Penatalaksanaan Stroke Hemoragik

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

Penatalaksanaan Stroke Hemoragik

September 17, 2017 by Dr. Re

Stroke hemoragik atau stroke perdarahan adalah stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh
darah didalam otak atau pecahnya aneurisma otak yang menyebabkan terganggunya pasokan
darah ke otak. Selain itu, perdarahan didalam otak juga akan menyebabkan edema otak dan
meningkatnya tekanan intra kranial yang dapat berujung pada herniasi otak dan kematian. Angka
kejadian Stroke hemoragik adalah sekitar 15% dari semua kasus stroke.

Penyebab Stroke Hemoragik

Penyebab utama terjadinya stroke haemorrhage adalah hipertensi yang tidak terkontrol. tekanan
darah yang tidak terkontrol dengan baik akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah
termasuk pembuluh darah otak. Pembuluh darah otak menjadi lemah, menipis dan pecah.

Cara membedakan stroke hemoragik dan stroke infark akut

Haemorrhage stroke adalah kegawat-daruratan medis yang harus ditangani dengan segera.
Terdapat perbedaan yang mendasar mengenai penatalaksanaan stroke perdarahan dengan stroke
infark akut karena itu pemeriksaan fisik maupun diagnostik harus dilakukan secara cepat dan
tepat untuk mendeteksi jenis stroke yang dialami oleh pasien.

CT scan kepala tanpa kontras adalah pemeriksaan yang paling direkomendasikan untuk
membedakan stroke infark akut dan stroke perdarahan. The American Stroke Association
menyatakan bahwa CT scan kepala tanpa kontras harus dilakukan dalam waktu 25 menit dan
diinterpretasikan dalam waktu maksimal 45 menit sejak pasien tiba di IGD.

CT scan normal stroke perdarahan

Gejala klinis yang dapat membedakan stroke perdarahan dan stroke infark adalah: pada stroke
perdarahan biasanya timbul gejala-gejala yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intra
kranial seperti:

 penurunan tingkat kesadaran yang cepat


 muntah proyektil (muntah menyembur)
 sakit kepala hebat
 kaku kuduk
 Tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg

Selain itu, untuk membedakan gejala stroke dengan gejala yang hanya menyerupai stroke, kita
dapat menggunakan alat screening yang sudah digunakan dan terstandarisasi secara international
seperti the ROSIER Scale dan FAST.

Penanganan Stroke hemoragik

Managemen pasien dengan stroke perdarahan meliputi surgical management dan medical
management.

Medical Management

Penanganan pasoen dengan stroke perdarahan dimulai dengan stabilisasi tanda-tanda vital.
Pemasangan endotracheal tube harus dilakukan pada pasien dengan GCS < 9 dan tidak dapat
mempertahankan jalan nafas yang paten. Terapai obat-obatan pada pasien dengan stroke
perdarahan meliputi:

a. Penanganan tekanan tinggi intra kranial (TTIK)

Pada pasien yang menunjukkan TTIK yang nyata maka intubasi dan pemberian hiperventilasi
harus dilakukan, dilanjutkan dengan pemberian manitol 20% dengan dosis 0, 50 sampai 1
g/KgBB diberikan secara IV bolus selama 20 menit dan dapat diulang setiap 4 sampai 6 jam.
Posisikan kepala pasien setengah duduk 15-30 derajat dengan leher yang lurus, tidak fleksi dan
tidak extensi.

b. Penanganan Hipertensi

Tekanan darah yang sangat tinggi akan menyebabkan terjadinya perdarahan ulang dan
memperluas hematoma di otak. Karena itu, pemberian anti hipertensive agent pada pasien
dengan stroke hemoragik sangat penting dan merupakan terapi inti, Penurunan tekanan darah
sistolik sampai 140 mmHg aman dan direkomendasikan oleh ASA 2010 (The American Stroke
Association). obat-obat yang dapat diberikan untuk menurunkan tekanan darah yaitu nicardipine
infusion atau hydralazine.

c. monitoring gula darah

Gula darah harus dipertahankan pada level 80-110 mg/dl. Jika perlu, insulin infusian dapat
diberikan untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal. Pada pasien dengan stroke
perdarahan kadar gula darah yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah dapat menyebabkan
perburukan kondisi pasien dan meningkatkan resiko kematian.

d. Pemberian terapi anti kejang


Kejang biasanya dialami oleh pasien dengan stroke perdarahan. Angka kejadian kejang adalah
sekitar 16% dan terjadi pada minggu pertama sejak terjadinya stroke. Apabila pasien mengalami
kejang, maka anti kejang golongan benzodiazepine seperti diazepam atau lorazepam harus
diberikan. Namun Pemberian anti kejang profilaksis tidak direkomendasikan, Artinya selama
pasien tidak mengalami kejang, maka pemberian antikejang untuk tujuan pencegahan tidak
direkomendasikan.

Surgical Management

Operasi craniotomy dapat dilakukan untuk mengevakuasi hematoma.

Rekomendari ASA 2010 mengenai surgical terapi untuk pasien dengan stroke perdarahan adalah
sebagai berikut:

1. Apabila perdarahan terjadi di cerebelum dan pasien menunjukkan gejala penurunan kesadaran
atau tanda-tanda penekanan batang otak, maka craniotmy harus dilakukan sesegera mungkin

2. Untuk perdarahan di bagian supratentorial maka:

 evakuasi hematoma secara dini tidak dianjurkan. evakuasai hematoma dianjurkan jika
pasien mengalami penurunan kesadaran
 Pengangkatan bekuan darah tanpa kraniotomi, yaitu dengan stereotactic atau endoscopic
aspiration dapat dilakukan, namun tingkat keberhasilanya belum dapat dibuktikan.

You might also like