dengan PM Nomor 26 Tahun
2015 tentang Standar Keselamatan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan

- Sistem Rem Utama:

- Ditempatkan dekat dengan


pengemudi dan dikendalikan oleh
pengemudi

- Bekerja pada semua roda kendaraan


sesuai dengan besarnya beban pada
masing-masing sumbu

- Sistem Rem parkir:

- Dikendalikan dari ruang pengemudi


dan mampu menahan posisi
kendaraan dalam keadaan berhenti
pada jalan datar, tanjakan, maupun
turunan;

- Dilengkapi dengan pengunci yang


bekerja secara mekanis atau sistem
lain sesuai perkembangan teknologi

- Efisiensi sistem rem utama:


- Sistem rem utama mobil penumpang,
serendah rendahnya sebesar 60%
pada daya kendali rem sebesar ≤ 500
newton (50 kg) dengan langkah
gerakan pedal rem maksimum 100
milimeter dan pengereman sebanyak
12 kali,

- 2) Sistem rem utama bus serendah-


rendahnya sebesar 60% pada daya
kendali rem sebesar ≤ 700 newton (70
kg) dengan langkah gerakan pedal
rem maksimum 150 milimeter dan
pengereman sebanyak 12 kali.

- Efisiensi sistem rem parkir:

Untuk kendaraan dengan kendali rem


tangan

- mobil penumpang, efisiensinya


ditentukan serendah-rendahnya
sebesar 16 % pada gaya kendali rem
tangan sebesar ≤ 400 Newton (40 kg)

- mobil bus, efisiensinya ditentukan


serendah-rendahnya sebesar 12 %
pada gaya kendali rem tangan
sebesar ≤ 500 Newton (50 kg)

- Selain harus dilengkapi dengan rem


utama dan rem parkir kendaraan
bermotor dengan JBB lebih dari
7.000 (tujuh ribu) kilogram harus
dilengkapi dengan rem pelambat.

- Kendaraan untuk transportasi publik


dilarang untuk bergerak lebih dari 5
km/ jam pada saat pintu belakang
kendaraan dalam keadaan terbuka
atau saat kneeling system
dioperasikan

9) Sistem Lampu dan Alat Pemantul Sistem lampu dan alat pemantul cahaya
Cahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf i PP Nomor 55 Tahun 2012 meliputi:
a. Lampu utama dekat berwarna putih
atau kuning muda;
b. Lampu utama jauh berwarna putih
atau kuning muda;
c. Lampu penunjuk arah berwarna
kuning tua dengan sinar kelap-kelip;
d. Lampu rem berwarna merah;
e. Lampu posisi depan berwarna putih
atau kuning muda;
f. Lampu posisi belakang berwarna
merah;
g. Lampu mundur dengan warna putih
atau kuning muda;
h. Lampu penerangan tanda nomor
kendaraan bermotor di bagian belakang
kendaraan berwarna putih;
i. Lampu isyarat peringatan bahaya
berwarna kuning tua dengan sinar
kelap-kelip;
j. Lampu tanda batas dimensi kendaraan
bermotor berwarna putih atau kuning
muda untuk kendaraan bermotor yang
lebarnya lebih dari 2.100 (dua ribu
seratus) milimeter untuk bagian depan
dan berwarna merah untuk bagian
belakang;
k. Alat pemantul cahaya berwarna merah
yang ditempatkan pada sisi kiri dan
kanan bagian belakang kendaraan
bermotor.
- Lampu utama dekat dan lampu utama
jauh sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 selain Sepeda Motor harus
memenuhi persyaratan:

 berjumlah 2 (dua) buah atau


kelipatannya;

 dipasang pada bagian depan


Kendaraan Bermotor;
 dipasang pada ketinggian tidak
melebihi 1.500 (seribu lima ratus)
milimeter dari permukaan jalan dan
tidak melebihi 400 (empat ratus)
milimeter dari sisi bagian terluar
Kendaraan; dan
 dapat memancarkan cahaya paling
sedikit 40 (empat puluh) meter ke
arah depan untuk lampu utama
dekat dan 100 (seratus) meter ke
arah depan untuk lampu utama
jauh.
- Lampu penunjuk arah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf c
harus memenuhi persyaratan:
 berjumlah genap;
 dapat dilihat pada waktu siang dan
malam hari oleh pengguna jalan lain;
 dipasang pada sisi kiri dan kanan
bagian depan Kendaraan Bermotor
dengan ketinggian tidak melebihi
1.500 (seribu lima ratus) milimeter;
dan
 dipasang pada sisi kiri dan kanan
bagian belakang Kendaraan
Bermotor dengan ketinggian tidak
melebihi 1.500 (seribu lima ratus)
milimeter.
- Lampu rem sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 huruf d selain Sepeda
Motor, harus memenuhi persyaratan:
 berjumlah paling sedikit 2 (dua)
buah;
 mempunyai kekuatan cahaya lebih
besar dari lampu posisi belakang
tetapi tidak menyilaukan bagi
pengguna jalan lain; dan
 dipasang pada sisi kiri dan kanan
bagian belakang Kendaraan
Bermotor dengan ketinggian tidak
melebihi 1.500 (seribu lima ratus)
milimeter. (2) Dalam hal jumlah
lampu rem lebih dari 2 (dua) buah,
dapat ditempatkan di bagian atas
belakang Kendaraan Bermotor
bagian dalam atau luar.
- Lampu posisi depan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 23 huruf e selain
Sepeda Motor, harus memenuhi
persyaratan:
 berjumlah 2 (dua) buah;
 dipasang di bagian depan;
 dapat bersatu dengan lampu utama
dekat;
 dipasang pada sisi kiri dan kanan
bagian belakang Kendaraan
Bermotor dengan ketinggian tidak
melebihi 1.500 (seribu lima ratus)
milimeter dan tidak menyilaukan
pengguna jalan lain; dan
 tepi terluar permukaan penyinaran
lampu posisi depan, tidak melebihi
400 (empat ratus) milimeter dari sisi
bagian terluar Kendaraan.
- Lampu posisi belakang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf f selain
Sepeda Motor, harus memenuhi
persyaratan:
 berjumlah genap;
 dipasang pada ketinggian tidak
melebihi 2.100 (dua ribu seratus)
milimeter di samping kiri dan kanan
bagian belakang Kendaraan dan
harus dapat dilihat pada malam
serta tidak menyilaukan pengguna
jalan lain; dan
 tepi terluar permukaan penyinaran
lampu posisi belakang tidak melebihi
400 (empat ratus) milimeter dari sisi
bagian terluar Kendaraan.
- Lampu mundur sebagaimana dimaksud
pada Pasal 23 huruf g harus memenuhi
persyaratan:
 berjumlah paling banyak 2 (dua)
buah; dipasang pada sisi kiri dan
kanan bagian belakang Kendaraan
Bermotor dengan ketinggian tidak
melebihi 1.200 (seribu dua ratus)
milimeter;
 tidak menyilaukan pengguna jalan
lain; hanya menyala apabila penerus
daya digunakan untuk posisi
mundur; dan
 dilengkapi tanda bunyi mundur
untuk Kendaraan dengan JBB lebih
dari 3.500 (tiga ribu lima ratus)
kilogram.
- Lampu penerangan tanda nomor
Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf h
dipasang di bagian belakang dan dapat
menyinari tanda nomor Kendaraan
Bermotor agar dapat dibaca pada jarak
paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari
belakang.
- Lampu isyarat peringatan bahaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
huruf i menggunakan lampu penunjuk
arah yang menyala secara bersamaan
untuk kedua arah dengan sinar kelap-
kelip
- Lampu tanda batas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf j hanya
dipersyaratkan bagi Kendaraan yang
memiliki lebar lebih dari 2.100 (dua ribu
seratus) milimeter. Lampu tanda batas
dipasang di bagian depan dan bagian
belakang sisi kiri atas dan sisi kanan
atas.
- Alat pemantul cahaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf k harus
memenuhi persyaratan:
 dipasang secara berpasangan;
 dapat dilihat oleh pengemudi
Kendaraan lain yang berada di
belakang Kendaraan pada malam hari
dari jarak paling sedikit 100 (seratus)
meter apabila pemantul cahaya
tersebut disinari lampu utama
Kendaraan di belakangnya;
 dipasang di bagian belakang
Kendaraan Bermotor pada ketinggian
tidak melebihi 1.500 (seribu lima
ratus) milimeter; dan tepi bagian
terluar pemantul cahaya tidak
melebihi 400 (empat ratus) milimeter
dari sisi terluar Kendaraan.
- Kendaraan Bermotor dapat dilengkapi
dengan lampu kabut yang berjumlah
paling banyak 2 (dua) buah dipasang di
bagian depan Kendaraan.

- Lampu kabut sebagaimana dimaksud


harus memenuhi persyaratan:
 dengan cahaya warna putih atau
kuning;
 titik tertinggi permukaan penyinaran
tidak melebihi titik tertinggi
permukaan penyinaran dari lampu
utama dekat;
 dipasang pada ketinggian tidak
melebihi 800 (delapan ratus)
milimeter;
 tepi terluar permukaan penyinaran
lampu kabut tidak melebihi 400
(empat ratus) milimeter dari sisi
terluar Kendaraan; dan
 tidak menyilaukan pengguna jalan.
10) Komponen Pendukung - Komponen pendukung meliputi:

a. Pengukur Kecepatan;

Pengukur kecepatan, harus


dilengkapi dengan pengukur jarak
dan dipasang pada tempat yang
mudah dilihat oleh pengemudi

b. Kaca Spion;

berjumlah 2 (dua) buah atau lebih;

c. (2) dibuat dari kaca atau bahan lain


yang dipasang pada posisi yang
dapat memberikan pandangan ke
arah samping dan belakang dengan
jelas tanpa mengubah jarak dan
bentuk objek yang terlihat.

d. Penghapus Kaca;
Paling sedikit berjumlah 1 (satu)
buah dipasang di bagian kaca depan,
dilengkapi alat penyemprot air ke
kaca dan digerakkan secara mekanis
dan/atau elektronis.

e. Klakson;

Klakson harus mengeluarkan bunyi


dan dapat digunakan tanpa
mengganggu konsentrasi pengemudi.

f. Spakbor

Spakbor harus memiliki lebar paling


sedikit selebar telapak ban dan harus
mampu mengurangi percikan air
atau lumpur ke belakang Kendaraan
atau badan Kendaraan.

g. Bumper

Bumper harus dipasang di depan dan


belakang untuk mobil penumpang
dan mobil bus dan bumper depan
tidak menonjol ke depan lebih dari
500 (lima ratus) milimeter melewati
bagian badan kendaraan yang paling
depan.

11) Perlengkapan - Sabuk Keselamatan:

paling sedikit berjumlah 3 (tiga) jangkar


untuk tempat duduk pengemudi dan
tempat duduk penumpang paling pinggir
di samping pengemudi serta paling
sedikit berjumlah 2 (dua) jangkar untuk
tempat duduk penumpang lainnya;

a. tidak mempunyai tepi yang tajam;


b. kepala pengunci harus dapat
dioperasikan dengan mudah.

- Ban Cadangan:

a. harus memiliki ukuran yang sama


dengan ban yang terpasang pada
Kendaraan tersebut.

b. dapat memiliki lebar tapak yang


berbeda dengan ban yang terpasang
pada kendaraan tersebut tetapi
memiliki diameter keseluruhan sama.

- Segitiga Pengaman:

a. paling sedikit berjumlah 2 (dua)


buah.

b. berwarna merah dan bersifat


memantulkan cahaya.

- Dongkrak, paling sedikit mampu


mengangkat muatan sumbu sesuai
dengan muatan sumbu terberat
kendaraan bermotor yang digunakan

- Pembuka roda, harus mampu membuka


roda kendaraan bermotor yang
digunakan dan tidak merusak
komponen yang ada pada roda.

- Peralatan Pertolongan Pertama Pada


Kecelakaan (P3K) :

a. obat antiseptic;
b. kain kassa;
c. kapas;
d. plester.
2. AKSESIBILITAS PELANGGAN DI DALAM BUS

a. Area tempat duduk - Letak - Tempat duduk prioritas berada pada


prioritas; belakang lengkungan roda depan atau
antara belakang lengkungan roda depan
dengan tangga untuk mengakomodasi
ruang untuk pengguna kursi roda.

- Ruangan ini juga harus dilengkapi


dengan kursi yang dapat di lipat dengan
jok yang di beri busa dan upholstery

- Untuk bus besar, dapat diberi tempat


untuk kursi roda dengan “foot print”
≤700mm, lebar x ≤1200mm

- Jarak dan Posisi Signasi - Jarak dari platform bus (from floor
level (ffl))

Minimal : 140 cm ffl

Ideal : 160 cm ffl

Maksimal : 200 cm ffl

Posisi

- Pada jendela terdekat dengan area


prioritas dengan pemisah antara bagian
depan (area supir) dengan area prioritas.

b. Jumlah pintu; Jumlah dan Ukuran Pintu Mobil bus yang dirancang untuk
mengangkut penumpang sebanyak 15 (lima
belas) orang atau lebih, tidak termasuk
pengemudi, harus dilengkapi paling sedikit:

a. 1 (satu) pintu keluar dan/atau masuk


yang lebarnya paling sedikit 1.200
(seribu dua ratus) milimeter atau 2 (dua)
pintu dengan lebar paling sedikit 550
(lima ratus lima puluh) milimeter untuk
pintu depan dan 650 (enam ratus lima
puluh) milimeter untuk pintu belakang;

b. Tinggi pintu sebagaimana dimaksud


dalam huruf a meliputi seluruh dinding
mobil bus atau paling sedikit 1.900
(seribu sembilan ratus) milimeter untuk
mobil bus yang tingginya lebih dari
2.250 (dua ribu dua ratus lima puluh)
milimeter diukur dari permukaan tanah.

c. Tinggi tangga; Ukuran Tangga Untuk adjustable suspension dengan fungsi


kneeling/ferry-lift, ketinggian berkendara
normal (normal ride height) sekitar 300mm,
setting tinggi (ferry lift) sekitar 370 –
400mm, dan setting rendah (kneeling)
sekitar 250mm.

Mekanisme interlocking antara - Untuk BS, tinggi tangga pertama dari


suspensi (adjustable suspension) tanah (tanpa bus melakukan kneeling)
dengan rem pintu dan ramp untuk ≤300mm. Jika bus memiliki sistem
kursi roda kneeling boleh mencapai 370mm.

- Untuk BB, dan BBA, tangga depan dan


belakang ≤370mm (tanpa bus
melakukan kneeling), sedangkan dengan
kneeling : tangga pintu depan ≤280mm.
≤300mm. Pengukuran ini diukur dari
titik tengah saat daun pintu terbuka dari
permukaan tanah yang rata. Termasuk
garis (setrip) penanda tangga (step
highlighter).
d. Lantai; - Permukaan Lantai Seluruh bagian permukaan lantai harus
dilapisi bahan/ material anti licin,
terutama pada pintu masuk dan keluar
bus, ramp untuk kursi roda, daerah tempat
duduk prioritas dan daerah tempat
penyimpanan koper.

- Warna Lantai Daerah-daerah yang dilapisi bahan anti


licin harus mempunyai warna material
lantai yang kontras dengan warna lantai
lainnya, termasuk area tempat duduk dan
tempat penyimpanan koper, sehingga
mudah dilihat

- Rambu Kursi Roda di Lantai - Rambu kursi roda ditempelkan di lantai


dan di dinding dalam ukuran yang cukup
besar dan mudah dilihat. Rambu ini juga
harus memuat peringatan kepada para
pengguna kursi roda untuk mengaktifkan
rem kursi roda setiap saat selama bus
sedang bergerak.

- Rambu ini dibuat dengan warna kuning


terang supaya mudah dilihat.

- Ukuran Rambu Ukuran rambu pada dinding: 30cmx25cm

Ukuran rambu pada lantai: 60cmx60cm

e. Lebar lorong (aisle); - Ukuran Lorong Bus Sedang (BS) ≥780mm: Di ukur dari tengah-tengah
sumbu roda depan pada ketinggian 300mm.

- Ukuran Lorong Bus Besar (BB) ≥800m : Di ukur dari tengah-tengah


sumbu roda depan pada ketinggian
300mm

- Ukuran Lorong Bus Besar Bus (akan ditentukan kemudian)


Besar Articulated (BBA)

- Ukuran ruang kosong untuk lebarnya ≤700mm , dan panjangnya


kursi roda/alat bantu mobilitas ≤1200mm dengan tambahan ruang yang
dan kereta bayi cukup untuk orang bergerak.

f. Konfigurasi/susunan - Susunan tempat duduk diluar area Terdiri dari 2 baris utama , di mana setiap
tempat duduk; bebas rintangan dan area kursi barisnya berisi 2 buah kursi, kecuali pada
roda/ kereta bayi/ alat bantu baris yang paling belakang, dapat berisi 3
mobilitas kursi

- Tempat duduk paling depan yang


terletak setelah area tempat duduk
prioritas di prioritaskan untuk
orang tua yang membawa bayi di
kereta bayi dan para pendamping/
pengurus penyandang difabel yang
menggunakan kursi roda/ alat
bantu mobilitas lainnya.

- Rel pegangan tangan pada area


prioritas tempat duduk harus
disediakan menempel pada dinding.

g. Disain tempat duduk; - Kerangka tempat duduk harus hasil


buatan pabrik dan di las pada
lantai. Jok harus di beri busa tebal,
tidak boleh tanpa busa

- Mudah dibersihkan dan tidak


mudah terbakar

- Operator harus memiliki alat


penyedot kotoran / debu (vacuum
cleaner) untuk membersihkan
tempat duduk dan lantai.

- Ukuran dan jarak baris tempat - Lebar Tempat duduk: 400mm-500mm


duduk
- Ketinggian tempat duduk 480-500mm

- Jarak antara Baris Tempat duduk:


≥670mm

- Ruang untuk kaki konsumen - harus berjarak ≥300mm, diukur secara


horizontal dari ujung kaki belakang
tempat duduk pada baris di depan
sampai dengan ujung kaki depan tempat
duduk di belakangnya, kecuali jika ada
alat panel keselamatan yang berada
diantara kursi tersebut.

- Warna jok tempat duduk Coklat Muda

- Sabuk Pengaman yang memenuhi


standar keselamatan Indonesia
(SNI) harus dipasang secara baik
dan benar pada setiap tempat
duduk pelanggan . (UU Nomor 14
tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan pasal 61 ayat 2)

- Kemiringan sandaran kursi Sandaran Kursi (Seater) Penumpang di


dalam bus harus bisa dinaik-turunkan
dengan kemiringan berkisar antara 90 –
120 derajat dan harus bisa dioperasikan
oleh pelanggan secara langsung

h. Koper/ Kereta Bayi/ Setiap pelanggan bertanggung jawab


Alat Bantu Mobilitas terhadap barang miliknya sendiri dan
dan Barang Belanjaan barang yang dibawa tidak boleh
diletakkan pada area prioritas

i. Fasilitas untuk Rak sepeda maksimum hanya dapat


Pesepeda mengangkut 2 (dua) sepeda dalam
waktu bersamaan dengan aman, tidak
mudah lepas saat bus berjalan dan
pelanggan menyediakan sendiri
kunci/gembok sebagai pengaman
sepedanya.

3. INTERIOR KENDARAAN, SISTEM KELUAR DAN MASUK

a. Tangga dan sisi tepi - Permukaan Tangga Lapisan anti licin/ selip yang berkontur
tangga; timbul (dapat diraba) dan warnanya harus
kontras dengan warna lantai disekitarnya

- Warna Memiliki tanda lapisan warna kuning terang


pada sisi tepinya , agar mudah terlihat

- Lebar kontur Lebar kontur timbul pada sisi tepi ini


adalah selebar 45 – 50 mm

b. Tiang dan rel pegangan - Warna Tiang warna yang kontras dengan warna interior
tangan (stanchions); lainnya

- Ukuran pegangan tangan Untuk pegangan tangan yang dipasang


pada dinding bus di sebelah tempat kursi
roda panjang minimumnya harus 700 mm

c. Rel pegangan tangan pada Pegangan tangan ini harus mempunyai Lebar 30 – 35 mm, dengan ruang untuk
bagian belakang sandaran potongan melintang yang sirkular / genggaman tangan 35 – 45 mm.
kursi; bulat atau elips tidak tajam
Panjang rel pegangan tangan ini harus
minimum sepanjang 100-120 mm, sehingga
mudah digenggam saat terjadi situasi
pergerakan mendadak

d. Peta rute perjalanan; - Letak peta rute Peta Rute perjalanan bus diletakan pada
ruang yang berada diantara langit-langit
bus dan atas jendela, diletakan pada sisi
kanan dan kiri interior bus dan menarik
perhatian (eye catching) pelanggan

- Ukuran Peta ukuran 250X 900 mm

e. Tempat peletakan iklan; Letak iklan dalam interior bus Iklan tidak boleh menutupi atau
menghalangi semua informasi untuk
pelanggan dan rambu serta keterangan
yang ada di dalam interior bus. Iklan
sponsor juga diperbolehkan dalam bentuk
sarung sandaran kepala atau majalah yang
diletakan pada kantong di belakang jok jika
ada

Letak iklan di eksterior bus Untuk iklan di eksterior bus terletak di kap
mesin belakang

f. Pencahayaan; - Pencahayaan untuk bagian dalam ≥300mm diatas ujung tangga sampai
bus pada tangga pintu masuk dan dengan lantai bus ≥100 lux. Ketinggian ini
keluar dan pencahayaan untuk ke diukur mulai dari lantai terendah dari titik
arah bawah dan keluar untuk pusat pintu masuk pada ujung tangga

- Pencahayaan pada area interior ≥40 lux mulai dari panel di belakang
bus tempat duduk pramudi. Kekuatan
pencahayaan ini ini diukur pada ketinggian
1000 mm diatas lantai bus pada pusat
longitudinal sumbu aksis dari bus

- Pencahayaan diatas kepala >40 lux


(overhead)

g. Keamanan dan - Jumlah dan Peletakan CCTV Bus Minimum 1 (satu) buah yang diletakkan di
keselamatan; Sedang bagian depan atas pramudi mengarah ke
bagian interior lain

- Jumlah dan Peletakan CCTV Bus Minimum 2 (dua) buah, 1 buah dapat
Besar menangkap kegiatan pembayaran / daerah
pramudi dan pintu masuk, 1 buah lagi
diletakan pada posisi yang dapat
menangkap kegiatan di seluruh interior bus
dan pintu keluar

h. Sistem Pendingin Udara Temperatur Pendingin udara 20 - 26°Celsius.


dan Ventilasi

i. Wiper dan anti kabut; Pada seluruh jendela harus ada alat
wiper dan penghilang kabut / anti
kabut dan harus berfungsi

j. Alat keselamatan gawat - Peletakan Alat Pemadam Kebakaran Lokasi perletakannya harus mudah di
darurat dan kapak pemecah kaca Portabel akses oleh pelanggan tetapi juga sekaligus
harus aman dari jangkauan anak-anak dan
orang yang tidak bertanggung jawab

- Jumlah Minimum 1 (satu) set di dalam area salon


bus

- Kotak P3K (Pertolongan Pertama Kotak P3K ini diletakkan pada


Pada Kecelakaan) kompartemen pramudi sebagaimana
dijelaskan di dalam Bab VII Buku Standar

- Standar isi Perlengkapan Kotak P3K 1. Kasa Steril


(Permenaker No. 2. Perban ( lebar 5 cm )
PER.15/MEN/VIII/2008) 3. Perban ( lebar 10 cm)
4. Plester ( lebar 1.25 cm)
5. Plester cepat
6. Kapas
7. Kain segitiga / mittela
8. Gunting
9. Peniti
10. Sarung tangan sekali pakai
11. Sarung tangan sekali pakai
berpasangan
12. Masker
13. Pinset
14. Lampu senter
15. Gelas cuci mata
16. Kantong plastik bersih
17. Aquades (10 ml larutan saline)
18. Povidon lodin (60ml)
19. Alkohol 70%
20. Buku Panduan P3K di tempat kerja
21. Buku catatan dan daftar isi kotak P3K

- Jumlah Segi tiga Pengaman dan Jumlah minimum segitiga adalah 2 buah
lampu emergency/ darurat / segitiga pengaman
hazard

- Kriteria segitiga pengaman 1. Memiliki ukuran besar, sehingga


mudah dilihat.
2. Memiliki warna yang nyaman dengan
cat yang bagus dan tidak kontras.
3. Bisa merefleksikan sinar/cahaya
dengan baik / memantulkan sinar jika
terkena sorot lampu.
4. Terbuat dari besi / plastik yang kokoh

- Prinsip menggunakan Segi Tiga 1. Pasang dengan 3 meter dari kendaraan


Pengaman
yang sedang mogok / sedang dalam
perbaikan.

2. Jarak ideal diatas 10 meter sampai


100 meter tergantung kondisi jalan.

3. Jika jalan lurus ramai dengan mobil


berkecepatan tinggi maka pemasangan
segitiga pengaman pada jarak 20
sampai 30 meter.

4. Jika jalan berliku maka jarak


maksimum 100 meter, jarak 40 atau
50 meter.

5. Pasang segitiga pengaman di dua


tempat yaitu di depan dan belakang
mobil dengan jarak 10 sampai 100
meter jika berada di jalan dua arah,
jika satu arah cukup 1 saja.

6. Pastikan reflektor / pemantul cahaya


bekerja dengan baik saat malam hari.

7. Pemasangan segitiga pengaman jangan


terlalu minggir.

8. Nyalakan lampu hazard / tanda


darurat disamping segitiga pengaman

k. Tempat Sampah Jumlah dan Peletakan Tempat Sampah Di dalam bus harus tersedia paling sedikit 2
set tempat sampah, yang ukuran dan
desainnya dibuat dengan estetika yang baik
dan perletakannya dapat dengan mudah
dilihat dan tidak mengganggu pergerakan
pelanggan di dalam bus, maupun turun
naiknya pelanggan

l. Toilet - Pemasangan ukuran dan desain


toilet harus tetap memperhitungkan
estetika dan kenyamanan interior,
serta tidak mengganggu pergerakan
pelanggan, serta memberi
pelanggan keleluasaan untuk
bergerak di dalam toilet.

- Harus tersedia alat penyegar


ruangan yang dapat berfungsi
untuk menyerap bau di toilet.

m. Bagasi Kecil untuk - Letak menempel di antara dinding dan plafon


Penyimpanan Barang bagian atas tempat duduk pelanggan,
sedangkan untuk tutup bagasi adalah
pilihan (opsional).
- Ukuran tinggi dan dalamnya bagasi

n. Tirai Penahan Matahari Bahan dan warna tirai terbuat dari kain atau bahan lainnya yang
pada Kaca Jendela berfungsi sama sebagai penahan sinar
matahari, berwarna putih tulang (broken
white)

4. KOMUNIKASI

a. Signal bus berhenti; Indikator signal bus berhenti dan alat Indikator di dashboard harus mempunyai 2
display pengumuman lokasi berhenti komponen, yaitu:
 Signal yang mengindikasikan kepada
pramudi bahwa signal dibunyikan oleh
pelanggan umum / bukan di area
tempat duduk prioritas.
 Signal yang mengindikasikan kepada
pramudi bahwa signal dibunyikan oleh
pelanggan yang duduk pada tempat
duduk prioritas.

Warna Alat tiang untuk meminta warna yang menyolok seperti kuning dan
berhenti tombol berwarna merah

Bentuk dan ukuran  Tombol dapat diletakkan pada tiang


pegangan pada ketinggian ≥1300mm dan
≤1600mm diatas lantai.
 Pada daerah prioritas, tombol diletakkan
pada sisi panel bus, pada ketinggian
≥850mm dan ≤1050mm atau pada sisi
bawah kursi lipat, apabila sulit untuk
menjangkau sisi dinding bus.
 Tombol diletakkan sedekat mungkin
untuk dapat dijangkau oleh pengguna
kursi roda, misalnya di ujung kursi lipat.
 Tombol khusus untuk turun bagi
penumpang difabel memiliki desain
berbeda (tombol biru dengan tanda
difabel) dengan sinyal suara yang
berbeda untuk memberikan tanda bagi
pengemudi bahwa penumpang yang
akan turun adalah penumpang difabel
yang mungkin akan memerlukan
bantuan.
b. Display destinasi eksternal; Letak dan ukuran  Display yang menghadap ke depan
untuk menampilkan informasi rute dan
destinasi secara berulang-ulang
(repeater sign) dengan lebar ≥1500mm
dan diletakkan pada bagian atas.
puncak kaca depan bus

 Untuk display nomor rute yang


ditampilkan berulang-ulang (repeater
sign) diletakkan sedekat mungkin
dengan pintu masuk depan. Biasanya
diletakkan pada jendela pada baris
tempat duduk pertama di sebelah kiri,
sehingga dapat dilihat oleh pelanggan
yang sedang mengantri.

 Pada bagian belakang bus, menghadap


ke belakang display nomor rute atau
destinasi, pada ketinggian ≥1500mm dan
≤2500mm diatas permukaan tanah di
letakkan pada bagian pusat di sebelah
tengah atau di sebelah kiri dari pusat
pada ketinggian ≥1500mm dan
≤2500mm di atas permukaan tanah

Ukuran karakter pada display Bus  Besar karakter nomor rute untuk display
Sedang depan dan belakang ≥125mm

 Besar karakter untuk tujuan/ destinasi


pada display depan harus ≥100mm

 Besar karakter nomor rute untuk display


disamping harus ≥60mm

 Lebar dari rambu destinasi di bagian


belakang sama dengan ukuran rambu
destinasi pada bagian depan

Ukuran karakter pada display BB/BBA  Besar karakter nomor rute untuk display
depan dan belakang ≥150mm

 Besar karakter untuk tujuan/ destinasi


pada display depan harus ≥125mm

 Besar karakter nomor rute untuk display


disamping harus ≥60mm

 Lebar dari rambu destinasi di bagian


belakang sama dengan ukuran rambu
destinasi pada bagian depan

c. Informasi internal; Letak Display elektronik dan Alat ini diletakkan di bagian atas dari salon
pengumuman dengan suara (audio) bus.

d. Komunikasi operasional Peralatan yang harus ada di dalam bus


pengemudi untuk berkomunikasi dengan ruang
pusat kendali operator dan ruang
kendali BPTJ adalah peralatan GPS
(Global Positioning System). Peralatan
ini harus kompatibel dengan
peralatan ruang kendali yang dimiliki
oleh BPTJ.
5. FASILITAS UNTUK PELANGGAN DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

a. Area tempat duduk Jumlah Area tempat duduk prioritas terletak pada
prioritas; bagian depan salon bus dan menghadap
ke depan. Paling sedikit 2 – 4 tempat duduk

Jarak Ada jarak terpisah dengan dimensi yang


lebih besar dari 800mm x 1300mm dengan
tempat duduk lainnya untuk mengakomodir
kursi roda dengan footprint lebar ≤ 700 mm
x panjang ≤ 1200 mm dan penggunanya
(Lihat sub bab 6.3 buku standar
persyaratan kendaraan)

Warna rambu warna yang menyolok untuk menandakan


bahwa area prioritas ini diperuntukkan
untuk pelanggan dengan keterbatasan
kemampuan mobilitas dan berkebutuhan
khusus, dengan kata-kata peringatan:

“Area Tempat Duduk Prioritas, Prioritas


untuk Pelanggan Berkebutuhan Khusus
(Difabel) dan Orang Tua”

b. Kursi roda; 1. Ukuran dimensi footprint kursi  Dimensi footprint dari depan ke belakang
roda dengan menghadap ke depan pada saat
ditempatkan pada area tempat duduk
prioritas adalah lebar ≤700mm x panjang
≤1200mm

 Jika di tempatkannya terbalik, dengan


pegangan tangan dan injakan kaki yang
terlipat, adalah dengan ukuran lebar
≤700mm x panjang ≤900mm
2. Spesifikasi ruang untuk BS  1 (satu) buah tempat duduk prioritas
menghadap ke belakang

3. Spesifikasi ruang untuk BB/BBA  Minimal 1 (satu) tempat duduk prioritas ,


jika ruang terbatas menghadap ke
belakang , depan , atau ke samping

4. Letak simbol kursi roda pada  pada exterior bus umum minimum
badan bus (standar internasional) terdapat 2 (dua) buah rambu dengan
simbol gambar kursi roda / difabel, 1
(satu) buah pada bagian kiri depan dari
bus, dan 1 (satu) buah rambu pada sisi
bus di sebelah pintu masuk

c. Naik/ Turun Bus (Boarding (lihat keterangan pada bagian tinggi


/ Alighting) tangga, Aksesibilitas Pelanggan)

d. Ramp/ Elevator untuk Ukuran ramp Lebar ramp ≥ 800 mm dengan model flip
pelanggan dengan kursi over yang dipasang pada pintu depan
roda dan alat bantu
mobilitas
Warna kuning menyolok dan diujung sisi-sisinya
diberikan marker strips (garis penanda)
berwarna merah

6. KOMPARTEMEN PRAMUDI

a. Pemisah ruang pramudi Ruang pramudi harus ada pemisahan


dan penumpang; fisik dan psikologis dengan para
pelanggan.

b. Peralatan GPS (Global Peralatan komunikasi harus berada di


Positioning System); dalam kompartemen pengemudi.
Termasuk peralatan komunikasi pada
pusat ruang kontrol. Dimana salah
satunya adalah peralatan GPS
c. Kenyamanan pramudi;  Tempat duduk pramudi dapat di
atur (adjustable), sesuai dengan
posisi yang nyaman dan aman bagi
pramudi.

 Roda kemudi harus dapat


disesuaikan ketinggiannya dengan
kenyamanan pramudi, dengan
lapisan material yang empuk/
lembut, tidak licin dan mudah
dibersihkan

d. Bagian dalam Bagian dalam kompartemen pramudi


kompartemen; ada beberapa hal lainnya, sebagai
berikut:
 Sabuk Pengaman (seat belt)
pada kursi pengemudi
 Foot rest (tempat istirahat kaki,
biasanya di sebelah kiri)
 Kaitan gantungan jacket/ jas
 Kompartemen untuk
menyimpan peralatan pribadi
pramudi, seperti kotak bekal,
telephone genggam, dll
 Peralatan ticketing
 Penghalang proteksi (protection
barrier) untuk keamanan dan
keselamatan pramudi

 Perlu adanya mekanisme


interlocking antara suspensi
bisa-atur (adjustable
suspension) dengan rem pintu
dan ramp untuk kursi roda.
e. Peralatan pada sisi luar Alat / Mesin Transaksi Pelanggan
kompartemen
menggunakan kartu ( EDC – Electronic
Data Captured) ) dari perbankan, dan/
atau alat / mesin ticketing (tap) atau
pencetak resi

Kotak P3K (lihat keterangan


sebelumnya pada
Alat keselamatan
gawat darurat)
TAMPILAN KENDARAAN ANGKUTAN PERMUKIMAN

KEPALA BADAN PENGELOLA


TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK,
TANGERANG DAN BEKASI

ttd

ELLY ADRIANI SINAGA


LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN
PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR,
DEPOK, TENGERANG DAN BEKASI
NOMOR : SK.55/AJ.206/BPTJ-2017
TANGGAL : 10 Januari 2017

I. CONTOH SURAT KEPUTUSAN IZIN ANGKUTAN PERMUKIMAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK


NOMOR : SK………../AJ.206/BPTJ/3216001

TENTANG

IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PERMUKIMAN DI WILAYAH


JABODETABEK

KEPALA BADAN PENGE`LOLA TRANSPORTASI JABODETABEK,

Membaca : a. Surat permohonan dari Pimpinan


…….………………………………No………………………………….tan
ggal…………..……………;
b. Surat pertimbangan dari :
Kepala Dinas Perhubungan
Provinsi………………………………………..No.
…………………………..tanggal …….......................;
Kepala Dinas Perhubungan
Kabupaten/Kota…………………………… No.
…………………………..tanggal ……………………….;
c. Perjanjian kerjasama (MOU) dengan……………………sebagai
Pengelola/pengembang permukiman ………………………………
No……………………………………tanggal…………………………

Menimbang : a. Bahwa maksud permohonan adalah untuk mendapatkan Izin


PenyelenggaraanAngkutan Permukiman di wilayah
Jabodetabek;
b. Bahwa masih dimungkinkan untuk diberikan Izin Angkutan
Permukiman di wilayah Jabodetabek;
c. Bahwa permohonan telah memenuhi persyaratan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor
96, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5026);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang
Angkutan Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 260,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5594);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2015 tentang Jenis
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku
Pada Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara tahun 2015
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5888);
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2015
tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi (Lembaran Negara RI Tahun 2015
Nomor 216);
5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2003
tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan
Kendaraan Umum;
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 28 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 38 Tahun 2014 Standar Pelayanan Minimal
Angkutan Orang Dengan Kendaraan Umum Tidak Dalam
Trayek;
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 32 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan
Umum Tidak Dalam Trayek (Berita Negara RI Tahun 2016
Nomor 469);
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 66 Tahun 2016
tentang Pendelegasian Wewenang Menteri Perhubungan
Kepada Kepala Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang dan Bekasi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 814).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Keputusan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek


tentang Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman.
PERTAMA : Memberikan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman
kepada:
a. Nama Perusahaan : PT. ABC
b. Nomor Induk Perusahaan : 3216001
c. Nama Pimpinan Perusahaan : H. Ir. KOMARUDDIN
d. Alamat Perusahaan : Jl. Raya Kehidupan No. 51,
Jakarta Selatan.

KEDUA : Masa berlaku keputusan ini sejak tanggal diterbitkan sampai


dengan tanggal……………………………..
KETIGA : Rincian lintasan/wilayah operasi dan daftar kendaraan
tercantum dalam Keputusan Kepala Badan Pengelola
Transportasi Jabodetabek tentang Pelaksanaan Keputusan Izin
Penyelenggaraan Angkutan Permukiman.
KEEMPAT : Lembar asli Surat Keputusan ini diberikan kepada perusahaan
yang bersangkutan.
KELIMA : Pemegang izin sebagaimana dimaksud dictum PERTAMA harus
memenuhi kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
KEENAM : Direktur Lalu Lintas dan Angkutan – BPTJ yang mengatur
pelaksanaan keputusan ini.
KETUJUH : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudianhari terdapat kekeluruan dalam
penetapannya akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal

KEPALA BADAN PENGELOLA


TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK,
TANGERANG DAN BEKASI

ttd

ELLY ADRIANI SINAGA


Tembusan:
1. Menteri Perhubungan;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Darat;
3. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan;
4. Kadishub Provinsi …………………………………..;
5. Kadishub Kabupaten/Kota………………………..
II. CONTOH SURAT PELAKSANAAN KEPUTUSAN IZIN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK


NOMOR : SK………../AJ.206/BPTJ/3216001

TENTANG

PELAKSANAAN KEPUTUSAN IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN


PERMUKIMAN DI WILAYAH JABODETABEK

KEPALA BADAN PENGE`LOLA TRANSPORTASI JABODETABEK,

Membaca : a. Surat permohonan dari Pimpinan


…….………………………………No………………………………….tan
ggal…………..……………;
b. Surat pertimbangan dari :
Kepala Dinas Perhubungan
Provinsi………………………………………..No.
…………………………..tanggal …….......................;
Kepala Dinas Perhubungan
Kabupaten/Kota…………………………… No.
…………………………..tanggal ……………………….;
c. Perjanjian kerjasama (MOU) dengan……………………sebagai
Pengelola/pengembang permukiman ………………………………
No……………………………………tanggal…………………………

Menimbang : a. Bahwa maksud permohonan adalah untuk mendapatkan Izin


Penyelenggaraan Angkutan Permukiman di wilayah
Jabodetabek;
b. Bahwa dimungkinkan untuk diberikan Izin Angkutan
Permukiman di wilayah Jabodetabek;
c. Bahwa permohonan telah memenuhi persyaratan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor
96, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5026);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang
Angkutan Jalan (Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 260,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5594);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2015 tentang Jenis
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku
Pada Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara tahun 2015
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5888);
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2015
tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi (Lembaran Negara RI Tahun 2015
Nomor 216);
5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2003
tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan
Kendaraan Umum;
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 28 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 38 Tahun 2014 Standar Pelayanan Minimal
Angkutan Orang Dengan Kendaraan Umum Tidak Dalam
Trayek;
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 32 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan
Umum Tidak Dalam Trayek (Berita Negara RI Tahun 2016
Nomor 469);
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 66 Tahun 2016
tentang Pendelegasian Wewenang Menteri Perhubungan
Kepada Kepala Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang dan Bekasi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 814).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Keputusan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek


tentang Pelaksanaan Keputusan Izin Penyelenggaraan
Angkutan Permukiman
kepada………………………………………………

PERTAMA : Untuk melaksanakan pelayanan Angkutan Permukiman


dengan jumlah kendaraan
sebanyak…………………………..mobil bus umum dengan
lintasan / wilayah operasi :

Nama
Nama Tujuan Jumlah
Halte/shelter Keterangan
Permukiman akhir Bus
berhenti
……… ……… ……… ……… ………
……… ……… ……… ……… ………
……… ……… ……… ……… ………
……… ……… ……… ……… ………

KEDUA : Masa berlaku keputusan ini sejak tanggal diterbitkan sampai


dengan tanggal…………………………………..
KETIGA : Pelaksanaan pelayanan Angkutan Permukiman sebagaimana
dimaksud dalam diktum PERTAMA dilayani oleh kendaraan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Surat Keputusan ini.
KEEMPAT : Lembar asli Surat Keputusan ini diberikan kepada perusahaan
yang bersangkutan.
KELIMA : Direktur Lalu Lintas dan Angkutan – BPTJ, mengatur
pelaksanaan keputusan ini.
KEENAM : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudianhari terdapat kekeluruan dalam
penetapannya akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal

KEPALA BADAN PENGELOLA


TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK,
TANGERANG DAN BEKASI

ELLY ADRIANI SINAGA


Tembusan:
1. Menteri Perhubungan;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Darat;
3. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan;
4. Kadishub Provinsi …………………………………..;
5. Kadishub Kabupaten/Kota………………………..
Lampiran Surat Keputusan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek
Tentang Pelaksanaan Keputusan Izin Penyelenggaraan Angkutan Permukiman
Nomor : SK…………/AJ.206/BPTJ/3216001
Tanggal : …………………..

Nama Perusahaan : …………………………………. Di ………………………………..

DAFTAR KENDARAAN ANGKUTAN PERMUKIMAN DI WILAYAH JABODETABEK

No. Kode Tanda Nomor Nomor Uji Merk / Tipe Tahun Daya Angkut AC / Non RS / Toilet /
Urut Kendaraan Kendaraan Kendaraan Pembuatan (orang) AC Non RS Non Toilet
1 3216001001 B. 1234 YK BKS. 32155 Mercedes Benz 2016 44 AC RS Toilet
2 3216001002 B. 1235 YK BKS. 32156 Mercedes Benz 2016 44 AC RS Toilet
3 3216001003 B. 1236 YK BKS. 32157 Mercedes Benz 2016 44 AC RS Toilet

KEPALA BADAN PENGELOLA


TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK,
TANGERANG DAN BEKASI

ELLY ADRIANI SINAGA


III. CONTOH KARTU PENGAWAS (KP)

KARTU PENGAWASAN
IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PERMUKIMAN DI WILAYAH
JABODETABEK
Nomor : ………./AJ.206/BPTJ/3216001001

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek


Nomor……………….tanggal……………….tentang Izin Penyelenggaraan Angkutan
Permukiman, kepada ……………………………… di………………………….yang
dimpimpin oleh……………………….diberikan Kartu Pengawasan yang berlaku sejak
tanggal diterbitkan sampai dengan tanggal…………………dengan mempergunakan
mobil bus umum untuk keperluan mengangkut penumpang umum dari
permukiman

Dari Nama Nama Halte/shelter Tujuan


Sifat Pelayanan
Permukiman berhenti akhir
……… ……… ……… pergi - pulang

Untuk keperluan tersebut, dipergunakan mobil umum sebagai berikut :

Tanda Nomor Kendaraan : B. 1234 YK


Monor Uji Kendaraan : BKS. 32155
Daya Angkut Penumpang : 44 orang
Daya Angkut Barang : 2.200 kg
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
KEPALA BADAN PENGELOLA
TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK,
TANGERANG DAN BEKASI

ELLY ADRIANI SINAGA

-----------------------------------------------------------------------------------------------------
KEPALA BADAN PENGELOLA
TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK,
TANGERANG DAN BEKASI

ttd

ELLY ADRIANI SINAGA

You might also like